Anda di halaman 1dari 98

SKRIPSI

GAMBARAN PRAKTEK PENGASUHAN ORANG TUA PADA


ANAK STUNTING SELAMA MASA PANDEMI COVID-19
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENIMBUNG
KABUPATEN LOMBOK BARAT

OLEH :

RINULIA ANDISVA
089 STYC 16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
SKRIPSI

GAMBARAN PRAKTEK PENGASUHAN ORANG TUA PADA


ANAK STUNTING SELAMA MASA PANDEMI COVID 19 DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENIMBUNG KECAMATAN
GUNUNG SARI KABUPATEN LOMBOK BARAT

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.kep)


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang S1 STIKES YARSI Mataram

OLEH :
RINULIA ANDISVA
089 STYC 16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
SKRIPSI

GAMBARAN PRAKTEK PENGASUHAN ORANG TUA PADA


ANAK STUNTING SELAMA MASA PANDEMI COVID 19 DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENIMBUNG KECAMATAN
GUNUNG SARI KABUPATEN LOMBOK BARAT

PENELITIAN STUDY

OLEH :

RINULIA ANDISVA
089 STYC 16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
“MOTTO”
Satu Hari Kau Menunda Revisian Mu Sama Dengan Satu
Minggu Kau Menunda Wisuda Mu

Karna Penyesalan Tak Hadir Di Awal Waktu

(Rinulia Andisva)

Jadilah Seperti pohon yang tumbuh dan berbuah lebat.

Dilempari dengan batu, tetapi ,membalasnya dengan buah

(Bediuzzaman Said Nur)

Dengan berkata jujur kita akan mendapatkan 3 hal yaitu


KEPERCAYAAN, CINTA dan RASA HORMAT

(sayidina Ali Bin Abi Tahlib)

Sebaik-baik karunia adalah akal, dan seburuk-buruk musibah


adalah kebodohan & penyesalan
(Aa Gym )

Dan bahwasannya seorang manusia tidak memperoleh selain


apa yang telah diusahakan

(Q.S. An Najm:39)

3
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rinulia Andisva

Nim : 089 STYC 16

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa proposal ini adalah hasil karya saya

sendiri dan jika dikemudian hari terbukti melakukan plagiat terhadap karya

orang lain maka saya bersedia menerima sanksi dari institusi.

Mataram, Agustus 2020

Rinulia Andisva
089 STYC 16

4
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Tahun :

Pembimbing I : Eka Adithia Pratiwi, S.Kep, Ners, M.Kep ( )


NIK : 3031091

Pembimbing II : Lalu Dedy Supriatna, S.Kep., M.Kes ( )


NIK : 1100427

Mengetahui
Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang S1
Ketua

(Supriyadi, S.Kep., Ners., M.Kep)


NIK : 3030853

5
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui pada :


Hari :
Tanggal :
Tahun :

Penguji 1 : Baiq Nurul Hidayati, Ners.,M.Kep (________________)


NIK : 3031093

Penguji 2 : Eka Adithia Pratiwi, S.Kep., Ners., M.Kep ( )


NIK : 3031091

Penguji 3 : Lalu Dedy Supriatna, S.Kep., M.Kes ( )


NIK : 1100427

Mengetahui
Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang S.1
Ketua

(Supriyadi, S.Kep., Ners., M.Kep)


NIK : 3030853

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbinganNya saya dapat menyelesakan skripsi dengan judul “Gambaran

praktek pengasuhan Orang Tua Pada Anak Stunting Selama Masa

Pandemi Covid 19 Di Wilayah Kerja puskesmas Penimbung

Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat” dapat terselesaikan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan (S.Kep) pada program Studi Ilmu S1 Keperawatan STIKES Yarsi

Mataram.

Bersamaan dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada ibu Eka Adithia Pratiwi,

S.Kep,Ners, M.Kep, selaku pembimbing 1 dan Bapak Lalu Dedy Supriatna,

S.Kep., M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah banyak memberikan masukan dan

motivasi selama penulisan skripsi ini. Tidak lupa pula saya sampaikan banyak

terimaksih kepada :

1. H.Zulkahfi, S.Kep, Ners, M.Kes selaku Ketua STIKES Yarsi Mataram yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan.

2. Supriyadi, S.Kep., Ners., M.Kep selaku ketua Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan STIKES Yarsi Mataram yang telah memberikan kesempatan dan

semangat kepada kami untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S1

Ilmu Keperawatan.

7
3. Winda Nurmayani, Ners, MPH dan Fitri Romadonika., Ners., M.Kep selaku

dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan

semangat hingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

4. Baiq Nurul Hidayati, Ners.,M.Kep selaku penguji 1 yang telah banyak

memberikan masukan dan motivasi selama penulisan skripsi ini.

5. Ns Akhmad Juaini, S.Kep Kepala Puskesmas Penimbung yang telah

memberikan izin dan telah banyak membantu peneliti dalam melakukan

penelitian sampai selesai.

6. Kedua orang tua tersayang, bapak (Mahsun) dan ibu (Zarniati) terimakasih

yang tak terhingga atas segala pengorbanan, kesabaran dan kasih sayang serta

selalu mendoakan yang terbaik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan

untuk Suamiku (Muh.Andi Risman) terimaksih sudah banyak membantu

dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Saudara dan keluargaku yang telah memberikan dorongan, semangat dan

motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

8. Teman-teman angkatan 2016 kelas A1 dan A2 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu yang telah banyak membantu sampai penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan.

Semoga Allah S.W.T membalas budi baik semua pihak yang telah

memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kami sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Mataram, Agustus 2020

Penulis

8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

MOTTO iii

SURAT PERNYATAAN iv

LEMBAR PERSETUJUAN v

LEMBAR PENGESAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 10

1.3 Tujuan Penelitian 10

1.3.1 Tujuan Umum 10

1.3.2 Tujuan Khusus 10

1.4 Manfaat 10

1.4.1 Manfaat teoritis 10

1.4.2 Manfaat praktis 10

1.5 Ruang Lingkup 11

1.6 Keaslian penelitian 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 14

2.1 Pola Asuh 14

9
2.1.1 Definisi Pola Asuh 14

2.1.2 Praktek Pola Pengasuhan Orang Tua 15

2.1.3 Faktor Mempengaruhi Praktek Pengasuhan Pada Abak Stunting 16

2.1.4 Praktek Pengasuhan Terhadap Kejadian Stunting selama masa

Pandemi Covid-19

16

2.1.5 Tipe Pola Asuh 29

2.2 Stunting 30

2.2.1 Definisi Stunting 30

2.2.2 Klasifikasi Stunting 32

2.2.3 Kelompok usia beresiko stunting 32

2.2.4 Penyebab Stunting 33

2.2.5 Dampak Stunting 34

2.2.6 Faktor Resiko yang mempengaruhi kejadian stunting 35

2.2.7 Pencehahan Dan Penanggulangan Stunting 38

2.3 Konsep Covid-19 40

2.3.1 Pengertian Covid-19 40

2.3.2 Manefestasi Klinis 41

2.3.3 Diagnosis 41

2.3.4 Kerangka Teori 44

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 45

3.1 Kerangka Konsep 45

3.2 Definisi Operasional 45

BAB 4 METODE PENELITIAN 47

10
4.1 Desain Penelitian 47

4.2 Lokasi dan Waktu penelitian 47

4.3 Populasi dan Sampel 47

4.3.1 Populasi 47

4.3.2 Sampel 48

4.4 Variabel Penelitian 49

4.5 Instrumen Penelitian 49

4.6 Uji Validitas Dan Reliabilitas 49

4.7 Etika Penelitian 50

4.7.1 Informed Concent 51

4.7.2 Anonimity 51

4.7.3 Confidentiality 51

4.8 Pengumpulan dan Analisis Data 51

4.8.1 Pengumpulan Data 51

4.8.2 Analisis Data 52

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 53

5.1 Hasil Penelitian 53

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 53

5.1.2 Karakteristik Demografi Responden 53

5.1.3 Variabel Yang Diukur 56

5.2 Pembahasan 59

5.3 Keterbatasan Penelitian 66

BAB 6 PENUTUP 67

11
6

6.1 Kesimpulan 67

6.2 Saran 68

DAFTAR PUSTAKA 69

12
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Adapun data dari masing masing dusun dengan jumlah stunting

8
Tabel 1.2 Keaslian penelitihan

12
Tabel 3.1 Definisi Operasional” (engle Dkk, 2012), (Depkes 2008),
(Adriani dan Kartika, 2013), (Coore, 2003), (Almatsier, 2011),
dan (Hidayat dan Jahari, 2012

46
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasartkan Umur di Desa
Penimbung Kecamatan Gunung sari Lombok Barat

53
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa
Penimbung Kecamatan Gunung sari Lombok Barat

54
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa
Penimbung Kecamatan Gunung sari Lombok Barat

54
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak Stunting di
Desa Penimbung

55
Tabel 5.5 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di Desa
Penimbung Kecamatan Gunung sari Lombok Barat

55

13
Tabel 5.6 Karakteristik Kategori Stunting Berdasarkan Indikator TB/U di
Desa Penimbung Kecamatan Gunung sari Lombok Barat

55
Tabel 5.7 Gambaran Praktek Pengasuhan di Desa Penimbung Kecamatan
Gunung sari Lombok Barat

56
Tabel 5.8 Gambaran Praktek Pengasuhan Penyiapan Dan Penyajian
Makanan Di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok
Barat

57
Tabel 5.9 Gambaran Praktek Pengasuhan Hygiene Dan Sanitasi
Lingkungan Di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari
Lombok Barat

57
Tabel 5.10 Gambaran Praktek Praktek Kesehatan Dasar Di Desa
Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat

58
Tabel 5.11 Gambaran Praktek Praktek Pengasuhan Pelayanan Kesehatan Di
Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat

58

14
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori

44
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
45

15
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 Pernyataan Menjadi Responden

Lampiran 4 Surat Balasan Puskesmas Penimbung

Lampiran 5 Kuesioner

Lampiran 6 Uji Validitas

Lampiran 7 Master Tabel

16
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah balita stunting (pendek) di Indonesia merupakan masalah

kesehatan dalam kategori masalah gizi kronis. Identifikasi balita stunting

berdasarkan indikator TB/U menurut standar baku WHO-MGRS (Multicenter

Growth Reference Study) tahun 2005 adalah jika nilai z-score <-2SD dan

dikatakan sangat pendek jika nilai z-score <-3SD (Kemenkes RI 2016).

Kejadian stunting sering dijumpai pada anak usia 12-36 bulan dengan

prevalensi sebesar 38,3-41,5%. Dampak masalah stunting jika terjadi pada

masa golden period maka otak tidak dapat berkembang dengan baik sehingga

menyebabkan penurunan kemampuan intelektual dan produktivitas

(Anugraheni 2012).

Selain itu stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang tidak

sesuai dengan umur yang mengindikasikan kejadian jangka Panjang serta

merupakan dampak akumulatif dari ketidak cukupan konsumsi zat gizi,

kondisi kesehatan yang buruk yang terjadi dalam 1.000 hari pertama

kehidupan dan pengasuhan yang tidak memadai (Aridiyah, et al., 2015).

Menurut WHO, prevalensi balita stunting menjadi masalah kesehatan

masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih. Secara global, sekitar 162 juta

anak balita terkena stunting.Menurut WHO tahun 2016, prevalensi balita

stunting di dunia sebesar 22,9% dan keadaan gizi balita pendek menjadi

penyebab 2,2 juta dari seluruh penyebab kematian balita di seluruh dunia.

1
2

Berdasarkan data WHO tahun 2016, di wilayah Asia Tenggara prevalensi

balita stunting mencapai 33,8%. Menurut data WHO Indonesia tergolong

dalam urutan ke tiga besar Negara dengan prevalensi stunting yang tinggi pada

tahun 2018 ,rata-rata balita pendek dan sangat pendek sebesar 37,2 %

(Riskesdas, 2018).

Faktor penyebab langsung dari stunting adalah asupan makanan tidak

adekuat, karakteristik balita meliputi usia, jenis kelamin, berat badan lahir dan

pajang badan lahir serta adanya penyakit infeksi yang berulang. Faktor

penyebab tidak langsung dari stunting adalah ketersediaan pangan, pola

pengasuhan serta jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat

(Shrimpton, 2006).

Secara umum Pola asuh dalah seluruh interaksi orang tua dan anak,

memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah tingkah laku,

pengetahuan, dan nilai-nilai yang di anggap paling tepat bagi orang tua agar

anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembangnya secara sehat dan optimal

memiliki rasa percaya diri dan dapat berorientasi (Agency. B, 2014). Pola

asuh anak ikut berperan terhadap timbulnya masalah gizi, hanya saja selama

ini banyak anggapan dimasyarakat bahwa masalah gizi hanya dialami oleh

balita dari keluarga miskin. Anggapan itu tidak tidak sepenuhnya benar,

masalah gizi juga disebabkan karna pola asuh anak (Nisa, 2013).

Terdapat beberapa aspek pola asuh terdiri dari perawatan bagi Ibu pada

masa kehamilan, pembeberia ASI dan MP-ASI, pemberian makanan untuk

anak, penyajian makanan, praktik hygine dan perawatan kesehatan yang


3

merupakan upaya preventive berupa pemberian imunisasi dan perawatan

kesehatan anak terhadap upaya pencegan sentunting (Engle Dkk, 2012)

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan

Rahmayana, Dkk, (2014) maka dapat dikatakan bahwa Ibu yang memberikan

perhatian dan dukungan lebih terhadap anaknya dalam hal praktik pemberian

makanan akan berpengaruh positif kepada keadaan status gizi anak yang

menunjukan adanya hubungan signifikan antara perhatian dan dukungan

terhadap anak dalam praktik pemberian makanan dengan kejadian stunting

menunjukan 55,6% tinggi bada anak normal. Praktek kebersihan/hygiene

mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting yang

menunjukan 61,9% tinggi badan anak normal, dan sanitasi lingkungan

mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting di mana

menunjukan 72,75% tinggi badan anak normal Rahmayana, Dkk, 2014).

Penelitian ini juga di dukung oleh penelitian yang di lakukan oleh

Bigitte Sarah Renyoet Dkk (2013). Ibu yang memberikan perhatian dan

dukungan terhadap anak dalam praktek pemberian makanan, persiapan dan

penyimpanan makanan memberikan dampak positif pada status gizi anak

terhadap kejadian stunting mempunyai hubungan yang signifikan, di mana di

gambarkan pada hasil penelitian ini yang menjawab cukup menunjukan 53,8%

Panjang badan anak normal di wilayah pesisir Tallo, untuk hygiene dan

kebersihan sanitasi lingkungan menunjukan adanya hubungan yang signifikan

dengan Panjang anak dan kejadian stunting, dapat dilihat dari hasil penelitian

ini menunjukan 67,3% Panjang badan anak normal di wilaya Tallo, sedangkan

untuk pemaamfaatan pelayanan kesehatan mempunyai hubungan yang


4

signifikan antara pemamfaatan pelayanan kesehatan dengan pertumbuhan

panjang anak dan kejadian stunting. Dimana pada hasil penelitian ini

menjawab cukup menerapkan dan menggunakan pemamfaatan pelayanan

kesehatan secara lebih baik menunjukan 51,6% di wilayah Tallo (Bigitte

Sarah Renyoet,Veni Hadju, St. Nur Rochimiwati, 2013)

Pola asuh orang tua adalah prilaku orang tua dalam mengasuh balita,

pola asuh orang tua merupakan salah satu masalah yang dapat memengaruhi

terjadinya stunting pada balita. Pola asuh orang tua yang kurang atau rendah

memiliki peluang anak terkena stunting di bandingkan dengan orang tua

dengan pola asuh yang baik. Menurut hasil penelitian (Aramoco,dkk,2013),

terdapat hubungan bahwa kategori pola asuh kurang baik beresiko 8,07 kali

lebih besar dibandingkan dengan pola asuh yang baik terhadap kejadian

stunting (Aramoco,dkk,2013).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Cholifatun Ni’mah )

pola asuh, adalah masalah terbanyak pada Ibu dengan pola asuh yang baik,

yaitu sebanyak 25%, sedangkan pada masalah stunting terbanyak terjadi pada

balita yang memiliki Ibu dengan pola asuh kurang baik (55%). Namun pada

balita yang memiliki Ibu dengan pola asuh yang kurang dan baik, persentase

stunting juga cukup besar yaitu sebesar 50% (Cholifatun Ni’mah ).

Pola asuh keluarga merupakan situasi ketika anak di asuh dalam situasi

hidup lain yang terpisah dari orang tua dan di asuh oleh wali legalnya seperti

keluarga dari Ibu atau ayah seperti Nenek dan Kakek (kharina,Erriz, dan

yapina,Widyawati 2013 ). Faktor pengasuhan yang menjadi penyebab

stunting, Pratek pengasuhan yang kurang baik dan kurangnya pengetahuan Ibu
5

mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah

Ibu melahirkan, terbatasnya pelayanan kesehatan,kurangnya akses rumah

tangga pada makanan bergizi, dan kurangnya akses air bersih (TNP2K,2017).

Praktik pola pengasuhan orang tua pada balita stunting yang

diterapkan kurang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan balita karena kekurangan asupan gizi yang akan berdampak

pada kondisi psikologis, memiliki resiko perkembangaan kognitif,motorik,

dan verbal. Perkembangan yang kurang optimal akan berdampak pada

kapasitas belajar dan prestasi belajar di sekolah menjadi kurang optimal

(Novita Nining Widyawati, dkk, 2018; Kemenkes, 2018)

Dampak buruk yang dapat di timbulkan oleh masalah stunting jika

tidak segera di tangani, dalam jangka pendek adalah terganggunya

perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan

metabolism dalam tubuh.

Sedangkan dampak jangka Panjang yang dapat di timbulkan

menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan

tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi munculnya penyakit, diabetes,

kegemukan, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak

kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kmenkes,

2016)

Kejadian stunting di Provinsi NTB masih ditemukan pada balita yang

berpostur pendek dan sangat pendek (stunting). Berdasarkan Surveilans Gizi

EPPGBM Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2018 (Elektronik Pencatatan

Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) Tahun 2018 ditemukan balita stunting di


6

Provinsi NTB sebesar 82.812 balita. Namun jika dilihat berdasarkan

persentase balita stunting terhadap seluruh balita yang ada, Kabupaten

Lombok Barat merupakan Kabupaten dengan persentase balita stunting

tertinggi yaitu 41,18 %( EPPGBM, 2018 ).

Data stunting di Wilayah Kota Mataram pada tahun 2017 sebanyak

27%, dan pada tahun 2018 data stunting sebayak 37%, dapat di simpulkan

bahwa dari data 2017-2018 angka stunting setiap tahun semakin menngikat,

(Kmenkes, 2018).

Sehingga Pola asuh Ibu memiliki peran penting dalam kejadian

stunting pada balita karena asupan makan pada balita sepenuhnya diatur oleh

Ibunya. Ibu dengan pola asuh baik akan cenderung memiliki balita dengan

status gizi yang lebih baik daripada Ibu dengan pola asuh yang kurang (Dr.rita

Ramayulis, DCN,M.Kes, 2018).

Dalam strategi penurunan angka kejadian stunting hal-hal yang perlu

di lakukan provinsi yaitu dengan mengambil inisiatif untuk proaktif dalam

mencermati data hasil plaksanaan kunjugan keluarga terutama keluarga

mengikuti KB, Ibu bersalin, di fakses, bayi di beri Asi Ekslusif, keluarga

mempunyai air bersih, menggunakan jamban sehat. Dan melakukan

identifikasi permaslahan kesehatan berdasarkan data kunjungan keluarga

sehingga muncul prorioritas permasalahan yang perlu di tindak lanjuti

(Kmenkes, 2017).

Namun pada awal tahun 2020 dunia di gemparkan dengan maraknya

wabah virus baru yaitu, Coronavirus atau yang sering di sebut dengan Covid-

19.Indonesia masih bergelut melawan virus Covid-19 hingga saat ini, sama
7

dengan negara lain di dunia. Metode penyebaran virus ini sangat cepat dan

telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam

waktu beberapa bulan. Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan

kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah

penyebaran virus Corona. Pemerintah Negara Indonesia sendiri menggunakan

metode lockdown berupa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar

(PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.Di mana Pandemi Covid 19

mengakibatkan krisis multidemensi di seluruh Negara di dunia, tidak hanaya

menyerang dan menjadi masalah kesehatan, tetapi juga berdampak pada

masalah sosial, , pendidikan, ekonomi dan stabilitas pangan Nasional

Sementara Indonesia mengalam penurunan ekonomi secara drsatis Sejak

di berlakukan surat keputusan PSBB oleh Pemerintah yang menghimbau agar

semua kegiatan di liburkan dan mengerjakan pekerjaan dari rumah selama

masa pandemi yang pada awalanya stabilitas ekonomi Indonesia sebesar 5%

atau lebih tinggi selama satu dekade terakhir, namun pada tahun 2020 angka

tersebut di perkirakan turun menjadi 2 %..Berdasarkan data Organisasi

Kesehatan Dunia, ada 144 juta bertambah anak yang mengalami stunting di

dunia karena penurunan ekonomi selama masa pandemic covid-19.

sedangkan di Indonesia Jumlah kasus stunting jumlahnya bertambah

menjadi 700 ribu anak selama pandemi sehingga jumlahnya menjadi 0,7 juta

anak di indonesia yang menderita stunting karena krisis ekonomi yang sangat

tinggi selama masa pandemi(Manoarfa, Suharso, 2020).Sehingga krisis

ekonomi ini terjadi kepada kepala rumah tangga yang sebelumnya kebutuhan

setiap anggota keluarga dapat terpenuhi, namun di karenakan himbauan


8

pemerintah untuk melakukan lockdown (PSBB) terjadi penurunan ekonomi

dan berdampak pada pemenuhan gizi tumbuh kembang anak dan praktek

pengasuhan (pola asuh orang tua) yang tidak dapat di lakukan atau terpenuhi

secara optimal.

Upaya meningkatkan status gizi masyarakat menjadi salah satu

program prioritas pembangunan kesehatan nasional yang tercantum di dalam

sasaran pokok Rencana Pembanguan Jangka Menengah Tahun 2015-2019

untuk menurunkan prevalensi balita stunting (Kemenkes RI 2016).

Dari hasil survey study pendahuluan awal di Wialayah Keraja Puskesmas

Penimbung kecamatan Gunung Sari Lombok barat peneliti mendapatkan data

sebagai berikut: terdapat 9 Dusun dari dusun-dusun tersebut terdapat 3 dusun

yang memiliki angka stunting tertinggi diantaranya Dusun Penimbung, Dusun

Gelangsar, Dusun Dopang.Dan peneliti memutuskan untuk mengambil lokasi

penelitian di Dusun penimbung, karena populasi dengan penderita stunting

sebanyak 58 orang anak.

Tabel 1.1 Adapun data dari masing masing dusun dengan jumlah stunting.
Populasi Balita Balita
No Nama Dusun
Balita Stunting 2018 Stunting 2019
1 Dusun Penimbug 468 58 58
2 Dusun Bukit Tinggi 249 21 16
3 Dusun Mekar Sari 234 33 34
4 Dusun Mambalan 351 34 43
5 Dusun Jeringo 210 39 43
6 Dusun Gelangsar 206 71 60
7 Dusun Kekeri 502 30 19
8 Dusun Dopang 202 61 52
9 Dusun Ranjok 187 10 10
Sumber : Puskesmas Penimbung 2019.

Dari 58 populsi anak dengan stunting, peneliti mengambil 10 sampel

orang tua untuk di wawancara. Dari hasil wawancara di dapatkan 7 orang tua
9

jarang melakukan perawatan ketika hamil, alasannya karena tidak ada suami

yang mendampingi, dan harus bekerja untuk mencari nafkah untuk memenuhi

kebutuhannya sehari-hari, 6 orang ibu tidak memberikan ASI ekslusif sampai

6 bulan dan 8 orang tidak memberikan ASI kepada anaknya sampai usia 2

tahun, dan 8 orang ibu tidak memberikan MP-ASI setelah berumur 6 bulan.

Dari 10 sampel tidak mampu melakukan praktek kesehatan dasar, Praktek

hygiene dan sanitasi lingkungan dengan tepat dan benar, kurang dalam

memamfaatkan fasilitas pelayan kesahatan dan masyarakat masih banyak yang

tidak memahami praktek pengasuhan yang baik dan benar.Dusun Penimbung

sejauh ini masih melakukan perbaikan dikarenakan Dusun penimbung

merupakan salah satu daerah terdampak gempa,di tambah lagi pada awal 2020

dengan adanya wabah virus covid-19, di mana semua masyarakat harus

menaati peraturan pemerintah yaitu PSBB (lockdown) seperti diam di rumah,

melakukan dalam segala bentuk kegiatan di rumah termasuk bekerja di rumah

sehingga sangat berdampak pada penurunan kondisi perkonomian masyarakat

di wilayah kerja Puskesmas dusun Penimbung Gununsari.

Berdasarkan dari hasil survey pendahuluan di atas di simpulkan

masyarakat dusun Penimbung memiliki praktek pengasuhan yang kurang baik

dalam mengasuh anak yang akhirnya berdampak pada kejadian stunting pada

anak.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang gambaran praktek pengasuhan orang tua pada

anak stunting selama masa pandemi covid-19 di Wilaya Kerja Puskesmas

Penimbung Kecamatan Gunung Sari kabupaten Lombok Barat.


10

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran praktek pengasuhan orang tua dengan kejadian

stunting pada anak selama masa pandemi covid-19 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran praktek penhasuhan orang tuan selama

masa pandemi covid-19.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik praktek pengasuhan

orang tua pada anak dengan kejadian stunting selama masa

pandemi covid-19.

2. d

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian ini sebagai informasi,diharapkan menjadi refrensi

pengembangan dalam ilmu keperawatan dalam praktek pengasuhan

terhadap kejadian stunting khususnya untuk menambah

pengetahuan tentang gambaran praktek pengasuhan pada anak

stunting berdasarkan praktek pengasuhan.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

melakukan penelitian serta menambah informasi mengenai


11

praktek pengasuhan orang tua dengan kejadian stunting selama

masa pandemi covid-19.

2. Bagi keluarga atau orang tua

Memberikan informasi kepada keluarga atau orang tua tentang

hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian stunting pada

balita.Sehingga keluarga atu orang tua dapat memberikan

praktek pengasuhan yang sesuai.

3. Bagi responden

Memberikan informasi kepada Ibu yang berguna untuk

menambah wawasan, meningkatkan pengetahuan, dan

kesadaran meningkatkan praktek pengasuhan status gizi dalam

pemberian makan pada balita stunting selama masa pandemi

covid-19.

4. Petugas kesehatan di puskesmas

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai media untuk

mendapat informasi dan prtimbangan tentang gambaran

praktek pengasuhan orang tua dengan kejadian stunting,

sehingga dapat di gunakan untuk menyusun asuhan

keperawatan secara tepat dalam upaya mengurangi kejadian

stunting berdasarkan praktek pengasuhan.

1.5 Ruang Lingkup

Lingkup penelitian ini adalah pola asuh oran tua dengan kejadian

stunting pada anak di atas 2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Penimbung

Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat yang berfokus pada


12

praktek pengasuhan yang mempengaruhi stunting pada anak di atas 2 tahun.

Penelitian ini mengacu pada ruang lingkup penerapan prilaku praktek

pengasuhan orang tua yang tepat dalam bidang asuhan keperawatan. Designe

penelitian ini menggunakan designe Deskriftif kuntitatif.

1.6 Keaslian penelitian

Tabel 1.2 Keaslian penelitian

No Peneliti,Tahun, Sampel Metode Hasil Persamaan Perbedaan


Judul Penelitian
1 Cholifatun Ni’mah 79 Penelitian ini Berdasarkan hasil Metode tempat
, Lailatul Muniroh menggunakan penelitiandari 79 penelitian penelitian
Hubungan tingkat desain ,cros responden didapati dari yang peneliti populasi
pendidikan, tingkat sectional,dan hasil uji statistic dengan gunaka adalah Sampel di
pengetahuan menggunakan menggunakan uji chi pendekatan ambil
Dan pola asuh Ibu Teknik simple square d peroleh nilai p= cross sectional dengan
dengan wasting dan random 0,928 didapatkan nila > a variabel yang menggunaka
stunting sampling Dari data tersebut di teliti dalah n tehnik
Pada balita keluarga menunjukan dimana kejadian simple
miskin 2015 terdapat tidak ada stunting random
hubungan pola asuh balita sampling
Ibu dengan masalah
stunting pada keluarga
miskin.
2 Rahmayana,irviani 70 Penelitian ini Berdasarkan hasil metode tempat
a. Ibrahim, dwi menggunakan penelitiandari 70 penelitian penelitian
santy damayati desain cross responden didapati dari yang peneliti populasi
Hubungan pola sectional dengan hasil uji statistic dengan gunaka adalah sampel di
asuh Ibu dengan jenis data primer menggunakan uji pendekatan ambil
kejadian stunting dan skunder independent T-test di cross sectional menggunaka
anak usia ,subjek di ambil peroleh nilai p(p=0,05) variabel yang n porpusive
24-59 bulan di secara porpusive dari data tersebut di teliti adalah sampling
posyandu asoka ii menunjukan tidak kejadian sedangkan
wilayah pesisir terdapat perbedaan pola stunting sampel di
kelurahan asuh makan pada balita ambil
barombong normal dan stunted berdasarkan
Kecamatan data primer
Tamalate dan skunder
Kota
Makassar
Tahun
2014
3 Husnah 47 Penelitianini Berdasarkan hasil metode tempat
Hubungan pola menggunakan penelitian dari 47 penelitian penelitian
makan, analitik responden didapati dari yang peneliti populasi
pertumbuhan dan obsevasional hasil uji statistic dengan gunakan sampel di
stimulasi desain cross menggunakan uji chi- adalah ambil
Dengan sectional dan square di peroleh nilai pendekatan menggunaka
perkembangan anak pengambilan (p = 0,00), cross sectional n non
usia balita di sampel secara (p = 0,043) variabel yang probability
13

posyandu pengambilan (p = 0,003) di teliti adalah sampling


Melati kuta alam non probability kejadian dengan
banda aceh 2015 sampling dari data tersebut stunting tehnik
dengan tehnik menunjukan accidental
accidental perkembangan anak balita sampling
sampling berhubungan dengan pola
makan,pertumbuhan dan
stimulasi dengan kejadian
stunting
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Asuh

2.1.1. Definisi Pola Asuh

Pola asuh adalah seluruh interaksi orang tua/pengasuh dengan

anak, dimana orang tua yang memberikan dorangan bagi anak dengan

mengubah tingkah laku, pengetahuan dan nilai-nilai yang di anggap

paling tepat bagi orang tua,agar anak bisa mandiri,tumbuh serta

berkembang secara sehat dan optimal (Agency.B,2014). Sedangkan

secara etiologi, pola berarti tata cara, sedangkan asuh berarti,

merawat, menjaga, mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau

system dalam merawat, menjaga, dan mendidik. Pola asuh orang tua

adalah interaksi orang tua terhadap anakanya dalam hal mendidik dan

memberikan contoh yang baik agar anak dapat kemampuan sesuai

dengan tahap perkembanganya (Handayani, dkk, 2017).

Pola asuh sangat berperan terhadap timbulnya masalah

gizi,pola pengasuhan anak berupa sikap dan praktek pengasuhan Ibu

dalam kedekatannya dengan anak, merawat, cara memberi makan,

serta kasih sayang. Pengasuhan anak adalah suatu fungsi penting pada

berbagai kelompok sosial dan kelompok budaya. Peranan Ibu dalam

pola pengasuhan anak juga meliputi pemenuhan kebutuhan dasar anak

seperti pemberian makan, mandi, menyediakan dan memakai pakaian

untuk anak. Termasuk di dalamnya adalah monitoring kesehatan anak,

14
15

menyediakan obat, dan membawanya ke petugas kesehatan

profesional (O’Connel 1992 dan Bahar 2002).

2.1.2. Praktek Pola Pengasuhan Orang Tua

Pola asuh orang tua merupakan suatu tugas dan kewajiban

orang tua untuk memberikan anak pengalaman yang di butuhkan anak

agar kecerdasanya berkembang sempurna. Namun ada sedikit

perbedaan dalam asuhan yang di aplikasikan oleh ayah dan Ibu. Peran

Ibu antara lain: menumbuhkan perasaan sayang, cinta, melalui kasih

sayang dan kelembutan seorang Ibu, menumbuhkan kemampuan

berbahasa dengan baik kepada anak, mengajarkan anak perempuan /

laki-laki berprilaku sesui jenis kelaminnya dengan baik. Peran ayah,

antara lain: menumbuhkan rasa percaya diri dan berkompenten kepada

anak, menumbuhkan anak agar mampu berprestasi , mengajarkan

anak untuk bertanggun jawab (Rakhmawati, 2015 ).

Pola asuh orang tua juga merupakan prilaku orang tua dalam

mengasuh balita, pola asuh orang tua adalah salah satu masalah yang

dapat memengaruhi terjadinya stunting pada balita. Pola asuh orang

tua yang kurang atau rendah memiliki peluang anak terkena stunting

di bandingkan dengan orang tua dengan pola asuh yang baik. Menurut

hasil penelitian (Aramoco,dkk,2013), terdapat hubungan bahwa

kategori pola asuh kurang baik beresiko 8,07 kali lebih besar

dibandingkan dengan pola asuh yang baik terhadap kejadian stuning

(Aramoco,dkk,2013).
16

Pola asuh anak ikut berperan terhadap timbulnya masalah gizi,

hanya saja selama ini banyak anggapan dimasyarakat bahwa masalah

gizi hanya dialami oleh balita dari keluarga miskin. Anggapan itu

tidak tidak sepenuhnya benar, masalah gizi juga disebabkan karna

pola asuh anak (Nisa, 2013).

2.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Pengasuhan Pada Anak

Stunting

Praktek pengasuhan ibu dipengaruhi dua faktor yaitu pertama

faktor internal seperti (umur ibu, pekerjaan ibu,pendidikan dan,

tingkat pengetahuan dalam praktek pengasuhan pada anak). Kedua

Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga (tradisi yang ada di

lingkungannya yang mempengaruhi ibu dalam menerapkan suatu

bentuk praktek pengasuhan (Soetjiningsih, 2012)

2.1.4. Praktek Pengasuhan Terhadap Kejadian Stunting selama masa

Pandemi Covid-19

Sedangkan menurut (Engle Dkk, 2012) terdapat beberapa

aspek pola asuh orang tua terhadap upaya pencegahan kejadian

stunting (Engle Dkk, 2012).

1. Pemberian ASI eksklusif

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, pemberian minuman

dan makanan selainnya sampai usia 6 bulan dapat mengganggu

pencernaan pada bayi. Hal ini dapat menyebabkan bayi sakit perut

atau diare yang akan mengganggu pertumbuhan balita (Adriani

dan Kartika, 2013). Pemberian ASI mempunyai hubungan yang


17

signifikan dengan status gizi. Ibu yang memberikan anaknya ASI

eksklusif cenderung memiliki baliata dengan status gizi baik

sedangkan Ibu yang tidak memberikan anaknya ASI eksklusif

sebagian besar balitanya mempunyai status gizi dibawah garis

merah (Giri dkk, 2013).

Penelitian (Arfin dkk, 2012), menunjukan bahwa

pemberian ASI eksklusif merupakan factor kejadian terhadap

stunting pada balita dimana 76% balita yang mengalami stunting

tidak diberikan ASI eksklusif. Hasil analisis enelitian tersebut

menunjukan balita dengan ASI tidak eksklusif mempunyai resiko

3.7 kali lebih besar terkena stunting dibandingkan balita dengan

ASI eksklusif (Arifin dkk, 2012)

2. Pemberian MP-ASI

Secara alamiah, bayi dilahirkan dengan kemampuan reflek

terhadap makanan seperti menghisap, menelan. Pemberian MP-

ASI dilakukan setelah berumur 6 bulan ke atas dan disesuaikan

dengan kemampuan organ pencernaan bayi.

Menurut Khomsan dan Ridhayani (2008), hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI adalah :

a. Makanan pendamping ASI dibuat dengan makanan yang

berkualitas, sehingga kualitas gizinya terjamin

b. Pemberian MP-ASI diberikan bertahap, pada awalnya bayi

diberikan makanan cair seperti sari buah atau bubur susu

setelah itu dilanjutkan dengan makanan kental seperti bubur


18

tepung kemudian dilanjutkan dengan maknan semi padat

seperti nasi tim

c. Pada tahap permulaan, bayi hendaknya di perkenalkan satu

persatu jenis makanan sampai dapat mengenalnya dengan

baik, setelah itu dapat di berikan makan.

d. Orang tua perlu mengetahui ada atau tidaknya alergi terhadap

suatu jenis makanan dengan memperhatikan respon bayi

setelah memakan makanan tersebut

e. Selama masa perkenalan makanan, jangan memaksakan bayi

untuk menghabiskan makananya, hal ini karena bayi

membutuhkan proses adaptasi.

f. Waktu pemberian makanan harus disesuaikan dengan kondisi

bayi hal ini karena pada saat lapar saluran pencernaan bayi

lebih siap untuk menerima dan mencerna makanan

g. Berikan jarak pengaturan antara pemberian susu, jangan

memberikan makanan pendamping setelah bayi minun susu

atau sebaliknya karena bayi akan merasa kenyang dan tidak

mau menerima makanan.

Orang tua berperan dalam perilaku makan anak, secara

sadar ataupun tidak sadar, orang tua telah membentuk kesukaan

dan gaya makan anak, interaksi orang tua dan anak berprngaruh

terhadap pilihan makanan dan pengembangan pola makan anak

(Soetardjo, 2011).
19

Dalam memberikan makanan pada anak pariasi sangat

diperlukan sehingga anak tidak bosan dan menghindarkan anak

dari kesulitan makan pada usia berikutnya. Menurut (CORE

2003), menu yang diberikan harus terdiri dari makan yang bergizi

dan tidak langsung mengenyangkan, sertakan buah, sayur, udang

atau kacang-kacangan, penyiapan makanan yang beragam pada

anak yang kaya akan vitamin A dan menggunakan bahan local

yang tersedia sesuai musim dan terjangkau. Selain itu orang tua

juga perlu memperhatikan frekuensi makan yang sedikit tapi

sering. Hal ini karena, sebagian balita khususnya umur 3 - 5 tahun

makan lebih dari 3 kali sehari. Anak yang makan kurang dari 4

kali sehari asupan energi dan lainya lebih sedikit dibandingkan

dengan rata-rata anak lainya yang makan 4 kali sehari atau lebih.

3. Penyiapan dan penyajian makanan

Proses penyiapan makanan memiliki peran penting terhadap

gizi anak. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan

makanan untuk anak adalah keamanan pangan dan keutuhan zat-

zat gizi menurut Almatsier (2011) beberapa hal yang perlu

diperhatikan yaitu:

a. Makanan hendaknya digunakan dari bahan yang bermutu dan

seimbang.

b. Alat pengelolaan dan alat-alat lain yang digunakan sebaiknya

dalam keadaan bersih.

c. Sayur dan buah dicuci, sesudah itu dimasak dengan air bersih.
20

d. Bila makan tidak sgera dimakan, makanan dibungkus dan

disimpan dalam lemari pendingin.

e. Makanan yang disimpan pada lemari pendingin, bila hendak

akan dimakan maka hangatkan terlebih dahulu pada lemari

pemanas.

4. Peraktik higiene dan sanitasi lingkungan

Peraktik hygiene anak biasanya tergantung padan perilaku

yang dicontohkan oleh ibu maupun lingkunganya. Kebiasaan

higiene yang baik perlu dibiasakan dari kecil agar anak akan terus

melakukan sampai dewasa (fema IPB dan plan Indonesia).

Kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan berperan penting

dalam pemeliharaan kesehatan anak dan upaya pencegahan

penyakit infeksi (CORE ,2003). Faktor lingkungan sangat

mempengaruhi proses tumbuh kembang balita. Peran orang tua

dalam perilaku kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang sehat

sangat diperlukan balita dalam proses pertumbuhanya, oleh karena

itu dibutuhkan kemampuan orang tua untuk memandikan anak,

kebersihan pakaian dan bagian tubuh anak, ganti popok ketika akan

tidur.

Jika keadaan fisik dan sanitasi keluarga baik, maka kondisi

kesehatan orang yang ada di dalamnya pun akan ikut baik,

demikian juga sebaliknya. Dalam upaya menjaga kebersihan anak

agar terhindar dari penyakit hal yang perlu diperhatikan menurut

depkes (2008), yaitu


21

a. memandikan anak anak setiap hari 2 kali pada pagi dan sore

hari menggunakan sabun mandi.

b. Mencuci rambut anak dengan sampo 2-3 kali dalam 1 minggu.

c. Cuci tangan anak dengan sabun sebelum makan dan sesudah

buang air besar.

d. Gunting kuku anak ketika sudah panjang.

e. Bersihkan rumah setiap hari, penyediaan air bersih, jamban

keluarga, dan genangan air.

f. Setiap rumah harus memiliki tempat sampah yang memadai

sebelum dibuang ke penampungan atau dibakar

g. Jauhkan anak dari asap rokok dan asap dapur.

5. Peraktik kesehatan dasar

Orang tua dapat mencegah anak-anaknya mengidap

penyakit dengan cara , menerapkan pada anak kebiasaan kebiasaan

baik pada anak, memberikan anak perawatan dasar yang di ketahui

oleh orang tua dan bias di lakukan di rumah untuk mengurangi

resiko terjadinya stunting pada anak serta membawa anak yang

sakit ke puskesmas, dan menimbang anak secara teratur akan dapat

mengetahui kekurangan gizi sedini mungkin (CORE, 2003).

Praktik perawatan kesehatan dasar anak di rumah baik

dalam keadaan sehat ataupun keadaan sakit merupakan suatu

aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak.

Selain itu menurut Lucia Sari dkk,( 2011) perilaku kesehatan dasar

anak yang dapat di berikan berupa menerapkan kebiasaan anak


22

bermain di rumah ,menerapkan kebiasaan kebersihan, menerapkan

kebiasaan baik lainya yang perlu di ajarkan pada anak. Sedangkan

keperawatan dasar yang di alkukan orang tua di rumah pada anak

dalam keaadan sakit (Lucia Sari dan Anindah Sucia,2011)

a. Pengobatan anak yang sedang sakit dan perawatan selama

masa penyembuhan di rumah secara tepat.

b. Pemberian makan dan cairan yang sesuai ketika anak sedang

sakit.

c. Pengobatan yang tepat di rumah terhadap penyakit ringan

seperti batuk, filek, dan demam.

d. Melanjutkan pembesian ASI dan makanan yang sesuai jika

anak mengalami diare.

e. Penggunaan LGG (larutan gula garam) atau cairan lain di

rumah untuk mencegah dehidrasi selam anak mengalami diare.

f. Mencari bantuan tenaga kesehatan untuk pengobatan yang

lebih pada penyakit dan luka.

6. Pola pencarian layanan kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah akses masyarakat terhadap

upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Aspek

terhadap informasi gizi dan kesehatan dapat dilihat dari

keterlibatan Ibu terhadap sumber informasi dan sarana pelayanan

kesehatan dan gizi terutama posiandu dan puskesmas. Makin

rendah jangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka


23

semakin tinggi resiko terjadinya gizi kurang (Amir, 2009). Upaya

pemeliharaan gizi balita dapat dilakukan dengan memanfaatkan

akses pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan kasus secara benar

dan tepat waktu dengan cara memonitor pertumbuhan balita setiap

bulan secara rutin dan teratur (Hidayat dan Jahari, 2012).

Aktifnya balita ke posiandu mempunyai pengaruh yang

sangat besar terhadap kesehatan, karena dengan hadir di posiandu

balita akan mendapatkan imunisasi penimbangan berat badan,

pemberian makanan tambahan, penyuluhan gizi, dan pemberian

kapsul vitamin A (Welasasi dan Wirjatmadi, 2012). Penelitian

Hidayat dan Jahari (2012) yang menganalisa data riskesdas

terhadap 70.210 rumah tangga, didapatkan informasi bahwa rumah

tangga balita yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di posiandu

memiliki lebih banyak balita yang berstatus lebih baik menurut

indicator BB/U (Hidayat dan Jahari, 2012).

a. Pembagian obat cacing

Balita usia 2 tahun dapat dimulai diberikan obat cacing,

bersamaan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Perinsip

pemberian obat cacing pada anak adalah bila hasil pemeriksaan

tinja ditemukan telur cacing tau cacing, dan memiliki gejala

Anemia, gangguan nutrisi dan lekas letih, lesu

b. Pemberiaan vitamin A.

Vitramin A adalah vitamin larut dalam lemak pertama yang

dilakukan secara luas. Vitamin A dikenal juga dengan nama


24

Retinol. Fungsi vitamin A : berperan dalam penglihatan, dan

merupakan salah satu komponen penyusun pigmen mata.

Selain itu fungsi vitamin A juga ikut berperan penting menjaga

kesehatan, kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan

dan sangat baik untuk menjaga kesehatan kulit

c. Imunisasi dasar lengkap

Imuniasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja

memberikan kekebalan (imunisasi) pada anak sehingga

terhindar dari penyakit (Depkes RI 2000). Imunisasi juga

merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif untuk

menghindari penyakit infeksi. Dengan demikian, angka

kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta

kematian yang ditimbulkannya pun akan berkurang (WHO,

2007). Tujuan dalam pemberian imunisasi antaranya :

1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tertentu di dunia.

2. Melindungi dan mencegah penyakit penyakit menular yang

sangat berbahaya bagi anak.

3. Menurunkan kecacatan, morbiditas, dan mortalitas, serta

bila mungkin didapat eradikasi (pemusnahan) suatau

penyakit dari suatu daerah atau negeri.

4. Mengurangi angka penderita terhadap suatu penyakit yang

sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan

kematian pada penderitanya..


25

5. Mencegah terjadinya penyakit tentu pada seseorang, dan

menghilangkan penyakit pada sekelompok masyarakat atau

bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari Dunia seperti

pada imunisasi cacar (Maryunani, 2010).

Adapun manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah

penyakit menular yang mengakibatkan kecatatan danh

kematian, sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat

menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan

yang tinggi bila anak sakit. Anak yang mendapatkan

imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa

penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan kepada

keluarga dan teman-teman serta masyarakat disekitarnya.

Manfaat untuk nefgara adalah untuk memperbaiki tingkat

kesehatan, menciptakan generasi banagsa yanag kuat dan

berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara

(Proverawati dan Adhini, 2010).

Pada masa pandemi Covid-19 (lockdown) kita semua di

harapkan harus meningkatkan system kekebalan tubuh

,yang berfungsi untuk meningktkan kekuatan pertahanan

tubuh melawan bakteri, virus, dan organisme penyebab

penyakit yang mungkin kita sentuh.Meningkatkan daya

tahan tubuh adalah salah satu kunci agar tidak tertular

Covid-19.Berikut adalah praktek pengasuhan orang tua

yang harus di berikan pada anak untuk meningkatkan


26

system kekebalan tubuh pada saat masa pandemic Covid-19

(Kmenkes, Dr, Dhian Probhoyekti, 2020)

1. Pemberian ASI eklusif

Pemberian ASI mempunyai hubungan yang signifikan

dengan status gizi.

a. Sebelum memberikan Asi pada anak bersihkan

putting dan area sekitar payudara sebelum memberi

asi pada anak menggunakan air hangat.

b. Gunakan handsanitizer pada kedua tangan sebelum

menyusui anak.

2. Makan makanan yang bergizi dan seimbang

Makan makanan yang bergizi dan seimbang sangat

penting untuk membangun kekebalan tubuh yang kuat

agar terlindungi dari inveksi virus, serta memberikan

perlindungan ekstra bagi tubuh.

a. Makanan pookok yang merupakan sumber

karbohidrat dapat berupa: nasi, jagung, kentang, dan

umbi-imbian

b. Lauk pauk yang mengandung protein, dan mineral

dapat berupa seperti: daging, ikan, ayam, telur,tahu,

tempe dan kacang-kacangan

c. Memperbanyak mengkonsumsi buah yang

merupakan sumber vitamin,mineral, dan serat,

terutama buah yang berwarna , banyak mengandung


27

vitamin sebagai antioksida,yaitu vitamin A,C,E

dapat berupa: pisang, jeruk, apel, nanas, papaya,

semangka, dan anggur

d. Memperbanyak mengkonsumsi sayur yang

berwarna yang banyak mengandung vitamin dan

kaya serat dapat berupa: daun singkog, sawi

hijau,bayam, buncis, terong,wortel, labu kuning,

dan jagung.

3. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan

PHBS

Budaya prilaku hidup bersih akan dapat

menghindarkan seseorang dari keterpapaparan

terhadap sumber infeksi, berikut prilaku hidup bersih

yang dapat di lakukan untuk melindungi keluaraga dari

Covid-19.

a.Selalu mengajari anak mencuci tangan dengan air

mengalir dan menggunakan sabun sabun..

b. Menyediakan hand sanitizer di rumah atau

tas berpergian.

c.Selalu menggunakan masker pada anaka saat di luar

rumah dan pada saat anak sedang batuk atau flu.

d. Membiasakan anak untuk tidak meludah

sembarangan.
28

e. Mengajarkan anak untuk menyentuh area wajah

diri sendiri atau anak pada area mata,hidung,

telinga dengan tangan.

f. Segera mengganti baju atau mandi segera sampai di

rumah setelah berpergian sebelum menggendong

anak.

g. Selalu menggunakan masker pada anak dan diri

sendiri saat kontak dengan orang di sekitar dan

menerapkan etika batuk menutup mulut dan

hidung dengan lengan bagian dalam.

h. Sebaiknya anak bermain di rumah.

i. Membersihkan dengan disenfektan secara rutin

benda atau perabotan yang sering di sentuh di

rumah perabotan seperti perlengakapan dapur,

meja,kursi,gagang pintu

j. Selalu mencuci bahan makanan yang akan di olah

k. Membatasi pemakaian gula,garam dan lemak

dalam membuat makanan.

4. Melakukan aktivitas fisik

Meengajarkan anak melakukan aktivitas fisik

bersama-sama sekurang-kurangnya 15-30 menit.

a. Rutin berolah raga bersama dengan keluarga di

rumah.
29

b. Terpapar sinar matahari sinar matahari dapat di

lakukan dengan berjemur di pagi hari di halaman

rumah bersama keluarga minimal selama 15 menit

c. Istrahat dan tidur yang cukup 6-8 jam

5. Mengikuti kunjungan posyandu

a. Menaati peraturan yang telah di tetapkan peugas

posyandu

b. Menjaga jarak dengan pasien lain

c. Menggunakan masker

d. Bersihkan diri dan anak setelah pulang dari

posyandu

2.1.5. Tipe Pola Asuh

1. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter (outhoritarium parenting) adalah gaya

membatasi dan menghukum ketika orang orang tua memaksa

anak-anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati

pekerjaan serta upaya mereka (menurut hart, dkk, 2003 dalam

Santrock, 2011)

2. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis (outhoritative parentanting)

mendorong anak-anak menjadi mandiri, tetapi masih

menempatkan Batasan dan control atas tindakan mereka.

(Santrock, 2011)

3. Pola asuh permisif


30

Pola asuh permisif (Induigent parenting) merupakan sebuah

gaya pengasuhan ketika orang tua sangat terlibat dengan anak-

anak mereka, tetapi menempatkan beberapa tuntuntan atau control

mereka. Orang tua seperti ini membiarkan anak-anak mereka

melakukan apa yang mereka inginkan . (Santrock,2011).

4. Pola asuh lalai

Pola asuh lalai (Neglectfull parenting) pola asuh orang tua

sangat tidak terlibat kehidupan anak. Anak-anak yang orang tuanya

lalai mengembangkan rasa bahwa aspek lain kehidupan orang tuan

lebih penting daripada mereka (Utari Juliani, 2018).

2.2. Stunting

2.2.1. Definisi Stunting

Stunting juga dapat di sebut dengan (penndek) merupakan

kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis

terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan sehingga anak terlalu

pendek untuk usianya (Persagi, 2018).Selain itu stunting merupakan

masalah kurang gizi yang di sebabkan oleh asupan gizi yang kurang

dalam jangka waktu yang cukup lama akibat dari pemberian

makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (MCA, 2017).

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi

balita dibawah lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis

sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi

sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir
31

akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2

tahun. Stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak

terpaparnya periode1000 hari pertama kehidupan mendapat

perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik,

kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan. Stunting

dapat pula disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai

1000 hari pertama kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh

kembang anaK pada 1000 hari pertama.Pada masa tersebut nutrisi

yang diterima bayi saat didalam kandungan dan menerima ASI

memiliki dampak jangka panjang terhadap kegidupan saat dewasa.

Hal ini dapat terlampau maka akan terhindar dari terjadinya stunting

pada anak- anak dan status gizi yang kurang (Depkes, 2015).

Stunting pada anak merupakan indikator status gizi yang

dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi

secara keseluruhan di masa lampau. Stunting merupakan istilah para

nutrisi untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan

ukuran yang semestinya (bayi pendek) yang merupakan gabungan

dari pendek dan sangat pendek yang terjadi akibat kekurangan gizi

kronis (Riskesdas, 2013).

Kepmenkes RI Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 telah

diatur mengenai standar antropometri penilaian status gizi anak

dengan mengukur berat badan dan panjang/tinggi badan menurut

umur. Pengukuran dengan panjang badan menurut umur dapat

melihat status gizi dan disimpulkan dalam kategori tinggi, normal,


32

pendek dan sangat pendek. Stunting merupakan suatu keadaan

dimana tinggi badan anak yang terlalu rendah. Stunting atau terlalu

pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di bawah

minus dua standar deviasi (<-2 Standar Deviasi) dari tabel status gizi

Child Growth Standard (WHO, 2013).

2.2.2. Klasifikasi Stunting

Beberapa indeks antropometri yang sering di gunakan adalah

berat badan menurut umur BB/U, tinggi badan menurut umur TB/U,

berat badan menurut tinggi badan, BB/TB yang di nyatakan dengan

standar devisi z (Z- score) (Kmenkes, 2017).

Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan tinggi

badan per umur (TB/U) (Kmenkes, 2017)

1. Sangat pendek :zscore< -3,0 SD

2. Pendek :zscore-3,0 SD s/d < -2,0 SD

3. Normal :zscore > -2,0 SD

2.2.3. Kelompok usia beresiko stunting

Pada masa balita merupakan kelompok usia yang beresiko

mengalami kurang gizi salah satunya adalah stunting (Aridiyah,

Rohmawaty, dan Ririanty 2015). Sedangkan menurut (Hagost et al,

2017) kelompok usia 24-35 bulan adalah kelompok usia yang

beresiko besar untuk terkena stunting. Oleh karena itu, keadaan gizi

yang baik dan sehat pada masa anak balita merupakan hal yang

sangat penting bagi kesahatan anaka di masa depan.maka apabila

pola pengasuhan tidak di perhatikan dengan baik ,sehingga balita


33

akan sering mengalami penyakit infeksi (Welasasih and Wirjatmadi

2012).

2.2.4. Penyebab Stunting

Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat

ini adalah stunting. Menurut WHO (1997), secara populasi stunting

berhubungan dengan kondisi social ekonomi yang buruk dan

peningkatan resiko seringnya anak terkena penyakit ,

Gizi buruk kronis (Stunting) tidak hanya disebabkan oleh

satu faktor saja seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi

disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling

berhubungan satu sama lainnnya.Terdapat 4 faktor utama penyebab

stuntunting dapat di jelaskan sebagai berikut (TNP2K, 2017) :

1. Praktek pengasuhan yang kurang baik

Termasuk kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi

sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah Ibu melahirkan.

Beberapa fakta yang menunjukan bahwa 60% dari anak usia 0-6

bulan tidak mendapatkan air susu Ibu (MP-ASI)

2. Terbatasnya layanan kesehatan

Masih banyak keterbatasan layanan kesehatan termasuk ANC-

Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk Ibu selama masa

kehamilan) post natal care dan pembelajaran dini yang

berkualitas.

3. Masih kurangnya keluarga dengan makanan bergizi


34

Hal ini dapat di karenakan harga makanan bergizi di Indonesia

masih tergolong mahal.

4. Kurangnya akses air bersi dan sanitasi lingkungan

Data yang di peroleh dari lapangan dapat menunjukan 1 dari 5

rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang

terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air

minum bersih.

2.2.5. Dampak Stunting

Dampak stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya

perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan

gangguan metabolisme tubuh (Kemenkes RI 2016). Dampak jangka

panjang akibat stunting yaitu kesehatan yang buruk, meningkatnya

risiko terkena penyakit menular, buruknya kognitif dan prestasi

pendidikan yang dicapai pada masa kanak-kanak (Bappenas and

UNICEF 2017). Risiko tinggi munculnya penyakit dan disabilitas

pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang

berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kementerian

Kesehatan RI 2016).

Masalah stunting dapat berdampak pada kerusakan

permanen, anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya

pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi dapat beresiko penurunan

intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak

dapat melanjutkan sekolah dan kurang produktif pada saat dewasa

(Depkes 2012).
35

2.2.6. Faktor Resiko yang mempengaruhi kejadian stunting

Penelitian Prendergast dan Humprey (2014) stunting bisa

dimulai sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun. Gangguan

pertumbuhan selama kehamilan disebut IUGR. Hasil refleksi dari

IUGR nampak setelah lahir berupa BBLR dan stunting. Penjelasan

fakor risiko stunting berdasarkan faktor maternal sebagai berikut:

1. Nutrisi yang kurang pada saat prekonsepsi, kehamilan, dan

laktasi.

Nutrisi yang kurang secara umum disebabkan konsumsi

makanan yang tidak adekuat. Penyebab lain meliputi :kehilangan

darah yang banyak, baik karena luka ataupun saat menstruasi,

rendahnya pengetahuan isu dan ilmu kesehatan,konsumsi

makanan tinggi zat besi pada daging dan sayur masih rendah,

kurang berolah raga, dan, porsi makan sedikit. Berikut bentuk

kekurangan nutrisi :

a. Kekurangan Energi Kronis (KEK)

KEK merupakan kekurangan gizi yang berlangsung

kronis hingga menimbulkan gangguan kesehatan pada Ibu

secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi. Beberapa

hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat

giziseperti jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya

rendah atau keduanya dan atau zat gizi gagal untuk diserap

dan digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).


36

Akibat KEK pada masa kehamilan terhadap janin

yang dikandung antara lain :keguguran, pertumbuhan janin

terganggu hingga bayi lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR), perkembangan otak janin terlambat, hingga

kemungkinan nantinya kecerdasaan anak kurang, bayi lahir

sebelum waktunya (prematur) dan, kematian bayi.

b. Anemia

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi Ibu dengan

kadar hemoglobin <11 gr/dl pada trimester I dan III atau

kadar hemoglobin < 10,5 gr/dl pada trimester II (Kemenkes

RI, 2013). Pada Ibu hamil dengan janin tunggal kebutuhan

zat besi sekitar 1000 mg selama hamil atau naik menjadi 200

%- 300 %. Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin dengan

rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk

menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg hilang ketika

lahir (Arisman, 2010)

c. Faktor menyusui

Meliputi penundaan IMD, tidak ASI eksklusif, dan

penyapihan<2 tahun.

d. Infeksi

Stewart CP, Ionnatti L, Dewey K, Michaelsen KF,

danOnyano AW (2013) menjelaskan infeksi Ibu berkaitan

dengan malaria, kecacingan, HIV/AIDS, dan kondisi lain

yang dapat mengarah pada gangguan pertumbuhan janin.


37

e. Kehamilan usia remaja

Menurut UNICEF remaja berada pada rentan usia< 19

tahun. Kehamilan remaja berkaitan dengan kecukupan gizi

yang dIbutuhkan Ibu untuk pertumbuhannya sendiri dan

pertumbuhanjaninnya. Kesiapan mental dalam memenuhi

kebutuhan gizi dan perawatan kehamilan menjadi

pertimbangan.

f. IUGR dan Preterm

Penelitian A Sania, J Richedwards, Eertzmark, RS

Mwiru, R Kisenge, dan WW Fawzi (2014) menyebutkan

bahwa IUGR dan Preterm berkaitan dengan stunting.

g. Jarak kelahiran

Stewart CP, Ionnati L, Dewey K, Michaelsen KF, dan

Onyano AW, (2013) menjelaskan bahwa jarak kelahiran

berkaitan dengan cadangan nutrisi dan dan kesiapan tumbuh

kembali menerima adanya kelahiran, uterus berfungsi normal

setelah 2 tahun.

h. Hipertensi dalam kehamilan

Menurut kriebs dan Gregor (2010) gangguan

hipertensi dalam kehamilan menyebabkan komplikasi pada

Ibu dan janin. Komplikasi ini meliputi: solusio plasenta,

koogulasi intravascular diseminata, perdarahan otak, gagal


38

hati, dan gagal ginjal akut. Sedangkan pada janin meliputi:

IUGR, prematuritas dan kematian janin dalam Rahim.

i. Factor lingkungan lingkungan keluarga

Stimulasi dan aktivitas, anak yang tidak adekuta,

perawatan yang buruk, sanitasi dan suplai air bersih yang

tidak adekuat, makanan yang tidak terjaga, jumlah makanan

yang kurang, dan dan pengetahuan pengasuh yang rendah

2.2.7. Pencehahan Dan Penanggulangan Stunting

Priode paling kritis dalam pencegahan stunting di mulai sejak

janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun biasa di sebut

dengan periode emas (seribu hari pertama kehidupan). Maka oleh

sebab itu, memperbaiki gizi di perioritaskan pada usia seribu hari

pertama kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilanya dan 730 hari

pada kehidupan pertama bayi yang di lahirkannya (Depkes, 2016)

meliputi:

1. Pada ibu hamil

a. Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil adalah cara yang

terbaik dalam mengatasi untuk pencegahan stunting. Apabila

ibu hamil dalam keadaan sangat kurus, atau telah mengalami

kekurangan energi kronis (KEK), maka sangat penting untuk

di berikan makanan tambahan pada ibu hamil

b. Setiap ibu hamil harus mendapatkan tablet penambah darah,

minimal 90 tablet selama kehamilan.

c. Kesehatan ibu harus tetap di jaga agar tidak sakit


39

2. Pada saat bayi lahir

a. Persalinan di tolong oleh bidan atau dokter terlatih dan

ketika bayi lahir maka segeralah melakukan IMD (Inisiasi

Dini Menyusui)

b. Bayi sampai 6 bulan penuh hanya di beri ASI ekslusif ( Air

Susu Ibu)

3. Bayi usi 6 bulan sampai dengan 2 tahun

a. Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi di berikan makan

pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI akan

berlangsung di berikan sampai umur 2 tahun

b. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia,

imunisasi dasar lengkap

c. Memperhatikan praktek penyiapan dan penyimpanan

makanan

d. Memantau pertumbuhan balita setiap posyandu merupakan

upaya sangat efektif untuk mendeteksi dini terjadinya

gangguan pertumbuhan

e. Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) harus dapat di upayakan

setiap rumah tangga termasuk meningkatkan terhadap air

bersih, dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan

lingkungan. Dengan menerapkan PHBS dapat menurunkan

kejadian penyakit terutama penyakit infeksi, yang dapat

membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan untuk

melakukan perlawanan tubuh mengadapi infeksi, dan gizi


40

sulit di serap oleh tubuh sehingga menghambat pertumbuhan

dan perkembangan anak.

2.3. Konsep Covid-19

2.3.1. Pengertian Covid-19

Dunia saat ini bersatu dalam berjuang bersama melawan

musuh yang tidak terlihat yang sering di sebut dengan Corona Virus

atau Covid-19. Covid-19 merupakan virus strain tunggal positif,

berkapsul dan tidak bersegnmen. Corona virus pada awalnya

menginfeksi hewan dan bersikulasi pada hewan, Corona virus

menyebabkan penyakit berat pada hewan, seperti babi, kucing, anjing,

kuda dan ayam sehingga dapat mentransmisikan dari hewan ke

manusia. (Yuliana, Februari 2020)

Corona virus dapat memperbanyak diri melalui sel-host nya,

virus ini tidak dapat hidup tanpa sel hostnya. Indonesia sampai saat ini

masih bergelut melawan virus Corona-19, sama dengan negara lain di

dunia. Jumlah kasus virus Corona terus bertambah dengan beberapa

melaporkan kesembuhan. tapi tak sedikit yang meninggal. Usaha

penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan COVlD-

19 dengan gejala mirip flu. Kasus virus Corona diketahui lewat

penyakit misterius yang melumpuhkan Kota Wuhan, China. Tragedi

pada akhir 201 9 tersebut terus berlanjut hingga penyebaran virus

Corona mewabah ke seluruh dunia. Tragedi pada akhir 201 9 tersebut

terus berlanjut hingga penyebaran virus Corona mewabah ke seluruh

dunia. Metode penyebaran virus ini sangat cepat dan telah menyebar
41

ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu

beberapa bulan.

Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan

untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran

virus Corona. Pemerintah Negara Indonesia sendiri menggunakan

metode lockdown berupa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar

(PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini. (Ari Fadli, April 2020)

2.3.2. Manefestasi Klinis

1. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini mrupakan kondisi ringan, gejala yang muncul

berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul

seperti demam, batuk, dapat di sertai dengan nyeri tenggorokan,

kongesti hidung,malise, sakit kepala, dan nyeri otot.Perlu di

perhatikan pada pasien dengan lanjut usia dan psien

immunnocompromises gejala menjadi idak khas, pada beberapa

kasus di temui tidak di sertai dengan gejala demam.

2.3.3. Diagnosis

Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu. tiga gejala

utama: demam. batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit

bemapas atau sesak.

1. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible

a. Seseorang yang mengalami:

1) Demam (>380C) atau riwayat demam

2) Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan


42

3) Pnemonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau

gambaran radiologis. (pada pasien immunocompromised

presentasi kemungktnan atiptkal) dan disertai minimal satu

kondisi sebagai benkut :

a) Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah

negara yang terjangkit dalam 14 hari sebelum timbul

gejala.

b) Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama

setelah merawat pasien infeksi saluran pernapasan akut

(lSPA) erat yang tidak dtketahui penyebab / etiologi

penyakitnya. tanpa memperhatikan riwayat bepergian

atau tempat tinggal.

b. Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan

ringan sampai berat dan salah satu berikut dalam 14 hari

sebelum onset gejala:

1) Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau

probable COVlD-19.

2) Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah

teridentti'tkasi).

3) Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan

dengan kasus terkontiminasi atau probable infeksi COVlD-

19 di Tiongkok atau wilayah negara yang terjangkit.

4) Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memtitki

demam (suhu >380C) atau riwayat demam.


43

2. Orang dalam Pemantauan


Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat

demam tanpa pneumonia yang memiliki riwayat penalanan ke

Ttongkok atau wilayah/negara yang terjangkit. dan tidak memiliki

satu atau lebih riwayat paparan diantaranya:

a. Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVlD-19

b. Bekerja atau mengunjungi fastlttas kesehatan yang

berhubungan dengan pasien konnrmast COVlD-19 di Tiongkok

atau wuayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan

perkembangan penyakit).

c. Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan

penular sudah teridentifikasi) di Tiongkok atau Wilayah/negara

yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit).

3. Kasus Prohable

Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-

19 tetapi mkonklusif atau tidak dapat disimpulkan atau seseorang

dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta

coronavirus.

4. Kasus terkonfirmasi

Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-19.


44

2.4. Kerangka Teori

Penyebab dan faktor resiko STUNTING


stunting :
1. Nutrisi yang kurang pada
saat prekonsepsi kehamilan dan
laktasi Dampak Stunting :
2. Praktik pengasuhan yang 1. Jangka pendek: terganggunya
kurang baik perkembangan otak, gangguan
3. Terbatasnya layanan pertumbuhan fisik
kesehatan 2. Jangka Panjang menurunya
4. Masih kurangnya keluarga kekebalan tubuh dan prestasi belajar
dengan makanan bergizi
5. Kurangnya akses air bersih

Pencegahan Stunting dengan pola asuh orang


tua :
1. Ibu hamil
4 Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu
Praktek pebgasuhan yang hamil.
mempengaruhi stunting 2. Pada saat bayi lahir
1 Pemberian ASI ekslusif 2 Persalinan harus dilakukan oleh bidan
2 Pemberian MP-ASI atau dokter terlatih ,ketika bayi lahir segera
3 Penyiapan dan penyajian lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)dan
makanan bayi hanya di berikan ASI ekslusif selama 6
4 Praktik hygiene dan sanitasi bulan penuh.
lingkungan 3. Usia 6 bulan sampai 2 tahun
5 Praktik kesehatan dasar 3 Usia 6 bulan bayi dapat di berikan
6 Pola pencarian layanan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
kesehatan berlangsung sampai usia 2 tahun
7 Pola asuh pada masa pandemi 4 Memberikan vitamin A dan imunisasi
covid-19 dasar lengkap
5 memantau pertumbuhan balita setiap
posyandu untuk mendeteksi terjadinya
gangguan pertumbuhan secara dini
6 memperhatikan penyiapan dan
penyajian makanan.
7 Menerapkan Prilaku hidup bersih
(PHBS) ,meningkatkan air bersih, fasilitas
sanitasi serta menjaga kebersihan lingkungan

Gambar 2.1 Kerangka teori pola asuh orang tua dengan kejadian stunting
(Kementerian Kesehatan RI 2016). (TNP2K, 2017) : (Hagost et al,
2017)
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

1. Penyiapan dan penyajian


makanan selama masa covid-19
2. Praktik hygiene dan
sanitasi lingkunganselama masa
covid-19
3. Praktik kesehatan
dasarselama masa covid-19
4. Pola pencarian layanan
kesehatanselama masa covid-19
5.

Gambar 3.1 : Gambaran Praktek Pengasuhan Orang Tua Pada Anak Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari Lombok Barat.
Sumber : (UNICEF, 2012 , (TNP2K, 2017), (Engle Dkk, 2012), (Depkes 2008),
(Adriani dan Kartika, 2013), (Coore, 2003), (Almatsier, 2011), dan
(Hidayat dan Jahari, 2012 )

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2010).


46

Tabel 3.1 : Definisi Operasional” (engle Dkk, 2012), (Depkes 2008), (Adriani
dan Kartika, 2013), (Coore, 2003), (Almatsier, 2011), dan
(Hidayat dan Jahari, 2012
Variabel Definisi Parameter Alat Skala Hasil ukur
Operasional ukur
Variabel ● Prilaku praktek Prilaku praktek Praktek
:praktek pengasuhan orang pengasuhan pengasuhan
pengasuhan tua dalam 1. Praktik penyiapan orang tua
orang tua mengasuh anak dan penyimpanan Kuesioner Ordinal 1.Baik bila
pada anak yang di peroleh mkanan selama skor
stunting dari penyebaran pandemi covid-19 77,78%-
quesioner 2. Praktik hygiene dan 100%
sanitasi lingkungan 2.Cukup
selama pandemi bila skor
covid-19 55,55%-
3. Praktik kesehatan 77,77%
dasar selama 3.Kurang
pandemi covid-19 dari
4. Praktik pola <55,54%
pencarian layanan
kesehatan selama
pandemi covid-19
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif. Menurut Nursalam (2011), penelitian deskriptif adalah penelitian

yang bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) suatu kejadian penting

yang terjadi pada masa kini. Penelitian kuantitatif adalah tekhnik yang di

gunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil

pengukuran maupun hasil konvensi (Notoatmodjo, 2010) dengan kata lain,

penelitian deskriptif di lakukan untuk mendeskripsikan suatu kondisi yang

terjadi di populasi saat ini. Desain penelitian ini menggambarkan pola asuh

orang tua tentang stunting pada anak pada masa pandemi covid-19 di Wilayah

Kerja Puskesmas Penimbung Kecamatan Gunung Sari kabupaten Lombok

Barat.

4.2 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Penimbung Kecamatan Gunung Sari kabupaten Lombok Barat tanggal

04-10 agustus 2020.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang

memiliki anak yang menderita stunting sebanyak 58 orang di Wilayah


48

Kerja Puskesmas Penimbung Kecamatan Gunung Sari Kabupaten

Lombok Barat.

4.3.2 Sampel

Sampel yang di ambil dalam penelitian ini sebanyak 58 orang

tua yang memiliki anak menderita Stunting di Wilayah Kerja

Puskesmas Penimbung Kecamatan Gunung Sari, teknik pengambilan

sampel menggunakan teknik total sampling yaitu tekhnik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan kriteria sampel :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti

(Nursalam, 2014). 

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Orang tua yang memiliki anak stunting usia di atas 2 tahun.

b. Orang tua yang tinggal serumah dan memiliki anak stunting.

c. Orang tua yang bersedia menjadi responeden

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena

sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2014).

Adapun kriteria eksklusi penelitian ini adalah :

a. Anak stunting dengan orang tua yang sudah meninggal.


49

b. Orang tua yang sedang berpegian jauh pada saat penelitian

sedang berlangsung selama 04-10 agustus 2020

c. Anak stunting atau orang tua yang sedang kurang sehat pada

saat penelitian sedang berlangsung selama 04-10 agustus 2020

4.4 Variabel Penelitian

Pola asuh yang akan diteliti terdiri dari penyiapan dan penyajian

makanan, praktik hygiene dan sanitasi lingkungan, praktik kesehatan dasar

dan pelayanan kesehatan selama masa pandemi Covid-19.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakaan alat ukur untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang dapat diamati (Sugiono, 2010). Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner

merupakan pertanyaan untuk mengetahui informasi secara umum pada

responden.Responden dengan menjawab “Ya” maka nilainya 3, “Kadang”

nilanya 2, “Tidak” nilainya 1.

4.6 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Sebelum alat ukur di gunakan pada subjek penelitian terlebih dahulu

peneliti melakukan uji coba kuesioner pada orang tua yang memiliki anak

stunting di wilayah kabupaten Lombok barat, uji coba kuesioner di lakukan

untuk menguji kelayakan kuesioner dan bertujuan untuk menghindari

pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya, mengganti atau


50

menghilangkan penggunaan kata-kata yang terlalu asing dan di ganti dengan

kata-kata yang lebih sederhan dan mudah di mengerti. Setelah di lakukan uji

coba kuesioner maka selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas

(Nursalam, 2014).

Hasil perhitungan validitas instrument gambaran praktik pengasuhan

orang tua dengan uji validitas dan reabilitas di lakukan dengan menggunakan

SPSS versi 19. Pelaksaan uji validitas di lakukan pada tanggal 11 sampai 13

juli 2020 di Desa Bukit Tinggi dengan jumlah responden 10 orang yang tidak

menjadi sampel dalam penelitian. Uji validitas dan reabilitas dengan nilai r

table yang di dapat adalah df=n-2=10 –2= 8. Dengan tingkat kemaknaan

sebesar 5% atau 0,05. Sehingga di dapatkan nilai r alpha cronbacth adalah

0,986.

Dalam uji validitas, di peroleh seluruh penyataan valid dengan nilai r:

P1 (0,960), P2 (0,820), P3 (0,960) ,P4 (0,604), P5 (0,911), P6 (0,960), P7

(0,960), P8 (0,721), P9 (0,619), P10 (0,960), P11 (0,702), P12 (0,667), P13

(0,619), P14 (0,721), (0,960), P15 (0,960), P16 (0,840), P17 (0,830), P18

(0,960), P19 (0,721), P20 (0,840),P21 (0,830),P22 (0,960), P23 (0,960), P24

(0,732), P25 (0,830), P26 (0,820), P27 (0,960), P18 (0,830), P19 (0,960), P30

(0,911), P31 (0,960), P32 (0,611), P33 (0,960), P34 (0,741), P35 (0,960). Di

mana seluruh nilai r hasil adalah lebih besar dari r table, sehingga kuesioner

di nyatakan valid.

4.7 Etika Penelitian

Penelitian telah dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi dari

institusi pendidikan STIKES Yarsi Mataram, kemudian mengajukan


51

permohonan izin kepada Kepala Badan Pembangunan dan penelitian daerah

(BAPPEDA) Kota Mataram dan mengajukan permohonan izin kepada kepala

Puskesmas Penimbung Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat,

setelah mendapatkan persetujuan baru akan dilaksanakan penelitian dengan

menekankan masalah prinsip dan etika yang meliputi:

4.7.1 Informed Concent

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada

responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan di

sertai judul peenelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan

responden dapat mengerti maksud da tujuan penelitian. Bila subjek

menolak maka penelitian tidak memaksa dan tetap menghormati hak-

hak subjek.

4.7.2 Anonimity

Untuk menjaga kerahasian subjek, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

tersebut, hanya diberi kode tertentu.

4.7.3 Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang akan dikumpulkan dari responden

di jamin oleh peneliti. Data tersebut hanya disajikan atau di laporkan

pada beberapa kelompok yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.8 Pengumpulan dan Analisis Data

4.8.1 Pengumpulan Data

1. Langkah awal peneliti adalah Peneliti sebelum melakukan

pengambilan data, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan APD


52

(Alat Pelindung Diri) seperti masker dan handsanitizer yang akan

di gunakan oleh peneliti saat berinteraksi dengan responden terkait

mengingat kondisi wabah virus covid-19 yang masih pada saat ini

untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan.

2. Tetap menjaga jarak minimal 1 meter selama penelitian

3. mengidentifakasi gambaran praktek pengasuhan yang sesuai

dengan kreteria inklusi.

4. membuat kontrak waktu dengan setiap responden selama sekitar

20 menit pada praktek pengasuhan yang akan menjadi responden.

5. peneliti memberikan penjelasan tentang proses penelitian yang

akan di lakukan pada responden.

6. Responden yang bersedia di teliti, kemudian terlebih dahulu di

berikan penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan tentang kuesioner serta cara pengisiannya

7. .Selnjutnya peneliti memberikan surat persetujuan (informed

conset) untuk di tanda tangani.

8. Peneliti mengumpulkan data dengan responden yang sudah

mengisi lembar kuesiner dan peneliti menulis di lembar observasi

yang telah di siapkan dan peneliti melakukan pengecekan

kelengkapan kuesioner di tempat pelaksanaan penelitia.

4.8.2 Analisis Data

Analisa univariat dilakukan untuk mengidentifikasi variable

karakteristik demografi responden, jenis kelamin, umur, pendidikan


53

dan praktek pengasuhan orang tua pada anak stunting selama masa

pandemi covid-19
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian di lakukan di Desa Penimbung Kecamatan Gunung

Sari Kabupaten Lombok Barat, di lihat dari letak geografisnya Desa

Penimbung merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan

Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara

Barat. Desa ini merupakan satu dari 12 Desa dan kelurahan yang

berada di Kecamata Gunung Sari. Desa Penimbung terdiri dari 7

Dusun yaitu: Karang Tembe, Gubuk Baru, Penimbung Timur,

Penimbung Selatan,Penimbung Barat, Penimbung Utara, dan

Penimbung Muhajirin. Desa ini memiliki jumlah penduduk sekitar ±

2.400 jiwa.Sebagian besar jumlah penduduk bersusku Sasak dan

terletak di bagian barat Pulau Lombok.

5.1.2 d

1. Karakteristik Demografi Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan usia


Tabel 5.1 Responden Berdasarkan Umur di Desa Penimbung
Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat.

Umur Ibu N %
17 – 25 Tahun 21 36,2
26 – 35 Tahun 33 56,9
36 – 45 Tahun 4 6,9
Total 58 100
55

Sumber :Data Primer terolah 2020

Berdasarkan tabel 5.1 dapat di ketahui sebagian besar

responden penelitian pada penelitian Menjelaskan bahwa umur

responden yang terbanyak adalah ibu yang berumur 17-29 tahun

berjumlah 40 orang (69%) dan umur responden yang paling

sedikit adalah 36-45 tahun dengan jumlah 18 orang(31%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di
Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok
Barat

Pendidikan Ibu N %
Rendah 14 24,1
Menengah 21 36,2
Tinggi 23 39,7
Total 58 100

Sumber :Data Primer terolah 2020

Tabel 5.2 menjelaskan bahwa responden menurut tingkat

Pendidika yang terbanyak adalah Ibu dengan Pendidikan tinggi

yaitu sebanyak 23 orang (39,7%), dan responden dengan

pendidikan rendah yaitu sebanyak 14 orang (24,1%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di
Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat

Pekerjaan Ibu N %
Bekerja 16 27,6
Tidak Bekerja 42 72,4
Total 58 100

Sumber :Data Primer terolah 2020


56

Tabel 5.3 menjelaskan bahwa responden dengan Ibu tidak


bekerja 42 orang (72,4) dan ibu rumah tangga dengan jumlah 16
orang (27,6%).

d. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Anak


Tabel 5.4 Karakteristik Berdasarkan Umur Anak Stunting di Desa
Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat

Umur Anak N %
2 Tahun 17 29,3
3 Tahun 34 58,6
4 Tahun 7 12,1
Total 58 100

Sumber :Data Primer terolah 2020

Berdasarkan Tabel 5.4 menjelaskan bahwa umur anak

terbanyak 3 tahun dengan jumlah 34 orang(58,6%),dan distribusi

umur paling sedikit yaitu 4 tahun dengan jumlah 7 orang (12,1%).

e. Karakteristik sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Anak


Tabel 5.5 Karakteristik Jenis Kelamin Anak Stunting di Desa
Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat

Jenis Kelamin N %
Laki-laki 32 55,2
Perempuan 26 44,2
Total 58 100

Sumber :Data Primer terolah 2020

Tabel 5.5 menejelaskan bahwa distribusi jenis kelamin anak

terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 32 orang

(55,2%), dan perempuan dengan jumlah 26 orang (44,2%).

f. Karakteristik Kategori Stunting Berdasarkan Indikator TB/U


di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat
Tabel 5.6 Karakteristik Kategori Stunting Berdasarkan Indikator
TB/U di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat.
57

Kategori Stunting N %
Sangat Pendek 17 29,3
Pendek 41 70,7
Total 58 100

sumber: Data Primer terolah 2020.

Tabel 5.6 menjelaskan bahwa kategori stunting berdasarkan

TB/U di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat

dengan kategori pendek sebanyak 41 orang (70,7%) dan kategori

sangat pendek sebanyak 17 orang (29,3%).

5.1.3 Variabel Yang Diukur

2. Gambaran Praktek Pengasuhan Orang Tua Dengan Kejadian


Stunting pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Penimbung
Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat.

a. Gambaran Praktek Pengasuhan


Hasil yang di peroleh setelah pengisian kuesioner
gambaran praktek pengasuhan di Desa Penimbung Kecamatan
Gunung Sari Lombok Barat dapat di lihat pada tabel 5.7 sebagai
berikut:
Tabel 5.7 Gambaran Praktek Pengasuhan Pada Anak
Stunting di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok
Barat

Praktek Pengasuhan N %
Kurang 30 51,7
Cukup 22 37,9
Baik 6 10,3
Total 58 100

Sumber: Data Primer terolah 2020

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukan

bahwa responden yang melakukan praktek pengasuhan dengan

nilai kurang baik sebanyak 28 orang (48,3%) sedangkan


58

responden yang melakukan praktek pengasuhan dengan nilai

baik sebanyak 7 orang (12,1%).

a. Gambaran Praktek Pengasuhan Berdasarkan Penyiapan Dan


Penyajian makanan

Tabel 5.8 Gambaran Praktek Pengasuhan Penyiapan Dan


Penyajian Makanan Selama Pandemi Covid-19 Di Desa
Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat
Praktek Penyiapan Dan Penyajian N %
Kurang 37 63,8
Cukup 14 24,1
Baik 7 12,1
Total   58 100

Sumber:Data Primer terolah 2020

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 menunjukan

bahwa responden yang melakukan praktek pengasuhan

penyiapan dan penyajian dengan nilai kurang baik sebanyak 28

orang (37,8%) sedangkan responden yang melakukan praktek

pengasuhan dengan nilai baik sebanyak 7 orang (12,1%).

b. Gambaran Praktek Pengasuhan Berdasarkan Variabel


Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan Selama Pandemi Covid-
19

Tabel 5.9 Gambaran Praktek Pengasuhan Hygiene Dan Sanitasi


Lingkungan Di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari
Lombok Barat
Praktek Hygiene Dan Sanitasi n %
Cukup 21 36,2
Baik 37 63,8
total   58 100
59

Sumber: Data Primer terolah 2020

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.9 menunjukan

bahwa responden yang melakukan praktek pengasuhan hygiene

dan sanitasi lingkungan dengan nilai baik sebanyak 37 orang

(63,8%) sedangkan responden yang melakukan praktek

pengasuhan hygiene dan sanitasi lingkungan dengan nilai cukup

sebanyak 21 orang (36,2%).

c. Gambaran Praktek Pengasuhan Berdasarkan Variabel


Praktek Kesehatan Dasar Selama Pandemi Covid-19

Tabel 5.10 Gambaran Praktek Praktek Kesehatan Dasar Di Desa


Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat
Praktek Kesehatan   N %
Dasar
Kurang 25 43,3
Cukup 28 48,3
Baik 5 8,6
Total   58 100

Sumber: Data Primer terolah 2020

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.10 menunjukan

bahwa responden yang melakukan kesehatan dasar dengan nilai

kurang sebanyak 25 orang (43,3%) sedangkan responden yang

melakukan praktek pengasuhan kesehatan dasar dengan nilai

baik sebanyak 5 orang (8,6%).

d. Gambaran Praktek Pengasuhan Berdasarkan Variabel


Pelayanan Kesahatan Selama Pandemi Covid-19

Tabel 5.11 Gambaran Praktek Praktek Pengasuhan


Pelayanan Kesehatan Di Desa Penimbung Kecamatan Gunung
Sari Lombok Barat
60

Praktek Pelayanan Kesehatan N %


Cukup 13 22,4
Baik 45 77,6
Total   58 100

Sumber: Data Primer terolah 2020

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.11 menunjukan

bahwa responden yang melakukan pelayanan kesehatan dengan

nilai baik sebanyak 45 orang (77,6%) sedangkan responden

yang melakukan praktek pengasuhan pelayanan kesehatan

dengan nilai cukup sebanyak 13 orang (22,4%).

5.2. Pembahasan

5.2.1Karakteristik Responden

5.2.2Praktik pengasuhan berdasarkan penyiapan dan penyajian makanan

5.2.3Praktik pengasuhan berdasarkan hygiene dan sanitasi lingkungan

5.2.4Praktik pengasuhan berdasarkan kesehatan dasar

5.2.5Praktik pengasuhan berdasarkan pencarian layanan kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan Di Desa Penimbung

Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat pada tabel 5.7 menunjukan bahwa

responden yang melakukan praktek pengasuhan dengan nilai kurang

sebanyak 30 orang (51,7%) sedangkan responden yang melakukan praktek

pengasuhan dengan nilai baik hanya sebanyak 6 orang (10,3%). Hasil

penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan oleh Dwi Bella Febriani dkk

(2019) menunjukkan dari seluruh responden ibu dengan praktek

pengasuhan yang kurang baik terhadap anak yaitu sebesar 64,7%.


61

Sedangkan dari seluruh responden ibu dengan praktek pengasuhan yang

baik, hanya sebesar 21,7%,yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kebiasaan praktek pengasuhan dengan kejadian stunting

didapatkan nilai p value=0,001 (p<0,05.hasil penelitian ini juga di dukung

oleh penelitian yang di lakukan oleh Utari Juliani, (2018) yang menunjukan

bahwa terdapat hubungan pola praktek pengasuhan orang tua dengan

kejadian stunting pada anak di PAUD All Fitrah Kecamatan Sei Rampah

Kabupaten Serdang Bedagai dengan nilai p=0,000 dan a=0,05 di mana p <a.

Hasil penelitian berdasarkan variable praktek penyiapan dan penyajian


makanan yang di lakukan Di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari
Lombok Barat pada tabel 5.8 menunjukan bahwa responden yang
melakukan praktek penyiapan dan penyajian makanan dengan nilai kurang
sebanyak 37 orang (63,8%) sedangkan responden yang melakukan praktek
penyiapan dan penyajian makanan dengan nilai baik hanya sebanyak 7
orang (12,1%) Pengasuhan penyiapan dan penyajian pemberian makan
dengan cara sehat, pemberian makan bergizi dan mengatur porsi makan
akan meningkatkan status gizi yang baik. Praktek penyiapan dan penyajian
pemberian makanan tersebut berupa mengatur makanan yang baik untuk
anak harus memenuhi syarat-syarat kecukupan energy dan zat gizi sesuai
umur anak , pola menu seimbang dengan bahan bahan yang tersedia,
kebiasaan dan selera makan anak, bentuk dan porsi yang di sesuaikan
dengan kondisi anak, frekuensi pemberian makan, pemberian makan
selingan, penentuan waktu dan cara makan .Praktek penyiapan dan
penyajian makanan yang kurang baik mengakibatkan anak tidak
memperoleh asupan gizi seimbang sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan anak. Pernyataan ini di dukung oleh hasil penelitiann yang di
lakukan Rahmayan, dkk (2014) di kota makasar yang menyebutkan, bahwa
praktek penyiapan dan penyajian makanan dalam kategori baik terhadap
terhadap tinggi badan anak adanya hubungan yang signifikan antara praktek
62

penyiapan dan pemberian makan dengan kejadian stunting dengan


(p=0,007).
Hasil penelitian berdasarkan variable praktek hygiene dan sanitasi

lingkungan yang di lakukan Di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari

Lombok Barat pada tabel 5.9 menunjukan bahwa responden yang

melakukan praktek hygiene dan sanitasi lingkungan dengan nilai baik

sebanyak 37 orang (63,8%) sedangkan responden yang melakukan praktek

hygiene dan sanitasi lingkungan dengan nilai baik sebanyak 21 orang

(36,2%). Kebersihan diri maupun lingkungan berperan penting dalam

tumbuh kembang anak. Kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan

berperan besar dalam pemeliharan kesehatan yang akan mencegah penyakit,

penyakit infeksi sebagai factor turunnya status gizi anak. Pengasuha hygiene

dan sanitasi lingkungan harus di sesuaikan dengansyarat kesehatan dalam

menjaga kesehatan dengan mandi dua kali sehari, rambut, tangan, kaki dan

pakaian harus bersih. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang yang

tidak baik akan memudahkan terjadinya penyakit infeksi saluran

pencernaan, seperti diare dan cangan. Penelitian yang di lakukan oleh

Yudianti (2016) menyebutkan bahwa ada hubungan antara praktek

pengasuhan hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting

dengan p=0,016 dan OR=3,42.

Hasil penelitian berdasarkan variable praktek kesehatan dasar yang di

lakukan Di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat pada

tabel 5.10 menunjukan bahwa responden yang melakukan praktek dasar

dengan nilai kurang sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan responden yang

melakukan praktek kesehatan dasar dengan nilai baik hanya sebanyak 5


63

orang (8,6%). Praktik perawatan kesehatan dasar anak di rumah baik dalam

keadaan sehat ataupun keadaan sakit merupakan suatu aspek pola asuh

yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak. Selain itu menurut Lucia

Sari dkk,( 2011) perilaku kesehatan dasar anak yang dapat di berikan berupa

menerapkan kebiasaan anak bermain di rumah ,menerapkan kebiasaan

kebersihan, menerapkan kebiasaan baik lainya yang perlu di ajarkan pada

anak. Sedangkan keperawatan dasar yang di alkukan orang tua di rumah

pada anak dalam keaadan sakit : Pengobatan anak yang sedang sakit dan

perawatan selama masa penyembuhan di rumah secara tepat, pemberian

makan dan cairan yang sesuai ketika anak sedang sakit, pengobatan yang

tepat di rumah terhadap penyakit ringan seperti batuk, filek, dan demam,

penggunaan LGG (larutan gula garam) atau cairan lain di rumah untuk

mencegah dehidrasi selam anak mengalami diare, dan Mencari bantuan

tenaga kesehatan untuk pengobatan yang lebih pada penyakit dan luka

(Lucia Sari dan Anindah Sucia,2011).

Hasil penelitian berdasarkan variable pencarian pelayanan kesehatan

yang di lakukan Di Desa Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok

Barat pada tabel 5.10 menunjukan bahwa responden yang melakukan

pencarian pelayanan kesehatan dengan baik kurang sebanyak 45 orang

(77,6%) sedangkan responden yang melakukan praktek pencarian pelayanan

kesehatan dengan nilai cukup sebanyak 13 orang (22,4%).

Kebiasaan orang tua dalam upaya mendapatkan pelayanan kesehatan

mencakup cara ibu untuk mengakses pelayanan kesehatan yang dapat

memberikan imunisasi lengkap, pengobatan penyakit dan bantuan tenaga


64

kesehatan professional dalam menjaga kesehatan anak. Hal tersebut sangat

berperan dalam peninglkata status gizi anak di mana ibu berupaya

memperoleh informasi kesehatan yang benar. Upya peningkatan

pemaafaatan pelayanan kesehatan pada ibu dengan mengikuti berbagai

kegiatan misalnya posyandu, penyuluhan dan konseling gizi. Orang tua

yang memiliki kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik

terhadap anaknya,seprti anak mendapatkan imunisasi, vitamin A secara

rutin,obat cacing,kehadiran Posyandu setiap bulan dan sarana pengobatan

yang tepat dan professional dapat mengurangi resiko terjadinya stunting dan

dapat meningkatkan status gizi serta kesehatan anak (Jurnal Gizi

Indonesia,2019)

Pola praktek pengasuhan merupakan hal yang penting dalam proses

tumbuh kembang anak.Praktek pengasuhan yang baik merupakan gambaran

adanya interaksi positif dengan pengasuh utama yang berperan dalam

perkembangan status gizi anak sehingga sehingga menciptakan tumbuh

kembang anak yang normal (Rakhmawati, Istina, 2015).

Praktek pengasuhan ibu dipengaruhi dua faktor yaitu pertama faktor

internal yang yaitu (umur ibu, pekerjaan ibu,pendidikan dan, tingkat

pengetahuan dalam praktek pengasuhan pada anak). Kedua Faktor

eksternal atau dalam lingkungan keluarga (tradisi yang ada di lingkungann

yang mempengaruhi ibu dalam menerapkan suatu bentuk praktek

pengasuhan (Soetjiningsih, 2012). Peranan ibu sebagai pengasuh utama

anaknya sangat diperlukan mulai praktek penyiapan dan penyajian

makanan, praktek hygiene dan sanitasi lingkungan, praktek kesehatan dasar


65

dan pencarian pelayanan kesehatan.Faktor internal adalah faktor utama

untuk menentukan pola praktek pengasuhan keluarga dengan tingkat

pendidikan,umur ibu,pekerjaan ibu dan ekonmi dalam keluarga. Jika faktor

internal ibu rendah akibatnya ibu tidak mampu untuk memilih hingga

menyajikan makanan untuk keluarga memenuhi syarat gizi seimbang

(Kusuma Aji Dimas Setiyo, 2016) .

Berdasasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Atikah Rahayu

yang menyatakan Pendidikan ibu memiliki hubungan yang siginifikan

dengan praktek pengasuhan dengan nilai (p<0,05). Hal ini senada dengan

hasil penelitian di Meksiko bahwa pendidikan ibu sangat penting dalam

hubungannya dengan pengetahuan gizi dan pemenuhan gizi keluarga

khususnya anak, karena ibu dengan pendidikan rendah antara lain akan sulit

menyerap informasi gizi sehingga anak dapat berisiko mengalami stunting

(Penel Gizi Makan, Drsember 2014).

Namun pada faktor umur ibu di temukan Berdasarkan hasil penelitian

yang di lakukan oleh Dimas Setiyo Kusuma Aji, dkk (2016), menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan praktek

pengasuhan ibu pada pada anak dengan nilai p (0,472) > α (0,05). Dan

penelitian ini juga di dukung oleh penelitian Aziza dan Mugiati, (2012)

menunjukan bahwa umur ibu tidak berhubungan dengan praktek

pengasuhan dengan niali p (0,405)> a (0,05).

Berdasarkan penelitian Rahayu Atikah, dkk (2014), terdapat pengaruh

yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap perilaku praktek


66

pengasuhan pada anak dengan nilai p (0,001) ≤ α (0,05).Dan dari hasil

penelitan dahlia bahwa tingkat pengetahuan ibu sangat berperan dalam

pertumbuhan status gizi anak.Tingkat pengetahuan ibu yang baik akan

mampu menyebabkan ibu mampu menyusun menu yang baik untuk di

konsumsi.Semkin banyak pengetahuan seseorang, maka akan semakin

memperhitungkan jenis praktik pengasuhan yang baik untuk keluarganya

(Rahayu Atikah, Laily Khairiyati 2014).

Berdasarkan pengaruh factor pekerjaan Ibu, penelitian yang di

lakukan oleh Dimas Setiyo Kusuma Aji, dkk (2016),erdapat bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara ibu bekerja dengan perilaku pola asuh

ibu pada balita dengan nilai p (0,405) > α (0,05). Penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian Salimar dkk (2011), menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara ibu bekerja dengan praktek pengasuhan anak. Status

pkerjaan , dimana yang seharusnya ibu yang tidak bekerja dan menjadi ibu

rumah tangga di rumah dan aka ada waktu waktu lebih banyak untuk

anaknya dan ketersedian waktu dalam pola praktek pengasuhan anak

menjadi lebih maksimal dari pada dengan ibu bekerja akan lebih

kemungkinan anak mengalami stunting. Kondisi tersebut dapat di sebabkan

karena kurangnya waktu ibu dan kontak ibu dalam melakukan pengasuhan

(Gibney, Margets, Kearney, dan Arab, 2015)

Berdasarkan pengaruh factor ekonomi dalam pengasuhan, hasil

Penelitian Torlesse, Kronin , Sebayang, dan Nandy (2016) menunjukkan

bahwa keluarga dengan ekonomi rendah mempunyai pengaruh terhadap

praktek pengasuhan dengan nilai p (0,002) ≤ α (0,05 . Penelitian ini tidak


67

sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Setiyo Kusuma Aji dkk

(2016,) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan ekonomi

dengan praktek pengasuhan ibu pada anak dengan nilai p (0,349) > α (0,05).

Keluarga yang memiliki ekonomi tinggi akan mudah dalam memenuhi

kebutuhan makanan dan kebutuhan lainya, begitu juga sebaliknya keluarga

dengan tingkat ekonomi rendah akan tidak mampu membeli makanan

bergizi , cukup dan beragam untuk anak-anaknya sehingga berpengaruh

dalam tingkat konsumsi keluarga (Tarikku, Biks, Derso, dan Abebe, 2017).

5.3. Keterbatasan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti mempunyai kelemahan-kelemahan baik

dalam hal penulisan maupun dalam kerangka berfikir. Kelemahan-

kelemahan tersebut terlis dalam keterbatsan. Adapun keterbatsan yang di

hadapi oleh peneliti antara lain :

1. Keterbatasan waktu pada penelitian, tindakan hanya di lakukan 5 kali


dari yang seharusnya di lakukan maksimal 7 kali karna mengingat
terkait tidak tentu waktu normalnya masa pandemic covid-19

2. Llokasi yang sangat jauh dari tempat tinggal peneliti

3. Jumlah sampel yang terlalu banyak sehingga terdapat keterbatasan


tenaga peneliti.
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian gambaran praktek pengasuhan orang tua pada

anak stunting selama masa pandemi civid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas

Penimbung Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat tahun 2020, maka dapat

di simpulkan gambaran praktek pengasuhan orang tua dengan nilai baik

hanya sebanyak 6 responden (10,3%) dan gambaran praktek pengasuhan

dengan nilai kurang di dapatkan sebanyak 30 responden (51,7%).

Sedangkan gambaran praktek pengasuhan orang tua berdasarkan variabel

penyiapan dan penyajian makan dengan nilai kurang sebanyak 37 orang

(63,8%) dan dengan nilai baik sebanyak 7 0ran (12,1%). Berdasarka

variabel gambaran hygiene dan sanitasi lingkungan di dapatkan hasil dengan

nilai baik sebanyak 37 orang (63,8%) dan dengan nilai cukup sebanyak 21

(36,2%). Berdasarkan gambaran variabel kesehatan dasar menunjukan nilai

kurang sebanyak 25 orang (43,1%) dan dengan nilai baik hanya 5 orang

(8,6%).Dan berdasarkan variabel gambaran praktek pencarian pelayanan

kesehatan di dapatkan hasil yang menunjukan dengan nilai baik sebanyak

45 orang (77,6%) dan dengan nilai cukup menunjukan 13 orang (22,4%).

Gambaran praktek pengasuhan orang tua dengan parameter praktek

penyiapan dan penyajian makan, praktek hygiene dan sanitasi

lingkungan,praktek kesehatan dasar dan praktek pencarian pelayanan yang

baik pada Ibu di Desa Penimbung selama masa pandemi covid-19 perlu di

tingkatkan lagi sehingga dapat mengurangi kecenderungan anak untuk


69

mengalami stunting. Perbaikan permasalahan gizi dengan pemberdayaan

masyarakat dengan pendekatan positive deviance dapat digunakan dalam

upaya preventif dan promotif merubah kebiasaan keluarga dalam

meningkatkan status gizi dengan mengenali kebiasaan positif ibu anak dan

mampu menyebarkan kebiasaan positif tersebut pada ibu anak lainnya.

6.2 Saran

1. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat di gunakan sebagai media

untuk mendapat informasi dan prtimbangan tentang gambaran praktek

pengasuhan orang tua dengan kejadian stunting, sehingga dapat di

gunakan untuk menyusun asuhan keperawatan secara tepat dalam

upaya mengurangi kejadian stunting berdasarkan praktek pengasuhan.

2. Bagi Responden di Desa Penimbung

Memberikan informasi kepada Ibu yang berguna untuk

menambah wawasan, meningkatkan pengetahuan, dan kesadaran

meningkatkan praktek pengasuhan status gizi dalam pemberian makan

pada balita stunting selama masa pandemi covid-19.

3. Aplikatif

Bagi tempat penelitian di harapkan dapat mengadakan

kerjasama lintas program terkait mengadakan program-program

promosi kesehatan anak sehingga pengetahuan Ibu tentang kesehatan

anak dalam memberikan praktek pengasuhan anak lebih baik.


70

DAFTAR PUSTAKA

Aji Kusuma Setiyo Dimas, dkk. 2016. Faktor- Fktor Yang Berpengaruh
Terhadap Pola Asuh Balita Di Kabupaten Banyumas. Universitas
Jendral Soedirman.
Anugraheni HS, Kartasurya MI. Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Pati Kabupaten Pati . Jurnal of
Nutrition College. 2012;1(1):30-37.
Aradiya, farah, oki dkk, 2015. Factor-Factor Yang Mempengaruhi Stunting Pada
Anak Balita Diwilyah Pedesaan Dan Perkotaan. Universitas Jember
Aramico, dk, 2013. Hubungan Social Ekonomi Pola Asuh, Pola Makan Dengan
Stunting Pada Sekolah Dasar DiKecamatan Luttaw Kabupaten Aceh
Tengah
Ari Fadli, 2020. Mengenal Covid-19 Dan Cegah Penyebarannya, Artikel (Pdf
Available). Universitas Jendral Sudirman
Bella Dwi Febriani, dkk. 2019. Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadia Stunting
Balita Dari Keluarga Miskin Di Kota Palembang.
CORE. Positive Deviciance & Heart : Buku Panduan Pemulihan Yang
Berkesinambungan bagi kejadian Stunting Anak Usia 6-12 Bulan.
Media Gizi Dan Keluarga.2010;29 (2) :40-46.
Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Depkes RI
Hidayatulloh, Cecep Lubis.2020. Generasi Emas Terancam Hilang. Opini
Median Indinesia
Hurlock, EB. (2005). Perkembangan Anak I. Jakarta: Erlangga
Irdawati dan Dewati , A. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Prilaku
Ibu dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Anak Balita Malnutrisi di
Posyandu Desa Sambungan Boyolali. Jurnal Keperawatan vol 3 (02)
2010.
Kmenkes, 2017. Provinsi Sumatra Utara Buku Saku Pemantauan Status Gizi
Tahun 2017. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.
71

KYLE, Terri, Susan, Carman. 2014. Buku Ajar Keperawatan, Media Tri Edisi 2
Notoadmodjo, S. 2012. Metedologo Penelitian Kesehatan, Jakarta :
Bhineka Cipta
Nasution B. Pengaruh Pola Asuh Ibu Terhadap Status Gizi Balita Keluarga
Miskin Di Kecamatan Panyambungan Utara Kabupaten Natal Tahun
2011. Medan: Universitas Utara.
Olivia Agata, 2020. 700 Anak Stunting Selama Masa Pandemi Covid-19.
Katadata.co.id.
Persagi. 2018. Stop Stunting Dengan Konseling Gizi. Jakarta : Penebar Plus
Rahamayana. 2014. Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting Anak Usia
24-59 bulan di Posyandun Asoka II Wilayah Pesisir Kelurahan
Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makasar.
Rahayu Atikah, dkk, 2014. Resiko Pendidkan Ibu Terhadap Kejadian Stunting
Pada Anak 6-23 Bulan. Banjarmasin: Uneversitas Lambung
Mangkruat.
Rakhmawati, Istina. 2015. Peran Penting Keluarga Dalam Pengasuhan Anak.
Jawa Tengah.
Renyoet, Brigite Sarah, dkk. 2013. Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadian
Stunting Anak Usia 6-23 bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo
Kota Makasar: Universits Hasanudin.
RISKESDAS. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2017.
Jakarta: Depertemen Kesehatan RI ,2017.
Santrock. 2011. Masa Perkembangan Anak, Edisi Jilid 2. Jakarta :Slemba
Humaika.
Soetjiningsih, 2012. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
TNF2K, 2017. Seratus Kabupaten Atau Kota Perioritas Untuk Intervensi Anak
Kerdil (Stunting). Jakarta Pusat: TIM Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Unicef. Ringkasan Kajian Gizi. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan. Kmenkes RI:
2012.
72

Utari. 2018. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita di Paud Alfitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang
Bedagai. Skripsi Sarjana Ilmu Kebidanan Universitas Politeknik
Kesehatan Medan.
Yuliana, 2020. Corona Virus Disiases (Covid-19) Tinjauan Literatur Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
Lampiran 1

INFORMED CONSENT

Saya Rinulia Andisva, mahasiswa STIKES Yarsi Mataram Program S1


Ilmu Keperawatan, mengharapkan partisipasi Saudara/saudari dalam pnelitian
saya yang berjudul “Gambaran praktek pengasuhan Orang Tua Pada
Anak Stunting Selama Pandemi Covid 19 Di Wilayah Kerja
puskesmas Penimbung Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok
Barat”.
Saya juga mengharapkan tanggapan serta jawaban yang diberikan sesuai
dengan kenyataan atau yang anda rasakan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya
menjamin kerahasian jawaban Saudara/saudari, informasi yang anda berikan
hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Tanda tangan di bawah ini menunjukan Saudara/saudari telah diberi
informasi dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

No. Responden :  
Nama :  
Umur :  
Jenis Kelamin :  
Tanda Tangan :  

( )
Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Assalamualaikum Wr. Wb
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Yarsi Mataram, maka saya atas
nama Rinulia Andisva.
Akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran praktek
pengasuhan Orang Tua Pada Anak Stunting Selama Pandemi Covid
19 Di Wilayah Kerja puskesmas Penimbung Kecamatan Gunung Sari
Kabupaten Lombok Barat”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran praktek pengasuhan orang tua pada anak stunting selama masa
pandemi.Untuk kepentingan tersebut, saya memohon kesediaan dari Bapak/Ibu
untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan Bapak/Ibu sebagai
responden. Kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Jika Bapak/Ibu tidak
bersedia, maka di perbolehkan untuk tidak ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Apabila Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, maka
saya mohon kesediannya untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden.
Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu saya ucapkan terima
kasih.
Mataram, Agustus 2020
Hormat Saya,

Rinulia Andisva
Lampiran 3

PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan surat ini saya menyatakan bahwa saya bersedia/tidak besedia


untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul” Gambaran praktek
pengasuhan Orang Tua Pada Anak Stunting Selama Pandemi Covid
19 Di Wilayah Kerja puskesmas Penimbung Kecamatan Gunung Sari
Kabupaten Lombok Barat” yang akan di laksanakan oleh saudari Rinulia
Andisva.
Saya telah mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian ini sesuai dengan
penjelasan dari peneliti yang sudah disampaikan kepada saya.
Demikian secara sadar dan sukarela serta tidak ada unsur paksaan dari siapapun
dalam saya membuat surat pernyataan ini.

Penimbung, Agustus 2020


Responden

( )
Lampiran 4
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 10 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.986 35

Kuesioner dinyatakan valid karena Cronbach's Alpha 0,986 >0,54


Item Statistics
Mean Std. Deviation N
p1 2.40 .516 10
p2 2.30 .483 10
p3 2.40 .516 10
p4 2.60 .516 10
p5 2.50 .527 10
p6 2.40 .516 10
p7 2.40 .516 10
p8 2.30 .675 10
p9 2.70 .483 10
p10 2.40 .516 10
p11 2.10 .738 10
p12 2.10 .738 10
p13 2.70 .483 10
p14 2.30 .675 10
p15 2.40 .516 10
p16 2.40 .699 10
p17 2.20 .919 10
p18 2.40 .516 10
p19 2.30 .675 10
p20 2.40 .699 10
p21 2.20 .919 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
p22 2.40 .516 10
p23 2.40 .516 10
p24 2.20 .789 10
p25 2.20 .919 10
p26 2.30 .483 10
p27 2.40 .516 10
p28 2.20 .919 10
p29 2.40 .516 10
p30 2.50 .527 10
p31 2.40 .516 10
p32 1.90 .738 10
p33 2.40 .516 10
p34 2.30 .675 10
p35 2.40 .516 10

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted
p1 79.90 308.767 .960 .985
p2 80.00 312.222 .820 .985
p3 79.90 308.767 .960 .985
p4 79.70 315.122 .604 .986
p5 79.80 309.289 .911 .985
p6 79.90 308.767 .960 .985
p7 79.90 308.767 .960 .985
p8 80.00 308.889 .721 .985
p9 79.60 315.600 .619 .986
p10 79.90 308.767 .960 .985
p11 80.20 307.733 .702 .986
p12 80.20 308.622 .667 .986
p13 79.60 315.600 .619 .986
p14 80.00 308.889 .721 .985
p15 79.90 308.767 .960 .985
p16 79.90 305.433 .840 .985
p17 80.10 299.211 .830 .985
p18 79.90 308.767 .960 .985
p19 80.00 308.889 .721 .985
p20 79.90 305.433 .840 .985

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted
p21 80.10 299.211 .830 .985
p22 79.90 308.767 .960 .985
p23 79.90 308.767 .960 .985
p24 80.10 305.656 .732 .985
p25 80.10 299.211 .830 .985
p26 80.00 312.222 .820 .985
p27 79.90 308.767 .960 .985
p28 80.10 299.211 .830 .985
p29 79.90 308.767 .960 .985
p30 79.80 309.289 .911 .985
p31 79.90 308.767 .960 .985
p32 80.40 310.044 .611 .986
p33 79.90 308.767 .960 .985
p34 80.00 308.444 .741 .985
p35 79.90 308.767 .960 .985
Lampiran 5
KISI-KISI KUESIONER
GAMBARAN PRAKTEK PENGASUHAN ORANG TUA PADA ANAK
STUNTING
SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS
PENIMBUNG KECAMATAN GUNUNG SARI KABUPATEN LOMBOK
BARAT

Identitas Responden

1.Nama Ibu :

2.Usia Ibu :

3.Pendidikan terakhir Ibu:

SD / SMP / SMA / Diploma / S1 *)

4.Usia anak :

5.Anaka ke berapa :

*) Centang yang sesuai

Instrumen Praktek pengasuhan Ibu

Pilihlah jawaban yang anda anggap paling tepat dengan memberikan tanda (
centang) ! pada option YA dengan nilai 3, KADANG dengan nilai 2, TIDAK
dengan nilai 1.

Jawaban
No Pertanyaan Kadan
Ya Tidak
g
 Apakah ibu mengetahui makanan yang menyebabkan      
1
alergi pada anak ?
 Apakah ibu memberikan makan dalam kondisi pada saat      
2
anak lapar.?
 Apakah ibu memberikan makan anak dengan frekuensi      
3
sering tapi sedikit.?
 Apakah ibu memberikan anak makanan yang      
4
mengandung protein (tempe,telur,ikan,sayur).?
 Apakah ibu memberikan hidangan makanan yang      
5
bervariasi agar nafsu makan anak meningkat.?
6 Apakah ibu pernah memberikan pada anak berupa buah      
dan sayuran yang mengandung vitamin dan tinggi serat
seperti (pisang,papaya,apel, daun singkog, sawi
hijau,bayam, buncis, terong,wortel, labu kuning, dan
jagung.) selama masa pandemi covid-19?
 Apakah ibu membuatmakanan menggunakan lauk pauk      
yang mengandung protein ,mineral berupa daging, ikan,
7 ayam, telur,tahu, tempe dan kacang-kacangan selama masa
pandemic covid-19?
 Apakah ibu membatsi pemakaian gula,garam dan perasa      
8 lainnya dalam pembuatan makanan selama masa pandemic
covid-19.?
Apakah ibu membuatmakanan menggunakan bahan pokok      
9 yang mengandung karbohidrat berupa nasi,jagung, kentang
selama pandemic covid-19.?
 Apakah alat dan bahan di cuci terlebih dahulu sebelum di      
10
gunakan memasak.?
 Apakah ibu memasak menggunakan air bersih(PDAM,air      
11
gallon,dan air sumur).?
 Apakah ibu memandikan anak 2 kali sehari pagi dan      
12
sore.?
 Apakah ibu mencuci rambut atau keramas anak 2-3 kali      
13
dalam seminggu.?
   
 Apakah ibu membiasakan anak mencuci tangan dengan
14
sabun sebelum dan sesudah makan.?

 Apakah ibu memeriksa dan menggunting kuku anak      


15
ketika sudah panjang.?
 Apakah ibu membiasakan mengganti pakaian setelah anak      
16
bermain di luar rumah.?
 Apakah ibu sering membersihkan rumah, jamban, dan      
17
genangan air.?
18  Apakah di rumah sudah tersedia tempat sampah.?      
 Apakah ibu selalu menerapkan pada anak mencuci tangan    
19 pada air mengalir menggunakan sabun selama pandemic
covid-19.?
 Apakah ibu menyediakan dan selalu menggunakan      
20
handsanitizer di rumah dan di luar rumah pada anak ?
Apakah ada anggota keluarga yang meludah sembarangan      
21
saat berada di ruamah.?
 Apakah selama covid-19 ibu sering menyentuh area wajah      
22
seperti mulut,hidung,telinga anak menggunakan tangan.?
 Apakah setiap anggota keluarga selalu mengganti baju      
23 dan segera mandi sebelum menggendong anak selama
masa pandemic covid-19.?
24  Apakah ibu selalu menggunakan masker pada anak ketika      
berpergian selama masa covid-19.?
 Apakah ibu selalu membersihkan prabotan menggunakan      
25
cairan desinfektan selama masa pandem covid-19.?
 Apakah ibu membiarkan anak main di rumah selama masa      
26
pandemic covid.?
Apakah ibu mejaga jarak pada saat kunjungan posyandu      
27
selama covid-19.?
 Apakah ibu sering mengajak anak berolahraga di rumah      
28
selama masa pandemic covid-19.?
 Apakah ibu selalu mengajak anak berjemur di pagi hari      
29
Selama masa pandemiccovid-19.?
 Apakah ibu menerapkan pada anggota keluarga lainya      
30 etika batuk menutup mulut dan hidung menggunakan
lengan bagian dalam selama masa pandemi covid-19.?
Apakah ibu membawa anak kepusat pelayanan kesehatan      
31
terdekat jika anak sakit.?
Apakah anak pernah di berikan vitamin A dalam setahun      
32
sekali.?
Apakah anak mendapatkan obat cacing sekali 6 bulan oleh      
33
petugas posyandu, puskesmas,dan rumah sakit.?
Apakah anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap dari      
34
usia 0-12 bulan.?
Apakah anak selalu di timbang setiap kunjungan      
35
posyandu.?

Anda mungkin juga menyukai