Anda di halaman 1dari 130

HASIL PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG
HIV/AIDS PADA REMAJA
DI SMKN 05 BOMBANA

M.SIDDIQ
P.2016.01.048

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA KENDARI
2020
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari


Progam Studi S1 Keperawatn
Hasil Peneliian, Agustus 2020
M.Siddiq (P201601048)
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS Pada Remaja Di SMK Negeri 05 Bombana Tahun 2020”
Pembimbing I : H. Achmad Kadarman
Pembimbing II : Lisnawti
Pendidikan kesehatan akan mempunyai hasil yang baik apabila dalam
prosesnya menggunakan metode maupun media yang baik, dimana seriap metode
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya, dalam menentukan
penggunaan metode maupun media hendaknya ditunjang oleh media yang cocok
dalam proses pendidikan kesehatan agar apa yang disampaikan dapat diserat dan
pahami dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetaui Pengaruh
Pendidkan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS
Pada Remaja Di SMKN 5 BOMBANA Tahun 2020”
Jenia penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode
Quasy eksperimen dengan rancangan desain Pretest And Postest two Group.
Populasi dalam penelitian ini seluru siswa kelas XI dan XII 79 orang, dengan
tehnik pengambilan sampel secara simple ramdom smpling dengan jumlah sampel
66 orang. Metode analisi menggunakan uji statistik wilcoxom,
Hasil penlitian ini menunjukan bahwa Sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dengan media leaflet nilai rata-rata responden 12,93 (64,69%),
sedangkan nilai rata-rata responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan
dengan media audiovisual 13,12 (65,60%). Setelah diberikan pendidikan
kesehatan dengan media leaflet nilai rata-rata responden meningkat menjadi 17,53
(87,72%), sedangkan nilai rata-rata responden setelah diberikan pendidikan
kesehatan dengan media audiovisual meningkat menjadi 19,83 (90,15%). Dilihat
dari nilai Mean Rank untuk media Leaflet 29,91 sedangkan media Audiovisual
37,06, artiya media audiovisual lebih berpengaruh dalam pendidikan kesehatan
untuk meningkakan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI dan XII.
Diharapkan bagi pelayanan kesehatan dapat bekerja sama dengan Dinkes
dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada remaja di sekolah-sekolah agar
bertambahnya pengetahuan generasi mudah Indonesia dalam kesehatan khususnya
mengenai HIV/AIDS, serta mampu memilih metode media penyuluhanyang tepat
untuk digunakan, yang disesuaikan dengan materi penyuluhan, peserta
penyuluhan, serta lokasi penyuluhan.

Kata Kunci : HIV/AIDS, Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan,


SMKN 5     Bombana
Daftar Pustaka : 39 (2012-2020)

vii
ABSTRACT

Mandala Waluya Kendari College of Health Sciences


S1 Nursing Study Program
Research Results, August 2020
M. Siddiq (P201601048)
"The Effect of Health Education on Increasing Knowledge about HIV / AIDS
among Adolescents in SMK Negeri 05 Bombana in 2020"

Supervisor I : H. Achmad Kadarman


Supervisor II : Lisnawti
Health education will have good results if in the process using good
methods and media, where each method has advantages and disadvantages in its
application, in determining the use of methods and media it should be supported
by suitable media in the health education process so that what is conveyed can be
shared and understand well. The purpose of this study is to determine the effect of
health education on increasing knowledge about HIV / AIDS in adolescents at
SMKN 5 BOMBANA in 2020 "
The type of research used is quantitative research with a Quasy
experimental method with a pretest and postest two group design design. The
population in this study were all 79 students of class XI and XII, with a simple
ramdom smpling sampling technique with a sample size of 66 people. The method
of analysis uses the Wilcoxom statistical test,
The results of this study indicate that before being given health
education with leaflet media the average value of the respondents was 12.93
(64.69%), while the average value of respondents before being given health
education with audiovisual media was 13.12 (65.60%). After being given health
education using leaflet media, the mean score of the respondents increased to
17.53 (87.72%), while the mean value of the respondents after being given health
education with audiovisual media increased to 19.83 (90.15%). Judging from the
Mean Rank value for Leaflet media is 29.91 while Audiovisual media is 37.06, it
means that audiovisual media is more influential in health education to increase
knowledge about HIV / AIDS in class XI and XII students.
It is hoped that health services can work together with the Health Office
in providing health education to adolescents in schools so that the knowledge of
the younger generation of Indonesians in health, especially about HIV / AIDS,
and being able to choose the right method of extension media to use, which is
tailored to the counseling material outreach, as well as extension locations.

Keywords : HIV / AIDS, Health Education, Knowledge, SMKN 5


Bombana
References : 39 (2012-2020)

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan hail penelitian

yang berjudul “PENGARUH PENDIDIKA KESEHATAN TERHADAP

PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA

REMAJA DI SMKN 05 BOMBANA” guna memenuhi salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Keperawatan di

STIKES-MW Kendari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Penyusunan hail peneliian ini masih

jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang

sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari Penulisan ini sangat Penulis

harapkan.

Pada kesempatan kali ini Penulis tidak lupa pula menghanturkan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak H. Achmad Kadarman,

S.KM.,M.KES selaku pembimbing I dan kepada Ibu Lisnawti.,S.Kep.,M.Kep

selaku pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah

diberikannya dalam membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun kritik

sehingga hasil penelitian ini menjadi lebih baik.

Tak lupa pula Penulis hanturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari

2. Ketua STIKES Mandala Waluya Kendari

ix
3. Para Wakil Ketua (Akademik, Non Akademik, Kemahasiswaan) STIKES

Mandala Waluya Kendari

4. Para Ketua Lembaga (LPPM, LPM) STIKES Mandala Waluya Kendari

5. Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKES Mandala Waluya Kendari

6. Bapak/Ibu Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan dan

motivasi semasa pendidikan.

7. Tim penguji I, Penguji II, dan Penguji III

8. Seluruh Dosen dan staf/karyawan STIKES Mandala Waluya Kendari yang

telah banyak membantu Penulis semasa pendidikan.

9. Kedua orang tua tercinta dan kakak-kakakku yang telah memberikan

dukungan, kasih sayang serta motivasi.

10. Seluruh teman-teman khususnya Program Studi S1 Keperawatan yang

telah memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga selesainya

proposal ini.

Demikian hassil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi semua

pihak dan terutama Penulis dalam menyelesaikan pendidikan di STIKES

Mandala Waluya Kendari.

Kendari Juli 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
PERNYATAAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar berlakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................6
E. Keaslian Penelitian.....................................................................................7
BAB II TINJAUN PUSTAKA................................................................................8
A. Tinjauan Umum Sekolah Menengah Kejuruan ......................................12
B. Tinjauan Umum Tentang Remaja............................................................15
C. Tinjauan Umumu Tentang Pengtahuan...................................................18
D. Tinjauan Umumu Tentang HIV/AIDS ..................................................23
E. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kesehatan.....................................46
BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................56
A. Dasar Pemikiran.......................................................................................56
B. Kerangka Konsep Penelitian....................................................................57
C. Variabel Penelitian...................................................................................58
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Obyektif............................................58
E. Hipotesis Penelitian..................................................................................61
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................62
A. Jenis Dan Desain Penelitian.....................................................................62
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian..................................................................63
C. Populasi Dan Sampel...............................................................................63
D.Sumber Data Dan Cara Pengumpulan Data..............................................65
E. Pengolahan Dan Penyajian Data..............................................................66

xi
F. Etika Penelitian.........................................................................................68

BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………………….……….

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian………………………………….……..

B. Hasil penelitian……………………………………………………………

C. Pembahasan……………………………………………………………….

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….

A. Kesimpulan……………………………………………………………….

B. Saran………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................70
LAMPIRAN...........................................................................................................73

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab

melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini berada dalam cairan

tubuh manusia seperti darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. Tidak

semua cairan yang ada dalam tubuh manusia mengandung HIV. Ada juga yang

tidak berpotensial yaitu cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Penyakit

HIV/AIDS termasuk penyakit yang sangat membahayakan bagi menusia.Karena

penyakit ini menyerang sistem tubuh manusia.Dalam sistemtubuh mausia,

terdapat sel yang melawan virus yang masuk kedalam tubuh manusia, sel tersebut

memiliki CD4.CD4 berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi yang ada

(Firman, 2017).

HIV yang mengakibatkan munculnya sekumpulan gejalah penyakit yang

di sebut AIDS .AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah stadium

akhir dari infeksi virus HIV.Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan

infeksi sudah hilang sepenuhnya. Sampai saat ini belum ada obat untuk

menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk memperlambat

perkembangan penyakit tersebut. Salah satu ilmuwan yang menemukan virus

penyebab AIDS dan tes darah untuk deteksi HIV, mengatakan tidak yakin bahwa

akan ada obat untuk menyembuhkan AIDS. Setelah epidemic HIV/AIDS

berlangsung lebih dari 30 tahun, para ahli kesehatan kini lebih sering

membicarakan HIV ketimbang AIDS, ini karena kombinasi obat anti-HIV yang di

sebut antiretroviral (ARV), yang dapat membuat angka kesakitan dan kematian

menurun drastis (Lusia 2018).

1
Data WHO (World Health Organization) mencatat bahwa secara global

terdapat 36,9 juta masyarakat berbagai negar hidup bersama HIV dan AIDS pada

tahun 2017. Dari total penderita yang ada, 1,8 juta di antaranya adalah anaka-anak

berusia di bawah 15 tahun dan selebihnya adalah orang dewasa sejumlah 35,1 juta

penderita. Dari data tersebut, penderita HIV/AIDS terbanyak terdapat di kawasan

Afrika Timur dan Selatan dengan angka mencapai 19,6 juta penderita, selanjutnya

di posisi kedua yaitu kawasan Afrika Barat dan Tengah, dan kawasan Asia pasifik

menduduki peringkat ketiga, dan sayangnya sebanyak 25% di antaranya, sekitar

9,9 juta penderita tidak mengetahui bahwa merekaterserang HIV atau bahkan

mengidap AIDS. Posisi Indonesia dalam penyebaran distribusi HIV menyusul

Tiongkok dan india. Penyebaran HIV di Tiongkok meningkat 31% setiap tahun,

sementara India sebesar 22% atau 88 ribu pertahun, dan Indonesia sebesar 17%

atau 43 ribu pertahun. Dari 23% pertumbuhan penyebaran HIV di Asia Pasifik,

berasal dari anak muda.Hal tersebut terjadi karena mereka tidak mendapatkan

informasi yang cukup baik soal HIV(UNAIDS, 2017).

Director UNAIDS Indonesia mengatakan, 23% dari pertumbuhan

penyebaran HIV di asia Pasifik termaksud Indonesia, berasal dari anak muda. Hal

tersebut terjadi karena mereka tidak mendapatkan informasi yang cukup baik soal

HIV.Keterbatasan informasi juga membuat orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tak

mengetahui status penyakit yang mereka derita. Berdasarkan data kementerian

kementrian hingga 2018, ODHA yang mengetahui status penyakitnya hanya

sebesar 301.959 orang atau 48% dari 630 ribu orang. Oleh karna itu pentingnya

bagi seluru pemangku kepentingan untuk bias menyampaikan informasi dan

sosialisasi mengenai masalah HIV, tugas sosialisasi bukan hanya tanggung jawab

2
pemerintah namun juga pihak swasta, termaksud media ( Krittayawan Boonto

2018 ).

Berdasarkan data dari Kemetrian Kesehatan Republic Indonesia

(Kemenkes.RI) jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun 2005

sampai tahun 2019 mendekati angka 500.000 yaitu 466.859 yang terdiri dari

349.882 HIV dan 116.977 AIDS. Setiap tahunnya terjadi kenaikan jumlah kasus

HIV. Provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta 62.108 jiwa,

Jawa Timur 51.9990, Jawa Tengah 30.257, Papua 34.473, Jawa tengah 30.257,

Bali 20.356, Sumatra Utara 17.957, Sulawesi Selatan 9.442 dan Sulawesi tenggara

594 jiwa di tahun 2019. Penyebaran kasus tertinggi pada kelompok umur 20-29

tahun (32,1%), 30-39 tahun (31%), 40-49 tahun (13,6%), 50-59 tahun (5,1%) dan

15-19 tahun (3,2%). Factor resiko penularan terbanyak melalui hubungan Seksual

sekitar (70,2%), penggunaan alat suntik tidak steril(8,2%), homoseksual (7%)dan

penularan melalui prinital (2,9%) (Kemenkes.RI,2019).

Kepala Dinas Kesehatan Sultra, mengatakan jumlah penderita HIV/AIDS

di Sultra tercatat mengalami peningkatan, ada sekitar 594 orang yang mengidap

penyakit mamatikan ini, tahun 2015 sekitar 158 orang, di tahun 2016 jumlah

penderita bertambah 123 orang, tahun 2017 bertambah 120 orang, 2018

bertambah 183 orang dan di 2019 ada 10 orang yang terdata Dinas kesehatan

Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat kasus HIV/AIDS di sultra selama priode

2019 mengalami penignkatan (KendariPos.Co.Id 2019).

Proporsi Kumulatif kasus HIV/AIDS tertinggi dilaorkan pada kelompok

umur 20-29 tahun (32,1%), 30-39 tahun (31%), 40-49 tahun (13,6%), 50-59 tahun

(5,1%) dan 15-19 tahun (3,2%). Sementara resiko penularan terbanyak melalui

3
hubungan Seksual sekitar (70,2%), penggunaan alat suntik tidak steril(8,2%),

homoseksual (7%) dan penularan melalui prinital (2,9%). Sampai saat ini

HIV/AIDS belum memiliki vaksin maupun obat yang dapat

menyembukan.Perkembangan kasus HIV/AIDS yang cenderung meningkat

melihat pada kelompok umur yang paling rentang dengan penyakit ini yaitu

remaja. Sementara pengetahuan remaja tentang kesehatan ini masi rendah,

terutama tentang kesehatan reproduksi khususnya cara melindungi diri dari

prilaku seksual yang berisiko, penyakit menular seksual yang tidak diinginkan

yang dapat berdampak pada remaja yang memiliki pengetahuan rendah terhadap

kesehatan reproduksi dengan prilaku seksual yang tidak aman dan narkoba suntik.

Maka Pentingnya pengetahuan kesehatan untuk pencegahan dan pengendalian

penularan HIV/AIDS agar tidak ada lagi kematian akibat AIDS, dan stikma serta

diskriminasi pada orang HIV/AIDS (BKKBN & Kemenkes.RI,2019).

Berdasarkan program pemberantasan penyakit menular dalam pencegahan

dan pengendalian HIV/AIDS adalah pemberian penyuluhan kesehatan di

masyarakat dan di sekolah bahwa mempunyai pasangan seksual yang bergatian

dan penggunaan obat suntik bergantian dapat meningkatkan resiko terkena infeksi

HIV.Maka pelajar juga mesti dibekali pengetahuan untuk bagaimana menghindari

atau mengurangi kebiasaan yang dapat menyebabkan resiko terkenah

HIV/AID.Program untuk di sekolah mesti dikembangkan sedemikian rumpah

sesuai dengan perkembangan mental serta kebutuhan mereka (P2M & Kemenkes,

2012).

Kasus AIDS di Sulawesi Tenggara telah menyebar hampir diseluruh

kabupaten/kota, tepatnya 14 kabupaten kota melaporkan adanya penemuan kasus

AIDS, praktis saat ini hanya 3 kabupaten yang bebas kasus AIDS, yaitu
4
Kabupaten Konawe Utara, Konawe Kepulauan dan Muna Barat. Jumlah kasus

tertinggi di temukan di wilayah kota yaitu Kota Kendari 52 orang, Kota Baubau

24 orang, Bomabana 22 orang, dan Wakatobi 16 orang (Dinkes Sulawesi

Tenggara, 2019).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Bombana dari tahun 2017 sampai

2019 jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS ada sekitar 22 orang yang mengidap

penyakit mamatikan ini, tahun 2017 sekitar 8 orang, tahun 2018 betambah 5

orang, dan di tahun 2019 mengalami penambahan 9 orang. Menurut jenis kelamin

dan factor umur penderita HIV/AIDS paling bnyak dialami oleh laki-laki

sebanyak 13 orang di banding perempuan sebanyak 9 orang, umur 20-24 tahun

paling banyak menyidap penyakit HIV/AIDS terdiri dari 15 orang, umur 25-49

sebanyak 6 orang, dan umur <4 tahun 1 orang (Dinkes Bomabana, 2019).

Sekolah sebagai intitusi pendidikan yang mempunyai kesempatan yang

luas untuk dijadikan tempat penyebaran informasi dengan memanfaatkanfasilitas

sekolah dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku para remaja yang

berkaitan dengan pencegahan dan penularan HIV/AIDS, sebab dilihat dari data di

atas angkat tertingg penderita HIV/AIDS pada umur 20-29. Maka langkah

proventif yang mesti dilakukan dirioritaskan pada usia dibawah 20 tahun atau usia

sekolah pada masah remaja untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang

HIV/AIDS. Pendidikan kesehatan akan mempunyai hasil yang baik apabila dalam

prosesnya menggunakan metode maupun media yang baik, dimana seriap metode

memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya, dalam menentukan

penggunaan metode maupun media hendaknya ditunjang oleh media yang cocok

dalam proses pendidikan kesehatan agar apa yang disampaikan dapat diserat dan

pahami dengan baik (Natoatmodjo, 2012).

5
Metode atau teknik pendidikan kesehatan adalah cara dengan alat bantu

atau teknologi, dimana prormosi kesehatan akan laksanakan untuk menjangkau

sasaran tersebut. Penggunaan metode dan alat bantu dalam pendidikan kesehatan

biasanya tergantung pada besar kecilnya kelompok sasaran pada umumnya. Untuk

mendapatka media yang baik perlu dilakukan seleksi dan pengujian media

sehingga dapat mmeenuhi kubutuhan yang diinginkan. Saat ini cukup banyak

media yang baik untuk pengajaran dan salah satunya adalah media leaflet dan

audiovisual (Natoatmodjo, 2012).

Leaflet merupakan bentuk penyampaian informasi kesehtan melalui

lembaran yang dilipat berisi tulisan dan gambar yang menarik. Adapun

keuntungan mengunakan leaflet anatar lain sasaran dapat menyesuaikan dan

belajar mandiri serta praktik karena mengurangi kebutuhan mencatat. Sasaran

dapat melihat isinya di saat santai dan ekonomis, mudah dibuat, dan mudah

diperbanyak. Sedangkan Audio Visual merupakan jenis media yang digunakan

dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan

sekaligus dalam suatu kegiatan atau proses. Audio visual memberikan kontribusi

yang sangat besar dalam perubahan perilaku masyarakat, terutama dalam aspek

informasi dan persuasi.Dan Kelebihan dari Media Audio Visualadalah

pemakaiannya tidak membosankan, hasilnya lebih mudah untuk dipahami, dan

informasi yang diterima lebih jelas dan cepat dimengerti dan juga memberikan

stimulus pada pendengaran dan penglihatan, sehingga hasil lebih maksimal

(Hasan,2016).

Berdasarkan data yang diperoleh pada saat pengambilan data awal SMK

Negeri 05 BOMBANA dan opservasi yang di lakukan melalui wawancara dengan

salah satu guru Bimbingan Konseling ( BK ) di proleh informasi bahwa dalam

6
kurum waktu 4 tahun terdapat siswa yang harus putus sekolah, di tahun 2017 11

orang, tahun 2018 18 orang, tahun 2019 21 orang, dan di 2020 2 orang siswa

tersebut putus sekolah di sebabkan dari berbagai faktor seperti ekonomi,

pertengkaran sesama siswa, permasalahan dengan guru, dan melakuakan

penyimpangan seksual. Ada sekitar 18 siswa yang putus sekolah karena

melakukan penyimpangan seksual, hal tersebut dapat di ketahui dari warga sekitar

yang menemukan siswa tersebut saat sedang melakukan penyimpangan seksualyg

dapat berdampakburuk bagi remaja tersebut, karena hubungan seksual merupak

penularan terbesar HIV/AIDS. Upaya pihak sekolah untuk mencegah siswa-

siswinya agar tidak melakukan hal-hal yang dapak memicu terjadinya hubungan

seksual yaitu dengan menghimbau kepada orang tua siswa agar lebih

memperhatikan pergaulan anak-anaknya agar tidak terjadi hal-hal tidak di inginka,

serta memberikan sangsi tegas para siswa-siswi yang melanggar aturan sekolah

seperti melanggar aturan sekolah seperti membawah majalah maupun vidio porno

ke sekolah,sekolah yang memiliki letak geografis yang jauh dari perkotahan dan

akses jalan yang tidak baik sehingga sekolah tersebut belum pernah memdapatkan

penyuluhan terkait dengan kesehatan, maka peneliti tertarik mengadakan

penelitian di SMK Negeri 05 BOMBANA.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidkan Kesehatan Terhadap

Peningkatan Pengetahuan TentangHIV/AIDSPada Remaja Di SMKN 5

BOMBANA Tahun 2020”

B. Rumusan Masalah

7
Berdasarka uraian pada latar belakang, maka penelitian dapat di rumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengetahuan siswa/siswi tentang HIV/AIDS sebelum di

lakukan Pendidikan Kesehatan

2. Bagaimanakah pengetahuan siswa/siswi tentang HIV/AIDS sesudah di

lakukan Pendidikan Kesehatan

3. Apakah ada pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap peningkatan

pengetahuan siswa-siswi tentang HIV/AIDS

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

peningkatan pengetahuan tentang HIV/AID pada remaja

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkatpengetahuan siswa/siswi tentang

HIV/AID sebelum di lakukan pendidikan kesehatan di SMKN 5

BOMBANA

b. Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan siswa/siswi tentang

HIV/AID sesudah di lakukan pendidikan kesehatan di SMKN 5

BOMBANA dengan metode media Leaflet dan Audovisual.

c. Untuk mengetahui Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap peningkatan pengetahuan siswa/siswi tentang HIV/AIDdi

SMK 5 BOMBANA dengan metode media Leaflet dan

Audovisual.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

8
a. Bagi penulis

Penelitia ini merupakan suatu proses pembelajaran,

menambah wawasan tentang HIV/AIDS, dan sebagai tugas akhir

dalam menyelesaikan Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari

b. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan pustaka atau

informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya dan dapat memjadi

bahan bacaan ilmiah sebagai referensi bagi yang

membutuhkannya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi SMKN 5 Bombana

Penelitihan ini di harapkan dapat menjadi evaluasi dalam

membina anak didik terkait HIV/AID di lingkungan sekolah.

b. Bagi siswa/remaja

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan pada

siswa untuk dapat menghindarkan diri dari HIV/AID yang

berdampak fatal baginya.

c. Bagi masyarakat

Penelihan ini di harapkan dapat memberikan informasi

akan pentingnya pendidikan atas bahanya HIV/AIDS.

d. Bagi Peneliti

Penelitihan ini di harapkan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi

peneliti dan dapat di jadikan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya

9
E. Keaslian Penelitian

NO Peneitian, tahun dan Desain Sampel Kesimpulan


sumber jurnal Penelitian
1 Iwan Adrian, Quasy 36 Ada perbedahan
Maulianna T, 2105 Eksperimental peningkatan
pengetahuan hiv/aids
Pengaruh promosi siswa sebelum dan
kesehtan melalui sesudah intervensi
metodeh curah promosi kesehatan
pendapat terhadap
peningkatan
pengetahuan remaja
tentang hiv/aids
2 Sitty Khadijah, Kuaisi 42 Ada perbedahan
Dheska Artyka, 2019 Eksperimen pengetahuan
sebelum di berikan
Upaya peningkatan penyuluhan dan
pengetahuan tentang sesudah pada ibu
hiv/aids pada ibu rumah tangga,
rumah tangga di sehingga penyuluhan
dusun sempon dikatan efektif
cangkringan sleman
yokyakarta
3 Sisca Pri Andini, 2017 Cross Sectional 150 Terdapat hubungan
signifikan sikap
Hubungan tingkat seksual dengan
pengetahuan hiv dan assertivitas seksual,
sikap seksual dengan serta terdapat
tingkat assertivitas hubungan sisnifikan
seksual pada wps atatus art
(wnita penjaja seks) denganassertivitas
odah di kota bandung seksual, adanya
jawa barat hubungan tingkat
pengetahuan hiv dan
sikap seksual dengan
tingkat assertivitas
seksual wps odah di
kota bandung
4 Zainal Munir, Fendi Cross Sectinal 31 Ada pengaru
Romadoni, 2018 pendidikan terhadap
kepatuhanarv, dan

10
Pengaruh pendidikan ada pengaru
dan pekerjaan orang pekerjaan terhadap
tua dengan tingkat kepatuhan arv di
kepatuhan arv pada rumah sakit waluyo
anak hiv/aids djati kraksaan
kabupaten
probolinggi
5 Dwi Setiowati, 2014 Pre Eksperiment 160 Pemberian
pendidikan
Efektivitas pendidikan kesehatan tentang
kesehatan reproduksi seks bebas memilikih
terhadap peningkatan keefektifan dalam
pengetahuan remaj di meningkatkan
smk islam wijaya pengetahuan
kusuma Jakarta kesehatan remaja
selatan mengalami
peningkatan sesudah
di berikan
pendidikan
kesehatan
6 Baiq Leny Napitasari, Cross Sectinal 99 Adanya tingkat
Abdul Rahman pengetahuan
Wahid, Baharuddin, mahasiswa
2019 universitasmuhamma
diayah mataram
Tingkat pengetahuan terhadap PMS
mahasiswa universitas beradadi kategori
muhammadiyah cukup
mataram terhadap
penyakit menular
seksual
7 Yanik Purwanti, 2015 Quasy 96 Metode peer
Eksperimen education tidak lebih
Pengaruh peer meningkat di
education terhadap banding metode
peningkatan cerama, sedangkan
pengetahuan dan sikap, metode peer
sikap tentang hiv/aids education lebih
meningkatkan sikapa
di banding dengan
metode cerama.
8 Gusti Ayu Marhaeni, Pre Eksperiment 80 Ada perbedahan

11
M. Choirul Hadi, Ni bermakna pada
Wayan Armini, 2015 pengetahuan dan
sikap remaja tentang
Interpensi penyuluhan hiv-aids sebelum dan
kesehtan terhadap sesudah diberikan
peningkatan penyuluhan.
pengetahuan dan
sikap remaja tentang
hiv-aids di sma 1
sidemen kabupaten
karangasem, provensi
bali
9 Irma Hermayanty, Dekskriptif 19 Terdapat hubungan
Dhesti Widya, Analisis signifikan antara
Nurhasana Bingrum, koordinasi dengan
2018 efektivitas
penanggulangan
Pengaruh koordinasi hiv/aids pada komisi
terhadap efektivitas penanggulangan aids
penaggulangan
hiv/aids kabupaten
sumedang
10 Nina Sri, Catur Cross Sectional 60 Di dapat bahwa
Ceptiawan G, 2019 Sikap dalam
pencegahan hiv/aids,
Pengaruh sikap dukungan teman
dukungan teman sesame wanita
sesame wanita pekerja pekerja seks dan
seks (wps) dan motivasi bepengaruh
motivasi terhadap baik secara lamsung
prilaku pencegahan maupun tidak
hiv/aids wps lansung melalui
motivasi terhadap
prilaku pencegahan
HIV/AIDS WPS.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

1. Pengertian SMK

SMK atau sekolah menengah kejuruan adalah suatu sekolah kejuruan yang

memprioritaskan bidang keahlian di mana murid atau siswa-siswi

mempelajari bidang yang mereka pilih dan mereka diberi arahan, tujuan

penelitian ini untuk mempersiapkan anak didiknya kedunia industry atau

dunia kerja jadi untuk mempersiapkan didi dalam memasuki era pasar bebas

yang sudah semakin edan dan bahkan pasar china sudah masuk ke Indonesia,

khususnya untuk sumber daya manusia (SDM) yang unggul .

Pemerintah, sekolah, dan industri atau lembaga kerja lainnya bekerjasama

untuk mempersiapkan sumber daya manusia dan mampu bersaing,

berkompetisi, dan mengetahui ilmu pengetahuan teknologi agar tidak kalah

bersaing dengan orang-orang dari Negara asing.

Sekolah menengah kejuruab (SMK) adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTS atau bentuk lain yang

sederajad atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui ama/setara SMP/MTS.

SMK sering juga di sebut dengan STM (Sekolah tehnik menengah). Di SMK

terdapat banyak sekali program keahlian (Anita, 2016).

Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang

pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa

untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.Pendidikan mengengah kejuruan

13
mengutakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta

mengembangan sikap propesional.Sesuai dengan bentuknya, sekolah

menengah kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang

disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (peraturan pemerintah nomor

29 tahun 1990).

Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang melenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

pendidikan mengengah sebagai lanjutan dari SMP, MTS, atau bentuk lain

yang sederajat. Sekolah menengah kejuruan (SMK) atau madrasah aliyah

kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang yang sederajat (undang-undang

sisdiknas nomor 20 tahun 2003).

SMK memiliki program keahlian.Program keahlian yang di laksanakan di

SMK menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada.Program

keahlian pada jenjang SMK juga menyesuaikan pada pemerintaan masyarakat

dan pasar.Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menegah yang

mempersiapkan peserta didik terutama agar siap bekerja dalam bidang

tertentu.peserta didik dapat memilih bidang keahlian yang diminati di

SMK.Kurikulum SMK dibuat agar peserta didik siap untuk lansung bekerja

didunia kerja.Muatan kurikulum yang ada di SMK disusun sedemiakian rupa

sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang ada.Hal ini dilakukan agar peserta

didik tidak mengalami kesulitan yang berarti ketika masuk didunia

kerja.Dengan masa studi sekitar 3 tahun atau empat tahun, lulusan SMK

diharapkan mampu untuk bekerja sesuai dengan keahlian yang telah ditekuni.

Tujuan pendidkan menengah kejuruan menurut undang-undang nomor 20

tahun 2003, terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

14
pendidikan menengah kejuruan adalah : (a) meningkatkan keimanan dan

ketakwaan peserta didik kepada tuhan yang maha esa; (b) mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap,kreatif, mandiri demokratis dan bertanggung jawab; (c)

mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan,

memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; dan

(d) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap

lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan

lingkungan hidup, serta memamfaatkan sumber daya alam dengan efektik dan

efesien.

2. Tujuan SMK

Tujuan SMK (sekolah menengah kejuruan) sebagian dari pendidikan

menengah kejuruan bertujuan menyiapkan siswa/tamatan sebagai berikut:

a. Memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap

propesional.

b. Mampu memilihara karier, mampu berkompetensi dan mampu

mengembangkan diri.

c. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan

usaha dan industry pada saat ini maupun masa yang akan dating.

d. Menjadi warga neagra yang produktif, adaptif dan kreatif (Anita,

2106).

B. Tinjaun Umum Tentang remaja

1. Pengertian remaja

15
Remaja atau istilah adolenscence berasal dari kata latin yang berarti

“tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mempunyai arti luas, mengcangkup

kematanan mental, emosional, social, dan fisik (vindi, 2015).

Masa remaja adalah fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan

seseorang individu.Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke

masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental

emosional dan sosial (Sulistyo, 2016).

Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak

dan masa remaja, berlansung antara usia 12-24 tahun. Remaja adalah masa

saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan

fundamental dalam aspek fisik, kognitif, emosi, social dan

pencapaian.Remaja sebagian besar mampu mengatasi transisi ini dengan baik,

namun beberapa remaja bias penurunan pada kondisi psikis, fisiologi, dan

social sehingga menimbulkan permasalahan bagi remaja seperti munculnya

perilaku anti social pada remaja, konflik dengan orang tua, penyalahgunaan

napza, merokok, minum-minuman berarkohol dan seks bebas (Muflih M,

2017).

Remaja merupakan kelompok manusia yang penuh potensi yang perlu

untuk dimamfaatkan. Secara psikologi, usia remaja adalah usia dimana

individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usai dimana anak tidak lagi

merasa dibawah tingkat orang-orang yang tua melainkan berada dalam

tingkat yang sama(Vindi, 2015).

Pada usia remaja awal, yang masi dalam tahap pencarian jati diri, dan

remaja cenderung ingin mencoba banyak hal, menjadikan kecerdasan

emosional sebagai hal utama, mengingat remaja masi dalam ranah sangat

16
penting sebagai pelajar dengan cirri emosi yang meledak-ledak. Sebuah study

di iran menemukan bahwa terdapat korelasi positif pula antara kecerdasan

emosional dan penyesuaian sekolah, lalu korelasi positif pula antara

kecerdasan emosioanal dan keterampilan social (Dinie, 2017).

2. Tahap perkembangan remaja

Proses perkembangan pada remaja lazimnya berlansung selama kurang

lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 pada wanita dan 13-22 pada pria. Masa

perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penu

kerusakan dan persoalan, bukan saja bagi remaja sendiri melainkan juga bagi

para orang tua, guru dan masyarakat sekitar (Muhibbin S, 2016).

Masa remaja manjadi masa remaja awal (13-16 tahun) dan masa remaja akhir

(16 atau 17 tahun hingga 18 tahun), pada priode akhir individu telah mencapai

masa transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Jahja, 2016).

Sedangkan masa remaja menurut Dwi (2016) masa remaja terbagi menjadi

tiga tahapan yang masing-masing ditandai dengan isu-isu biologis, psikologi,

dan social, yaitu masa remaj awal (10-14), menengah (15-16), dan akhir (17-

20).

Masa remaja menurut beberapa ahli psikologi terdiri atau sub-sub masa

perkembangan sebagai berikut: (Muhibbin S, 2014).

a. Sub perkembangan prepuber selama kurang lebih dua tahun

sebelum masa puber.

b. Sub perkembangan puber selama dua tahun setengah sampai tiga

tahun setengah tahun.

17
c. Sub perkembangan post-puber, yakni saat perkembangan biologis

sudah lambat tapi masaih terus berlansung pada bagian-bagian organ

tertentu.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), menetapkan bahwa masa

remaja adalah priode antara usia 11 sampai 20 tahun (Sarwono, 2116).

3. Ciri-ciri remaja

Masa remaja mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakan dengan priode

sebelumnya dan sesudahnya

a. Masa remaja sebagai priode yang penting.

b. Masa remaja sebagai priode peralihan.

c. Masa remaja sebagai priode perubahan.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan kekuatan.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic.

h. Masa remaja sebagai mabang masa dewasa.

C. Tinjaun Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu terhadap suatu obyek sehingga

dapat menimbulkan prilaku dalam mengambil keputusan untuk menentukan

pilihan akan dirinya (Buraera,21016).

Penetahuan merupakan hasil dari tahu yang menjadikan seseorang setelah

melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.Penginderaan tersebut

melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,

18
penciuman rasa dan indera peraba.Sebagian besar pengetahuan manusia di

peroleh melalui penglihatan dan pendengaran.

Penegetahuan di peroleh melalui belajar yang merupakan suatu proses

mencari tahu yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, konsep mencari tahu

mencangkup berbagai metode dari konsep, baik melalui proses pendidikan

maupun pengalaman. Pengetahuan adalah sebagian ingatan atas bahan-bahan

yang telah dipelajari, mengingat kembali sekumpulan bahan yang luas dari

hal-hal terperinci untuk teori tetapi apa yang diberikan telah menggunakan

ingatan akan keterangan yang sesuai.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan pengetahuan adalah segala yanh telah diketahui dan mampu diingat

dan setiap orang setelah mengalami, menyaksikan, mengamati atau diajar

semenjak ia lahirsampai mengingat dewasa khususnya setelah diberi

pendidikan baik melalui pendidikan formal maupun non formal dan

diharapakan dapat mengevaluasi terhadap suatu materi atau obyek tertentu

untuk melaksanakannya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

(natoatmodjo, 2016).

