Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ‘’D “ USIA 28 TAHUN

DENGAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

DI PMB YENI SUSTRAWATI, S. Tr. Keb

Di Susun Oleh :

Nama : Ira Puspita Dewi

Nim : 1817154011167

PRODI D III KEBIDANAN

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................................................
LEMBAR PEMBIMBING LAPORAN...................................................................................................
DAFTAR PENILAIAN............................................................................................................................
PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN.........................................................................................................
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN.................................................................................................
STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG......................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................................
B. Tujuan............................................................................................................................................
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus.....................................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................
A. Definisi............................................................................................................................................
B. Etiologi............................................................................................................................................
C. Patofisiologi....................................................................................................................................
D. Penatalaksanaan............................................................................................................................
E. Antisipasi Kebutuhan Resusitasi..................................................................................................
F. Evaluasi Resusitasi......................................................................................................................
BAB 3 TINJAUAN KASUS....................................................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN...........................................................................................................................
BAB 5 PENUTUP....................................................................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya,
sehingga pada saat ini penulis diberikan nikmat kesehatan serta dapat menyelesaikan Laporan
Asuhan Kebidanan Bayi Dengan Asfiksia di PMB Yeni Sustrawati, S. Tr. Keb Pembuatan
laporan ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Kerja Klinik 1 di Program Studi
DIII Kebidanan Stikes Widyagama Husada, Malang, Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. dr. Rudi Joegiantoro, MMRS, Selaku direktur STIKES Widyagama Husada.

2. Yuniar Angelia P, S.SiT, M.Kes selaku ketua Prodi D3 Kebidanan STIKes Widyagama
Husada Malang.

3. Yeni Sustrawati, S. Tr. Keb selaku Pembimbing Lapangan di PMB Yeni Sustrawati, S. Tr.
Keb.

4. Nicky Danur Jayanti, SiT., M. KM selaku pembimbing akademik STIKes Widyagama


Husada Malang.

Laporan ini di buat penulis dengan semaksimal mungkin, dan juga dibantu dengan
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua
itu, penulis juga menyadari bahwa banyaknya kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Oleh karena itu penulis mengharap adanya kritikan dan saran dari para pembaca.

Dengan disusunnya Laporan Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Asfiksia, penulis
berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya penulis
sendiri.

Malang, Novenber 2020

Ira Puspita Dewi

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik Klinik ini telah disetujui oleh:

Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik

Malang,………………………………..2020

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

(YENI SUSTRAWATI, S. Tr. Keb) (YUNIAR ANGELIA P, S. SiT.,


M.Kes)

KaProdi DIII Kebidanan

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

(YUNIAR ANGELIA P, S. SiT., M.Kes.)

iv
LEMBAR PEMBIMBING LAPORAN

Nama : Ira Puspita Dewi

Nim : 1817154011167

Tempat Praktik : PMB Yeni Sustrawati, S. Tr. Keb.

Pembimbing : 1. Yeni Sustrawati, S. Tr. Keb.

2. Nicky Danur Jayanti, SiT., M. KM.

Judul Laporan : Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia

No Tanggal Pembimbin Rekomendasi Tanda Tangan


g

1 2

Menyetujui

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

(Nicky Danur Jayanti, SiT., M. KM) (YENI SUSTRAWATI, S. Tr. Keb)

v
DAFTAR PENILAIAN

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG

GELOMBANG :
NAMA MAHASISWA : Ira Puspita Dewi
NIM : 1817154011167
TEMPAT PRAKTIK : PMB YENI S, Amd. Keb
TANGGAL PRAKTIK : 26 Oktober 2020
No ASPEK YANG DINILAI ANGKA HURUF
1 Sikap/ Perilaku
2 Disiplin
3 Tanggung jawab
4 Kerapian diri
5 Insiatif dalam bertugas
6 Komunikasi
7 Sistematika Pelaksanaan Tugas
8 Kerjasama
9 Kebersihan
10 Kemampuan dalam mdelaksanakan Tugas
Jumlah
Nilai Rata-rata
Keterangan :
I. Baik sekali : A ( 80-100 )
II. Baik : B+ ( 70-79 )
: B ( 68-73 )
III. Cukup : C+ ( 55-59 )
: C ( 56-61 )
Mengetahui …………,…………………2020
Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangann

(Nicky Danur Jayanti, SiT., M. KM ) (YENI SUSTRAWATI, S. Tr. Keb)

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah jika dibandingkan dengan negara
tetangga meskipun program pembangunan kesehatan yang berkesinambungan telah cukup
berhasil meningkatkan derajat kesehatan Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi
adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang ditunjukkan antara lain dengan masih
tingginya Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan ibu, serta tingginya proporsi balita
yang menderita gizi kurang (Depkes RI 2005). Diperkirakan sekitar 27% seluruh angka
kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum (WHO 2013).
Asfiksia merupakan kegagalan untuk bernafas secara cukup dari bayi yang baru lahir. Bayi
asfiksia bila tidak segera dilakukan tindakan keperawatan makan akan berakibat fatal bagi
kelangsungan hidupnya.
Laporan WHO menyebutkan bahwa AKB kawasan Asia Tenggara merupakan kedua
yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per 1.000 setelah kawasan Afrika. Indonesia merupakan
negara dengan AKB tertinggi kelima untuk negara ASEAN yaitu 35 per 1.000, dimana
Myanmar 48 per 1.000, Laos dan Timor Leste 46 per 1.000, Kamboja 36 per 1.000 pada
tahun 2011 (WHO 2012). WHO (2012) juga menyebutkan bahwa pada tahun 2000 – 2010,
Case Fatality Rate (CFR) asfiksia untuk bayi yang berusia dibawah 5 tahun di Indonesia
setiap tahunnya mencapai 11%.
Asfiksia dapat terjadi pada periode antepartum, intrapartum maupun postpartum. 90%
kejadian asfiksia terjadi pada periode antepartum dan intrapartum sebagai akibat dari
kurangnya kemampuan plasenta untuk menyediakan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dan ion hidrogen dari janin. 10% sisanya merupakan periode postpartum
biasanya kekurangan sekunder pada sistem pernafasan jantung atau saraf (NFF: New Born
Care 2005). Asfiksia berarti hipoksia progresfi, penimpunan karbondioksida dan asidosis.
Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian
(Saifudin 2001).
Upaya yang paling penting adalah mencegah terjadinya persalinan preterm semaksimal
mungkin dengan pemeriksaan antenatal yang baik, meningkatkan status gizi ibu, mencegah
pernikahan muda dan mencegah serta mengobati infeksi intra uterin. Apabila bayi terpaksa
lahir sebagai bayi kurang bulan (BKB), maka manajemen yang cepat tepat dan terpadu harus
sudah mulai dilaksanakan pada saat antepartum, intrapartum dan postpartum atau pasca natal

1
(Kosim, 2006). Pendidikan dan pengenalan ibu hamil pada faktor-faktor pencetus terjadinya
asfiksia penting sebagai usaha penurunan angka kematian akibat asfiksia, selain itu tenaga
kesehatan juga harus benar-benar memahami tanda dan gejala, menghitung Apgar Score,
mengenali penyebab serta tindakan resusitasi yang harus dilakukan saat menghadapi bayi
baru lahir dengan asfiksia, sehingga bayi dapat terselamatkan dan angka mortalitas akibat
asfiksia menurun. Maka dari itu kami akan membahas dasar-dasar tentang asfiksia pada bayi
baru lahir serta tindakan resusitasi yang perlu dilakukan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan di kamar bersalin PMB Yeni Sustrawati, S.
Tr. Keb.
2. Tujuan khusus
Tujuan Khusus penyusunan laporan ini, yaitu:
a. Memberikan penanganan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
b. Menentukan diagnosa dan masalah sesuai dengan pengkajian.
c. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
d. Menyusun rencana asuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
e. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun
pada bayi dengan asfiksia.
f. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu bersalin pada
bayi baru lahir dengan asfiksia.
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus
Pada tanggal 10 November 2020 jam 16:50 WIB, di ruangan kamar bersalin, PMB
Yeni Sustrawati, S. Tr. Keb.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir (Jitowiyono, Sugeng, 2010 )
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi tidak dapat segera bernafas spontan dan teratur
setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan factor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera
setelah bayi lahir. Akibat- akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul ( Wiknjosastro,1999 )
B. Etiologi
Hipoksia Janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2
dan dalam menghilangkan Co2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat
kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang
diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu
yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Factor-faktor yang
timbul dalam persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran
darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan
anesthesia/analgetika yang diberikan ke ibu perdarahan intracranial kelainan bawaan seperti
hernia, diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor
dari pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada
ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti
solusio plasenta.
1. Penyebab Asfiksia Pada Bayi
a. Faktor ibu
 Hipoksia ibu
 KeracunanCO
 Hipotensi akibat perdarahan
 Gangguan kontraksi uterus

