Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENYULIHAN PENGABDIAN DIPA FKM UNAND

UPAYA PEMBERDAYAAN SISWA SEBAGAI KADER “PEDULI”


(PENGENDALIAN DAN ELIMINASI) DBD
PADA SISWA SMPN 41 PADANG

UNIVERSITAS ANDALAS

Oleh :

Ketua Pengabdian

Dr. MASRIZAL, SKM, M.BIOMED (NIDN : 0031127306)

Angggota Pengabdian

Dr. dr. DIEN GUSTA ANGGRAINI NURSAL, MKM (NIDN : 0031127306)


MUHAMMAD ALFAREZI (NIM : 1811211028)
FITRI YUSYA (NIM : 18112112047)
FINNY ERDINISA PRATIWI (NIM : 181121303)
DEVY SHINTIYA (NIM : 2121212003)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Berkat rahmat dan
ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Pengendalian dan
Eliminasi DBD“
Sholawat serta salam senantiasa tercurah untuk baginda Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga, Sang pengukir sejarah terbaik di muka bumi
yang merupakan sebaik-baiknya suri teladan yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah ke zaman terang menerang penuh dengan pengetahuan seperti
saat ini.
Makalah ini merupakan salah satu Tugas Pengabdian DIPA FKM
UNAND. Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yg ditinjau,
penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan &
membutuhkan pengembangan lebih lanjut agar dapat lebih bermanfaat. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik & saran yang sifatnya
membangun serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian & penulisan
karya ilmiah di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga laporan ini akan dapat berkontribusi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, pelayanan kesehatan, serta penelitian-
penelitian berikutnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan pengehargaan
yang tinggi kepada semua pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam
penyusunan Makalah ini.

Padang, Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................3

ii
BAB I

1.1 Latar Belakang

DBD adalah salah satu penyakit yang dapat berakibt fatal dan pada waktu

dekat bisa merenggut nyawa. DBD dikarenakan oleh virus dengue dari family

Flaviviridae dan genus Flavivirus. DBD tidak menular melalui kontak manusia

dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab DBD hanya dapat ditularkan

melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk dalam kelompok arthropod

borne diseases. (4)

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue, penyakit ini merupakan penyakit

akut, bersifat endemic dan secara periodic dapat mendapatkan Kejadian Luar Biasa

(KLB). Sejak pertama kali di temukan pada tahun 1968 di Indonesia, penyebaran

penyakit ini dengan cepat terjadi ke berbagai daerah. Penyakit ini menyerang semua

kelompok umur, sehingga membutuhkan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap

upaya pemberantasan sarang nyamuk.

Demam berdarah hingga saat ini masih merupakan suatu masalah kesehatan

utama di Indonesia. Angka kejadian demam berdarah terus meningkat, walaupun

upaya-upaya luas untuk pencegahan dan pengendalian telah dijalankan. Hal ini

mengisyaratkan bahwa program yang diterapkan saat ini tidaklah sepenuhnya

mengadopsi strategi yang dianjurkan WHO dan melaksanakannya secara adekuat.

Oleh karena itu, hamper semua aspek dari strategi nasional untuk pencegahan dan

pengendalian demam berdarah harus ditingkatkan, khususnya aspek surveillance,

peningkatan kapasitas, partisipasi masyarakat, pengembangan kerjasama dan rencana

tanggap darurat, serta program pendanaan dan monitoring. (5)


4

Pada kegiatan kali ini penulis melakukan penyuluhan kesehatan mengenai

pengendalian dan eliminasi penyakit demam berdarah. Kegiatan ini dilakukan di

salah satu sekolah yaitu di SMPN 41 Padang. Penulis mengajak warga sekolah

bersama-sama untuk memberdayakan siswa sebagai kader “Peduli” (Pengendalian

Dan Eliminasi) DBD upaya pencegahan penyebaran demam berdarah sehingga dapat

mengurangi tingkat terjadinya penyakit demam berdarah.

Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi

ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Usia sekolah bagi anak

juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit, seperti Diare, penyakit

infeksi, DBD, dan lain-lain. Di samping itu, usia sekolah juga merupakan masa yang

paling tepat untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat. Kesehatan

anak usia sekolah akan menentukan kesehatan masyarakat dan bangsa di masa

depan. Salah satu faktor yang penting yang menentukan status kesehatan adalah

kesehatan lingkungan. kesehatan lingkungan merupakan faktor mutlak dalam

kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan termasuk salah satu unsur penentu atau

determinan dalam kesejahteraan penduduk. Dimana, lingkungan yang sehat sangat

dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tetapi

juga untuk Kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga telah mencanagkan konsep “Sekolah Sehat,

salah satu caranya adalah menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman.

Menyikapi persoalan tersebut, pemberdayaan kader “ PEDULI” di SMPN 41 Padang

merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan. Berdasarkan observasi penulis,

SMPN 41 Padang berada terbuka.

Selain itu, SMPN 41 Padang berada di wilayah kerja Puskesmas Belimbing

yang mana pada tahun 2021 Puskesmas Belimbing mencatat jumlah kasus DBD

4
5

tertinggi di Kota Padang. Kondisi seperti ini sangat rentan menimbulkan berbagai

faktor risiko penularan penyakit yang dapat menyerang siswa/i di sekolah terebut.

Melalui pembentukan sekaligus pemberdayaan kader “Peduli” diharapkan dapat

menjadi penggerak dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di sekolah

maupun lingkungan rumahnya. Kader Peduli ini terdiri atas siswa yang memenuhi

kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan lingkungan di sekolah. Kegiatan pengabdian ini akan dimulai

dengan sosialisasi dan kegiatan penyuluhan dari tim pengabdian, setelah itu

dilakukan perekrutan dan pembentukan tim "Peduli", tahap selanjutnya timyang

ditunjuk bisa melaksanakan gerakan yang harus dialksanakan, diantaranya ada

pemantauan jentik, Gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3M

(Menutup, Menguras, Mengubur), dan terakhir dilakukan pencatatan dan pelaporan,

sedangkan ditahap evaluasi dilakukan penilaian terhadap perkembangan sikap dan

perilaku siswa SMPN 41 Padang terhadap kader “Peduli” ini. Melalui kader “Peduli”

yang menjadi motor pergerakan kesadaran akan kesehatan lingkungan, diharapkan

agar pihak manajemen sekolah dapat menerapkan dan mengajarkan kepada siswa/i

lainuntuk berpartisipasi mengalakkan sekolah yang sehat yang terhindar dari

berbagai penyakit.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk membentuk dan memberdayakan kader “Peduli” di SMPN 41 Kota

Padang, Sumatera Barat.

2. Memberikan keterampilan dan pengetahuan mengenai teknik pengendalian

serta eliminasi penyakit DBD di lingkungan sekolah.

5
6

1.3 Urgensi Pengabdian


Urgensi Pengabdian Mahasiswa memiliki peran penting dalam pengabdian

masyarakat. Dengan segala potensi dan fasilitas yang dimiliki, mahasiswa harus

menjadi ujung tombak dalam pengabdian kepada masyarakat. Selain itu, mahasiswa

mempunyai intelegensi, kreatifitas, dan kepemimpinan yang tinggi dan sangat

penting dalam proses pemberdayaan diri untuk kepentingan masyarakat.

Di samping itu, bagi murid Sekolah Dasar kegiatan pengabdian ini dapat

dijadikan motivasi dan usaha dalam menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan

untuk meningkatkan kesehatan siswa/i yang bersangkutan. Selain itu, kegiatan ini

mampu memberikan pemahaman dan pendidikan untuk menerapkan perilaku hidup

bersih dan sehat sedini mungkin. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa Fakultas

Kesehatan Masyarakat yang merupakan calon tenaga kesehatan yang bergerak dalam

bidang promotif dan preventif serta berperan dalam meningkatkan kesehatan

masyarakat, ingin mengangkat program Pembentukan dan Pemberdayaan Tim

Jumantik di SMPN 41 Padang.

1.4 Manfaat Pengabdian

1. Menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari faktor risiko DBD sehingga

siswa, guru, maupun masyarakat di lingkungan sekolah terlindungi dari

berbagai gangguan dan ancaman penyakitdemam berdarah.

2. Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada

prestasi belajar, serta dapat menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah di

sekitar SMPN 41 Padang.

2. 3. Melatih kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan secara terorganisir.

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pentingnya Lingkungan Sekolah yang Sehat

Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi

ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Usia sekolah bagi anak

juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit, seperti Diare, penyakit

infeksi, DBD, dan lain-lain. Di samping itu, usia sekolah juga merupakan masa yang

paling tepat untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat. Kesehatan

anak usia sekolah akan menentukan kesehatan masyarakat dan bangsa di masa

depan. Salah satu faktor yang penting yang menentukan status kesehatan adalah

kesehatan lingkungan. kesehatan lingkungan merupakan faktor mutlak dalam

kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan termasuk salah satu unsur penentu atau

determinan dalam kesejahteraan penduduk. Dimana, lingkungan yang sehat sangat

dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tetapi

juga untuk Kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga telah mencanangkan konsep “Sekolah

Sehat, salah satu caranya adalah menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan

aman. Menyikapi persoalan tersebut, pemberdayaan kader “ PEDULI” di SMPN 41

Padang merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan. Berdasarkan observasi

penulis, SMPN 41 Padang berada terbuka.

Selain itu, SMPN 41 Padang berada di wilayah kerja Puskesmas Belimbing

yang mana pada tahun 2021 Puskesmas Belimbing mencatat jumlah kasus DBD

tertinggi di Kota Padang. Kondisi seperti ini sangat rentan menimbulkan berbagai

faktor risiko penularan penyakit yang dapat menyerang siswa/i di sekolah terebut.

Melalui pembentukan sekaligus pemberdayaan kader “Peduli” diharapkan dapat


8

menjadi penggerak dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di sekolah

maupun lingkungan rumahnya. Kader Peduli ini terdiri atas siswa yang memenuhi

kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan lingkungan di sekolah. Kegiatan pengabdian ini akan dimulai

dengan sosialisasi dan kegiatan penyuluhan dari tim pengabdian, setelah itu

dilakukan perekrutan dan pembentukan tim "Peduli", tahap selanjutnya timyang

ditunjuk bisa melaksanakan gerakan yang harus dialksanakan, diantaranya ada

pemantauan jentik, Gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3M

(Menutup, Menguras, Mengubur), dan terakhir dilakukan pencatatan dan pelaporan,

sedangkan ditahap evaluasi dilakukan penilaian terhadap perkembangan sikap dan

perilaku siswa SMPN 41 Padang terhadap kader “Peduli” ini. Melalui kader “Peduli”

yang menjadi motor pergerakan kesadaran akan kesehatan lingkungan, diharapkan

agar pihak manajemen sekolah dapat menerapkan dan mengajarkan kepada siswa/i

lainuntuk berpartisipasi mengalakkan sekolah yang sehat yang terhindar dari

berbagai penyakit.

2. Definisi DBD

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes

Albocpictus yang dilemukan di daerah tropis dan subtropis, dan menjangkit luas di

banyak negara di Asia Tenggara di antaranya yaitu Indonesia. (9)


Indonesia

merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. penyakit

ini merupakan penyakit akut, bersifat endemic dan secara periodic dapat

mendapatkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

8
9

DBD adalah salah satu penyakit yang dapat berakibt fatal dan pada waktu

dekat bisa merenggut nyawa. DBD tidak menular melalui kontak manusia dengan

manusia. Virus dengue sebagai penyebab DBD hanya dapat ditularkan melalui

nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk dalam kelompok arthropod borne

diseases. (4) Penyakit ini menyerang semua kelompok umur, sehingga membutuhkan

pengetahuan dan sikap yang baik terhadap upaya pemberantasan sarang nyamuk.

3. Ciri-ciri DBD

Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan mengalami

fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan merasakan

demam yang cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua penderita mengalami

fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam

hingga 370C dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa

sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat

dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat

pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase yang ketiga ini akan terjadi pada

hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase

pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali normal kembali. (9)

4. Gejala/ Tanda Lanjutan DBD

1) Gejala/Tanda Awal
a. Mendadak panas tinggi, tampak lemah dan lesu.
b. Seringkali ulu hati terasa nyeri, karena terjadi pendarahan di lambung.
c. Tampak bintik-bintik merah pada kulit (petekie) seperti berkas gigitan
nyamuk disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit.

9
10

d. Untuk membedakannya kulit diregangkan, apabila bintik merah itu


hilang bukan tanda petekie.
2) Gejala/Tanda Lanjutan
a. Kadang-kadang terjadi pendarahan di hidung (mimisan
b. Mungkin terjadi muntah atau buang air besar bercampur darah
c. Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin
berkeringat. Bila tidak segera ditolong dapat meinggal dunia
d. Pendarahan terjadi di seluruh jaringan tubuh, tanda pendarahan bisa
tampak atau tidak tampak. (12)

5. Pengendalian DBD

1) Upaya pemberantasan vector dilakukan melalui kegiatan pemberantasan

sarang nyamuk (PSN). Kegiatan ini dilakukan melalui pengasapan dengan

insektisida dalam 2 siklus : (13,14)

 Siklus yang pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue

dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Namun, akan muncul nyamuk-

nyamuk baru yang berasal dari jentik yang memang tidak dapat dibasmi

pada siklus pertama. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan

siklus kedua.

 Siklus kedua penyemprotan yang kedua dilakukan 1 minggu sesudah

penyemprotan yang pertama agar nyamuk yang baru tersebut akan

terbasmi sebelum sempat menularkan kepada orang lain.

2) Mengupayakan terbentuknya Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) DBD

di setiap tingkat administrasi dan melakukan revitalisasi Pokjanal DBD yang

sudah ada dengan dukungan APBD

3) Upaya promosi kesehatan dilakukan di semua sector, termasuk pembentukan

Juru Pembasmi Jentik (Jumantik) pada anak sekolah dan pramuka

10
11

4) Penemuan dini kasus DBD dan pengobatan segera (early diagnosis and

promot treatment)

6. Pencegahan DBD

Upaya pencegahan terhadap penularan DBD dilakukan dengan pemutusan


rantai penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Kegiatan yang optimal adalah melakukan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dengan cara “3 M” plus selain itu juga dapat dilakukan dengan
larvasidasi dan pengasapan (foging). (14)
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus
Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3 M plus meliputi :
a Mengurus tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC,
drum dan sebagainya sekurang-kurangnya seminggu sekali.
b Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti gentong
air/tempayang dan lain-lain.
c Mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti
botol plastic, kaleng, ban bekas dll atau membuang pada tempatnya.
Selain itu tambahan dengan cara lainnya (PLUS) yaitu :
a. Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya
seeming ngu sekali.
b. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer/rusak.
c. Tutup lubang-lubang pada potongan bamboo, pohon dan lain-lain
dengan tanah.
d. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti
pelepah pisang atau tanaman lainnya.
e. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di
perkarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain
sebagainya.
f. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan cupang, ikan kepala
timah, ikan tempalo, ikan nila, ikan guvi dan lain-lain.
g. Pasang kawat kasa.
h. Jangan penggantung pakaian di dalam rumah.

11
12

i. Tidur menggunakan kelambu.


j. Atur pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
k. Gunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk.
l. Lakukan larvasidasi yang membutuhkan larvasida misalnya temephos
di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.
m. Menggunakan ovitrap, Larvitrap maupun Mosquito trap.
n. Menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti: lavender, kantor
semar, sereh, zodia, geranium dan lain-lain.

12
DAFTAR PUSTAKA

UU RI No. 4 Tahun 1984. “Wabah Penyakit Menular”.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. “Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 Tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan”.

Center For Disease Control And Prevention. 2006. Principle of Epidemiology in


Public Health Practice, Third Edition An Introduction to Applied
Epidemiologi and Biostatistic. Atlanta : U.S Department of Health and
Human Services.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman surveilans epidemiologi


SARS di Indonesia Edisi kedua .Jakarta, Depkes RI.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Data Surveilans dan KLB


2012.Jakarta, Depkes RI.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Tim Gerak Cepat Pengendalian SARS
dan kesiapsiagaan menghadapi Pandemi SARS .Jakarta, Depkes RI.

Agustin, R. (2020). Kajian Pustaka Penyakit Tropis Terabaikan: Aspek Holistik pada
Pasien Kusta dan Filariasis . Jurnal Ilmu Kesehatan , Vol.8 No.2. 138-146.

Amin, L. (2015). Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education, Vo.42


No.7. 504-508.

Arianto , R., Putra, D., & Adrini D, F. (2015). Profil Umur dan Jenis Kelamin Diare
Akut Rotavirus dan Non Rotavirus pada Balita yang dirawat di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau. JOM FK, Vol.2 No.2. 1-7.

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: CV. Absolute Media.

Krisna , L. (2016). Zika Outbreak: What You Need to Know. Mediatory, Vol.4 No.2.
134-144.

Levani, Y., Prastya, A., & Mawaddatunnadila, S. (2021). COronavirus Fidease 2019
(COVID-19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, 44-57.

Mulyadi, & Fitrika, Y. (2011). Hubungan Tuberkulosis dengan HIV/AIDS. Idea


Nursing Journal, Vol.2 No.2. 162-166.

Rampengan, N. (2014). Infeksi Virus Ebola. Jurnal Biomedik (JBM), Volume. 6 No.
3. 137-140.
14

Rampengan, N. (2016). Middle East Respiratory Syndrome. Jurnal Biomeedik


(JBM), Vol.8 No.1. 17-26.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi MERS di


Indonesia . Jakarta : Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Monkeypox. Jakarta: Kemenkes RI.

Siswanto. (2020). Epidemiologi Penyakit Hepatitis . Sarinda: Mulawarman


University Press.

Sitohang, V. (2020). Pedoman Surveilans Campak- Rubela. Jakarta: Kemenkes RI.

Subuh, M. (2017). Pedoman Pencegahan & Pengendalian Virus Zika . Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Subuh, M. (2017). Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian Anthrakz .


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Susilo, A., Rumende, C., Pituyo, C., Santoso, W., Yulianti, M., & dkk. (2020).
Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, Vol.7 No.1, 45-67.

Widjajanti, W. (2019). Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan Leptospirosis.


JHECDs , Vol.5 No.2. 62-68.

Widodo, O. (2015). Aspek Mikrobiologi pada Penyakit Tropis yang Terabaikan .


Vol.11 No.2. 90-91.

14
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai