Anda di halaman 1dari 107

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

Y POSTPARTUM 41 HARI
CALON AKSEPTOR KB IUD DI PMB D
KOTA SUKABUMI

KARYA TULIS ILMIAH

DEDE ENCU
32722401D1800

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. Y POSTPARTUM 41 HARI
CALON AKSEPTOR KB IUD DI PMB D
KOTA SUKABUMI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Menyelsaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program


Studi D III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

DEDE ENCU
32722401D1800

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,

Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk bukan hasil plagiat

Sukabumi, 09 Januari 2021

Yang Menyatakan

Dede Encu

NIM: 32722401D18009
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Asuhan Kebidanan Pada Ny. Y Post Partum 41 Hari

Calon Akseptor KB IUD

Nama : Dede Encu

NIM : 32722401D18009

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini telah di setujui untuk diajukan dihadapan

Tim Penguji KTI Program Studi D III Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Sukabumi, 09 Januari 2021

Menyutujui:

Pembimbing Utama,

Nuur Octascriptiriani, M. Keb


NIDN. 0427108802

Pembimbing Pendamping

Hj. Wati Mulyawati, S. IP, S. ST. M. Kes


NIDN. 0426105801
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Telah Disetujui dan Dipertanggungjawabkan di Hadapan


Tim Penguji Sidang KTI Prodi D III Kebidanan STIKES Sukabumi
Pada Tanggal 09 Januari 2021

Sukabumi, 09 Januari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Nuur Octascriptriani, M. Keb Hj. Wati Mulyawati, S. IP, S. ST. M. Kes


NIDN. 0427178802 NIDN. 0426105801

Menyetujui, Mengetahui,

STIKES Sukabumi Program Studi D IIIKebidanan

Ketua Ketua

H. Iwan Permana, S.KM, S.Kep.,M.Kep Shinta Utami, S.ST, M.Keb


NIDK. 8862680018 NIDN. 0407098704
LEMBAR USULAN SIDANG HASIL KTI

NAMA : Dede Encu


NIM : 32722401D18009
JUDUL : Asuhan Kebidanan Pada Ny. Y Post Partum 41 Hari
Calon Akseptor KB IUD
RENCANA UJIAN
TANGGAL : 09 Januari 2021
TEMPAT : Rumah
WAKTU :

PENGUJI UTAMA : Nuur Octascriptriani, M. Keb


ANGGOTA PENGUJI I : Hana Haryani, S. SIT, M. Kes

Sukabumi, 09 Januari 2021


Pemohon,

Dede Encu

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pemdamping,

Nuur Octascriptriani, M. Keb Hj. Wati Mulyawati, S. IP, S. ST. M. Kes


NIDN. 0427178802 NIDN. 0426105801
ABSTRAK

STUDI D III Midwifery Program


SUKABUMI HEALTH SCIENCE SCHOOL
SCIENTIFIC WRITING, November, 2020

Dede Encu
NIM: 32722401D18009

Midwifery Care In NY. Y Post-Partum 42 Days Prospective IUD Family


Planning Recipients ix + 100 pages, V CHAPTER, 1 Table, 3 Appendix

The family planning program aims to control the rate of population


growth, and also to meet the public's demand for quality family planning and
reproductive health (KR) services, reducing maternal mortality (MMR) and infant
mortality rates (IMR).
The puerperium is a period that starts after the placenta is released and
lasts 6 weeks or 42 days. One of the problems that often occurs in postpartum
mothers is when determining the right contraception to use.
Midwifery Care for Mrs. Y, age 35 years P4A0, starting from Post Partum
4 days to 41 days, describes the appropriate contraceptive device used by
mothers, namely Long-term contraception (KB IUD), this IUD is intrauterine
device is a long-term contraceptive that is inserted into the uterus made of elastic
plastic wrapped in copper or a mixture of copper and silver.
Midwifery Care for Mrs. Y, age 35 years P4A0, obtained the results of
conformity that the appropriate contraception is the IUD, because according to
the permissible criteria, namely pregnancy, lower pelvic abnormalities, pelvic
inflammation, maternal age and the number of children alive.
Based on the care that has been provided, there is no finding any gaps
between theory, case and practice, so it is hoped that it will be able to maintain
and improve Midwifery care services for postpartum mothers and IUD family
planning acceptors so that they can get fast and appropriate care.

Keywords: Postpartum, IUD KB

i
ABSTRAK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KARYA TULIS ILMIAH, November, 2020

Dede Encu
NIM:32722401D18009

Asuhan Kebidaan Pada NY. Y Post Partum 42 Hari Calon Akseptor KB IUD
ix + 100 halaman, V BAB, 1 Tabel, 3 Lampiran

Program KB bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk,


dan juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Masa nifas merupakan masa dimulai setelah plasenta keluar dan
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Salah satu masalah yang banyak
terjadi pada ibu nifas adalah saat akan menentukan kontrasepsi yang tepat yang
akan digunakan.
Asuhan Kebidanan pada Ny. Y usia 35 tahun P4A0 dimulai dari Post
Partum 4 hari sampai 41 hari adalah menjelaskan tentang alat kontrasepsi yang
tepat di gunakan oleh ibu yaitu kontrasepsi jangka Panjang (KB IUD), IUD ini
merupakan
alat kontrasepsi dalam rahim merupakan kontrasepsi jangka panjang yang
dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari plastik elastis yang dililit tembaga
atau campuran tembaga dengan perak
Asuhan Kebidanan pada Ny. Y usia 35 tahun P4A0 di dapatkan hasil
kesesuaian bahwa kontrasepsi yang sesuai dengan ibu yaitu IUD, karena sesuai
dengan kriteria yang diperbolehkan yaitu tidak sedang hamilan, tidak adakelainan
bawah panggul, tidak adaperadangan panggul, usia ibu dan jumlah anak yang
hidup.
Berdasarkan Asuhan yang telah di berikan tidak di temukan adanya
kesenjangan antara teori, kasus dan praktik, sehingga di harapkan mampu
mempertahankandan meningkatkan pelayanan Asuhan Kebidanan terhadap ibu
nifas dan akseptor KB IUD sehingga dapat mendapatkan asuhan yang cepat dan
tepat.

Kata Kunci: Ibu Nifas, KB IUD


KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan

KaruniaNya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas Calon Akseptor KB IUD” dapat selesai tepat pada

waktunya.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan

pendidikan gelar Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Sukabumi. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada Yth:

1. H. Iwan Permana, SKM., S. Kep, M. Kep selaku Ketua Stikes Sukabumi

2. Shinta Utami, S.ST., M. Keb selaku Ketua Prodi Diploma III Kebidanan

Stikes Sukabumi.

3. Nuur Octascriptiriani, M. Keb selaku pembimbing utama

4. Hj. Wati Mulyawati, S. IP, S.ST, M. Kes selaku pembimbing pendambing

5. Hana Haryani, S. SIT, M. Kes selaku penguji yang telah memberikan

keritikan dan juga masukan

6. Orang tua ibu nurlela dan ayah jamal, yang selalu memberikan dukungan

moral, spiritual dan material yang tidak terhingga.

7. Keluarga tercinta kake H. dadam, nenek Hj, Bedah, Bibi Ai rahmah, teteh

Teuis Susilawati Amd.Keb yang selalu memberikan dukungan moral,

spiritual dan material yang tidak terhingga.


8. Terakhir, kepada beberapa pihak yang tidak bisa ditulis satu persatu,

terimakasih atas bimbinganya, ilmu dan keterampilan yang penulis

dapatkan.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh

dari sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan.

Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat bermanfaat dan memberikan

konstribusi yang positif bagi penulis pada khususnya dan pembaca umumnya.

Sukabumi, 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
FORMULIR USULAN
ABSTRAK …………………………………...…………………………. I
KATA PENGANTAR …………………………………...……………… iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. V
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. Vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………...... Vii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang …...………………………………………………….. 1
B. Tujuan ...……………………………………………………………… 4
C. Manfaat ...……………………………………………………………. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………..………….……… 6
A. Tinjauan Teori Klinis ….…………………………………………….. 6
1. Nifas ….…. 6
…………………………………………………………...
a. Pengertian Nifas …………………………………………………… 6
b. Fisiologi Masa Nifas ………………………………………………. 6
c. Tahapan Masa Nifas ……………………………………………….. 7
d. Perubahan fisiologi masa nifas …………………………………….. 7
e. Tanda bahaya masa nifas …………………………………………... 15
f. Penatalaksanaan masa nifas 16
…………………………………………
2. IUD (Intra Uterine Device) ………………………………………… 17
a. Pengertian IUD ……………………………………………………. 17
b. Jenis- jenis IUD ……………………………………………………. 18
c. Waktu pemasangan IUD …………………………………………… 20
d. Cara kerja IUD …………………………………………………….. 20
21

iii
iv

e. Kondisi yang diperbolehkan memasang IUD ……………………… 22


f. Indikasi dan kontraindikasi ………………………………………… 22
g. Efek samping 24
……………………………………………………….. 28
h. Pemasangan IUD 28
…………………………………………………... 32
i. Kunjungan ulang IUD ……………………………………………… 35
j. Pemeriksaan kunjungan ulang IUD 35
………………………………… 35
B. Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney 2007 38
………... 39
BAB III TINJAUAN KASUS …………………………………………… 39
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ……………………………………. 52
A. Data Subjektif ……………………………………………………… 57
B. Data Objektif ………………………………………………………. 57
C. Analisa ……………………………………………………………... 57
D. Penatalaksanaan …………………………………………………….
BAB IV PEMBAHASAN
………………………………………………...
BAB V PENUTUP
………………………………………………………..
A. Simpulan ……………………………………………………………
B. Saran
………………………………………………………………...
v
Daftar Tabel

Tabel 2.1 TFU dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi 7


………………….

v
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Jenis IUD Copper-T ………………………………………… 19


Gambar 2.1 Jenis IUD Copper-7 ………………………………………… 20

vi
Daftar Lampiran

Lembar Konsul

Leaflet

Jurnal

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan,

mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri dan menentukan

jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2018).

Program KB bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk,

dan juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan

kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu

(AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Berdasarkan survey demografi AKI di

Indonesia mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012 yakni dari

359/100.000 kelahiran hidup menjadi 305/100.000 kelahiran hidup. Begitu juga

AKB mengalami penurunan yakni dari 32/1000 kelahiran hidup menjadi 24/1000

kelahiran hidup. (SDKI, 2017).

Di Jawa Barat angka kematian ibu (AKI) berdasarkan laporan Dinas

Kesehatan Provinsi selama tahun 2012-2017 tercatat jumlah kematian ibu

sebanyak 696 orang/100.000 kelahiran hidup dengan pembagian perkelompok

wilayah. Sedangkan AKB yang dilaporkan sebanyak 3.077 kasus. (Profil Dinas

Kesehatan Jawa Barat, 2017).

1
2

Berdasarkan data yang ada, kasus AKI cenderung mengalami peningkatan,

yakni pada tahun 2018 sebanyak 7 kasus dan pada tahun 2019 sebanyak 12 kasus.

Sedangkan kasus AKB mengalami penurunan, yakni pada tahun 2017 sebanyak

45 kasus, tahun 2018 sebanyak 34 kasus dan tahun 2019 33 kasus. (Pemerintah

Kota Sukabumi, 2019).

IUD (Intra Uterine Device) merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi

yang tidak mengandung hormon dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang

yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Keuntungan pemakaian IUD

yakni hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama,

secara umum IUD tidak mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat

kembali setelah IUD dilepas (BKKBN, 2019)

Intra Uterine Device (IUD) dapat di pasang saat 10 menit setelah plasenta

dilahirkan, Pemasangan IUD ini di sebut post-placenta, pemasangan IUD pada

saat post plasenta direkomendasikan karena pada masa ini serviks masih terbuka

dan lunak sehingga memudahkan pemasangan IUD, dan kurang nyeri bila

dibandingkan pemasangan setelah 48 jam pasca persalinan. Insersi IUD post-

placenta memiliki angka ekspulsi rata-rata 13-16%, dan dapat hingga 9-12,5%
3

jika dipasang oleh tenaga terlatih. Angka ekspulsi ini lebih rendah bila

dibandingkan dengan waktu pemasangan pada masa segera pascapersalinan

(immediate postpartum), yaitu 28-37%, dan pemasangan pada masa ini aman,

memiliki risiko kecil untuk infeksi, sedikit perdarahan, dan angka perforasi yang

rendah. Angka kehamilan yang tidak direncanakan (unplanned pregnancy) pada

pemasangan alat kontrasepsi pada masa

ini adalah 2-2,8 per 100 pemakai selama 24 bulan pemasangan IUD Copper T

modern. (Ni Ketut, 2016)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat keuntungan dari

penggunaan kontrasepsi ini, antara lain: 10 efektifitasnya tinggi sekitar 0,6 sampai

0,8 kehamilan per 100 perempuan, kehamilan; segera efektif saat terpasang di

Rahim; tidak memerlukan kunjungan ulang; tidak mempengaruhi hubungan

seksual; tidak memiliki efek samping hormonal; tidak mempengaruhi kualitas dan

volume ASI; dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

dengan catatan tidak terjadi infeksi; membantu mencegah kehamilan ektopik;

Sedangkan kekurangan dari penggunaan IUD antara lain:perubahan siklus haid,

periode haid lebih lama, perdarahan atau spotting antar menstruasi, nyeri saat

haid.(Pratama, 2016)

Berdasarkan data badan pusat statistik jawa barat pengguna alat

kontrasepsi IUD di Jawa Barat sebanyak 94,05%, di Kota Sukabumi sebanyak

1,557% dan di Kabupaten Sukabumi sebanyak 5,3415%

Bidan berperan penting sebagai fasilitator KB bagi ibu nifas. Pemilihan

alat kontrasepsi merupakan hak sepenuhnya bagi pasien. Peran bidan hanya
4

memberikan penjelasan pada pasien tentang alat kontrasepsi yang akan pasien

pilih.

Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk menggali lebih dalam studi

kasus pada ibu nifas, dengan memberikan “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Calon Akseptor KB IUD”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum untuk melaksanakan “Asuhan Kebidanan pada ibu

nifas calon akseptor KB IUD”

2. Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada ibu nifas calon

akseptor KB IUD

b) Mampu melakukan pengkajian data objektif pada ibu nifas calon

akseptor KB IUD

c) Mampu melakukan analisis pada ibu nifas calon akseptor KB IUD

d) Mampu melakakukan penatalaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada

ibu nifas calon akseptor KB IUD

e) Mampu melakukan hasil evaluasi asuhan pada ibu nifas calon akseptor

KB IUD

f) Mampu melakukan pendokumentasian pada ibu nifas calon akseptor KB

IUD
5

C. Manfaat

1. Teoritis

Karya Tulis Ilmiah ini akan memberikan pengalaman bagi penulis

dalam pelaksanaan mulai dari pengolahan sampai hasil penulisan dan sebagai

wawasan ilmu yang di peroleh selama menjalani perkuliahan.

2. Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan atau

referensi bagi mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi.

b. Bagi Penulis

Studi kasus ini semoga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan

keterampilan dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Calon

Akseptor KB IUD.

c. Bagi Lahan Praktik

Dapat membimbing generasi penerus sehingga menjadi bidan yang

professional dalam mengatasi masalah pada ibu nifas dan calon akseptor

KB IUD.
6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

masa nifas berlangsung kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital

baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan

(Prawirohardjo, 2010).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula

(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

(Sulistyawati, 2015).

b. Fisiologi Masa Nifas

Menjelang persalinan otot polos uterus berkontraksi secara

terkoordinasi diselingi relaksasi dan mencapai puncaknya menjelang

persalinan, secara berangsur menghilang pada periode post partum. Peroses

Fisiologi kehamilan pada manusia yang menimbulkan inisiasi partus atau

persalin belum diketahui secara pasti pendapat umum yang dapat diterima

bahwa keberhasilan kehamilan pada semua spesialis mamalia, tergantung pada

aktivitas progesteron di dalam plasma ibu hamil justru meningkat sepanjang

7
8

kehamilan, baru menurun setelah kelahiran plasenta, jaringan yang merupakan

lokasi sistenis progesterone pada kehamilan manusia (Prawirohardjo, 2018)

c. Tahapan masa nifas

Tahapan masa nifas menurut (Sulistyawati, 2010) di bagi menjadi 3

bagian yaitu:

(1) Puerperium dini (masa kepulihan atau jam pertama setelah melahirkan)

(2) Puerperium intermedinal (masa kepulihan secara menyeluruh alat-alat

genitalia)

(3) Remote puerperium (masa yang diperlukan untuk pulih sehat sempurna)

d. Perubahan fisiologis pada masa nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

Sistem reproduksi meliputi rahim, leher rahim, vagina dan

perineum mengalami perubahan selama 6 minggu setelah melahirkan.

Pada masa ini beresiko perdarahan dan infeksi, pengkajian dan intervensi

keperawatan bertujuan untuk mengurangi resiko ini

a) Uterus

Uterus berangsur-angsur berubah seperti semula

Tabel 2.1 TFU dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi


Involusi uterus Tinggi fundus Berat uterus Diameter
uterus uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm

7 hari (1 Pertengahan pusat 500 gr 7,5 cm


minggu) dan simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm
(minggu ke 2)
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm
9

(Batson, 2011)

b) Lokhean

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uterus. Pemeriksaan lochea meliputi perubahan warna dan bau karena

lochea memiliki ciri khas: amis atau khas darah dan adanya bau busuk

menandakan adanya infeksi. Jumlah total pengeluaran seluruh periode

lochea rata-rata kira-kira 240–270 ml. Lochea terbagi 4 tahapan.

(1) Lochea Rubra/Merah Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke-3

masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi

darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,

lanugo, dan meconium.

(2) Lochea Sanguelenta Cairan yang keluar berwarna merah kecokelatan

dan berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.

(3) Lochea Serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan/laserasi plasenta. Muncul

pada hari ke-8 sampai hari ke-14 postpartum.

(4) Lochea Alba/Putih Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa

berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.

c) Serviks
10

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, dan

berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus

dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman

karena penuh pembuluhdarah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukan2 – 3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1

jari saja yang dapat masuk.

Serviks setinggi segmen bawah uterus, tipis dan rapuh selama

beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang

menonjol ke vagina) terlihat memar dan adasedikit laserasi kecil -kondisi

yang optimal untuk perkembangan infeksi.

d) Vulva vagina dan perineum

(1) Vagina Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae

(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.

(2) Perubahan pada perineum Terjadi robekan perineum pada hampir

semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan

bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis

lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah

dengan ukuran yang lebih besar. Lakukan penjaitan dan perawatan

dengan baik dan benar bila ada laserasi lahir atau bekas luka

episiotomi (Suheni dkk, 2010).

2. Perubahan Sistem pencernaan


11

Sistem pencernaan selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal

diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu

keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan

melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar

progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan

waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan

perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:

(1) Nafsu Makan

Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar, karena metabolisme ibu

meningkat saat proses persalinan, sehingga ibu dianjurkan untuk

meningkatkan konsumsi makanan, termasuk mengganti kalori, energi,

darah dan cairan yang telah dikeluarkan selama proses persalinan.

(2) Motilitas

Secara fisiologi terjadi penurunan tonus dan motilitas otot traktus

pencernaan menetap selama waktu yang singkat beberapa jam setelah bayi

lahir, setelah itu akan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

(3) Pengosongan Usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini

disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal

masa pascapartum. Pada keadaan terjadi diare sebelum persalinan, enema

sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi, dehidrasi, hemoroid ataupun

laserasi jalan lahir, meningkatkan terjadinya konstipasi postpartum. Sistem


12

pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu beberapa hari untuk

kembali normal.

3. Perubahan sistem perkemihan

Distensi kandung kemih karena ketidakmampuan untuk mengosongkan

kandung kemih, umumnya terjadi beberapa hari pertama setelah melahirkan.

Hal ini terkait dengan penurunan sensasi atau edema sekitar uretra. Diuresis

disebabkan oleh kadar estrogen dan oksitosin menurun, terjadi dalam waktu

12 jam setelah melahirkan dan membantu mengeluarkan kelebihan caira

(Ambarwati, 2010)

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi

retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi sempurna

terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-

serat elastis kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus

pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara

waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan (Ambarwati, 2010:)

5. Perubahan sistem endokrin

Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti

sebelum hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta


13

lahir. Penurunan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan

peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu. Perubahan fisiologis yang

terjadi pada ibu setelah melahirkan melibatkan perubahan yang progresif

atau pembentukan jaringan-jaringan baru. Selama proses kehamilan dan

persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-

hormon yang berperan dalam proses tersebut (Ambarwati, 2010)

Berikut ini perubahan hormon dalam sistem endokrin pada masa

postpartum

(a) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis posterior. Pada tahap

kala III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta

dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.

(b) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar

hipofisis posterior untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan

dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada ibu

yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi sehingga

memberikan umpan balik negatif, yaitu pematangan folikel dalam

ovarium yang ditekan.

(e) Estrogen dan progesterone

Selama hamil volume darah normal meningkat, diperkirakan

bahwa tingkat kenaikan hormon estrogen yang tinggi memperbesar

hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu,


14

progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan

dan peningkatan pembuluh darah yang sangat mempengaruhi saluran

kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,

serta vagina.

(f) Hormon plasenta

Human chorionic gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat

setelah persalinan dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke

7 postpartum. Enzyme insulinasi berlawanan efek diabetogenik pada saat

Penurunan hormon human placenta lactogen (HPL), estrogen dan

kortisol, serta placenta kehamilan, sehingga pada masa postpartum kadar

gula darah menurun secara yang bermakna. Kadar estrogen dan

progesteron juga menurun secara bermakna setelah plasenta lahir, kadar

terendahnya dicapai kira-kira satu minggu postpartum. Penurunan kadar

estrogen berkaitan dengan dieresis ekstraseluler berlebih yang

terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak menyusui,

kadar estrogen mulai meningkat pada minggu ke 2 setelah melahirkan

dan lebih tinggi dari ibu yang menyusui pada postpartum hari ke 17.

(g) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada ibu menyusui dan tidak

menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita

menyusui berperan dalam menekan ovulasi karena kadar hormon FSH

terbukti sama pada ibu menyusui dan tidak menyusui, di simpulkan

bahwa ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar


15

prolaktin meningkat. Kadar prolaktin meningkat secara pogresif

sepanjang masa hamil. Pada ibu menyusui kadar prolaktin tetap

meningkat sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Kadar prolaktin

serum dipengaruhi oleh intensitas menyusui, durasi menyusui dan

seberapa banyak makanan tambahan yang diberikan pada bayi, karena

menunjukkan efektifitas menyusui. Untuk ibu yang menyusui dan tidak

menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.

Sering kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan

rendahnya kadar estrogen dan progesteron.

6. Perubahan tanda-tanda vital

Menurut Mansyur (2014), beberapa perubahan tanda-tanda vital

biasa terlihat jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil

sementara, baik peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole dapat

timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan

a) Suhu badan

Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5

°C-38 °C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan kehilangan cairan,

dan kelelahan sehingga dapat berefek dehidrasi. Biasanya pada hari ketiga

suhu badan akan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada

menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak

turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus

genetalis atau sistem lain

b) Nadi
16

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.

Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi

yang melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi

atau perdarahan postpartum

c) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih

rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah

tinggi pada saat postpartum menandakan terjadinya preeklampsi

postpartum.

d) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan

mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.

Bila pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan

ada tanda-tanda syok.

e) Tanda Bahaya masa nifas

Tanda- tanda bahaya yang pelu diperhatikan pada masa nifas

adalah (Reeder,2014):

1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba

(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih

dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam).

2) Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk.

3) Nyeri perut hebat dibagian bawah abdomen atau punggung.


17

4) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah

penglihatan.

5) Pembengkakan pada wajah dan tangan.

6) Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK, atau merasa tidak enak

badan.

7) Payudara memerah, panas dan sakit.

8) Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.

9) Rasa sakit, payudara warna merah, kesemutan atau pembengkakan pada

kaki.

10) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi.

11) Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah.

f) Penatalaksanaan masa nifas

Kunjungan masa nifas adalah pelayanan keshatan seesuai standar

pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga

Kesehatan (Kemenkes RI ,2010)

Adapun kebijakan teknis mengenai kunjungan nifas yaitu:

1) Kf 1: pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca

persalinan:

2) KF 2: pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca

persalinan.

3) KF 3: pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh

delapan) hari pasca persalinan.


18

4) KF 4: pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat

puluh dua) hari pasca persalinan

Menurut (Kemenkes, 2014) pemeriksaan yang diberikan pada saat

pelayanan kunjungan nifas yaitu:

(1) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu

(2) Pemeriksaan TFU (Tinggi Fundus Uteri)

(3) Pemeriksaan lochea dan pengeluaran pervaginam lainnya

(4) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan

(5) Pemeberian kapsul vitamin A 200.000 UI sebanyak 2x

(6) Pelayanan KB pasla salin.

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. jadi masa nifas merupakan proses pemulihan seseorang setelah

melahirkan berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat

genitalia baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3

bulan

2. IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Pengertian IUD

IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim merupakan kontrasepsi

jangka panjang yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari plastik

elastis yang dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. 8 Lilitan

logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan jangka waktu penggunaan


19

antara dua hingga sepuluh tahun dengan metode kerjanya mencegah

masuknya spermatozoa ke dalam saluran tuba.

IUD merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim

yang terbuat dari bahan polietilen dengan atau tanpa metal atau steroid. IUD

sangat efektif untuk menjarangkan kehamilan dibandingkan dengan metode

kontrasepsi jangka panjang lainnya seperti implan, tubektomi, dan

vasektomi. IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang paling

banyak digunakan dalam program KB di Indonesia. (Pratama Putri, 2016).

b. Jenis-jenis IUD

1) Copper-T,

jenis ini berbentuk huruf T yang terbuat dari polietilen yang bagian

vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga ini memiliki

efek anti fertilitas yang cukup baik. Jenis ini melepaskan levonorgestrel

dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil

penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan

yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode

ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorrhea.

Jenis-jenis IUD Copper-T

a) IUD TCU 380 A: Kandungan tembaganya mampu mencegah kehamilan

dengan efektivitas yang tinggi hingga 99,4%. Cukup satu kali pasang

mampu melindungi hingga 10 tahun. Tubuh pun bisa kembali subur

dengan cepat.
20

b) IUD Silverline 380 Ag: Kandungan inti perak dalam IUD Silverline

mampu meningkatkan efektivitas kontrasepsi. Lengan yang lentur

memberikan kenyamanan saat digunakan dan benang dengan bahan

khusus yang lebih lembut. Silverline 380 Ag efektif melindungi hingga 5

tahun.

c) IUD Silverline 200 Ag: Kandungan inti perak dalam IUD Silverline ini mampu

meningkatkan efektivitas kontrasepsi. Lengan yang lentur memberikan

kenyamanan saat digunakan dan memiliki benang dengan bahan khusus yang

lebih lembut. Silverline 200 Ag efektif melindungi hingga 3 tahun.

d) Post Partus IUD TCU 380 A: IUD ini khusus untuk dipasang pasca-persalinan.

Lengan inserter khusus yang dibuat lebih panjang, membuat bidan atau dokter

mudah meletakkan IUD ke dalam rahim tanpa perlu menyentuh IUD sehingga

proses pemasangan dapat lebih steril. Benangnya yang lebih panjang,

memudahkan untuk pemeriksaan saat kontrol berkala. Dengan IUD TCu 380

A, masa perlindungan tetap optimal hingga 10 tahun Partus IUD TCU 380 A

e) IUD Sleek CU 375: Ukurannya lebih kecil sepanjang ± 3 cm, cocok bagi rahim

pendek. IUD ini terbuat dari plastik yang terbungkus kawat tembaga. Nyaman

dan mudah saat pemasangan karena ujung lengan berbentuk bola. Efektivitas

perlindungan dari kehamilan pun tetap tinggi hingga 5 tahun

f) IUD TCU 380 A Safe Load: adalah alat untuk mempermudah bidan atau dokter

melipat lengan IUD ke dalam inserter. Tambahan alat ini membuat IUD lebih

steril karena meminimalisir kontak dengan tangan. Dengan IUD TCu 380 A,

masa perlindungan tetap optimal hingga 10 tahun.

Gambar 2.1 jenis IUD Copper-T


21

Sumber: imbarwati, 2010

2) Copper-7

berbeda dengan Copper-T, jenis IUD ini memiliki bentuk seperti

angka “7” dimana memiliki ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan

dililit kawat tembaga dengan luas permukaan 200 mm2. Fungsi bentuk

seperti angka “7” ini memudahkan dalam pemasangan kontrasepsi.

Gambar 2.2 jenis IUD Copper-7

Sumber: imbarwati, 2010

c. Waktu Pemasangan IUD

Menurut imbarwati (2010) waktu pemasangan IUD sebagai berikut:

1) Immediate post partum insertion (IPP)

IUD yang di pasang dalam waktu 10 menit setelah plasenta dilahirkan.


22

2) Early Post Partum (EP)

IUD yang dipasang dalam waktu 48 jam setelah plasenta dilahirkan.

3) Interval Insertion (INT)

IUD yang dipasang setelah 6 minngu post partum.

d. Cara kerja IUD

Murut Marmi (2016) Cara kerja IUD yaitu: bekerja untuk

mencegah sperma dan ovum bertemu, Gangguan/terlepasnya blastocyst

yang telah berimplantasi di dalam endometrium, Mempengaruhi fertilisasi

sebelum ovum mencapai cavum uteri, dan IUD yangmenghasilkan hormon

sehingga lendir serviks dapat menjadi lebi kental/tebal karena pengaru

progestin kemudian menghalangi sperma masuk. Kontrasepsi IUD tipeT

efektifitasnya sangat tinggi yaitu berkisar antara 0,6-0,8 kehamilan per100

perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

Sedangkan IUD dengan progesteron antara 0,5-1 kehamilan per 100

perempuan pada tahun pertama penggunaan.

e. Kondisi-kondisi yang diperbolehkan memasang IUD

Menurut pratama putri, 2016 kondisi yang diperbolehkan menggunakan IUD

antara lain

1) kehamilan,

2) gangguan perdarahan,

3) peradangan alat kelamin,

4) kecurigaan tumor ganas pada alat kelamin,

5) tumor jinak rahim,


23

6) kelainan bawaan rahim, peradangan pada panggul,

7) perdarahan uterus yang abnormal,

8) karsinoma organ-organ panggul,

9) malformasi panggul,

10) mioma uteri terutama submukosa,

11) dismenorhea berat,

12) stenosis kanalis servikalis,

13) anemia berat dan gangguan koagulasi darah, dan penyakit jantung

reumatik

f. Indikasi Dan Kontraindikasi IUD

Menurut Marmi (2016) Adapun indikasi dan kontraindikasi IUD

atau WUS yaitu:

1) Indikasi

yang dapat menggunakan yaitu pada usia reproduksi, Ibu menyusui yang

ingin mengunakan kontrasepsi, Penderita tumor jinak maupun ganas pada

payudara, Pusing - pusing atau nyeri kepala, Gemuk ataupun kurus, dan

Setelah abortus atau serta tidak lagi terlihat adanya infeksi

2) Kontraindikasi

IUD atau WUS yang tidak dapat menggunakan yaitu dalam masa

kehamilan atau prasangkaan kehamilan, Partner seksual yang banyak, Darah

haid yang banyak atau perdarahan bercak (Spotting), Anemia, Infeksi vagina,
24

dan adanya perdarahan vagina yang belum jelas penyebabnya, serta usia

pemakai masih sangat muda dan rawan, terjangkit IMS, karena tingkat

aktivitas seksual yang sangat tinggi.

g. Efek samping IUD Dalam penggunaan IUD

Efek samping penggunaan IUD antara lain:

1) Spotting: keluarnya bercak-bercak darah di antara siklus menstruasi,

spotting akan muncul jika sedang kelelahan dan stress. Wanita yang aktif

sering mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi IUD.