3
 Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
 Hipertensi pada penyakit eklampsia

b. Faktor janin
 Kompresi umbilikus akan mengakibatkan tergangguanya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Hal ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit
leher
 Prematuritas (sebelum 37 minggu kehamilan). Bayi lahir kurang bulan
mempunyai organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk
bertahan hidup diluar rahim. Makin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh
bayi makin kurang sempurna, prognosis juga semakin buruk. Karena masih belum
berfungsinya organ-organ tubuh secara sempurna seperti sistem pernafasan maka
terjadilah asfiksia.
 Berat Bayi Lahir (BBL)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:
 Bayi dengan berat badan lahir rendah, berat lahir 1500-2500 gram
 Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, berat lahir 1000-1500 gram
 Bayi dengan berat badan lahir ekstra rendah, berat lahir <1000 gram
 Kelainan bawaan (kongenital), misalnya hernia diafragmatika, atresia/ stenosis
pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain
 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
 Gawat janin
 Bayi kembar
 Kelainan kehamilan
 Depresi susunan saraf pusat
 Partus lama, persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari
18 jam pada multi. Sedangkan partus macet merupakan fase terakhir dari suatu partus
yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul komplikasi pada ibu atau
janin, seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan Kematian Janin
Dalam Kandungan (KJDK) kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.

4
c. Fraktor plasenta
Plasenta merupakan akar janin untuk menghisap nutrisi dari ibu dalam bentuk O2, asam
amino, vitamin, mineral dan zat lain dan membuang sisa metabolisme janin dan O2.
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas kondisi plasenta. Gangguan
pertukaran gas di plasenta yang akan menyebabkan asfiksia janin. Fungsi plasenta akan
berkurang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan O2 dan menutrisi metabolisme
janin. Asfiksia janin terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta. Kemampuan
untuk transportasi O2 dan membuang CO2 tidak cukup sehingga metabolisme janin
berubah menjadi anaerob dan akhirnya asidosis dan PH darah turun. Dapat terjadi pada
bentuk:
 Plasenta tipis
 Plasenta kecil
 Plasenta tidak menempel
 Solusio plasenta
 Perdarahan plasenta
 Lilitan tali pusat
C. Patofisiologi
Asfiksia dapat terjadi pada periode antepartum, intrapartum maupun postpartum.
Asfiksia yang terjadi pada saat persalinan dapat disebabkan oleh adanya hipoksia pada janin
pada periode antepartum. Asfiksia dapat juga terjadi tanpa didahului oleh adanya hipoksia
pada janin, hal ini disebabkan oleh karena proses persalinan yang menyebabkan bayi
mengalami kekurangan oksigen atau tidak dapat bernafas. Pada saat persalinan, asfiksia
dinilai dari ada atau tidaknya gejala abnormalitas janin pada saat monitoring, bradikardia, late
decelarations, loss of variability, meconium staining dan fetal acidosis. Penyebab dari gejala
tersebut adalah karena adanya penurunan aliran darah dari plasenta kepada janin dan stres
pada janin (Freeman & Nelson 1988).
Asfiksia juga dapat terjadi pada periode setelah persalinan (postpartum) yaitu setelah
bayi lahir, tanpa didahului oleh adanya gejala atau tanda asfiksia pada saat periode
antepartum maupun intrapartum. Pada saat setelah persalinan, bayi yang lahir dapat
mengalami asfiksia yang dinilai dari Apgar Score pada menit pertama, kelima, sepuluh dan

5
15 menit pertama kehidupan serta ada tidaknya asidosis. Asfiksia postpartum mungkin
disebabkan oleh maladaptasi saat lahir atau kegagalan sistem pernafasan, jantung dan saraf
pada neonatus akibat kelainan konginetal, penyakit pada janin atau cedera kelahiran
Mekanisme terjadinya hipoksia pada beberapa kondisi patologis adalah sebagai berikut
(Lewis & Berg dalam Beyond the Number 2004):
 Kontraksi uterus yang kuat akan memperburuk hipoksia akibat kompresi vaskuler
tubuh bayi
 Partus lama atau macet akan disertai dengan kontraksi yang lebih lama daripada
periode relaksasi
 Tekanan pada tali pusat dapat menyebabkan penyempitan arteri umbilikalis sehingga
menimbulkan pengurangan aliran darah dari dan ke janin
 Spasme vaskuler secara sistemik vaskuler pada hipertensi atau pre eklamsia
menyebabkan pengurangan pasokan oksigen pada bayi.
2.5 Klasifikasi Nilai APGAR
1. Bayi dengan nilai APGAR sangat rendah tampak pucat, terkulai, tidak ada usaha napas,
tidak berespon terhadap suksion oral dan nadi sangat lambat. Bayi memerlukan resusitasi
segera dengan dibantu ventilasi.
2. Bayi dengan nilai APGAR 4-7 memiliki nadi dibawah 100 kali permenit, pernapasan
tidak teratur dan kulit berwarna biru. Terdapat beberapa respon terhadap suksion dan
beberapa tonus otot. Bayi ini dapat berespon dengan baik terhadap stimulasi, tetapi
seringkali membutuhkan masker O2 atau kantong dan masker pendukung ventilator.
3. Bayi dengan nilai APGAR >7 mempunyai irama jantung normal, bernapas dan berespon
terhadap stimulus.

Kriteria Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Appearance seluruhnya biru warna kulit tubuh warna kulit tubuh ,


atau pucat normal merah muda , tangan , dan kaki
(warna kulit)
tetapi kepala dan normal merah muda ,
ekstermitas kebiruan tidak ada sianosis
(akrosianosis)

Pulse tidak teraba <100 kali/menit >100 kali/menit


(denyut

6
jantung)

Grimace tidak ada respons meringis/menangis meringis/bersin/batuk


(respons terhadap stimulasi lemah ketika di saat stimulasi saluran
refleks) stimulasi napas

Activity lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif


(tonus otot)

Respiration tidak ada lemah,  tidak teratur menangis kuat,


pernapasan baik dan
(pernapasan
teratur
)

D. Penatalaksanaan
Menurut Hidayat (2006) penatalaksanaan untuk asfiksia berdasarkan Apgar Score yakni:
1. Asfiksia ringan (7-10)
 Bayi dibungkus dengan kain hangat
 Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut
 Bersihkan badan dan tali pusat
 Lakukan observasi tanda vital, pantau Apgar Score dan masukkan incubator
2. Asfiksia sedang (4-6)
 Bersihkan jalan napas
 Berikan oksigen 2L/menit
 Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila belum ada reaksi, bantu
pernapasan dengan masker
 Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan nabic 7,5% sebanyak 6
cc, dektrosa 40% 4 cc disuntikkan melalui vena umbilicus secara perlahan-lahan
untuk mencegah tekanan intrakanial meningkat
3. Asfiksia berat (0-3)
 Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag
 Berikan oksigen 4-5L/menit
 Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT
 Bersihkan jalan napas melalui ETT

7
 Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan nabic 7,5% sebanyak
6 cc selnjutnya berikan sebanyak 4 cc.
E. Antisipasi Kebutuhan Resusitasi

Antisipasi, persiapan adekuat, evaluasi akurat dan inisiasi bantuan sangatlah penting
dalam kesuksesan resusitasi neonatus. Pada bayi prematur (usia gestasi < 37 minggu)
membutuhkan persiapan khusus. Bayi prematur memiliki paru imatur yang kemungkinan
lebih sulit diventilasi dan mudah mengalami kerusakan karena ventilasi tekanan positif serta
memiliki pembuluh darah imatur dalam otak yang mudah mengalami perdarahan Selain itu,
bayi prematur memiliki volume darah sedikit yang meningkatkan risiko syok hipovolemik
dan kulit tipis serta area permukaan tubuh yang luas sehingga mempercepat kehilangan panas
dan rentan terhadap infeksi.
a. Alar resusitasi
 Perlengkapan penghisap
 Balon penghisap (bulb syringe)
 Penghisap mekanik dan tabung
 Kateter penghisap
 Pipa lambung
 Peralatan balon dan sungkup
 Balon resusitasi neonatus yang dapat memberikan oksigen 90% sampai 100%, dengan
volume balon resusitasi ± 250 ml
 Sungkup ukuran bayi cukup bulan dan bayi kurang bulan (dianjurkan yang memiliki
bantalan pada pinggirnya)
 Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran sampai 10 L/m) dan tabung.
b. Peralatan intubasi
 Laringoskop
 Selang endotrakeal (endotracheal tube) dan stilet (bila tersedia) yang cocok dengan
pipa endotrakeal yang ada
c. Obat-obatan
 Epinefrin 1:10.000 (0,1 mg/ml) – 3 ml atau ampul 10 ml
 Kristaloid isotonik (NaCl 0.9% atau Ringer Laktat) untuk penambah volume—100
atau 250 ml.
 Natrium bikarbonat 4,2% (5 mEq/10 ml)—ampul 10 ml.

8
 Naloxon hidroklorida 0,4 mg/ml atau 1,0 mg/ml
 Dextrose 10%, 250 ml
 Kateter umbilikal
d. Untuk bayi sangat prematur
 Sumber udara tekan (CPAP, neopuff)
 Blender oksigen
 Oksimeter
 Kantung plastik makanan (ukuran 1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat
ditutup
 Alas pemanas
 Inkubator transport untuk mempertahankan suhu bayi bila dipindahkan ke ruang
perawatan
 Resusitasi neonates
e. Langkah Awal Resusitasi
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 3 pertanyaan:
 Apakah bayi cukup bulan?
 Apakah bayi bernapas atau menangis?
 Apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
Bila semua jawaban ”ya” maka melanjutkan perawatan bayi baru lahir. Bila terdapat jawaban
”tidak” dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan
resusitasi berikut ini secara berurutan:
1. Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaan
telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh
tubuh.
2. Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar
posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah
masuknya udara.
3. Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Termasuk melakukan pengisapan di mulut dan kemudian di hidung untuk
menghilangkan mekonium. Pengisapan ini dilakukan dengan tabung isap yang dilewatkan

9
di mulut dan kemudian hidung, menghisap lendir di mulai dari mulut ± 5cm kemudian
hidung ±3 cm.
4. Keringkan Tubuh Bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan untuk merangsang taktil dan dapat memulai pernapasan.
5. Menilai kembali pernafasan bayi
 Bila bayi bernafas normal, letakkan pada dada ibu dan selimuti bayi bersama ibunya dan
anjurkan kepada ibu untuk segera menyusui bayinya.
 Bila bayi masih belum bernafas, megap-megap atau menangis lemah segera akukan
tindakan ventilasi bayi.
6. Ventilasi
Merupakan tindakan untuk memasukkan sejumlah udara ke paru-paru bayi dengan tekanan
positif agar bayi bisa bernapas. Tindakan ini dilakukan dengan cara memasang sungkup
dengan ukuran yang sesuai di wajah bayi sampai menutupi dagu, mulut, dan hidung bayi.
Jaga posisi kepala bayi dan remas kantung yang ada pada sungkup, sehingga udara masuk ke
paru-paru bayi menyebabkan dada bayi agak naik. Jika dada bayi naik setelah dilakukan 2-3
kali ventilasi, artinya tekanan ventilasi mungkin cukup diberikan pada bayi. Lanjutkan
pemberian ventilasi 40 kali per menit sampai bayi menangis atau bernapas. Namun, jika dada
bayi tidak naik, mungkin ada masalah, seperti saluran napas bayi tersumbat, pemasangan
sungkup tidak benar, tekanan kurang kuat, posisi bayi tidak benar, dan lainnya..
7. Penilaian
Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi
lanjutan. Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
8. Pernapasan
Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya
pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang megap-megap adalah
pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan.
9. Frekuensi jantung
Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan
dengan stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui
frekuensi jantung permenit.
10. Warna kulit
Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah frekuensi
jantung normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan
10
hipoksemia. Warna kulit bayi yang berubah dari biru menjadi kemerahan adalah petanda
yang paling cepat akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat.

11. Pemberian oksigen


Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka diberikan tambahan oksigen. Pemberian
oksigen aliran bebas dapat dilakukan dengan menggunakan sungkup oksigen, sungkup
dengan balon tidak mengembang sendiri. Penghentian pemberian oksigen dilakukan secara
bertahap bila tidak terdapat sianosis sentral lagi yaitu bayi tetap merah atau saturasi oksigen
tetap baik walaupun konsentrasi oksigen sama dengan konsentrasi oksigen ruangan. Bila bayi
kembali sianosis, maka pemberian oksigen perlu dilanjutkan sampai sianosis sentral hilang.
12. Pemberian epinefrin
Pemberian obat-obatan ini dilakukan selama resusitasi ketika ventilasi dan penekanan
dada tidak bekerja lebih dari 45 detik sampai 1 menit, detak jantung bayi tetap kurang dari 60
kali per menit dan tidak ada peningkatan
F. Evaluasi Resusitasi
1. Resusitasi berhasil
 Bayi menangis, bernapas spontan dan teratur sesudah langkah awal/ sesudah ventilasi
 Resusitasi belum/kurang berhasil. Perlu rujukan. Yaitu: sesudah resusitasi 2 menit
belumbernapas/megap-megap atau pada pemantauan kondisimemburuk
 Resusitasi tidak berhasil, Sesudah resusitasi 10 menit dari bayi tidak bernapas dan
tidak terdengar detak jantung
a. Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
b. Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila
ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.
c. Anjurkan ibu segera memberi Asi kepada bayinya.
d. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi.
e. jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru
lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda
tersebut pada bayinya.
2. Lakukan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
a. anjurkan ibu menyusui sambil membelai bayinya.

11
b. memberikan vitamin antibioti/ salep mata, imunisasi hepatitis B
3. Lakukan Pemantauan dengan Seksama Terhadap Bayi Pasca Resusitasi Selama 2 jam
Pertama. Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi
 Tarik interkostal, napas megap-megap, Frekuensi napas ¿ 60per menit.
 Bayi kebiruan atau pucat.
 Bayi lemas.
 Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal.
 Jaga agar bayi tetap hangat dan kering.
 Tunda memandikan bayi hingga 6-24 jam setelah lahir (perhatikan temperatur
tubuh Bayi Perlu Ru!ukan
4. Resusitasi tidak atau kurang berhasil, bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit
belum bernapas atau bayi sudah bernapasan tetapi masih megap-megap atau pada
pemantauan ternyata kondisinya makin memburuk. Bila bayi pacaresusitasi kondisinya
memburuk, segera rujukan.
Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi.
 Frekuensi pernapasan kurang dari 30x permenit atau lebih dari 60 kali per menit
 Adanya retraksi (tarikan) intercostal
 Bayi merintih bising napas ekspirasi, atau megap-megap (bising napas inspirasi)
 Tubuh bayi pucat atau kebiruan
 Bayi lemas
Melakukan Konseling kepada Orangtua atau Keluarga. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa
bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh saudara, dan minta
keluarga untuk memahami tindakan yang sudah dilakukan.

12
BAB 3

TINJAUAN KASUS

13
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pengkajian dilakukan pada tanggal 10-11-2020 pukul 16: WIB pada
Bayi Ny. D di ruang kamar bersalin, PMB Yeni, S Amd. Keb.
Dalam kasus ini didapatkan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. A usia 28 tahun dengan
bayi baru lahir dengan asfiksia. Data objektif yang didapatkan adalah keadaan umum ibu
baik, TD 120/70, nadi 85x/menit, suhu 36,7oC, pernafasan 20x/menit, TFU 3 jari di bawah
pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan ± 150 ccdan, keadaan umum bayi baik, setelah di
lakukan resusitasi bayi menangis kuat, bernafas spontan dan bayi tidak sianosis.
Pada kasus ini tidak terdapat tindakan yang harus segera dilakukan karena tidak ada
data yang mendasari bahwa bayi membutuhkan tindakan segera seperti kolaborasi maupun
melakukan rujukan. Sehingga langkah penentuan tindakan segera tidak terdapat perbedaan
dengan teori.

14
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia
dan asidosis.
Keadaan dimana asfiksia terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti
pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
B. Saran
 Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat bersikap kooperatif agar asuhan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dapat berjalan dengan lancar dan dapat dipraktikkan oleh ibu sendiri
di rumah.
 Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan terhadap bayi baru lahir dengan asfiksia dengan
menggabungkan pengetahuan, pengalaman dan teori teori hasil penelitian yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu mengkaji ulang asuhan yang diberikan di lahan
praktik sehingga dapat dijadikan pembelajaran di dalam institusi dan di lahan praktik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Beyond the Number (2004). Reviewing Maternal Deaths and Complications to Make
Pregnancy Safer. Geneva: World Health Organization
Depkes RI (2005). Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak HSP – Health Services
Program. Departemen Kesehatan. Jakarta
Gadoth, N & Gobel, HH (2011). Oxidative Stress and Free Radical Damage in Neurology.
New York:
Henderson C & Jones K (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta: EGC
Hidayat. A.Aziz Alimul (2006). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta:
salemba medika
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A (2006). Buku Ajar Neonatologi. Edisi
1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba (2007). Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Radityo, AN (2011). Asfiksia Neonatrum Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Gagal Ginjal
Akut. Tesis: Universitas Diponegoro.
Saifuddin, AB (2009). Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam; Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Cetakan Kelima. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo

16

Anda mungkin juga menyukai