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan mencakup enam tingkat sebagai berikut:

a) Tahu

Tahu artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termaksud dalam pengetahuan, tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluru bahan yang dipelajri

atau rangsangan yang di terimah.Oleh sebab itu tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa

19
seseorang tahu tentang yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan,

menguraikan, mendiskusikan, dan menyatakan. Sebagian contaoh

kemampuan seseorang yang diketahuinya pada ibu hamil adalah dengan

menyebutkan makanan yang dianggapnya bergizi dan penting bagi ibu

hamil.

b) Memahami

Memahmi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.Orang telah paham terhadap obyek aatau materi

yang harus dapat dijelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan terhadap obyek yang harus dipelajari.Misalnya dapat

dijelaskna mengapa harus makanan yang bergizi.

c) Aplikasi

Diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari padad situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi

disini dapat diartikan atau pengunaan hokum-hukum, rumus, metode,

prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis

Analisi adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan meteri atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya dengan satu sama

lainnya. Misalnya dapat menganalisis hubungann pengetahuan ibu

dengan frekuensin kunjungan ke posyandu.

e) Sintesis

20
Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada.Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dengan rumusan-

rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau obyek, penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan atau mengunakan

kriteria-kriteria yang tealh ditentukan.Misalnya kemampuan untuk

menilai untung ruginya seorang ibu yang melakukan mobilisasi dini dan

yang tidak melakukannya (natoatmodjo, 2016).

3. Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a) Umur

Umur individu yang terhitung mulai saat berulang tahun

(Nursalam,2001). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

b) Pendidikan

Bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju kea rah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan diperlukan

untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga bias meningkatkan kualitas hidup.

Makin tinggi tingkat pendidikan sesorang, maka makin mudah

menrima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimilkinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

21
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan (Nursalam, 2001).

c) Pekerjaan

Keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

mebosankan, berulang banyak tantangan. Bekerja umumnya merupakan

kegiatan menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga(Nursalam, 2001).

Menurut Depkes RI, mengemukakan perhatian wanita didalam

keluarga masih kurang diperhatikan dibandingkan dengan laki-laki,

misalnya wanita mengeluarkan energy lebih banyak di dalam keluarga.

Wanita yang bekerja sampainya dirumah tidak bias lansung istirahat,

karena umumnya mempunyai peran di rumah sepeti memasak,

menyiapkan makanan, membersikan rumah sehingga waktu untuk

membaca ataupun mendengarkan informasi dari radio dan televise

berkurang.

d) Pendapatan

Pendapatan keluarga biasanya dilihat dari satu bulan, dimana

pendapatan ini digunakan untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarga

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari termaksud untuk pemeliharaan

kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka akan

semakin terpenuhi kebutuhannya, sebaliknya semakin rendah pendapatan

keluarga maka pemenuhan kebutuhannya akan kurang juga sehingga

22
terkadang akan lebih mementingkan kebutuhan primernya dibanding

keutuhan akan kesehatan.

e) Letak geografis

Lokasi geografis yang buruk misalnya daerah terpencil akan sulit

menerimah informasi dari luar.

4. Pengukur pengetahuan

Pengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

menanykan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian/responden.(Natoadmodjo, 2016).

Untuk memudahkan terhadap pemisahan tingkat pengetahuan dalam

penelitian, tingkat pengetahuan dibagi berdasarkan skor yang terdiri dari:

a) Baik bila tingkat pengetahuan 76% sampai dengan 100%.

b) Cukup bila tingkat pengetahuan 56% sampai dengan 75%

c) Kurang bila tingkat pengetahuan kurang dari 56% (Natoadmodjo,

2016).

Hal yang sama dinyatakan oleh Ali khosomsan, 2010, menilai

pengetahuan dengan skor sebagai berikut:

a) Pengetahuan baik jika > 80%.

b) Pengetahuan sedang jika 60-80%.

c) Kurang jika <60%.

D. Tinjauan Umum Tentang HIV/AIDS

1. Pengertian HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab

melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini berada dalam cairan

23
tubuh manusia seperti darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu.

Tidak semua cairan yang ada dalam tubuh manusia mengandung HIV. Ada

juga yang tidak berpotensial yaitu cairan keringat, air liur, air mata dan lain-

lain. Penyakit HIV/AIDS termasuk penyakit yang sangat membahayakan bagi

menusia.Karena penyakit ini menyerang sistem tubuh manusia.Dalam

sistemtubuh mausia, terdapat sel yang melawan virus yang masuk kedalam

tubuh manusia, sel tersebut memiliki CD4. CD4 berfungsi untuk melawan

berbagai macam infeksi yang ada (Firman, 2017)

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human

Immunodeficiency Virus (HIV), termasuk penyakit infeksi yang mengancam

jiwa.Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus RNA dari

famili Retrovirus dan subfamili Lentiviridae.Dikenal ada dua serotipe HIV

yaitu HIV-1 dan HIV-2, Secara morfologis HIV-1 berbentuk bulat yang

terdiri atas bagian inti (core) dan selubung (envelope) (Nasronudin, 2012).

2. Epidemologi

Transmisi HIV ke dalam tubuh manusia melalui 3 cara, vaitu: (1) secara

vertikal dari ibu ke anak. Kebanyakan bavi anak terinfeksi berasal darí ibu

yang terinfeksi HIV.Jadi transmisi pada masa perinatal terjadi pada masa

intrauterina (transplasenta), intrapartum, postpartum (terutama melalui

ASI).Sekitar 85-90% infeksi HIV pada anak didapatkan pada persalinan dari

ibu yang telah terinfeksi HIV, sedangkan sebagian karena transfusi darah atau

komponen darah yang tercemar HIV.Transmisi melalui ASI, 14% terjadi pada

6 bulan pertama postpartum. Oleh karena itu, Centers for Disease Control

(CDC) menyarankan agar ibu hamil dengan HIV agar tidak menyusui

bayinya. (2) secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual), (3)

24
secara horizontal yaitu kontak antardarah (pemakaian jarum suntik bersama-

sama secara bergantian, tato, tindik, transfusi darah, transplantasi organ,

tindakan hemodialisis, perawatan gigi, khitanan massal, dan lain-lain)

(Nasronudin, 2012).

Retrovirus sebagai penyebab AIDS di kemukakan oleh Barre-Sinoussi dkk

di institut Pasteur pada tahun 1983, sedangkan HIV-2 pertama dilaporkan dari

Senegal Afrika Barat pada tahun 1985.Saat ini lebih dari 150 negara

melaporkan adanya infeksi HIV/AIDS dari berbagai penjuru dunia. Menurut

UNAID, akhir Desember 2000, disebutkan 58 juta jiwa penduduk dunia

terinfeksi HIV, 22 juta di antaranya meninggal akibat AIDS, Transmisi HIV

masih tetap berlangsung, 16 ribu jiwa terinfeksi baru setiap harinya

(Nasronudin, 2012).

Di Afrika khususnya Sub-Sahara, 30 juta penduduknya mengidap HIV dan

lebih 10 juta jiwa meninggal akibat AIDS serta 3–4 juta jiwa terinfeksi baru

setiap tahunnya. Situasi senada terjadi di Uganda, negara berpenduduk 20 juta

tersebut 2 juta di antaranya diserang HIV/AIDS, 300–400 kematian akibat

AIDS terjadi setiap hari (Nasronudin, 2012).

3. Sejarah HIV dan AIDS

Kasus paling awal infeksi HIV ditemukan dalam darah.Sampel diambil

tahun 1959 dari seorang pria di Kinshasa, Republik Demokrat Kongo (dahulu

disebut zaire).Sampel yang menunjukkan bahwa HIV ada lebih dari dua

dekade sebelum laporan CDC pertama.

AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 oleh Pusat Pengendalian

dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) yang berbasis di Atlanta,

Georgia. Hampir satu juta orang di Amerika serikat di diagnosis dengan

25
AIIDS selama 25 tahun pertama.Lebih dari setengah juta orang Amerika

meninggal karena AIDS selama seperempat abad pertama epidemi, dan lebih

dari 400.000 orang Amerika saat ini hidup dengan AlIDS.Namun AIDS

bukan hanya sebuah epidemi di Amerika Serikat.Penyakit AIDS ini adalah

penyakit yang ditemukan di Negara diseluruh Dunia.

Pada Tahun 2007, menurut data yang dikumpulkan oleh Amerika bersama

program HIV/AIDS (UNAIDS), 33 juta orang hidup dengan infeksi HIV

(UNAIDS, 2007).

Kasus HIV/AIDS di Indonesia dilaporkan pertama kali pada tahun 1987 di

Bali, dan sampai akhir tahun 2003 jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak

4.091. Jumlah kasus terbanyak yang dilaporkan Timur, Riau (Batam) dan

Bali.berasal dari DKI Jakarta, disusul Papua, Jawa Timur, Riau (Batam) dan

Bali (Firman,2017)

4. Etiologi

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human

Immunodeficiency Virus (HIV), termasuk penyakit infeksi yang mengancam

jiwa.Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus RNA dari

famili Retrovirus dan subfamili Lentiviridae.Dikenal ada dua serotipe HIV

yaitu HIV-1 dan HIV-2, Secara morfologis HIV-1 berbentuk bulat yang

terdiri atas bagian inti (core) dan selubung (envelope) (Nasronudin, 2012).

Molekul RNA dikelilingi oleh suatu kapsid berlapis dua dan suatu

membran selubung yang mengandung protein. Komponen membran luar

tersusun dari dua lapis lipid dan terdapat glikoprotein spesifik menyerupai

jarum yang terdiri atas gp120, yang mampu berinteraksi dengan reseptor CD4

serta coreseptor CXCR4 dan CCR5 yang terdapat pada sel target, dan gp41

26
yang mendorong terjadinya fusi membran HIV dengan membran sel target.

Glikoprotein tersebut mempunyai peranan penting dalam proses infeksi

karena mempunyai afinitas yang besar dengan reseptor CD4 dan coreseptor

CXCR4 dan CCR5 sel target. Bagian inti HIV tersusun dari rangkaian protein

matriks p17, rangkaian nukleokapsid dari protein p24, protein inti terdiri atas

genom RNA dan enzim reverse transcriptase yang dapat mengubah RNA

menjadi DNA pada proses replikasi. Genom HIV terdiri atas ssRNA (2 untai

yang identik dengan masing-masing 9,2 kb). Pada genom HIV terdapat gen

yang berperan untuk menyandi sintesis protein inti, enzim reverse

transcriptase maupun memandu kinerja glikoprotein dari selubung

(Nasronudin, 2012).

5. Patofisiologi

HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara

vertikal, horizontal dan transeksual. Jadi HIV dapat mencapai sirkulasi

sistemik secara langsung dengan diperantarai benda tajam yang mampu

menembus dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung melalui kulit

dan mukosa yang tidak intak seperti yang terjadi pada kontak seksual.Begitu

mencapai atau berada dalam sirkulasi sistemik, 4–11 hari sejak paparan

pertama HIV dapat dideteksi di dalam darah (Nasronudin, 2012).

Selama dalam sirkulasi sistemik terjadi viremia dengan disertai gejala dan

tanda infeksi virus akut seperti panas tinggi mendadak, nyeri kepala, nyeri

sendi, nyeri otot, mual, muntah, sulit tidur, batuk- pilek, dan lain-

lain.Keadaan ini disebut sindrom retroviral akut.Pada fase ini mulai terjadi

penurunan CD4 dan peningkatan HIV-RNA Viral load. Viral load akan

meningkat dengan cepat pada awal infeksi dan kemudian turun sampai pada

27
suatu titik tertentu. Dengan semakin berlanjutnya infeksi, viral load secara

perlahan cenderung terus meningkat. Keadaan tersebut akan diikuti

penurunan hitung CD4 secara perlahan dalam waktu beberapa tahun dengan

laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada kurun waktu 1,5-2,5 tahun

sebelum akhirnya jatuh ke stadium AIDS (Nasronudin, 2012).

Fase selanjutnya HIV akan berusaha masuk ke dalam sel target. Sel yang

menjadi target HIV adalah sel yang mampu mengekspresikan reseptor CD4.

Untuk bisa masuk ke sel target, gp120 HIV perlu berikatan dengan reseptor

CD4.Reseptor CD4 ini terdapat pada permukaan limfosit T, monosit-

makrofag, Langerhan's, sel dendrit, astrosit, mikroglia. Selain itu, untuk

masuk ke sel HIV memerlukan chemokine receptor yaitu CXCR4 dan CCR5,

beberapa reseptor lain yang memiliki peran adalah CCR26 dan CCR3.

intensitas ikatan gp120 HIV dengan reseptor CD4 ditentukan melalui peran

regio V terutama V3. Stabilitas dan potensi ikatan diperkuat oleh ko-reseptor

CCR5 dan CXCR4. Semakin kuat dan meningkatnya intensitas ikatan

tersebut akan diikuti oleh proses interaksi lebih lanjut vaitu terjadi fusi

membran HIV dengan membran sel target atas peran gp41 HIV. Dengan

terjadinya fusi kedua membran, seluruh isi sitoplasma HIV termasuk enzim

reverse transcriptase dan inti masuk ke dalam sitoplasma sel target. Setelah

masuk dalam sel target, HIV melepaskan single strand RNA (SSRNA).

Enzim reverse transcriptase akan menggunakan RNA sebagai template untuk

mensintesis DNA. Kemudian RNA dipindahkan oleh ribononuklease dan

enzim reverse transcriptase untuk mensintesis DNA lagi sehingga menjadi

double strand DNA yang disebut sebagai provirus. Provirus masuk ke dalam

nukleus, menyatu dengan kromosom sel host dengan perantara enzim

28
integrase. Penggabungan ini menyebabkan provirus menjadi tidak aktif untuk

melakukan transkripsi dan translasi. Kondisi provirus yang tidak aktif ini

disebut sebagai keadaan laten. Untuk mengaktifkan provirus dari keadaan

laten tersebut memerlukan proses aktivasi dari sel host. Bila sel host ini

teraktivasi oleh induktor seperti antigen, sitokin, atau faktor lain maka sel

akan memicu nuclear factor KB (NF-KB) sehingga menjadi aktif dan

berikatan pada 5' LTR (Long Terminal Repeats) yang mengapit gen-gen

tersebut. LTR berisi berbagai elemen pengatur yang terlibat pada ekspresi

gen, NFKB menginduksi replikasi DNA.Induktor nulear factor KB (NF-KB)

sehingga cepat memicu replikasi HIV adalan intervensi mikroorganisme

Tain.Mikroorganisme lain yang memicu infeksi sekunder dan mempengaruhi

jalannya replikasi adalah bakteri, virus, jamur, maupun protozoa.Dari

keempat golongan mikroorganisme tersebut yang paling besar pengaruhnya

terhadap percepatan replikasi HIV adalah virus non-HIV, terutama adalah

virus DNA (Nasronudin, 2012).

Enzim polimerase akan mentranskrip DNA menjadi RNA yang secara

struktur berfungsi sebagai RNA genomik dan mRNA. RNA keluar dari

nukleus, MRNA mengalami translasi menghasilkan polipeptida. Polipeptida

akan bergabung dengan RNA menjadi inti virus baru. Inti beserta perangkat

lengkap virion baru ini membentuk tonjolan pada permukaan sel host,

kemudian polipeptida dipecah oleh enzim protease menjadi protein dan enzim

yang fungsional.Inti virus baru dilengkapi oleh kolesterol dan glikolipid dari

permukaan sel host, sehingga terbentuk virus baru yang lengkap dan matang.

Virus yang sudah lengkap ini keluar dari sel, akan menginfeksi sel target

29
berikutnya. Dalam satu hari HIV mampu melakukan replikasi hingga

mencapai 10°–1011 virus baru (Nasronudin, 2012).

Secara perlahan tetapi pasti limfosit T penderita akan tertekan dan semakin

menurun dari waktu ke waktu. Individu yang terinfeksi HIV mengalami

penurunan jumlah limfosit T-CD4 melalui beberapa mekanisme sebagai

berikut.

a. Kematian sel secara langsung karena hilangnya integritas membran

plasma akibat adanya penonjolan dan perobekan oleh virion, akumulasi

DNA virus yang tidak berintegrasi dengan nukleus, dan terjadinya

gangguan sintesis makromolekul.

b. Syncytia formation yaitu terjadinya fusi antarmembran sel yang

terinfeksi HIV dengan limfosit T-CD4 yang tidak terinfeksi.

c. Respons imun humoral dan seluler terhadap HIV ikut berperan

melenyapkan virus dan sel yang terinfeksi virus. Namun respons ini bisa

menyebabkan disfungsi imun akibat eliminasi sel yang terinfeksi dan sel

normal di sekitarnyɛ (innocent-bystander).

d. Mekanisme autoimun dengan pembentukan autoantibodi yang berperan

untuk mengeliminasi sel yang terinfeksi.

e. Kematian sel yang terprogram (apoptosis). Pengikatan antara gp120 di

regio V3 dengan .reseptor CD4 Limfosit T merupakan sinyal pertama

untuk menyampaikan pesan kematian sel melalui apoptosis.

f. Kematian sel target terjadi akibat hipor aktivitas Hsp70, sehingga fungsi

sitoprotektif, pengaturan irama dan waktu folding protein terganggu,

terjadi missfolding dan dengurasi protein, jejas dan kematian sel

(Nasronudin, 2012).

30
Dengan berbagai proses kematian limfosit T tersebut terjadi penurunan

jumlah limfosit T- CD4 secara dramatis dari normal berkisar 600- 1200/mm

menjadi 200/mm atau lebih rendah lagi, Semua mekanisme tersebut

menyebabkan penurunan sistem imun sehingga pertahanan individu terhadap

mikroorganisme patogen menjadi lemah dan meningkatkan risiko terjadinya

infeksi sekunder sehingga masuk ke stadium AIDS. Masuknya infeksi

sekunder menyebabkan munculnya keluhan dan gejala klinis sesuai jenis

infeksi sekundernya (Nasronudin, 2012).

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi HIV merupakan gejala dan tanda pada tubuh

host akibat intervensi HIV. Manifestasi ini dapat merupakan gejala dan tanda

infeksi virus akut, keadaan asimtomatis berkepanjangan, hingga manifestasi

AIDS berat.Manifestasi gejala dan tanda dari HIV dapat dibagi menjadi 4

tahap.

a. Pertama merupakan tahap infeksi akut, pada tahap ini muncul gejala

tetapi tidak spesifik. Tahap ini muncul 6 minggu pertama setelah paparan

HIV dapat berupa demam, rasa letih, nyeri otot dan sendi, nyeri telan,

dan pembesaran kelenjar getah bening. Dapat juga disertai meningitis

aseptik yang ditandai demam, nyeri kepala hebat, kejang kejang dan

kelumpuhan saraf otak.

b. Kedua merupakan tahap asimtomatis, pada tahap ini gejala dan keluhan

hilang. Tahap ini berlangsung 6 minggu hingga beberapa bulan bahkan

tahun setelah infeksi. Pada saat ini sedang terjadi internalisasi HIV ke

intraseluler. Pada tahap ini aktivitas penderita masih normal.

31
c. Ketiga merupakan tahap simtomatis, pada tahap ini gejala dan keluhan

lebih spesifik dengan gradasi sedang sampai berat. Berat badan menurun

tetapi tidak sariawan berulang, terjadi peradangan pada sudut mulut,

dapat juga ditemukan infeksi bakteri pada saluran napas bagian atas

namun penderita dapat melakukan aktivitas meskipun terganggu.

Penderita lebih banyak berada di tempat tidur meskipun kurang 12 jam

per hari dalam bulan terakhir.

Keempat merupakan tahap yang lebih lanjut atau tahap AIDS. Pada tahap

ini terjadi penurunan berat badan lebih 10%, diare yang lebih dari 1

bulan, panas yang tidak diketahui sebabnya lebih dari satu bulan,

kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, tuberkulosis sampai 10%, pada

selaput mulut terjadi dan pneumonia bakteri. Penderita berbaring di paru,

tempat tidur lebih dari 12 jam sehari selama sebulan terakhir. Penderita

diserbu berbagai macam infeksi sekunder, misalnya pneumonia

pneumokistik karinii, toksoplasmosis otak, diare akibat kriptosporidiosis,

penyakit virus sitomegalo, infeksi virus herpes, kandidiasis pada

esofagus, trakea, bronkus atau paru serta infeksi jamur yang lain

misalnya histoplasmosis, koksidiodomikosis. Dapat juga ditemukan

beberapa jenis malignansi, termasuk keganasan kelenjar getah bening dan

sarkoma kaposi.Hiperaktivitas komplemen menginduksi sekresi

histamin.Histamin menimbulkan keluhan gatal pada kulit dengan diiringi

mikroorganisme di kulit memicu terjadinya dermatitis HIV (Nasronudin,

2012).

7. Penularan Penyakit HIV/AIDS

32
Ada banyak cara penularan HIV/AIDS pada seseorang, namun yang paling

umum adalah:

a. Hubungan seksual. Orang yang punya penyakit infeksi jika memiliki luka

ada cairan dari tubuh yang keluar maka bisa 10 kali menularkan potensi

HIV kepada pasangannya lewat hubungan seks. Perilaku gonta-ganti

pasangan seks tanpa menggunakan kondom juga sangat berisiko.

Lakukanlah hubungan seks yang aman.

b. Penggunaan jarum suntik. Yang terkontaminasi oleh pemakai narkoba atau

perawat kesehatan. Jarum suntik yang sudah dipakai bisa mengandung

cairan dari pemakainya. Kebiasaan seperti ini yang banyak digunakan

pecandu narkoba.

c. Transfusi darah. Penularan transfusi darah risikonya sangat tinggi, maka

dari itu bank darah biasanya akan mengecek berulang-ulang pada darah

yang digunakan pasien melalui skrining yang ketat.

d. Dari ibu kepada bayinya. Ibu hamil yang punya penyakit HIV berisiko

tinggi menularkan kebayinya saat masih hamil, bersalin dan menyusui.

Penularan HIV dari ibu hamil keanak bisa terjadi karena infeksi melewati

plsenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari

darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular

HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan

pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20

persen.

e. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril , alat pemeriksaan kandungan

seperti spkulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah,

33
cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung di gunakan

untuk orang lain yang tidak terinfeksi bias menularkan HIV.

f. Alat yang menorah kulit, alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet,

meyunat sesorang, mebuat tato,dan sebagaiman dapat menularkan HIV

sebab alat etrsebut digunkan tanpa disterilkan terlebih dahulu(Firman,

2017)..

8. Perjalanan Infeksi HIV

Perjalanan infeksi HIV, jumlah limfosit T-CD4, jumlah virus, dan gejala

klinis melalui 3 fase.

a. Fase Infeksi Akut Setelah HIV menginfeksi sel target, terjadi proses

replikasi yang menghasilkan virus-virus baru (virion) jumlahnya berjuta-

juta virion. Viremia dari begitu banyak virion tersebut memicu

munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala yang mirip sindrom

semacam flu yang juga mirip dengan infeksi mononukleosa.

Diperkirakan bahwa sekitar 50 sampai 70% orang yang terinfeksi HIV

mengalami sindrom infeksi akut selama 3 sampai 6 minggu setelah

terinfeksi virus dengan gejala umum yaitu demam, faringitis,

limfadenopati, artralgia, mialgia, letargi, malaise, nyeri kepala, mual,

muntah, diare, anoreksia, penurunan berat badan. HIV juga sering

menimbulkan kelainan pada sistem saraf meskipun paparan HIV terjadi

pada stadium infeksi masih awal. Menyebabkan meningitis, ensefalitis,

neuropati perifer, dan mielopati. Gejala pada dermatologi yaitu ruam

makropapuler eritematosa dan ulkus mukokutan. Pada fase akut terjadi

penurunan limfosit T yang dramatis dan kemudian terjadi kenaikan

limfosit T karena mulai terjadi respons imun. Jumlah limfosit T pada fase

34
ini masih di atas 500 sel/mm3 dan kemudian akan mengalami penurunan

setelah 6 minggu terinfeksi HIV.

b. Fase Infeksi Laten Pembentukan respons imun spesifik HIV dan

terperangkapnya virus dalam Sel Dendritik Folikuler (SDF) di pusat

germinativum kelenjar limfe menyebabkan virion dapat dikendalikan,

gejala hilang, dan mulai memasuki fase laten. Pada fase ini jarang

ditemukan virion di plasma sehingga jumlah virion di plasma menurun

karena sebagian besar virus terakumulasi di kelenjar limfe dan terjadi

replikasi di kelenjar limfe. Sehingga penurunan limfosit T terus terjadi

walaupun virion di plasma jumlahnya sedikit. Pada fase ini jumlah

limfosit T-CD4 menurun hingga sekitar 500 sampai 200 sel/mm,

meskipun telah terjadi setelah serokonversi positif individu umumnya

belum menunjukkan gejala klinis (asimtomatis). Beberapa pasien

terdapat sarkoma Kaposi's, Herpes simpleks, sinusitis bakterial, Herpes

zooster, dan pneumonia yang sering berlangsung tidak terlalu lama. Fase

ini berlangsung rerata sekitar 8–10 tahun (dapat 3-13 tahun) setelah

terinfeksi HIV. Pada tahun ke delapan setelah terinfeksi HIV akan

muncul gejala klinis yaitu demam, banyak berkeringat pada malam hari,

kehilangan berat badan kurang dari 10%, diare, lesi pada mukosa dan

kulit berulang, penyakit infeksi kulit berulang. Gejala ini merupakan

tanda awal munculnya infeksi oportunistik.

c. Fase Infeksi Kronis Selama berlangsungnya fase ini, di dalam kelenjar

limfe terus terjadi replikasi virus yang diikuti kerusakan dan kematian

SDF karena banyaknya virus. Fungsi kelenjar limfe sebagai perangkap

virus menurun atau bahkan hilang dan virus dicurahkan ke dalam darah.

35
Pada fase ini terjadí peningkatan jumlah virion secara berlebihan di

dalam sirkulasi sistemik. Respons imun tidak mampu meredam jumlah

virion yang berlebihan tersebut. Limfosit semakin tertekan karena

intervensi HIV yang semakin banyak. Terjadi penurunan jumlah limfosit

T-CD4 hingga di bawah 200 sel/mm2. Penurunan limfosit T ini

mengakibatkan sistem imun menurun dan pasien semakin rentan

terhadap berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Perjalanan penyakit

semakin progresif yang mendorong ke arah AIDS. Infeksi sekunder yang

sering menyertai adalah pneumonia yang disebabkan Pneumocytis

carinii, tuberkulosis, sepsis, toksoplasmosis ensefalitis, diare akibat

kriptosporidiasis, infeksi virus sitomegalo, infeksi virus herpes,

kandidiasis esofagus, kandidiasis trakhea, kandídiasis bronkhus atau paru

serta infeksi jamur jenis lain misalnya histoplamosis, koksidiodomikosis.

Kadang-kadang juga ditemukan beberapa jenis kanker yaitu kanker

kelenjar getah bening dan kanker sarkoma Kaposi's (Nasronudin, 2012).

Selain 3 fase tersebut ada periode masa jendela yaitu periode di mana

pemeriksaan tes antibodi HIV masih menunjukkan hasil negatif walaupun

virus sudah ada dalam darah pasien dengan jumlah yang banyak.Antibodi

yang terbentuk belum cukup terdeteksi melalui pemeriksaan laboratorium

kadarnya belum memadai.Antibodi terhadap HIV biasanya muncul dalam 3-6

minggu hingga 12 minggu setelah infeksi primer. Periode jendela sangat

penting diperhatikan karena pada periode jendela ini pasien sudah mampu

dan potensial menularkan HIV kepada orang lain. Pemeriksaan laboratorium

yang dilakukan pada periode ini sebaiknya yang mampu mendeteksi antigen

p18, p24, p31, p36, gp120, gp41 (Nasronudin, 2012).

36
9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan HIV/AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis,

Psikologis dan Aspek Sosial.

a. Aspek Medis Klinis meliputi:

1) Pengobatan suportif

Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga

tidak terjadi hal hal yang berlebihan dalam pemberian nutrisi atau

terjadi kekurangan nutrisi yang dapat menyebabkan perburukan

keadaan penderita dengan cepat.Penyajian makanan hendaknya

bervariatif sehingga penderita dapat tetap berselera makan.Bila nafsu

makan penderita sangat menurun dapat dipertimbangkan pemakaian

obat Anabolik Steroid. Proses Penyedian makanan sangat perlu

diperhatikan agar pada saat proses tidak terjadi penularan yang fatal

tanpa kita sadari. Seperti misalnya pemakaian alat-alat memasak,

pisau untuk memotong daging tidak boleh digunakan untuk mengupas

buah, hal ini di maksudkan untuk mencegah terjadinya penularan

Toksoplasma, begitu juga sebaliknya untuk mencegah penularan

jamur.

2) Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik

Meliputi penyakit infeksi Oportunistik yang sering terdapat pada

penäerita infeksi HIV can AIDS.

a) Tuberkulosis

Sejak epidemi AIDS maka kasus TBC meningkat kembali.Dosis INH

300 mg setiap hari dengan vit B6 50 mg paling tidak untuk masa satu

tahun.

37
b) Toksoplasmosis

Sangat perlu diperhatikan makanan yang kurang masak terutama

daging yang kurang matang. Obat: TMP-SMX 1 dosis/hari.

c) CMV

Virus ini dapat menyebabkan Retinitis dan dapat menimbulkan

kebutaam.Ensefalitis, Pnemonitis pada paru, infeksi saluran cernak

yang dapat menyebabkan luka pada usus.Obat Gansiklovir kapsul 1

gram tiga kali sehari.

d) Jamur Jamur yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS

adalah jamur Kandida. Obat : Nistatin 500.000 u per hari Flukonazol

100 mg per hari.

3) Pengobatan Antiretroviral

b. Aspek Psikologis meliputi:

1) Perawatan personal dan dihargai

2) Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-

masalahnya

3) Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya

4) Tindak lanjut medis

5) Mengurangi penghalang untuk pengobatan

6) Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka

c. Aspek Sosial meliputi:

Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk

dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3

hal:

38
1) Emotional support, meliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai,

dan diperhatikan

2) Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat

3) Materials support, meliputi bantuan/ pelayanan berupa sesuatu

barang dalam mengatasi suatu masalah(Firman, 2017)..

Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab

atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan

sumber dukungan sosial yang paling penting. Ada empat jenis dimensi

dukungan sosial :

a) Dukungan emosional

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap pasien

dengan HIV AIDS yang bersangkutan

b) Dukungan penghargaan

Terjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang lain

itu, dorongan maju atau persetujuan dengan perbandingan positif orang

itu dengan orang lain

c) Dukungan Instrumental Mencakup bantuan langsung misalnya orang

memberi pinjaman uang, kepada penderita HIV AIDS yang

membutuhkan untuk pengobatannya gagasan atau perasaan individu dan

d) Dukungan Informatif Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana

(Firman, 2017)

10. Tes Laboratorium Penyakit HIV

Terdapat beberapa jenis tes laboratorium yang digunakan untuk

memonitor HIV.Keempat tes yang paling umum adalah viral load, jumlah

CD4, tes darah lengkap dan tes kimia darah.Keempat jenis tes ini adalah tes

39
darah dan merupakan tes darah paling komprehensif yang kesehatan

seseorang dengan HIV.

Penjelasan dari keempat jenis tes darah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Viral Load

Tes ini dilakukan untuk mengukur jumlah HIV dalam darah (kopi/mL)

Terdapat dua jenis tes viral load: polymerase chain reaction (PCR) atau

branched DNA (b-DNA). Dari ringkasan hasil tes anda dapat mengetahui

jenis tes yang digunakan. Walaupun kedua kesimpulan yang hampir

sama, hasil tes dari dua jenis tes laboratorium ini tidak sebanding.

Karenanya, walaupun hasil kedua tes tersebut pada dasarnya memberikan

informasi yang sama, sangatlah penting untuk hanya menggunakan salah

satu agar memeberikan perbandingan yang konsisten.

b) Jumlah CD4

Tes ini mengukur jumlah CD4 (sel T) dalam tubuh anda, berdasarkan

kesehatan sistem kekebealan tubuh anda.Fokus dari tes ini adalah untuk

mengukur jumlah CD4 yang absolut.Jumlah CD4 yang absolut adalah

jumlah sel CD4 yang ada dalam sistem kekebalan tubuh anda.

c) Tes darah lengkap

Tes ini mengukur tiap komponen dalam darah diantaranya mengukur

jumlah sel darah putih, hemoglobin, hematocrit dan platelet dalam darah.

d) Skrining Kimia Darah

Tes ini merupakan skrining umum untuk mengukur apakah organ-organ

tubuh anda (jantung, hati, ginjal, pankreas) otot dan tulang, bekerja

dengan benar dengan mengukur kimia- kimia tertentu dalam darah. Salah

satu fokus terpenting dalam tes ini adalah monitor enzim hati. Hati

40
merupakan organ tubuh penting karena hati membantu memproses obat-

obatan yang dikonsumsi oleh pasien (Firman, 2017).

11. Cara-cara pencegahan HIV/AIDS

Program pencegahan penyebaran HIV dipusatkan yerutam pada

pendidikan masyarakat mengenai cara penularan HIV, dengan tujuan

merubah kebiasaan orang yang berisiko tinggi untuk tertular (Ratna, 2010).

Cara-cara pencegahan ini antara lain:

a. Untuk orang sehat

1) Abstinens (tidak melakukan hubungan seksual).

2) Seks aman

b. Untuk penderita HIV positif.

1) Abstinens

2) Seks aman

3) Tidak mendonorkan dara atau organ

4) Mencegah kehamilan

5) Memberitahu mitra seksualnya sebelum dan sesudah diketahui

terinfeksi.

c. Untuk penyalahgunaan obat-obatan

1) Menghentikan penggunaan suntikan bekas atau bersama-sama

2) Mengikuti program rehabilitasi

d. Untuk professional kesehatan

1) Menggunakan sarung tangan lateks pada setiap kontak dengan

cairan tubuh

2) Menggunakan jarum sekali pakai

41
Bermacam-macam vaksin sudah dicoba untuk mecegahdan memperlambat

progresivitas penyakit, akan tetapi sejau ini belum ada yang berhasil. Rumah

sakit biasanya tidak mengisolasi penderita HIV kecuali penderita mengidap

penyakit menular seperti tuberkulosa. Permukaan-permukaan yang

terkontaminasi HIV dengan mudah bias diberikan dan di biasakan digunakan

seperti hydrogen peroksida dan alcohol (ratna, 2010).

E. Tinjauan Umum Tentang Pendidkan Kesehatan

1. Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan pada hakitnya kesehatan pada hakikatnya adalah

upaya intervensi yang ditujukan pada factor prilaku. Artinya pendidikan,

secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka

melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan (Natoatmodjo,

2012).

Pendidikan kesehtan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk

mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan

masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Pengertian kesehatan

merupakan bagian dari ilmu kesehatan.Pendidikan kesehatan adalah

penunjang bagi terlaksannya program-program kesehatan lainnya (setiawan,

2008).

Pendidikan kesehatan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh

perawat sebagai salah satu bentuk implementasi keperawatan pada individu,

keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan kelien mencapai

kesehatan yang optimal.Pendidikan kesehatan yang sangat penting di berikan

42
oleh perawat untuk mengubah perilaku individu, keluarga, dan masyarakat,

sehingga mencapai perilaku hidup sehat. Melalui pendidikan kesehatan yang

di berikan individu, keluarga, dan masyarakat dapat pengalami perubahan

dengan cara berpikir, cara bersikap dan cara perilaku sehingga dapat

membantu mengatasi masalah kesehatan yang ada, membantu mencegah

terjadinya penyakit atau tidak terulangnya penyakit dan agar terbentuk

perilaku hidup sehat. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk

intervensi keperawatan mandiri untuk membantu klien baik individu,

kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan melalui

kegiatan pembelajaran dan perawat berperan sebagai pendidik (Susanti N,

2017).

2. Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidkan kesehtan adalah merubah prilaku yang dapat

meningkatkan status kesehatan.Perubahan prilaku, sikap dan bertambahnya

pengetahuan.Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha

intervensi perilaku harus diarahkan kepada tiga factot (Natoatmodjo, 2012).

Tujuan pendidikan kesehatan tidak terlepaas dari undang-undang

kesehatan nomor 23 tahun 1992, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk memlihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan

social sehinggaproduktif secara ekonomi maupun social (Setiawan, 2008).

Pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat bertujuan untuk

mengubah perilaku individu, keluarga, dan masyarakat sehingga memiliki

perilaku sehat dan berperan aktik mempertahankan kesehatan dan mampu

memnuhi status kesehatan yang optimal. Dengan kata lain pendidikan

43
kesehatan bertujuan untuk hidup dalam kondisi terbaik dengan berupaya

keras untuk mencapai tingkat kesehatan yang maksimal (Susanti N, 2017).

Pendidikan kesehatan yang diberikan memiliki tujuan yaitu:

a) Menjadikan kesehatan sebagai nilai-nilai yang harus ada

ditanamkan dalam diri masyarakat.

b) Mendidik individu agar lebih bertanggung jawab terhadap

kesehatan pribadi, keselamatan terhadap lingkungan dan

masyarakat.

c) Mendorong individu melakukan cara-cara positif untuk mencegah

terjadinya penyakit, mencegah bertambah parahnya penyakit dan

ketergantungan.

d) Membantu agar mampu secara mandiri melakukan kegiatan untuk

mencapai tujuan hidup sehat

e) Menyadarkan individu akan adanya masalah dan kebutuhan

individu untuk berubah.

3. Metode pendidikan kesehatan

Metode atau teknik pendidikan kesehatan adalah cara dengan alat bantu

atau teknologi, dimana prormosi kesehatan akan laksanakan untuk

menjangkau sasaran tersebut. Penggunaan metode dan alat bantu dalam

pendidikan kesehatan biasanya tergantung pada besar kecilnya kelompok

sasaran, pada umumnya (Notoatmodjo, 2012),

Pilihan seorang agen penyuluhan/pendidikan kesehatan terhadap suatu

metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan yang ingin di

capai (lusia, 2015).

a). metode berdasarka pendekatan kelompok

44
dalam metode ini, pendidikan kesehatan berhubungan denga

penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran

dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih

bermamfaat atas dasar kerjasama.Dalam pedekatan kelompok ini dapat terjadi

pertukaran informasi dan pertukaran pendapat serta pengalaman antara

sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.Selain itu,

memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang member

kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap prilakunya.

Dalam memilih metode pendidikan kesehatan kelompok harus meningat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada

sasaran.Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran

pendidikan kesehatan. Metode ini yaitu:

1) Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang.

Metode yang baik untuk kelompok ini adalah cerama .

a) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan rendah. Hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam mengunakan merode cerama

adalah:

1) Persiapan

Cerama yang berhasil apabila penceramah itu sendiri

menguasai apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah

harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan

sistesmatik yang baik.

2) Pelaksanaan

45
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramha adalah apabila

penceramah dapat menguasai sasaran untuk dapat menguasai

sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan

yang meyakinkan.Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan

gelisah.Suara hendaknya cukup keras dan jelas pandangan

harus tertuju ke seluru peserta. Berdiri di depan/di pertengahan

dan mengunakan alat bantu semaksimal mungkin.

b) Metode berdasarkan pendekatan massal

Metode ini dapat menjangkau sasaran dalam jumlah

banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini

cukup baik, namun hanya dapat menimbulkan kesadaran atau

keinginan semata, beberapa penelitian menyebutkan bahwa metode

pendekatan massa dapat mepercepat proses perubahan, tetapi

jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Adapun yang

termasuk dalam metede ini antara lain, pemutaran fil, siaran radio,

surat kabar, penyebaran leaflet atau flyer, poster,sapanduk dan

sebagainya.

Dalam metode ini penyampaian informasi di tunjukan kepada yang

sifatnya massa. Oleh karena itu sasaran bersifat umum, dalam

artian tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan

kesehatan yang akan di sampaikan di rancang dengan sedemikian

rupa sehingga dapat ditangkat oleh sasaran tersebut. Pada

umumnya pendekatan massa ini tidak lansung, bisaanya

mengunakan media massa. Bebrapa contoh dari metodeh ini adalah

46
ceramah umum, pidato melalui televise, simulasi, spanduk, leaflet,

umbul-umbul, dan sebagainya.

4. Media pendidikan kesehatan

Semua sarana atau upaya umtuk menampilkan pesan

informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga

sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya

diharapkan dapat beruba perilakunya kearah positif terhadap

kesehatan.

Pendidikan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui

media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan mudah di

pahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut

sehingga sampai memutuskan untuk mengudah perilakunya ke hal

yang positif.(Natoadmodjo, 2012).

Tujuan dan alsan mengapa media sangat diperlukan didalam

pelaksanaan pendidikan kesehatan antara lain:

a) Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

b) Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

c) Media dapat memperjelas informasi.

d) Media dapat mempermudah pengertian.

e) Media dapay mmengurangi komunikasi verbalistik.s

f) Media dapat menampilkan obyek yang tidak dapat ditangkat

dengan mata.

g) Media dapat memperlancar komunikasi.

Berdasakan pendidikan kesehatan dalam penyalur pesan kesehatan

dengan media:

47
a) Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, baisanya terdiri

dari gambaran sejmlah kata, gambar atau foto dala tata

warna .yang termasuk dalam media iniadlah booklet, leaflet,

filer (selembaran). Flip chart (lembar balik).Ada beberapa

keunggulan media cetak, mencakup banyak orang, biaya

rendah, alat di bawah keman-mana, tidak perlu listrik

mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah

belajar.Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat

menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

b) Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis,

dapat dilihat dan didengarkan dan penyampaiannya melalui

alat atau bantu elektronik. Yang termasuk dalam media ini

adalah televise, radio, video fi;m, cassette, cd, vcd.

Sepertihalnya media cetak, media elektronik ini memiliki

kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik,

sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikuti sertakan

seluru panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan

diulang;ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan daei

media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu

listrik dan alat canggi untuk produksinya, perlu persiapan

matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu

keterampilan untuk mengoperasikan.

48
Media sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan-pesan

kesehatan.

1) Leaflet

Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi kesehtan

melalui lembaran yang dilipat. Adapun keuntungan

mengunakan leaflet anatar lain sasaran dapat menyesuaikan

dan belajar mandiri serta praktik karena mengurangi

kebutuhan mencatat. Sasaran dapat melihat isinya di saat

santai dan ekonomis.Berbagai informasi dapat diberikan

atau di baca oleh angotakelompok sasaran sehingga biasa di

diskusikan dan dapat memberikan informasi yang detail

yang mana mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta

mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran.

2) Flip Chart (lembar balik)

Lembar balik merupakan media penyampaian pesan

atau informasi kesehatan dalam bentuk buku dimana tiap

lembar berisi gambar peragaan dan lembar baliknnya berisi

kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan

gambar.

3) Film dan Vidio

Keuntungan penyuluhan dengan media ini adalah dapat

memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali

oleh mata dan fikiran sasaran, dapat memacu

diskusimengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran

yang jumlahnya relative kecil dan sedang, dapat dipakai

49
untuk belajar meandiri dan penyesuaian oleh sasaran, dapat

dihentikan atau dihidupkan kembali, serta setiap episode

yang dianggap penting dapat diulang kembali, mudah

digunakan dan tidak memerlukan ruang gelap.

4) Slide

Keunggulan media ini antara lain dapat memberikan

berbagai realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran

yang jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya relatif

murah, serta peralatan mudah digunakan.

5) Papan tulis

Keunggulan mengunakan papan tulis antara lain ,murah dan

efesien baik untuk menjelaskan sesuatu mudah di bersikan

dan digunakan kembali, tidak perlu ruangan yang gelap

(Notoadmodjo, 2012);

4.  Pendidikan kesehatan Tentang HIV/AIDS

Program pencegahan HIV/AIDS menurut P2M (Pemberantasan Penyakit

Menular) hanya dapat efektif bila dilakukan dengan komitmen masyarakat

dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah atau mengurangi perilaku

resiko tinggi terhadap penularan HIV.Pemberian penyuluhan kesehatan di

sekolah dan di masyarakat harus menekankan bahwa berhubungan seksual

serta pengunaan obat suntik bergantian dapat meningkatkan resiko terkena

infeksi HIV.Pelajar juga harus dibekali pengetahuan bagaimana untuk

menghindari atau mengurangi kebisaan yang mendatangkan resiko terkena

infeksi HIV.Program untuk anak sekolah harus dikembangkan sedemikian

50
rupa sesuai dengan perkembangan mental serta kebutuhan mereka, begitujuga

dengan mereka yang tidak sekolah (P2M, 2012).

Sekolah sebagai intitusi pendidikan yang mempunyai kesempatan yang

luas untuk dijadikan tempat penyebaran informasi dengan memanfaatkan

fasilitas sekolah dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku para

remaja yang berkaitan dengan pencegahan dan penularan HIV/AIDS.Maka

langkah proventif yang mesti dilakukan disekolah untuk memberikan

pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS(Natoatmodjo, 2012).

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya intervensi yang

ditujukan pada factor prilaku, pendidikan kesehatan akan mempunyai hasil

yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode maupun media

yang baik, dimana seriap metode memiliki kelebihan dan kekurangan dalam

penerapannya, dalam menentukan penggunaan metode maupun media

hendaknya ditunjang oleh media yang cocok dalam proses pendidikan

kesehatan agar apa yang disampaikan dapat diserat dan pahami dengan baik

(Natoatmodjo, 2012).

Metode atau teknik pendidikan kesehatan adalah cara dengan alat bantu

atau teknologi, dimana Prormosi kesehatan akan laksanakan untuk

menjangkau sasaran tersebut. Penggunaan metode dan alat bantu dalam

pendidikan kesehatan biasanya tergantung pada besar kecilnya kelompok

sasaran pada umumnya. Untuk mendapatka media yang baik perlu dilakukan

seleksi dan pengujian media sehingga dapat mEmenuhi kubutuhan yang

diinginkan. Saat ini cukup banyak media yang baik untuk pengajaran dan

salah satunya adalah media leaflet dan audiovisual (Natoatmodjo, 2012).

51
Bidang promosi kesehatan melakukan pendidikan kesehatan tentang

HIV/AISD sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat atau

siswa dalam penanganan pencegaha penularan peyakit menular tersebut, pada

pendidikan kesehatan tersebut menggunakan media leaflet. Leaflet

merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang

dilipat berisi tulisan dan gambar yang menarik. Keuntungan mengunakan

leaflet anatar lain sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta

praktik karena mengurangi kebutuhan mencatat. Sasaran dapat melihat isinya

di saat santai dan ekonomis, mudah dibuat, dan mudah diperbanyak (Dinkes

Kab.Bima, 2017).

Komisi penanggulangan HIV/AIDS dalam upaya pencegaha penularan

peyakit menular dengan melakukan pendidikan kesehatan dengan

menggunakan media Audiaovisual.Audio Visual merupakan jenis media yang

digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan

penglihatan sekaligus dalam suatu kegiatan atau proses. Audio visual

memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perubahan perilaku

masyarakat, terutama dalam aspek informasi dan persuasi.Kelebihan dari

Media Audio Visualadalah pemakaiannya tidak membosankan, hasilnya lebih

mudah untuk dipahami, dan informasi yang diterima lebih jelas dan cepat

dimengerti dan juga memberikan stimulus pada pendengaran dan penglihatan,

sehingga hasil lebih maksimal (KPA, Jawa Tengah 2016).

52
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Peneliti

Pendidkan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan

pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, dan individu dengan harapan

bahwa adanya pesan tersebut individu dapat memperoleh pengetahuan dan

diharapkan dapat berpengaruh terhadap prilakunya. Dengan kata lain dengan

adanya pendidikan kesehatan tersebut dapat mebawah perubahan perilaku.

Pengetahuan adalah kesan didalam pengetahuan manusia sebagai hasil

pengunaan pancaindranya.Pengetahuan diperoleh berdasarkan pengalaman, coba-

coba, dan lain-lain. Pengetahuan adalah kumpulan informasi yang dipahami,

diperoleh dari proses belajar selam hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu

terhadap diri maupun lingkungan sekitar.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap obyek melalui paca indra yang dimiliknya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut.

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor seperti faktor umur seseorang yang

semakin cukup umurnya maka tingkat kemampuang dalam memahami suatu

obyek lebih kuat, faktor pendidikan juga menjadi pengaruhi terhadap

perkembangan orang karna tingginya pendidikan membuat orang lebih mudah

mendapatkan informasi untuk meningkatkan pengetahuannya, dan faktor

geografis atau lokasi sesoorang menjadikan sesorang sulit medapatkan informasi

dari luar misalnya pada daerah terpencil.

53
Pemberian pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS di SMKN 5 Bombana

belum perna dilakukan, dan dari perilaku siswa yang kurang pengetahuannya

mengenai penyebaran HIV/AIDS, maka sangat di perlukan dilakukan pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS untuk meningkatkan pengetahuannya.

B. Kerangka Konsep

Berdasrka alur pemikiran tersebut maka kerangka konsep dalam penelitian

dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel indevenden Variabel devenden

Pendidikan
Pengetahuan
kesehatan
remaja tentang
HIV/AIDS

Umur

Kelas
Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel dependen

: Variabel perancu

: Hubungan antara variabel

Gambar 1. Bagan kerangka konsep

C. Variabel Penelitian
54
1. Variabel Independent

Variabel independen (bebas) adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (Terikat) (Sugiyono, 2016).Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Pendidikan kesehatan.

2. Variabel dependen

Variabel dependen(terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016).Pada

penelitian ini variabel dependennya adalah pengetahuan remaja tentang

HIV/AIDS.

3. Variable Perancu

Variable perancu (pengganggu) adalah variable yang mempengaruhi

hubungan variable bebas dan variable terikat (Notoatmoatmodjo,

2012).Pada penelitian ini variable perancu adalah Umur, dan Kelas.

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang di maksud peneliti adalah pengetahuan remaja tentang

pengertia HIV/AIDS, bahaya HIV/AIDS, penyebaran/penularan HIV,AIDS,

dampak dari penyakit HIV/AIDS, penyakit yang belum di temukan obat

dalam penyembuhan, dan dapat berujung kematian.

Jadi pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan kriteria penelaian didasarka

atas jumlah pernyataan keseluruan yaitu sebanyak 20 (dua puluh) pertanyaan,

dari setiap pertanyaan di beri nilai 0 (nol) jika menjawab salah dan diberikan

nilai 0,50 jika menjawab benar, sehingga diperoleh nilai:

Score tertinggi : 20 x 0,50 = 10 (100%)

55
Score terendah: 20 x 0 = 0 (0%)

Kemudian di ukur dengan menggunkan rumus interval:

I =

Dimana keterangan:

I = Interval kelas
R = Range atau Kisaran nilai tertinggi – nilai terendah = (100%-
0% = 100)
K = Jumlah Kategori sebanyak 2 yaitu benar atau salah.

Skor tertinggi = 20 x 0,50 = 10 (100%)

Skor terendah= 20 x 0 = 0 (0%)

100
I= = 50
2

Kriteria Objektif :

Pengetahuan baik     : Apabila tingkat pengetahuan 76% sampai dengan

100%.

Pengetahuan Cukup :Apabila tingkat pengetahuan 56% sampai dengan

75%

Pengetahuan Kurang : Apabila tingkat pengetahuan kurang dari 56%

2. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan yang di maksud dalam penelitian ini adalah

media Leaflet dan Audiovisualtentang HIV/AIDS yang di berikan pada

siswa dalam pendidikan kesehatan

56
Kriteria Objektif:

a) Siswa mempelajari Leafet diberikan melalui selembaran kertas yang

berisi tulisan, gambar-gambar menarik yang membahas tetntang

HIV/AIDS.

b) Siswa menonton media Audiovisual mengenai HIV/AID sampai

selesai selaku kurang lebih 5 menit tanpa terjeda atau meninggalkan

tempaat.

3. Umur

   Umur yang di maksud dalam penelitian adalah umur responden dari lahir

sampai waktu dilakukan penelitian berdasarkan jawaban responden pada

kuesioner bagian 1.

4. Kelas

Kelas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data diri responden dari

jenjang kelas dalam pendidikan formal berdasarkan yang dijawab oleh

responden pada kuesioner bagian 1.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep maka dirumuskan hipotesis

penelitiansebagai berikut :

Ho: Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatanterhadappeningkatan

pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMKN 5 Bombana.

Ha: Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan

remaja tentang HIV/AIDS di SMKN 5 Bombana.

57
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian Quasi eksperimen dengan desain

“Pretest And Postest two Group” di dalam kelompok ini ada dua kelompok

pembanding dan semua kelompok dilakukan observasi pertama (pre test) dan

observasi kedua (post test)dengan perlakuan yang berbeda-beda dan

memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah perlakuan

(Sugiono, Dr. 2010). Adapun rancangan penelitian ini sebagai berikut:

Pre-test perlakukan Post-test


01 X 02

Keterangan:

1 :Pemberian kuisioner untuk pengetahuan tentang HIV/AIDS sebelum

di berikan Pendidikan Kesehatan

X :Pemberian Pendidikan Kesehatan

2 :Pemberian kuisioner untuk pengetahuan tentang HIV/AIDS setelah di

berikan Pendidikan Kesehatan

Siswa SMKN 5 BOMBANA diukur tingkat pengetahuannya tengtang

HIV/AIDS dengan kuisioner, siswa tersebut diberikan pendidikan

kesehatan dengan media audio visual. Kemudian siswa tersebut di ukur

kembali tingkat pengetahuannya setelah dilakukan pendidikan

kesehatan

B. Waktu dan Tempat Penelitian


58
5. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 15 juni 2020 sampai dengan 22

juli 2020.

6. Lokasi penelitian

Penelitian ini di laksanakan di SMKN 5 BOMBANA

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluru siswa SMKN 5 BOMBANA

kelas XIIdan XIIdengan jumlah 79 orang

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008)

Pengambilan sampel dalam pengambilan sampel secara acak sederhana

dimna sebuah sampel diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian

atau satuan elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

dipilih menjadi sampel (Hidayat, 2008)

Berdasarkan sampel dapat di tentukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

n= N

1+ N (d)²

Ket:

n : perkiraan besar sampel

N : jumlah populasi

d² : Tingkat signifikasi (0,05)


59
Untuk jumlah sampel yang akan diambil adalah

n =79
1+ 79(0,05)²

n= 79
1+ 79 (0,0025)

n= 79
1+ 0,1975

n= 79

1,1975

n= 65,97

Sampel pada penelitian ini dipilih 66 responden

Jadi, besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak

66orang. Tekmik pengambilan sampel dalam penelitian ini

mengunakan dengan simple random samplingyaitu setiap angota atau

unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi

sebagai sampel dan dilakukan dengan cara mengundi anggota populasi

(Notoadmodjo, 2012).

7. Kriteria Sampel / Responden

a. Kriteria insklusi dalam penentuan sampel pada penelitian iniadalah

sebagai berikut:

1) Siswa kelas XI dan XII berstatus aktif di SMKN 5 Bombana

2) Siswa bersedia mengikuti seluruh rangkaian penelitian.

3) Siswa bersedia menjadi sampel.

4) Siswa hadir pada saat pre-tes dan post-test

5) Sehat jasmani dan rohani

b. Kriteria ekslusi adalah

60
1) Siswa yang membuat kekacauan pada saat waktu penelitian

2) Siswa yang tidak mengikuti pendidikan kesehatan hingga waktu

penelitian selesai atau meninggalkan ruangan saat waktu penelitian

berlangsung.

D. Sumber dan Cara Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Adapun data yang diperoleh yaitu terdiri dari :

a. Data primer

Yaitu pengukuran tingkat pengetahuan melalui Pre Test dan Post Test

dengan mengunakan kuesioner

b. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini adalah data yang

berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari instansi terkait dalam halini

di SMKN 5 Bombana.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang

diukur sebelum dan setelah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS pada

siswa kelas XI dan XII SMKN 5 B0MBANA, pengumpulan data dilakukan

dengan metode dari rumah ke rumah (Door to Door).Analisis data dilakukan

untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS

dilakukan dengan membandingkan pengetahuan sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.

E. Pengelolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

61
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan kalkulator dan system

komputerisasi yaitu dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.Sedangkan

penyajian datanya dilakukan setelah dikumpulkan, data harus disusun secara

sistematis dan disajikan dengan baik agar data tersebut dapat dimengerti. Pada

penelitian ini penyajian ini akan menggunakan table sesuai dengan kebutuhan

dan jenis data kemudian akan dinarasikan agar lebih mudah dipahami.

Sebelum data diolah secara sistematis terlebih dahulu dinyatakan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Editing (Memeriksa Data)

Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan.dijumlahkan

dan dikoreksi apakah pertanyaan sudah terjawab semua atau belum. Hal ini

dilakukan agar memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya.

b. Coding (Memnberi Kode)

Coding adalah mengklasifikasi jawaban kedalam kategori

tertentu.Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data.

c. Scoring

Scoring adalah perhitungan dengan menggunakan SPSS kalkulator

untuk mengetahui presentase setiap variabel yang diteliti.

d. Tabulating

Untuk memudakan analisis data maka data dikelompokan dalam table

kerja, kemudian data dia analisis secara sistematik deskritif melalui

perhitungan presntase dan hasil perhitungan jumlah.

e. Entry

62
Entry yaitu kegiatan kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

dalam master table untuk dilakukan pengelompokkan data atau analisis

data menggunakan uji statistic

2. Analisi Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik

setiap variabel penelitian yang diukur (Sugiyono, 2016).Penelitian ini terdiri

dari karakteristik umum dan khusus.

Karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan

dan pekerjaan.Karakteristik khusus dari penelitian ini terdiri dari variabel

dependen dan variabel independent. Data dalam penelitian ini dianalisis

dengan menggunakan statistic (analisis frekuensi) sebagai berikut :

x= f xk
n

Keterangan :

x : Presentase variabel diteliti

f : Kriteria penelitian terhadap responden

n : Jumlah sampel

k : Kostanta (100%).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh

signifikasi antara dua variabel. Untuk mengetahui pengaruh dari hasil

penelitian maka data dianalisis dengan menggunakan uji statistic T-test,

63
pada tingkat kepercayaan 95% dengan α=0,05 dengan menggunakan alat

bantu komputerisasi (SPSS).

Apabila ρ value < nilai 0.05 maka terdapat hipotesis alternative

diterima.Artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS.

Apabila kebalikannya yaitu ρ value > 0.05 maka hipotesis alternativef

ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh peningkatan pengetahuan

remaja..

Selain itu, dapat digunakan rumus uji paired sample T test :

Thit = d

sd√n

Keterangan :

Thit = Nilai pengujian

D = Selisi nilai rata-rata

sd = Standar deviasi

n = Jumlah sampel

Apabila thit > ttabel maka terdapat hipotesis alternatif diterima

artinya ada pengaruh pendidikan kesetahan tentang HIV/AIDS dan

apabila kebalikannya thit < ttabel maka hipotesis alternative ditolak. Artinya

tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan

pengetahuan remaja.

3. Penyajian data

Setelah data dikumpulkan, data harus disusun secara sistematis dan disajikan

dengan baik agar data tersebut dapat di mengerti. Pada penelitian ini

64
penyajian akan menggunakan table sesuai dengan kebutuhan dan jenis data

kemudian akan dinarasikan agar lebih mudah dipahami.

F. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, masalah etika sangat diperhatikan dengan

menggunakan metode :

1. Informend consent ( lembar persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan (informend consent). Informant

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informend consent

adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui

dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar

alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasian)

Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

65
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian

SMKN 5 Bombana merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan

yang berada di provinsi Sulawesi tenggara, kabupaten Bombana, kecematan

Poleang Timur, Desa Biru, sekolah yang didirikan pada tanggal 2 April

2012, dalam masa pendidikan yang di tempuh dalam waktu 3 tahun

pelajaran dan dibangun ditanah milik pemerintah dengan luas tana 20.075 m2.

1. Identitas Sekolah
a. Kode NPSN : 40405844

b. Nama Pendidikan : SMKN 5 Bombana

c. Alamat : Jl. Lembah harapan, Desa Biru

d. Email :smkn.5bombana@yahoo.co.id

2. Letak Geografis

Lokasi SMKN 5 Bombana yang kurang sterategi karna berada disalah

satu desa yang agak sulit dijangkau ole kendaraan umum sebab kondisi

jalan yang kurang bagus apalagi memasuki musin hujan dengan batas

wilaya sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Posyandu Desa Biru

b. Sebelah timur bertasan dengan SDN 1 Jatie

c. Sebelah selatan berbatsan dengan tepi jalan jl. Lembah Biru

d. Sebelah barat berbatasn dengan persawahan desa biru

3. Visi dan misi sekolah

66
a. Visi

Visi SMKN 5 Bombana adalah :Mewujudkan Kompetensi Keahlian

bertata kelola yang berkualitas, berbudaya, berkarakter, dan

berwawasan lingkungan di era global.

b. Misi SMKN5 Bombana adalah :

1. Membekali siswa dengan pngetahuan,

keterampilan dan sikap yang bermartabat serta bertaqwa kepada

tuhan yang maha esa.

2. Menyelenggarakan pendidikandan pelatihan

berbasis kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia usaha /

industry

3. Menghasilkan tenaga kerja tingkt menengah

yang kompoten dan propesional mampu hidup mandiri serta dapat

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi

4. Membangun institusi yang tangguh dan

kondusif, berbasis budaya, berkarakter da berwawasan

lingkungan

5. Menjdikan SMK Negri 05 bombana sebagai

sekolah nasional bersandar internasional(SNBI)

4. Pogram Studi Keahlian

1. Tehnik instalasi tenaga listrik

2. Multimedia

3. Agribisnis tanaman pangan

B. Hasil Penelitian

67
Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 5 Bombana yang dimulai pada

tanggal 15 juni sampai 25 juli 2020 dengan jumlah sampel sebanyak 66

responden. Berdasarkan hasil dari pengolahan daa yang dilakuan, maka

disajikan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

a. Kelompok berdasarkan umur

Tabel 1. Distriusi reponden berdasarkan kelompok umur

N0 Umur (tahun) n Persen (%)


1 16 17 25,8
2 17 37 56
3 18 12 18,2
Tota 66 66 100
l
Sumber: data sekunder diolah dibulan juli 2020

Berdasarka tabel 1 diatas menunjukan bahwa dari 66 responden,

ada sekitar 17 orang yang berumur 16 tahun (25,8%), 37 orang yang

berumur 17 tahun (56%), dan sebanyak 12 orang yang berumur 18

tahun (18,2%).

b. Kelompok berdasarkan Jenis kelamin

Tabel 2. Distriusi reponden berdasarkan kelompok Jenis kelamin


N0 Jenis kelamin n Persen (%)
1 Laki-Laki 30 45,5
2 Peremuan 36 54,5

Total 66 100
Sumber: data sekunder diolah dibulan juli 2020

Berdasarka tabel 2 diatas menunjukan bahwa dari 66 responden,

ada sekitar 30 orang (45,5%) yang berjenis kelamin laki-lak,i dan 36

orang (54,5%) yang berjenis kelamin perempuan.

68
c. Kelompok berdasarkan kelas

Tabel 3. Distriusi reponden berdasarkan kelompok Kelas


N0 Kelas n Persen (%)
1 XI 41 62,1
2 XII 25 37,9
Total 66 100
Sumber: data sekunder diolah dibulan juli 2020

Berdasarka tabel 3 diatas menunjukan bahwa dari 66 responden,

kelas XI sebanyak 41 orang (62,1%), dan kelas XII 36 orang yang

(37,9%),

2. Analisi univariat
a. Frekuensi pengetahuan siswatentang HIV/AIDS sebelum penyuluhan
Tabel 4. Distriusi Frekuens reponden berdasarkan pengetahuan
tentang HIV/AIDS sebelum penyuluhan
Rata-rata (x) Scor pengetahuan
kelompok n Scor % Minimu maximun
m
Scor % Scor %
Leaflet 33 12,93 64,69 10 50 15 75

audioviual 33 13,12 65,60 11 55 15 75

Total 66 13,03 65,16 10 50 15 75

Sumber: data primer diolah dibulan juli 2020

Berdasarka hasil dari tabel 4 di atas menunjukan bahwa

pengetahuan siswa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan, pada

respoden dengan media leaflet 33 orang scor rata-rata siswa 12.93

(64,69%) dengan nilai minimum 10 (50%) dan maksimum 15 (75%),

69
sedangkan pada responde dengan media audiovisual 33 orang scor

rata-rata 13,12 (65,60%) dengan nilai maksimum 11 (55%) dan

maksimum 15 (75%), maka nilai rata-rata responden 66 orang 13,03

(65,16%) dengan nilai maksimum 10 (50%) dan maksimum 15 (75%).

b. Frekuensi pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS sesudah penyuluhan

Tabel 5. Distriusi reponden berdasarkan pengetahuan tentang


HIV/AIDS sesudah penyuluhan
kelompok n Rata-rata (x) Scor pengetahuan
Scor % minimum maximun
Scor %
Leaflet 33 17,53 87,72 16 80 19 95

audioviual 33 19,83 90,15 16 80 20 100

total 66 17,78 88,93 16 80 20 100

Sumber: dataprimer diolah dibulan juli 2020

Berdasarka hasil dari tabel 5 di atas menunjukan bahwa

pengetahuan siswa setelah dilakukan pendidikan kesehatan, pada

respoden dengan media leaflet 33 orang scor rata-rata siswa 17,53

(87,72%) dengan nilai minimum 16 (80%) dan maksimum 19 (95%),

sedangkan pada responde dengan media audiovisual 33 orang scor

rata-rata 19,83 (90,15%0 dengan nilai maksimum 16 (80%) dan

maksimum 20 (100%), maka nilai rata-rata responden 66 orang 17,78

(88,93%) dengan nilai maksimum 16 (80%) dan maksimum 20

(100%).

c. Frekuensi pengetahuan siswa/siswi SMKN 5 BOMBANAtentang

HIV/AIDS

70
Tabel 6. Distriusi frekuensi pengetahuan responden tentang
HIV/AIDS

Pengetahuan Kelompok Total

Leaflet Audiovisual

f % f % f %

Pre Test Kurang 6 9.10 6 9,10


66 100
Cukup 27 40,90 27 40,90

Baik 0 0 0 0

Post Tes Kurang 0 0 0 0


66 100
Cukup 0 0 0 0

Baik 33 50 33 50

Sumber: dataprimer diolah dibulan juli 2020

Berdasarka hasil dari tabel 6 di atas menunjukan bahwa sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan 54 siswa dalam pengetahuan cukup

dan 12 siswa berpengetahuan kurang, setelah dilakukan pendidikan

kesehatan menunjukan bahwa 66 resonden dalam kategori pengethuan

yang baik.

d. Frekuensi peningkatan pengetahuansiswa/siswi SMKN 5 BOMBANA

tentang HIV/AIDS

Tabel 7. Distriusi frekuensi peningkatan pengetahuansiswa/siswi


SMKN 5 BOMBANA tentang HIV/AIDS

Peningkatan Kelompok
Pengetahuan

scor % Leaflet Audiovisual


71
f % f %

2 10 0 0 1 3.0
3 15 4 12.1 3 9.1
4 20 10 30.3 9 27.3
5 25 14 42.4 10 30.3
6 30 3 9.1 6 18.2
7 35 2 6.1 3 9.1
8 40 0 0 1 3.0
Total 33 100 33 100
Sumber: dataprimer diolah dibulan juli 2020

Berdasarka hasil dari tabel 7 di atas menunjukan penigkatan siswa

dalam media leaflet terdapat 14 siswa dengan penigkatan scor 5

(25%), 10 siswa dengan penigkatan scor 4 (20%), 4 siswa dengan

penigkatan scor 3 (15%), 3 siswa dengan penigkatan scor 6 (30%),

dan 2 siswa dengan penigkatan scor 7 (35%), sedangkan penigkatan

siswa dalam media audiovisual terdapat 10 siswa dengan penigkatan

scor 5 (25%), 9 siswa dengan penigkatan scor 4 (20%), 6 siswa

dengan penigkatan scor 6 (30%), 3 siswa dengan penigkatan scor 7

(35%), 3 siswa dengan penigkatan scor 3 (15%), 1 siswa dengan

penigkatan scor 2 (10%), dan 1 siswa dengan penigkatan scor 8

(40%).

3.  Analisis Bivariat

a. Pengaruh pendidian kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan

tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI dan XII dengan media Leaflet,

dapat dilihat dari hasil uji statistic di bawah ini :

Tabel 8. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan


tentang HIV/AIDS pada remaja SMKN 5 Bombana dengan media
Leaflet
no Pengetahu Penkes Leaflet Nilai Mean Uji t P -value
a HIV/AIDS (X)
72
Pre test Post test pre post pre post pre post

n % n %
1
Kurang 7 21, 0 0 64,70 87,7 55.270 94.78 0,000 0,000
2
3 Cukup 26 2 0 0 2 8
baik 0 78, 33 100
8
0
Total
33 100 33 100
Sumber: dataprimer diolah dibulan juli 2020

Berdaarkan hasil dari tabel 8 diatas menunjukan bahwa adanya

perbedaan yang signifikan, dari hasil nilai mean pre tes 64,70% dan

dan nilai mean post test 87,73% dengan P Value = 0,000 < 0,05 maka

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

pengaruh pendidikan kesehatan dalam peningkaan pengetahuan

tentang HIV/AIDS pada remaja SMKN 5 Bombana dengan media

Leaflet.

b. Pengaruh pendidian kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan

tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI dan XII dengan media

Audiovisual, dapat dilihat dari hasil uji statistic di bawah ini :

Tabel 9. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan


tentang HIV/AIDS pada remaja SMKN 5 BombanaDengan media
udiovisual
no Pengetahu Penkes Audiovisual Nilai Mean Uji t P -value
a HIV/AIDS (X)
Pre test Post test pre post pre post pre post

n % n %
1
Kurang 7 21, 0 0 65,16 90,1 59.407 87.37 0,000 0,000
2
3 Cukup 26 2 0 0 5 3
baik 0 78, 33 100
8

73
0
Total
33 100 33 100
Sumber: dataprimer diolah dibulan juli 2020

Berdaarkan hasil dari tabel 9 diatas menunjukan bahwa adanya

perbedaan yang signifikan, dari hasil nilai mean pre tes 65,16% dan

dan nilai mean post test 90,15% dengan P Value = 0,000 < 0,05 maka

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

pengaruh pendidikan kesehatan dalam peningkaan pengetahuan

tentang HIV/AIDS pada remaja SMKN 5 Bombana dengan media

Audiovisual.

c. Metode pendidikan kesehatan dalam meningkakan pengetahuan

tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI dan XII yang paling

berpengaruh.

Tabel 10. Metode pendidikan kesehatan yang paling berpengaruh


dalammeningkakan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada siswa kelas
XI dan XII

kelompok n Nilai Mean(X) Mean Rank p-value

pre Post
Leaflet 33 64,70 87,72 29,91 0,117
audiovisu 33 65,16 90,15 37,06
total 66

Sumber: dataprimer diolah dibulan juli 2020

Berdaasrkan hasil dari tabel 10 diatas menunjukan bahwa kedua

metode dari hasil ujit t didapatkan P Value = 0,117 > 0,05maka Ha

tidak diterima, artinya tidak ada perbedaan yang begitu signifikan

dalam kedua metode, namun bila dilihat dari nilai Mean Rank untuk

media Leaflet 29,91 sedangkanmedia Audiovisual 37,06, artiya media

74
audiovisual yang lebih berpengaruh dalampendidikan kesehatan untuk

meningkakan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI

dan XII.

75
C. Pembahasan

Berdasarkan hasil peneliti dari analisis univariat di ketahui

pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS sebelum diberikan pendidikan

kesehatan dengan media Leaflet memiliki tingkat penegtahuan kurang

yaitu sebanyak 6 responden (18,18%), dan yang berpengetahuan cukup

sebanyak 27 resonden (81,82%).

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan hasil analisis menunjukan

bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI dan XII di

SMKN 5 Bombana setelah diberikan pendidikan kesehatan pada media

Leaflet mengalami peningkatan yang signifikan sebanyak 33 repondem

(100%) berpengetahuan baik.

Berdasarkan hasil analisis dengan Uji-t pada media leaflet dengan

perlakuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan menunjukan hasil

bahwa pada media leaflet didapatkan nilai mean pre tes 64,70% dan post

test 87,73% dengan P Value = 0,000 < 0,05 maka disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan

dalam peningkaan pengetahuan dengan media Leaflet dari Pre Test dan

Post Test.

Berdasarkan hasil peneliti dari analisis univariat di ketahui

pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS sebelum diberikan pendidikan

kesehatan dengan media Audiovisual memiliki tingkat penegtahuan

kurang yaitu sebanyak 6 responden (18,18%), yang berpengetahuan cukup

sebanyak 27 resonden (81,82%). Dan setelah dilakukan pendidikan

kesehatan dengan media Audiovisual tingkat pengetahuan responden

sebanyak 33 renponden (100%) berpengetahuan baik.

76
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan hasil analisis menunjukan

bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI dan XII di

SMKN 5 Bombana setelah diberikan pendidikan kesehatan pada media

Audiovisual mengalami peningkatan yang signifikan sebanyak 33

repondem (100%) berpengetahuan baik.

Berdasarkan hasil analisis dengan Uji-t pada media Audiovisual

dengan perlakuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan menunjukan

hasil bahwa pada media Audiovisual didapatkan nilai mean pre tes 65,16

dan post test 90,15 dengan P Value = 0,000 < 0,05 maka disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh pendidikan

kesehatan dalam peningkaan pengetahuan dengan media Audiovisual dari

Pre Test dan Post Test.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti tentang

pengetahuan responden yang menyebabkan kurang tahu tentang

HIV/AIDS karena kurang mendapatkan informasi kesehatan tentang

HIV/AIDS dan tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan, baik dari

dinas kesehatan , petugas puskesmas, dan guru disekolah.

Peneliti berasumsi bahwa penyebaran informasi terhadap kesehatan

dengan pendidikan kesehatan yang tak pernah dilaksanakan disekolah

tersebut karena letak geografis tempat penelitian yang kurang sterategi

yang berada disalah satu desa yang agak sulit dijangkau oleh kendaraan

umum sebab kondisi jalan yang kurang baik, serta jarak begitu jauh

dengan dinas pendidikan dan pusat pelayanan kesehatan terpadu

(Puskesmas).

77
Hasil penelitan ini sejalan dengan pnelitian yang dilakukan

Maidartati,(2017) di Rancaekek Bandung dan Nurul Isnaini,(2017) di

Bandar Lampung menunjukan bahwa pendidikan kesehatan sangat

berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori Notoatmodjo,(2016)

pendidikan kesehatan perlu dilakukan untuk menunjang pengetahuan serta

informasi. Hal ini dilakukan karena kemampuan memlihara dan

meningkatkan kesehatan harus dikembangkan sedini mungkin serta

pendidian kesehatan sangat berperan dan berpengaruh terhadap

pengetahuan seseorang. Pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara

menyebar pesan/informasi, menanamkan keyakinan sehingga seseorang

tidak hanya tahu dan mengerti, tetapi juga bisa menganjurkan,

mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan

dengan kesehatan.

Pada saat pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terdapat hal

yang hampir sama persis dengan apa yang terdapat di kuesioner sehingga

responden dapat lansung mengerti jawaban pertayaan-pertanyaan post test

dengan benar, apalagi dalam pendidikan kesehatan ini mengugakan

metode Dor To Dor sehingga responden menyimak informasi dengan baik

tampa gangguan dari orang sekitar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayah Karuniawati,

(2018) di Surakarta yang menunjukan bahwa penyuluhan kesehatan

dengan metode Dor To Dor akan lebih efektif.

Berdasarka perlakuan dalam pendidikan kesehatan dengan

menggunakan 2 media yaitu media Leaflet dan media Audiovisual, di

78
anatara kedua media yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan

siswa dari persentasi nilai rata-rata sebelum dilakukan perlakuan pada

responden media Leaflet sebesar 64,69%, setelah dilakukan perlakuan

dengan menggunakan media Leaflet nilai rata-rata sebesar 87,72%

peningkatan pengetahun menggunakan media Leaflet sebesar 23,03%.

Sedangkan nilai rata-rata sebelum dilakukan perlakuan pada responden

media Audiovisual sebesar 65,60%, setelah dilakukan perlakuan dengan

menggunakan media Audiovisual nilai rata-rata sebesar 90,15%

peningkatan pengetahun menggunakan media Audiovisual sebesar

24,55%, maka media Audiovisual lebih berpengaru dibanding media

Leaflet.

Asumsi peneliti bahwa metode audiovisual lebih pengaruh

terhadap peningkatan pengetahua siswa dibanding metode Leaflet.Karna

dalam penggunaan media audiovisual lebih merangsang minat atau

perhatian dan dapat mengimpormasikan sesuatu dari suara, teks dan

gerakan yang lebih nyata dibanding metode Leaflet yang mesti dibolak-

balik.Ditambah lagi kebiasaan remaja saat ini yang menonton membuat

audiovisual ini menarik peratian dari media yang diberikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anisa Tiara Putri,

(201) di Kendaridenga judul “penelitian efektifitas median Audiovisual

dan Leaflet terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang

pencegahan penyakit gastritis pada santriwati di pondok pesantren

hidayatullah putrid dan ummusshabri kota kendari” yang menunjukan

bahwa penyuluhan kesehatan dengan media Audiovisual lebih efektik

79
dalam meningkatkan pengetahuan dibandingkan dengan penyuluhan

kesehatan dengan media leaflet.

Pengguna berbagai media dalam proses penyampaian materi

memberikan tampilan yang lebi menarik serta mampu lansung meransang

daya pikir seseorang, karena dalam penggunaan media melibatkan

beberapa obyek seperti teks, gambar, suara, dan video (Muslimin 2017).

Penyuluhan tidak dapat lepas dari media karena dengan melalui

media pesan, media dengan mudah disampaikan untuk dipahami. Media

dapat mengindari kesalahan presepsi, memeperjelas informasi, dan

mempermudah pengerian. Media penyuluhan kesehatan pada hakikatnya

adalah alat bantu promosi kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat

mempelajari pesan-pesan yang disampaikan, (Natotmodjo 2016).

Media merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan

isi/materi yang akan yang berikan. Semakin baik materi yang diberikan

maka semakin mudah pula untuk dipahami dan diterimah oleh peserta

penyuluhan. Tujuan dalam pemilihan metode penyuluhan untuk

mendorong terjadinya perubahan prilaku dan penambaan pengetahuan

yang sebanyak-banyaknya pada sasaran yang akan diberi media, untuk

meningkatkan komunikasi dan mengurangi gangguan komunikasi, untuk

meningkatkan daya piker sasaran serta mendorong sifat kemandirian

(susianti,2016).

80
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan asil penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Peingkatan Pengetahuan Tentan HIV/AIDS Pada Remaja Di

SMKN 5 Bombana Tahun 2020”, maka dapat ditarikesimpulan sebagai

berikut:

1. Sebelum diberikan

pendidikan kesehatandengan media leaflet nilai rata-rata responden

12,93 (64,69%), sedangkan nilai rata-rata responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan dengan media audiovisual 13,12

(65,60%).

2. setelahdiberikan pendidikan

kesehatandengan media leaflet nilai rata-rata responden meningkat

menjadi 17,53 (87,72%), sedangkan nilai rata-rata responden setelah

diberikan pendidikan kesehatan dengan media audiovisual meningkat

menjadi 19,83 (90,15%).

3. Ada pengaruh metode leaflet

dan audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang

HIVAIDS di SMKN 5 Bombana tahun 2020.

4. Metode peyuluhan yang

paling berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang

HIV/AIDS di SMKN 5 Bombana tahun 2020 adalah audiovisual

B. Saran

81
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan bagi pelayanan kesehatan dapat bekerja sama dengan

Dinkes dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada remaja di

sekolah-sekolah agar bertambahnya pengetahuan generasi mudah

Indonesia dalam kesehatan khususnya mengenai HIV/AIDS

2. Bagi sekolah

SMKN 5 Bombana mestinya dibuatkan program Khusus

pendidikan kesehatan sebagai langkah dalam pencegahan penularan

HIV/AIDS dengan menggunakan berbagai media seperti media

audiovisual dan media lainnya, namun dalam pelaksanaan program

tersebut baiknya bekerja sama dengan dinas kesehatan atau tenagah

kesehatan yang telah propesional.

5. Bagi penyuluh kesehatan

Sangat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan dalam memberikan materi serta mampu memilih metode

yang tepat untuk digunakan dengan menyesuaikan materi, peserta,

serta lokasi penyuluan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan

variable lainnya yang berkaitan dengan metode penyuluhan untuk

mengetahui pengaruh dalam penyuluhan kesehata yang di berikan

kepada sasaran tehadap peningkata pengetahuan dan perubahan sikap

serta prilaku peserta.

82
83
DAFTAR PUSTAKA

Afryani, 2015, Pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan


Siswa Tentang HIV/AIDS Di SMKN 1 Kendari.SkripsiSarjana Sekolah
tinggi ilmu kesehatan mandala waluya kendari, Kendari (Diakses tanggal
28 Januari 2020).

Ali Khomsan, 2010. Pengukuran pengetahuan, sikap dan prilaku. Jakarta: rineka
cipta.

Anita, 2016. Pengaru metode penggunaan pengembangan keterampilan dan


metode cerama dalam penyuluhan Aids terhadap pengetahuan dan sikap
pencegahan aids siswa SMK Penabur, Depok (diakses 27 januari 2020)

Aslia, 2017. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV/AIDS Dengan


Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja Di SMAN 2 Kota Bau-Bau
Tahun 2017. Skripsisarjana. Politeknik Kesehatan Kendari, Kendari.
(Diakses tanggal 31 Januari 2020).

Asriwati & Irawati, 2019. Buku Ajar Antropologi Kesehatan dalam Keperawatan.
Yogyakarta: DEEPUBLISH.

BKKBN, 2018. Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS masih renda.(online)


(diupdete 22 november 2018).
https://amp.beritasatu.com/kesehatan/kesehatan/523785-pengetahuan-
remaja-tentang-hivaids-masih-rendah (diakses pada 1 mei 2020)

Buraera, 2016.Pengetahuan , Sikap Dan Motivasi. (online) (diupdete 25 desember


2016). https://cocilku.wordpress.com/2016/12/25/babaii-tinjauan-tinjauan-
pustaka-tentang-pengetahuan-sikap-dan-motivasi/ (diakses padan 24
januari 2020)

Data Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Bombana, Jumlah siswa-siswi putus


sekolah. Bombana 2020s

Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. 2014


Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, Profil Kesehatan Kabupaten. 2019
Dinkes, Kab.Bima, 2017. Leaflet tentang HIV/AIDS. [online]. (diupdete 27 Mei
2013). https://imeges.app.goo.gl/QecapYQgYEXb4bJf6 (diakses 30
Januari 2020)

Firman, 2017. Asuhan Keperawatan HIV/AIDS. Kendari: Cv. Metro Graphia


Kendari.

Fatkhan, 2017.Jenis-jenis penelitian Eksperiment. (online) (diupdete 23 Januari


2017). https://fatkhan.web.id/jenis-jenis-penelitian-eksperimen/(diakses
pada 1 mei 2020)
84
Hidayat, 2008.Buku metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.jakarta: salemba
medika

Kendari Pos, 2019. Ngeri Penderita HIV AIDS di Sultra Meningkat, Jumlahnya
Capai 594 Orang. [online]. (diupdate 25 April 2019).
https://kendaripos.co.id/2019/04/ngeri-penderita-hiv-aids-di-sultra-
meningkat-jumlahnya-capai-594-orang/ [akses 2 Februari 2020].

KPA, Jawa Tengah, 2014. Animasi audiovisual HIV/AIDS. [online]. (diupdete 14


Oktober 2014). https://youtu.be/ZMIrNcJh_20 (diakses 30 Januari 2020).

Lusia, 2018, Tak Bisa Di Sembubukan Wabah Hiv/Aids Bisa Dikendalikan.


(online). (diupdate 02 desember 2019).
https://amp.suara.com/health/2019/12/02/112938/meski-tak-bisa-
disembuhkan-wabah-hiv-aids-bisa-dikendalikan#aoh (diakses 23 januari
2020)

Muhibbin S, 2016.pisikologi pendidikan . Jakarta: raja grafindo persada

Natoadmodjo, 2012.Prinsip-prinsip dasar ilmu kesehtan masyarakat.cet.ke-2, mei.


Jakarta:rineka cipta.

Natoadmodjo, 2016.Promosi Kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: rineka cipta.

Notoatmodjo, Susanti.N 2017.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I.


Jakarta: PT.Rineka Cipta
Nasronudin. 2012. HIV AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan Sosial.
Surabaya: Airlangga University Press.

Nursalam, Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Agung Seto. 2001

Pemprov Sultra, 2019. Kasus HIV/AIDS di Sultra Capai 183 Orang. [online].
(diupdate 23 April 2019).
https://www.google.com/amp/s/penasultra.com/amp/kasus-hiv-aids-di-
sultra-capai-183-orang/[akses 2 Februari 2020].

Prastiwi, R., N., W., 2019. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Anggota
WPA Tentang HIV/AIDS dengan Stigma pada ODHA di Surakarta.
Skripsisarjana. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surkarta. (Diakses tanggal 30 Januari 2020).

Prayitno, 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Data & Informasi
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari.

85
Program Studi S1 Keperawatan Stikes Mandala Waluya Kendari, 2008. Buku
panduan Penulisan Skripsi. Kendari: Stikes Mandala Waluya Kendari.
(Skripsi tidak dipublikasikan).

P2M, 2012. Program AIDS nasional upaya penanggulangan HIV/AIDS dan


infeksi menular sekseual. [online]. (diupdate 20 november
2012).hhtp://sehatnegriku.kemkes.go.id/baca/rilis/media/20121120/356473
/Program-aids-nasional-upaya-penanggulangan-hivaids-dan-infeksi-
menular-sekseual. (Diakses tanggal 30 Januari 2020).

Rahmawati, M., 2019. Penanggualangan HIV/AIDS di Indonesia dalam Ancaman


RKUHP. Jakarta Selatan: Institute for Criminal Justice Reform (ICJR).

Rachmad, 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Stigma Pada orang


Dengan HIV/AIDS (ODHA) Di Masyarakat Kelurahan
KemarayaKecamatan Kendari Barat. Skripsisarjana. Stikes Mandala
Waluya Kendari, Kendari. (Skripsi tidak dipublikasikan).

Rukajat, 2018. Pendekata Penelitian Kuntitatif Quantitative Research Approach.


Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Setiawan, 2008. Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan. Jakarta: Trans


informasi Media.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono, 2010. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Syafar, 2019. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Audiovisual Terhadap


Pengatahuan dan Sikap Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Pada
Remaja Kelas XI SMAN 3 Kendari. Skripsisarjana. Stikes Mandala
Waluya Kendari, Kendari. (Skripsi tidak dipublikasikan).

Smeltzer Suzanne & Bare Brenda G. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

UNAIDS, 2017. HIV/AIDS dalam Angka: 36,9 Juta Penderita, 25 Persen Tak
Menyadarinya. [online]. (diupdate 1 Desember 2018).
https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2018/12/01/124545720/hivaids-
dalam-angka-369-juta-penderita-25-persen-tak-menyadarinya [akses 2
Februari2020].

Wawan, 2016.Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan prilaku manusia.


Yokyakarta: nuhu medika.

86
Lampiran 1

PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini tidak keberatan untuk

menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

STIKES Mandala Waluya Program Studi Keperawatan dengan judul “

Pengaru Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan

HIV/AIDS Pada Remaja di SAMKN 5 Bombana Tahun 2020”

Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasian. Demikian

pernyataan ini dengan suka rela tanpa ada paksaan dari pihak manapun,

semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

Bombana, 2020

     Responden

(………………….)

87
Lampiran 2

LEMBARAN KUESIONER

PENGARU PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN

PENGETAHUAN TENTANG HIV/AID PADA REMAJA

DI SMKN 5 BOMABANA

TAHUN 2020

I. Identitas informan

No responden :

Umur : tahun

Jenis kelamin : Perempuan / Laki-laki

Kelas :

Alamat :

II. Petunjuk pengisian

1. Mohon kesediaan saudara untuk member jawaban terhadap pernyataan-

pernyataan dibawah ini dengan memili salah satu alternative jawaban

saura/i.

2. Mohon kesediaan saudara/I untuk memberikan alas an atas jawaban yang

anda pilih.

3. Jika ada yang kurang dimengerti anda boleh bertanya kepada peneliti.

88
III. Pengetahuan tentang HIV/AIDS

1. HIV merupakan singkatan dari?

a. Human immunodeficiency Virus

b. Human Immune Virus

c. Tidak Tahu

2. AIDS merupakan singkatan dari?

a. Aquired Immune Deficiency Syndrome

b. Aquired Immune Deficiency System

c. Tidak Tahu

3. ODHA merupakan singakatan dari?

a. Orang Dengan HIV/AIDS

b. Orang Dengan HIV Akut

c. Tidak Tahu

4. Yang dimaksud dengan HIV?

a. Virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan akan

menimbulkan AIDS

b. Virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia

c. Tidak Tahu

5. Virus HIV terdapat dalam…

a. Darah, cairan vagina, air mani

b. Darah

c. Tidak Tahu

6. Ketika tubuhterserang hiv tubuh akan rentan terkena penyakit lainnya

yaitu…

a. Tb, radang kulit, radang jamur di mulut

89
b. Tb

c. Tidak Tahu

7. Virus HIV membutuhkan waktu beberapa lama hingga menunjukkan

gejala-gejalanya….

a. 5-10 tahun

b. 1-5 tahun

c. Tidak Tahu

8. Yang menjadi jegala-gejala jika tubuh sudah terinfeksi HIV adalah….

a. Penurunan berat badan >10 dalam waktu singkat, deman selama 1

bulan lebih, diare kronik selama 1 bulan lebih, batuk selama 1

bulan lebih

b. Demam dan diare

c. Tidak Tahu

9. HIV/AIDS adalah penyakit yang menyerang…..

a. System syaraf

b. System kekebalan tubuh

c. Tidak Tahu

10. Gejala dini penderita HIV/AIDS adalah……

a. Sakit kepala

b. Pembengkakan kelenjar

c. Tidak Tahu

11. Gejala penderita HIV yang belum menunjukan terkena AIDS adalah…

a. Demam yang berulang

b. Lemas

c. Tidak Tahu

90
12. Virus HIV dapat menular melalui…

a. Hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik secara

bergantian, tranfusi darah.

b. Hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik secara

bergantian.

c. Tidak Tahu

13. Penularan HIV dapat dicegah melalui….

a. Menjahuhi hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum

suntik secara bergantia, tranfusi darah yang tidak steril.

b. Menjahuhi hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum

suntik secara bergantian.

c. Tidak Tahu

14. Kelompok orang yang termasuk dalam resiko tinggi tertular HIV

adalah….

a. Wanita pekerja seks dan pelanggannya, dan pengguna obat

terlarang menggunakan jarum suntik.

b. Wanita pengguna seks dan pelanggannya, waria dan pelanggannya.

c. Tidak Tahu

15. HIV/AIDS dapat menular melalui….

a. Menggunakan jarum suntik, tindik atau tato secara bersama-sama

dan tidak disterilkan.

b. Berenang di kolam renang emum dengan penderita HIV/AIDS

c. Tidak Tahu

16. Virus HIV dapat menular melalui….

a. Jarum tato dan tindik

91
b. Gigitan nyamuk

c. Tidak Tahu

17. Pengobatan yang dapat dilakukan tehadap penderita HIV adalah…

a. Pengobatan terhadap infeksi oportunisti, pengobatan untuk

peningkatan secara umum dan pngobatan antiretroviral (ARV).

b. Pengobatan untuk peningkatan secara umum dan pengobatan

antiretroviral (ARV).

c. Tidak Tahu

18. HIV/AIDS termasuk kedalam penyakit….

a. PMS

b. Jantung

c. Tidak Tahu

19. Cara pencegahan penyebaran HIV bagi orang yang sehat adalah…

a. Tidak berhubungan seksual

b. Memakai kondom

c. Tidak Tahu

20. Cara pencegahan penyebaran HIV bagi penderita HIV (+) adalah….

a. Tidak berhubungan seksual

b. Mencegah kehamilan

c. Tidak Tahu.

92
93
94
95
Lampiran 3

    Peningkatan
Nilai Post Test Nilai Post Test
      JENIS KELAMIN        

METODE
INISIAL

UMUR

N KELAS

O Scor % KTG Scor % KTG Scor %


1 6 30
1 FR 2 1 2 1 10 50 3 16 80
1 4 20
2 DN 2 2 1 1 14 70 2 18 90
1 7 35
3 AF 2 1 1 1 11 55 3 17 85
1 5 25
4 HM 1 2 1 1 14 70 2 19 95
1 5 25
5 DL 3 1 2 1 11 55 3 16 80
1 4 20
6 WY 3 2 2 1 14 70 2 18 90
1 7 35
7 HR 3 1 2 1 10 50 3 17 85
1 5 25
8 MD 2 2 1 1 14 70 2 19 95
1 6 30
9 AN 2 1 1 1 11 55 3 17 85
1 5 25
10 NN 2 2 2 1 12 60 2 17 85
1 6 30
11 SF 2 1 1 1 11 55 3 17 85
1 5 25
12 PR 2 1 1 1 14 70 2 19 95
1 5 25
13 AR 2 1 2 1 11 55 3 16 80
1 5 25
14 LH 1 2 1 1 14 70 2 19 95
1 3 15
15 ST 2 2 2 1 13 65 2 16 80
1 4 20
16 SD 2 1 2 1 13 65 2 17 85
1 4 20
17 RY 2 1 1 1 14 70 2 18 90
1 3 15
18 WK 2 1 2 1 13 65 2 16 80
1 5 25
19 AQ 1 1 1 1 15 75 2 19 95
1 5 25
20 RN 3 2 2 1 14 70 2 19 95
1 3 15
21 UV 1 2 1 1 14 70 2 17 85
1 4 20
22 IA 1 2 1 1 13 65 2 17 85
1 5 25
23 LN 2 1 2 1 13 65 2 18 90
96
1 4 20
24 AL 2 1 2 1 13 65 2 17 85
1 4 20
25 SG 3 2 1 1 14 70 2 18 90
1 4 20
26 YR 2 1 1 1 14 70 2 18 90
1 5 25
27 LS 1 2 1 1 14 70 2 19 95
1 4 20
28 HS 1 1 1 1 13 65 2 17 85
1 5 25
29 TS 2 2 1 1 12 60 2 17 85
1 4 20
30 AW 3 1 2 1 14 70 2 18 90
1 5 25
31 SK 2 2 1 1 13 65 2 18 90
1 3 15
32 HD 2 2 2 1 13 65 2 16 80
1 5 25
33 AM 1 2 1 1 14 70 2 19 95

34 RF 2 1 2 2 11 55 3 19 95 1 8 40
35 RM 1 2 1 2 14 70 2 17 85 1 3 15
36 YN 2 2 1 2 13 65 2 20 100 1 7 35
37 HD 1 2 1 2 14 70 2 18 90 1 4 20
38 NH 2 2 1 2 14 70 2 17 85 1 3 15
39 HS 1 1 1 2 13 65 2 18 90 1 5 25
40 RS 2 2 2 2 14 70 2 17 85 1 3 15
41 FD 3 1 2 2 14 70 2 18 90 1 4 20
42 HL 2 2 1 2 13 65 2 20 100 1 7 35
43 RF 3 1 2 2 14 70 2 18 90 1 4 20
44 IR 2 1 2 2 11 55 3 17 85 1 6 30
45 SS 2 2 1 2 14 70 2 20 100 1 6 30
46 RS 2 2 2 2 11 55 3 16 80 1 5 25
47 MD 2 1 1 2 12 60 2 17 85 1 5 25
48 AN 1 2 1 2 11 55 3 17 85 1 6 30
49 HW 1 2 1 2 13 65 2 20 100 1 7 35
50 AS 2 2 2 2 13 65 2 18 90 1 5 25
51 RK 2 1 1 2 13 65 2 18 90 1 5 25
52 DD 2 1 1 2 13 65 2 19 95 1 6 30
53 HL 1 1 1 2 14 70 2 18 90 1 4 20
54 RT 2 2 1 2 11 55 3 16 80 1 5 25
55 YN 2 2 1 2 14 70 2 18 90 1 4 20
56 MN 2 2 1 2 14 70 2 19 95 1 5 25
57 DW 2 1 1 2 14 70 2 18 90 1 4 20
58 MW 1 2 1 2 15 75 2 19 95 1 4 20
59 AD 3 1 2 2 14 70 2 19 95 1 5 25
60 SN 1 2 1 2 11 55 3 17 85 1 6 30

97
61 HF 1 2 1 2 14 70 2 16 80 1 2 10
62 NV 2 2 1 2 13 65 2 18 90 1 5 25
63 SB 3 1 2 2 14 70 2 18 90 1 4 20
64 BT 2 2 2 2 14 70 2 18 90 1 4 20
1 5 25
65 AB 3 1 2 2 15 75 2 20 100
66 RS 3 2 1 2 11 55 3 17 85 1 6 30
KETERANGA
N

UMUR JENIS KELAMIN KETEGORI KELAS METODE

1 = LAKI-LAKI 1 = BAIK 1 = XI 1 = LEAFLET


1 = 16 TAHUN
2 = 17 TAHUN 2 = PEREMPUAN 2 = CUKUP 2 = XII 2 = AUDIOVISUAL

98
Lampiran 4

Frequensi
Statistics

UMUR JENISKELAMIN KELAS


N Valid 66 66 66
Missing 0 0 0

UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 16 17 25.8 25.8 25.8
17 37 56.1 56.1 81.8
18 12 18.2 18.2 100.0
Total 66 100.0 100.0

JENISKELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid LAKI-LAKI 30 45.5 45.5 45.5
PEREMPUA 36 54.5 54.5 100.0
Total 66 100.0 100.0

KELAS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


XI 41 62.1 62.1 62.1
Valid
XII 25 37.9 37.9 100.0
Total 66 100.0 100.0

Statistics
PreTestAudioVis PostTestAudioVi
PreTestLeaflet PostTestLeaflet ual sual
N Valid 33 33 33 33
Missing 0 0 0 0

PreTestLeaflet
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid CUKUP 26 78.8 78.8 78.8
KURANG 7 21.2 21.2 100.0
Total 33 100.0 100.0

99
PostTestLeaflet

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 33 100.0 100.0 100.0

PreTestAudioVisual
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid CUKUP 26 78.8 78.8 78.8
KURANG 7 21.2 21.2 100.0
Total 33 100.0 100.0

PostTestAudioVisual
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 33 100.0 100.0 100.0

Pengentahuan_Pre_Test_AudioVisual

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 55 7 21.2 21.2 21.2
60 1 3.0 3.0 24.2
65 8 24.2 24.2 48.5
70 15 45.5 45.5 93.9
75 2 6.1 6.1 100.0
Total 33 100.0 100.0

Pengetahun_Post_Test_AudioVisual

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 80 3 9.1 9.1 9.1
85 8 24.2 24.2 33.3
90 12 36.4 36.4 69.7
95 5 15.2 15.2 84.8
100 5 15.2 15.2 100.0
Total 33 100.0 100.0

100
Pengetahuan_Pre_Test_Leaflet
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 50 2 6.1 6.1 6.1
55 5 15.2 15.2 21.2
60 2 6.1 6.1 27.3
65 9 27.3 27.3 54.5
70 14 42.4 42.4 97.0
75 1 3.0 3.0 100.0
Total 33 100.0 100.0

Pengetahuann_Post_Test_Leaflet
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 80 6 18.2 18.2 18.2
85 11 33.3 33.3 51.5
90 8 24.2 24.2 75.8
95 8 24.2 24.2 100.0
Total 33 100.0 100.0

scor_peningkatan_leaflet
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 4 12.1 12.1 12.1
4 10 30.3 30.3 42.4
5 14 42.4 42.4 84.8
6 3 9.1 9.1 93.9
7 2 6.1 6.1 100.0
Total 33 100.0 100.0

scor_peningkatan_audiovisual
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 1 3.0 3.0 3.0
3 3 9.1 9.1 12.1
4 9 27.3 27.3 39.4
5 10 30.3 30.3 69.7
6 6 18.2 18.2 87.9
7 3 9.1 9.1 97.0
8 1 3.0 3.0 100.0
Total 33 100.0 100.0

101
Explore
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan_Pre_Test_L
33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
eaflet

Pengetahuann_Post_Test
33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
_Leaflet

Pengentahuan_Pre_Test_
33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
AudioVisual

Pengetahun_Post_Test_A
33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
udioVisual

Descriptives

Std.
Statistic Error

Pengetahuan_Pre_T Mean 64.70 1.171


est_Leaflet
95% Confidence Interval for Lower Bound 62.31
Mean
Upper Bound 67.08

5% Trimmed Mean 65.05

Median 65.00

Variance 45.218

Std. Deviation 6.724

Minimum 50

Maximum 75

Range 25

Interquartile Range 10

Skewness -.868 .409

Kurtosis -.338 .798

Pengetahuann_Post_ Mean 87.73 .926


Test_Leaflet 95% Confidence Interval for Lower Bound 85.84
Mean Upper Bound 89.61

5% Trimmed Mean 87.75

Median 85.00

102
Variance 28.267

Std. Deviation 5.317

Minimum 80

Maximum 95

Range 15

Interquartile Range 8

Skewness .040 .409

Kurtosis -1.199 .798

Pengentahuan_Pre_ Mean 65.61 1.104


Test_AudioVisual 95% Confidence Interval for Lower Bound 63.36
Mean Upper Bound 67.86

5% Trimmed Mean 65.67

Median 70.00

Variance 40.246

Std. Deviation 6.344

Minimum 55

Maximum 75

Range 20

Interquartile Range 8

Skewness -.729 .409

Kurtosis -.726 .798

Pengetahun_Post_Te Mean 90.15 1.032


st_AudioVisual
95% Confidence Interval for Lower Bound 88.05
Mean
Upper Bound 92.25

5% Trimmed Mean 90.17

Median 90.00

Variance 35.133

Std. Deviation 5.927

Minimum 80

Maximum 100

Range 20

Interquartile Range 10

Skewness .178 .409

Kurtosis -.637 .798

103
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pengetahuan_Pre_Test_L
.245 33 .000 .837 33 .000
eaflet

Pengetahuann_Post_Test_
.211 33 .001 .870 33 .001
Leaflet

Pengentahuan_Pre_Test_
.271 33 .000 .809 33 .000
AudioVisual

Pengetahun_Post_Test_A
.207 33 .001 .910 33 .010
udioVisual

Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Pengetahuan_Pre_Post_Lea Negative Ranks 33a 17.00 561.00


flet -
Positive Ranks 0b .00 .00
Pengetahuann_Post_Test_L
Ties 0c
eaflet
Total 33

Test Statisticsb

Pengetahuan_Pre_Post_Leaflet -
Pengetahuann_Post_Test_Leaflet

Z -5.073a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Pengentahuan_Pre_Test_Au Negative Ranks 33a 17.00 561.00


dioVisual -
Positive Ranks 0b .00 .00
Pengetahun_Post_Test_Aud
Ties 0c
ioVisual
Total 33

104
Test Statisticsb

Pengentahuan_Pre_Test_AudioVisual -
Pengetahun_Post_Test_AudioVisual

Z -5.045a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Mann-Whitney Test

Ranks

KELOMPOK_
PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks

SCOR_PENGETAHUAN Leaflet 33 29.91 987.00

AudioVisual 33 37.09 1224.00

Total 66

Test Statisticsa

SCOR_PENGETAHUAN

Mann-Whitney U 426.000

Wilcoxon W 987.000

Z -1.569

Asymp. Sig. (2-tailed) .117

T-Test
One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pengetahuan_Pre_Test_Leaflet 33 64.70 6.724 1.171

Pengetahuann_Post_Test_Leaflet 33 87.73 5.317 .926

105
One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of


the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

Pengetahuan_Pre_Te
55.270 32 .000 64.697 62.31 67.08
st_Leaflet

Pengetahuann_Post_
94.788 32 .000 87.727 85.84 89.61
Test_Leaflet

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pengentahuan_Pre_Test_AudioVisual 33 65.61 6.344 1.104

Pengetahun_Post_Test_AudioVisual 33 90.15 5.927 1.032

One-Sample Test

Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper


Pengentahua
n_Pre_Test_ 59.407 32 .000 65.606 63.36 67.86
AudioVisual
Pengetahun_
Post_Test_A 87.373 32 .000 90.152 88.05 92.25
udioVisual

Group Statistics

KELOMPOK_
PERLAKUAN N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

SCOR_PENGETAHUAN Leaflet 33 87.73 5.317 .926

AudioVisual 33 90.15 5.927 1.032

106
Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Interval of the
Std. Error
Difference
Sig. (2- Mean Differenc
F Sig. t df tailed) Difference e Lower Upper

SCOR_PE Equal
NGETAHU variances .048 .827 -1.749 64 .085 -2.424 1.386 -5.193 .345
AN assumed

Equal
variances
-1.749 63.258 .085 -2.424 1.386 -5.194 .345
not
assumed

107
108
109
110
Halaman Depan SMKN 5 Bombana

Ruang Guru SMKN 5 Bombana

111
Reponden Saat Menerima Audiovisual

Reponden Saat Menerima Audiovisual

112
Reponden Saat Menerima Audiovisual

Reponden Saat Menerima Audiovisual

113
Reponden Saat Menerim Leaflet

Reponden Saat Menerima Leaflet

114
Reponden Saat Menerima Leaflet

Repon
den Saat Menerima Leaflet

115
Responden saat mengisih kuesioner

Respon
den saat mengisih kuesioner

116
Responden saat mengisih kuesioner

Responden saat
mengisih kuesioner

117
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : M.SIDDIQ

2. Tempat/Tanggal Lahir : MALAYSIA, 22 JULI 1997

3. Suku : Pattae

4. Agama : ISLAM

5. NO HP : 082293654992

6. E-Mail : Sydyk.saputra@gmail.com

7. Status : Mahasiswa

8. Anak ke : 2 dari 5 bersaudara

9. Riwayat Pendidikan :

a. TK Kuncup Biru Tamat Tahun 2003

b. SD Negeri 1 Lapangi-Pangi Tamat Tahun 2009

c. SMP Negeri 1 Poleang Timur Tamat Tahun 2012

d. SMK Negeri 5 Bombana Tamat Tahun 2015

10. Nama Orang Tua:

a. Ayah : Anis Ishak

b. Ibu : HJ.Saharia

118

Anda mungkin juga menyukai