2) Perubahan siklus menstruasi: setelah pemasangan IUD, siklus menstruasi

menjadi lebih pendek. Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari

siklus normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid tiga sampai tujuh

hari, biasanya siklus haid akan berubah menjadi 21 hari

3) Amenorhea: tidak didapat tanda-tanda haid selama tiga bulan atau lebih.

Penanganan efek samping amenorhea adalah memeriksa apakah sedang

hamil atau tidak

4) Dismenorhea: munculnya rasa sakit menstruasi tanpa penyebab organik.

Penanganan dismenorhea adalah memastikan dan menegaskan adanya

penyakit radang panggul (PRP) dan penyebab lain dari kram otot perut,

serta menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Berikan analgesik

apabila tidak ditemukan penyebabnya untuk sedikit meringankan rasa

sakit. Pasien yang sedang mengalami kram otot perut yang berat,

hendaknya melepas IUD dan membantu pasien untuk menentukan metode

kontrasepsi yang lain.


25

5) Menorrhagia: perdarahan berat secara berlebihan selama haid atau

menstruasi (masa haid lebih dari delapan hari). Memastikan dan

menegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak

ada kelainan patologis, perdarahan bekelanjutan serta perdarahan hebat,

maka lakukan konseling dan pemantauan. Terapi farmakologis untuk

menorrhagia dapat menggunakan Ibuprofen untuk mengurangi perdarahan

dan memberikan tablet besi. IUD memungkinkan dilepas apabila pasien

menghendaki, jika pasien telah memakai IUD selama lebih dari tiga bulan

dan diketahui menderita anemia dengan Hb rendah

6) Fluor Albus: penggunaan IUD akan memicu rekurensi vaginosis bakterial

yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan

bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan

Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal

vagina.

7) Pendarahan post seksual: pendarahan post seksual ini disebabkan karena

posisi benang IUD yang menggesek mulut rahim atau dinding vagina

sehingga menimbulkan pendarahan, akan tetapi pendarahan yang muncul

ini jumlahnya hanya sedikit, pada beberapa kasus efek samping ini

menjadi pembenar bagi aksepto r untuk melakukan drop out, terutama

disebabkan dorongan yang salah dari suami.

h. Pemasangan IUD

1. Persiapan Alat

No. Alat-Alat Ket


26

1. Satu set AKDR 380

2. Betadin

3. Handuk Kecil

4.
Kapas lembab/kapas
salvon

5. Speculum/Cocor Bebek

6. Gunting Panjang
tumpul
27

7. Sonde uterus

8 Tenaculum

9. Tampon tang

10. Sarun tangan steril 2


pasang

11. Lampu sorot


28

11. Meja Gnikologi

2. Persiapan Klien

a) Menganjurkan klien untuk buang air kecil dan membersihkan alat

kelamin

b) Mengatur posisi klien, dengan litotomi

3. Persiapan Lingkungan

a) Memasang sampiran.

b) Ruangan dengan penerangan yang cukup.

c) Menjaga privasi klien.

4. Persiapan Petugas/ Bidan

a) Memperhatikan prosedur pencegahan infeksi.

b) Memberi konseling (menganjurkan klien untuk kencing dan

membersihkan alat kelaminnya dengan menggunakan sabun dan

keringkan)

c) Cuci tangan 7 langkah

d) Memakai sarung tangan steril

e) Menyusun alat-alat di atas tempat steril

f) Mengatur posisi klien lithotomi


29

g) Menyalakan lampu yang terang untuk melihat serviks.

h) Memeriksa genetalia eksterna.

i) Lakukan pemeriksaan dengan speculum:

1) Periksa adanya cairan vagina

2) Periksa serviks dan uretra

3) Ambil spesimen dari secret vagina dan serviks untuk pemeriksaan

mokroskopik bila ada indikas

j) Mengeluarkan speculum dan letakkan kembali pada tempat alat-alat

k) Melakukan pemeriksaan dalam

1) Periksa gerakan dari serviks2)

2) Tentukan ukuran, bentuk dan posisi uterus

3) Periksa adanya kehamilan. 4)

4) Periksa kedua adnexa.

5) Periksa kavum douglasi.

l) Lepaskan sarung tangan dan direndam dalam larutan klorin

m) Masukkan lengan AKDR Cu T 380 A di dalam kemasan sterilnya

1) Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang.

2) Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh

benda tidak steril.

3) Letakkan kemasan pada tempat yang datar.

4) Selipkan karton pengukur di bawah lengan AKDR CuT 380A.

5) Pegang kedua ujung lengan AKDR CuT 380A dan dorong tabung

inserter sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan melipat.


30

6) Setelah lengan melipat sampai menyentuh lubang inserter, tarik

tabung inserter dari bawah lipatan lengan.

7) Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan

lengan AKDR CuT 380A yang sudah terlipat tersebut ke dalam

tabung inserter

5. Prosedur Pemasangan

a) Pakai sarung tangan yang baru.

b) Pakai speculum dan lihat serviks.

c) Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik.

d) Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati.

e) Masukkan sonde uterus dengan cara “NO TOUCH TECHNIQUE”

(teknik tidak menyentuh) yaitu secara hati-hati masukkan sonde ke

dalam rongga rahim (sekali masuk) tanpa menyentuh dinding vagina

atau speculum

f) Tentukan kedalaman uterus dan posisi uterus.

g) Keluarkan sonde dan ukur kedalaman uterus pada tabung inserter

yang masih berada dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher

biru tabung inserter

h) Masukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam uterus sampai

leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan.

i) Lepaskan lengan AKDR CuT 380A dengan menggunakan

“WITHDRAWL TECHNIQUE” yaitu menarik keluar tabung inserter

dengan tetap menahan pendorong


31

j) Keluarkan pendorong AKDR CuT 380A dan tabung inserter didorong

kembali ke serviks secara hati-hati sampai batas leher biru

k) Lepaskan tenakulum secara hati-hati

l) Keluarkan sebagian benang AKDR CuT 380A kurang lebih 3-4 cm

dari tabung inserter kemudian digunting

m) Keluarkan seluruh tabung inserter

n) Periksa serviks, bila ada perdarahan pada tempat bekas penjepitan

tenakulum, tekan dengan kassa steril yang diberi betadin selama 30-60

detik.

o) Keluarkan speculum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin

0,5%.

6. Melakukan tindakan pasca pemasangan AKDR CuT 380A

a) Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit untuk tindakan dekontaminasi

b) Buang kassa yang sudah tidak dipakai ke dalam kantong plastic

c) Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin selama 10

menit

d) Cuci tangan dengan air mengalir memakai sabun dan keringkan.

e) Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15

menit sebelum memperbolehkan pulang

g. Kunjungan ulang IUD


32

Menurut imbarwati (2013) Control medis perlu dilakukan untuk menjaga

IUD terpasang dengan baik, pemeriksaan ulang dapat dilalakukan:

1) 2 Minggu setelah pemasangan

2) 1 bulan setelah pemeriksaan pertama

3) Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua

4) Setiap enam bulan sampai satu tahun

Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan apabila ingin membuka IUD

atau pada keadaan-keadaan:

(1) Ingin hamil Kembali

(2) Leokorea yang sulit diobati

(3) Terjadi infeksi

(4) Terjadi perdarahan

b. Pemeriksaan kunjungan ulang pemasangan IUD

Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2010), Setelah IUD

dipasang seorang klien wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan

preparat spermisida dan kondom pada bulan pertama. Tindakan ini akan

memberi perlindungan penuh dari konsepsi karena IUD menghambat

serviks, uterus, dan saluran falopii tempat yang memungkinkan

pembuahan dan penanaman sel telur dan ini merupakan kurun waktu IUD

dapat terlepas secara spontan. Klien harus melakukan kunjungan ulang

pertamanya dalam waktu kurang lebih enam minggu. Kunjungan ini harus

dilakukan setelah masa menstruasi pertamanya pasca pamasangan IUD.

Pada waktu ini, bulan pertama kemungkinan insiden IUD lebih tinggi
33

untuk terlepas secara spontan telah berakhir. IUD dapat diperiksa untuk

menentukannya masih berada pada posisi yang tepat. Selain itu, klien

wanita harus memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan IUD secara

mandiri dan beberapa efeksamping langsung harus sudah diatasi.

Kunjungan ulang memberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan

memberi semangat serta meyakinkan klien. Pemeriksaan yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1) Riwayat

a) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum

menggunakan IUD

(1) Tanggal menstruasi

(2) Lamanya

(3) Jumlah

(4) Nyeri

b) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum

menggunakan IUD

(1) Bercak darah atau pendarahan

(2) Kram, lamanya, tingkat keparahan

(3) Nyeri punggung, lamanya, tingkat keparahan

(4) Rembas pada vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa

terbakar saat berkemih (sebelum atau setelah urine mulai

mengalir)

c) Pemeriksaan benang
34

(1) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir

(2) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan

hubungan seksual

d) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita

maupun pasangannya).

e) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi

2) Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri pada tekanan

abdomen bawah

b) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi

3) Pemeriksaan pelvic

a) Pemeriksaan speculum

(1) Benang terlihat

(2) Panjang benang, pemotongan benang jika ada indikasi

b) Pemeriksaan bimanual

(1) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak

(2) Nyeri tekan pada uterus

(3) Pembesaran uterus

(4) Nyeri tekan pada daerah sekitar

(5) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila ada indikasi

4) labolatorium

a) Hemoglobin atau hematokrit

b) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding


35

c) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi

d) Tes kehamilan, jika ada indikasi

Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien

akan mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik

rutinnya. Pada kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal

seperti mengkaji riwayat penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan

pelvic, pap smear, kultur klamedia dan gonorea, tes laboratorium rutin

lain dan pengulangan kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan diatas.

Pengarahan supaya klien memeriksakan IUD nya, kapan harus

menghubungi bila muncul masalah atau untuk membuat perjanjian

sebelum kunjungan tahunnya dapat ditinjau kembali bersama klien

selama kunjungan ulang ini.

IUD memiliki efektivitas yang tinggi dimana keberhasilan 0,6-0,8

kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan IUD (1 kegagalan

dalam 125 sampai 170 kehamilan). Adapun yang harus dipehatikan

dalam penggunaan IUD yaitu kontraindikasi dan efek samping, sehingga

para wanita yang akan menggunakan kontrasepsi jenis ini tidak

mengalami stress akibat efek yang terjadi (Pratama, 2016).

B. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Varney Menurut

Elisabeth siwi walyani 2015

Manajement kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan bagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan Tindakan


36

berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan, dalam rangka tahapan yang

logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.

Proses asuhan kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah yaitu,

pengkajian atau pengumpulan data dasar, interpretasi data, diagnose atau

masalah potensial, antisipasi, Tindakan segera, pelaksanaan dan evaluasi.

Dokumentasi asuhan kebidanan adalah catatan antara interaksi antara

tenaga Kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan klinik Kesehatan yang

mencatat tentang hasil pemeriksaan, prosedur, pengobatan. Langkah- Langkah

manajemen kebidanan didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu:

1. S: Subjektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

helen varney pertama, pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien. Tanda

gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien, suami, atau

keluarga, catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.

Ekpresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnose. Pada

orang yang bisu di bagian data belakang “S” diberi tanda “O” atau “X” ini

menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnose yang

dibuat.

2. O: Objektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

halen varney pertama, pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil
37

Labolatorium, dan tes diagnostic lain, Tanda gejala yang di peroleh dari

hasil pemeriksaan (Keadaan umum, vital sign, fisik, pemeriksaan dengan

inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Data ini memberi bukti gejala

klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisisologis

hasil observasi, ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang

berhubungsn dengan diagnose. Data fisiologis, hasil observasi, informasi

kajian teknologi, (hasil labolatorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain)

serta informasi dari keluarga atau orang lain.

3. A: Assessment

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

halen varney ke dua, ke tiga dan keempat. Hasil analisa dan interpensi

(kesimpulan), masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarka data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik

objektif maupun subjektif, peroses pengkajian adalah suatu proses yang

diamik menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti

perkembangan klien. Menggambarkan pendokumentasian hasil Analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

a) Diagnosa/masalah

 Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi

klien: hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, berdasarkan Analisa

yang di peroleh

 Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang


38

b) Antisipasi masalah lain/diagnose potensial

4. P: Penatalaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assessment. Untuk perencanaan implementasi dan evaluasi

termasuk langkah ke lima, ke enam dan ke tujuh menurut varney yaitu:

c. Langkah ke 5: Menyusun rencana asuhan segera secara menyeluruh

tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang di buat pada Langkah

yang selanjutnya.

d. Langkah ke 6: melakukan pelaksanaan secara langsung asuhan secara

efisien dan aman.

e. Langkah ke 7: mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan

dengan mengulang Kembali manajemen proses aspek-aspek asuhan

yang tidak efektif. (Elisabeth Siwi Walyani, 2015)


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. Y POSTPARTUM 4 HARI CALON

AKSEPTOR KB IUD

No Medrek : 007

Tanggal masuk : 28 Oktober 2020

Tanggal jam pengkajian : 28 Oktober 2020, pukul 10.30 WIB

Tempat pengkajian : PMB D

Nama pengkaji : Dede Encu

A. DATA SUBJEKTIF

IDENTITAS

ISTRI SUAMI

Nama : Ny. Y Tn. S

Umur : 35 tahun 40 tahun

Suku : Sunda Sunda

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA PT

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wirasuwasta

Alamat : Babakan Garung RT 09 RW 06

39
40

1. Alasan datang : Ibu mengatakan masih bingung dalam

menggunakan KB selanjutnya

2. Keluhan utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang ia rasakan

3. Riwayat kehamilan : ini merupakan kehamilan keempat, Hari

pertama haid terakhir 01-02-2020, ANC 9x di bidan. Imunisasi TT1

usia gestasi 4 bulan, TT2 usia gestasi 5 bulan (kehamilan pertama),

TT3 usia gestasi 4 bulan, TT4 usia gestasi 5 bulan (kehamilan kedua),

TT 5 usia kehamilan 4 bulan (kehamilan ke 3).

Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu

Ha Tgl Usia Jenis Penolong Penyulit Anak Nifas


mil Part Kehamil Partus Kehamilan J BB PB ASI Penyulit
ke us an & K
Persalinan
1 19/1 38 Spontan Bidan Tidak Ada P 300 49 Ya Tidak Ada
0/20 minggu 0gr
11
2 03/0 37 Spontan Bidan Tidak Ada P 320 51 Ya Tidak Ada
6/20 minggu 0gr
15
3 18/0 39 Spontan Bidan Tidak Ada L 290 49 Ya Tidak Ada
4/20 minggu 0gr
17
4 24/1 38 Spontan Bidan Tidak Ada P 310 50 Ya Tidak Ada
0/20 minggu 0gr
20

4. Riwayat persalinan sekarang: ini merupakan persalinan keempatnya

pada tanggal 24 Oktober 2020 jam 10.30 WIB, usia kehamilan aterm,

ditolong oleh bidan, tanpa komplikasi selama proses persalinan, jenis

kelamin bayi Perempuan, BB: 3100gr, PB: 50cm, Apgar skor 8/9,
41

tidak terdapat kelainan kongenital, setelah melahirkan langsung

dilakukan IMD.

5. Riwayat KB

Kontrasepsi yang lalu : KB Suntik 3 bulan

Lamanya pemakaian : 2 tahun

Alasan berhenti : ingin memiliki anak Kembali

Rencana BerKB : YA Menggunakan IUD

6. Riwayat penyakit: ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit

sistemik seperti penyakit jantung, ginjal, asma, TBC paru, hepatitis,

dan hipertensi. Riwayat penyakit keluarga dan keturunan ibu

mengatakan tidak pernah menderita penyakit keluarga seperti penyakit

jantung, hipertensi, diabetes mellitus. Ibu tidak memiliki riwayat

keturunan gemelli.

7. Pola nutrisi

Frekuensi makan : 3x dengan nasi, sayur, lauk pauk, buah

Frekuensi minum : 8gelas/hari dengan air putih, susu

Pantangan makan : Tidak ada

8. Pola eliminasi

BAB : BAB 1x/hari, konsistensi keras

BAK : BAK ±5x/hari, warna kuning jernih,

9. Pola istirahat

Siang : Tidur siang (± 1 jam)

Malam : Tidur malam pukul (± 9 jam


42

10. Riwayat sosial ekonomi dan psikologi: Status perkawinan, Kawin,

Lama nikah 11 Tahun Menikah pada umur 24 Tahun. Kehamilan ini

direncanakan, Perasaan ibu dan keluarga terhadap persalinan ini

senang sekali. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah Suami

dan Istri

B. DATA OBJEKTIF

a. Kesadaran : composmentis

b. Keadaan emosional : Baik

c. Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 75x/menit

Suhu : 360c

Respirasi : 20x/m

d. Laktasi : ASI keluar dengan lancar

e. Abdomen: inspeksi: striae: Ada

Bekas luka operasi: tidak ada

Palpasi: TFU : 4 jari di bawah pusat

Kontraksi uterus: keras

Kandung kemih: kosong

Diastasi Recti: 2/5

f. Pengeluaran pervaginam: Lochea: Alba

Banyak nya: 1 pembalut

Baunya: khas

g. Perineum dan anus: luka jahitan: Tidak ada


43

Infeksi: Tidak ada

Hemoroid: Tidak ada

h. Riwayat sosial ekonomi dan psikologi

Status perkawinan : Kawin,

Lama menikah : 11 Tahun Menikah pada umur 24 Tahun.

i. Dukungan sosial : Kehamilan ini direncanakan, Perasaan ibu dan

keluarga terhadap persalinan ini senang sekali. Pengambilan keputusan

dalam keluarga adalah Suami dan Istri

C. ANALISA

P4A0 Postpartum 4 Hari

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan pemeriksaan kepada ibu.

Ev: Sudah dilakukan

2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik

Ev: ibu mengetahuinya

3. Memberitahu ibu untuk tidur dan istirahat yang cukup agar lemas yang

dirasakan ibu berkurang

Ev: ibu mengerti dan akan melakukannya.

4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, seperti

yang mengandung protein (ikan, telur, daging) sayuran, dan karbohidrat

(nasi)

Ev: ibu mengerti dan bersedia makan-makanan yang bergizi


44

5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi seperti miring kiri, kanan dan jalan-

jalan

Ev: ibu mengerti dan dapat melakukannya

6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri seperti mandi teratur dan

sering mengganti pembalut agar tidak lembab dan tidak infeksi

Ev: Ibu mengerti dan akan melakukannya

7. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ekslusif selama 6

bulan dan tidak di tambah dengan apapun

Ev: ibu mengerti dan akan melakukannya

8. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas seperti perdarahan lewat

jalan

lahir, keluar cairan berbau, bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit

kepala dan kejang-kejang, demam lebih dua hari, payudara bengkak,

merah

disertai rasa sakit, merasa sedih, murung dan menangis tanpa sebab

(depresi).

Ev: Ibu mengetahui tanda-tanda bahaya pada masa nifas

9. Menjelaskan kepada ibu tentang alat kontrasepsi yang tepat untuk di

gunakan ibu yaitu kontrasepsi jangka Panjang meliputi jenis kontrasepsi

implan, intra uterine devices (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR), metode operatif pria (MOP) seperti vasektomi, dan metode

operatif wanita (MOW) seperti tubektomi

Ev: ibu mengerti dan berencana menggunakan IUD


45

10. Menjelaskan kepada ibu bahwa kontrasepsi jangka Panjang ini tidak

mempengaruhi terhadap ASI

Ev: ibu mengetahuinya

CATATAN PERKEMBANGAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

POST PARTUM 11 HARI

No Medrek : 0072

Tanggal masuk : 04 November 2020

Tanggal jam pengkajian : 4 November 2020, pukul 10.30 WIB

Tempat pengkajian : PMB

Nama pengkaji : Dede Encu

A. DATA SUBJEKTIF

1. Alasan datang: Ibu mengatakan masih bingung dengan penggunaan KB

Selanjutnya

2. Keluhan utama: Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dia rasakan

3. Pola aktivitas

Nutrisi

Frekuensi makan : Makan 3x/hari dengan nasi, lauk pauk,

sayur buah

Frekuensi minum : 8gelas/hari dengan air putih, susu


46

Pantangan makan : Tidak ada

4. Pola eliminasi

BAB : BAB 1x/hari, konsistensi keras

BAK : BAK ±5x/hari, warna kuning jernih,

5. Pola istirahat

Siang : Tidur siang (± 1 jam)

Malam : Tidur malam (± 9 jam)

B. DATA OBJEKTIF

1. Kesadaran : composmentis

2. Keadaan emosional : Baik

3. Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 360c

Respirasi : 20x/m

4. Laktasi : ASI keluar dengan lancar

5. Abdomen: inspeksi: striae: Ada

Bekas luka operasi: tidak ada

Palpasi: TFU : Tidak teraba

Kontraksi uterus: lembek

Kandung kemih: kosong

Diastasi Recti: 2/5

6. Pengeluaran pervaginam: Lochea:

Banyak nya: 1 pembalut


47

Baunya: khas

7. Perineum dan anus: luka jahitan: Tidak ada

Inpfeksi: Tidak ada

Hemoroid: Tidak ada

C. ANALIS

P4A0 post-partum 11 Hari

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan pemeriksaan kepada ibu.

Ev: Sudah dilakukan

2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik

Ev: ibu mengetahuinya

3. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi,

seperti yang mengandung protein (ikan, telur, daging) sayuran, dan

karbohidrat (nasi)

Ev: ibu mengerti dan bersedia makan-makanan yang bergizi

4. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas seperti perdarahan lewat

jalan

lahir, keluar cairan berbau, bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit

kepala dan kejang-kejang, demam lebih dua hari, payudara bengkak,

merah

disertai rasa sakit, merasa sedih, murung dan menangis tanpa sebab

(depresi).

Ev: Ibu mengetahui tanda-tanda bahaya pada masa nifas


48

5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri seperti mandi teratur

dan

sering mengganti pembalut agar tidak lembab dan tidak infeksi

Ev: Ibu mengerti dan akan melakukannya

11. Menjelaskan kembali kepada ibu tentang alat yang tepat untuk di gunakan

ibu yaitu kontrasepsi jangka Panjang meliputi jenis kontrasepsi implan,

intra uterine devices (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),

metode operatif pria (MOP) seperti vasektomi, dan metode operatif wanita

(MOW) seperti tubektomi

Ev: ibu mengerti dan berencana menggunakan IUD

6. Menjelaskan kepada ibu bahwa kontrasepsi jangka Panjang ini tidak

mempengaruhi terhadap ASI

Ev: ibu mengerti


49

CATATAN PERKEMBANGAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

POST PARTUM 41 HARI

No Medrek : 0072

Tanggal masuk : 04 Desember 2020

Tanggal jam pengkajian : 04 Desember 2020, pukul 10.30 WIB

Tempat pengkajian : PMB D

Nama pengkaji : Dede Encu

A. DATA SUBJEKTIF

IDENTITAS

ISTRI SUAMI

Nama : Ny. Y Tn. S

Umur : 35 tahun 40 tahun


50

Suku : Sunda Sunda

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA PT

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wirasuwasta

Alamat : Babakan Garung RT 09 RW 06

1. Alasan datang: Ibu mengatakan sudah mantap BerKB menggunakan IUD

2. Keluhan utama: Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dia rasakan

3. Pola aktivitas

Nutrisi

Frekuensi makan : 3x/hari dengan nasi, lauk pauk, sayur buah.

Frekuensi minum : 10gelas/hari dengan air putih, susu

Pantangan makan : Tidak ada

4. Pola eliminasi

BAB : BAB 1x/hari, konsistensi lembek

BAK : BAK ±5x/hari, warna kuning jernih

5. Pola istirahat

Siang : tidur siang (± 1 jam)

Malam : tidur malam (± 9 jam)

B. DATA OBJEKTIF

1. Kesadaran : composmentis

2. Keadaan emosional : Baik

3. Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 120/70 mmHg


51

Nadi : 80x/menit

Suhu : 360c

Respirasi : 20x/m

4. Laktasi : ASI keluar dengan lancar

5. Abdomen: inspeksi : striae : Ada

Bekas luka operasi: tidak ada

Palpasi: TFU : tidak teraba

Kandung kemih: kosong

Diastasi Recti: 2/5

6. Pemeriksaan Genitalia eksterna

Vulva: Edema : Tidak Edema

Varises : Tidak Varices

Perlukaan : Tidak Ada luka

Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran

Pembengkakan kelenjar bartolin : Tidak ada pembengkakan

Pembengkakan kelenjar skene : Tidak ada pembengkakan

7. Pemeriksaan serviks

Inspeksi (menggunakan speculum)

Warna serviks : Normal

Erosi : tidak ada

Nodul : tidak ada

Massa : tidak ada


52

Cairan/secret : tidak ada

Lesi/luka : tidak ada

Pemeriksaan Dalam

Lokasi portio : Normal

Konsistensi : tidak ada

Dilastasi : lunak

Nyeri goyang : tidak

Massa : tidak ada

8. Pengeluaran pervaginam : Lochea: tidak ada

Banyak nya: -

Baunya: -

9. Perineum dan anus : luka jahitan: Tidak ada

Hemoroid: Tidak ada

C. ANALIS

P4A0 post-partum 41 Hari Calon akseptor KB IUD

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan pemeriksaan kepada ibu

Ev: Sudah dilakukan

2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik

Ev: ibu mengetahuinya


53

3. Memberikan lembar Informed Consent kepada ibu sebagai bentuk

persetujuan telah bersedia dilakukan pemasangan KB IUD.

Ev: ibu menyetujuinya.

4. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu akan di pasang IUD CopperT 380 A

karena dilihat dari Riwayat persalinan ibu dan anak yang hidup,

menjelaskan kepada ibu bahwa IUD copperT ini sangat cocok digunakan

oleh ibu karena Kandungan tembaganya mampu mencegah kehamilan

dengan efektivitas yang tinggi hingga 99,4%

Ev: ibu mengerti

5. Menjelaskan kepada ibu bahwa IUD CopperT ini dapat digunakan hingga

10 tahun.

6. Ev: ibu mengerti

7. Menjelaskan kepada ibu efek samping dari KB IUD seperti, perubahan

siklus menstruasi, keluar bercak-bercak darah, tidak didapat tanda-tanda

haid selama tiga bulan atau lebih, munculnya rasa sakit menstruasi.

Ev: Ibu mengetahuinya

8. Menjelaskan kepada ibu setelah ibu selesai di passang IUD ibu Harus

melakukan kunjungan ulang 2 Minggu setelah pemasangan, 1 bulan

setelah pemeriksaan pertama, Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua dan

Setiap enam bulan sampai satu tahun.

Ev: ibu mengerti dan dapat melakukannya

9. Menjelaskan kepada ibu bahwa kunjungan ulang ini dilakukan untuk.

menentukannya masih berada pada posisi yang tepat atau tidak


54

Ev: Ibu mengerti

Pemasangan KB IUD

Langkah- Langkah pemasangan IUD

Menyiapkan tempat, alat dan pasien

- Persiapan tempat, Tempat tidur bersih dan rapi, Menutup tirai/sampiran

untuk menjaga privasi klien

- Persiapan alat / instrumen untuk pemasangan AKDR, Bivalve speculum,

Tenakulum, Sondeuterus dan pontang, Gunting. Mangkuk untuk larutan

antiseptik, Sarung tangan (yang telah di DTT atau disterilkan) Copper T

380a IUD yang masih belum rusak dan terbuka.

- Persiapan pasien, Membantu klien naik ke meja ginekologi dan

menganjurkan pada ibu untuk melepas pakaian bawah terlebih dahulu,

lalu posisikan ibu dengan posisi litotomi Pemasangan KB IUD / AKDR

- Langkah – langkah pemasangan

a) Langkah I, Jelaskan kepada klien tentang tindakan yang akan

dilakukan. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemih.

b) Langkah II, Periksa genitalia eksterna. Lakukan pemeriksaan

menggunakan speculum untuk memeriksa adanya cairan vagina,

servisitis. Lakukan pemeriksaan panggul untuk menentukan besar,

posisi, konsistensi dan mobilitas uterus.

c) Langkah III, Membuka AKDR Copper T 380 A di dalam kemasan

sterilnya (alasan menggunakan IUD copper T 380 karena dilihat dari

Riwayat persalinan ibu dan anak yang hidup, IUD copperT ini sangat
55

cocok digunakan oleh ibu karena dapat menghambat motolitas sperma

ke tuba palopi, memiliki spermatisidal dan ovosidal sehingga

mencegah terjadinya fertilisasi,

d) Langkah IV, Masukkan speculum, usap vagina dan serviks dengan

larutan antiseptik untuk mencegah infeksi. Gunakan tenakulum untuk

menjepit serviks.

e) Langkah V, Masukkan sonde uterus sekali masuk (tehnik tanpa

sentuh) untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri.

f) Langkah VI, Pasang AKDR Copper T 380 A. Atur letak leher biru

pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri. Hati – hati

memasukkan tabung inserter sampai leher biru menyentuh fundus atau

sampai terasa ada tahanan. Lepas lengan AKDR dengan menggunakan

tehnik menarik. Tarik keluar pendorong. Setelah lengan AKDR lepas,

dorong secara perlahan-lahan tabung inserter ke dalam kavum uteri

sampai leher menyentuh serviks. Tarik keluar sebagian tabung inserter,

potong benang AKDR kira - kira 3 - 4 cm panjangnya.

g) Langkah VII, Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi

sebelum melepas sarung tangan. Bersihkan permukaan yang

tetrkontaminasi.

h) Langkah VIII, Lakukan dekontaminasi alat - alat dan sarung tangan

dengan segera setelah selesai dipakai.

i) Langkah IX, ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR

untuk mengurangi risiko kehamilan akibat AKDR yang hilang. Minta


56

klien menunggu di klinik selama 15 - 30 menit setelah pemasangan

AKDR untuk mengamati apabila terjadi rasa sakit yang amat sangat

pada perut, mual atau muntah sehingga mungkin AKDR perlu dicabut

bila dengan analgesik ringan (aspirin atau ibuprofen) rasa sakit

tersebut tidak hilang. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kotrol

ulang 2 minggu setelah pemasangan untuk memastikan AKDR masih

tetap terpasang.

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Nifas

1) Post-partum 4 hari

Pada pemeriksaan 4 hari post-partum pada tanggal 28 Oktober 2020

pukul 10.00 WIB ibu mengatakan masih bingung dalam pemilihan alat

kontrasepsi, didapatkan hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital: tekanan darah

120/70 mmHg, nadi 75x/menit, suhu 360c, respirasi 20x/m, kondisi payudara

lunak dan berisi, puting susu menonjol, ASI keluar dengan lancar, kandung

kemih kosong, TFU 4 jari di bawah pusat, lochea alba, tidak terlihat tanda-

tanda infeksi.

Berdasarkan pemeriksaan pada Ny. y sedang dalam 4 hari Post-

Partum. Hal ini sesuai dengan teori tentang Masa nifas menurut

Sulistyawati, 2015 masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta
57

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

Penatalaksanaan yang dapat di lakukan pada ibu 4 hari postpartum

yaitu memberikan konseling pada ibu tentang kontrasepsi yang tepat di

gunakan oleh ibu yaitu kontrasepsi jangka Panjang karena dilihat dari

Riwayat persalinan dan jumlah anak yang hidup kontrasepai jangka Panjang

ini meliputi jenis kontrasepsi implan, intra uterine devices (IUD) atau alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR), metode operatif pria (MOP) seperti

vasektomi, dan metode operatif wanita (MOW) seperti tubektomi (pratama

putri, 2016)

Berdasarkan hal tersebut penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan praktik

2) Post-Partum 11 hari

Pada pemeriksaan 11 hari Post-Partum pada tanggal 04 november

2020 pukul 10.00 WIB ibu mengatakan masih bingung dalam pemilihan

alat kontrasepsi, didapatkan hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital: tekanan

darah110/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36 0c, respirasi 20x/m kondisi

payudara lunak dan berisi, puting susu menonjol, ASI keluar dengan

lancar, kandung kemih kosong, TFU tidak teraba, lochea alba, tidak

terlihat tanda-tanda infeksi. Masa nifas Ny. y berlangsung normal seperti

involusi uteri, pengeluaran lochia, dan pengeluaran ASI lancar

Berdasarkan pemeriksaan pada Ny. y sedang dalam 11 hari

postpartum. Hal ini sesuai dengan teori tentang masa nifas menurut
58

Prawirohardjo,2010 Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah

plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kirakira 6 minggu akan

tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum

hamil dalam waktu 3 bulan.

Penatalaksanaan yang dapat di lakukan pada ibu 11 hari Post-

Partum yaitu memberikan konseling pada ibu tentang kontrasepsi yang

tepat di gunakan oleh ibu yaitu kontrasepsi jangka Panjang karena dilihat

dari Riwayat persalinan dan jumlah anak yang hidup. Metode kontrasepsi

yang tersedia di Indonesia saat ini untuk menunda kehamilan,

menjarangkan dan menghentikan kehamilan meliputi Metode Amenore

Laktasi (MAL), Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA), Senggama

Terputus, Metode Barier, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD

(Intra Uteri Device), Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), dan

Kontrasepsi Mantap. (Marmi, 2016).

Berdasarkan hal tersebut penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktik

3) Post-Partum 41 hari

Pada pemeriksaan 41 hari Post-Partum pada tanggal 04 desember

2020 pukul, ibu mengatakan sudah mantap BerKB menggunakan IUD,

didapatkan hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital: Tekanan darah: 120/70

mmHg, nadi 80x/menit, suhu 360c, respirasi 20x/m payudara lunak dan

berisi, puting susu menonjol, ASI keluar dengan lancar, kandung kemih
59

kosong, TFU tidak teraba, lochea tidak ada, tidak terlihat tanda-tanda

infeksi. Masa nifas Ny. y berlangsung normal seperti involusi uteri,

pengeluaran lochia, dan pengeluaran ASI lancar.

Berdasarkan pemeriksaan pada Ny. y sedang dalam 41 hari

postpartum. Hal ini sesuai dengan teori tentang Masa nifas menurut

Mohctar, 2010 Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti

prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu.

Penatalaksanaan yang dapat di lakukan pada ibu 41 hari

postpartum yaitu menjelaskan kepada ibu tentang kontrasepsi yang di pilih

oleh ibu yaitu IUD merupakan kontrasepsi jangka panjang yang

dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari plastik elastis yang dililit

tembaga atau campuran tembaga dengan perak. 8 Lilitan logam

menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan jangka waktu penggunaan antara

dua hingga sepuluh tahun dengan metode kerjanya mencegah masuknya

spermatozoa ke dalam saluran tuba, IUD akan menghambat sperma

bertemu dengan ovum dengan bentuknya yang menghalangi jalan sperma

hingga tuba falopii, sehingga tidak terjadi pembuahan dan efektifitasnya

tinggi, namun dapat merubah pola dan periode haid serta terdapat nyeri

saat haid. IUD copperT sangat cocok digunakan oleh ibu karena

Kandungan tembaganya mampu mencegah kehamilan dengan efektivitas

yang tinggi hingga 99,4%, IUD CopperT ini dapat digunakan hingga 10

tahun. IUD memiliki efek samping yaitu Spotting: keluarnya bercak-


60

bercak darah di antara siklus menstruasi, Perubahan siklus menstruasi:

setelah pemasangan IUD, siklus menstruasi menjadi lebih pendek, tidak

didapat tanda-tanda haid selama tiga bulan atau lebih, munculnya rasa

sakit menstruasi tanpa penyebab organic, perdarahan berat secara

berlebihan selama haid atau menstruasi. (Pratama putri, 2016)

Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Kemenkes RI untuk

dilakukan kunjungan nifas sebanyak 4 kali, KF1 (pada periode 6 jam

sampai 2 hari), KF 2 (periode 3 hari sampai 7 hari), KF 3 (periode 8 hari

sampai 28 hari) dan KF 4 (periode 29 hari sampai dengan 42 hari)

(Kemenkes RI, 2020).

Berdasarkan hal tersebut penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah melakukan penyusunan Asuhan Kebidanan Pada Ny. Y di PMB D

penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

a) Setelah melakukan pengkajian data subjektif terhadap Ny. Y selama masa

nifas tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

b) Hasil pengkajian dan pemeriksaan data objektif selama masa nifas tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik dalam melakukan pemeriksaan.

c) Berdasarkan hasil Analisa selama masa nifas tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik.

d) Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. Y

berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan dan penatalaksanaan sesuai

dengan kebutuhan ibu calon akseptor KB IUD, tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan praktik

e) Melakukan pendokumentasian selama masa nifas, sudah dilakukan sesuai

manajemen Varney dalam bentuk SOAP

B. Saran

1. Bagi Institusi Kesehatan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang baik

dalam melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dan akseptor KB IUD
2. Bagi Bidan

Diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan

pelayanan asuhan kebidanan terhadap ibu nifas dan Akseptor KB IUD

sehingga dapat mendapatkan asuhan yang cepat dan tepat.


Daftar Pustaka

Badan pusat statistik jawabarat (2017) jumlah Pasangan Usia Subur dan Peserta
KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa barat, dilihat pada
tanggal 20 september 2020.

Dechoni Rahmawati dan Elvika Fit Ari Shanti STUDI DESKRIPTIF TINGKAT
PENGETAHUAN IBU TENTANG KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS
DANUREJAN 2 KOTA YOGYAKARTA, Vol. XI, No. 02, Desember 2019

Diskes jabar, 2017 profil Kesehatan provinsi jawabarat 2017 dilihat 15 september
2020
http://diskes.jabarprov.go.id/dmdocuments/01b3018430a412a520e2b4a4b9d
9864f.pdf

Elisabeth Siwi Mulyani, (2015) BUKU ASUHAN KEBIDANA PADA


KEHAMILAN, dilihat 23 september 2020

Handayani, S. (2010). Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Heni Putri Wahyuningsih, buku ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


DAN MENYUSUI 2018

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016) perawatan maternitas diakses


Pada tanggal 17 september 2020

(2015). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Dilihat Pada 23


september 2020

(2017) profil Kesehatan Indonesia, dilihat pada 20 september 2020

2020, PEDOMAN IBU HAMIL, IBU NIFAS DAN BAYI BARU


LAHIR, selama social distancing dilihat pada 15 september 2020

Purwoastuti dan Walyani.Asuhan kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.


Yogyakarta: Pustaka Baru

Nurliana M ansyur, (2014) S.ST Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Masa Nifas dilihat
pada 15 september 2020

Purwoastuti dan Walyani. 2015. Asuhan kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru
Rani Pratama Putri dan Dwita Oktaria Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD)
sebagai Alat Kontrasepsi MAJORITY I Volume 5/Nomor 4/Oktober 2016
I138

Stephen, S.J., Aryani, P. 2017. Gambaran perilaku pemakaian kontrasepsi pasca


persalinan pada wanita usia subur di desa gelgel, Klungkung-Bali. Intisari
Sains Medis 8(2): 144-146
World Health Organization, 2018 pedoman keluarga berencana, diakses pada 30
Oktober 2020
World Health Organization, 2018 keluarga berencana, diakses pada 30 oktober
2020
Yaumil Reza, Budaya nifas masyarakat Indonesia perlukah dipertahankan Fakultas
Kedokteran universitas sumatera utara, medan, Indonesia, eJKI Vol.6, No 1
april 2018
Yulia Rewsati Teja, Pande Sri Ariyantini GAMBARAN PENGGUNAAN KB IUD
PADA IBU PASCA MELAHIRKAN Ni Ketut Noriani JRKN Vol.01/No.
01/April-September/2017
Lampiran 1

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Dede Encu

NIM : 32722401D18009

Pembimbing : Nuur Octascriptiani, M. Keb

Judul : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Calon Akseptor KB IUD

NO Tanggal Materi yang di Saran Paraf


konsultasikan
1. 20 september 2020 BAB 1 Perbaiki latar belakang
2. 30 september 2020 BAB 1 ACC BAB 1
3. 30 september 2020 BAB 2&3 Perbaikan
Materi di BAB2&3
4. 3 oktober 2020 BAB 2&3 Perbaikan materi BAB 2&3
5. 13 oktober 2020 BAB 2&3 Perbaikan Materi BAB 2&3
6. 13 oktober 2020 BAB 2&3 Perbaikan
7. 15 oktober 2020 BAB 2&3 ACC BAB 2&3

8. 1 November 2020 BAB 3&4 Perbaikan Kasus dan


pembahasan kasus
9. 15 November 2020 BAB 3&4 Perbaikan Kasus, penulisan
dan pembahasan
10. 27 November 2020 BAB 3,4&5 Perbaikan penulisan,
pembahasan

11. 8 Desember 2020 BAB 4 Perbaikan Pembahasan dan


penulisan
12. 12 Desember 2020 BAB 4 Perbaikan penulisan
13.
Lampiran 1

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Dede Encu

NIM : 32722401D18009

Pembimbing : Hj. Wati Mulyawati, S. IP, S.ST, M. Kes

Judul : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Calon Akseptor KB IUD

NO Tanggal Materi yang di Saran Paraf


konsultasikan
1 20 september 2020 BAB 1 Perbaikan latar belakang
2 29 september 2020 BAB 1 ACC BAB 1
3 3 oktober 2020 BAB 2&3 Perbaikan materi dan
penulisan BAB 2&33
4 13 oktober 2020 BAB 2&3 Perbaikan penulisan
5 16 Oktober 2020 BAB 2&3 ACC
6 1 November 2020 BAB 3,4&5 Perbaikan penulisan,
kasus dan pembahasan
7 15 November 2020 BAB 3,4 &5 Perbaikan kasus,
pembahasan dan
penulisan
8 8 Desember 2020 BAB 3,4 & 5 Perbaikan penulisan
9 12 Desember 2020 BAB 3,4& 5 Perbaikan penulisan
10
Lampiran 2

LEFLET
Lampiran 3

Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai Alat


Kontrasepsi
Rani Pratama Putri1, Dwita Oktaria2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung
2
Bagian Ilmu Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung
Abstrak

Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah untuk mengatur laju


pertambahan penduduk di Indonesia dengan menggunakan metode
kontrasepsi. Kontrasepsi dibagi menjadi dua jenis, yaitu Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MJKP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non
MJKP). Intra Uterine Devices (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
merupakan salah satu kontrasepsi jangka panjang yang efektif, aman, dan
reversibel, dimana terbuat dari plastik atau logam kecil yang dililit dengan
tembaga dengan berbagai ukuran dan dimasukkan ke dalam uterus. Dari seluruh
metode kontrasepsi, akseptor kontrasepsi IUD di Indonesia mencapai 22,6%.
IUD memiliki efektifitas yang sangat tinggi dimana keberhasilannya mencapai
0,6 sampai 0,8 kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan IUD dengan 1
kegagalan dalam 125 sampai 170 kehamilan. Penggunaan kontrasepsi IUD harus
memperhatikan kontraindikasi dan efek sampingnya. Adapun kontraindikasi
pemasangan kontrasepsi IUD antara lain kehamilan, gangguan perdarahan,
peradangan alat kelamin, kecurigaan tumor ganas pada alat kelamin, tumor
jinak rahim, kelainan bawaan rahim, peradangan pada panggul, perdarahan
uterus yang abnormal, karsinoma organ-organ panggul, malformasi panggul,
mioma uteri terutama submukosa, dismenorhea berat, stenosis kanalis
servikalis, anemia berat dan gangguan koagulasi darah, dan penyakit jantung
reumatik. Sedangkan efek samping penggunaan kontrasepsi IUD yaitu spotting,
perubahan siklus menstruasi, amenorhea, dismenorhea, menorrhagea, fluor
albus, dan pendarahan post seksual.

Kata kunci: efek samping iud, intra uterine devices (iud), jenis iud, kontrasepsi

Effectivity of Intra Uterine Devices (IUD) as a Contraception Devices

Abstract

Keluarga Berencana (KB) is a government program to set the population rate in


Indonesia which use a contraceptive method. Contraception is divided into two
types, namely Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MJKP) and Non Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MJKP). Intra Uterine Devices (IUD) is one of
the longterm contraception that is effective, safe, and reversible, which is made
of plastic or metal with copper small ridden with various sizes and inserted into
the uterus. Users of IUD in Indonesia reached 22,6 % of all contraception
methods. IUD has a very high effectiveness in which reaching 0,6 to 0,8
pregnancies per 100 women that using IUD with one failure in 125 to 170
pregnancies. The things that must be considered of using IUD are the

MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I138


Lampiran 3

contraindications and the side effects. The contraindications of using IUD


include pregnancy, bleeding disorders, inflammation of genitals, suspicion of
malignant tumors on the genitals, benign tumors of the uterus, congenital
abnormalities of the uterus, inflammation of the pelvis, abnormal uterine
bleeding, carcinoma of the pelvic organs, malformed pelvis, myoma uteri
especially submucosal, dismenorhea severe cervical canal stenosis, severe
anemia and blood coagulation disorders, and rheumatic heart disease. While,
the side effects of using IUD are spotting, changes in menstruation cycle,
amenorhea, dismenorhea, menorrhagea, fluor albus, and bleeding sexual post.

Keyword: side effect of IUD, Intra Uterine Devices (IUD), type of IUD, contraception

Korespondensi: Rani Pratama Putri, alamat Jl. Darussalam gg. Murni No. 10b, HP
082175407119, email: ranipputri@gmail.com

Pendahuluan hubungan dengan umur suami istri serta


menentukan jumlah anak dan
Pertumbuhan penduduk Indonesia
mengalami peningkatan dari waktu
keluarga.1 Dalam mewujudkan Program
ke waktu. Untuk mengendalikan
KB, pemerintah menganjurkan
jumlah penduduk, pemerintah
masyarakat, khususnya para ibu, untuk
Republik Indonesia mencanangkan
menggunakan alat kontrasepsi yang tepat
Program Keluarga Berencana (KB).
sehingga dapat memiliki kontribusi dalam
Menurut World Health
meningkatkan kualitas penduduk.
Organisation (WHO) tahun 1970,
Kontrasepsi merupakan suatu alat
Keluarga Berencana merupakan
yang digunakan untuk mencegah
suatu tindakan yang diinginkan,
pertemuan antara sel telur (sel wanita)
mendapatkan kelahiran yang
yang matang dengan sel sperma (sel pria)
sangat diinginkan, mengatur
yang dapat menyebabkan kehamilan.2
interval di antara kehamilan,
Kontrasepsi umumnya dibagi menjadi dua
mengontrol waktu saat kelahiran
macam, yaitu Metode Kontrasepsi Jangka
membantu pasangan suami istri
Panjang (MKJP) dan Non Metode
untuk menghindari kehamilan yang
Kontrasepsi Jangka Panjang (Non
Tidak di inginkan dan mengontrol
MKJP).3MKJP meliputi jenis kontrasepsi
waktu saat kelahiran interval di
implan, intra uterine devices (IUD) atau
antara kehamilan, dalam
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),
metode operatif pria (MOP) seperti

MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I139


Lampiran 3

vasektomi, dan metode operatif wanita (MOW) seperti


tubektomi. Sedangkan Non

MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I140


Sedangkan Non MKJP meliputi 2009 Departemen Kesehatan memiliki
kondom, pil KB, suntik, dan metode rencana untuk meningkatkan metode
lainnya selain dalam MKJP.3 kontrasepsi jangka panjang yang salah
satu metodenya adalah metode IUD.
IUD merupakan kontrasepsi Di Indonesia KB IUD menempati posisi
yang dimasukkan ke dalam rahim ketiga alat kontrasepsi yang
yang terbuat dari bahan polietilen digunakan yaitu sebesar 6,2%,
dengan atau tanpa metal atau sedangkan di kota Bandung KB IUD
steroid.3 IUD sangat efektif untuk menempati posisi kedua setelah
menjarangkan kehamilan metode suntik dengan persentase
dibandingkan dengan metode 28,58%.4
kontrasepsi jangka panjang lainnya
seperti implan, tubektomi, dan IUD merupakan kontrasepsi
vasektomi. IUD merupakan metode jangka panjang yang dimasukkan ke
kontrasepsi jangka panjang yang dalam rahim yang terbuat dari plastik
paling banyak digunakan dalam elastis yang dililit tembaga atau
Program KB di Indonesia.2,3 campuran tembaga dengan perak.8
Pengguna IUD di Indonesia mencapai Lilitan logam menyebabkan reaksi anti
22,6% dari semua pengguna metode fertilitas dengan jangka waktu
kontrasepsi.4,5 Di samping penggunaan antara dua hingga
keefektifan menggunakan IUD, sepuluh tahun dengan metode
terdapat beberapa kerugian dalam kerjanya mencegah masuknya
penggunaannya, seperti perdarahan spermatozoa ke dalam saluran tuba.
(spotting) antarmenstruasi, nyeri haid IUD dapat dibedakan menjadi empat
yang berlebihan, periode haid lebih jenis:8,9 (1) Copper-T, jenis ini
lama, dan perdarahan berat pada berbentuk huruf T yang terbuat dari
waktu haid. Hal-hal tersebut polietilen yang bagian vertikalnya
memungkinkan terjadinya anemia diberi lilitan kawat tembaga halus
dan resiko lainnya.6 Setiap bulannya, Lilitan tembaga ini memiliki efek anti
wanita usia subur akan mengalami fertilitas yang cukup baik. Jenis ini
periode kehilangan darah akibat melepaskan levonorgestrel dengan
menstruasi. Penggunaan alat konsentrasi yang rendah selama
kontrasepsi berpengaruh minimal lima tahun. Dari hasil
terhadappengeluaran darah penelitian menunjukkan efektivitas
menstruasi pada wanita, termasuk yang tinggi dalam mencegah
IUD yang dapatmeningkatkan kehamilan yang tidak direncanakan
pengeluaran darah dua kali lipat saat maupun perdarahan menstruasi.
menstruasi.6 Periode menstruasi yang Kerugian metode ini adalah tambahan
berlangsung lebih lama dari lima hari terjadinya efek samping hormonal
dan menggunakan IUD, secara dan amenorrhea. (2) Copper-7,
independen berhubungan dengan berbeda dengan Copper-T, jenis IUD
nilai hemoglobin yang lebih rendah ini memiliki bentuk seperti angka “7”
(secara berturut-turut -0,15 sampai - dimana memiliki ukuran diameter
0,25 g/dl).7 batang vertikal 32 mm dan dililit
kawat tembaga dengan luas
Isi permukaan 200 mm2. Fungsi bentuk
Berdasarkan Rencana Pembangunan seperti angka “7” ini memudahkan
Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004- dalam pemasangan kontrasepsi. (3)
Multi Load, jenis Multi Load terbuat memerlukan kunjungan ulang; tidak
dari polietilen dengan dua tangan, mempengaruhi hubungan seksual;
kanan dan kiri, berbentuk seperti tidak memiliki efek samping
sayap yang fleksibel. Jenis ini memiliki hormonal; tidak mempengaruhi
panjang 3,6 cm dari atas hingga kualitas dan volume ASI; dapat
bawah dan lilitan kawat tembaga dipasang segera setelah melahirkan
memiliki luas permukaan 256 mm2 atau sesudah abortus dengan catatan
atau 375 mm2. Multi Load memiliki tidak terjadi infeksi; membantu
tiga ukuran yaitu standar, small, dan mencegah kehamilan ektopik; tidak
mini. (4) Lippes Loop, merupakan ada interaksi dengan obat- obatan;
jenis yang terbuat dari polietilen dapat digunakan hingga menopause.
berbentuk spiral atau huruf S Sedangkan kekurangan dari
bersambung. Lippes Loop terdiri dari penggunaan IUD antara lain:6,9
empat jenis yang berbeda menurut perubahan siklus haid, periode haid
ukuran panjang bagian atasnya, yaitu lebih lama, perdarahan atau spotting
tipe A berukuran 25 mm dengan antar menstruasi, nyeri saat haid.
benang berwarna biru, tipe B Dalam penggunaan IUD, terdapat
berukuran 27,5 mm dengan benang beberapa efek samping serta kondisi
berwarna hitam, tipe C berukuran 30 yang tidak diperbolehkan untuk
mm dengan benang berwarna kuning, menggunakan IUD. Kondisi-kondisi
dan tipe D berukuran 300 mm dengan yang tidak diperbolehkan
benang berwarna putih dan tebal. menggunakan IUD antara lain
Lippes Loop memiliki angka kegagalan kehamilan, gangguan perdarahan,
yang rendah. Keuntungan lain dari peradangan alat kelamin, kecurigaan
pemakaian jenis ini adalah apabila tumor ganas pada alat kelamin, tumor
terjadi perforasi jarang menyebabkan jinak rahim, kelainan bawaan rahim,
luka atau penyumbatan usus, sebab peradangan pada panggul,
terbuat dari bahan plastik. Jenis ini perdarahan uterus yang abnormal,
merupakan IUD yang banyak karsinoma organ-organ panggul,
digunakan. malformasi panggul, mioma uteri
terutama submukosa, dismenorhea
IUD memiliki cara kerja yang berat, stenosis kanalis servikalis,
menghambat kemampuan sperma anemia berat dan gangguan koagulasi
untuk masuk kedalam tuba falopii, darah, dan penyakit jantung
mempengaruhi fertilisasi sebelum 4
reumatik. Efek samping penggunaan
ovum mencapai cavum uteri, IUD antara lain:6,8,9 (1) Spotting:
mencegah sperma dan ovum bertemu keluarnya bercak-bercak darah di
karena jalannya terhalangi, dan antara siklus menstruasi, spotting
memungkinkan untuk mencegah akan muncul jika sedang kelelahan
implantasi telur dalam uterus.8 dan stress. Wanita yang aktif sering
Beberapa penelitian menunjukkan mengalami spotting jika
bahwa terdapat keuntungan dari menggunakan kontrasepsi IUD. (2)
penggunaan kontrasepsi ini, antara Perubahan siklus menstruasi: setelah
lain:10 efektifitasnya tinggi sekitar 0,6 pemasangan IUD, siklus menstruasi
sampai 0,8 kehamilan per 100 menjadi lebih pendek. Siklus
perempuan, kegagalan dalam 125 menstruasi yang muncul lebih cepat
sampai 170 kehamilan; segera efektif dari siklus normal rata-rata yaitu 28
saat terpasang di Rahim; tidak
hari dengan lama haid tiga sampai kelainan patologis, perdarahan
tujuh hari, biasanya siklus haid akan bekelanjutan serta perdarahan hebat,
berubah menjadi 21 hari. (3) maka lakukan konseling dan
Amenorhea: tidak didapat tanda- pemantauan. dapat menggunakan
tanda haid selama tiga bulan atau Ibuprofen untuk mengurangi
lebih. Penanganan efek samping perdarahan dan memberikan tablet
amenorhea adalah memeriksa apakah besi. IUD IUD akan menghambat
sedang hamil atau tidak. Apabila sperma bertemu dengan ovum
tidak, berikan konseling dan dengan bentuknya yang menghalangi
menyelidiki penyebab amenorhea jalan sperma hingga tuba falopii,
apabila dikehendaki dengan posisi sehingga tidak terjadi pembuahan dan
IUD tidak dilepas. Sedangkan apabila efektifitasnya tinggi, namun dapat
hamil, jelaskan dan berikan saran merubah pola dan periode haid serta
untuk melepas IUD apabila terdapat nyeri saat haid.
benangnya terlihat dan kehamilan Terdapat beberapa kontraindikasi
kurang dari 13 minggu.Jika benang penggunaan IUD antara lain
tidak terlihat atau kehamilan lebih kehamilan, gangguan perdarahan,
dari 13 minggu, IUD tidak dapat peradangan alat kelamin, kecurigaan
dilepas. Pasien yang sedang hamil dan tumor ganas di alat kelamin, tumor
ingin mempertahankan kehamilan jinak rahim, dan kelainan bawaan
tanpa melepas IUD maka dapat rahim. Efek samping penggunaan IUD
diberikan penjelasan mengenai resiko antara lain spotting, perubahan siklus
kemungkinan terjadinya kegagalan menstruasi,
kehamilan dan infeksi, serta amenorhaedismenorhea,
perkembangan kehamilan harus lebih menorrhagea, fluor albus, dan
diamati dan diperhatikan. (4) pendarahan post seksual.
Dismenorhea: munculnya rasa sakit memungkinkan dilepas apabila pasien
menstruasi tanpa penyebab organik. menghendaki, jika pasien telah
Penanganan dismenorhea adalah memakai IUD selama lebih dari tiga
memastikan dan menegaskan adanya bulan dan diketahui menderita
penyakit radang panggul (PRP) dan anemia dengan Hb <7 g/dl dianjurkan
penyebab lain dari kram otot perut, untuk melepas IUD dan membantu
serta menanggulangi penyebabnya memilih metode lain yang sesuai. (6)
apabila ditemukan. Berikan analgesik Fluor Albus: penggunaan IUD akan
apabila tidak ditemukan penyebabnya memicu rekurensi vaginosis bakterial
untuk sedikit meringankan rasa sakit. yaitu keadaan abnormal pada
Pasien yang sedang mengalami kram ekosistem vagina yang disebabkan
otot perut yang berat, hendaknya bertambahnya pertumbuhan flora
melepas IUD dan membantu pasien vagina bakteri anaerob menggantikan
untuk menentukan metode Lactobacillus yang mempunyai
kontrasepsi yang lain. (5) konsentrasi tinggi sebagai flora
Menorrhagia: perdarahan berat normal vagina. (7) Pendarahan post
secara berlebihan selama haid atau seksual: pendarahan post seksual ini
menstruasi (masa haid lebih dari disebabkan karena posisi benang IUD
delapan hari). Memastikan dan yang menggesek mulut rahim atau
menegaskan adanya infeksi pelvik dan dinding vagina sehingga menimbulkan
kehamilan ektopik. Apabila tidak ada pendarahan, akan tetapi pendarahan
yang muncul ini jumlahnya hanya IUD memiliki efektifitas yang
sedikit, pada beberapa kasus efek tinggi, dimana keberhasilannya 0,6-
samping ini menjadi pembenar bagi 0,8 kehamilan per 100 perempuan
akseptor untuk melakukan drop out, yang menggunakan IUD (1
terutama disebabkan dorongan yang kegagalan dalam 125 sampai 170
salah dari suami. kehamilan). Adapun hal yang harus
diperhatikan dalam penggunaan
IUD
Ringkasan
Intra Uterine Devices (IUD)
atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim yaitu kontraindikasi dan efek
(AKDR) merupakan kontrasepsi samping, sehingga para wanita yang
yang dimasukkan ke dalam rahim, akan menggunakan kontrasepsi
dimana terdapat untaian benang jenis ini tidak mengalami stress
sebagai pengontrol. Benang-benang akibat efek yang terjadi
ini memudahkan pelepasan alat
kontrasepsi dan memungkinkan Daftar Pustaka
seorang wanita memeriksa dirinya Suratun. Pelayanan keluarga berencana
secara berkala untuk memastikan dan kontrasepsi. Jakarta: Trans Info
apakah IUD tetap berada Media; 2008.
ditempatnya. Jenis IUD bermacam- Wa A, Machmudah, Nurullita U.
macam, diantaranya adalah Gambaran pola menstruasi pada
Copper-T, Copper- 7, Multi Load, akseptori Intra Uterine Device (IUD)
dan Lippes Loop. di wilayah kerja Puskesmas
IUD akan menghambat Kedungmundu Semarang.
sperma bertemu dengan ovum Jurnal Keperawatan Maternitas. 2013;
dengan bentuknya yang 1(1):28-36
menghalangi jalan sperma hingga Radita K. Faktor-faktor yang
tuba falopii, sehingga tidak terjadi mempengaruhi pemilihanjenis
pembuahan dan efektifitasnya kontrasepsi yang dihgunakan pada
tinggi, namun dapat merubah pola pasangan usia subur [skripsi].
dan periode haid serta terdapat Semarang: Universitas Diponegoro;
nyeri saat haid. Terdapat beberapa 2009.
kontraindikasi penggunaan IUD Badan Koordinasi Keluarga Berencana
antara lain kehamilan, gangguan Nasional (BKKBN). Perkembangan
perdarahan, peradangan alat pencapaian peserta KB baru
kelamin, kecurigaan tumor ganas di menurut alat kontrasepsi [internet].
alat kelamin, tumor jinak rahim, Jakarta: BKKBN; 2011 [diakses
dan kelainan bawaan rahim. Efek tanggal 11 April 2016]. Tersedia
samping penggunaan IUD antara dari: http//www.bkkbn.go.id/
lain spotting, perubahan siklus Badan Koordinasi Keluarga Berencana
menstruasi, amenorhae, Nasional (BKKBN). Target 2012, KB
dismenorhea, menorrhagea, diarahkan ke metoda jangka
fluor albus, dan pendarahan post panjang [internet]. Jakarta: BKKBN;
seksual. 2012 [diakses tanggal 11 April
Simpulan 2016].
Tersediadarihttp://www.bkkbn.go.i
d/ViewBerita.aspx? BeritaID=294
Prawirohardjo S. Buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo;
2003.
Hubacher D, Cardenas C, Hernandez D,
CM, Janowitz B. The costs and
benefits of IUD follow-up visits in
the Mexican Social Security
Institute. International Family
Planning Perspectives. Journal of
Peer Reviewed Research. 2001;
25(1):21.
Majid NK. Tentang kontrasepsi Intra
Uterine Device (IUD) di desa
Donoyudan kecamatan Kalijambe
kabupaten Sragen
[skripsi].Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2013.
Nilakusumawati DPE, Gde N. Studi
operasional peningkatan pemakaian
kontrasepsi IUD di provinsi Bali.
Jurnal Kependudukan dan
Pengembangan Sumber Daya
Manusia. 2012; 02(8):103- 113.
Saifuddin AB. Buku panduan praktis
pelayanan kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka; 2013.
Jurnal Kebidanan 11 (02) 105 - 201
Jurnal Kebidanan
http:// ejurnal.stikeseub.ac.id

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG


KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS DANUREJAN 2 KOTA
YOGYAKARTA

Dechoni Rahmawati 1), Elvika Fit Ari Shanti 2)

1) 2)
Prodi Kebidanan, Universitas Jenderal A. Yani Yogyakarta

E-mail: dechoni.aris@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Angka Kematian Bayi dan Balita di Indonesia dalam 5 tahun
terakhir yaitu 19/1000 kelahiran, sedangkan untuk Angka Kematian Pasca
Neonatal (AKPN) telah terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000
kelahiran hidup, angka kematian anak juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000
kelahiran hidup. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan penduduk indonesia
semakin meningkat. Oleh karena itu usaha untuk menekan laju pertumbuhan
sangatlah penting program-program yang ditawarkan pemerintah harus di
dukung oleh masyarakat seperti halnya KB, penggunaan alat kontrasepsi,
penundaan usia perkawinan dan lain-lain. Sehingga penurunan laju
pertumbuhan penduduk diharapkan menurun. Tujuan: Untuk mengetahui
gambaran pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang kontrasepsi IUD di
wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat Danurejan 2, Yogyakarta. Metode
Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan 70 responden.
Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pengetahuan WUS tentang
kontrasepsi IUD dikategorikan tingkat pengetahuan baik sebanyak 49 responden
(70,0%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (20,0%), dan
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (10,0%). Kesimpulan:
Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang kontrasepsi IUD di area kerja
Puskesmas Danurejan 2 di Kota Yogyakarta, sebagian besar responden memiliki
pengetahuan baik 49 responden (10,0%).

Kata kunci: Pengetahuan, Wanita Usia Subur (WUS), Kontrasepsi

DESCRIPTIVE STUDY OF MOTHER’S KNOWLEDGE ABOUT LEVEL IUD CONTRACEPTION


IN DANUREJO COMMUNITY HEALTH CENTER 2, YOGYAKARTA CITY
ABSTRACT

Background: Infant and Toddler Mortality in Indonesia in the last 5 years, which is

19/1000 births, while for Post-Neonatal Mortality Rates (AKPN) there has been a

decrease from 15/1000 to 13/1000 live births, the child mortality rate has also

dropped from 44 / 1000 to 40/1000 live births. This resulted in increasing

population of Indonesia. Therefore, efforts to reduce the rate of growth are very

important programs offered by the government must be supported by the

community such as family planning, the use of contraception, delaying the age of

marriage and others. So that the decline in population growth rate is expected to

decrease. Objective: To find a picture of the knowledge of women of childbearing

age (WUS) about contraceptive IUDs in the work area of the Danurejan Public

Health Center 2, Yogyakarta. Research Methods: This type of research is

quantitative descriptive research. The sampling technique used purposive

sampling with 70 respondents. Data analysis uses univariate analysis. Results: The

results showed that based on the level of knowledge of WUS about contraceptive

IUD categorized the level of good knowledge as many as 49 respondents (70,0%),

the level of knowledge was as much as 14 respondents (20,0 %), and the level of

knowledge was less as much as 7 respondents (10,0 %). Conclusion: Knowledge of

Fertile Age Women about IUD contraception in the work area of the Danurejan 2

Public Health Center in Yogyakarta City, most of the respondents had good

knowledge of 49 respondents (70,0%).

Keywords: Knowledge, Fertile Age Women (WUS), IUD Contraception


PENDAHULUAN
Keluarga Berencana (KB) merupakan,
program yang bertujuan untuk Pelayanan KB menyediakan informasi,
mengatur atau mengontrol jumlah pendidikan, cara bagi laki-laki dan
penduduk dengan cara mengurangi perempuan untuk dapat merencanakan
jumlah anak yang dilahirkan oleh kapan akan mempunyai anak , serta
perempuan, dengan pengaturan jumlah kapan akan berhenti mempunyai anak.
anak tersebut diharapkan keluarga yang Program Keluarga Berencana dilakukan
mengikuti program ini dapat dalam rangka mengatur jumlah
meningkatkan kesejahteraan dan kelahiran atau menjarangkan kelahiran.
kualitas kehidupan mereka. (suratun, Sasaran program KB adalah Pasangan
2008. Marmi, 2016). Usia Subur (PUS) yang lebih
dititikberatkan pada kelompok Wanita
Berdasarkan data World Health Usia Subur (WUS) yang berada pada
Statistics tahun 2016, proporsi wanita kisaran usia 15-49 tahun (Depkes RI,
usia 15-49 melaporkan penggunaan 2014).
metode kontrasepsi modern telah
meningkat pada tahun 2008 dan 2015. Metode kontrasepsi yang tersedia di
Di Afrika akseptor yang menggunakan Indonesia saat ini untuk menunda
kontrasepsi modern dari 23,6% menjadi kehamilan, menjarangkan dan
28,5%, di Asia telah meningkat sedikit menghentikan kehamilan meliputi
dari 60,9% menjadi 61,8%, dan di Metode Amenore Laktasi (MAL),
Amerika Latin dan Karibia itu tetap Metode Keluarga Berencana Alamiah
stabil pada 66,7%. Negara indonesia (KBA), Senggama Terputus, Metode
dibandingkan Negara lainnya data dari Barier, Kontrasepsi Pil, Kontrasepsi
Susenas (2017), menyatakan bahwa Suntik, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
penggunaan kontrasepsi pada tahun (AKDR)/IUD (Intra Uteri Device), Alat
2016 sebesar 68,24% dan meningkat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), dan
pada tahun 2017 sebesar 70,06% Kontrasepsi Mantap. (Marmi, 2016).
namun pada tahun 2018 terjadi
Angka kelahiran di Indonesia
penurunan pemakainan alat kontrasepsi
merupakan salah satu masalah besar
sebesar 68,75%.
dan memerlukan perhatian khusus
Keluarga Berencana merupakan salah dalam penanganannya, laju
satu cara yang paling efektif untuk peningkatan penduduk pada tahun
meningkatkan ketahanan keluarga, 2016 sebesar 260.665.574 jiwa, jumlah
kesehatan, keselamatan ibu dan anak. penduduk indonesia berada pada
urutan keempat terbesar setelah Cina,
India, Amerika Serikat (Profil Kesehatan
Indonesia,
2015). Salah satu bentuk perhatian kembali kesuburannya, kontrasepsi
khusus yang di berikan oleh pemerintah yang kurang diminati oleh akseptor
dalam menanggulangi angka kelahiran KB adalah IUD. Kabupaten Kota
yangtinggi adalah dengan melaksanakan Yogyakarta jumlah peserta KB aktif
pembangunan Keluarga Berencana sebanyak 46.370 akseptor. KB IUD
secara komprehensif. Solusi yang 10.701 akseptor, MOP sebanyak 201
ditempuh dari pelaksana program KB akseptor, MOW sebanyak 2.223
sendiri yaitu penggunaan metode akseptor, Implan sebanyak 1.158
kontrasepsi jangka panjang (MKJP).. akseptor. Peserta KB IUD di Kecamatan
Kontrasepsi ini sangat diprioritaskan Danurejan adalah 462, merupakan
pemakaiannya oleh BKKBN. Hal ini angka terendah dari pada kecamatan
dikarenakan keefektifannya cukup lainnya (Dinkes DIY, 2017).
tinggi (BKKBN, 2016 ).
Presentase akseptor KB baru di
Indonesia yaitu akseptor KB Kondom METODE
sebanyak (5,47%), Pil sebanyak
(26,36%), Suntik sebanyak (49,93%), Jenis penelitian ini merupakan
IUD sebanyak (6,81%), Implan sebanyak penelitian deskriptif kuantitatif.
(9,63%), MOW sebanyak (1,64%), MOP Metode yang digunakan adalah metode
sebanyak (0,16%). Presentase perserta kuantitatif, penelitian ini dilakukan
KB aktif di Indonesia yaitu akseptor KB dengan cara memilih responden yang
Kondom sebanyak (3,16%), Pil sebanyak sesuai dengan kriteria yang telah
(23,60%), Suntik sebanyak (47,78%), ditetapkan kemudian akseptor
IUD sebanyak (10, 73%), Implan diberikan beberapa pertanyaan
sebanyak (10,58%), MOW sebanyak tentang KB IUD dan kemudian hasil
(3,49%), MOP sebanyak (0,65%). Dari dari jawaban responden diolah
data tersebut KB IUD dan Implan dan dideskripsikan terkait studi
merupakan MKJP yang dapat deskriptif tingkat pengetahuan Ibu
digunakan oleh wanita usia subur yang tentang alat kontrasepsi IUD di
masih mempunyai program ingin Puskesmas Danurejan 2 Kota
memiliki anak, sehingga apabila setelah Yogyakarta. Variabel dalam penelitian
menggunakan kotrasepsi dapat segera ini adalah variabel tunggal yaitu
pengetahuan Ibu tentang alat
kontrasepsi IUD.
Tabel 1 Definisi operasional variable penelitian

Variabel Definisi Kriteria Alat Ukur Skala


Operasional
Pengetahuan Kemampuan ibu Baik:76%- 100% Kuisioner Ordinal
ibu tentang untuk menjawab Cukup:56%- 75%
kontrasepsi pertanyaan secara Kurang:<56
IUD benar. Pengetahuan %
Ibu tentang :
a. Pengertian IUD
b. Indikasi IUD
c. Kontraindikasi IUD
d. Mekanisme kerja
IUD
e. Keuntungan IUD
f. Kerugian IUD
g. Efek samping IUD

Pada penelitian ini populasinya adalah Akseptor KB yang ada di Puskesmas


Danurejan 2 Kota Yogyakarta dengan jumlah 736 akseptor KB. Pengambilan
sampel diambil dengan teknik Nonprobability sampling dilaksanakan secara
Accidental sampling dengan 70 responden.

IRT 45 64,2
HASIL DAN
PEMBAHASAN Swasta 7 10,0
Wiraswasta 10 14,2
Tabel 2 Distribusi Frekuensi PNS 4 10,8
Responden Buruh 4 0,8
Jumlah 7- 100.0
Karakteristik Responden F (%) Sumber: Data Primer, (2017
Umur:
< 20 tahun 0 0
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat
20-35 tahun 70 100.0
> 35 tahun 0 0 diketahui bahwa karakteristik
responden berdasarkan umur semua
Jumlah 70 100.0
berada pada kelompok umur 20-35
Pendidikan Terakhir: tahun sebanyak 70 responden
SD 5 7,2 (100.0%), sebagian besar pendidikan
SMP 10 14,2 terakhir adalah SMA sebanyak 50
SMA 50 71,4 responden (71,4%), dan sebagian
Perguruan Tinggi 5 7,2
besar bekerja sebagai IRT sebanyak
Jumlah 70 100.0 45 responden (64,2%) berdasarkan
Pekerjaan: umur semua berada pada kelompok
umur 20-35 tahun sebanyak 70 Kategori Frekuensi Presentase
responden (100.0%), sebagian besar (n) (%)
pendidikan terakhir adalah SMA
Baik 15 21.4
sebanyak 50 responden
Cukup 40 57,2
Tabel 4. Distribusi frekuensi Kurang 15 21.4
berdasarkan Pengertian dan Jenis Jumlah 70 100.0
Kontrasepsi IUD Sumber: Data Primer, (2017)

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui


Frekuensi Presentase bahwa tingkat pengetahuan WUS
Kategori
(n) (%) tentang kontrasepsi IUD berdasarkan
Baik 50 71,4 Indikasi dan Kontraindikasi kontrasepsi
Cukup 15 21,4 IUD sebagian besar mempunyai tingkat
Kurang 5 7,2 pengetahuan cukup yaitu sebanyak 40
Jumlah 70 100.0 responden (57.2%).
Sumber: Data Primer, (2017) Tabel 7 Distribusi frekuensi berdasarkan
Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi
IUD
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui
Frekuensi Presentase
bahwa tingkat pengetahuan WUS Kategori
(n) (%)
tentang kontrasepsi IUD berdasarkan Baik 45 64,2
pengertian dan jenis kontrasepsi IUD Cukup 21 30,0
sebagian besar mempunyai tingkat Kurang 4 5,8
pengetahuan baik yaitu sebanyak 50 Jumlah 70 100.0
responden (71,4%).
Sumber: Data Primer, (2017)
Tabel 5. Distribusi frekuensi
berdasarkan Mekanisme Kerja dan
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui
Efektifitas Kontrasepsi IUD
bahwa tingkat pengetahuan WUS
tentang kontrasepsi IUD berdasarkan
Frekuensi Presenta
Kategori Keuntungan dan Kerugian kontrasepsi
(n) se
(%)
IUD sebagian besar mempunyai tingkat
Baik 55 78,5 pengetahuan baik yaitu sebanyak 45
responden (64.2%).
Cukup 7 10,0 Tabel 8 Distribusi frekuensi berdasarkan
Kurang 8 11,5 Efek Samping dan Waktu Pemasangan
Jumlah 70 100.0 Kontrasepsi IUD
Sumber: Data Primer, (2017) Kategori Frekuensi Prese
(n) ntase
(%)
Berdasarkan tabel 5 diketahui tingkat Baik 50 71,4
pengetahuan WUS berdasarkan Cukup 14 20,0
Kurang 6 8,6
mekanisme kerja dan efektifitas
Jumlah 70 100.
kontrasepsi IUD sebagian besar 0
mempunyai tingkat pengetahuan baik Sumber: Data Primer, (2017)
yaitu 55 responden (78.5%).
Tabel 6. Distribusi frekuensi Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui
berdasarkan Indikasi dan Kontraindikasi bahwa tingkat pengetahuan WUS
Kontrasepsi IUD tentang kontrasepsi IUD berdasarkan
Efek Samping dan Waktu Pemasangan mutlak berpengetahuan rendah
kontrasepsi IUD sebagian besar pengetahuannya. Karena pengetahuan
mempunyai tingkat pengetahuan baik dapat diperoleh dari pendidikan formal
yaitu sebanyak 50 responden (71,4%). maupun informal. Tingkat pengetahuan
PEMBAHASAN

1.Studi deskriptif pengetahuan wanita responden tentang kontrasepsi IUD


usia subur tentang kontrasepsi IUD berdasarkan pekerjaan menunjukkan
Berdasarkan analisis hasil penelitian bahwa sebagian besar berada pada
yang dilakukan di Puskesmas Danurejan kelompok Ibu Rumah Tangga (IRT)
2 Kota Yogyakarta dengan jumlah 70 dengan pengetahuan baik sebanyak 34
responden diketahui bahwa besar responden (46.6%). Hal ini tidak sesuai
responden merupakan WUS dengan dengan teori Notoadmodjo (2014)
tingkat pengetahuan tentang bahwa seseorangd engan status
kontrasepsi IUD kategori baik sebanyak ekonomi yang baik akan lebih mudah
49 responden (70,0%). mendapatkan informasi karena
Hasil penelitian ini sesuai dengan adanya status ekonomi yang baik akan
penelitian Sujarwo (2013) bahwa mempunya fasilitas yang baik, karena
pendidikan diperlukan untuk mendapat walaupun WUS mempunyai
informasi yang dapat memperbanyak pekerjaan IRT mereka tetap berbagi
informasi sehingga menunjang informasi dan sering mengikuti
kesehatan dan dapat meningkatkan posyandu. Pengetahuan WUS tentang
kualitas hidup Tingkat Pengetahuan kontrasepsi IUD mayoritas kategori baik
WUS Tentang Kontrasepsi IUD sebanyak 49 responden (70,0%), hal ini
berdasarkan umur menunjukkan bahwa tidak sesuai dengan rencana penelitian
tingkat pengetahuan tentang dikarenakan keseluruhan hasil
kontrasepsi IUD semua berada pada penelitian ini kurangnya pengguna KB
kelompok umur 20-35 tahun sebanyak IUD bukan di sebabkan karena
70 responden (100.0%).Berdasarkan rendahnya pengetahuan dari WUS
tingkat pengetahuan responden tersebut.
tentang kontrasepsi IUD salah satu 1. Pengetahuan wanita usia subur
faktor yang mempengaruhi yaitu berdasarkan pengertian dan jenis
pendidikan, hasil penelitian kontrasepsi IUD Hasil penelitiantingkat
menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuanWUS berdasarkan
tingkat pengetahuan tentang pengertian dan jenis kontrasepsi IUD
kontrasepsi IUD berada pada responden Di wilayah kerja Puskesmas
yang berpendidikan SMA dengan Danurejan 2Yogyakartamenunjukkan
pengetahuan baik sebanyak 50 (74%). bahwapengetahuan WUS tentang
Pada umumnya semakin tinggi pengertian dan jenis kontrasepsi
pendidikan seseorang maka semakin IUDSebagian besar mempunyai tingkat
mudah menerima informasi. Hal ini pengetahuan baik yaitu sebanyak 50
sejalan dengan penelitian ini karena responden (75,3%)
tingkat pendidikan Wanita Usia Subur / Menurut Budiman dan Riyanto
WUS sebagian besar berpendidikan (2014) faktor yang mempengaruhi
SMA yang pengetahuannya baik. Namun pengetahuan adalah informasi, jika
perlu ditekankan bahwa seseorang yang sesorang sering mendapat informasi
berpendidikan rendah tidak berarti mengenai suatu pembelajaran maka
akan menambah penelitian Kusumawati (2013), bahwa
pengetahuandanwawasannya.Informasi responden mempunyai pengetahuan
yang diperoleh masyarakat mengenai baik dikarenakan mempunyai usia yang
pengertian dan jenis-jenis kontrasepsi reproduktif berkisar antara 20-35
IUD melalui Pendidikan formar maupun tahun, sehingga dapat menerima
informal misalnya penyuluhan dari informasi dengan baik.
tenaga kesehatan yang akhirnya akan 3. Pengetahuan wanita usia subur
membuat persepsi WUS yang ada di berdasarkan indikasi dan kontraindikasi
wilayah kerja Puskesmas Danurejan 1 kontrasepsi IUD Hasil penelitian tingkat
Kota yogyakarta menjadi lebih baik dan pengetahuan WUS berdasarkan indikasi
tidak hanya mendengar informasi yang dan kontraindikasi kontrasepsi IUD di
berdampak negatif, serta dapat ikut wilayah kerja Puskesmas Danurejan 2
serta menggerakkan program KB Yogyakarta menunjukkan bahwa
dengan metode jangka panjang. pengetahuan WUS terhadap indikasi
Pengetahuan wanita usia subur dan kontraindikasi kontrasepsi IUD
berdasarkan mekanisme kerja sebagian besar mempunyai tingkat
danefektifitas kontrasepsi IUD pengetahuan cukup sebanyak 40
Hasil penelitian tingkat responden (57.1%).Menurut Marmi
pengetahuan WUS berdasarkan (2016) adapun Cara kerja dari KB IUD
mekanisme kerja dan efektifitas IUD menurut Marmi (2016) yaitu
kontrasepsi IUD di wilayah kerja terutama bekerja untuk mencegah
Puskesmas Danurejan 2 Yogyakarta sperma dan ovum
menunjukkan bahwa pengetahuan WUS bertemu,Gangguan/terlepasnyablastocy
tentang mekanisme kerja dan efektifitas st yang telah berimplantasi di dalam
kontrasepsi IUD sebagian besar endometrium, Mempengaruhi fertilisasi
mempunyai tingkat pengetahuan baik sebelum ovum mencapai cavum uteri,
sebanyak 55 responden (78,5%).Cara dan IUD yang menghasilkan hormon
kerja dari KB IUD IUD menurut Marmi sehingga lendir serviks dapat menjadi
(2016) yaitu terutama bekerja untuk lebih kental/tebal karena pengaruh
mencegah sperma dan ovum bertemu, progestin kemudian menghalangi
Gangguan/terlepasnya blastocyst yang sperma masuk. Kontrasepsi IUD tipe T
telah berimplantasi di dalam efektifitasnya sangat tinggi yaitu
endometrium, Mempengaruhi fertilisasi berkisar antara 0,6-0,8 kehamilan per
sebelum ovum mencapai cavum uteri, 100 perempuan dalam 1 tahun pertama
dan IUD yang menghasilkan hormon (1 kegagalan dalam 125-170
sehingga lendir serviks dapat menjadi kehamilan). Sedangkan IUD dengan
lebih kental/tebal karena pengaruh progesteron antara 0,5-1 kehamilan per
progestin kemudian menghalangi 100 perempuan pada tahun pertama
sperma masuk. Kontrasepsi IUD tipe T penggunaan.
efektifitasnya sangat tinggi yaitu Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
berkisar antara 0,6-0,8 kehamilan per Kusumawati (2013), bahwa responden
100 perempuan dalam 1 tahun pertama mempunyai pengetahuan baik
(1 kegagalan dalam 125-170 dikarenakan mempunyai usia yang
kehamilan). Sedangkan IUD dengan reproduktif berkisar antara 20-35
progesteron antara 0,5-1 kehamilan per tahun, sehingga dapat menerima
100 perempuan pada tahun pertama informasi dengan baik
penggunaan. Hal ini sesuai dengan hasil
4. Pengetahuan wanita usia subur masyarakat sekitar berbaur, berbagi
berdasarkan indiksi dan informasi yang ditemukan atau hal
kontraindikasi kontrasepsi IUD Hasil - hal baru, jadi dapat dikatakan wajar
penelitian tingkat pengetahuan WUS apabila tingkat pengetahuan WUS
berdasarkan indikasi dan kontraindikasi berdasarkan indikasi dan kontraindikasi
kontrasepsi IUD di wilayah kerja kontrasepsi IUD dalam kategori cukup.
Puskesmas Danurejan 2 Yogyakarta 5.Pengetahuan wanita usia subur
menunjukkan bahwa pengetahuan WUS berdasarkan keuntungan dan kerugian
terhadap indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi IUD.Hasil penelitian tingkat
kontrasepsi IUD sebagian besar pengetahuan WUS berdasarkan
mempunyai tingkat pengetahuan cukup keuntungan dan kerugian kontrasepsi
sebanyak 40 responden (57.1%). IUD di wilayah kerja Puskesmas
Menurut Marmi (2016) adapun indikasi Danurejan 2 Yogyakarta
IUD atau WUS yang dapat menunjukkan bahwa pengetahuan WUS
menggunakan yaitu pada usia mnegenai keuntungan dan kerugian
reproduksi, Ibu menyusui yang ingin kontrasepsi IUD sebagian besar
mengunakan kontrasepsi, Penderita mempunyai tingkat pengetahuan baik
tumor jinak maupun ganas pada sebanyak 45 responden (64.2%). Hal ini
payudara, Pusing - pusing atau nyeri sesuai dengan hasil penelitian
kepala, Gemuk ataupun kurus, dan Kusumawati (2013), bahwa responden
Setelah abortus atau serta tidak lagi mempunyai pengetahuan baik
terlihat adanya infeksi. Kontraindikasi dikarenakan mempunyai pendidikan
IUD atau WUS yang tidak dapat yang tinggi. Menurut Notoadmodjo
menggunakan yaitu dalam masa (2012), pendidikan adalah sutau usaha
kehamilan atau prasangkaan kehamilan, untuk mengembangkan kepribadian
Partner seksual yang banyak, Darah dan kemampuan di dalam dan diluar
haid yang banyak atau perdarahan sekolah dan berlangsungnya seumur
bercak (Spotting), Anemia, Infeksi hidup. Semakin tinggi tingkat
vagina, dan adanya perdarahan vagina pendidikan seseorang mampu dengan
yang belum jelas penyebabnya, serta mudah menerima dan memahami
usia pemakai masih sangat muda dan informasi, ide-ide dan teknologi yang
rawan terjangkit IMS, karena tingkat baru.
aktivitas seksual yang sangat tinggi. 6.Pengetahuan wanita usia subur
Menurut Budiman dan Riyanto (2014), berdasarkan efek samping dan waktu
faktor yang mempengaruhi pemasangan kontrasepsi IUD Hasil
pengetahuan adalah lingkungan, penelitian tingkat pengetahuan WUS
lingkungan berpengaruh terhadap berdasarkan efek samping dan waktu
proses masuknya pengetahuan hal ini pemasangan kontrasepsi IUD di wilayah
disebabkan karena adanya interaksi kerja Puskesmas Danurejan 2
sosial yang akan direspon sebagai Yogyakarta menunjukkan bahwa
pengetahuan oleh setiap individu. pengetahuan WUS tentang efek
Interaksi sosial WUS pada saat di samping dan waktu pemasangan
Lingkungan sekitar wilayah kerja kontrasepsi IUD sebagian besar
Puskesmas Danurejan 1 Kota mempunyai tingkat pengetahuan baik
Yogyakarta dapat dategorikan cukup sebanyak 50 responden (71.4%). Hal ini
baik karena apabila pada saat sore hari sesuai dengan Notoadmodjo (2014),
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan responden (57,1%), tentang
penginderaan terhadap suatu objek keuntungan dan kerugian kontrasepsi
tertentu. Pengindraan terjadi melalui IUD mempunyai pengetahuan baik yaitu
pancaindra manusia, yakni indra sebanyak 45 responden (64,2%),
penglihatan, pendengaran, penciuman, tentang efek samping dan waktu
rasa dan raba. Sebagian besar pemasangan kontrasepsi IUD
pengetahuan manusia diperoleh melalui mempunyai pengetahuan baik yaitu
mata dan telinga. WUS terbanyak di sebanyak 50 responden (71.4%).
wilayah kerja Puskesmas Danurejan 2
Kota Yogyakarta mempunyai tingkat DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan yang baik mengenai efek
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian
samping dan waktu pemasangan
Suatu Pendekatan Praktik.
kontrasepsi IUD, dari wawancara
Jakarta: Rineka Cipta.
penelitian kepada WUS semakin banyak
mendengar informasi mengenai efek Arsiah. (2012). Gambaran
samping dari IUD maka akan takut Penegetahuan Wanita Usia Subur
untuk menggunakan IUD karena takut Tentang AKDR Di Puskesmas
IUD nya terlepas, perdarahan, sakit Cikole Kabupaten Pandeglang
perut, menstruasi jadi lebih banyak, Tahun 2012. Karya Tulis Ilmiah
sakit saat berhubungan seksual. STIKES Medistra Indonesia.
Diharapkan petugas kesehatan lebih
mampu mengolah atau memberikan Affandi, Biran. dkk. (2012). Buku
informasi Panduan Praktis Pelayanan
yang labih baik kepada masyarakat. Kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT
Bina pustakasarwono
PENUTUP prawirohardjo.

BKKBN. (2016). Laporan Kinerja Instansi


Kesimpulan berdasarkan hasil Pemerintah Tahun 2015.
penelitiantentang Gambaran Yogyakarta: BKKBN.
Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS)
Tentang Kontrasepsi IUD di Wilayah Budiman dan Riyanto. (2014). Kapita
Kerja Puskesmas Danurejan 2 Kota Selekta Kuesioner, Pengetahuan
Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai dan Sikap dalam Peneitian
berikut: Pengetahuan WUS tentang Kesehatan. Jakarta. Salemba
kontrasepsi IUD sebagian besar Medika
responden mempunyai pengetahuan
baik yaitu sebanyak 49 responden Depkes RI, 2014. Profil Kesehatan
(70,0%), tentang pengertian dan jenis- Indonesia Tahun 2014. Tersedia
jenis kontrasepsi IUD mempunyai dalam Depkes.go.id. Di akses pada
pengetahuan baik yaitu sebanyak 50 16 Desember 2016.
responden (75,3%), tentang mekanisme
kerja dan efektifitas kontrasepsi IUD Dinas kesedahatan DIY. (2016). Profil
mempunyai pengetahuan baik yaitu Kesehatan Daerah Istimewa
sebanyak 55 responden (78.5%), Yogyakarta Tahun 2016.
tentang indikasi dan kontraindikasi Yogyakarta: Dinas kesehatan DIY.
kontrasepsi IUD mempunyai
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 40
Handayani, S.(2010) Buku Ajar
Pelayanan Keluarga
Berencana.Yogyakarta: Pustaka
rihama.

Hidayat, A. (2014). Metode Penelitian


Kebidanan Dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba medika.

Kementrian Kesehatan RI. (2015).


Rencanastrategis Kementrian
kesehatan tahun 2015-2019.
Tersediadalam Depkes.go.id. Di
akses pada 05 Januari 2017.

Kusumawati, A. (2013). Gambaran


Pengetahuan Ibu MultiparaTentang
Kontrasepsi Iud Di Desa Sidaharja
Wilayah Kerja Puskesmas Jatibogor.
Karya Tulis Ilmiah Politeknik
Harapan Bersama.

Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori


Untuk Kajian Pustaka Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
medika.

Marmi. (2016). Buku Ajar Pelayanan KB.


Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Nasir, Abd. Dkk. (2011). Buku Ajar


Metodologi Penelitian Kesehatan,
Konsep Pembuatan Karya Tulis Dan
Thesis Untuk Mahasiswa
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dede Encu

Alamat : Kp. Cikaret RT 001/ RW 002 Desa Hegarmanah

kec, sagaranten, Kabupaten sukabumi,

provinsi jawa barat

Tempat tanggal lahir : Sukabumi, 30 Agustus 2000

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Email : dedeencu76@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
a. SD : SDN Negri Cibali, Lulus Tahun , 2012

b. SMP : SMPN Negri 3 Curugkembar, Lulus Tahun, 2015


c. SMA : SMAN Negeri 1 Sagaranten, Lulus Tahun, 2018

d. Pada tahun 2018 sampai 2021 mengikuti pendidikan Di STIKES

sukabumi Program Studi Diploma III Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai