Anda di halaman 1dari 114

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT UNTUK

MELAKUKAN VAKSINASI BOOSTER COVID-19 DI KECAMATAN

JATINEGARA JAKARTA TIMUR

TAHUN 2022

SKRIPSI

Disusun oleh

Nama : Rahmadyanti
NIM :

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2022

i
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT UNTUK

MELAKUKAN VAKSINASI BOOSTER COVID-19 DI KECAMATAN

JATINEGARA JAKARTA TIMUR

TAHUN 2022

SKRIPSI

Disusun oleh

Nama : Rahmadyanti
NIM :

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul: Pengaruh dan Sikap Masyakat Untuk Melakukan Vaksinasi Booster


COVID-19 di Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Tahun 2022

Lembar ini telah disetujui, di periksa, dan dipertahankan dihadapan Tim


Penguji program studi S1 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusanttara

Jakarta, 13 Juni 2022

Ketua Program Study Pembimbing

(Mariyani, M.Keb) (Rahmadyanti.M.K,M)


NIDN : 0027047509 NIDN : 0307127501

i
PERNYATAAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh dan Sikap Masyakat Untuk Melakukan Vaksinasi


Booster COVID-19 di Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur
Tahun 2022

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing dan dinyatakan siap
untuk diujikan

Jakarta,.............Juni 2022

DEWAN PENGUJI
Ketua/Penguji I

(Tuty Yanuarti, S.Si.T,M.Kes)


NIDK: 03110117702
Anggota Penguji Anggota Penguji

(Omega DR Tahun, M.Kes) (Rahmadiyanti, M.KM)


NIDK: 0322128502 NIDN: 0307127501

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,

di dalam naskah skripsi yang berjudul “Pengaruh dan Sikap Masyakat Untuk

Melakukan Vaksinasi Booster COVID-19 di Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur

Tahun 2022” tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak lain

untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut

dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur jiplakan, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik

yang telah saya peroleh (S-1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal

25 ayat 2 dan Pasal 70).

Jakarta, Mei 2022


Yang membuat
pernyataan
.

(Rahmadyanti)
NIM.

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : RAHMADYANTI
Tempat dan Tanggal : PADANG, 07 DESEMBER 1975
Lahir
Agama : ISLAM
Orang tua : ARMANSYAH / Kristina
Alamat : Jl. Swadaya III

Email : p_rhdyen@yahoo.com
No Hp : 0812-8566-9991

B. PENDIDIKAN
SD : SDN 05 SUTI SEMARANG Lulus Tahun
2012

SMP : SMP ADVENT SINGKAWANG Lulus


Tahun 2015

SMA : SMA ADVENT SINGKAWANG Lulus


Tahun 2018

Stikes abdi nusantara : 2018 – Sekarang

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Atas Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakatt untuk Melakukan Vaksinasi
Booster COVID-19 di Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur”. Laporan Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan Skripsi pada program studi
Strata-1 di Jurusan S1 Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara, Jakarta 2022.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Khairil Walid Nasution, SKM., M.Pd ketua yayasan Abadi


Nusantara.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Mariyani, M. Keb selaku Ketua Program Prodi Sarjana Kebinanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
4. Pembimbing Skripsi ibu Rahmadyanti, S.K.M., M.K.M selaku pembimbing
yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan bantuan kepada
penulis dalam melakukan perbaikan untuk kesempurnaan karya ini serta
memberikan saran dan pentunjuk dalam penyelesaian skripsi.
5. Bapak Ns. Achmad Fauzi, M. Kep., Sp. KMB pembimbing Metodelogi
yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan bantuan kepada
peneliti dalam melakukan perbaikan untuk kesempurnaan karya ini serta
memberikan saran dan pentunjuk dalam penyelesaian skripsi.
6. Seluruh dosen dan staf di program studi Ilmu Ke Bidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
7. Keluarga saya yang selalu memberikan dukungan kepada peneliti
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang terlibat dalam
proses penyusunan skripsi ini.

v
Peneliti menyadari laporan skripsi ini tidak luput dari berbagai

kekurangan. Peneliti mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan

perbaikannya sehingga akhirnya laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi

lebih lanjut. Amin.

Jakarta, Juni 2022

Pitri Gea Natalia

vi
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
Jakarta, Juni 2022
Rahmadyanti
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakatt untuk Melakukan Vaksinasi
Booster COVID-19 di Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur
xvi + 52 halaman, 8 tabel, 2 gambar 7 lampiran

ABSTRAK
Latar Belakang : Pandemi Covid 19 sudah berlangsung hampir
3 tahun. Pemerintah sejak tahun 2020 mulai gencar melakukan vaksinasi covid -
19. Dan vaksinasi booster pun sudah mulai dilakukan sejak 2021. Hasil Studi
menunjukkan terjadi penurunan anti bodi setelah 6 bulan mendapatkan vaksinasi
primer dosis lengkap sehingga dibutuhkan pemberian vaksin lanjutan atau
booster. Berdasarkan rekomendasi ITAGI pemberian vaksinasi booster COVID-
19 diberikan guna mempertahankan efektifitas vaksin. Cakupan vaksinasi booster
COVID-19 yaitu hanya 6,2%, hal ini tidak sejalan dengan hasil survey Indikator
Politik Indonesia yang mengatakan bahwa 50,7% masyarakat menerima untuk
dilakukan vaksinasi booster. Penelitian mengenai penerimaan vaksinasi booster
COVID -19 oleh masyarakat masih sedikit.
Tujuan Penelitian : Pengetahuan dan Sikap Masyarakatt untuk Melakukan
Vaksinasi Booster COVID-19 di Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur
Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
desain cross sectional .Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling
pada 101 sampel di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur yang dilakukan pada
Januari 2022 s/d Februari 2022 dengan kuesioner google form. Penyajian data
dengan analisa deskriptif dan uji chi square.
Hasil Penelitian : Karakteristik responden terkait sikap masyarakat untuk
melakukan vaksinasi booster COVID-19 di kecamatan Jatinegara, mayoritas
berada pada rentang usia ≥29 tahun yaitu 53,5%, berpendidikan rendah 61,4%
dan tidak bekerja 54,5%. Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dan
sikap dengan p-value 0,000.
Kesimpulan dan Saran : Variabel motivasi memiliki hubungan yang signifikan
dengan sikap masyarakat dalam melakukan vaksinasi booster COVID -19.
Daftar Bacaan : 22 bacaan (2005-2020)
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Booster vaksin COVID-19.

vii
STUDY PROGRAM IN MIDWIFE
ABDI NUSANTARA HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCES
Jakarta, June 2022
Pitri Gea Natalia
The Effect of Knowledge and Attitudes on Young Women's Perceptions of Early
Marriage at SMA Mandalahayu 304 East Bekasi
xvi + 52 pages, 8 tables, 2 pictures 7 attachments

ABSTRACT
Background : Early childhood marriage is a form of violence against children
and violates human rights. According to data from the Central Statistics Agency
(BPS in 2020, the number of early marriages or child marriages in 2019 was
10.82%, Then in 2020 it decreased to 10.18%, but there was an increase in 9
provinces. Data shows that in 2018, 1 out of 9 women aged 20-24 years married
before the age of 18 years or about 11 percent. Meanwhile only 1 in 100 men
aged 20-24 years married before the age of 18 years or about 1 percent.
Research Objectives: To determine the effect of knowledge and attitudes on young
women's perceptions of early marriage at Mandalahayu 304 High School, East
Bekasi
Research Methods: This type of research is analytic observational cross sectional
with a quantitative approach. The sample size is 100 people in young women. The
sampling technique used is non-probability sampling with purposive sampling
method.
Research Results: Univariate results The majority of young women in SMA
Mandalahayu 304 East Bekasi have perceptions of lack of understanding, lack of
knowledge, unsupportive attitudes towards early marriage, high parental
education, parents' occupation of traders, There is an influence between age,
knowledge, parental education , the work of parents on young women's
perceptions of early marriage at SMA Mandalahayu 304 East Bekasi with an
Asimp.sign value of 0.000, which is 0.000 < 0.05, and there is no effect of attitude
on young girls' perceptions of early marriage in high school Mandalahayu 304
East Bekasi
Conclusions and Suggestions: For health services or health parties, especially
midwives, for promotion of adolescents, especially regarding the factors causing
early marriage, so that it can change adolescents' perceptions of early marriage.
Reading List : 22 readings (2005-2020)
Keywords: perception of early marriage, knowledge, attitude

viii
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1. 2 Keterbaruan Penelitian .................................................................... 4

1.3 Rumusan Masalah............................................................................ 4

1.4 Pertanyaan Penelitian....................................................................... 4

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4

1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

1.7 Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pernikahan Dini .............................................................................. 8

2.1.1 Tinjauan Teoritis Tentang Pernikahan Dini .......................... 8

2.1.2 Faktor Terjadinya Pernikahan Usia Dini ................................ 9

2.1.3 Dampak Pernikahan Dini.............................................................10

2.1.4 Upaya Pencegahan Resiko Pernikahan Dini...............................11

2.1.5 Faktor Penyebab Pernikahan Usia Dini.......................................14

2.2 Tinjauan Teoritis.......................................................................................16

2.2.1 .Pengertian Remaja..........................................................................16

2.2.2 Masa Remaja...................................................................................17

2.2.3 Karakteristik Pertumbuhan dan perkembangan remaja...................18

2.3 Tinjauan Teoritis Tentang Persepsi..........................................................19

2.3.1 Tinjauan Persepsi.............................................................................19

2.3.2 Aspek-aspek yang mempengaruhi persepsi.....................................20

2.3.3 Prinsip-prinsip Persepsi...................................................................21

ix
2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi persepsi..............................................22

2.3.5 Pengukuran Persepsi.......................................................................24

2.4 Kerangka Teori......................................................................................28

BAB 3 KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPRASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep.....................................................................................29

3.2 Definisi Opersional..................................................................................30

3.3 Hipotesis..................................................................................................32

BAB 4 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian.......................................................................................33

4.2 Waktu dan Tempat penelitian...................................................................33

4.2.1 Lokasi Penelitian.............................................................................33

4.2.2 Waktu Penelitian.............................................................................33

4.3 Sampel dan Populasi.................................................................................33

4.3.1 Populasi...........................................................................................33

4.3.2 Sampel.............................................................................................34

4.4 Teknik Sampling Data..............................................................................35

4.4.1 Kriteria Inklusi................................................................................35

4.4.2 Kriteria Eksklusi.............................................................................35

4.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................35

4.6 Instrumen Penelitian.................................................................................36

4.7 Teknik Data...............................................................................................37

4.8 Pengolahan Data.......................................................................................38

4.8.1 Editing.............................................................................................38

4.8.2 Coding.............................................................................................38

4.8.3 Tabulating.......................................................................................38

x
4.9 Uji Validitas & Reabilitas.........................................................................39

4.9.1 Uji Validitas....................................................................................39

4.9.2 Uji Reabilitas...................................................................................39

4.10 Analisi Data.............................................................................................40

4.10.1 Analisi Univariat...........................................................................40

4.10.2 Analisis Bivariat............................................................................41

4.11 Etika Penelitian.......................................................................................41

4.11.1 Informed Consent..........................................................................41

4.11.2 Anonimity.....................................................................................42

4.11.3 Confidentialy.................................................................................42

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Profil Tempat Penelitian...........................................................................43

5.2 Hasil Penelitian.........................................................................................44

5.2.1 Hasil Analisa Univariat..................................................................44

5.2.2 Hasil Analisa Bivariat.....................................................................46

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian.............................................................................50

6.2 Pembahasan Hasil Penelitian....................................................................50

6.2.1 Analisa Univariat.............................................................................50

6.2.2 Analisa Bivariat...............................................................................52

BAB 7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan...............................................................................................60
7.2 Saran..........................................................................................................60

xi
DAFTAR TABEL

NO. HAL

Tabel 3.2 Definisi Operasional ................................................................. 37

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi kriteria remaja putri berdasarkan persepsi 49


tentang pernikahan dini……………………………….

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kriteria remaja putri berdasarkan umur,


pengetahuan, sikap, pendidikan orang tua, pekerjaan orang
tua, …………………………………….. 50

Tabel 5.3 pengaruh umur terhadap persepsi tentang pernikahan dini Di


SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur Tahun 2022………. 51

Tabel 5.4 Pengaruh pengetahuan terhadap persepsi tentang pernikahan


dini Di SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur Tahun 2022…. 51

Pengaruh sikap terhadap persepsi tentang pernikahan dini Di


Tabel 5.5 52
SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur Tahun 2022……….
Pengaruh pendidikan orang tua terhadap persepsi tentang
Tabel 5.6 pernikahan dini Di SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur
Tahun 2022………………………………………………….
53
Tabel 5.7 Pengaruh pekerjaan orang tua terhadap persepsi tentang
pernikahan dini Di SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur
Tahun 2022………………………………………………… 53

xii
DAFTAR GAMBAR/BAGAN

Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................................34

Gambar 3.1. Kerangka Konsep..............................................................................35

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan penggunaan

lahan Lampiran 2. Surat balasan Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Hasil SPSS

Lampiran 6. Lembar Pernyataan Persetujuan

Lampiran 7. Lembar Bimbingan

xiv
xv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kasus COVID-19 di dunia terus

meningkat. Pemberian Vaksinasi booster pun dipercepat. Menurut

Our Word in Data, rasio vaksinasi booster tertinggi di Asia

Tenggara adalah Singapura, sedangkan Indonesia masih terendah di

Asia Tenggara. WHO menargetkan vaksinasi booster 70 %

populasi di tiap negara. Indonesia berada level 6,38 per seribu

penduduk sampai Maret 2022. (Jayani hadya dwi, 2022). Indonesia

perlu mendapat perhatian karena terus terjadi peningkatan kasus

terkonfirmasi dan banyaknya .Sumber Daya Manusia (SDM)

Kesehatan yang mendapat vaksinasi dua dosis masih terinfeksi.

(Vaksinasi Dosis Ketiga Bagi Seluruh Tenaga Kesehatan, Asisten

Tenaga Kesehatan Dan Tenaga Penunjang Yang Bekerja Di

Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2021)

Berdasarkan rekomendasi kajian Komite Penasihat Ahli

Imunisasi (ITAGI) nomor ITAGI/SR/2/2022, Indonesia secara

nasional dimulai pemberian vaksin ketiga atau vaksinasi booster

COVID-19 yaitu tanggal 12 Januari 2022. Sementara itu

Kementrian Kesehatan sendiri pada Agustus 2021 sudah memulai

vaksinasi booster dengan prioritas tenaga kesehatan dengan alasan

akibat invasi varian delta dengan mempertimbangkan khasiat,

mutu vaksin serta keamanan dari vaksin tersebut. Vaksinasi

booster COVID-19 adalah vaksinasi yang diberikan minimal 3

xvi
bulan setelah mendapatkan vaksin primer dosis Lengkap (dosis 1

dan 2) untuk mempertahankan tingkat kekebalan serta

memperpanjang masa perlindungan terhadap virus COVID-19

terutama pada kelompok rentan masyarakat usia 18 tahun keatas

penderita imunokompromais dan kelompok lanjut usia menjadi

prioritas. Upaya mengembalikan proteksi klinis dan kekebalan

tubuh yang menurun merupakan tujuan dari Vaksinasi booster

COVID -19. (Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan (Booster),

2022).

Pemberian vaksinasi booster bisa secara homolog/sejenis

misalnya vaksin 1 dan ke 2 vaksin Sinovac, maka boosternya

Sinovac, begitupun dengan vaksin Moderna dan Pflyzer sama

ataupun heterolog / yang tidak sejenis atau bisa keduanya. Adapun

vaksin booster yang digunakan saat ini ada 6 jenis vaksin yaitu

Sinovac/Corona vac, Pflizer, Aztra Zenica, Moderna, Zififax dan

Moderna.

Menurut Prof Wiku Adisasmito, juru bicara Satgas

Penanganan COVID -19 , Ada 3 alasan penting dilakukannya

Vaksinasi Booster COVID -19 yaitu alasan pertama jumlah

antibodi dalam tubuh seseorang sejak 6 bulan penyuntikan akan

menurun. Hal ini diperkuat dengan Penelitian oleh Fekin, dkk,

xvii
2021 yang menggunakan data analisis regresi dan meta analisis yang

menyatakan bahwa 4 vaksin yang direkomendasikan WHO efektifnya akan

mengalami

Pernikahan anak usia dini merupakan salah satu bentuk tindak

kekerasan terhadap anak dan melanggar HAM. Menurut data Badan Pusat

Statistik (BPS Tahun 2020, jumlah pernikahan dini atau pernikahan anak

pada tahun 2019 sebanyak 10.82 %, Kemudian pada tahun 2020 menurun

menjadi 10.18 %, namun terjadi kenaikan di 9 provinsi Data menunjukkan

bahwa pada tahun 2018, 1 dari 9 perempuan berumur 20-24 tahun menikah

sebelum usia 18 tahun atau sekitar 11 persen.Sementara hanya 1 dari 100

laki-laki berumur 20-24 tahun menikah sebelum usia 18 tahun atau sekitar 1

persen.

Pernikahan dini tidak hanya merenggut masa depan remaja .

Pernikahan dini menimbulkan dampak buruk bagi anak. Seperti memiliki

kerentanan dalam mengakses pendidikan dan layanan kesehatan, berisiko

mengalami tindak kekerasan dan hidup dalam kemiskinan.tetapi juga

menimbulkan dampak buruk seperti putus sekolah dimana 85% anak

perempuan di Indonesia mengakhiri pendidikan mereka setelah mereka

menikah.Pernikahan dini pada remaja merupakan motivasi remaja yang bisa

berasal dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Selain itu Pengetahuan

yang kurang tentang kesehatan reproduksi menyebabkan ketidaktahuan

akan bahaya dari pernikahan dini. Pernikahan dini tidak hanya merenggut

masa depan remaja tetapi juga menimbulkan dampak buruk seperti putus

sekolah dimana 85% anak perempuan di Indonesia mengakhiri pendidikan

1
mereka setelah mereka menikah (Jayanti 2021).

Maraknya pernikahan dini di Indonesia juga menjadi masalah

kesehatan reproduksi dan psikologis (Rusdayanti1, Ida Sofiyanti2, Isfaizah3

2020). Pernikahan dini pada remaja terjadi karena buruknya pemahaman

kesehatan reproduksi dan kurangnya Kasahara remaja perempuan terhadap

resiko kehamilan dan persalinan dini serta terjadinya ketidaksetaraan

gender. Selain itu, terjadinya pernikahan dini juga disebabkan karena

tingkat pendidikan yang rendah, ekonomi, adat dan tradisi (Suyani and

Hidayanti 2020), Pernikahan dini disebabkan oleh faktor ekonomi,

pendidikan serta pengetahuan, orang tua, media massa, adat/budaya, dan

keinginan remaja sendiri. Faktor budaya merupakan faktor penyebab

pernikahan dini yang paling dominan dan kemungkinan remaja melakukan

pernikahan dini 30 kali lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki

budaya pernikahan dini.

Pernikahan usia muda yang menjadi fenomena sekarang ini pada

dasarnya merupakan satu siklus fenomena yang terulang dan tidak hanya

terjadi di daerah pedesaan yang kebanyakan dipengaruhi oleh minimnya

kesadaran dan budaya namun juga terjadi di wilayah perkotaan yang secara

tidak langsung juga dipengaruhi oleh era model dari dunia hiburan yang

mereka tonton. Di abad 21, fenomena pernikahan gadis belia yang masih di

bawah umur masih banyak terjadi di negara berkembang. Menurut data dari

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), satu dari sembilan anak perempuan di

negara berkembang, menikah di usia yang masih tergolong muda yakni 15

tahun. Jika tidak ada perubahan terhadap tradisi ini, diperkirakan pada tahun

2
2020, ada 14,2 juta gadis belia akan menjadi pengantin perempuan tiap

tahunnya. Berbagai alasan, mulai dari kemiskinan hingga tradisi budaya,

melatar belakangi terjadinya pernikahan gadis di usia dini.

Pernikahan dini berakibat kepada kekerasan fisik, seksual,

psikologis dan emosional serta isolasi sosial dimana bayi yang dilahirkan

hasil pernikahan dini juga memiliki kemungkinan yang untuk lahir prematur

dengan berat badan lahir rendah dan kekurangan gizi bahkan pernikahan

dini berdampak negatif hingga pada kematian dimana kehamilan merupakan

penyebab utama kematian anak perempuan usia 15-19 tahun (Jayanti 2021).

Kasus pernikahan usia dini biasanya memiliki faktor penyebab yaitu

pengaruh pergaulan, kurangnya budaya akan bahaya pernikahan usia dini,

faktor sosial ekonomi, kebudayaan, kurangnya budaya agama dan masih

banyak lagi. Di sini peran orang tua sebagai keluarga sangat penting untuk

mengarahkan anak ke arah yang lebih baik serta peran tokoh agama pun

dibutuhkan untuk lebih memberikan edukasi tentang pernikahan dini serta

memberikan pemahaman agar para remaja memiliki keyakinan agar hidup

lebih terarah.

Dalam suatu lingkungan peran masyarakat sangat penting dalam

pembentukan suatu hubungan sosial, baik dilingkungan pedesaan mau pun

perkotaan. Masyarakat adalah suatu kumpulan individu yang saling

berinteraksi satu sama lain untuk mencapai kesejahteraan bersama. Dalam

kehidupan bermasyarakat tentunya sering ditemukan kejadian dan masalah

yang tidak di duga dan masyarakat pun kadang bersikap acuh tak acuh dan

bahkan memilih tidak peduli untuk mengatasinya, tapi pada hakikatnya

3
dalam mengatasi masalah yang ada di lingkup lingkungan masyarakat peran

anggota masyarakat sangat penting untuk memecahkan dan memberikan

solusi pada masalah tersebut (Ade Rahayu Prihartini dan Rosidah 2018).

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan sebelum nya,

peneliti tertarik mengambil judul penelitian Pengaruh Pengetahuan dan

Sikap Terhadap Persepsi Remaja Putri Tentang Pernikahan Dini Di SMA

Mandalahayu 304 Bekasi Timur.

1.2 Keterbaruan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang ada pembaharuan dan

referensinya dilihat dari penelitian dengan judul sejenis tentang pernikahan

dini pada remaja putri. Namun pada penelitian saya ini meneliti tentang

persepsi remaja putri tentang pernikahan dini di SMA Mandalahayu 304

Bekasi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah terpaparkan serta studi pendahuluan

yang dilakukan diatas penelitian tertarik untuk meneliti persepsi remaja

putri tentang pernikahan dini di sekolah SMA Mandalahayu 304 Bekasi.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana persepsi remaja putri tentang pernikahan dini di sekolah

SMA Mandalahayu 304 Bekasi ?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahaui Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap

4
Persepsi Remaja Putri Tentang Pernikahan Dini Di SMA Mandalahayu 304

Bekasi Timur .

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karaktersitik responden

berdasarkan persepsi , pengetahuan, sikap , umur , pendidikan orang tua

dan pekerjaan orang tua, di sekolah SMA Mandalahayu 304 Bekasi

Tahun 2022.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap persepsi

remaja putri tentang pernikahan dini di sekolah SMA Mandalahayu 304

Bekasi Tahun 2022.

3. Untuk mengetahui pengaruh umur remaja putri terhadap persepsi remaja

putri tentang pernikahan dini di sekolah SMA Mandalahayu 304 Bekasi

Tahun 2022.

4. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua remaja putri terhadap

persepsi remaja putri tentang pernikahan dini di sekolah SMA

Mandalahayu 304 Bekasi Tahun 2022.

5. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan orang tua remaja putri terhadap

persepsi remaja putri tentang pernikahan dini di sekolah SMA

Mandalahayu 304 Bekasi Tahun 2022.

1.6 Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang

ilmu Kesehatan yang berkaitan yang berkaitan dengan persepsi remaja putri

tentang pernikahan dini.

5
1.6.1 Manfaat Praktisi

1. Bagi Profesi

Profesi kebidanan dituntut untuk melakukan tindakan aktif protektif

dengan cara memberikan penyeluruhan serta konseling dan edukasi

kepada remaja putri, sehingga dapat mencegah terjadinya pernikahan dini

dikalangan remaja.

2. Bagi Institusi

Sangat diharapkan dapat memberikan informasi dan meninggkatkan

kualitas pelayanan kebidanan dengan seksama dan dapat lebih dalam

dalam mengali sebab akibat yang menyebabkan pernikahan dini.

3. Bagi Peneliti

Untuk melatih kemampuan peneliti agar bisa lebih bisa menerapkan

ilmu pengetahuan yang telah didapati di intitusi yaitu metodologi

penelitian statistik sebagai wahana penelitian untuk melatih keterampilan

berpikir secara kristis dan analis.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan karena masih negatif persepsi remaja putri

tentang pernikahan dini. Tempat penelitian dilakukan di SMA Mandalahayu

304 Bekasi, waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret- Mei 2022.

Penelitian ini bersifat observasional analitik cross sectional pendekatan

kuantitatif. Variable dependen dalam penelitian ini adalah persepsi remaja

putri tentang pernikahan dini sedangkan variable indenpenden adalah faktor

yang berhubungan pernikahan dini (pengetahuan, sikap, pekerjaan orang

tua, pendidikan orang tua, jumlah saudara) dengan menggunakan data

6
primer, Teknik pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner, Analisa

menggunakan unvariat dan bivariat.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penikahan Dini

2.1.1 Tinjauan Teoritis Tentang Pernikahan Dini

Fenomena pernikahan dini pada remaja mempunyai dampak yang

cukup kompleks. Di Indonesia termasuk negara dengan presentase

pernikahan usia muda tertinggi di dunia ranking 37 dan tertinggi ke dua di

ASIAN setelah kamboja. Berdasarkan data profil anak Indonesia tahun

2018, menyatakan bahwa perempuan di indonesia dengan usia 10-17 tahun

pernah menikah diusia 15 tahun sebanyak 39,17%, 37,91% kawin diusia 16

tahun dan 22,92% kawin diusia 17 tahun (Kemenppa RI 2018).

Menurut Undang-Undang Perkawinan Pasal 7 ayat (1) Undang-

Undang Perkawinan No.1/1974 sebagi hukum positif yang berlaku di

Indonesia, menetapkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria

sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah

mencapai umur 16 (enam belas) tahun. jadi pernikahan dikatakan sebagai

pernikahan dini jika salah satu pasangan pernikahan usianya masih dibawah

19 (sembilan belas) tahun. Sosialisasi pentingnya perkawinan di usia yang

tepat perlu dilakukan oleh kementerian dan lembaga kepada masyarakat.

Perlu dikomunikasikan pentingnya mengatur usia perkawinan khususnya

bagi perempuan. Menikah di usia yang tepat akan mengurangi resiko

kematian ibu dan bayi. Dalam jangka panjang, hal ini juga akan

menurunkan angka fertilitas yaitu memperpendek rentang masa reproduksi

perempuan melalui penundaan usia perkawinan (Kemenppa RI 2018).

8
2.1.2 Faktor Terjadinya Pernikahan Usia Dini

Merupakan faktor-faktor yang mendukung faktor penyebab

terjadinya persepsi dalam pernikahan usia dini menurut (Agustriana,

Angriani, and Hastuti 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan

usia dini meliputi:

a. Pendidikan Rendah

Rendahnya tingkat pendidikan orang tua, membuat rendahnya

pengetahuan terhadap dampak pernikahan dini, baik dampak dari segi

hukum, segi psikologis, maupun dari segi biologis anak.

b. Kultur Nikah Muda (Madya)

Budaya yang kental di kalangan masyarakat banyak menimbulkan

adanya pernikahan di usia dini yang pada umumnya dilakukan oleh

anak-anak yang masih berada pada usia sekolah. sebagian besar tidak

adanya kultur nikah muda yang meliputi budaya menikah di usia dini,

lingkungan tempat tinggal yang melakukan pernikahan usia dini,

julukan perawan tua, serta budaya pelepasan beban keluarga.

c. Sex Bebas Pada Remaja

Seks bebas merupakan hal yang sudah biasa dikalangan remaja pada

saat ini. Mereka tidak canggung-cangggung lagi menunjukan adanya

seks bebas di depan umum. Hal tersebut dikarenakan sudah

berkembangnya zaman modernisasi. Seks bebas disini meliputi:

pasangan, bersentuhan tangan, berpelukan, berciuman, hingga

berhubungan intim.

9
2.1.3 Dampak Pernikahan Dini

Berikut beberapa risiko kehamilan yang dapat dialami oleh remaja

(usia kurang dari 20 tahun) menurut (Yuspa and Tukiman 2017) yakni :

1. Anemia (kurangnya kadar hemoglobin dalam darah) adalah dalam

masa kehamilan dengan akibat yang buruk bagi janin yang dikandung,

seperti pertumbuhan janin terlambat dan kelahiran prematur.

2. Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan

perkembangan biologis dan kecerdasan janin terlambat, sehingga bayi

dapat lahir dengan berat badan rendah.

3. Preeklamsi dan eklamsi yang dapat membawa maut bagi ibu maupun

bayinya.

4. Pasangan yang kurang siap untuk menerima kehamilan cendrung

untuk melakukan pengguguran kandungan (aborsi) yang dapat

berakibat kematian bagi wanita.

5. Pada wanita yang menikah sebelum usia 20 tahun mempunyai risiko

dua kali lipat untuk mendapatkan kangker servik dibandingkan dengan

wanita yang menikah pada umur yang lebih tua.

Kehamilan remaja dapat menyebabkan terganggunya perencanaan

masa depan remaja. Kehamilan pada masa sekolah, remaja akan terpakasa

meninggalkan sekolahnya, hal ini berarti terlambat atau bahkan mungkin

tidak tercapai cita-citanya. Sementara itu, kehamilan remaja juga

mengakibatkan lahirnya anak yang tidak diinginkan, sehingga akan

berdampak pada kasih sayang ibu terhadap anak tersebut.

10
2.1.4 Upaya Pencegahan Resiko Pernikahan Dini

Berikut adalah upaya pencegahan resiko pernikahan dini menurut

(Rustiana, Hermawan, and Triana 2020) :

1. Pemerintah

Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan program serta alokasi

anggaran dalam upaya pencegahan pernikahan dini :

a. Menyusun program dan kegiatan, membangun sarana dan prasarana

pendidikan terutama untuk memperluas akses dan keterjangkauan

dalam pemenuhan wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

b. Menyediakan data penerima manfaat yang akurat dan skema

perlindungan sosial berupa jaminan kesehatan dan beasiswa

pendidikan bagi siswa miskin untuk mencegah pernikahan dini.

c. Menyediakan skema pemberdayaan ekonomi orang tua siswa miskin

untuk tidak menikahkan anaknya pada usia dini.

d. Melakukan pembinaan bagi pemuka-pemuka agama agar

berpartisipasi dalam mencegah pernikahan dini;

e. Memperkuat kelembagaan dan dukungan teknis bagi pusat pelayanan

terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A) untuk

melakukan upaya-upaya pencegahan dan penghapusan pernikahan

dini.

f. Menyelenggarakan program-program kesehatan untuk pencegahan

pernikahan dini.

g. Memberikan edukasi, informasi dan konseling mengenai kesehatan

reproduksi dan hak atas kesehatan reproduksi bagi anak dan remaja.

11
2. Orang tua / wali

Orang tua/wali berkewajiban untuk mencegah terjadinya pernikahan

dini dengan cara:

a. Memenuhi dan mendukung wajib belajar 12 (dua belas) tahun sebagai

bentuk pemenuhan hak anak.

b. mengetahui, memahami dampak-dampak pernikahan dini dan

mengambil sikap untuk tidak menikahkan anaknya dibawah usia 19

(sembilan belas) tahun;

c. memberikan pendidikan karakter, budi pekerti, budaya dan agama;

dan - pendidikan kesehatan reproduksi.

d. orang tua/wali berkewajiban untuk melakukan pembinaan,

pengasuhan, bimbingan, pengawasan dan perlindungan anak agar

tidak melakukan pernikahan dini.

3. Anak

Anak berhak berpartisipasi untuk mencegah terjadinya pernikahan

pada dirinya dan teman sebaya. Setiap anak berperan dalam

melakukan upaya pencegahan pernikahan dini pada dirinya dengan

cara antara lain:

a. mengikuti wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

b. mengembangkan minat, bakat dan kreatifitasnya untuk menjamin

ketahanan masa depannya; dan

c. memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.Anak

berperan untuk mencegah pernikahan dini pada teman sebayanya,

antara lain melalui :

12
1) menyebarluaskan informasi tentang kesehatan reproduksi dalam upaya

mencegah pernikahan dini

2) menyampaikan pesan tentang risiko pernikahan dini;

3) membentuk kelompok pendukung sebayauntuk melakukan kampanye

pencegahan pernikahan dini di sekolah maupun di masyarakat.

4. Masyarakat

Masyarakat meliputi perorangan, keluarga, kelompok, organisasi

masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi,

akademisi, media dan pihak swasta diberikan kesempatan seluas-

luasnya untuk berperan aktif dalam program dan kegiatan pencegahan

pernikahan dini mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, pemantauan, dan evaluasi. Peran masyarakat dapat

dilakukan oleh perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga

kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan,

media massa, dan dunia usaha. Peran masyarakat dilakukan dengan

cara:

1) melakukan pendidikan masyarakat tentang pentingnya pendidikan

kesehatan reproduksi sebagai upaya pencegahan pernikahan dini,

dalam kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan, adat dan berbagai

pendidikan non formal;

2) memberikan masukan dalam perumusan kebijakan pemerintah yang

terkait upaya pencegahan pernikahan dini;

3) melaporkan kepada pihak berwenang jika terjadi pemaksaan

perkawinan pada usia anak.

13
4) berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi

anak yang menikah pada usia anak;

5) membentuk kelompok pendukung sebayauntuk melakukan kampanye

pencegahan perkawinan anak di sekolah maupun di masyarakat:

a. masyarakat dapat menyelenggarakan kesepakatan bersama dan atau

deklarasi pencegahan pernikahan dini bersama dengan Pemerintah

Daerah dan seluruh pemangku kepentingan; dan

b. peran serta masyarakat dalam pencegahan pernikahan dini dilakukan

dengan semangat kepentingan terbaik bagi anak, kekeluargaan dan

kearifan lokal.

2.1.5 Faktor –Faktor Penyebab Pernikahan dini

Menurut Ahmad (2009) terdapat dua factor besar yang penyebab

terjadinya pernikahan dini yaitu:

1. faktor internal anak diantarany adalah berhubungan dengan

pendidikan yang sangat mempengaruhi terjadinya pernikahan dini.

Apabila seorang anak berstatus sebagai pelajar maka akan dapat

menunda suatu pernikahan yang terjadi tetapi sebaliknya apabila

seorang anak putus sekolah pada usia wajib bersekolah maka anak

akan cenderung tidak mempunyai kesibukan atau menganggur.

Sehingga seorang anak atau remaja akan mendorong orang tua untuk

berfikir bahwa menikah lebih baik dari pada berdiam atau

menganggur di rumah. terutama bila anak remaja sudah mempunyai

teman dekat,

2. Faktor internal kedua yaitu apabila remaja telah melakukan hubungan

14
biologis. ketika orang tua mengetahui anak remajanya terutama anak

gadisnya telah melakukan hubungan biologis dengan lawan jenis

maka orang tua akan cenderung berfikaran cepat menikahkan anak

gadisnya. Walaupun usianya terbilang masih muda karena orang tua

khawatir kepada remaja apabila dibiarkan akan terjadi hamil diluar

nikah ataupun khawatir apabila anak gadisnya ditinggal oleh lawan

jenis yang telah melakukan hubungan biologis dengan anak gadis atau

remaja perempuan (Ahmad, 2009).

3. Faktor internal ketiga yaitu hamil sebelum menikah apabila seorang

remaja perempuan telah hamil sebelum dilangsungkan pernikahan,

keluarga akan mengambil keputusan menikahkan remaja putrinya.

Keputusan ini diambil oleh orang tua untuk menghindari malu karena

hamil diluar nikah dianggap sebagai aib keluarga. Keputusan ini

diambil tanpa memfikirkan dampak dan usia remaja saat dinikahkan

(Ahmad, 2009). Selanjutnya faktor dari luar atau faktor eksternal anak

meliputi Faktor pemahaman agama ada beberapa keyakinan dalam

agama bahwa bila seorang anak telah memiliki hubungan yang sangat

dekat dengan lawan jenis, maka orang tua harus mengambil keputusan

untuk menikahkan remaja untuk mrnghindari dari hal yang tidak

diinginkan atau pergaulan bebas dan agar tidak terjadi perzinahan.

Faktor ekonomi perkawinan usia muda terjadi karena keadaan

keluarga yang sangat memprihatinkan atau keadaan keluarga yang

hidup digaris kemiskinan, untuk meringankan beban orang tua atau

keadaan ekonomi keluarga seorang remaja dinikahkan dengan lawan

15
jenis yang lebih mampu. Maka jumlah anggota keluarga akan

berkurang sehingga tanggung jawab keluarga juga berkurang (Ahmad,

2009).

4. Faktor adat dan budaya merupakan fenomena ini masih sering terjadi

di masyarakat, terutama masyarakat pedesaan suatu kondisi budaya

yang menikahkan anaknya di usia muda. Hal ini bermula dengan

adanya perjodohan yang direncanakan oleh orang tuanya, maupun

pemahaman masyarakat bahwa remaja wanita yang telah

mendapatkan menstruasi pertama maka remaja wanita layak untuk

menikah, bahkan ada yang menikahkan anaknya sebelum

mendapatkan menstruasi pertama. Selain itu, ada juga anggapan

apabila remaja wanita tidak segera menikah akan membuat malu

keluarga karena dapat disebut sebagai remaja yang jauh dari jodoh (

Indriayani, 2014).

2.2 Tinjauangan Teoritis Tentang Pernikahan Dini

2.2.1 Pengertian Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang

remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanakkanak, namun ia

masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang

mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan

melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan

yang dilakukannya sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang

tidak menyenangkan bagi lingkungannya, orangtuanya. Kesalahan yang

diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini

16
karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari

identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan

inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja .Remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua

perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan

psikososial . (Sumara, D; Humaedi, S; Santoso 2017)

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19

tahun, menurut peraturan menteri kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalam rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan

belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut

Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau jumlah penduduk dunia.

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu

mengenal :

a. Masa remaja awal (Early adolescent) umur 10-12 tahun.

b. Masa remaja pertengahan (middle adolescent) umur 13-15 tahun

c.Remaja terakhir umur (late adolescent) umur 16-19 tahun

Berdasarkan dari definisi diatas bahwa masa remaja merupakan

masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dalam

prosesnya terjadi perkembangan kematangan fisik, psikis dan sosial serta

bertambahnya tuntutan masyarakat.

2.2.2 Masa Remaja

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun itelektual.

17
Sifat khas remaja mempunyai rasa kaingin tahuan yang besar, mempunyai

petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas

perbuatan nya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.

Apabila keputusan yang di ambil dalam menghadapi konflik tidak

tepat, mereka akan jatuh ke dalam prilaku yang beresiko dan mungkin

harung menanggung akibat dari jangka pendek dan jangka Panjang dalam

berbagai masalah Kesehatan fisik dan psikosional.

Sifat dan perilaku beresiko pada remaja tersebut memerlukan

ketersedesiaan pelayanan Kesehatan peduli remaja yang dapat memnuhi

kebutuhan Kesehatan remaja termaksud pelayanan untuk Kesehatan

repoduksi (Kementerian Kesehatan RI 2017)

Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang

berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa

kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan

dewasa. Ia berada pada masa transisi dan pencarian jati diri, yang karenanya

sering melakukan perbuatan-perbuatan yang dikenal dengan istilah

kenakalan remaja.

2.2.3 Karakteristik Pertumbuhan Dan Perkemabangan Remaja

Karakteristik prtumbuhan dan perkembangan remaja dapat di

jelaskan sebagai berikut menurut (Wulandari 2014):

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan. Pada

fase remaja awal (11-14 tahun)karakteristik seks sekunder mulai

tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja perempuan,

18
pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak,

atau rambut pubis. Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan

baik pada tahap remaja pertengahan (usia 14-17 tahun) dan pada tahap

remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif

hampir komplit dan remaja telah matang secara fisik.

2. Kemampuan Berfikir

Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta

membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis

kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah

mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas

intelektual sudah terbentuk.

3. Identitas

Pada tahap awal, ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan

dengan penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba berbagai peran,

mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendri meningkat, mempunyai

banyak fantasi kehidupan, ketiak, atau rambut pubis yang terlambat

atau terlalu dini seringkali menimbulkan perasaan

malu/minder/kurang percaya diri karena merasa keadaan mereka

berbeda dengan sebayanya.

2.3 Tinjauan Teoritis Tentang Persepsi

2.3.1 Tinjauan Presepsi

Orang melihat sesuatu itu selalu berbeda antara yang satu dengan

yang lainnya, bahkan fakta-fakta sekali pun tampak sangat berbda bagi

orang sama sekali terhadap masalah atau objek tersebut pendapat lain

19
dimukakan bahwa persepsi bersifat begitu kompleks. Tidak adanya

hubungan antara yang satu dengan yang lain, antara pesan-pesan yang

terjadi diluar sana, didunia dengan pesan-pesan yang pada akhirnya sampai

pada otak kita. (Dr. Vladimir 2019)

Persepsi sebagai sebuah konstruk psikologis akan sulit diartikan

secara utuh atau dijabarkan dengan tepat dalam sebuah rumusan, namun

dari pendapat beberapa ahli diatas dapat penulis simpulkan bahwa persepsi

merupakan tanggapan atau penilaian seseorang terhadap rangsangan

(stimulus) yang diterima melalui alat inderanya, dimana rangsangan itu

dapat berupa fenomena, benda mati, maupun individu lain.

2.3.2 Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Persepsi

Pada dasarnya, persepsi mengandung tiga aspek atau komponen,

yaitu komponen afektif, komponen konatif dan komponen kognitif. Sikap

seseorang pada suatu objek sikap merupakan manifestasi dari ketiga

komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan

dan berperilaku terhadap objek sikap. Ketiga komponen tersebut saling

berinteraksi dan konsisten satu dengan yang lainnya. Jadi, terdapat

pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut.

Menurut (Hannah Fithrotien Salsabila Nadiani 2018)

mengemukakan tiga aspek utama persepsi, yaitu:

1. Kognitif

Aspek ini menyangkut komponen pengetahuan, pandangan,

pengharapan, cara berpikir/mendapatkan pengetahuan, dan

pengalaman masa lalu, serta segala sesuatu yang diperoleh dari hasil

20
pikiran individu pelaku persepsi.

2. Afektif

Aspek ini menyangkut komponen perasaan dan keadaan emosi

individu terhadap objek tertentu serta segala sesuatu yang menyangkut

evaluasi baik buruk berdasarkan faktor emosional seseorang.

3. Konatif

Aspek ini menyangkut motivasi, sikap, perilaku atau aktivitas individu

sesuai dengan persepsinya terhadap suatu objek atau keadaan tertentu

2.3.3 Prinsip-Prinsip Presepsi

Perlu dipahami mengenai prinsip-prinsip persepsi agar tidak terjadi

salah interpretasi atau pengertian. Slameto mengemukakan lima prinsip

dasar tentang persepsi (Winda Desi Arianti 2018) :

a. Persepsi itu relatif bukannya absolut

Manusia bukanlah instrumen ilmiah yang menyerap segala sesuatu

persis seperti keadaan sebenarnya tetapi dengan penerimaan dari

inderanya dia dapat menerka dan memberi tanggapan mengenai

rangsangan (stimulus) yang diterimanya.

b. Persepsi itu selektif

Ada keterbatasan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus),

oleh karenanya ada kemungkinan seseorang hanya akan memberikan

perhatian kearah mana persepsi itu memiliki kecenderungan.

c. Persepsi itu memiliki tatanan

Seseorang tidak menerima rangsangan secara sembarangan, oleh

karena itu apa bila rangsangan yang diterima kurang lengkap maka

21
orang tersebut akan melengkapi sendiri sehingga menjadi cukup jelas

untuknya.

d. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima

rangsangan).

Harapan dan kesiapan penerima akan sangat menentukan pesan mana

yang dia pilih untuk kemudian diinterpretasikan (penafsiran).

e. Persepsi seseorang atau kelompok

Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi

orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan

persepsi antara satu individu dengan individu yang lain sangat

dipengaruhi oleh perbedaan kepribadian, sikap dan motivasi dari

masing-masing individu

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal:

1. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam

diri seseorang dalam menciptakan dan menemukan sesuatu yang

kemudian bermanfaat untuk orang bayak misalnya. Dalam hal ini

faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu Usia, pendidikan,

dan pekerjaan.

a. Usia Usia adalah umur individu yang dihitung mulai saat dilahirkan

sampai ulang tahun. Semakin cukup umur, kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Semakin tua

22
umur seseorang semakin konstruktif dalam menggunakan koping

pengetahuan yang diperoleh (Nursalam, 2003). Usia sangat

mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang dan

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam & Pariani,

2001).

b. Pendidikan Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa orang yang

mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan tanggapan yang lebih

rasional dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah atau

tidak berpendidikan sama sekali.

c. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari

nafkah. Masyarakat yang sibuk bekerja hanya memiliki sedikit waktu

untuk memperoleh informasi. Dengan bekerja seseorang dapat berbuat

sesuatu yang bernilai, bermanfaat, memperoleh pengetahuan yang

baik tentang suatu hal sehingga lebih mengerti dan akhirnya

mempersepsikan sesuatu itu positif (Notoatmodjo, 2003).

2. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah kebalikan dari faktor internal,

yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang dalam menciptakan

dan menemukan sesuatu. Dalam hal ini faktor eksternal yang

mempengaruhi persepsi, yaitu informasi, dan pengalaman.

a. Informasi Semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau

menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan

menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku

sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2003)

23
b. Pengalaman Menurut Azwar (2005), pengalaman adalah suatu

peristiwa yang pernah dialami seseorang. Tidak hanya suatu

pengalaman sama sekali dengan suatu obyek cenderung bersifat

negatif terhadap obyek tertentu, untuk jadi suatu dasar pembentukan

sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan

akan lebih mendalam dan membekas. Menurut Notoatmodjo (2005),

pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat

berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.

Pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari akan menyebabkan

terjadinya perbedaan interpretasi. Pengalaman mempengaruhi

kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar

formal. Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa

yang pernah dihadapi (Rachmat, 2005).

2.3.5 Pengukuran Presepsi

Rensis Likert telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur

sikap masyarakat di tahun 1932 yang sekarang terkenal dengan nama Skala

Likert. Djaali (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, variabel

yangakan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator

tersebutdijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen

yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item

24
instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat

positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

Sangat Penting (SP), Penting (P),Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat

Tidak Penting (STP).

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan

dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan

dalam riset berupa survei. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam Skala

Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu

pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Ada dua

bentuk pertanyaan yang menggunakan Likert yaitu pertanyaan positif untuk

mengukur minat positif, dan 10 bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur

minat negatif. Pertanyaan positifdiberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1, sedangkan

bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1, 2,3, 4, dan 5. Bentuk jawaban Skala

Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, raguragu, tidak setuju, dan sangat

tidak setuju. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:

1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak setuju

3. Ragu-ragu

4. Setuju

5. Sangat Setuju

Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan

adalah data Ordinal. Selain pilihan dengan lima skala tersebut, kadang

digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi

empiris menemukan bahwa 10 beberapa karakteristik statistik hasil

25
kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip.

Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik

tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala

pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner Skala Likert yang memaksa

orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia. Jenis

data ada empat NOIR (Nominal, Ordinal, Interval, Rasio) keempat jenis

data ini memiliki ciri sebagai berikut:

a. Nominal: Bersifat mengklasifikasikan saja, tanpa ada jenjang di antara

klasifikasi. Angka hanya bermakna sebagai variasi jenis tanpa

bermakna tingkatan. Misal: laki-laki – perempuan, 1 untuk kode laki-

laki dan 2 untuk kode perempuan, angka 1 dan 2 bukan merupakan

tingkatan, yang artinya 2 bukan berarti lebih tinggi daripada 1. Data

jenis ini belum bisa dilakukan operasi matematis.

b. Ordinal: Bersifat mengklasifikasikan, dan klasifikasi tersebut sudah

merupakan tingkatan. Sehingga dengan data ordinal ini angka sudah

menunjukkan mana yg lebih besar dan mana yang lebih kecil. Tetapi

masing-masing klasifikasi yang berupa tingkatan tersebut tidak

memiliki jarak yang sama. Misal : juara dalam perlombaan balap

sepeda. Ada juara 1, juara 2, dan juara 3. Angka 1, 2, 3 tersebut 14

sudah memiliki makna tingkatan, bahwa juara 1 lebih cepat daripada

juara 2 dan juara 3. Juara 2 lebih cepat daripada juara 3. Juara 1 waktu

tempuahnya 5 menit, Juara 2 waktu tempuhnya 7 menit dan juara 3

waktu tempuhnya 12 menit. Yang dimaksud tidak memiliki jarak yang

sama adalah antara juara 1 dan 2 selisih waktunya 2 menit, antara

26
juara 2 dan juara 3 selisih waktunya 5 menit. Dengan demikian kita

masih belum bisa menggunakan operasi matematis, karena angka 1, 2

dan 3 itu hanya berupa ranking saja.

c. Interval: Bersifat mengklasifikasikan, dan klasifikasi tersebut

sudamerupakan tingkatan yang masing-masing tingkatan memiliki

jarak yang sama. Misal: nomor sepatu. Sepatu dengan nomor 39, 40,

41, 42. Angka nomor sepatu tersebut sudah bermakna tingkatan

bahwa nomor 42 lebih tinggi daripada nomor 41 dan seterusnya. Pada

data interval masing-11 masing tingkatan tersebut memiliki jarak yang

sama. Sepatu nomor 39 memiliki panjang 30cm, nomor 40 memiliki

panjang 31cm, nomor 41 memiliki panjang 32cm, nomor 42 memiliki

panjang 33cm. dengan contoh tersebut berarti setiap tingkatan

memiliki interval 1cm, interval inilah yang dimaksud dengan jarak

yang sama dimasing-masing tingkatan. Dengan adanya interval yang

diketahui tersebut, bisa dimaknai bahwa nomor sepatu 42 adalah

nomor 39 ditambah 3cm, tapi belum bisa dimaknai bahwa nomor 42

adalah nomor 39 dikali 3. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa

data interval sudah bisa dikenai operasi matematis penjumlahan dan

pengurangan, namun belum bisa dikenai operasi matematis perkalian

dan pembagian. Hal ini karena data interval tidak memiliki angka nol

mutlak. Menurut Irwanto (1986) dikutip dari Istana (2006) dilihat dari

segi individu setelah melakukan melakukan interaksi dengan objek

yang dipersepsikan, maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Persepsi positif Merupakan persepsi yang menggambarkan segala

27
pengetahuan (tahu tidaknya, kenal tidaknya) dalam tanggapan yang

diteruskan pemanfaatannya.

2. Persepsi negatif Merupakan persepsi yang menggambarkan segala

pengetahuan (tahu tidaknya, kenal tidaknya) serta tanggapan yang

tidak selaras dengan obyek yang dipersepsikan.

2.4 Kerangka Teori

Aspek – aspek persepsi


remaja yaitu
A. Aspek Kognitif
(Pengetahuan)
B. Aspek Afektif (Penilaian
positif dan negatif)
C. Aspek Konatif (
merupakan reaksi atau
respon seseorang
terhadap suatu objek)

Faktor penyebab
terjadinya pernikahan
dini yaitu:
1. Pendidikan
rendah
2. kebutuhan
ekonomi
3. kultur nikah muda
(budaya)
4. pernikahan di atur
5. Seks bebas pada
remaja

Pernikahan dini pada remaja

Referensi Ahmad, 2009, BKKBN, 2012, Indriyani, 2014, Hannah


Fithrotein Salsabilah, 2018,

28
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Pada bab ini akan dijelaskan kerangka konsep penelitian, Definisi

operasional dan hipotesis yang memberikan arah pada pelaksanaan

penelitian dan analisis data.

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Pengetahuan Persepsi remaja putri


2. sikap tentang pernikahan
dini.
Variabel Counfounding

1. Umur
2. pekerjaan orang tua
3. Pendidikan orang tua

Gambar 3.1 Persepsi Remaja Putri Tentang Pernikahan Dini” Di SMA


Mandalahayu 304 Bekasi Timur Tahun 2022

29
3.2 Definisi Opresiaonal

Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang

dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan

cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya

(Hidayat,2010).

variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat,2010).

No Variabel Definisi alat ukur cara ukur hasil ukur skala


Operasional
Variabel Dependen
1 Persepsi tanggapan kuesioner persepsi 1.Paham jika nilai 16- ordinal
remaja putri atau menurut 20 atau > 15
tentang penilaian skala
seseorang 2. Kurang paham
pernikahan Linkert
terhadap jika nilai 10-15 atau
dini
rangsangan ≤ 15
(stimulus)
yang
diterima
melalui
rangsangan
itu dapat
berupa
faktor
internal
atau
ekternal
Variabel Independen
1 Pengetahuan Tahu dalam kuesioner soal 1. Baik jika ordinal
hal ini pernyataan
Nilainya ≥ 76-100 %
adalah tentang
mengingat pernikahan 2. Cukup
tentang dini
suatu Jika nilainya 60 – 75%
informasi - Kurang
yang
didapatkan Jika nilainya ≤ 60 %
atau
dipelajari

30
sebelumnya

2 Sikap sikap kuesioner Sikap 1. Mendukung jika ordinal


responden menurut nilai 21−30 atau
pada saat skala
> 20
penelitian Linkert
2. Tidak
mendukung
jika nilai 10−20 atau
≤ 20
1. setuju
2. tidak setuju

Variabel counfounding
1 Umur Umur kuesioner kuesioner 1 = < 17 tahun ordinal
sesuai
2 = > 17 tahun
tahun
kelahiran
saat
dilakukan
penelitian
2 pendidikan pendidikan kuesioner kuesioner 1 =Tidak sekolah ordinal
orang tua terakhir
1 =SD/ SLTP
responden
2 = SMA
saat 4 = PT
penelitian
3 pekerjaan pekerjaan kuesioner kuesioner 1=Tidak Bekerja ordinal
orang tua orang tua
2=pedagang
saat
penelitian 3= PNS
4= Swasta

31
3.3 Hipotesis

Hipotesis pada umumnya diartikan sebagai jawaban (dugaan)

sementara dari masalah suatu penelitian. Hipotesis hanya disusun pada jenis

penelitian inferensial, yakni jenis penelitian dengan pendekatan kuantitatif

yang bertujuan untuk menguji. Hipotesis penelitian yaitu:

H0 : Tidak ada terdapat pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap persepsi

remaja putri tentang pernikahan dini Di SMA Mandalahayu 304

Bekasi Timur Tahun 2022

Ha : ada terdapat pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap persepsi

remaja putri tentang pernikahan dini Di SMA Mandalahayu 304

Bekasi Timur Tahun 2022

32
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat analitik

observasional rancangan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor yang

berhubungan dengan pernikahan dini terhadap persepsi remaja putri tentang

pernikahan dini Di SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur Tahun 2022 Jenis

rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Menurut Notoatmodjo

(2010), penelitian cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

korelasi antara variabel bebas dengan terikat melalui pendekatan, observasi

atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Sehingga subjek

penelitian hanya di observasi sekali saja

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMA Mandahayu 304 Bekasi

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Maret – Mei 2022

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono. 2012).

33
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi SMA

Mandahayu 304 dengan jumlah keseluruhan siswi yaitu 100 yang masih

aktif belajar, yang terdiri dari kelas X IPS yang berjumlah 27 siswi, kelas

XIPA1 berjumlah 12 siswi, XIPA2 berjumlah 21 siswi, dan kelas XI IPA1

berjumlah 20 siswi, serta kelas XII IPA2 berjumlah 20 siswi.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012) Pada penelitian ini peneliti

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti, Sampel dalam penelitian ini adalah anak perempuan di

SMA Mandalahayu 304 Bekasi yang di hitung berdasarkan rumus

persentase besar sampel rumusnya:

n= N

1+ N (d) ²

n= 210
1+ 210 ( 0,1) ²

n= 99,5 di bulatkan menjadi 100 orang Siswi yang dapat di jadikan sebagai

sampel responden.

Keterangan :

n: Perkiraan jumlah sampel

N : Perkiraan jumlah

populasi

d : tingkat kesalahan yang di pilih adalah (0,01)

34
4.4 Teknik Sampling Data

Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Sugiyono, 2012). Teknik

Sampling yang di gunakan dalam penelitian ini adalah non probalitiy

sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberi peluang atau

kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi tidak memberi

peluang atau kesempatan bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk di

pilih mejadi sampel secara purposive sampling dengan sampel memenuhi

kriteria sebagai berikut :

4.4.1 Kriteria Inklusi

1. Siswi aktif SMA Mandalahayu 304 Bekasi yang berusia 15 tahun – 18

tahun

2. Bersedia menjadi reposnden

4.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Siswi SMA Mandalahayu yang telah melakukan seks bebas

2. Siswi SMA Mandalahayu yang memiliki status ekonomi kurang dari

UMR.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam

mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun

langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut data Primer yaitu data

35
yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu dengan mengunjungi

lokasi penelitian dan meminta responden untuk mengisi kuesioner yang

telah disusun oleh penelitian.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah alat atau fasilitas yang

digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah

dan hasilnya lebih baik. Dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah.

Penentuan skoring berpedoman pada aturan skala Likert, dimana

item jawaban dari setiap pertanyaan diberi skor, maka penilaian jawaban

dikuesioner digolongkan dalam 3 skor, dengan pilihan jawaban setuju, ragu-

ragu, dan tidak setuju. Setiap jawaban setuju diberi nilai 1, setiap jawaban

ragu-ragu diberi nilai 2, tidak setuju dan di beri nilai 3 (Sugiyono 2015).

Sedangkan menurut aturan skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk

jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten, maka penilaian jawaban

dikuesioner digolongkan dalam 2 skor, dengan pilihan jawaban benar atau

salah, dan setiap jawaban diberi nilai jika benar 2 dan jika salah 1.

Berdasarkan kriteria objektif yang di bahas pada Bab I untuk Aspek

Kognitif, menggunakan 2 kategori untuk skala Guttman yaitu paham dan

kurang paham. Untuk paham jika skornya 21- 30 dan kurang paham jika

skornya 10-20. Sedangkan untuk Aspek Afektif skala Likert yaitu tidak

mendukung dan mendukung. Untuk mendukung jika skornya 16-20 atau

jika tidak mendukung skornya 10-5 . Dan untuk Aspek Konatif yaitu baik

dan kurang baik. Untuk baik jika skor 21-30 atau jika kurang baik 10-20.

36
Adapun panduan penentuan penilaian dan skoringnya untuk skala

Likert adalah sebagai berikut: Jumlah pilihan jawaban untuk aspek sikap

dan aspek persepsi terdiri dari 3 jawaban, dengan jumlah pernyataan yang

dihitung untuk variabel terdiri dari 10 pertanyaan. Dengan skoring terendah

1 jika jawaban setuju, untuk jawaban skoring tertinggi 3 jika jawaban tidak

setuju. Untuk mencari nilai aspek kognitif dan konatif yaitu satu per dua

dalam kurung skor tertinggi ditambah skor terendah dikali jumlah

pernyataan. Di kategorikan menjadi 2 pilihan yaitu tidak mendukung atau

kurang baik jika 21-30 dan mendukung atau baik jika 21-30 . Sedangkan

penetuan penilaian dan skoringnya untuk skala Guttman adalah sebagai

berikut:

Untuk mencari nilai aspek sikap yaitu satu per dua dalam kurung

skor tertinggi ditambah skor terendah dikali jumlah pernyataan. Jumlah

pilihan jawaban dikategorikan atau nilai tengah menjadi 2 pilihan jawaban,

dengan 10 jumlah pertanyaan, dengan skor terendah 1 jika jawaban salah

10-15, untuk skor tertinggi 2 jika jawaban benar 16-20.

Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

modifikasi dari penelitian sebelumnya yaitu untuk kuesioner tentang

persepsi pengetahuan diadopsi dari penelitian (Imas Masturoh, SKM.,

M.Kes. (Epid) Nauri Anggita T, SKM 2018), sedangkan kuesioner tentang

aspek afektif dan konatif diadopsi dari penelitian serupa sebelumnya

(Sugiyono 2015).

4.7 Teknik Pemgumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh

37
peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya dengan menggunakan data

primer untuk mengetahui pengtahuan remaja putri dan mengunakan

kuesioner yg sudah di sesuaikan tujuan penilitian untuk mengetahui varibel

dependen , independen dan varibel penganggu di bagikan kepada responden

yang sesuai dengan kriteria inklusi.

4.8 Pengolahan Data

4.8.1 Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian.

langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan – kesalahan data

yang telah dikumpulkan dan untuk memonitori jangan sampai terjadi

kekosongan dari data yang dibutuhkan (Notoadmodjo, 2010)

4.8.2 Coding

Coding adalah pekerjaan memindahkan data dari daftar yang akan

memberikan informasi di ubah menjadi bentuk angka untuk mempermudah

perhitungan selanjutnya. Coding dalam penelitian ini peneliti

mengumpulkan data dari hasil kuesioner yang telah dilakukan dalam

penyebaran kepada responden lalu peneliti melakukan kode untuk input data

ke SPSS untuk mempermudah dalam pengolahan data dan analisis data

yang tetap berpedoman pada definisi operasional.

4.8.3 Tabulating

Tabulating adalah membuat penilaian data, sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang inginkan oleh peneliti ( Notoadmodjo, 2010 ). Tabulasi

jenis data di sesuaikan dan di modifikasi dengan teknik analisa yang di

38
gunakan.

4.9 Uji Validitas dan Reabilitas

4.9.1 Uji Validitas

Uji Validitas merupakan syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar

dapat digunakan dalam suatu pengukuran. Validitas menunjukkan ketepatan

pengukuran suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut

mengukur apa yang seharus di ukur (Dharma, 2011). Pada penelitian ini uji

validitas yang di gunakan yaitu validitas item yang merupakan item di lihat

dari korelasi skor item dengan skor total item. pada uji validitas di nyatakan

valid apabila R hitung > R Tabel (Sugiyono, 2008).

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan antara nilai R hitung

dengan R tabel untuk degree of freedom (df) = n-1, dalam hal ini n adalah

sampel penelitian yaitu (n) = 100 maka besarnya df dapat di hitung dengan

cara 100 – 2 = 98, dengan df = 98, alpha=0,05 maka untuk nilai R tabel

dengan melihat df = 98 dengan uji dua sisi.

4.9.2 Uji Reabilitas

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-

kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variable dan disusun

dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara

bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai Alpha > 0,60

maka reliable (Sujarweni 2012).

Penentuan uji reliablilitas didasarkan atas nilai r hitung > dari nilai r

39
tabel, di mana nilai r tabel yang digunakan untuk 30 orang responden yang

dilibatkan pada uji kuesioner ini adalah 0,361. Adapun nilai r hitung untuk

aspek pengetahuan sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut

dikatakan Reliable jika.

Keterangan:

i : reliabilitas instrumen

k : jumlah item

∑ si : jumlah varians

butir st : varians total

4.10 Analisis Data

4.10.1 Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik

penelitian. Pada umumnya dalam analisis hanya menghasilkan distribusi

tiap variabel (Notoadmodjo, 2010) Analisis univariat menggunakan rumus

distribusi frekuensi yaitu variabel karakteristik responden menggunakan

persentasi dengan rumus yang di gunakan :

P = f x 100 %

Keterangan
P = presentase
F = frekuensi
n = Jumlah data

40
4.10.2 Analisis Bivariat

Pada analisa bivariat dengan menggunakan SPSS uji chy – square

untuk mengetahui perbedaan proporsi / presentase dua atau lebih kelompok

sampel atau analisis hubungan variabel katgorik dengan kategorik dengan

syarat uji independen kategorik dan dependen kategorik. Apabila hasil uji P-

value < α ( P Value < 0,005 Dasar pengambilan keputusan dalam uji

independen uji chy – square yaitu :

1. Jika nilai siginifikansi ( 2 – tailed) < 0,05, maka Ho di tolak dan Ha di

terima, artinya terdapatnya pengaruh karakteristik remaja putri

terhadap persepsi tentang pernikahan dini.

2. Jika nilai siginifikansi ( 2 – tailed) > 0,05, maka Ho di terima dan Ha

di tolak artinya tidak terdapatnya pengaruh karakteristik remaja putri

terhadap persepsi tentang pernikahan dini

4.11 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengajukan

permohonan ijin terlebih dahulu kepada pihak terkait di Stikes Abdi

Nusantara. Kemudian mengajukan surat ijin penelitian untuk mendapatkan

ijin melaksanakan penelitian di SMA Mandalahayu 304 Bekasi, kemudian

peneliti melakukan observasi langsung pada responden yang diteliti dengan

menekankan pada masalah-masalah etik sebagai berikut:

4.11.1 Informed Consent

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian.

Responden yang memenuhi kriteria inklusi diberi lembar informed consent

disertai identitas peneliti, judul penelitian, dan manfaat penelitian.

41
Responden diminta mencantumkan tanda tangan di lembar tersebut dengan

terlebih dahulu diberikan waktu untuk membaca lembaran tersebut. Jika

responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati hak-hak responden.

4.11.2 Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden dalam lembar pengumpulan data. Lembar tersebut

diberikan inisial dan nomor atau kode tertentu.

4.11.3 Confidentialy

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan

dijamin oleh peneliti. Data tersebut akan disajikan atau dilaporkan kepada

yang berhubungan dengan penelitian

42
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Profil dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang di lakukan adalah SMA Mandalahayu 304

Jl. Margahayu No.46, RT.007/RW.017, Margahayu, Kec. Bekasi Tim., Kota

Bks, Jawa Barat 17113, jumlah ruang kelas pada SMA Mandalahayu 5 kelas

yang terdiri dari IPA dan IPS Adapun ruangan proses belajar mengajar

yang didalamnya dilengkapi bangku, meja, dan papan tulis dan proyektor .

Di SMA Mandalahayu 304 ini juga terdapat ruang kepala sekolah, ruang

guru, 2 ruang laboratorium, perpustakaan, toilet, lapangan basket, lapangan

upacara, klinik, dan konvensi

Ada pun visi dan misi SMA Mandalahayu 304 sebagai berikut :

Visi : Maju Bersama untuk menuju kejayaan dalam mendidik bibit bangsa

berdasarkan IMTAQ dan IPTEK

Misi :

1. Menerapkan manjemen partisipasi dengan melibatkan seluruh warga

sekolah untuk menuju suatu kejayaan.

2. Maju Bersama dalam melaksanakan pembelajaran dan

bimbingan secara efektif untuk menuju kejayaan.

3. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut

sehingga menjadikan agama sebagai pendoman dalam bertindak.

4. Menghasilkan tamatan yang mampu bersaing untuk melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi dan masu dunia kerja.

43
5.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum

mengenai persepsi remaja tentang pernikahan dini pada tiga aspek khusus

yaitu aspek kognitif, aspek afektif serta aspek konatif. Peneliti melakukan

riset di SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur . Responden dalam penelitian

ini adalah siswa kelas X, XI, remaja perempuan yang bersedia dilakukan

penelitian sebanyak 100 orang yang memenuhi kriteria inklusi.

Pengambilan data melalui kuesioner penelitian ini dilaksanakan mulai

tanggal 14 Mei 2022. Hasil penelitian ini diperoleh melalui kusioner yang

telah dibagikan dan di rekam dalam form kuesioner oleh setiap responden.

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan kelengkapan

dan kemudian data diolah dan dianalisa secara statistik kemudian peneliti

menyajikan analisa data terhadap dalam bentuk tabel dan diagram berikut :

5.2.1 Hasil Penelitian Univariat

Tabel 5.1
Karakteristik Responden Remaja Putri Berdasarkan Persepsi
Tentang Pernikahan Dini di SMA Mandalahayu 304 Bekasi
Timur
(N=100)
Karakteristik
F %
Responden
Persepsi
Paham 35 35%
Kurang paham 65 65%

44
Berdasarkan data pada Tabel 5.3 Jika dilihat dari karakteristik diatas

mayoritas remaja putri persepsi kurang paham tentang pernikahan dini

sebanyak 65 orang ( 65%).

Tabel 5.2
Karakteristik Responden Remaja Putri Berdasarkan Umur, Pengetahuan,
sikap, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan jumlah saudara di
SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur
(N=100)

Karakteristik
F %
Responden
Umur
< 17 Tahun 73 73%

> 17 Tahun 27 27%

Pengetahuan
Cukup 35 35%
Kurang 65 65%

Sikap
Mendukung 3 3%

Tidak Mendukung 97 97 %

Pendidikan Orang Tua


SMA/SMK 40 40%
Perguruan Tinggi 60 60%

Pekerjaan Orang Tua


Tidak Bekerja 18 18%

45
Pedagang 50 50%

PNS 10 10%
Swasta 20 20%

Berdasarkan data pada Tabel 5.2 Jika dilihat dari karakteristik diatas

mayoritas remaja putri umur < 17 tahun sebanyak 73 orang (73%) ,

pengetahuan kurang tentang pernikahan dini sebanyak 65 orang (65%),

sikap mendukung tentang pernikahan dini sebanyak 97 orang ( 97%),

pendidikan orang tua adalah pendidikan tinggi sebanyak 60 orang (60%),

pekerjaan pedaganng sebanyak 50 orang (50%),

5.2.2 Hasil Penelitian Bivariat

Tabel 5.3

Pengaruh umur remaja putri terhadap persepsi tentang pernikahan dini di


SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur
Persepsi
Asymp.sign
persepsi persepsi Total
Umur (2 – sided)
positif negative
F % f % f %
< 17 tahun 35 35% 38 38% 73 73%
0,000
> 17 tahun 0 0% 27 27% 27 27%
Total 35 35% 65 65% 100 100%
Hasil analisis pengaruh umur terhadap persepsi remaja putri tentang

pernikahan dini terlihat nilai Asimp.sign sebesar 0,000, karena Asimp.sign

0,000 < 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa terdapat pengaruh antara

umur terhadap persepsi tentang pernikahan dini di SMA Mandalahayu 304

46
Bekasi Timur

Tabel 5.4

pengaruh pengetahuan remaja putri terhadap persepsi tentang pernikahan


dini di SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur
persepsi
Asymp.sign
persepsi persepsi Total
Pengetahuan (2 – sided)
positif negatif
F % f % f %
Cukup 35 35% 0 0% 35 35%
0,000
Kurang 0 0% 65 65% 65 65%
Total 35 35 % 65 65% 100 100%
Hasil analisis pengaruh pengetahuan terhadap persepsi remaja putri

tentang pernikahan dini terlihat nilai Asimp.sign sebesar 0,000, karena

Asimp.sign 0,000 < 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa terdapat

pengaruh pengetahuan terhadap persepsi tentang pernikahan dini di SMA

Mandalahayu 304 Bekasi Timur

Tabel 5.5

Pengaruh sikap remaja putri terhadap persepsi tentang pernikahan dini di


SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur

persepsi
Asymp.sign

sikap persepsi persepsi Total


(2 – sided)
positif negatif

F % f % f %
97 97%
Mendukung 35 35% 62 65%
0,197

Tidak
0 0% 3 3%
Mendukung 3 3%

47
Total 35 35% 65 65% 100 100%

Hasil analisis pengaruh sikap dengan persepsi remaja putri tentang

pernikahan dini terlihat nilai Asimp.sign sebesar 0,197, karena Asimp.sign

0,197 > 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh sikap

terhadap persepsi tentang pernikahan dini di SMA Mandalahayu 304 Bekasi

Timur

Tabel 5.6

pengaruh pendidikan orang tua remaja putri terhadap persepsi tentang


pernikahan dini di SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur

persepsi
Asymp.sign
pendidikan persepsi persepsi Total
(2 – sided)
orang tua positif negatif
F % f % f %

SMA/SMK 35 35% 5 5% 40 40%

0,000

Perguruan 60%
Tinggi 0 0% 60 60% 60

Total 35 35% 65 65% 100 100%

Hasil analisis pengaruh pendidikan orang tua terhadap persepsi

remaja putri tentang pernikahan dini terlihat nilai Asimp.sign sebesar 0,000,

karena Asimp.sign 0,000 < 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa terdapat

48
pengaruh pendidikan orang tua terhadap persepsi tentang pernikahan dini di

SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur

Tabel 5.7

Pengaruh pekerjaan orang tua remaja putri terhadap persepsi tentang


pernikahan dini di SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur

persepsi
Asymp.sign
pekerjaan persepsi persepsi Total
(2 – sided)
orag tua positif negatif
F % f % f %
Tidak Bekerja 0 0% 18 18% 18 18%
Pedagang 5 5% 47 47% 52 52%
0,000
PNS 10 10% 0 0% 10 10%
Swasta 20 20% 0 0% 20 20%

Total 35 35% 65 65% 100 100%

Hasil analisis pengaruh pekerjaan orang tua terhadap persepsi

remaja putri tentang pernikahan dini terlihat nilai Asimp.sign sebesar 0,000,

karena Asimp.sign 0,000 < 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa terdapat

pengaruh pekerjaan orang tua terhadap persepsi tentang pernikahan dini di

SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur

49
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Ketebatasan Penelitian

Dengan keterbatasan waktu penelitian tidak mengembangkan lebih

banyak variabel lain dan semoga dimasa yang akan datang bisa

dikembangkan oleh peneliti peneliti selanjutnya. Penelitian ini di lakukan

saat pada masa pandemi sehingga untuk mengumpulkan siswi di sekolah

SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur agak terhambat dalam

mengumpulkan siswi karena siswi tidak tatap muka ( Online). Pada bulan

juni siswi sekolah sudah mulai tatap muka, maka penelitian ini di lakukan

pada bulan Juni 2022.

6.2 Pembahasan Hasil Univariat

Berdasarkan data pada Tabel 5.3 Jika dilihat dari karakteristik diatas

mayoritas remaja putri persepsi kurang paham tentang pernikahan dini

sebanyak 65 orang ( 65%). Menurut asusmsi peneliti persepsi remaja putri

masih banyak kurang paham karena dalam pemikiran siswi tersebut

pernikahan merupakan salah satu cara untuk menghindari terjadinya

perzinaan, dan dalam adat mereka bahwa dengan menikah muda salah satu

cara tidak membebani orang tua karena untuk rezeki sudah ada yang ngatur

sehingga persepsi tersebit apabila ada yang sudah mau melamar menikah

tidak ada penolakan dalam konsep keluarga.Hal ini sejalan dengan

penelitian Sakdiyah (2013) di dusun pereng ampel, desa pamoroh,

kecamatan kadur Madura dengan judul mencegah pernikahan dini untuk

membentuk generasi berkualitas yang didapatkan hasil faktor pendorong

50
menikah usia dini adalah faktor ekonomi, faktor diri sendiri, faktor

pendidikan, dan faktor orang tua. Pembinaan dan penyuluhan tentang

pembentukan generasi bekualitas dan dampak dari pernikahan dini dari

instansi terkait.

Menurut Montazeri (2016) dalam publikasi ilmiahnya tentang

“Determinants of Early Marriage from Married Girls‟; Perspectives in

Iranian Setting: A Qualitative Study” mengemukakan bahwa Pernikahan

dini adalah masalah di seluruh dunia yang terkait dengan serangkaian

konsekuensi kesehatan dan sosial bagi remaja putri. Merancang Intervensi

kesehatan yang efektif untuk mengelola pernikahan dini perlu menerapkan

pendekatan berbasis masyarakat. Namun, memang begitu kurang mendapat

perhatian dari pembuat keputusan dan peneliti kesehatan di Iran. Penelitian

tersebut dilakukan dari Mei 2013 sampai Januari 2015 di Ahvaz, Iran. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa tiga kategori muncul dari data kualitatif

termasuk struktur keluarga, Otonomi rendah dalam pengambilan keputusan,

dan menanggapi kebutuhan. Menurutnya, meski para responden belum siap

untuk menikah dan berniat menunda pernikahan mereka, beberapa faktor

seperti faktor individu dan kontekstual mendorong mereka untuk menikah

dini (Montazeri, 2016).

Berdasarkan Tabel 5.4 di dapatkan hasil bahwa mayoritas remaja

putri kurang terhadap pengetahuan pernikahan dini. Menurut asusmi peneliti

pengetahuan kurang tersebut karena mayoritas mereka tidak berpikiran

untuk menikah muda. Hal ini di lihat berdasarkan tabel 5.5 bahwa sikap

terhadap pernikahan dini mayoritas tidak mendukung tentang pernikahan

51
dini. Remaja putri tidak mendukung pernikahan dini dapat juga di sebabkan

memiliki orang tua pendidikan mayoritas berpendidikan tinggi

Selain itu, ada juga hasil jawaban kuesioner di dapatkan hasil

mendukung dalam pernikahan dini, menurut asusmi peneliti hal ini di

sebabkan faktor dari pekerjaaan sehingga berkaitan dengan perekonomian

keluarga. Analisa ini di lihat hasil penelitian berdasarkan pekerjaan orang

tua di temukan ada orang tua yang tidak bekerja sejak masa pandemi, dan

ada yang menyatakan tidak menambah sekolah ke pendidikan lebih tinggi

terkait dengan biaya di tambah saudara yang lebih dari 3 orang.

6.3 Pembahasan Hasil Bivariat

Hasil penelitian hubungan antara karakteristik faktor penyebab

terjadinya pernikahan dini dengan persepsi tentang pernikahan dini di

dapatkan hasil terdapat hubungan antara umur, pengetahuan, pendidikan

orang tua , pekerjaan orang tua dan jumlah saudara dengan persepsi remaja

putri tentan pernikahan dini dengan nilai Asimp.sign sebesar 0,000. Hal ini

sejalan dengan teori menurut BKKBN, 2012 yang menyatakan adapun

faktor – faktor yang mempengaruhi pernikahan usia dini adalah akibat

rendahnya pendidikan, kebutuhan ekonomi, kultur nikah muda, pernikahan

di atur, serta seks bebas pada remaja.

Hasil penelitian hubungan antara karakteristik faktor penyebab

terjadinya pernikahan dini dengan persepsi tentang pernikahan dini di

dapatkan hasil terdapat hubungan antara umur, pengetahuan, pendidikan

orang tua , pekerjaan orang tua dan jumlah saudara dengan persepsi remaja

putri tentan pernikahan dini dengan nilai Asimp.sign sebesar 0,000. Hal ini

52
sejalan dengan teori menurut BKKBN, 2012 yang menyatakan adapun

faktor – faktor yang mempengaruhi pernikahan usia dini adalah akibat

rendahnya pendidikan, kebutuhan ekonomi, kultur nikah muda, pernikahan

di atur, serta seks bebas pada remaja.

Perkawinan usia muda terjadi karena rendahnya tingkat pendidikan,

baik pendidikan orang tua maupun anak. rendahnya tingkat pendidikan

orang tua membuat rendahnya pengetahuan terhadap dampak perkawinan

usia muda, baik dampak dari segi hukum, segi psikologis, maupun dari segi

biologis anak. Rendahnya tingkat pendidikan orang tua menyebabkan

rendahnya pengetahuan orang tua terhadap dampak tersebut, sehingga

membuat orang tua tidak merasa bersalah mengawinkan anaknya pada usia

berapapun. selain itu Adanya budaya nikah muda dikalangan masyarakat

tertentu. Anak yang belum kawin sampai usia 20 tahun bagi perempuan dan

25 tahun bagi laki – laki maka di anggap tidak laku, khususnya bagi

perempuan. perempuan yang belum menikah hingga usia 20 tahun di juluki

sebagai perawan tua. Kalangan masyarakat miskin menganggap bahwa

mengawinkan anak perempuannya merupakan pelepasan beban, dengan

adanya perkawinan maka anaknya akan menjadi tanggungan suaminya.

(Kertamuda, 2009 dalam Jannah, 2012).

Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga di garis

kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka wanitanya

dikawinkan dengan orang yang di anggap mampu ( Agustian, 2013). Pada

penelitian ini menurut asumi peneliti di dapatkan pendidikan orang tua

mayoritas tinggi maka untuk pernikahan dini tidak ada dalam pemikiran

53
pada remaja, hal ini di sertai dengan adanya pengaruh dari orang tua untuk

mewujudkan masa depan. Pada penelitian sejalan dengan penelitian

sebelumnya oleh. iskandar, 2019 dengan judul penelitian persepsi remaja

menikah terhadap pernikahan dini di kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

yang menyatakan persepsi objek terhadap pernikahan dini objek tidak setuju

dengan adanya perniikahan dini karena belum matang secara psikologis

maupun fisiologis dan belum mengerti bagaimana harus mengurus rumah

tangga karena ketidaktahuan mengenai hak dan kewajibab sebagai suami

istri, hilangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, tertutup

kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang baik dan menghilangkan

kesempatan bagi remaja untuk memilih pasangan yang di sukai. Sedangkan

dari segi persepsi sosial menolak adanya pernikahan usia dini karena

melihat realitas yang terjadi banyaknya dampak megatif dibanding positif

yaitu harus berakhir dengan perceraian.

Pada penelitian ini di dapatkan hasil terdapatnya pengaruh antara

pengetahuan terhadap persepsi remaja putri tentang pernikahan dini hal ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya dengan (Fitrianis 2018) Berdasarkan

hasil uji statistic Chi_square di dapatkan ρValue= (0,000)< α=0, 05. Hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan yang Signifikan antara pengetahuan

terhadap pernikahan dini sehingga hipotesis awal menyatakan ada hubungan

yang bermakna antara tingkat pengetahuan remaja terhadap pernikahan dini.

Terdapatnya pengaruh umur terhadap persepsi perniikahan dini

pada remaja putri, menurut asumsi peneliti adanya hubungan di karenakan

dalam Nursalam 2013 semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

54
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya. Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa

keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga

terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting

dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2016).

Hasil penelitian hubungan antara karakteristik faktor penyebab

terjadinya pernikahan dini dengan persepsi tentang pernikahan dini di

dapatkan hasil terdapat hubungan antara umur, pengetahuan, pendidikan

orang tua , pekerjaan orang tua dan jumlah saudara dengan persepsi remaja

putri tentan pernikahan dini dengan nilai Asimp.sign sebesar 0,000. Hal ini

sejalan dengan teori menurut BKKBN, 2012 yang menyatakan adapun

faktor – faktor yang mempengaruhi pernikahan usia dini adalah akibat

rendahnya pendidikan, kebutuhan ekonomi, kultur nikah muda, pernikahan

di atur, serta seks bebas pada remaja.

Perkawinan usia muda terjadi karena rendahnya tingkat pendidikan,

baik pendidikan orang tua maupun anak. rendahnya tingkat pendidikan

orang tua membuat rendahnya pengetahuan terhadap dampak perkawinan

usia muda, baik dampak dari segi hukum, segi psikologis, maupun dari segi

biologis anak. Rendahnya tingkat pendidikan orang tua menyebabkan

rendahnya pengetahuan orang tua terhadap dampak tersebut, sehingga

membuat orang tua tidak merasa bersalah mengawinkan anaknya pada usia

berapapun. selain itu Adanya budaya nikah muda dikalangan masyarakat

tertentu. Anak yang belum kawin sampai usia 20 tahun bagi perempuan dan

55
25 tahun bagi laki – laki maka di anggap tidak laku, khususnya bagi

perempuan. perempuan yang belum menikah hingga usia 20 tahun di juluki

sebagai perawan tua. Kalangan masyarakat miskin menganggap bahwa

mengawinkan anak perempuannya merupakan pelepasan beban, dengan

adanya perkawinan maka anaknya akan menjadi tanggungan suaminya.

(Kertamuda, 2009 dalam Jannah, 2012).

Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga di garis

kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka wanitanya

dikawinkan dengan orang yang di anggap mampu ( Agustian, 2013). Pada

penelitian ini menurut asumi peneliti di dapatkan pendidikan orang tua

mayoritas tinggi maka untuk pernikahan dini tidak ada dalam pemikiran

pada remaja, hal ini di sertai dengan adanya pengaruh dari orang tua untuk

mewujudkan masa depan. Pada penelitian sejalan dengan penelitian

sebelumnya oleh. iskandar, 2019 dengan judul penelitian persepsi remaja

menikah terhadap pernikahan dini di kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

yang menyatakan persepsi objek terhadap pernikahan dini objek tidak setuju

dengan adanya perniikahan dini karena belum matang secara psikologis

maupun fisiologis dan belum mengerti bagaimana harus mengurus rumah

tangga karena ketidaktahuan mengenai hak dan kewajibab sebagai suami

istri, hilangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, tertutup

kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang baik dan menghilangkan

kesempatan bagi remaja untuk memilih pasangan yang di sukai. Sedangkan

dari segi persepsi sosial menolak adanya pernikahan usia dini karena

melihat realitas yang terjadi banyaknya dampak megatif dibanding positif

56
yaitu harus berakhir dengan perceraian.

Pada penelitian ini di dapatkan hasil terdapatnya pengaruh antara

pengetahuan terhadap persepsi remaja putri tentang pernikahan dini hal ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya dengan (Fitrianis 2018) Berdasarkan

hasil uji statistic Chi_square di dapatkan ρValue= (0,000)< α=0, 05. Hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan yang Signifikan antara pengetahuan

terhadap pernikahan dini sehingga hipotesis awal menyatakan ada hubungan

yang bermakna antara tingkat pengetahuan remaja terhadap pernikahan dini.

Terdapatnya pengaruh umur terhadap persepsi perniikahan dini

pada remaja putri, menurut asumsi peneliti adanya hubungan di karenakan

dalam Nursalam 2013 semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya. Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa

keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga

terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting

dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2016).

Perkawinan usia muda terjadi karena rendahnya tingkat

pendidikan, baik pendidikan orang tua maupun anak. rendahnya tingkat

pendidikan orang tua membuat rendahnya pengetahuan terhadap dampak

perkawinan usia muda, baik dampak dari segi hukum, segi psikologis,

maupun dari segi biologis anak. Rendahnya tingkat pendidikan orang tua

menyebabkan rendahnya pengetahuan orang tua terhadap dampak tersebut,

sehingga membuat orang tua tidak merasa bersalah mengawinkan anaknya

57
pada usia berapapun. selain itu Adanya budaya nikah muda dikalangan

masyarakat tertentu. Anak yang belum kawin sampai usia 20 tahun bagi

perempuan dan 25 tahun bagi laki – laki maka di anggap tidak laku,

khususnya bagi perempuan. perempuan yang belum menikah hingga usia 20

tahun di juluki sebagai perawan tua. Kalangan masyarakat miskin

menganggap bahwa mengawinkan anak perempuannya merupakan

pelepasan beban, dengan adanya perkawinan maka anaknya akan menjadi

tanggungan suaminya. (Kertamuda, 2009 dalam Jannah, 2012).

Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga di garis

kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka wanitanya

dikawinkan dengan orang yang di anggap mampu ( Agustian, 2013). Pada

penelitian ini menurut asumi peneliti di dapatkan pendidikan orang tua

mayoritas tinggi maka untuk pernikahan dini tidak ada dalam pemikiran

pada remaja, hal ini di sertai dengan adanya pengaruh dari orang tua untuk

mewujudkan masa depan. Pada penelitian sejalan dengan penelitian

sebelumnya oleh. iskandar, 2019 dengan judul penelitian persepsi remaja

menikah terhadap pernikahan dini di kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

yang menyatakan persepsi objek terhadap pernikahan dini objek tidak setuju

dengan adanya perniikahan dini karena belum matang secara psikologis

maupun fisiologis dan belum mengerti bagaimana harus mengurus rumah

tangga karena ketidaktahuan mengenai hak dan kewajibab sebagai suami

istri, hilangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, tertutup

kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang baik dan menghilangkan

kesempatan bagi remaja untuk memilih pasangan yang di sukai. Sedangkan

58
dari segi persepsi sosial menolak adanya pernikahan usia dini karena

melihat realitas yang terjadi banyaknya dampak megatif dibanding positif

yaitu harus berakhir dengan perceraian.

Pada penelitian ini di dapatkan hasil terdapatnya pengaruh antara

pengetahuan terhadap persepsi remaja putri tentang pernikahan dini hal ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya dengan (Fitrianis 2018) Berdasarkan

hasil uji statistic Chi_square di dapatkan ρValue= (0,000)< α=0, 05. Hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan yang Signifikan antara pengetahuan

terhadap pernikahan dini sehingga hipotesis awal menyatakan ada hubungan

yang bermakna antara tingkat pengetahuan remaja terhadap pernikahan dini.

Terdapatnya pengaruh umur terhadap persepsi perniikahan dini

pada remaja putri, menurut asumsi peneliti adanya hubungan di karenakan

dalam Nursalam 2013 semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya. Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa

keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga

terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting

dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2016).

59
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Mayoritas remaja putri di sekolah SMA Mandalahayu 304 Bekasi

Timur memiliki persepsi kurang paham, pengetahuan kurang, sikap

tidak mendukung terhadap pernikahan dini, pendidikan orang tua

berpendidikan tinggi, pekerjaan orang tua pedagang.

2. Terdapatnya pengaruh antara umur, pengetahuan, pendidikan orang

tua, pekerjaan orang tua terhadap persepsi remaja putri tentang

pernikahn dini di sekolah SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur.

3. Tidak terdapatnya pengaruh antara sikap terhadap persepsi remaja

putri tentang pernikahn dini di sekolah SMA Mandalahayu 304 Bekasi

Timur.

7.2 Saran

1. Bagi pelayanan kesehatan atau pihak kesehatan khususnya bidan

untuk promosi pada remaja khususnya tentang faktor – faktor

penyebab pernikahan dini, sehingga dapat mengubah persepsi remaja

terhadap pernikahan dini.

2. Bagi remaja putri, agar memperluas pengetahuan dalam hal tentang

kesehatan reproduksi remaja khusunya tentang pernikahan dini yang

sangat berbahaya bagi remaja serta untuk masa depan para remaja.

3. Bagi peneliti selanjutnya, untuk melakukan penelitian tentang persepsi

remaja tentang pernikahan dini untuk lebih banyak variabel yang

mempengaruhi terjadinya pernikahan dini dan dapat penelitian ini

60
berguna bagi remaja untuk menjadikan masa depan lebih baik.

61
DAFTAR PUSTAKA

1. Jayanti A. Perilaku pernikahan dini masyarakat di Kecamatan Onembute

Kabupaten Konawe ditinjau dari theory of reasoned action. Indones J Educ

Humanit. 2021;1(1):54-62.

http://ijoehm.rcipublisher.org/index.php/ijoehm/article/view/8

2. Rusdayanti1, Ida Sofiyanti2, Isfaizah3. 2020;2(1):11-23.

3. Suyani S, Hidayanti EA. Gambaran Kecemasan Istri dalam Menjalani

Pernikahan Dini. Proceeding of The URECOL. 2020;(4):397-401.

http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/1087%0Ahtt

p://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/download/1087/1059

4. Ade Rahayu Prihartini dan Rosidah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pernikahan Usia Muda di Desa Gunung Sembung. Sereal Untuk.

2018;51(1):51.

5. Kemenppa RI 2018. Health Statistics. Vol 1.; 2018.

doi:10.1080/09505438809526230

6. Agustriana F, Angriani P, Hastuti KP. Persepsi pelajar sekolah

menengah atas (SMA) terhadap pernikahan usia dini di kecamatan

banjarmasin selatan kota banjarmasin. J Pendidik Geogr. 2015;2(4):38-

49.

7. Yuspa H, Tukiman. Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan

Alat Reproduksi Yuspa, H., & Tukiman. (2017). Dampak Pernikahan

Dini Terhadap Kesehatan Alat Reproduksi Wanita. Jurnal Keluarga

Sehat Sejahtera, 13, 36–43.

62
https://ejournal.up45.ac.id/index.php/cakrawala- hukum/art. J Kel

Sehat Sejah. 2017;13:36-43.

63
https://ejournal.up45.ac.id/index.php/cakrawala-

hukum/article/view/329/292

8. Rustiana E, Hermawan Y, Triana Y. Pencegahan Pernikahan Dini

Pendahuluan. 2020;1(1):11-15.

9. Sumara, D; Humaedi, S; Santoso MD. Kenalakan Remaja dan

Penanganannya. Penelit PPM. 2017;4(kenkalan remaja):129-389.

10. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Reproduksi Remaja-Ed.Pdf. Situasi

Kesehat Reproduksi Remaja. 2017;(Remaja):1-8.

11. Wulandari A. Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja

dan Implikasinya Terhadap Masalah Kesehatan dan

Keperawatannya. J Keperawatan Anak. 2014;2:39-43.

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKA/article/view/3954

12. Dr. Vladimir VF No Title No Title No Title. Gastron ecuatoriana y Tur

local. 2019;1(69):5-24.

13. Hannah Fithrotien Salsabila Nadiani. Bab I Pendahuluan. Published online

2018:1-17.

14. Winda Desi Arianti. Persepsi Remaja tentang Pernikahan Dini di

SMA Pesantren Guppi Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten

Gowa. Published online 2018:63.

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/12255/

15. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Metod Penelit

Pendidik (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Published online

2015:308.

64
16. Imas Masturoh, SKM., M.Kes. (Epid) Nauri Anggita T, SKM MK.

No Title. Published online 2018.

17. Rafidah. HUBUNGAN PERSEPSI ORANGTUA TENTANG

PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN NIKAH DINI DI

KECAMATAN KERTAK HANYAR Rafidah, Erni Yuliastuti.

2014;2(1):20-25.

18. Sari ER, Maemunaty T, Baheram M, Studi P, Luar P. PERSEPSI

MASYARAKAT TERHADAP PERNIKAHAN USIA MUDA

KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU. :1-10.

19. Dewi AP, Kusumaningrum T, Febriyana N. Persepsi Remaja Putri

Terhadap Kecenderungan Perilaku Pernikahan Dini. Indones

Midwifery Heal Sci J. 2021;3(2):120-130.

doi:10.20473/imhsj.v3i2.2019.120-130

20. Siti Salamah. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia

Dini Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Published online

2016:1-

163. lib.unnes.ac.id

21. Septiningsih Y, Sari DNA, Timiyatun E. Fungsi Afektif Keluarga

Berhubungan Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Menikah Usia Dini

Di Pedukuhan Jaranan Desa Banguntapan Kabupaten Bantul

Yogyakarta. Surya Med J Ilm Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehat

Masy. 2019;13(1):50-56. doi:10.32504/sm.v13i1.101

22. Fitrianis N. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja dan Lingkungan

65
Pergaulan Terhadap Pernikahan Dini di Desa Samili Tahun 2017

Relationship Between Teenegers Knowledge Level and Social

Environmental Towrd Early Marriage in Samili Village 2017. 2018;2:109

66
LAMPIRAN 1

67
LAMPIRAN 2

68
LAMPIRAN 3

PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :.......................................................................................

Umur : .......................................................................................

Alamat : .......................................................................................

Menyatakan bahwa:

1. Saya telah mendapatkan penjelasan tentang maksud, tujuan dan penelitian ini

dan saya memahami bahwa penelitian ini bermafaat bagi saya

2. Setelah saya memahami maksud dan tujuan dari penelitian ini, dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, saya bersedia ikut menjadi

responden dalam penelitian ini dengan kondisi:

.Dengan menandatangani persetujuan ini sata menyatakan kesediaan sata untuk

berperan serta menjadi subjek penelitian dan bersedia menjawab kuesioner sesuai

dengan data yang diperlukan. Demikian pernyataan ini saya buat dan saya

tandatangani tanpa adanya paksaan, serta dibuat tanpa ada paksaan dari pihak

manapun

Jakarta, Mei 2022

Responden

69
Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

PERSEPSI REMAJA PUTRI TENTANG PERNIKAHAN DINI DI SMA


MANDALAHAYU 304 BEKASI TIMUR TAHUN 2022
(Diisi oleh peneliti)
I. Petunjuk pengisian:
1. Bacalah pernyataan dan pilihan jawaban yang sesuai
2. Isilah Identitas Anda yang sesuai
3. Untuk Siswa SMA Mandalahayu 304 Bekasi Timur (Seluruh
siswi remaja putri)
4. Dimohon kepada saudari untuk TIDAK mengosongkan jawaban
II. Identitas Responden:
1. Nama Responden :
2. Umur :
3. Kelas :
4. pekerjaan orang tua :
5. Pendidikan terakhir orang tua :
6. Jumlah saudara :
Kuesioner persepsi remaja putri tentang pernikahan dini

1. Pendekatan Persepsi
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda check list (√) pada kolom jawaban yang tersedia (kolom
benar atau kolom salah) pada setiap pernyataan di bawah ini yang
menurut saudara
(i) sesuai dengan apa yang saudara (i) sepakati

No Pernyataan Setuju Ragu-ragu Tidak setuju


(3)
(1) (2)
1 Saya akan menikah
muda untuk membantu
perekonomian keluarga

70
2 Saya akan menikah
muda bukan untuk
mencegah
saya berperilaku seks
sebelum menikah
3 Saya akan menikah muda
karena takut kehilangan
pacar saya saat ini
4 Saya setuju bila
orang tua saya
melakukan
perjodohan karena itu akan
lebih baik menurut saya.
5 Walaupun saya tidak
banyak mengetahui tentang
kesehatan reproduksi dan
dampaknya pada
pernikahan dini, saya tetap
setuju dengan pernikahan
dini.
6 Orang tua saya sangat
menginginkan cucu,
sehingga saya akan segera
menikah, walaupun masih
sangat
muda (pernikahan dini).
7 Orang tua saya sangat
menginginkan anak nya
lepas dari orang tua,
sehingga saya akan segera
menikah, walaupun masih
sangat
muda (pernikahan dini).
8 Orang tua saya tidak
mengerti dampak
pernikahan dini,
sehingga mereka akan
menikahkan anak-

71
anaknya walaupun
masih sangat muda.

9 Saya terpengaruh dengan


kejadian di Film dan
sinetron tentang pernikahan
di usia yang masih
Muda
10 Saya akan patuh dan taat
pada perintah adat apabila
memerintahkan untuk
menikah muda
(Sumber: Winda Desi Arianti, 2018).

Lampiran kuesioner pengetahuan

Petunjuk pengisian:

Berilah tanda check list (√) pada kolom jawaban yang tersedia (kolom benar atau

kolom salah) pada setiap pernyataan di bawah ini yang menurut saudara (i) sesuai

dengan apa yang saudara (i) sepakati.

No Pertanyaan Benar Salah


1 Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara
seseorang pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan untuk membentuk keluarga.
2 Usia yang ideal pernikahan bagi wanita
sebaiknya dilakukan pada usia 21 tahun sampai
30 tahun
3 Untuk pria ideal pernikahan dapat dilakukan
pada usia diatas 25 tahun
4 Penentuan batas waktu umur untuk pernikahan
dikarenakan kesiapan fisik dan mental dari
kedua pasangan

72
5 Pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan
dibawah umur 20 tahun yang target
persiapannya belum dikatakan maksimal
baik fisik ,mental dan materil
6 Pernikahan dini dapat memberikan dampak
yang tidak baik bagi ibu maupun anak
yang akan dilahirkan
7 Pernikahan secara dini dianggap secara
eksplisit bertentangan dengan undang-undang
perlindungan anak
8 Undang-undang perlindungan anak telah
memberikanbatas usia 18 tahun kebawah masih
termasuk katagori anak-anak
9 Perempuan yang menikah pada usia muda di
bawah 20 tahun akan mengalami banyak
masalah baik segi mental, fisik secara
kesehatan dan ekonomi
10 Dipandang dari segi kejiawaan, pernikahan dini
dapatmengurangi keharmonisan keluarga, ini
disebabkan oleh emosi yang masih labil,
gejolak darah muda dan cara fikir yang belum
matang.
(Sumber: Darnita, 2013).

Lampiran kuesioner
sikap Petunjuk pengisian:
Berilah tanda check list (√) pada kolom jawaban yang tersedia (kolom benar atau
kolom salah) pada setiap pernyataan di bawah ini yang menurut saudara (i) sesuai
dengan apa yang saudara (i) sepakati.
No Pernyataan Setuju(1) Ragu- Tidak
ragu(2) setuju(3)
1 Pernikahan dini merupakan sebuah cara
untuk bertahan secara ekonomi pada
keluarga kurang mampu.
2 Pernikahan dini merupakan cara untuk
pencegahan perilaku seks sebelum
nikah.

73
3 Pernikahan dini merupakan cara untuk
pencegahan perilaku seks sebelum
nikah.
4 Perjodohan yang dilakukan orang tua
memiliki pengaruh besar dalam
terjadinya pernikahan di usia muda.
5 Sedikitnya mendapat informasi mengenai
kesehatan reproduksi dan dampak
pernikahan usia muda mendorong
terjadinya pernikahan dini, karena remaja
tidak memiliki pengetahuan dari sumber
yang benar.
6 Rasa keinginan untuk segera mendapatkan
tambahan anggota keluarga merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap
pernikahan usia muda.
7 Dampak dari pergaulan bebas berpengaruh
tinggi untuk melakukan pernikahan dini
8 Rendahnya tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua serta anak
menyebabkan adanya kecenderungan
mengawinkan anaknya yang masih dibawah
umur.
9 Semakin gencarnya pengaruh tentang seks
di media massa (seperti TV, maupun sosial
media) menyebabkan kian terbuka terhadap
seks sehingga menarik perhatian remaja
untuk lebih memilih cepat menikah di usia
muda.
10 Latar belakang adat istiadat merupakan
salah satu pendorong untuk melakukan
pernikahan dini.
(sumber: Winda Desi Arianti, 2018).

74
LAMPIRAN 5

Hasil Output Uji validitas dan Realibitas

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.807 10

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's

Scale Mean if Scale Variance if Total Alpha if Item

Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted

P1 24.89 7.493 .374 .801

P2 25.19 5.307 .814 .740

P3 25.19 5.307 .814 .740

P4 25.19 5.307 .814 .740

P5 24.90 7.808 .158 .821

P6 24.79 7.723 .480 .799

P7 24.77 8.098 .234 .811

75
P8 24.77 8.098 .234 .811

P9 24.85 7.543 .413 .799

P10 25.12 6.450 .508 .789

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 103 100.0

Excludeda 0 .0

Total 103 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.886 10

76
Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's

Scale Mean if Scale Variance if Total Alpha if Item

Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted

P1 17.87 .559 .743 .865

P2 17.87 .559 .743 .865

P3 17.87 .559 .743 .865

P4 17.87 .559 .743 .865

P5 17.86 .647 .485 .883

P6 17.87 .559 .743 .865

P7 17.86 .647 .485 .883

P8 17.86 .647 .485 .883

P9 17.86 .647 .485 .883

P10 17.86 .647 .485 .883

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 103 100.0

Excludeda 0 .0

Total 103 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 103 100.0

Excludeda 0 .0

Total 103 100.0

77
a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Keterangan : ketentuan nilai r table untuk membandingkan dengan nilai r pada uji

yang melibatkan 100 orang responden adalah 0,195 pada signifikansi 5%

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's

Scale Mean if Scale Variance if Total Alpha if Item

Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted

P1 16.52 13.707 .240 .735

P2 16.78 12.598 .375 .719

P3 16.84 12.419 .411 .714

P4 17.66 11.964 .459 .706

P5 17.78 12.315 .438 .710

P6 17.05 11.462 .534 .693

P7 17.91 12.871 .396 .717

P8 17.68 12.301 .367 .721

P9 17.34 11.742 .438 .710

P10 17.15 12.694 .304 .731

78
Frequency Table

persepsi tentang pernikahan dini

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid paham 35 26.9 35.0 35.0

kurang paham 65 50.0 65.0 100.0

Total 100 76.9 100.0

Penegtahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid cukup 35 26.9 35.0 35.0

kurang 65 50.0 65.0 100.0

Total 100 76.9 100.0

79
Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid mendukung 97 74.6 97.0 97.0

tidak mendukung 3 2.3 3.0 100.0

Total 100 76.9 100.0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 17 tahun 73 56.2 73.0 73.0

> 17 tahun 27 20.8 27.0 100.0

Total 100 76.9 100.0

pendidikan orang tua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMA/SMK 40 30.8 40.0 40.0

80
PT 60 46.2 60.0 100.0

Total 100 76.9 100.0

pekerjaan orang tua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak bekerja 18 13.8 18.0 18.0

pedagang 52 40.0 52.0 70.0

PNS 10 7.7 10.0 80.0

Swasta 20 15.4 20.0 100.0

Total 100 76.9 100.0

81
persepsi tentang pernikahan dini * penegtahuan

Crosstab

Count

Penegtahuan

Cukuo kurang Total

persepsi tentang pernikahan dini persepsi positif 35 0 35

persepsi negatif 0 65 65

Total 35 65 100

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.000E2a 1 .000

Continuity Correctionb 95.653 1 .000

Likelihood Ratio 129.489 1 .000

Fisher's Exact Test


.000 .000

Linear-by-Linear Association 99.000 1 .000

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.25.

b. Computed only for a 2x2 table

82
persepsi tentang pernikahan dini * sikap

Crosstab

Count

Sikap

mendukung tidak mendukung Total

persepsi tentang pernikahan dini persepsi positif 35 0 35

persepsi negatif 62 3 65

Total 97 3 100

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.665a 1 .197

Continuity Correctionb .457 1 .499

Likelihood Ratio 2.634 1 .105

Fisher's Exact Test


.550 .270
Linear-by-Linear Association 1.649 1 .199

N of Valid Casesb 100

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.05.

b. Computed only for a 2x2 table

83
persepsi tentang pernikahan dini * umur

Crosstab

Count

Umur

< 17 tahun > 17 tahun Total

persepsi tentang pernikahan dini persepsi positif 35 0 35

persepsi negatif 38 27 65

Total 73 27 100

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 19.916a 1 .000

Continuity Correctionb 17.864 1 .000

Likelihood Ratio 28.413 1 .000

Fisher's Exact Test


.000 .000
Linear-by-Linear Association 19.717 1 .000

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.45.

b. Computed only for a 2x2 table

84
persepsi tentang pernikahan dini * pendidikan orang tua

Crosstab

Count

pendidikan orang tua

SMA/SMK PT Total

persepsi tentang pernikahan dini persepsi positif 35 0 35

persepsi negatif 5 60 65

Total 40 60 100

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 80.769a 1 .000

Continuity Correctionb 76.969 1 .000

Likelihood Ratio 99.348 1 .000

Fisher's Exact Test


.000 .000

Linear-by-Linear Association 79.962 1 .000

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.00.

b. Computed only for a 2x2 table

85
Crosstab

Count

pekerjaan orang tua

Tidak bekerja pedagang PNS Swasta Total

persepsi tentang pernikahan dini persepsi positif 0 5 10 20 35

persepsi negatif 18 47 0 0 65

Total 18 52 10 20 100

persepsi tentang pernikahan dini * pekerjaan orang tua

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 80.135a 3 .000

Likelihood Ratio 96.568 3 .000

Linear-by-Linear Association 67.013 1 .000

N of Valid Cases 100

a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.50.

persepsi tentang pernikahan dini * jumlah saudara

86
Crosstab

Count

jumlah saudara

2 orang > 3 orang Total

persepsi tentang pernikahan dini persepsi positif 26 9 35

persepsi negatif 0 65 65

Total 26 74 100

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 65.251a 1 .000

Continuity Correctionb 61.447 1 .000

Likelihood Ratio 74.708 1 .000

Fisher's Exact Test


.000 .000

Linear-by-Linear Association 64.598 1 .000

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.10.

b. Computed only for a 2x2 table

87
LAMPIRAN 6

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

Publikasi Karya Ilmiah untuk

kepentingan AKADEMIS

(Hasil Karya Perorangan)

Sebagai sivitas akademik STIKes Abdi Nusantara Jakarta,saya yang bertanda

tangan di bawah ini :

Nama : Pitri Gea Natalia

NIM 180601016

Program Studi : S1 Kebidanan

Peminatan : Kebidanan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada STIKes Abdi Nusantara Prodi S1 kebidanan atas nama Skripsi berjudul
“Pengaruh Pengetahuan dan sikap terhadap Persepsi Remaja Putri Tentang
Pernikahan dini” beserta softcopy.
Dengan ini pihak STIKes Abdi Nusantara berhak menyimpan, mengelola,
dalam bentuk database, mempublikasikan dalam bentuk apapun dengan catatan
demi kepentingan pembelajaran tanpa perlu seijin saya selagi tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai hak cipta. Segala bentuk tuntutan
hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini menjadi
tanggung jawab saya secara personal.

Jakarta 10 Mei 2022

Pitri Gea Natalia

88
LAMPIRAN 7

BIMBINGAN SKRIPSI S1 KEBIDANAN

TINGKAT 4 SEMESTER 8 TAHUN AJARAN 2020/2021

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA

Nama Mahasiswa : Pitri Gea Natalia

Nim 180601016

Pembimbing Skripsi : Ibu Rahmadyanti, M.K.M

Judul Skripsi : Persepsi remaja putri tentang pernikahan dini di SMA

Mandalahayu 304 Bekasi Timur Tahun 2022.

No Tanggal/ Uraian Paraf Dokumentasi

jam

1. Jumat, 21 1. Kontak Program

Januari 2022.
2. Perkenalan

Jam 19:00
3. Pembahasan Judul Proposal
WIB

89
2. Rabu, 09 1. Pembahasan & Koreksi bab 1-

Februari 4

2022.
2. Rancangan Kuesioner

Jam 20:00

WIB

3. Rabu, 09 1. Koreksi Kuesioner

Maret 2022

Jam 19:00
2. Membuat Tabel bimbingan
WIB
skripsi

3. Lanjut meminta surat

izin ambil data

4. Minggu, 10 1. Konsul bab 3-4

April 2022
2. konsul kuesioner

Jam 13:00

WIB

90
5. Minggu, 17 1. acc bab 3-4 dan kuesioner

April 2022

Jam 13:00

WIB

6. Senin, 23 1. Membuat Tabulasi data exel

Mei 2022
2. Melanjutkan untuk
Jam 13:00
olah data spss
WIB

7. Jumat, 27 1. Pembahasan hasil olah

Mei 2022 data spss

Jam 19:00 2. Melanjutkan bab VI

WIB pembahasan

3. Melengkapi lampiran input

dan output spss

91
8. Sabtu, 30 1. Koreksi bab VI pembahasan

Mei 2022
2. Mempertajam pembahasan

Jam 19:00 sendiri (diskusi hasil) dengan

menambahkan hasil data yang


WIB
diteliti

3. Memastikan daftar

pustaka sudah terinput

dengan menggunakan

Mendeley

4. Melampirkan surat-surat
9. Kamis, 02 1. revisi yang harus di

juni 2022 revisi dari bab 1-7

Jam 19:30 2. benerin daftar Pustaka

wib

10 Jumaat, 03 1. konsul hasil revisian

Juni 2022

Jam 09:00

wib

92
11 Sabtu, 07 1. Konsul tentang bikin

juni 2022 manuskrip

Jam 13:30 2. Nambahin materi

wib yang masih kurang

12 Kamis, 16 1.Konsul Manuskrip

Juni 2022

Jam 10:00

13 Jumat, 17 1. Konsul Revisi SPSS

Juni 2022

Jam 08:00

93
14 Minggu,26 1.Konsul tanda tangan

pembimbing dan penyerahan


Juni 2022
berkas skripsi
Jam 10:00

Jakarta, 13 Juni 2022


Pembimbing

(Rahmadyanti, M.K.M)
NIDN:030127501

94
Kalender Penulisan Skripsi

No Kegiatan Bulan dalam Semester Ganjil dan Genap


Bulan ke1 Bulan ke 2 Bulan ke 3 Bulan ke 4 Bulan ke 5 Bulan ke 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Topik,
Outline dan Proposal
Penelitian
2 Pengumpulan
Data dan
Analisis
Data
3 Penyusunan
Laporan
Penelitian
4 Ujian Skripsi
5 Revisi
KALENDER PENULISAN SKRIPSI

Keterangan:
1. Pengajuan topik, outline dan proposal penelitian dilakukan pada bulan
pertama dalam semester genap dan ganjil.
2. Pengumpulan data dan analisis data penelitian dilakukan pada bulan
ketiga dan keempat dalam semester ganjil/genap bersamaan dengan
penyusunan laporan penelitian.
3. Ujian skripsi dan revisi dilaksanakan pada bulan kelima dalam
semester genap dan ganjil, apabila revisi melebihi dua minggu pasca
ujian, maka harus dilakukan pengulanganujian skripsi.
4. Apabila Skripsi tidak terselesaikan dalam kurun waktu 6 Bulan, maka
mahasiswa tersebut WAJIB melanjutkan penelitian pada semester
berikutnya sesuai dengan lama masastudinya.

95

Anda mungkin juga menyukai