Anda di halaman 1dari 98

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

S UMUR 42 TAHUN

AKSEPTOR LAMA SUNTIK KOMBINASI DENGAN AMENOREA

DI KLINIK PRATAMA SEHAT LESTARI WEDARIJAKSA-PATI

TAHUN 2020

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Ujian Akhir

Program Pendidikan Diploma III Kebidanan

Di Politeknik Kudus

Oleh :

Leila Monika Dewi (19028)

POLITEKNIK KUDUS

PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN

2020

1
@ 2020

Hak Cipta Ada Pada Penulis

2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Leila Monika Dewi

Tempat/tanggal lahir : Pati, 19 Juli 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Tawangharjo Rt 5 Rw 2, Kecamatan Wedarijaksa,

Kabupaten Pati

Riwayat Pendidikan :

1. TK Mardi Rahayu : ( lulus tahun 2005)

2. SD N 1 Tawangharjo : ( lulus tahun 2011)

3. SMP N 7 Pati : ( lulus tahun 2014)

4. SMA PGRI 1 Pati : ( lulus tahun 2017 )

5. Mahasiswa Politeknik Kudus Prodi DIII Kebidanan Tingkat III Semester

VI

3
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan tugas ini berjudul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur

42 Tahun Akseptor Lama Suntik Kombinasi Dengan Amenorea Di Klinik

Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa-Pati Tahun 2020”

Disusun oleh : Leila Monika Dewi

NIM : 19028

Telah disetujui oleh 2 pembimbing untuk selanjutnya diseminarkan di Laporan

Tugas akhir pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 13 Mei 2020

Kudus, 13 Mei 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Politeknik Kudus Politeknik Kudus

Evita Aurilia Nardina, S.Si.T., M.Kes Wahyu Widyaningsih, S.Kep., M.Kes


NIDN : 0619058701 NIDN : 3413078802

4
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.

S Umur 42 Tahun Akseptor Lama Suntik Kombinasi Dengan Amenorea Di

Klinik Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa-Pati Tahun 2020”. Telah

dipertahankan dihadapan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Politeknik Kudus

Pada :

Hari :

Tanggal :

Kudus 2020

Penguji I Penguji II

Politeknik Kudus Politeknik Kudus

Evita Aurilia Nardina, S.Si.T., M.Kes Ikha Puji Lestari, S.ST., M.Kes
NIDN : 0619058701

Mengetahui

Direktur Politeknik Kudus

TRISNO SUWANDI, S.PD., MM


NIDN.3410105501

5
MOTTO

1. TIDAK ADA USAHA YANG MENGHIANATI HASIL

2. SELALU BERPIKIR POSITIF

3. BAGI TUHAN TIDAK ADA YANG MUSTAH

6
PERSEMBAHAN

Laporan Tugas Akhir ini Penulis Peersembahkan Kepada :

1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat karunianya untuk saya,

dan orang-orang yang selalu mendukung serta mendoakan saya dalam

penyusunan laporan ini

2. Trisno Suwandi, S.Pd. MM selaku direktur Politeknik Kudus

3. Seluruh dosen yang telah membimbing saya

4. Teman teman yang senantiasa membantu dan memberikan semangat

5. Ny. Sasmini selaku askseptor KB yang membantu memberikan data-data

dalam pembuatan tugas akhir ini

7
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya,

sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dapat selesai sebagai salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan di Politeknik

Kudus .Adapun judul yang diambil adalah “Manajemen Asuhan Kebidanan

Pada Ny. S Umur 42 Tahun Akseptor Lama Suntik Kombinasi Dengan

Amenorea Di Klinik Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa-Pati Tahun 2020

Dengan keterbatasan kemampuan pengetahuan dan pengalaman penulis

maka penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna.Maka dari

itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis

harapkan. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,sehingga Laporan Tugas Akhir ini

dapat terwujud dalam bentuk sekarang ini .

1. Trisno Suwandi,S.Pd.,MM selaku Direktur Politeknik Kudus

2. Bidan Sri Lestari Amd.Keb selaku pembimbing praktek yang telah

memberikan bimbingan dilahan pada penulis melaksanakan penelitian

3. Evita Aurilia Nardina, S.Si.T, M.Kes selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir

4. Wahyu Widyaningsih, S.Kep, M.Kes selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan Laporan Tugas Akhir

5. Seluruh Staf Politeknik Kudus yang telah memberikan dukungan sehingga

penyusunan Laporan Tugas Akhir dapat terselesaikan

8
6. Bidan-Bidan yang berada di Klinik Pratama Sehat Lestari yang telah

membantu memberikan data-data dalam Laporan Tugas Akhir

7. Kedua orang tua dan adikku tercinta yang telah memberikan do’a serta

dukungan baik moral maupun spiritual kepada penulis sehingga penyusunan

Laporan Tugas Akhir dapat terselesaikan

8. Rekan-rekan sejawat Politeknik Kudus

Dan semua bantuan serta bimbingan yang telah diberikan dapat lebih

menambah kesempurnaan dari Laporan Tugas Akhir ini.semoga pihak yang telah

membantu baik dari pembimbing maupun dari pembaca mendapat pahala dari

Tuhan Yang Maha Esa . AMIN.

Kudus , 20 Maret 2020

Leila Monika Dewi

9
Politeknik Kudus
Laporan Tugas Akhir
Leila Monika Dewi
Mei 2020

ABSTRAKSI

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S UMUR 42 TAHUN


AKSEPTOR LAMA SUNTIK KOMBINASI DENGAN AMENOREA DI
KLINIK PRATAMA SEHAT LESTARI WEDARIJAKSA PATI 2020

V Bab….. Halaman ….Lampiran

Upaya pemerintah untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk cukup bagus.


Dalam hal ini bidan mempunyai tugas penting sesuai peran fungsi, dan
kompetensi dalam melaksanakn asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik
kombinasi dengan amenorea dan menraokan manajemen kebidanan secara
langsung kepada klien berdasarkan Kepmenkes RI nomor
369/Menkes/SK/III/2007 yang sesuai dengan kasu adalah standar kompetensi
bidan tentang KB. Manajemen kebidanan adalah suatu proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk menggorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah., langkah langkah manjemen kebidanan terdiri
dari pengkajian, interprestasi data, diagnose potensial, antisipasi segera,
perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi, diharapkan pelayanan yang
diberikan kepada klien dapat dilaksankan secara aman dan komprehensif dalam
setiap tindakan. Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis mengambil
judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.S Umur 42 Tahun Akseptor Lama
Kb Suntik Kombinasi Dengan Amenore Di Klinik Pratama Sehat Lestari 2020 “
dengan menggunkan pendokumentasian 7 langkah Helen Varney.
Manajemen kebidanan pada Ny S di lahan hamper mendekati teori , hanya saja
karena ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus sehingga data yang
dikumpulkan lebih focus pada kasus ini

Kata kunci :

1. Kontrasepsi Suntik Kombinasi


2. Manajemen Kebidanan
3. Amenore

10
DAFTAR ISI

HALAMAN HAK CIPTA.................................................................................................ii


HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................iii.
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iv.
MOTTO............................................................................................................................vi
PERSEMBAHAN............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................viii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................5
D. MANFAAT PENULISAN....................................................................................6
E. RUANG LINGKUP..............................................................................................7
F. SISTEMATIKA PENULISAN............................................................................7
BAB II...............................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................9
A. LANDASAN TEORI............................................................................................9
1. Konsep Dasar KB (Keluarga Berencana).......................................................9
2. Konsep Dasar Kontrasepsi............................................................................10
3. Konsep Dasar Suntik Kombinasi (1 bulan ).................................................16
4. AMENOREA..................................................................................................23
5. Teori Manajemen Kebidanan........................................................................26
6. Dasar Kewenangan Bidan..............................................................................42
BAB III............................................................................................................................47
TINJAUAN KASUS........................................................................................................47
BAB IV............................................................................................................................69
PEMBAHASAN..............................................................................................................69
BAB V.............................................................................................................................75
PENUTUP.......................................................................................................................75

11
A. Simpulan.............................................................................................................75
B. Saran...................................................................................................................75

12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Pembuatan LTA

Lampiran 2 : Surat Persetujuan Responden

Lampiran 3 : Surat Penelitian Dari Kampus

13
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Indonesia masih tergolong

tinggi. Hingga akhir 2018, LPP Indonesia berada di posisi 1,39%, yang

berarti setiap tahun ada 4,2 juta sampai hampir 4,8 juta bayi baru lahir di

Indonesia . (Manafe 2019). Angka ini turun dari 2010 sebesar 1,49%,

tetapi penurunannya sangat lamban Pertambahan penduduk kian terjadi,

namun angka fertilitas total di Indonesia turun dari 2,6 anak per wanita di

2012 menjadi 2,4 di 2017, angka tersebut berdasarkan survey demografi

dan kesehatan Indonesia (SDKI) yang diselenggarakan Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama BPS

dan Kementerian Kesehatan RI.

Salah satu faktor yang dapat menghambat angka kelahiran adalah

keluarga berencana (KB) atau menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi

yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau

pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim

(Nugroho, dkk, 2010) sementara KB (Keluarga Berencana) yaitu suatu

usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga

berdampak positif bagi ibu , bayi, yah serta keluarga yang bersangkutan

tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan

tersebut (Suratun dkk, 2009)

14
Menurut BKKBN 2017 peserta KB aktif di antara PUS tahun 2017

sebesar 63,22%, sedangkan yang tidak pernah ber-KB sebesar 18,63%,

dengan rincian pengguna kontrasepsi suntik 62,77%, pil 17,24 %, implant

6,99% , kondom 1,22%, alat kontrasepsi dalam Rahim 7,15%, MOW

(metode operasi wanita) 2,78 %, MOP (metode operasi pria) 0,53%

(KEMENKES RI 2018). Presentase pengguna KB terbanyak adalah

penggunaan kontrasepsi suntik yaitu 62,77%. Berdasarkan Badan Pusat

Statistik (BPS) di Jawa Tengah 2017 pesert KB aktif sebanyak 5.307.068,

dengan metode kontrasepsi yang banyak digunkan adalah suntik yang

berjumlah 342,606 peserta, dibanding dengan metode yang lain AKDR

sebanyak 98.136, MOW 98.136, kondom 46.705, pil 171. 391, implant

132.188 , sementara di Kabupaten Pati peserta KB aktif sebanyak 220.237.

Data di Klinik Pratama Sehat Lestari pada bulan Juni-Agustus

2019 jumlah akseptor KB suntik sebanyak 628 peserta, sementara yang

menggunakan KB suntik kombinasi sebanyak 301 peserta. Akseptor KB

suntik yang mengalami amenorea sebnayak 74 peserta. Menurut hasil

penelitian yang dilakukan Minawati, dkk, 2018 responden yang

mengalami amenorea sekunder sebanyak 45 responden (81,8%) dan yang

tidak mengalami kejadian amenorea sebanyak 10 responden (18,2%)

(Holistik Jurnal Kesehatan , Volume 12, 2018)

Tingginya minat pemakaian suntik KB karena hanya perlu

melakukannya 1-3 bulan sekali dan tidak perlu melalui proses trauma

seperti pada saat pemasangan implant dan IUD, kontrasepsi suntik dinilai

15
efektif, pemakaiannya yang praktis , harganya relative murah dan aman

(Uliyah 2010). Salah satu jenis KB suntik yaitu KB suntik 1 bulan (suntik

kombinasi), suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesterone

Asetat dan 5 mg Estradiol Spinoat yang diberikan injeksi IM

(intramuskuler) sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat

dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali,

(Rinawati dan Mulyani, 2013). Suntik KB 1 bulan juga memiliki efek

samping yaitu salah satunya amenorrea, amenorrea merupakan wanita

sudah mengalami menstruasi namun kemudian tidak mengalami

menstruasi dalam waktu 3-6 bulan (Varney, 2006). Penyebab Amenore

kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal yaitu

pada akseptor KB suntik kombinasi pada siklus menstruasi progesteron

berfungsi menghambat pembentukan FSH (Folikel Stimulating Hormon)

dan LH (Luteinizing Hormon). Dengan terhambatnya FSH maka

pematangan sel telur terganggu sehingga ovulasi tidak terjadi (Kusmiran,

2012). Penanganan amenorea pada akseptor KB suntik kombinasi

menurut Affandi 2012 yaitu berikan konseling tentang penyebab

amenorea, jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul di Rahim, hentikan

suntikan jika klien tidan dapat menerima efek sampingnya, jangan berikan

terapi hormonal untuk menyebabkan perdarahan, karena tidak akan

berhasil, tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan rujuk ke

klinik

16
Bidan mempunyai tugas penting sesuai dengan peran, fungsi dan

kompetensi dalam melaksanankan asuhan kebidanan pada akseptor KB

suntik kombinasi dengan amenorea, dan menerapkan manajemen

kebidanan secara langsung kepada klien berdasarkan standar dan

kewengannya. Kewenangan bidan diatur dalam permenkes RI.

NO.1464/MENKES PER/2017. Tentang Izin Dan Penyelenggaraan

Praktik Bidan pada BAB III pasal 18 (c) tentang standar profesi bidan

yaitu pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 21 berisi dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18

huruf c, Bidan berwenang memberikan: “penyuluhan dan konseling

kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dan pelayanan

kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan”

Dari data tersebut maka penulis tertarik mengambil judul

“Manajemen Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik Kombinasi Dengan

Amenorea Di Klinik Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa-Pati Tahun 2019

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah

penelitian ini sebagai berikut “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.

S Umur 42 Tahun Akseptor Lama Suntik Kombinasi Dengan

Amenorea Di Klinik Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa-Pati Tahun

2020”

17
C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Dilakukannya asuhan secara komprehensif pada akseptor lama KB

suntik kombinasi dengan amenorea di Klinik Pratama Sehat Lestari

Wedarijaksa-Pati Tahun 2020 .

2. Tujuan Khusus

a. Dilakukannya pengumpulan data pada KB suntik kombinasi

dengan amenorea di Klinik Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa-Pati

Tahun 2020 .

b. Dilakukannya identifikasi diagnosa / masalah actual KB suntik

kombinas dengan amenorea di Klinik Pratama Sehat Lestari

Wedarijaksa-Pati Tahun 2020 .

c. Diidentifikasinya diagnose / masalah potensial pada Akseptor lama

KB Suntik kombinasi dengan amenorea di Klinik Pratama Sehat

Lestari Wedarijaksa-Pati Tahun 2020.

d. Ditetapkannya kebutuhan tindakan segera, konsultasi kolaborasi,

dan rujukan pada Akseptor lama KB Suntik kombinasi dengan

amenorea di Klinik Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa-Pati Tahun

2020.

e. Disusunnya rencana asuhan pada Akseptor lama KB Suntik

kombinasi dengan amenorea di Klinik Pratama Sehat Lestari

Wedarijaksa-Pati Tahun 2020.

18
f. Dilakukannya asuhan pada Akseptor lama KB Suntik kombinasi

dengan amenorea di Klinik Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa-Pati

Tahun 2020.

g. Dilakukannya evaluasi hasil asuhan pada Akseptor lama KB

Suntik kombinasi dengan amenorea di Klinik Pratama Sehat

Lestari Wedarijaksa-Pati Tahun 2020.

h. Dilakukannya pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

kebidanan pada Akseptor lama KB Suntik kombinasi dengan

amenorea di Klinik Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa-Pati Tahun

2020.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Penelitia.

a. Peneliti dapat memahami tentang pengertian dan permasalahan

yang muncul pada KB suntik kombinasi dengan efek samping

Amenorea sehingga dapat menerapkan Asuhan Kebidanan pada

akseptor KB suntik kombinasi dengan Amenorea

b. Sebagai bekal bagi peneliti untuk terjun ke lapangan kerja.

2. Bagi Profesi

a. Memberi motivasi kepada bidan untuk dapat meningkatkan

kualitas bidan dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada

akseptor KB suntik kombinasi lama dengan Amenorea

19
3. Bagi Institusi dan Instansi

Dapat menambah literature tentang Asuhan Kebidanan pada akseptor

KB suntik kombinasi lama dengan Amenorea.

4. Bagi Masyarakat

a. Dapat menambah tentang pengetahuan tentang suntik kombinasi 1

bulan

b. Dapat menambah pengetahuan tentang efek samping yang timbul

dari suntik kombinasi

E. RUANG LINGKUP

Karena luasnya permasalahan tersebut diatas dan keterbatasan

waktu, kemampuam penulis serta dana yang dimiliki, maka penulis

memberikan batasan pada pengambilan judul “Manajemen Asuhan

Kebidanan Pada Ny. S Umur 42 Tahun Akseptor Lama Suntik

Kombinasi Dengan Amenorea Di Klinik Pratama Sehat Lestari

Wedarijaksa-Pati Tahun 2020” yang akan dilaksanakan mulai bulan

September 2019 sampai selesai. Penanganannya dengan metode

pendokumentasian 7 langkah Helen Varney.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Ruang Lingkup, Sistematika Penulisan.

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi konsep dasar KB, konsep dasar teori KB suntik

kombinasi, konsep dasar manajemen kebidanan, peran

fungsi bidan dan kompetensi bidan,

BAB III TINJAUAN KASUS

Berisi asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik

kombinasibaru dengan amenorea di Klinik Pratama Sehat

Lestari Wedarijaksa – Pati Tahun 2020

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi kesenjangan antara teori yang ada dengan praktik di

lahan, pendokumentasian asuhan kebidanan pada akseptor

KB suntik kombinasi , dukungan dan hambatan , solusi dan

cara pemecahan masalah.

BAB V PENUTUP

Berisi simpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

21
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Konsep Dasar KB (Keluarga Berencana)

a. Pengertian KB

Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk

mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan (Purwoastuti &

Walyani, 2015)

Keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur

banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif

bagi ibu , bayi, yah serta keluarga yang bersangkutan tidak akan

menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan

tersebut (Suratun dkk, 2009)

b. Tujuan KB

Menurut Purwoastuti & Walyani, 2015 tujuan KB yaitu :

1) Tujuan umum : Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak

dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya

masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran

sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

2) Tujuan khusus : Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi

dan kesehatan keluarga berencana dengan cara pengaturan

22
jarak kehamilan

c. Manfaat KB

Manfaat KB adalah melahirkan kelahiran yang tidak diinginkan ,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur

interval diantara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam

hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dan

keluarga, (Syafrudin dkk, 2011)

2. Konsep Dasar Kontrasepsi

a. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel

sperma (Konsepsi) atau penceghan menempelnya sel telur yang

telah dibuahi ke dinding Rahim, (Rinawati & Mulyani, 2013)

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel

sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang

telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho, dkk, 2014)

Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap

individu sebagai mahkluk seksual (Saifuddin, dkk, 2006)

b. Macam-macam metode kontrasepsi

Menurut Purwoastuti & Walyani 2015 macam-macam metode

kontrasepsi yaitu :

23
1) Kontasepsi oral kombinasi

2) Kontrasepsi oral progestin

3) Kontrasepsi suntikan progestin

4) Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron (kombinasi)

5) Implant progestin

6) Kontrasepsi patch

a) Kontrasepsi barrier (penghalang)

b) Kondom (pria dan wanita)

7) Diafragma dan cervical cap

8) Spermisida

9) IUD (Spiral)

10) Perencanaan keluarga alami

11) Penariakan penis sebelum terjadinya ejakulasi

12) Metode amenorea menyususi

13) Kontrasepsi darurat

a) Kontrasepsi darurat hormonal

b) Kontrasepsi darurat IUD

14) Sterilisasi

a. Vasektomi

b. Ligasi tuba

c. Jenis-jenis kontrasepsi

Menurut Purwoastuti & Walyani 2015 jenis-jenis kontrasepsi

yaitu :

24
1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorhea Laktasi ialah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,

yaitu hanya diberikan ASI saja tiada pemberian makanan

tambahan /minuman apapun.

2) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

Metode ini dikenal sebagai Metode Ovulasi Billings/MOB.

Metode ini bertujuan untuk menghindari senggama pada masa

subur ibu untuk mencapai kehamilan.

3) Senggama Terputus

Senggama terputus ialah metode keluarga berencana

tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)

dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Cara kerjanya

yaitu alat elamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi

sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak

ada pertemuan antara sperma dan ovum,sehingga kehamilan

dapat dicegah.

4) Metode Barier

Adapun jenis –jenis kontrasepsi metode barier diantaranya:

a) Kondom merupakan kontrasepsi untuk mencegah Infeksi

Menular Seksual (IMS termasuk HIV/AIDS) dan dapat

bersama dengan kontrasepsi lain.

25
b) Diafragma merupakan plastik berbetuk kubah dengan sabuk

yang lentur, dipasang pada serviks dan menjaga agar

sperma tidakmasuk kedalam rahim

c) Spermisida adalah bahan kimia yang berfungsi untuk

membunuh sperma yang akan menyebabkan sel membran

sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan

menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. Jenis

spermatisida ini tersedia dalam bentuk krim, bus, gel,

supositoria

5) Kontrasepsi kombinasi ( Hormon Estrogen dan Progesteron)

Kontrasepsi kombinasi meliputi:

a) Pil Kombinasi

Pil kombinasi dapa dipakai oleh semua ibu usia reproduksi

baik yang sudah mempunyai anak maupun tidak.

Penggunaan pil kombinasi tidak dianjurkan pada ibu

menyusui. Pil kombinasi diminum setiap saat bila yakin

hamil dan dapat dipakai sebagai ontrasepsi darurat. Pil

kombinasi memiliki 3 jenis yaitu nomosik bifasik dan

trifasik

b) Suntikan kombinasi

Suntikan kombinasi berguna untuk menekan ovulasi

dengan lendir serviks menjadi kental sehingga

26
menyebabkan penetrasi sperma akan terganggu dan

menghambat transportasi gamet oleh tuba fallopi

6) Kontrasepsi Progestin

Adapun jenis- jenis kontrasepsi progestin :

a) Kontrasepsi suntikan progestin

Kontrasepsi suntikan progestin dapat dipakai oleh semua

perempuan dalam usia reproduksi. Kontrasepsi ini berguna

dalam masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

Suntikan progestin menjadikan selaput lendir rahim tipis

dan atropi

b) Kontrasepsi pil progestin (MINIPIL)

Kontrasepsi pil progestin (MINIPIL) sangat efektif pada

masa

laktasi dan cocok untuk perempuan menyusui yang ingin

memakai pil KB yang tidak menurunkan produksi ASI.

Kontrasepsi ini bekerja untuk menekan sekresi

gonadotropin dan sintesis steroid seks diovarium dan

termasuk jenis kontrasepsi yang kurang digunakan secara

luas

7) Kontrasepsi implant

27
Implan ialah suatu alat kontrasepsi bawah kulit yang dibungkus

dalam kapsul silastik silicon yang berisi hormon golongan

progesteron yang dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas

bagian dalam yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

Implan merupakan metode kontrasepsi hormonal yang efektif.

Implan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara 3-5 tahun

dengan menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat

dilewati oleh sperma.

8) AKDR dengan Progestin Jenis AKDR yang mengandung

hormon

steroid yang dapat mencegah terjadinya pembuahan dengan

mengeblok bersatunya ovum dengan sperma sehingga

mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi

9) Kontrasepsi mantap

Berikut ini jenis –jenis kontrasepsi mantap:

1) Tubektomi

Tubektomi ialah prosedur bedah sukarela untuk

menghentikan

fertilisasi(kesuburan) seorang perempuan. Cara kerjanya

yaitu

dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong /

memasang cincin), sehingga sperma tidak bisa bertemu

28
dengan

ovum.

2) Vasektomy

Vasektomy ialah prosedur klinik untuk menghentikan

kapasitas

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa

deferensia

sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses

fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi

kehamilan.

3. Konsep Dasar Suntik Kombinasi (1 bulan )

a. Definisi suntik kombinasi

Suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesterone

Asetat dan 5 mg Estradiol Spinoat yang diberikan injeksi IM

(intramuskuler) sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Noretindron

Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM

sebulan sekali, (Rinawati dan Mulyani, 2013)

b. Cara kerja KB suntik kombinasi

Menurut (Rinawati dan Mulyani, 2013) cara kerja KB suntik

kombinasi yaitu :

1) Menekan ovulasi

2) Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga silit

ditembus spermatozoa

29
3) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi

4) Menghambat transpot ovum dalam tuba falopi

c. Efektifitas suntik kombinasi

KB suntik 1 bulan sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100

perempuan) selama tahun pertama penggunaan, (Rinawati dan

Mulyani, 2013).

d. Keuntungan kontasepsi kombinasi

Keuntungan kontrasepsi kombinasi menurut Rinawati dan

Mulyani, 2013 yaitu

1) Risiko terhadap kesehtan kecil

2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

4) Jangka panjang

5) Efek samping sanagt kecil

6) Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik

7) Pasien aman , efektif, dan relatif mudah

e. Keuntungan non kontasepsi

Keuntungan non kontrasepsi menurut Rinawati dan Mulyani, 2013

yaitu :

1) Mengurangi jumlah perdarahan

2) Mengurangi nyeri saat haid

30
3) Mencegah anemia

4) Mencegah kanker ovarium dan kanker myometrium

5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium

6) Mencegah kehamilan ektopik

7) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia

perimenopouse

f. Kerugian KB suntik kombinasi

Kerugian KB suntik kombinasi menurut Rinawati dan Mulyani,

2013 yaitu :

1) Terjadi perubahan pola haid , seperti tidak teratur, perdarahan

bercak atau spoting, perdarahan sela sampai sepuluh hari,

amenorea atau akseptor tidak mengalami haid selama 3 bulan

atau berturut-turut

2) Mual, sakit kepala, nyeri panyudara ringan dan keluhan seperti

ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga

3) Ketergantungan pasien terhadap pelayanan kesehtan, karena

pasien harus kembali setiap 30 hari untuk kunjungan ulang

4) Efektifitas suntik kombinasi berkurang bila digunakan

bersamaan dengan obat obatan epilepsy (fenitoin dan

barbiturate) atau tuberculosis (rifampisin)

5) Dapat terjadi perubahan berat badan

6) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan

jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan

31
kemungkinan timbulnya tumor hati.

7) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual (IMS), hepatitis B virus atau infeksi virus HIV

8) Pemuihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah

penghentian pemakaian KB suntik kombinasi

g. Ibu yang boleh menggunakan suntik kombinasi

Ibu yang boleh menggunakan suntik kombinasi menurut Rinawati

dan Mulyani, 2013 yaitu :

1) Usia reproduktif

2) Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak

3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi

4) Pasca persalinan dan tidak menyusui

5) Anemia

6) Nyeri haid hebat

7) Haid teratur

8) Riwayat kehamilan ektopik

9) Sering lupa menggunkan pil kontasepsi.

h. Ibu yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi

Ibu yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi menurut

Rinawati dan Mulyani, 2013 yaitu :

1) Hamil atau diduga hamil

2) Menyusui dibwah 6 minggu pascapersalinan

3) Penyakit hati akut (virus hepatitis)

32
4) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

5) Umur >35 tahun yang merokok

6) Ibu mempunyai riwanyat penyakit jantung, stroke atau dengn

teknan darah tinggi (>180/110 mmHg)

7) Ibu mempunyai riwayat kelainan tromboemboli atau dengan

kencing manis >20 tahun

8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala

ringan atau migraine.

9) Keganasan pada pyudara

i. Waktu mulai menggunakan suntik kombinasi

Waktu mulai menggunakan suntik kombinasi menurt Rinawati dan

Mulyani, 2013 yaitu :

1) Suntikan pertama dapat diberikn dlam waktu 7 hari siklus haid.

Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.

2) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid,

ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau

menggunkan kontraepsi lain untuk 7 hari.

3) Bila ibu tidak haid, suntiakn pertama dapat diberikan setiap saat

, asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Ibu tidak

boleh melakukan hubungan seksual Selma 7 hari, atau

menggunakan kondom selama 7 hari dari suntikan pertama.

4) Bila ibu pasca persalinan >6 bulan , menyusui, serta telah

mendapat haid, mka suntikan pertam diberikan pada siklus haid

33
hari 1 dan 7

5) Bila pascapersalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan

kombinasi diberikan

6) Ibu pasca keguguran, suntiakn kombinasi dapat diberikan

dalam waktu 7 hari.

7) Ibu yang sedag menggunkan metode kontrasepsi hormonal

yang lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal

kombinasi boleh diberikan tanpa menunggu haid, asalkan

kontrasepsi yang sebelumnya digunakan secara benar dsn tepat.

Suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal

kontrasepsi sebelum ya. Bila ragu ibu harus diuji kehamilannya

terlebih dahulu.

8) Ibu yang menggunakan metode kontasepsi non hormonal dan

ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan

pertma dapat segera diberikan asal diyakini ibu tersebut tidak

hamil dan pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid.

Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontasepsi lain

tidak perlu digunakan.

j. Cara penggunaan suntikan kombinasi

Suntik kombinasi dapat diberikan setiap bulanm di suntik secara

intramuscular. Suntikan ulang dapat diberikan 2 hari lebih awal,

34
dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga

diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asalkan

ibu diyakini tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan

seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang

lain untuk 7 hari saja.

k. Tanda-tanda yang harus diwaspadai bagi pengguna kontasepsi

suntik kombinasi menurut Rinawati dan Mulyani, 2013 :

1) Nyeri dada yang hebat atau nafas pendek. Kemungkinan

adanya bekuan darah di paru atau serangan jantung.

2) Sakir kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan

terjadi stroke, hipertensi, atau migraine

3) Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan summbatan pembuluh

darah pada tungkai.

4) Jika tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari

sebelum suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.

l. Keadaan yang memerlukan perhatian khusus :

Menurut Rinawati dan Mulyani, 2013 yaitu :

1) Hipertensi

2) Kencing manis

3) Migraine

4) Menggunkan obat tuberculosis atau obat epilepsy.

5) Mempunyai penyakit anemia bulan sabit.

4. AMENOREA

35
a. Pengertian Amenore

Amenorea adalah tidak terjadinya menstruasi. Amenore

yang normalnya terjadi sebelum masa pubertas, selama

kehamilan dan setelah menopause (Syafrudin, 2011).

Amenore adalah wanita yang sudah pernah menstruasi

namun tidak mengalami menstruasi dalam waktu yang berkisar

antara 3 sampai 6 bulan (Varney, 2007).

b. Etiologi

Penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan

metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin atau

terdapat penyakit menahun, Manuaba (2007)

Penyebab amenore diakibatkan oleh beberapa keadaan

seperti hipotensi, anemia, infeksi, atau kelemahan kondisi tubuh

secara umum. Selain itu bisa juga disebabkan oleh stres psikologis,

Syafrudin dkk (2011),

c. Klasifikasi amenore

Menurut Syafrudin (2011), klasifikasi amenore yaitu:

1) Amenore primer yaitu jika menstruasi tidak pernah terjadi.

Penyebab amenore primer yaitu:

36
a) Hymen imperforata yaitu selaput dara tidak berlubang

sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar.

b) Menstruasi anovulatoire yaitu rangsangan hormone-hormon

yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding

rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.

Kurangnya rangsangan hormon ini menyebabkan

endometrium tidakterbentuk dan keadaan ini

menyebabkan perempuan tidak mengalami masa subur

karena sel telur tidak terbentuk.

2) Amenore sekunder, biasanya penderita sudah pernah

menstruasi sebelumnya. Hal ini diakibatkan oleh kehamilan,

kecemasan akan kehamilan, penurunan berat badan, lemak

tubuh kurang dari 15 – 17%, olah raga yang berelebihan,

mengkonsumsi hormon tambahan, obesitas, stres emosional,

menopause, kelainan endokrin, obat-obatan misalnya

busulfan, klorambusil, siklofosmad, pil KB fenolisid.

d. Gejala

Menurut Nugroho dan Utama (2014) gejala amenorea yaitu :

gejala amenore bervariasi tergantung kepada penyebabnya. Jika

penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak

akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran

37
payudara, pertumbuhan rambut ketiak serta perubahan bentuk

tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan akan ditemukan

morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah

kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut

jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Sindroma cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut

buncit dan lengan serta tungkai yang kurus. Gejala lain yang

mungkin ditemukan, yaitu Sakit kepala, galaktore (pembekuan

air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang

menyusui, gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa),

penurunan atau penambahan berat badan yang berarti, vagina

yang kering, hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan

yang mengikuti pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran

payuara.

e. Penanganan

Menurut Affandi (2012) penanganan KB Suntik kombinasi dengan

amenore yaitu:

1) Berikan konseling kepada akseptor tentang penyebab amenore.

2) Jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim.

3) Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid hentikan

suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis

kotrasepsi yang lain.

38
4) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan

perdarahan, karena tidak akan berhasil. Tunggu 3 – 6

bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan rujuk ke klinik

5. Teori Manajemen Kebidanan

a. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.

Penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan

yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada

klien (Varney, 2007).

b. Langkah Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan terdiri

dari beberapa langkah yang berurutan, dimulai dengan

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah-

langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap sehingga

dapat diaplikasikan dalam semua situasi, akan tetapi setiap

langkah tersebut bisa dipecah-pecah sehingga sesuai dengan

kondisi pasien (Varney, 2007).

1) Langkah I : Pengkajian Data adalah pengumpulan data dasar

untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data ini termasuk riwayat

kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan

meliputi data subjektif dan data objektif serta data penunjang

(Nursalam, 2009).

a) Data Subjektif

39
Data subjektif adalah data didapat dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi

tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan

secara independent tetapi melalui suatu sistem interaksi

atau komunikasi (Nursalam, 2009).

(1) Biodata Biodata menurut Nursalam (2009), meliputi :

(a) Nama : Untuk mengenal dan mengetahui pasien.

(b) Umur : Untuk mengetahui faktor risiko.

(c) Agama : Untuk memberikan motivasi dorongan

moril

sesuai dengan agama yang dianut.

(d) Suku Bangsa : Untuk mengetahui faktor bawaan

atau

ras.

(e) Pendidikan : Perlu dinyatakan karena tingkan

pendidikan berpengaruh pada pengetahuan pola

makan

nutrisi pada ibu.

(f) Pekerjaan : Untuk mengetahui kemungkinan

pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan

kesehatan, serta dapat menunjukkan tingkat keadaan

ekonomi keluarga.

(7) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal serta

40
mempermudah pemantauan

(2) Alasan datang atau keluhan utama Keluhan utama

adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi

pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Akseptor

KB Suntik dengan amenore mengeluh tidak terjadi

menstruasi selama 3 bulan berturut-turut atau lebih

(Suratun, 2009).

(3) Data kebidanan

a. Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui berapa kali

menikah, status menikah sah atau tidak (Ambarwati

dan Wulandari, 2010).

b. Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui kapan

mulai

menstruasi, siklus mentruasi, lamanya menstruasi,

banyaknya darah menstruasi, teratur/tidak

menstruasinya, sifat darah menstruasi, keluhan

yang dirasakan, sakit, waktu menstruasi

(disminorea) (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Pada kasus KB suntik 1 bulan dengan amenore

secara umum merupakan masalah yang berkaitan

dengan aliran darah, masalah sumbatan,

sementara masalah ovarium, hipofisis, SSP

dikaitkan dengan adanya gangguan dalam aksis

41
hipotalamus hipofisis ovarium HHO) yang

mengendalikan proses neuroendokrin yang

dibutuhkan dalam siklus menstruasi (Varney, 2007).

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan

kelahiran gravidarum, para, abortus, hidup.

Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua

kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan,

dan cara melahirkan. Masalah/gangguan kesehatan

yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan.

Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat

badan bayisewaktu lahir, adakah kelainan

bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi

hidup/mati saat dilahirkan (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

d. Riwayat KB

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa

yang pernah dipakai dan berapa lama memakai

alat kontrasepsi, dan adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi (Ambarwati &

Wulandari, 2008).

Pada kasus akseptor KBsuntik 1 bulan didapatkan

tidak datangnya menstruasi selama 3 bulan berturut-

42
turut atau lebih (Suratun, 2009).

e. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Diperlukan untuk mngetahui kemungkian

adanya penyakit yang diderita pada

saat ini (Ambarwati dan Wulandari,

2010).

2) Riwayat Kesehatan Dahulu Untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat atau penyakit

akut misalnya jantung, DM, hipertensi dan

asma(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkiann adanya pengaruh penyakit

keluarga terhadap gangguankesehatan pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

4) Data kebiasaan sehari-hari

a) Nutrisi Menggambarkan rentang pola

makan dan minum, frekuensi, banyaknya,

jenis makanan, makanan pantangan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Eliminasi

43
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu

kebiasaan buang air besar meliputi

frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau

serta kebiasaan buang air kecil meliputi

frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati

dan Wulandari, 2010).

c) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur

pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan

seblum tidur misalnya membaca,

mendengarkan musik, kebiasaan

mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur

siang, penggunaan waktu luang

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

d) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu

selalu menjaga kebersihan tubuh terutama

pada daerah genetalia (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

e) Pola Aktivitas

Menggambarkan pola aktiviatas pasien

sehari-hari. Pola ini perlu dikaji pengaruh

aktivitas

44
b) Data Objektif

Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat

diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam,

2008).

1) Pemeriksaan Umum

(a) Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran

ibu. Menurut Prihardjo (2007), meliputi :

(1) Composmentis (kesadaran penuh dengan

memberikan respon yang cukup terhadap

stimulus yang diberikan)

(2) Somnolen (kesadaran yang mau tidur saja.

Dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri,

tetapi jatuh tidur lagi). terhadap kesehatan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(3) Koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus

atau rangsangan apapun, reflek pupil terhadap

cahaya tidak ada).

(4) Apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan

sekitarnya).

(b) Keadaan umum

Keadaan umum meliputi composmentis (sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan

45
tentangkeadaan sekelilingnya), apatis (kesadaran

yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan

sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), somnolen

(keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat

dibangunkan dengan rangsan nyeri tetapi jatuh

tidur lagi), delirium, semi koma dan koma

(kesadaran yangmenyerupai koma) (keadaan

kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat

dibangunkan dengan rangsang apapun) (Prihardjo,

2007).

(c) Tekanan darah

Untuk mengetahui faktor resiko

hipertensi dan hipotensi. Normalnya 120/80

mmHg

(d) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan apakah ada

peningkatanatau tidak ada, normalnya 36,6°C-

37,6°C (Tarwoto dan Wartonah, 2011).

(e) Nadi

Untuk mengetahui denyut nadi akseptor dalam

keadaan santai normalnya 60 – 80 x/menit

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

46
(f) Respirasi

Untuk mengetahui fungsi pernafasan berada

dalam rentang normalnya 20-30x/menit

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(g) Tinggi badan

Tinggi badan untuk mengetahui tinggi

badan ibu (Nursalam, 2008). Tinggi badan

wanita normal 150 cm (Ambarwati dkk, 2009).

(h) Berat badan

Berat badan untuk mengetahui penambahan

berat badan ibu (Tarwoto dan Wartonah, 2011).

2) Pemeriksaan Sistematis

Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan

melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki

menurut Nursalam (2009), meliputi :

(a) Kepala

Rambut Meliputi warna, mudah rontok atau

tidak dan kebersihannya.

(b) Muka

Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan,

adakah oedema.

47
(c) Mata

Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna

merah muda atau pucat dan sklera warna putih atau

tidak.

(d) Hidung Bagaimana kebersihannya, simetris, ada

benjolan atau tidak.

(e) Telinga

Bagaimana kebersihannya, simetris, ada serumen

atautidak

(f) Mulut

Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi

berdarah atau tidak.

(g) Leher Untuk mengetahui pembesaran tyroid,

nyeri

atau kekakuan pada leher, keterbatasan gerak leher,

pembesaran atau nyeri tekan pada kelenjar getah

bening, kesimetrisan trakea. Hal ini untuk

mengetahui adanya peradangan atau gangguan

metabolisme tubuh (Varney, 2007).

(h) Dada dan axilla

Untuk mengetahui kesimetrisan, ukuran, massa, lesi

jaringan perut pada struktur dan dinding dada.

48
Hal ini untuk mengetahui apakah ada tumor

atau kanker/tidak (Varney, 2007).

(i) Abdomen

Untuk mengetahui riwayat penyakit kandungan. Hal

ini untuk mengetahui adanya kelainan pada

abdomen (Varney, 2007).

(j) Genetalia

Pada kasus amenore untuk mengetahui keadaan

vagina kering atau ada perdarahan.

i. Inspekulo

Dilakukan untuk memastikan bahwa dari

mana asal perdarahan tersebut, apakah ada

infeksi/kelainan pada servik/portio. Pada

kasus akseptor KB suntik 1 bulan dengan

amenore didapatkan vagina kering

(Nugroho dan Utama, 2014).

ii. Pemeriksaan dalam

Untuk mengetahui apakah ada nyeri

sentuh, adakah benjolan atau tidak

(Prihardjo, 2007). (c)Anus Apakah ada

haemorhoid atau tidak (Prihardjo, 2007).

49
(k) Ekstremitas atas dan bawah Ada cacat atau

tidak,

oedema atau tidak, terdapat varices atau tidak

(l) Pemeriksaan penunjang

Data penunjang adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk mendukung pemeriksaan yang

tak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik

yang meliputi pemeriksaan laboratorium serta terapi

(Nursalam, 2009). Pemeriksaan laboratorium dan

penggunaan terapi hormon untuk pemeriksaan

penyebab lain. Pada kasus KB suntik satu bulan

dengan amenore test kehamilan negatif (Varney,

2007).

2) Langkah II : Interpretasi Data Mengidentifikasi diagnosa

kebidanan, masalah, kebutuhan berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.

Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak

dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan

penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan

terhadap pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

50
a) Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah

diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek

kebidanan (Varney, 2007). Diagnosa : Ny. .... umur ....

tahun, P .... A ... Akseptor KB Suntik kombinasi bulan

dengan amenore.

Data Dasar

Data Subyektif

(1) Ibu mengatakan bernama Ny.X

(2) Ibu mengatakan umur ... tahun

(3) Ibu mengatakan memakai KB Suntik 1 bulan

sejak ...

(4) Ibu mengeluh tidak menstruasi selama 3 bulan

berturut-turut atau lebih (Suratun, 2009)

Data obyektif : Menurut (Affandi, 2011) yaitu :

(1) Keadaan umum baik

(2) Kesadaran composmentis

(3) Pemeriksaan inspekulo didapati vagina kering.

(4) Pemeriksaan penunjang: PP Test negatif (Varney,

2007).

b) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan

pengalaman klien yang ditemukan dari haril

pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Rukiyah,

51
2014). Masalah yang sering muncul pada akseptor KB

Suntik 1 bulan dengan amenoremenurut Varney (2007),

yaitu rasa tidak nyaman pada daerah kemaluan dan rasa

cemas.

c) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan

belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang

didapat dengan melakukan analisa data (Rukiyah,

2014). Pada kasus akseptor KB suntik 1 bulan dengan

amenore kebutuhan yang diperlukan yaitu : pemberian

informasi kepada wanita mengenai penyebab potensial

dan kecenderungannya dapat memberi banyak

pengaruh dalam mengurangi kecemasan (Varney, 2007).

3) Langkah III : Mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati

klien. Bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosa atau

masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).

Pada kasus KB suntik 1 bulan dengan amenore tidak ada

diagnosa potensial (Affandi, 2011).

52
4) Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan

Segera.

tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau

kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan

tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa

potensial pada langkah sebelumnya harus merumuskan

tindakan emergency/ segera. Dalam rumusan ini

termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara

mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan

(Varney, 2007). Menurut Affandi (2012) pada kasus KB

Suntik 1 bulan dengan amenore beri KIE bahwa darah

haid tidak terkumpul dalam rahim.

5) Langkah V : Menyusun Rencana Tindakan

Rencana tindakan adalah merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini

informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat

dilengkapi, semua keputusan yang dikembangkan dalam

asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar

valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date

serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau

tidak akan dilakukan klien (Varney, 2007). Menurut

53
Affandi (2011), rencana tindakan yang dapat dilakukan

pada akseptor KB Suntik dengan amenore, dapat diberikan

penanganan :

(a) Anjurkan untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress

fisiologi

(b) Berikan KIE tentang KB suntik 1 bulan

(c) Berikan dukungan moril (baik dari pihak tenaga

kesehatan maupun pihak keluarga)

(d) Berikan KIE tentang gizi seimbang

(e) Beri tahu akseptor untuk kontrol ulang 1 minggu lagi

atau bila ada keluhan.

6) Langkah VI : Implementasi

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

diuraikan pada langkah ke 6 dilaksanakan secara efisien

dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim

kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia

tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaanya (misalnya memastikan langkah-langkah

tersebut benar-benar terlaksana (Varney, 2007). Menurut

Affandi (2011), implementasi evaluasi asuhan kebidanan pada

akseptor KB suntik 1 bulan dengan amenore, yaitu:

1. Menganjurkan untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress

54
Fisiologi

2. Memberikan KIE tentang KB Suntik 1 bulan

3. Memberikan dukungan moril (baik dari pihak tenaga

kesehatan maupun pihak keluarga)

4. Memberikan KIE tentang gizi seimbang

5. Memberi tahu akseptor untuk kontrol ulang 1 minggu lagi

atau bila ada keluhan.

7) Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini adalah mengevaluasi keefektifan dari tindakan

yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap

efektif jika memang efektif dalam pelaksanaannya (Varney,

2007). Menurut Affandi (2011), evaluasi asuhan kebidanan

pada akseptor KB suntik 1 bulan dengan amenore adalah :

(a) Klien sudah tahu bahwa amenore adalah efek samping KB

suntik 1 bulan

(b) Ibu tetap menggunakan KB Suntik 1 bulan.

6. Dasar Kewenangan Bidan

a. Per Undang- Undangan yang Meladasi Tugas, Praktik & Fungsi

Bidan

1) No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

55
2) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan.

3) Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin dan

penyelenggaraan praktik bidan

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019

Tentang Kebidanan

b. Standar Kompetensi Bidan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

369/Menkes/SK/III/2007 yang sesuai dengan kasus adalah Standar

Kompetensi Bidan Pra Konsepsi, Kb, Dan Ginekologi Kompetensi

ke-2 yang berbunyi: Bidan memberikan asuhan yang bermutu

tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan

pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk

meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan

kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

c. Peran dan Fungsi Bidan

Menurut Hidayat A, dkk (2009) peran dan fungsi bidan yang

difokuskan pada kasus hamil dalam melaksanakan tugas profesinya

adalah sabagai berikut :

1) Peran dan Fungsi Bidan sebagai Pelaksana

Peran bidan sebagai pelaksana yaitu bidan memberikan asuhan

kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan secara

langsung pada klien berdasarkan standar. Fungsi bidan sebagai

56
pelaksana memiliki 3 kategori yaitu mandiri, kolaborasi dan

ketergantungan (Rujukan).

a) Fungsi mandiri yaitu :

(1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan yang diberikan.

(2) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam

masa nifas dengan melibatkan klien dan keluarga.

b) Fungsi kolaborasi, yaitu :

(1) Menetapkan management kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan sesuai dengan kolaborasi dengan melibatkan

klien atau keluarga.

(2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

resiko tinggi dan pertolongan pertama pada

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi bersama klien dan keluarga.

c) Fungsi ketergantungan (Rujukan), yaitu:

1) Menetapkan management kebidanan kepada setiap

asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi kolaborasi

dengan melibatkan keluarga.

2) Memberikan Asuhan kebidanan pada ibu nifas

melalui konsultasi atau rujukan pada kasus nifas

dengan kegawatdaruratan dan resiko tinggi.

d. Kewenangan Bidan

57
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun

2019 Tentang Kebidanan, kewenangan bidan yang dikaitkan

dengan kasus terdapat pada :

1) Pasal 51 yang berbunyi ; Dalam menjalankan tugas

memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat

(1) huruf c, Bidan berwenang melakukan komunikasi,

informasi, edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan

kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2) Pasal 52 yang berbunyi ; Ketentuan lebih lanjut mengenai

pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan

pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 sampai

dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan Menteri.

Menurut Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin dan

penyelenggaraan praktik bidan, kewenangan bidan yang dikaitkan

dengan kasus terdapat pada :

1) Pasal 18 poin c yang berbunyi dalam penyelenggaraan praktik

kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan

pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

58
2) Pasal 21 poin b yang berbunyi bidan berwenang untuk

memberikan pelayanan kontrasepsi oral, kondom dan

suntikan.

59
BAB III

TINJAUAN KASUS

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 42 Tahun


Akseptor Lama Suntik Kombinasi Dengan Amenorea
Di Klinik Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa-Pati Tahun 2019

I. PENGKAJIAN (1)

Tanggal pengkajian : 4 Maret 2020

Jam : 17.00

Tempat : Klinik Pratama Sehat Lestari Wedarijaksa Pati

Sumber data :

Primer : Autoanamnesa dan alloanamnesa pada Ny .S

Sekunder : Kartu KB

A. Data Subjektif

1. Identitas / Biodata

Nama Ibu : Ny. S Nama suami : Tn. S

Umur : 42 tahun Umur : 49 tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Tanjungrejo 5/2

47
48

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak menstruasi setelah mengikuti KB suntik 1 bulan

mulai 28 November 2019 – 4 Maret 2020

3. Riwayat Menstruasi

a. Menarce : 14 tahun

b. Siklus : 28 hari

c. Lama : 5 hari

d. Jumlah : 2 x ganti pembalut/hari

e. Keluhan : tidak ada

4. Riwayat Perkawinan

Usia menikah : 21 Tahun

Lama menikah : 21 Tahun

Pernikahan ke : 1 dengan suami yang sekarang


49

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu

Th Hm Kehamilan Persalinan Nifas Keadaan


n l Ke anak
Umr Penyuli Tempat Jenis BB Penyu Menyusui Susu Masalah sekarang
(Bln t dan persalin Lahir lit (sampai formul khusus/ hidup/
) penolon an umur anak a penyulit mati (usia
g brp) dan (mulai anak
kapan diberi usia sekarang)
PMT berapa)

200 1 9 Tidak Bidan Normal 3500 Tidak Menyusu Sejak Tidak Hidup usia
0 ada gr ada sampai umur lahir ada 20 Tahun
penyulit peny 2 bulan,
ulit diberi PMT
usia 4 bulan

200 2 9 Tidak Bidan Normal 3200 Tidak Menyusu Sejak Tidak Hidup usia
7 ada gr ada sampai umur lahir ada 13 Tahun
3 bulan,
diberi PMT
usia 4 bulan

201 3 9 Tidak RS Normal 2600 Tidak ASI sampai 6 Sejak Tidak Hidup 2
8 ada dengan gr ada bulan, usia 7 ada Tahun
dokter bulan
49
50

6. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak mengalami menstruasi selama 4 bulan, dan

ibu tidak sedang menderita penyakit menurun seperti DM, Jantung

, Asma, Hipertensi maupun penyakit menular seperti HIV/ AIDS,

TBC dan Hepatitis.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan dari kesehatan yang lalu tidak pernah mengalami

penyakit menurun seperti DM, Jantung , Asma, Hipertensi maupun

penyakit menular seperti HIV/ AIDS, TBC dan Hepatitis.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dari pihak keluarganya ataupun suami tidak

pernah atau tidak sedang mengalami penyakit menurun seperti

DM, Jantung , Asma, Hipertensi maupun penyakit menular seperti

HIV/ AIDS, TBC dan Hepatitis

7. Riwayat KB

Jenis Waktu Berhenti / Ganti


No Keluhan Rencana KB
kontrasepsi Pemakaian Waktu Alasan
1 Suntik 3 2000 Mens tidak Lupa Ingin hamil Suntik 3
bulan teratur lagi bulan

2 Suntik 3 2007 Mens tidak 2017 Ingin hamil KB 3 bulan


bulan teratur lagi
51

3 Suntik 3 2018 Tidak 2019 Supaya KB 1 bulan


bulan mensturasi mens
teratur

4 Suntik 1 2019 Tidak - - -


bulan menstruasi

8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari

Kebutuhan Sebelum menggunakan alat Selama menggunakan alat Keluhan


kontrasepsi kontrasepsi
Nutrisi
Tidak ada
Makan Makan 3 x dalam sehari Makan 3 kali sehari jenis
jenis nasi lauk pauk dan nasi lauk pauk dan
sayuran 1 piring sayuran porsi 1 piring

Tidak ada
Minum 6-7 gelas sehari jenis : air 6-7 gelas sehari jenis : air
putih putih

Eliminasi
1 kali sehari lembek, 1 kali sehari lembek,
BAB berwarna kecoklatan dan berwarna kecoklatan dan Tidak ada
berbau khas berbau khas

BAK 3-4 kali sehari berwarna 3-4 kali dalam sehari Tidak ada
kuning jernih dan bau khas warna kuning jernih dan
bau khas
Pola Ibu melakukan aktivitas Ibu melakukan aktivitas Tidak Ada
Aktivitas sehari-hari sebagai IRT sehari-hari sebagai IRT
Pola Siang 1 jam Siang 1 jam
Istirahat Malam 6-7 jam Malam 6-7 jam Tidak ada
dan Tidur
Personal Mandi : 2 kali sehari Mandi : 2 kali sehari
Hygine Keramas : 3 kali seminggu Keramas: 3 kali seminggu
Gosok gigi : 2 kali sehari Gosok gigi : 2 kali sehari Tidak ada
Ganti pakaian dalam : 2 Ganti pakaian dalam : 2
kali sehari kali sehari
52

Pola Ibu melakukan 2-3 kali Ibu melakukan 2-3 kali Tidak ada
Seksual dalam seminggu seminggu

9. Data Psikologis, Sosial Budaya, Spiritual

a. Riwayat Psikologis

Ibu mengatakan cemas dan khawatir dengan keadaanya

sekarang ini yang tidak haid

b. Riwayat Sosial

Ibu mengatakan hubungannya dengan suami dan keluarga

dekat, dengan tetangga juga baik

c. Riwayat Spiritual

Ibu mengatakan setiap hari menjalankan sholat 5 waktu

d. Riwayat Budaya

Ibu tidak percaya dengan mitos-mitos yang ada di sekitar

tempat tinggalnya

e. Pengambilan Keputusan

Ibu mengatakan pengambil keputusan dalam keluarga adalah

dirinya dan suaminya

10. Pengetahuan Ibu

Ibu tidak mengetahui tentang kondisi yang dialami sekarang ini

amenorea (tidak haid)

B. Data Objektif
53

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tanda-tanda Vital :

1) TD : 110/80 mmHg

2) Suhu : 36,70C

3) Nadi : 89 x/menit

4) Pernapasan :20 x/menit

2. Pemeriksaan Antropometri

a. BB : 67 kg

b. TB : 157

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

1) Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe

2) Rambut : Kuat, hitam

3) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada luka, tidak

bengkak

4) Mata : Tidak anemis, sclera tidak ikterik,

reflek cahaya baik

5) Telinga : Sejajar dengan kantus mata, bersih,

gendang telinga utuh

6) Mulut : Bibir tidak ada kelinan bibir sumbing,


54

tidak ada bengkak pada gusi, gigi ada

yang berlubang

b. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar

tiroid dan reflek menelan baik

c. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding

dada

1) Jantung

a) BJ II-A : ICS 2 linea strernalis kanan tek

b) BJ II-P : ICS 2 linea sternalis kiri dan ICS 3

linea sternalis kiri tek

c) BJ I-T : ICS 4 linea sternalis kiri deg

d) BJ 1-M : ICS 5 linea mid-clavicula kiri deg

Dokumentasi : BJ II A-P tunggal , BJ 1-M tunggal

2) Paru

a) Suara nafas : Vesicular disemua lapang paru

b) Suara ucapan : Ada getaran pada dada.

c) Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan.

d. Payudara : Simetris, tidak ada masa, putting

Menonjol

e. Ekstremitas : Tangan dan kaki tidak ada kelainan

f. Genetalia : Labia mayora menutupi labia minora,


55

tidak ada pengeluaran darah, tidak ada

keputihan

4. Pemeriksaan Penunjang :

PP test : Negatif

USG : Tidak dilakukan pemeriksaan USG

II. Interprestasi Data

Ny.S P3A0 Umur 42 Tahun Akseptor Lama KB Suntik Kombinasi dengan

Amenorea

Data dasar :

DS :

Ibu mengatakan tidak menstruasi setelah mengikuti KB suntik kombinasi

mulai tanggal 28 November 2019 – 4 Maret 2020

DO :

2. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tanda-tanda Vital :

1) TD : 110/80 mmHg

2) Suhu : 36,70C

3) Nadi : 89 x/menit

4) Pernapasan :20 x/menit

3. Pemeriksaan Antropometri
56

a. BB : 67 kg

b. TB : 157

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

1) Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe

2) Rambut : Kuat, hitam

3) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada luka, tidak

bengkak

4) Mata : Tidak anemis, sclera tidak ikterik,

reflek cahaya baik

5) Telinga : Sejajar dengan kantus mata, bersih,

gendang telinga utuh

6) Mulut : Bibir tidak ada kelinan bibir sumbing,

tidak ada bengkak pada gusi, gigi ada

yang berlubang

b. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar

tiroid dan reflek menelan baik

c. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding

dada

1) Jantung

a) BJ II-A : ICS 2 linea strernalis kanan tek

b) BJ II-P : ICS 2 linea sternalis kiri dan ICS 3


57

linea sternalis kiri tek

c) BJ I-T : ICS 4 linea sternalis kiri deg

d) BJ 1-M : ICS 5 linea mid-clavicula kiri deg

Dokumentasi : BJ II A-P tunggal , BJ 1-M tunggal

2) Paru

d) Suara nafas : Vesicular disemua lapang paru

e) Suara ucapan : Ada getaran pada dada.

f) Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan.

d. Payudara : Simetris, tidak ada masa, putting

Menonjol

e. Ekstremitas : Tangan dan kaki tidak ada kelainan

f. Genetalia : Labia mayora menutupi labia minora,

tidak ada pengeluaran darah, tidak ada

keputihan

5. Pemeriksaan Penunjang :

PP test : Negatif

USG : Tidak dilakukan pemeriksaan USG

III. Diagnosa Potensial

Tidak ada data yang menunjang

IV. Antisipasi Segera


58

Pada kasus akseptor KB kombinasi dengan amenorea tidak ada indikasi yang

memerlukan tindakan segera

V. Intervensi

Tanggal : 4 Maret 2020 Jam : 17.10

1. Beri informasi tentang kondisi ibu saat ini

2. Beri informasi tentang efek samping Kb suntik kombinasi

3. Beri KIE tentang penyebab tidak haid selama 4 bulan berturut-turut

(Amenorea)

4. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

5. Pastikan tidak terjadi kehamilan dengan plano test

VI. Implementasi

Tanggal 4 Maret 2020

1. Jam 17. 21

Memberi informfasi tentang kondisi ibu saat ini mengalami amenorea atau

kondisi tidak datangnya haid selama 3-6 bulan,

2. Jam 17.24

Memberi informasi tentang efek samping KB suntik kombinasi yaitu

terjadi perubahan pola haid seperti salah satu yang dialami pasien yaitu

amenore, kemudian keluar bercak darah dari kemaluan, mual, sakit kepala,

nyeri payudara ringan, dan dapat terjadi perubahan berat badan

3. Jam 17.26
59

Memberi KIE tentang penyebab tidak haid selama 4 bulan berturut-turut

(Amenorea) yaitu kemungkinan adanya gangguan gizi dan metabolisme,

gangguan hormonal efek penggunaan KB suntik kombinasi, terdapat

tumor alat kelamin, stress psikologis.

4. Jam 17.32

Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup seperti tidur malam 7-8 jam

dan tidur siang 1-2 jam, dan mengurangi aktifitas yang terlalu berat

5. Jam 17.34

Memastikan tidak terjadi kehamilan dengan plano test

VII. Evaluasi

Tanggal 4 Maret Jam 17.37

1. Ibu mengerti kondisinya saat ini mengalami amenorea

2. Ibu sudah paham dan mengetahui efek samping dari Kb suntik kombinasi,

salah satunya amenorea

3. Ibu dapat mengerti KIE yang disampaikan bidan.

4. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup

5. Hasil planto test negatif


60

I. Pengkajian (II)

Tanggal pengkajian : 20 Maret 2020

Jam : 19.00

Tempat : Rumah Ny.S

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya yang tidak haid.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tanda-tanda Vital :

1) TD : 110/70 mmHg

2) Suhu : 36,30C

3) Nadi : 84 x/menit

4) RR :20 x/menit

2. Pemeriksaan Antropometri

a. BB : 68 kg

b. TB : 157

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala
61

1) Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe

2) Rambut : Kuat, hitam

3) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada luka, tidak

bengkak

4) Mata : Tidak anemis, sclera tidak ikterik,

reflek cahaya baik

5) Telinga : Sejajar dengan kantus mata, bersih,

gendang telinga utuh

6) Mulut : Bibir tidak ada kelinan bibir sumbing,

tidak ada bengkak pada gusi, gigi ada

yang berlubang

b. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar

tiroid dan reflek menelan baik

c. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding

dada

1) Jantung

a) BJ II-A : ICS 2 linea strernalis kanan tek

b) BJ II-P : ICS 2 linea sternalis kiri dan ICS 3

linea sternalis kiri tek

c) BJ I-T : ICS 4 linea sternalis kiri deg

d) BJ 1-M : ICS 5 linea mid-clavicula kiri deg

Dokumentasi : BJ II A-P tunggal , BJ 1-M tunggal


62

2) Paru

a) Suara nafas : Vesicular disemua lapang paru

b) Suara ucapan : Ada getaran pada dada.

c) Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan.

d. Payudara : Simetris, tidak ada masa, putting

Menonjol

e. Ekstremitas : Tangan dan kaki tidak ada kelainan

f. Genetalia : Labia mayora menutupi labia minora,

tidak ada pengeluaran darah, tidak ada

keputihan

II. Interprestasi Data

Ny.S P3A0 Umur 42 Tahun Akseptor lama KB Suntik Kombinasi dengan

Amenorea

Data dasar :

DS :

Ibu mengatakan menggunakan suntik KB kombinasi, saat ini tidak mengalami

menstruasi selama 4 bulan berturut turut, ibu merasa cemas

DO :

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis
63

c. Tanda-tanda Vital :

1) TD : 110/70 mmHg

2) Suhu : 36,30C

3) Nadi : 84 x/menit

4) RR :20 x/menit

2. Pemeriksaan Antropometri

a. BB : 68 kg

b. TB : 157

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

1) Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe

2) Rambut : Kuat, hitam

3) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada luka, tidak

bengkak

4) Mata : Tidak anemis, sclera tidak ikterik,

reflek cahaya baik

5) Telinga : Sejajar dengan kantus mata, bersih,

gendang telinga utuh

6) Mulut : Bibir tidak ada kelinan bibir sumbing,

tidak ada bengkak pada gusi, gigi ada

yang berlubang

b. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar


64

tiroid dan reflek menelan baik

c. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding

dada

1) Jantung

a) BJ II-A : ICS 2 linea strernalis kanan tek

b) BJ II-P : ICS 2 linea sternalis kiri dan ICS 3

linea sternalis kiri tek

c) BJ I-T : ICS 4 linea sternalis kiri deg

d) BJ 1-M : ICS 5 linea mid-clavicula kiri deg

Dokumentasi : BJ II A-P tunggal , BJ 1-M tunggal

2) Paru

a) Suara nafas : Vesicular disemua lapang paru

b) Suara ucapan : Ada getaran pada dada.

c) Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan.

d. Payudara : Simetris, tidak ada masa, putting

Menonjol

e. Ekstremitas : Tangan dan kaki tidak ada kelainan

f. Genetalia : Labia mayora menutupi labia minora,

tidak ada pengeluaran darah, vagina

tampak kering
65

III. Diagnosa Potensial

Tidak ada data yang menunjang

IV. Antisipasi Segera

Pada kasus akseptor KB kombinasi dengan amenorea tidak ada indikasi yang

memerlukan tindakan segera

V. Intervensi

Tanggal 20 Maret 2020 Jam :19.10

1. Beritahu ibu dari hasil pemeriksaan

2. Berikan support mental kepada ibu supaya ibu tidak cemas

3. Beritahu ibu kondinya saat ini merupakan efek samping dari KB suntik

kombinasi

4. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi dan istirahat cukup

5. Anjurkan ibu untuk mengganti alat kontrasepsi jika ingin mendapatkan

menstruasi

VI. Implementasi

Tanggal : 20 Maret 2020

1. Jam 19.15

Memberitahu ibu dari hasil pemeriksaan TD : 110/80, S : 36,70C, Nadi :

89x/menit, pernapasan : 20x/menit, pemeriksaan fisik dalam batas normal

2. Jam 19.16

Memberikan support mental kepada ibu supaya ibu tidak cemas dengan

cara memberitahu ibu jika hal yang dialami ini merupakan hal yang
66

normal akibat efek samping dari KB yang digunakan, dan tidak ada

penyakit kelainan yang dilami ibu, jadi ibu tidak perlu

mengkhawatirkannya.

3. Jam 19.18

Memberitahu ibu kondisinya saat ini merupakan efek samping dari KB

suntik kombinasi yaitu terjadi perubahan pola haid seperti salah satu yang

dialami pasien yaitu amenore, kemudian keluar bercak darah dari

kemaluan, mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan dapat terjadi

perubahan berat badan

4. Jam 19.20

Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti

mengkonsumi sayur, buah, ikan, daging, dan vitamin dan istirahat yang

cukup supaya kondisi ibu tetap sehat.

5. Jam 19.24

Menganjurkan ibu untuk mengganti alat kontrasepsi seperti pil, IUD,

Kondom, implan atau MOW jika ingin mendapatkan menstruasi supaya

ibu tidak cemas

VII. Evaluasi

1. Ibu paham penjelasan yang sudah disampaikan bidan mengenai hasil

pemeriksaan

2. Ibu merasa lebih tenang


67

3. Ibu mengerti jika kondisi yang dialami saat ini merupakan amenorea /efek

samping dari suntik kombinasi

4. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergisi dan istirahat

yang cukup

5. Ibu bersedia mengganti metode kontrasepsi supaya ibu bisa mendapatkan

haid.
68

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan adalah suatu cara atau poroses kerja membahas. Pada

pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjanagan yang ada dengan praktek di

lahan dengan teori yang ada. Dalam menjelaskan kesenjanagan tersebut penulis

menggunakan langkah-langkah dalam manejemen kebidanan yaitu mulai dari

pengkajian sampai evaluasi

Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesimpulan dan

pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai

tindak lanjut dalam penerapan manajemen asuhan yang tepat dan efektif, khususnya

pada akseptor KB kombinasi dengan Amenorea

B. Pengkajian

Suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesterone Asetat dan 5 mg

Estradiol Spinoat yang diberikan injeksi IM (intramuskuler) sebulan sekali

(Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang

diberikan injeksi IM sebulan sekali, salah satu efek samping yang ditimbulkan

dari Kb suntik kombinasi adalah amenorea atau akseptor tidak mengalami haid

selama 3 bulan atau berturut-turut (Rinawati dan mulyani 2013). Pada data

subjektif dapat diketahui bahwa akseptor KB suntik dengan amenorea


70

tidak mengalami menstruasi 3 bulan berturut turut atau lebih (Suratun 2009),

dan dari data objektif dapat dilihat dari pemeriksaan genetalia didapatkan vagina

kering

dan dapat dilihat dari pemeriksaan penunjang/laboratorium hasil Plano Test

negative

Menurut penelitian yang dilakukan Yulianti 2017 dengan judul penelitian

Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.A Akseptor KB Suntik

Kombinasi dengan amenorea pada data subjektif didapatkan bahwa klien

mengatakan tidak mengalami haid selama 4 bulan , dan pada data objektif

dilakukan pemeriksaan plano test hasilnya negatif

Pada kasus Ny.S akseptor Kb lama suntik kombinasi dengan amenorea yang

dibuktikan dengan anamnesa pasien mengatakan menggunakan Kb suntik 1 bulan

dan tidak mengalami menstruasi selama 4 bulan berturut-turut, sedangkan untuk

data objektif didapatkan hasil pemeriksaan genetalia tampak vagina kering, dan

hasil plano test negative

Jadi dalam pengkajian antara kasus dan teori tidak terdapat kesenjangan,

karena antara data subjektif dan data objektif hasilnya sama, namun antara kasus

dan penelitian yang dilakukan Yulianti 2017 terdapat perbedaan yaitu pada data

objektif, pada kasus data objektif dilakukan pemeriksaan genetailia untuk

mengetahui apakah vagina kering atau tidak, sedangkan pada penelitian Yulianti

2017 tidak dilkaukan pemeriksaan genetalia, padahal menurut teori dari Nursalam
71

2009 pada akseptor KB suntik kombinasi dengan amenorea perlu dilakukan

pemeriksaan genetalia untuk mengetahui vagina kering atau ada perdarahan.

C. Interprestasi Data

Menurut penelitian Insani dkk 2016 yaitu data dasar yang telah dikumpulkan

diiterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik.

Menurut Ambarwati dan Wulandari 2010 dalam langkah ini data yang telah

dikumpulkan diinterprestasikan menjadi diagnose kebidanan dan masala. Menurut

varney 2007 diagnosa kebidanan pada akseptor kb adalah sebagai berikut.

Diagnosa: Ny…umur…tahun, P…A.. Akseptor Kb suntik Kombinasi dengan

amenora. Menurut penelitian yang dilakukan Yulianti 2017 interprestasi data

yang didapatkan yaitu Ny.A umur 27 P1A0 tahun akseptor KB suntik kombinasi

dengan amenore

Pada kasus dari data yang didapat dari pengkajian maka dapat ditegakkan

diagnose kebidanan yaitu Ny.S umur 42 tahun P3A0 akseptor lama Kb suntik

kombinasi dengan amenore.

Jadi dapat disimpulkan tidak ada kesenjanagan antara teori, penelitian dan

lapangan karena untuk menentukan diagnosa anatara kasus, teori dan penlitian

sama yaitu menuliskan inisial klien , P..A…, kemudian usia , akseptor KB

kombinasi dengan amenorea

D. Diagnosa Potensial

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bersiap-siap bila


72

diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007). Pada

kasus KB suntik 1 bulan dengan amenore tidak ada diagnosa potensial (Affandi,

2011).

Pada penelitian yang dilakukan Yulianti 2017 tidak terdapat diagnosa

potensial, karena tidak ada data yang menunjang .

Pada kasus Ny.S umur 42 tahun P3A0 akseptor lama Kb suntik kombinasi

dengan amenore tidak di dapatkan diagnose potensial

Jadi dapat disimpulkan anatara lapangaan, teori, dan penelitian tidak terdapat

kesenjanagan karena tidak ada data yang menunjang untuk diberikan diagnose

potensial.

E. Antsipasi segera

Tindakan harus sesuai prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi

klienya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan

secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2007).

Menurut Affandi (2012) pada kasus KB Suntik 1 bulan dengan amenore beri

KIE bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Menurut penelitian Yulianti

2017 tidak didapatkan antisipasi segera.

Pada kasus Ny.S umur 42 tahun P3A0 akseptor lama Kb suntik kombinasi

dengan amenore tidak di dapatkan antisipasi segera.

Jadi dapat disimpulkan antara teori, kasus, dan penelitian terdapat

kesenjangan, dimana menurut teori antisipasi segera perlu diberikan kepada

aksptor KB kombinasi dengan amenorea, antisipasi segera yang diberikan


73

menurut teori yaitu beri KIE bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim,

sedangkan pada kasus dan penelitian Yulianti 2017 tidak dilakukan antisipasi

segera.

F. Intervensi

Rencana tindakan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap

dapat dilengkapi, semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan

menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan

dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan

atau tidak akan dilakukan klien (Varney, 2007). Menurut Affandi (2011),

rencana tindakan yang dapat dilakukan pada akseptor KB Suntik dengan amenore,

dapat diberikan penanganan :

1. Anjurkan untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress fisiologi

2. Berikan KIE tentang KB suntik 1 bulan

3. Berikan dukungan moril (baik dari pihak tenaga kesehatan maupun pihak

keluarga)

4. Berikan KIE tentang gizi seimbang

5. Beri tahu akseptor untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau bila ada keluhan.

Menurut peneletitian yang dilakukan Yulianti 2017 pada akseptor KB

sunti Kombinasi dengan amenorea diberikan intervensi yang diberikan yaitu

beri informasi tentang kondisi ibu, beri informasi tentang efek samping dari
74

KB suntik Kombinasi, beri KIE tentang penyebab tidak haid selama 4 bulan

brturut turut, beri terapi 1 siklus pil kombinasi etinilestradiol 50 mg per hari

untuk 3 hari sebayak 10 tablet, anjurkan ibu untuk control 2 hari lagi

Pada Kasus perencanaan tindakan asuhan pada akseptor kb suntik

kombinasi

dengan amnenorea adalah beri informasi tentang kondisi ibu saat ini, beri

informasi tentang efek samping suntik KB 1 bulan, beri KIE tentang

penyebab tidak haid selama 4 bulan berturut-turut, anjurkan ibu untuk istirahat

yang cukup, pastikan tidak terjadi kehamilan dengan pemeriksaan plano tes,

berikan suntikan KB kombinasi 1 bulan.

Jadi dapat disimpulkan dalam perencanaan tindakan antara teori, kasus

dan penelitian secara keseluruhan hampir sama, dimana klien diberikan

informasi mengenai kondisi yang dialaminya saat ini yang mengalami

amenorea dan efek samping yang ditimbulkan dari KB suntik kombinasi yang

digunakan, namun terdapat perbedaan pada penelitian yang dilakukan Yulianti

2017, dimana pada penelitian tersebut diberikan terapi pil kombinasi

etinilestradiol 50 mg per hari untuk 3 hari sebayak 10 tablet, sedangkan pada

teori dan kasus tidak ada terapi obat

G. Implementasi

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada

langkah ke 6 dilaksanakan secara efisien dan aman. Menurut Affandi (2011),


75

implementasi evaluasi asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 1 bulan dengan

amenore, yaitu:

1. Menganjurkan untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress

Fisiologi

2. Memberikan KIE tentang KB Suntik 1 bulan

3. Memberikan dukungan moril (baik dari pihak tenaga kesehatan maupun

pihak keluarga)

4. Memberikan KIE tentang gizi seimbang

5. Memberi tahu akseptor untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau bila ada

keluhan.

Menurut peneletitian yang dilakukan Yulianti 2017 pada akseptor KB

sunti Kombinasi dengan amenorea implementasi yang diberikan yaitu

memberikan informasi tentang kondisi ibu, memberikan informasi tentang

efek samping dari KB suntik Kombinasi, memberikan KIE tentang penyebab

tidak haid selama 4 bulan brturut turut, memberikan terapi 1 siklus pil

kombinasi etinilestradiol 50 mg per hari untuk 3 hari sebayak 10 tablet,

anjurkan ibu untuk control 2 hari lagi

Pada kasus Ny.S umur 42 tahun P 3A0 akseptor lama Kb suntik kombinasi

dengan amenore implementasi yang diberikan adalah memberi informasi

tentang kondisi ibu saat ini, memberi informasi tentang efek samping suntik

KB 1 bulan, memberi KIE tentang penyebab tidak haid selama 4 bulan

berturut-turut, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, memastikan


76

tidak terjadi kehamilan dengan pemeriksaan plano tes, memberikan suntikan

KB kombinasi 1 bulan.

Dalam pelaksanaan tindakan dapat disimpulkan dalam perencanaan

tindakan antara teori, kasus dan penelitian secara keseluruhan hampir sama,

dimana klien diberikan informasi mengenai kondisi yang dialaminya saat ini

yang mengalami amenorea dan efek samping yang ditimbulkan dari KB

suntik kombinasi yang digunakan, namun terdapat perbedaan pada penelitian

yang dilakukan Yulianti 2017, dimana pada penelitian tersebut memberikan

terapi pil kombinasi etinilestradiol 50 mg per hari untuk 3 hari sebayak 10

tablet, sedangkan pada teori dan kasus tidak ada terapi obat

H. Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada

pasien ( sulistyawati dan Nugraheny, 2013). Menurut Affandi 2011 evaluasi

asuhan kebidanan pada akseptor kb 1 bulan adalah pasien mengerti bahawa

amenore menurupakan efek samping dari KB suntik 1 bulan

Pada penelitian yang dilakukan Yulianti 2017 evaluasi yang didapatkan yaitu

ibu sudah mengerti keadaannya, ibu dapat menjelaskan kembali efek samping

KB suntik kombinasi, ibu mengerti KIE yang dijelaskan bidan, ibu telah

diberikan obat terapi 1 siklus pil kombinasi sebanyak 10 tablet untuk 3 hari, ibu

bersedia control 2 hari lagi

Pada kasus Ny.S dengan amenorea , penulis mengetahui masalah yang ada

sehingga dapat dinilai perkembanagannya. Hasil yang diperoleh dari evaluasi ini
77

adalah sudah diberikan KIE tentang KB suntik kombinasi, klien sudah mengerti

bahwa amenore merupakan efek samping dari KB 1 bulan dan sudah diberikan

alternatif mengganti kb supaya bisa haid kembali.

Pada langkah ini tidak terdapat kesenjanagan antara teori, penelitian dan

lapangan, karena secara keseluruhan evaluasi yang didapatkan yaitu pasien tau

bahwa kondisinya yang tidak mengalami mens selama 4 bulan ini merupakan efek

samping dari KB suntik kombinasi.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesterone Asetat

dan 5 mg Estradiol Spinoat yang diberikan injeksi IM (intramuskuler) sebulan

sekali (Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat

yang diberikan injeksi IM sebulan sekali, (Rinawati dan Mulyani, 2013).

Amenore adalah wanita yang sudah pernah menstruasi namun tidak

mengalami menstruasi dalam waktu yang berkisar antara 3 sampai 6

bulan (Varney, 2007). Dari data subyektif dapat diketahui keluhan ibu tidak

mengalami menstruasi selama 4 bulan setelah menggunakan KB suntik

kombinasi, dari data objektif didapatkan hasil pemeriksaan pada genetalia

tampak kering dan hasil plano test negative. Pada akseptor KB suntik

kombinasi dengan amenorea tidak terdapat diagnose potensial dan antisipasi

segera.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

369/Menkes/SK/III/2007 yang sesuai dengan kasus adalah Standar

Kompetensi Bidan Pra Konsepsi, Kb, Dan Ginekologi Kompetensi ke-2 yang

berbunyi: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan

kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh

dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang

sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua

75
76

B. Saran

1. Bagi Lahan Praktik

Hendaknya lahan praktik selalu meningkatkan pengetahuan dan

teknologi terbaru sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan kasus

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan laporan Laporan Tugas Akhir ini dapat dijadikan referensi

untuk belajar kasus Akseptor suntik kombimasi dengan amenore

3. Bagi Penulis

Karena Laporan Tugas akhir ini belum sempurna, diharapkan penulis

lain dengan topik yang sama dapat menyempurnakan.

4. Bagi Klien

Diharapkan klien dapat meningkatkan kewaspadaan dalam arti segera

memeriksakan ke bidan jika tidak mengalami menstruasi supaya segera

teratasi masalahnya.
76

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo ,Jakarta:

Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta :


Mitra Cendikia

Anatasia, Ria, 2018, Survey BKKBN Angka Kelahiran Total di Indonesia Alami
Penurunan. Diakses di
https://www.tribunnews.com/nasional/2018/10/09/survey-bkkbn-angka-
kelahiran-total-di-indonesia-alami-penurunan, Pada 20 September 2019

Badan Pusat Statistik. 2017. Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota dan Metode
Kontrasepsi di Jawa Tengah, 2017. Diakses di
https://jateng.bps.go.id/dynamictable/2019/02/21/460/peserta-kb-aktif-
menurut-kabupaten-kota-dan-metode-kontrasepsi-di-jawa-tengah-2017.html.
Pada 28 Oktober 2019

Manafe, Dina, 2019. BKKBN: 4,8 Juta Bayi Lahir Tiap Tahun. Diakses Di
https://www.beritasatu.com/kesehatan/536962/bkkbn-48-juta-bayi-lahir-tiap-
tahun. Pada 20 September 2019

Kemenkes RI. 2018, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017, Sekretariat Jendral
Kemenkes RI, Jakarta.

Kemenkes RI. 2007. Kepmenkes NO 369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar


Profesi Bidan, Jakarta : Kemenkes RI

Manuaba, I.B.G, 2007. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

Minawati, dkk. 2018. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dengan Gangguan


Menstruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi Ii Kabupaten Lampung
Utara Tahun 2018. Dalam jurnal Holistik Jurnal Kesehatan , Volume 12,
No.3, hal : 160-169. Diakses di
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/175/117.
Pada 28 Oktober 2019

Mulyani, Nina Siti & Rinawati Mega. 2013. Keluarga Berencana dan Alat
Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika

Nugroho, dkk, 2010. Maslah kesehatan reproduksi wanita, Yogjakarta : Nuha medika
76

Nugroho dan Utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta :


Medical Book.

Nursalam, 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika

Permenkes RI. No. 28 Tahun 2017, Tentang Izin Dan Penyelengaraan Praktek Bidan

Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC

Purwoastuti, Th Endang & Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Panduan Menteri


Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika

Rukiyah, Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Tran Info Media

Saifuddin, Bari, A. 2010, Buku Panduan Kontrasepsi, PT Bina Pustaka Sarwo


Prawirohardjo, Jakarta

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku panduan Praktik pelayanan kontrasepsi,
Yayasan Bina Pustaka : Jakarta

Suratun dkk, 2009. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: Trans Info Media

Syafrudin dkk, 2011. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia dan
Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Tarwoto dan Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Uliyah, M. 2010. Awas memilih metode KB, EGC, Jakarta

Varney, Hellen (et.all). 2006, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1, EGC,
Jakarta

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC

Yulianti, Elma. 2017. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. A Akseptor
KB Suntik Kombinasi Dengan Amenorea. Samata
76

LAMPIRAN
76

Lampiran I

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan September Oktober Maret Mei

1 2 3 4 1 2 3 3 4 2 3

1 Pengajuan Judul v

2 Pembuatan proposal v v v

3 Ujian Proposal V v

4 Pengambilan data v

5 Penyusunan LTA v v

6 Ujian LTA V
76
76

LampiranIII

Anda mungkin juga menyukai