Anda di halaman 1dari 104

PROPOSAL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT (PHBS) DI SDN 05 SINTUK TOBOH GADANG
TAHUN 2022

Penelitian Keperawatan Komunitas

SALMA AFIFAH
NIM. 1802110

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
PROPOSAL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT (PHBS) DI SDN 05 SINTUK TOBOH GADANG
TAHUN 2022

Penelitian Keperawatan Komunitas

SALMA AFIFAH
NIM. 1802110

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan


Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di SDN 05
Sintuk Toboh Gadang Tahun 2022

Nama : Salma Afifah

Nim : 1802110

Proposal ini telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan dihadapan


penguji Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Ilmu Tinggi Kesehatan Syedza
Saintika Padang.

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Honesty Diana Morika, M.Kep Ns. Siska Sakti Angraini, M.Kep

Mengetahui

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika

Program Studi Ilmu Keperawatan

Ketua

(Drs. H. Hasrinal, Amd.Kep, MM)

iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT (PHBS) DI SDN 05 SINTUK TOBOH GADANG TAHUN 2022

Proposal ini telah di setujui

Tanggal 2022

Proposal ini telah diperiksa oleh Pembimbing I dan Pembimbing II dan telah

disetujui untuk diseminarkan

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Honesty Diana Morika, M.Kep Ns. Siska Sakti Angraini, M.Kep

MENGESAHKAN
KETUA PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

Ketua

Ns. Weni Sartiwi, M.Kep

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahhirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kita

sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga peneliti ini dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa

Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di SDN 05 Sintuk Toboh

Gadang Tahun 2022“

Proposal penelitian ini tentunya tidakakan selesai tanpa bimbingan,

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk moril maupun

materi. Terima kasih kepada ibu Ns. Honesty Diana Morika, M.Kep sebagai

pembimbing I dan ibu Ns. Siska Sakti Angraini, M.Kep sebagai pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan, saran, dan koreksi dengan penuh kesabaran

bagi peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Syamsul Amar. MS, Pembina Yayasan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Sumatra Barat.

2. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd.Kep, MM, sebagai Ketua Stikes Syedza Saintika

Padang.

3. Ibu Ns. Weni Sartiwi, M.Kep, Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Stikes Syedza Saintika Padang.

4. Terima kasih kepada dewan penguji I Ibu Ns. Dwi Christina R, M.Kep dan

penguji II Ns. Siti Aisyah Nur, M.Kep.

v
5. Bapak dan ibu dosen beserta staf akademik Program Sarjana Ilmu

Keperawatan Stikes Syedza Saintika Padang.

6. Teristimewa orang tua tercinta, dan keluarga besar yang memberikan

semangat dan dukungan.

7. Semua teman-teman Ilmu Keperawatan Angkatan 2018 yang telah

memberikan semangat dan keceriaan kepada peneliti.

8. Segenap pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang

telah membantu terselesaikannya proposal penelitian ini.

Peneliti ini menyadari bahwa proposal peneliti ini masih banyak

kekurangan dan kelemahnnya. Kritik dan saran yang membangun akan sangat

berarti agar tumbuh dan terbentuknya sebuah pemikiran yang baru untuk

kesempurnaan proposal penelitian ini, peneliti ini menerimanya dengan rasa

terima kasih yang tak terhingga.

Padang , Maret 2022

(Salma Afifah)

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................iv


KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR BAGAN................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................9
C. Tujuan Penelitian........................................................................................9
D. Manfaat Penelitian....................................................................................10
E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat............................................................12
B. Pengetahuan..............................................................................................30
C. Pendidikan Kesehatan..............................................................................41
D. Kerangka Teori.........................................................................................52
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................52
A. Jenis dan Desain Penelitian......................................................................52
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................53
C. Populasi dan Sampel.................................................................................53
D. Etika Penelitian.........................................................................................54
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................................55
F. Teknik Pengolahan Data..........................................................................57
G. Analisa Data...............................................................................................58
H. Kerangka Konsep......................................................................................60
I. Hipotesa Penelitian...................................................................................61
J. Definisi Operasional..................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................63

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

viii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1...............................................................................................................52
Bagan 3.1...............................................................................................................53
Bagan 3.2...............................................................................................................60

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1..........................................................................................................67
Lampiran 2..........................................................................................................69
Lampiran 3..........................................................................................................70
Lampiran 4..........................................................................................................72
Lampiran 5..........................................................................................................86
Lampiran 6..........................................................................................................90
Lampiran 7..........................................................................................................92

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau

keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan

aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan

siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan

mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan

aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat sekolah (Kemenkes RI,

2018).

Berdasarkan data WHO tahun 2015 menyebut bahwa setiap tahun

sebanyak 100.000 anak usia sekolah di Indonesia meninggal akibat

penyakit diare, kejadian kecacingan mencapai angka 40-60%, masalah

karies dan periodontal 74,4%. Data dari World Health Organization

(WHO) pada tahun 2018, lebih dari 1,5 milyar orang atau sekitar 24%

penduduk dunia terinfeksi cacing ascaris lumbricoides. Penyakit

kecacingan ini sangat rentan terinfeksi pada anak-anak (usia 5-14 tahun).

Angka kejadian infeksi ascaris lumbricoides di Indonesia sebesar 70 ±

80%, berdasarkan data tersebut prevalensi terbesar terjadi pada anak

usia sekolah. Menurut data WHO pada tahun 2019, terdapat 10 penyebab

kematian teratas didunia dan diare menduduki peringkat ke 8, penyakit

1
diare berkontribusi terhadap 2,5 persen kematian di dunia atau setara

dengan 1,4 juta jiwa, penyakit diare ini lebih banyak terkena pada anak-

anak.

Masalah kesehatan yang paling banyak terjadi pada anak usia

sekolah dasar berhubungan dengan masalah kebersihan diri dan

lingkungan. Masalah kesehatan yang masih banyak dialami oleh anak usia

sekolah dasar yaitu, tidak bisa potong kuku sebanyak 53%, masalah pada

gigi sebanyak 86%, tidak bisa menggosok gigi sebanyak 42% dan tidak

mencuci tangan sebelum makan sebanyak 8%. Sedangkan penyakit yang

banyak diderita oleh anak usia sekolah dasar yaitu penyakit cacingan

sebanyak 60-80%, dan karies gigi sebanyak 74,4% (Kemenkes, 2013).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2015 tentang kemampuan

sekolah dalam melakukan PHBS, sudah mencapai sebesar 49,41%.

Provinsi yang memiliki persentase tertinggi adalah Jawa Tengah (88,57%),

DI Yogyakarta (87,38%) dan Kalimantan Timur (79,73%). Provinsi

dengan persentase PHBS yang rendah adalah Sumatera Barat (36,34%),

Banten (40,21%) dan Papua Barat (42,56%). Menurut data Dapartemen

Kesehatan menunjukkan bahwa dari 1.000 penduduk, terdapat 300 orang

yang menderita penyakit diare sepanjang tahun (Profil Kesehatan

Indonesia, 2016).

Menurut data Riskesdas 2018 masalah kesehatan yang sering

terjadi pada anak usia sekolah yaitu diare sebanyak 12,3%, ISPA

( inspeksi saluran pernafasan atas) sebanyak 4,4%, malaria sebanyak 0,4%.

2
Banyak ditemukan data-data penyakit yang sering menyerang anak usia

sekolah akibat dari tidak berPHBS, prevalensi diare di Sumatra Barat

mengalami peningkatan, di tahun 2013 terdapat 8,8% kejadian diare,

sedangkan di tahun 2018 mengalami peningkatan yaitu 9,8% sedangkan

untuk prevalensi diare pada anak usia sekolah pada tahun 2013 di Sumatra

Barat terdapat 10,8% dan pada tahun 2018 terjadi peningkatan yaitu 15%

dan pada angka kejadian ISPA di Sumatra Barat pada kelompok umur 5-

14 tahun merupakan kelompok umur tertinggi dengan kejadian penyakit

ISPA (Riskedas, 2018).

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman tahun

2021, wilayah kerja Puskesmas yang memiliki presentase rumah tangga

berPHBS tinggi adalah Puskesmas Gasan Gadang sebesar 78,8%,

sedangkan wilayah kerja Puskesmas yang memiliki presentase rumah

tangga ber-PHBS rendah adalah Puskesmas Sintuk dengan presentase

sebesar 67,4% (Dinkes Kab Padang Pariaman, 2021). Kurangnya PHBS

pada tatanan rumah tangga di wilayah puskesmas sintuk dapat

mempengaruhi PHBS anak-anak yang ada dalam lingkungan keluarga,

sehingga dapat mempengaruhi perilaku anak-anak disekolah.

Masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia sekolah ini

menunjukkan bahwa anak-anak belum menerapkan perilaku hidup bersih

dan sehat dan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan sehat masih minim

diterapkan dilingkungan sekolah (Lina, 2012).

3
Dampak dari kurang dilakukannya perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) yaitu suasana belajar yang kurang nyaman karena lingkungan

yang kotor, menurunkan semangat belajar, menurunkan citra baik sekolah

di masyarakat umum. Ruang kelas yang kotor, banyaknya jajanan yang

tidak sehat serta pembuangan sampah yang tidak tertata akan

menyebabkan munculnya berbagai penyakit. Untuk PHBS anak usia

sekolah jika tidak dilakukan dengan baik maka anak bisa terserang

penyakit seperti diare, cacingan, cacar air, demam berdarah, muntaber,

ISPA, kudis, dan kurap (Faozy, 2017).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat penting

dilaksanakan disemua tatanan masyarakat. Kebiasaan hidup sehat harus

ditanamkan sejak dini mulai dari lingkungan masyarakat, tempat tinggal,

maupun sekolah. Perkembangan pada masa anak sekolah merupakan

periode yang tepat untuk diajarkan kebiasaan hidup yang sehat. Pada

masa tersebut anak berada pada periode pertumbuhan yaitu periode yang

tepat untuk pembentukan karakter, termasuk dalam pelaksanaan perilaku

sehat (Karaeng, dkk. 2017).

Faktor- faktor yang mempengaruhi untuk meningkatkan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah meliputi, sikap, fasilitas,

dukungan sekolah, dukungan keluarga dan pengetahuan (Suryani, 2017).

Pengetahuan menjadi salah satu indikator untuk meningkatkan

PHBS disekolah dimana pengetahuan (knowledge) sendiri adalah hasil

“tau” dari manusia, yang sekedar untuk menjawab pertanyaan “what”,

4
misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan juga termasuk domain yang penting untuk

mempengaruhi perilaku seseorang, semakin tinggi pengetahuan yang

didapat seseorang maka akan semakin baik pula perilaku yang

ditunjukkan, selain itu sikap yang ditunjukkan pun adalah sikap yang

positif. Hal ini sejalan dengan pengetahuan seorang anak, semakin baik

pengetahuan seorang anak maka semakin baik pula perilaku yang

dimilikinya khususnya terkait dengan PHBS (Notoatmodjo, 2014).

Salah satu cara yang sangat efektif untuk meningkatkan

pengetahuan yang akan sejalan dengan kebiasaan untuk berperilaku hidup

bersih dan sehat yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan di

sekolah (Maryunani, A. 2013).

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang terencana dalam

memberikan informasi kepada masyarakat dengan tujuan meningkatkan

sikap, keterampilan dan pengetahuan guna untuk meningkatkan derajat

kesehatan yang lebih optimal melalui upaya promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif (Hasnidar, dkk, 2020). Pendidikan kesehatan hanya

sebagai pendamping pelayanan kesehatan dan hanya bertujuan

5
meningkatkan pengetahuan individu yang diberi pendidikan kesehatan

(Susilowati, 2016).

Keberhasilan pendidikan kesehatan bila sasaran pendidikan

( individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap

dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga

pengetahuan dari pendidikan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku

siswa dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

(Veronika, dkk, 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chandra, dkk (2016)

yang berjudul hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa sekolah dasar (SD) di

Kecamatan Cerbon tahun 2016, didapatkan hasil dari 66 responden yang

diteliti, Pengetahuan siswa tentang PHBS cukup (53%). Sikap siswa

tentang PHBS negatif (51,5%). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

siswa kurang (66,7%). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa ada

hubungan signifikan antara Pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (p = 0,029 < 00,05). Dan juga terdapat hubungan signifikan

antara Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (p = 0,012 < 0,05).

Berdasarkan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan

menggunakan permainan ular tangga terhadap tingkat pengetahuan PHBS

santri pondok pesantren Mambaul Hisan Kabupaten Blitar, berdasarkan

hasil uji Wilcoxon hasil penelitian terdapat peningkatan yang signifikan

antara hasil pretest dan posttest kelompok intervensi (P-values 0,000 <

6
0,005) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

pendidikan kesehatan menggunakan permainan ular tangga terhadap

tignkat pengetahuan PHBS santri pondok pesantren Mambaul Hisan

Kabupaten Blitar (Dewi, 2016).

Menurut penelitian Hanif, dkk. (2018) dengan judul efektivitas

buku saku PHBS dalam meningkatkan perilkau hidup bersih dan sehat,

didapatkan hasil uji statsitik Wilcoxon sign rank menunjukkan kelompok

eksperimen A sebesar 0,000, kelompok eksperimen B memiliki nilai

sebesar 0,000 yang menunjukkan nilai p<α (α = 0,05), maka keputusan

yang diambil adalah Ho ditolak atau hipotesis penelitian diterima, artinya

terdapat perbedaan pengetahuan yang lebih baik saat setelah dilakukan

intervensi menggunakan buku saku PHBS disekolah.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 Januari

2022 dengan observasi dan wawancara. Dari informasi yang di didapatkan

dari kepala sekolah SDN 05 Sintuk Toboh Gadang, Sebelumnya belum

pernah ada yang melakukan penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) di SDN 05 Sintuk Toboh Gadang. SDN tersebut juga

tidak mempunyai kantin sekolah dikarenakan tidak cukup lahan untuk

pembangunan kantin sekolah sehingga semua siswa jajan di luar sekolah.

Untuk tempat mencuci tangan, di setiap depan kelas sudah tersedia tempat

untuk menucuci tangan namun untuk sabun hanya beberapa tempat saja

yang tersedia sedangkan yang lainnya hanya botol sabunnya saja. Untuk

WC dimana hanya tersedia 3 WC siswa namun hanya 2 yang bisa

7
digunakan, 1 WC guru dengan jumlah siswa seluruhnya 163 orang. Jumlah

siswa kelas I sebanyak 21 orang, jumlah siswa kelas II sebanyak 27 orang,

jumlah siswa kelas III sebanyak 26 orang, jumlah siswa kelas IV sebanyak

28 orang, jumlah siswa kelas V sebanyak 33 orang dan jumlah siswa kelas

VI sebanyak 28 orang. Untuk kegiatan olahraga, sekolah memiliki jadwal

pelajaran penjaskes sekali seminggu dan senam pagi 3 kali seminggu yang

dilaksanakan pada hari selasa, rabu dan kamis. Kegiatan gotong-royong

dan memberantas jentik nyamuk sudah dilakukan namun hanya sebulan

sekali.

Dari 10 siswa yang diwawancarai, terdapat 8 siswa tidak

mengetahui tentang PHBS dan apa pengertian PHBS, 9 siswa didapati

kuku masih panjang dan kotor, 5 siswa berpakaian tidak rapih, 7 siswa

mengatakan tidak buang sampah pada tempatnya, hal ini terlihat dari

banyaknya sampah di kolong meja siswa dan masih banyak sampah di

sekitar lingkungan sekolah. Saat ditanya mengenai kebiasaan mencuci

tangan menggunakan sabun, dari 10 anak yang diwawancarai, kesemuanya

tahu langkah-langkahnya dan waktu pelaksanaannya meskipun ada

beberapa anak yang tidak lancar saat menjelaskan dan mempraktikkan.

Akan tetapi, saat ditanya seberapa sering mereka melakukannya dalam

kehidupan sehari-hari, sepuluh anak tersebut menjawab bahwa mereka

tidak pernah mencuci tangan dengan langkah-langkah tersebut. Mereka

hanya mencuci tangan dengan membasahi tangan dengan air dan

memberikan sabun jika ada, kemudian menggosoknya sebentar dan

8
membilasnya. Kebanyakan dari mereka hanya menerapkan cuci tangan

saat sebelum dan sesudah makan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui

“pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa

tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di SDN 05 Sintuk Toboh

Gadang tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) di SDN 05 Sintuk Toboh Gadang tahun 2022?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di

SDN 05 Sintuk Toboh Gadang tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui rata-rata tingkat pengetahuan anak usia sekolah di

SDN 05 Sintuk Toboh Gadang sebelumdiberikan pendidikan

kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

b. Mengetahui rata-rata tingkat pengetahuan anak usia sekolah di

SDN 05 Sintuk Toboh Gadang sesudah diberikan pendidikan

kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

9
c. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

pada siswa SDN 05 Sintuk Toboh Gadang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian (SDN 05 Sintuk Toboh Gadang)

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan

kebiasaan dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai

upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan siswa dan mencegah

penyakit akibat dari rendahnya kebiasaan dalam menerapkan perilaku

hidup bersih dan sehat, dan mampu berperan aktif dalam mewujudkan

lingkungan yang sehat serta dapat memotivasi siswa untuk

membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini.

2. Bagi Institusi Pendidikan (STIKes Syedza Saintika Padang)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

bacaan di perpustakaan Stikes Syedza Saintika Padang untuk dapat

digunakan oleh mahasiswa sebagai sumber penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber pustaka/referensi

dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tenatng

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

10
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) di SDN 05 Sintuk Toboh Gadang Tahun

2022. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain

penelitian pra experimental dengan rancangan one-group pre-test post-test

designt, dimana tingkat pengetahuan anak sekolah mengenai perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) diukur sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan kesehatan. Penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan

variabel independen. Variabel dependen penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan

variabel independen penelitian ini adalah pendidikan kesehatan. Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 05 Sintuk Toboh Gadang

yang berjumlah 33 orang. Pembagian sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik total sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan

ekslusi. Analisa data berupa analisa univariat bertujuan untuk

mendapatkan hasil pengetahuan anak kelas V SDN 05 Sintuk Toboh

Gadang sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Dan analisa

bivariat dengan uji Dependent T-Test untuk mengetahui apakah kedua

variabel berhubungan atau tidak. Instrument penelitian ini menggunakan

kuesioner dan untuk pelaksanaan pendidikan kesehatan menggunakan

satuan acara penyuluhan (SAP).

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


1. Pengertian

Perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS adalah upaya untuk

memperkuat budaya seseorang, kelompok maupun masyarkat agar

peduli dan mengutamakan kesehatan untuk mewujudkan kehidupan

yang berkualitas. PHBS merupakan perilaku yang harus dipraktekkan

secara terus menerus agar menjadi suatu pola kebiasaan (Kemensos,

2020).

Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah

upaya untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat

melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur -

jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai

informasi yang dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah

pengetahuan serta meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup

yang bersih dan sehat (Suci, 2019).

Sedangkan menurut Proverawati, dkk (2012) perilaku hidup bersih

dan sehat di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan

oleh para siswa, guru, dan masyarakat yang berada di lingkungan

sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga

secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan derajat

12
kesehatan, serta berperan aktif dalam menjaga, memelihara, serta

mewujudkan lingkungan yang sehat.

2. Sasaran Pembinaan PHBS di Sekolah

Pembinaan PHBS di sekolah dapat diberikan pada tiga kelompok

sasaran PHBS, antara lain sebagai berikut :

a. Sasaran primer

Sasaran primer pada pembinaan PHBS di sekolah adalah

siswa SD, dimana mereka diharapkan dapat mengetahui dan

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Sasaran sekunder

Sasaran sekunder adalah orang-orang yang mempunyai

pengaruh pada sasaran primer dalam mengambil keputusan untuk

melaksanakan PHBS. Pada PHBS di sekolah yang menjadi sasaran

sekunder adalah guru, dimana seorang guru adalah panutan dari

para siswa.

c. Sasaran tersier

Sasaran tersier adalah orang yang berfungsi untuk

mengambil keputusan formal, seperti komite sekolah, kepala desa,

lurah, camat, dinas pendidikan, puskesmas dan sebagainya. Mereka

dapat memberikan dukungan dalam menentukan kebijakan,

pendanaan dalam proses pembinaan PHBS yang akan diberikan

kepada siswa sekolah (Pedoman Pembinaan PHBS Kemenkes RI,

2011).

13
3. Manfaat PHBS di Sekolah

Menurut Taryatman (2016) manfaat dilakukanya perilaku hidup bersih

dan sehat atau PHBS di sekoah,yaitu:

a. Manfaat bagi peserta didik

1) Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit

2) Meningkatkan semangat belajar

3) Meningkatkan produktivitas belajar

4) Menurunkan angka absensi karena sakit

b. Manfaat bagi warga sekolah

1) Meningkatnya semangat belajar peserta didik berdampak

positifterhadap pencapaian target dan tujuan

2) Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh

orangtua siswa

3) Meningkatnya citra sekolah yang positifsehingga mampu

menarik minat orangtua

c. Manfaat bagi sekolah

1) Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di

sekolah

2) Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di

sekolah

3) Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain

14
d. Manfaat bagi masyarakat

1) Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat

2) Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang

diterapkan oleh sekolah.

4. Tujuan PHBS di Sekolah

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah mempunyai

tujuan yaitu :

a. Tujuan Umum: Memperdayakan setiap peserta didik, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan mampu

menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan

PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap peserta

didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah.

2) Meningkatkan peran serta aktif setiap peserta didik, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah untuk melakukan PHBS di

sekolah.

3) Memandirikan setiap peserta didik, guru, dan masyarakat

lingkungan sekolah untuk melakukan PHBS (Taryatman,

2016).

15
5. Indikator PHBS di Sekolah

Beberapa indikator PHBS di sekolah, yaitu:

a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun

Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan

sabun telah lama diketahui oleh masyarakat umum bahwa mencuci

tangan merupakan salah satu cara pencegahan dan perlindungan

diri terhadap kuman penyakit. Guru, peserta didik, dan masyarakat

sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air

besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap

kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang

mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman

yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain

membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di

tangan. Mencuci tangan menggunakan sabun ketika sebelum dan

sesudah makan. Setelah buang air kecil (BAK) dan buang air besar

(BAB) serta sebelum dan setelah melakukan pekerjaan akan sangat

efektif menjaga kesehatan tubuh serta mencegah penyebaran

penyakit melalui virus dan bakteri yang tak tampak oleh mata

menempel di tangan. Manfaat cuci tangan antara lain :

1) Membersihkan tangan

2) Membunuh virus dan bakteri penyebab penyakit yang

menempel di tangan

3) Mencegah penularan penyakit.

16
Untuk menunjang kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) di sekolah haruslah tersedia kran cuci tangan, sabun

dan handuk sebagai sarana cuci tangan bagi guru dan peserta

didik. Dengan adanya sarana mencuci tangan serta gencarnya

penyuluhan pentingnya mencuci tangan akan membuat guru

dan peserta didik terbiasa dan sadar akan pentingnya

melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan

sabun. Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan

sabun melatih nilai karakter disiplin.

b. Mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

Mengkonsumsi makanan sehat merupakan suatu keharusan,

terutama bagi anak usia sekolah yang berada dalam tahap

pertumbuhan dan perkembangan. Makanan sehat yang

mengandung banyak zat gizi sangat diperlukan oleh tubuh mereka.

Kandungan karbohidrat, protein, vitamin dan mineral serta serat

yang cukup dapat membantu tumbuh kembang anak usia sekolah

lebih optimal. Warga sekolah terutama peserta didik harus lebih

selektif lagi dalam memilih jajanan yang sehat, hal ini menjadi

pekerjaan rumah untuk para orang tua dan guru untuk memberikan

pengetahuan kepada anak untuk memilih jajanan yang sehat ketika

di kantin sekolah. Alangkah baiknya jikalau para orang tua

membuatkan bekal untuk anak sehingga anak tidak perlu jajan

makanan yang tidak diketahui bahan dan proses pembuatannya.

17
Untuk mendukung kegiatan berperilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) di sekolah haruslah terdapat kantin yang memenuhi syarat

kesehatan, adanya pembinaan dan komitmen dari kepala sekolah

dan guru terhadap pengelola kantin sekolah. Hal itu merupakan hal

yang sangat diperlukan agar pengelola kantin sekolah dapat

menyediakan lebih banyak jajanan yang bersih dan sehat, sehingga

membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi peserta didik

menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik. Mengkonsumsi

makanan sehat merupakan bagian dari nilai karakter hidup sehat.

c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Kebersihan jamban mutlak diperlukan untuk mencegah

penularan bakteri dan virus penyebab penyakit diantara warga

sekolah yang menggunakannya. Selain kebersihan dari jamban,

daya tahan tubuh pengguna juga menjadi faktor penentu penularan

penyakit. Sehingga diperlukan jamban yang memenuhi syarat

jamban sehat. Syarat jamban sehat diantaranya :

1) Tidak mengkontaminasi tempat penampungan air

2) Tidak terjadi kontak antara manusia dan tinja

3) Hasil buangan tinja tidak menimbulkan bau

4) Cukup pencahayaan

5) Cukup ventilasi

6) Cukup air

7) Cukup luas

18
8) Lantai kedap air,

9) Konstruksi jamban dibuat dengan baik sehingga aman bagi

penggunanya

10) Tersedia alat-alat pembersih

Untuk mendukung kegiatan PHBS, di sekolah haruslah

tersedia jamban yang memenuhi syarat kesehatan serta

memiliki sarana alat pembersih. Jamban yang bersih dan tidak

berbau selain menunjukkan kebersihan juga membuat angka

penularan bakteri dan kuman penyebab penyakit menjadi

berkurang. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang

memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk

seluruh peserta didik serta terpisah antara peserta didik laki-laki

dan perempuan. Dengan menjaga kebersihan jamban

merupakan bagian dari nilai karakter karakter hidup sehat.

d. Olahraga yang teratur dan terukur

Olahraga adalah aktifitas fisik maupun psikis yang berguna

untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan. Berolahraga

selain membuat badan bugar dan sehat juga dapat membuat sistem

kekebalan tubuh terhadap bakteri dan virus penyebab penyakit

meningkat, sehingga dengan berolahraga diharapkan dapat

menjaga dan meningkatkan kesehatan bagi pelakunya. Berolahraga

hendaknya teratur dengan jadwal yang telah terukur sesuai dengan

kemampuan pelakunya. Dengan berolahraga secara teratur tubuh

19
akan terbiasa dengan kegiatan tersebut sehingga tidak terjadi

kekakuan otot. Peserta didik, guru, dan masyarakat sekolah lainnya

melakukan olahraga/aktivitas fisik secara teratur minimal tiga kali

seminggu selang sehari. Olahraga dapat dilakukan di halaman

secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia),

dan juga di ruangan kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa

senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah

diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama

serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga. Untuk

menunjang kegiatan PHBS di sekolah, hendaknya terdapat jadwal

rutin olahraga bagi para peserta didik dilengkapi dengan sarana

peralatan olahraga yang mendukung serta perlu adanya penyuluhan

PHBS di sekolah dan di dalam materi pelajaran olahraga. Dengan

berolahraga yang teratur dan terukur dapat menerapkan nilai

karakter disiplin.

e. Memberantas jentik nyamuk

Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah

yang dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk pada :

tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas

bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser,

wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat

yang bisa menampung air yang ada di sekolah. Memberantas jentik

di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan sarang

20
nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-

tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan

menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik

diharapkan dapat mencegah terkena penyakit akibat gigitan

nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria, dan kaki

gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk

melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali. Nilai karakter

yang dapat dikembang melalui indikator ini adalah hidup sehat.

f. Tidak merokok di sekolah

Merokok merupakan kegiatan menghisap asap rokok

kedalam tubuh dan menghembuskannya ke udara. Rokok adalah

benda yang berbentuk silinder dari kertas dan memiliki ukuran

panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm

yang berisi daun tembakau yang telah dipotong kasar. Rokok

dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar

asapnya dapat dihisap oleh mulut melalui ujung lainnya. Peserta

didik, guru, dan masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan

sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang

yang berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang

diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya.

Untuk mendukung kegiatan PHBS di sekolah, tidak ada

rokok, asbak dan abu serta puntung rokok dilingkungan sekolah.

Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang merokok di

21
lingkungan sekolah. Peserta didik/guru/masyarakat sekolah bisa

saling mengawasi diantara mereka untuk tidak merokok di

lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan kawasan

tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok. Dengan adanya peraturan

dan sanksi merupakan indikator yang harus dicapai dalam rangka

mensukseskan kegiatan ber-PHBS. Nilai karakter yang dapat

diterapkan melalui indikator ini adalah nilai karakter hidup sehat.

g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan.

Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang

ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan

apapun. Tinggi badan adalah ukuran tubuh dalam sisi tingginya

yang diukur dalam keadaan berpakaian minimal tanpa

perlengkapan apapun. Pertumbuhan dan perkembangan anak di

usia sekolah sangatlah pesat, sehingga diperlukan pencatatan

pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara rutin. Beberapa hal

yang mempengaruhi berat badan dan tinggi badan diantaranya

adalah makanan dan minuman. Dalam sehari tubuh manusia

membutuhkan gizi lengkap seperti karbohidrat, lemak, protein,

vitamin dan mineral. Peserta didik ditimbang berat badan dan

diukur tinggi badan setiap 6 bulan agar diketahui tingkat

pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran

dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan

sehingga diketahui apakah pertumbuhan peserta didik normal atau

22
tidak normal. Untuk mendukung kegiatan PHBS, di sekolah

hendaknya terdapat jadwal menimbang berat badan dan mengukur

tinggi badan serta sekolah harus memiliki sarana untuk menimbang

berat badan dan mengukur tinggi badan. Dengan menimbang berat

badan dan mengukur tinggi badan secara rutin nilai karakter yang

dapat dikembangkan adalah disiplin.

h. Membuang sampah pada tempatnya

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan

setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan media

menumpuknya bakteri dan virus penyebab penyakit. Peserta

didik/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat

sampah yang tersedia. Sekolah sebaiknya menyediakan tempat

sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik, dan

sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap

dipandang juga mengandung berbagai kuman penyakit.

Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang

tersedia akan sangat membantu peserta didik/guru/masyarakat

sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit. Membuang

sampah pada tempatnya merupakan perbuatan baik yang positif

yang harus dijadikan sebagai suatu kebiasaan sehari-hari agar dapat

menjadi teladan bagi orang lain. Dengan membuang sampah pada

tempatnya nilai karakter yang dapat dikembangkan adalah nilai

karakter cinta lingkungan dan disiplin.

23
i. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapi

Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga

terlihat rapi. Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam,

tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa kebersihan dan

kerapihan rambut dapat dilakukan oleh guru minimal seminggu

sekali. Peserta didik diarahkan untuk memotong rambut minimal 1

bulan sekali, jika terdapat peserta didik yang berambutpanjang

untuk anak laki-laki maka guru bertugas memotong dan

merapikan rambut. Nilai karakter yang dapat dikembangkan

melalui indikator ini adalah disiplin.

j. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih

Pakaian bersih dan rapih yaitu pakaian yang tidak kotor,

tidak berbau, dan tidak kusam yang diperoleh dengan mencuci

baju setelah dipakai dan dirapikan dengan disetrika. Memeriksa

baju yang dipakai peserta didik dapat dilakukan oleh guru setiap

hari sebelum pelajaran dimulai dan sesudah pelajaran selesai.

Sebaiknya pihak sekolah mempunyai aturan tentang pakaian yang

dikenakan oleh peserta didik, bagi anak laki-laki baju

dimasukkan, memakai ikat pinggang, dan memakai kaos kaki.

Dengan memakai pakaian bersih dan rapih merupakan nilai

karakter yang dapat dikembangkan adalah disiplin.

24
k. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih

Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur

dan membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa

kuku secara rutin dapat dilakukan oleh guru minimal seminggu

sekali sebelum memulai pelajaran. Jika didapati ada peserta didik

yang berkuku panjang, guru mempunyai tugas untuk memotong

dan merapikannya dengan memelihara kuku agar selalu pendek

dan bersih nilai karakter yang dapat dikembangkan adalah nilai

karakter hidup sehat ( Taryatman, 2016).

6. Fasilitas penunjang PHBS di sekolah

Fasilitas penunjang PHBS di sekolah antara lain adalah : (Depkes,

2012)

a. Ketersediaan air bersih yang bebas dari jentik nyamuk

Air bersih yang tersedia di sekolah dapat digunakan oleh

siswa dan guru untuk berbagai keperluan. Siswa dan guru dapat

menggunakan air bersih untuk mencuci tangan dengan

menggunakan air bersih yang mengalir sebelum makan dan

sesudah buang air besar. Perilaku cuci tangan dengan air mengalir

dan menggunakan sabun mencegah penularan penyakit seperti

diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A,

ISPA, flu burung, dan lain sebagainya.

25
Kegiatan pemeriksaan tandon air bersih dilakukan untuk

memberantas penyakit yang disebabkan oleh penularan nyamuk

seperti penyakit demam berdarah. Memberantas jentik nyamuk di

lingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M (menguras,

menutup, dan mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak

mandi, drum, , tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu

sekali. Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini

kemudian disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.

b. Fasilitas penunjang PHBS disekolah yang lain adalah tersedianya

kantin sekolah dengan jajanan yang sehat, ketersediaan jamban

yang bersih, tempat dan program olahraga yang teratur dan terukur,

dan juga adanya tempat sampah. Dimana fasilitas tersebut dapat

menunjang siswa dan siswi dalam berperilaku hidup bersih dan

sehat dilingkungan sekolah.

7. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penerapan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS)

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil rasa keingintahuan melalui

proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek

tertentu. Pengetahuan merupakan domain penting dalam

terbentuknya perilaku terbuka atau open behaviour

( Harsisnanto, J & Suhendar , 2019).

26
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung

dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negative yang akan

menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan

objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin

positif terhadap objek tertentu (Wawan & Dewi, 2012).

Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan

bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang

dialami. Menurut Brunner, proses pengetahuan tersebut

melibatkan tiga aspek, yaitu proses mendapatkan informasi,

proses transformasi, dan proses evaluasi. Informasi baru yang

didapat merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh

sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi

sebelumnya. Proses transformasi adalah proses manipulasi

pengetahuan agar sesuai dengan tugas tugas baru. Proses

evaluasi dilakukan dengan memeriksa kembali apakah cara

mengolah informasi telah memadai.

b. Sikap

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan

seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai

aspek- aspek tertentu dalan lingkungannya.sikap merupakan

kecondongan evaluatif terhadap suatu stimulus atau objek

tersebut. Ini berarti siakp menunjukkan kesetujuan atau

27
ketidaksetujuan, suka atau tidak suka seseorang terhadap

sesuatu

Sikap dalam kehidupan sehari hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap bukan suatu

tindakan atau aktivitas, melainkan predisposisi tindakan atau

perilaku. Alport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai

tiga komponen utama yaitu kepercayaan/keyakinan (ide dan

konsep), kehidupan emosional atau evaluasi emosional

terhadap suatu objek, dan kecendrungan untuk bertindak (trend

to behave). Ketiga komponen tersebut secara bersama – sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude). Sedangkan sikap

dikaitkan dengan pendidikan adalah sikap atau tanggapan

pserta didik terhadap materi pendidikan pendidikan yang

diberikan (Mubarak, 2012).

c. Tindakan/ keterampilan

Sikap tidak otomatis terwujud menjadi suatu tindakan

(overt behabvior). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, misalnya penyediaan fasilitas. Contohnya,

orang yang sudah memiliki sikap positif terhadap manfaat

imunisasi harus mendapatkan fasilitas imunisasi agar orang

tersebut mengimunisasikan anggota keluarganya.disamping itu,

diperlukan dukungan dari berbagai pihak, misalnya petugas,

28
suami, istri, orang tua, teman, dan lain – lain. Pengukuran

perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung melalui

wawancara terhadap kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan

beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran

juga dapat dilakukan secara langsung yaitu melalui observasi

tindakan atau kegiatan responden. Praktik (berkaitan dengan

pendidikan) adalah tindakan peserta didik sehubungan dengan

materi pendidikan yang diberikan.

Perubahan ke arah perilaku yang diharapkan (berupa

perilaku yang lebih baik) hanya dapat dilakukan melalui proses

yang disengaja dengan grand design yang mencakup proses :

a) Pendidikan informal

Diperlukan konsistensi proses belajar informal

dalam keluarga, dalam pergaulan dimasyarakat, dan

individu – individu kunci yang akan dijadikan model

publik.

b) Pendidikan nonformal

Dalam proses ini pemerintah dan masyarakat

melakukan upaya aktif untuk meningkatkan daya upaya

proses pembelajaran yang dilakukan secara insidental atau

regular melalui pendekatan pelatihan, kursus - kursus, atau

seminar - seminar.

29
c) Pendidikan formal

Kebutuhan pendekatan khusus sehingga proses

belajar formal ini tidak tejebak oleh formalitas yang hanya

mampu mentransfer pengetahuan tanpa memberikan pesan

moral pada peserta didik (Mubarak, 2012).

B. Pengetahuan
1. Pengertian

Pengetahuan adalah suatu hasil rasa keingintahuan melalui proses

sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek

tertentu.Pengetahuan merupakan domain penting dalam

terbentuknyaperilaku terbuka atau open behaviour ( Harsisnanto, J &

Suhendar , 2019).

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan aspek negative yang akan menentukan sikap

seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui,

maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu

(Wawan & Dewi, 2012).

30
2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan mempunyai 6

tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab

itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang

telah paham terhadap obyek suatu materi harus dapat menjelaskan,

menyimpulkan, dan meramalkan terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan pinsip yang

diketahuinya tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam satu

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

31
e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum dalam suatu hubungan yang logis antar komponen

yang dimilikinya.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek.

3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011) pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket dengan menanyakan tentang

materi yang akan diukur dari subjek penelitian. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

kepada sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat

dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya

makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika

seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah maka

akanmenghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

penerimaan, informasi dan nilai yang baru diperkenalkan.

32
b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung

maupun secara tidak langsung.

c. Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi

perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan

fisik secara garis besar dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu :

perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan

timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi

organ.Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang

semakin matang dan dewasa.

d. Minat

Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minta menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteteraksi dengan lingkungannya. Ada

kecendrungan pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk

dilupakan oleh seseorang. Namun jika pengalaman terhadap obyek

tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan

33
yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya

sehingga pada akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam

kehidupannya.

f. Kebudayaan Lingkungan Sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam

suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan

lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan

karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

pribadi atau sikap seseorang.

g. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat suatu

membantu untuk memperoleh mempercepat seseorang

pengetahuan yang baru.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) terdapat beberapa cara memperoleh

pengetahuan, yaitu:

a. Cara memperoleh kebenaran ilmiah

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi:

34
1) Cara coba salah (Trial and error)

Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah

digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan

adalah melalui cara coba salah (trial and error). Cara ini telah

dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila

menghadapi persoalan, upaya pemecahannya dilakukan dengan

coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan

masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan.

2) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contohnya

adalah ditemukannya kina sebagai obat penyembuhan penyakit

malaria. Konon, ditemukannya kina sebagai obat malaria

adalah secara kebetulan oleh seorang penderita malaria yang

sering mengembara di hutan ia kehausan dan minum air parit

yang begitu jernih, tetapi rasanya pahit sekali. Anehnya, sejak

minum air tersebut penyakit malarianya tidak pernah kambuh

lagi. Akhirnya ia melakukan penyelidikan ke sepanjang parit

itu dan ditemukanya pohon kina yang tumbang terendam di

35
dalam parit tersebut. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa kulit

kayu kina dapat dijadikan obat malaria.

3) Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan,

tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya

mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan

pengetahuan. Prinsip inilah, orang lain menerima pendapat

yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran

sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima

pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakan

sudah benar.

4) Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu,

pengalaman pribadi dapat digunakan untuk memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

masalah yang dihadapi di masa lalu.

36
5) Cara akal sehat (Common sense)

Akal sehat (Common sense) kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini

berkembang, para orang tua zaman dulu agar anaknya mau

menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin

menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah,

misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara

menghukum anak ini berkembang sampai sekarang menjadi

teori atau kebenaran bahwa hukuman adalah metode (meskipun

bukan paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah

dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak

orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

6) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional

atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh Nabi sebagai

wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau

penyelidikan manusia.

37
7) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran ini diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melaui

intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak

menggunakan cara yang rasional dan sistematis. Kebenaran ini

diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati

saja.

8) Melalui jalan pikiran

Untuk memperoleh pengetahuan serta kebenarannya

manusia harus menggunakan jalan pikirannya serta

penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-

tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan

seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke

generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari

sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

9) Metode induksi

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala- gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya

dikumpulkan dan diklasifikasikan, akhirnya diambil

kesimpulan umum.

38
10) Metode deduksi

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih

dahuluuntuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya

yang khusus.

b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi

penelitian.Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang

mengembangkan metode berpikir induktif. Mula-mula ia

mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam

atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatannya tersebut

dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil

kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif yang

dikembangkan oleh Bacon dilanjutkan oleh Deobold Van

Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan

dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan

membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta

sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini

mencakup tiga hal pokok, yaitu:

39
1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan.

3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

5. Kriteria Pengetahuan

Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Pengetahuan baik, bila subjek menjawab benar 76 % - 100 %

seluruh pertanyaan

b. Pengetahuan cukup, bila subjek menjawab benar 56 % - 75 %

seluruh pertanyaan

c. Pengetahuan kurang, bila subjek menjawab benar < 56 % seluruh

pertanyaan.

40
C. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian

Pendidikan kesehatan merupakan pembelajaran yang terencana dan

bersifat dinamis. Tujuan dari proses pembelajaran ini adalah untuk

memodifikasi perilaku melalui peningkatan keterampilan, pengetahuan

maupun perubahan sikap yang berkaitan dengan perbaikan pola hidup

kearah yang lebih sehat. Perubahan yang diharapkan dalam pendidikan

kesehatan dapat diaplikasikan pada skala individu hingga masyarakat,

serta pada penerapan program kesehatan (Nurmala, dkk. 2018).

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya

kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) yang

menitiberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.

Secara konsep pendidikan kesehatan merupakan upaya

mempengaruhi/mengajak orang lain (individu, kelompok, dan

masyarakat) agar berperilaku hidup sehat. Secara operasional

pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk

memberikan/meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya

(Widodo,2014).

Sedangkan menurut Hasnidar, dkk (2020) pendidikan kesehatan

adalah suatu proses yang terencana dalam memberikan informasi

kepada masyarakat dengan tujuan meningkatkan sikap, keterampilan

dan pengetahuan guna untuk meningkatkan derajat kesehatan yang

41
lebih optimal melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada (Widyawati, 2021).

3. Pentingnya Pendidikan Kesehatan

a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan

masyarakat, dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan

lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal.

b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,

mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian.

c. Agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka

sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan

terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka

ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan

kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat

dan kesejahteraan masyarakat. (Sinaga, dkk, 2021: 7).

42
4. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia berdasarkan pada program

pembangunan Indonesia adalah :

a. Masyarakat umum

Masyarakat umum adalah seluruh masyarakat yang berada

disuatu tempat secara umum yang mendapatkan pendidikan

kesehatan, contoh: terjadinya kasus endemis fillariasis di

sebuah desa maka seluruh masyarakat di desa tersebut harus

mendapatkan pendidikan kesehatan dan pengobatan terkait

eliminasis fillariasis.

b. Masyarakat dalam kelompok tertentu

Masyarkat dalam kelompok tertentu seperti wanita, remaja

dan anak-anak. Kelompok tertentu menjadi sasaran pendidikan

kesehatan karena rentan terhadap permasalahan kesehatan.

Wanita sangat rentan memiliki permasalahan kesehatan

terutama wanita hamil dan wanita menyusui karena pada

periode tersebut mereka memiliki kebutuhan gizi yang lebih

tinggi dan membutuhkan pemeliharaan kesehatan yang lebih

tinggi dari wanita biasa, contoh: seorang wanita hamil dan

menyusui harus mendapatkan konseling oleh bidan atau dokter

terkait permasalahan kesehatan yang dialami atau pemeliharaan

kesehatan selama masa kehamilan dan nifas.

43
Anak-anak dan remaja menjadi kelompok sasaran

pendidikan kesehatan secara khusus, hal ini dikarenakan anak-

anak memiliki imunitas yang jauh lebih rendah dibandingkan

orang dewasa sehingga memiliki resiko terkena permasalahan

kesehatan yang lebih tinggi dan pengetahuan yang kurang baik

sehingga meningkatkan resiko terjadinya permasalahan

kesehatan, contoh anak-anak yang terkena diare karena

konsumsi jajan sembarangan.

c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan

individual

Sasaran pendidikan kesehatan kepada individu dilakukan

karena terdapat individu yang mengalami permasalahan

kesehatan secara khusus sehingga memerlukan pendidikan

kesehatan agar permasalahan kesehatannya tidak semakin

parah atau permasalahannya tidak menular kepada orang lain,

contoh: individu yang terkena penyakit AIDS maka akan

disarankan untuk mendapatkan konseling demi meningkatkan

status kesehatan penderita AlDS tersebut. (Siregar, 2020: 10)

5. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo, 2021) ruang lingkup pendidikan kesehatan

dapat dilihat dari berbagai dimensi antara lain: dimensi aspek

kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan

kesehatan dan dimensi tingkat pelayanan

44
a. Dimensi aspek kesehataan

Kesehatan masyarakat mencakup empat aspek pokok yaitu:

1) Promosi (promotif)

2) Pencegahan (preventif)

3) Penyembuhan (kuratif)

4) Pemulihan (rehabilitatif)

b. Dimensi tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaan, pendidikan kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi lima:

1) Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

2) Pendidikan ksehatan pada tatanan sekolah

3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja

4) Pendidikan kesehatan ditempat-tempat umum

5) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan

c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

Terdapat 5 tingkat pencegahan yang dapat dilakukan melalui

pendidikan kesehatan, yaitu:

1) Promosi kesehatan (health promotion) yaitu peningkatan

derajat atau status kesehatan masyarakat yang dilakukan

melalui pendidikan, penyuluhan ataupun pelatihan kesehatan.

2) Perlindungan khusus (specific protection) yaitu usaha untuk

melindungi masyarakat untuk memberikan perlindungan

45
ataupun pencegahan terhadap terjangkitnya suatu penyakit

contohnya dengan program imunisasi.

3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and

prampt treatment) seperti pada kurangnya pengetahuan dan

kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mengakibatkan

masyarakat mengalami kesulitan untuk medeteksi penyakit

bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan

mengobati penyakitnya.

4) Pembatasan cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan

kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit

seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan

pengobatan sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak

sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan

menjadi cacat.

5) Rehabilitasi yaitu latihan yang diperlukan untuk pemulihan

seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi

cacat, akibat dari kurangnya pengetahuan dan kesadaran

tentang pentingnya rehabilitasi, membuat masyarakat tidak

mau untuk melakukan latihan-latihan tesebut.

46
6. Media Dalam Pendidikan Kesehatan

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media

ini dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari

gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna, antara

lain sebagai berikut:

1) Booklet, suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun

gambar.

2) Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lmbaran yang dilipat, isi informasi dapat

dalam bentuk kalimat maupun gambar ataupun kombinasi.

Pada umumya penyampaian pendidikan kesehatan yang

menggunakan metode ceramah akan dibarengi dengan

pemberian leaflet, dimana leaflet tersebut berisi pesan-pesan

yang diberikan saat melakukan pendidikan kesehatan.

3) Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau

informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok

atau ditempat-tempat umum. Poster tidak saja penting untuk

menyampaikan pesan-pesan tertentu tetapi mampu juga untuk

mempegaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang

melihatnya.

47
4) Flayer (selebaran), bentuknya seperti leaflet tetapi tidak

berlipat.

5) Flip chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau

informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat

dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu

elektronika, antara lain sebagai berikut :

1) Televisi, ialah penyampaian pesan atau informasi kesehatan

melalui media televisi dapat dalam bentuk kuis atau cerdas

cermat, pidato (ceramah), forum diskusi atau tanya jawab

sekitar masalah kesehatan.

2) Radio, merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan

pesan kepada orang banyak yang mengandalkan audio atau

suara.

3) Video, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

dapat melalui video. Pembuatan video memiliki tujuan untuk

memaparkan cerita mengenai kesehatan.

4) Slide, media slide adalah media visual yang diproyeksikan

melalui alat yang disebut dengan proyektor slide.

48
c. Media luar ruang

Merupakan media yang menyampaikan pesannya di luar

ruang. Media luar ruang bisa melalui media cetak atau elektronika

misalnya spanduk, banner, pameran (Siregar, 2021: 19).

7. Metode dan Teknik Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmodjo (2010), metode dan teknik pendidikan

kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara atau metode dan

alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan

promosi kesehatan. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik

pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Metode pendidikan kesehatan individual

Metode ini digunakan apabila antara promoter kesehatan

dan sasaran atau kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik

bertatap muka (face to face) maupun melalui sarana komunikasi

lainnya, misal telepon. Cara ini paling efektif, karena antara

petugas kesehatan dengan klien dapat saling berdialog, saling

merespon dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan

masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat

menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan dengan

masalahnya. Metode dan teknik pendidikan kesehatan yang

individual ini yang terkenal adalah “councelling”.

49
b. Metode pendidikan kesehatan kelompok

Teknik dan metode pendidikan kesehatan kelompok ini

digunakan untuk sasaran kelompok. Sasaran kelompok dibedakan

menjadi 2 yaitu: kelompok kecil kalau kelompok sasaran terdiri

antara 6-15 orang dan kelompok besar, jika sasaran tersebut diatas

15 sampai dengan 50 orang. Oleh karena itu metode pendidikan

kesehatan kelompok juga dibedakan menjadi 3 yaitu:

1) Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok

kecil, misalnya diskusi kelompok, metode curah pendapat

(brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran (role

play), metode permainan simulasi (simulation game), dan

sebagainya. Untuk mengefektifkan metode ini perlu dibantu

dengan alat bantu atau media, misalnya lembar balik (flip

chart), alat peraga, slide, dan sebagainya.

2) Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok

besar, misalnya metode ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti

dengan tanya jawab, seminar, loka karya, dan sebagainya.

Untuk memperkuat metode ini perlu dibantu pula dengan alat

bantu misalnya, overhead projector, slide projector, film,

sound system, dan sebagainya.

3) Metode pendidikan kesehatan massa, apabila sasaran

pendidikan kesehatan misal atau publik, maka metode-metode

dan teknik pendidikan kesehatan tersebut tidak akan efektif,

50
karena itu harus digunakan metode pendidikan kesehatan

massa. Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk massa

yang sering digunakan adalah:

a) Ceramah umum, misalnya dilapangan terbuka dan tempat-

tempat umum

b) Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan

televisi. Penyampaian pesan melalui radio atau TV ini

dapat dirancang dengan berbagai bentuk misalnya talk

show, dialog interaktif, simulasi, dan sebagainya.

c) Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku,

leaflet, selebaran poster, dan sebagainya. Bentuk sajian

dalam media cetak ini juga bermacam-macam antara lain

artikel tanya jawab, komik, dan sebagainya.

d) Penggunaan media di luar ruang, misalnya billboard,

spanduk dan sebagainya.

51
D. Kerangka Teori

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT (PHBS) DI SDN 05 SINTUK TOBOH GADANG
TAHUN 2022

Bagan 2.1
bagan 1 Bagan 2.1

Perilaku hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai


segala perilaku yang dilaksanakan dengan sadar sebagai hasil
pembelajaran, yang membentuk seseorang, keluarga, kelompok,
atau masyarakat dapat mandiri di bidang kesehatan dan turut
terlibat dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS)

Pengetahuan Siswa
Faktor- faktor yang
terhadap Perilaku Hidup
mempengaruhi penerapan
Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)

1. Pengetahuan
2. Sikap Pendidikan Kesehatan
3. Tindakan/keterampilan

Meningkatkan
pengetahuan

Sumber : Memodifikasi dari ( Marmi dan Margiyati,2013),

(Mubarak,2012)

52
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah Pra Eksperiment dengan rancangan

penelitian One Group Pretest Posttest. Rancangan penelitian ini tidak ada

kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan

observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-

perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program). Bentuk

rancangan ini adalah sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2018)

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

Keterangan:

01 : Pengukuran pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pretest)

X : Perlakuan (Pendidikan Kesehatan)

02 : Pengukuran pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) sesudah diberikan pendidikan kesehatan (posttest).

52
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SDN 05 Sintuk Toboh Gadang

yang diawali dengan menyusun proposal penelitian pada bulan desember

2021 sampai dengan membuat laporan hasil pada bulan agustus 2022.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SDN 05 Sintuk Toboh

Gadang pada tahun 2022 sebanyak 33 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini menggunakan teknik

sampel total population. Total population adalah teknik pengumpulan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi

(Sugiyono, 2017). Alasan mengambil total population karena jumlah

populasi yang kurang dari 100. Jadi jumlah sampel dalam penelitian

ini adalah sebanyak 33 orang.

Kriteria inklusi adalah sebagai berikut :

a. Siswa/i kelas V SDN 05 Batang Anai

b. Siswa/i yang bersedia menjadi responden

53
Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut :

a. Siswa/i tidak bersdia menjadi responden

b. Siswa/i dalam keadaan sakit (izin)

D. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2012), masalah etika penelitian yang harus

diperhatikan yaitu :

1. Lembaran persetujuan (Informed Consent)

Lembaran persetujuan diberikan sebelum penelitian dilaksanakan

agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di

SDN 05 Sintuk Toboh Gadang. Responden yang bersedia untuk diteliti

telah menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Tanpa nama (Anonim)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data

(kuisioner) yang diisi oleh subjek tersebut. Lembar tersebut diberi

inisial atau kode dari nama responden dan nomor urut responden,

sehingga identitas responden dapat terjaga.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin

kerahasiannya. Kerahasiaan informasi responden mengenai pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang

54
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di SDN 05 Sintuk Toboh

Gadang kelas V hanya dapat dipublikasikan atau digunakan oleh

peneliti lain setelah mendapat izin dari peneliti.

4. Menghormati keadilan dan inklusivitas (Respect for Justice and

Includiveness)

Penelitian ini dilakukan secara jujur, tepat dan hati-hati. Penelitian

ini juga memberikan keuntungan dan beban merata sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan subjek.

5. Memperhitungkan manfaat dan kerugian (Balancing harm and

benefits)

Penelitian ini memperhitungkan manfaat dan kerugian yang

ditimbulkan dalam melakukan penelitian. Peneliti meminimalisir

dampak yang akan merugikan subjek.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil observasi awal di tempat

penelitian yaitu di SDN 05 Sintuk Toboh Gadang dengan mewancarai

langsung siswa kelas V mengenai perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS). Data primer ini juga diperoleh melalui kuesioner yang diisi

oleh responden pada saat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan.

55
2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari institusi terkait yaitu catatan jumlah

siswa kelas V diSDN 05 Sintuk Toboh Gadang Tahun 2022.

3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masa pandemi Covid-19, sehingga

protokol kesehatan tetap diperhatikan, Adapun langkah pengumpulan

data yang dilakukan oleh peneliti, antara lain :

a. Pelaksanaan penelitian

1) Peneliti memperkenalkan diri kepada responden

2) Peneliti menjelaskan tujuan melakukan penelitian

3) Setelah responden memahami tujuan penelitian, peneliti

meminta responden untuk menandatangani informed consent.

4) peneliti melakukan evaluasi pengetahuan pretest pada

responden sebanyak 33 orang dengan memberikan kuisioner

dalam waktu 15 menit.

b. Pemberian pendidikan kesehatan

1) Peneliti memberikan pendidikan kesehatan tentang Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) selama 15 menit kepada

responden.

2) Peneliti dibantu oleh 3 orang enumerator.

3) Peneliti memberikan pertanyaan mengenai Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) kepada responden.

4) Responden menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.

56
5) Peneliti menutup kegiatan pendidikan kesehatan dan

mengucapkan salam.

c. Pelaksanaan Posttest

1) Peneliti melakukan evaluasi pengetahuan posttest pada

responden sebanyak 33 orang dengan memberikan kuisioner

dalam waktu 15 menit.

2) Peneliti meminta responden untuk mengisi kembali kuisioner

setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

3) Peneliti meminta responden untuk mengisi kuisioner secara

lengkap dan benar.

F. Teknik Pengolahan Data


Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkahnya,

diantaranya (Hidayat, 2016) :

1. Pemeriksaan data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Pada saat penelitian,

editing dilakukan ketika data kuisioner yang diisi oleh responden telah

terkumpul.

2. Pengkodean data (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan data dan analisis data menggunakan

57
komputer. Pada penelitian ini, kode yang diberikan seperti jawaban

benar yang diperoleh pada lembar kuisoner diberi kode (1) sedangkan

jawaban salah diberikan kode (0).

3. Memasukan data (Entry)

Entry adalah kegiatan untuk memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master table atau program komputer, kemudian

membuat interpretasi hasil atau data yang telah didapatkan berupa

tabel.

4. Pembersihan data (Cleaning)

Cleaning adalah data-data yang telah dimasukkan diperiksa

kembali untuk melihat kemungkinan- kemungkinan kesalahan kode,

ketidaklengkapan data, dan semua data sudah benar. Data penelitian

yang sudah terkumpul dan di masukkan membutuhkan uji normalitas

untuk melihat hasil apakah distribusi data sudah normal atau tidak.

5. Metabulasi data (Tabulating)

Tabulating merupakan memproses data dilakukan dengan cara

mengentri atau memasukan data ke program komputerisasi.

G. Analisa Data
1. Analisa Univariat

Analisis univariat adalah suatu teknik analisa data terhadap satu

variabel secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan dengan

variabel lainnya. Analisis univariat biasa juga disebut analisis

58
deskriptif atau statistik deskriptif yang bertujuan menggambarkan

kondisi fenomena yang dikaji.

Analisis univariat bertujuan untuk mendapatkan hasil pengetahuan

anak kelas V SDN 05 Sintuk Toboh Gadang sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS). Analisis data yang disajikan adalah nilai mean (rata-

rata), standar deviasi, nilai maximum dan minimum untuk dua

pengukuran (sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

variabel berhubungan atau tidak. Peneliti melakukan analisis bivariat

dengan menggunakan uji Dependen T-test, dengan tingkat kemaknaan

95% (a=0,05). Jika nilai p value ≤ 0,05 maka secara statistik disebut

ada pengaruh pendidikan kesehatan dan jika nilai p value≥ 0,05 maka

disebut tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan.

59
H. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep sebagai berikut :

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana seseorang peneliti menyusun teori atau

menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk

masalah ( Hidayat, 2013).

Penelitian ini memiliki variabel independen dan variabel dependen.

Variabel dependen penelitian ini adalah tingkat pengetahuan siswa tentang

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), sedangkan variabel independen

penelitian ini adalah pendidikan kesehatan.

Bagan 3.2 Kerangka Konsep

bagan 2Bagan 3.1

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT (PHBS) DI SDN 05 SINTUK TOBOH GADANG
TAHUN 2022

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan Kesehatan Tingkat Pengetahuan Siswa


Tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)

60
I. Hipotesa Penelitian
Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di SDN 05 Sintuk

Toboh Gadang tahun 2022

Ho :Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di

SDN 05 Sintuk Toboh Gadang tahun 2022.

61
J. Definisi Operasional
Tabel 3.1

bagan 3 Bagan 3.2

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT (PHBS) DI SDN 05 SINTUK TOBOH GADANG
TAHUN 2022

Variabel Definisi Alat dan Cara Ukur Hasil Skala


Operasional Bahan Ukur Ukur
Variabel Pemberian 1. Laptop - - -
Independen pendidikan 2. Infocus
: Pendidikan kesehatan 3. PowerPoint
Kesehatan mengenai
perilaku
hidup bersih
dan sehat
(PHBS)
Variabel Segala Kuesoiner Angket 0-15 Rasio
Dependen : sesuatu yang
diketahui
Tingkat oleh siswa
Pengetahuan tentang
Siswa PHBS
Tentang
Perilaku
Hidup
Bersih dan
Sehat
(PHBS)

62
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Penulisan Proposal / Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan

Stikes Syedza Saintika Padang. 2019

Chandra, C., Fauzan, A., & Aquarista, M. F. (2017). Hubungan Antara

Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(Phbs) Pada Siswa Sekolah Dasar (Sd) Di Kecamatan Cerbon Tahun

2016. Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa, 4(3), 201-

205.

Departemen Kesehatan, RI 2018. Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas). 2018. Hasil

Utama Riskesdas. Jakarta

Dewi, S. (2016).Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Permainan Ular

Tangga Terhadap Tingkat Pengetahuan PHBS Santri Pondok

Pesantren Mambaul Hisan Kabupaten Blitar (Doctoral dissertation,

Universitas Brawijaya).

Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman. 2021. Laporan Dinas kesehatan

Kabupaten Padang Pariaman.

Faozy, I. (2017). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Bumijaya Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2017.Skripsi.Universitas

Negeri Yogyakarta.

63
Hanif, M. F., Ririanty, M., & Nafikadhini, I. (2018). Efektivitas Buku Saku PHBS

di Sekolah dalam Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat. Jurnal Kesehatan, 6(2), 46- 53.

Harsismanto, J & Suhendar, S. (2019) ‘Pengaruh Edukasi Media Video dan

Flipchart Terhadap Motivasi dan Sikap Orang Tua Dalam Merawat

Balita Dengan Pneumonia’, Jurnal Keperawatan Silampari, 2(2), pp. 1–

17.

Karaeng, V. D., Umboh, J. M., & Akili, R. H. (2017).Gambaran Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Inpres

Karatung Kecamatan Manganitu Kabupaten Sangihe. KESMAS, 6(2).

Kementrian Kesehatan RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta :

Kementrian Kesehatan RI

Kemenkes, R. I. (2011). Pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta : Kemenkes; 2016.

Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta : Kemenkes; 2017.

Kementerian Sosial RI. 2018. Penguatan Kapabilitas Anak dan Keluarga: Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta

64
Lina, H. P. (2016). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) siswa di SDN 42

Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang. Jurnal Promkes: The

Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education, 4(1), 92-

103

Maryunani, A. (2013). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).Jakarta:CV Trans

Info Media

Mubarak I,W. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Jagakarsa. Jakarta

12610

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehata. Jakarta : Rhineka cipta.

Nurmala, dkk. 2018. Promosi Kesehatan. Semarang : Pusat Penerbitan dan

Percetakan Universitas Airlangga

Nursalam, Efendi, F. 2016. Metode Penelitian Keperawatan. Salemba Medika.

Jakarta.

Proverawati, dkk. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.Yogyakarta

Sinaga, dkk.2021. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Yayasan

Kita Menulis.

Siregar. 2021. Buku Ajar Promosi Kesehatan. Jakarta : Pustaka Taman Ilmu.

65
Suci, K. S. (2019). Upaya Mewujudkan Perilaku Sehat Kolektif pada Program

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (Doctoral dissertation,

Universitas Andalas).

Suryani, L. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) Siswa/i Sekolah Dasar Negeri 37 Kecamatan Tampan

Kota Pekanbaru. J Keperawatan Abdurrab, 1(2), 17-28.

Taryatman, T. (2016).Budaya hidup bersih dan sehat di sekolah dasar untuk

membangun genersi muda yang berkarakter. TRIHAYU: Jurnal

Pendidikan Ke-SD-an, 3(1).

Wawan, A. (2012). dan Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia. Syafni.

Widodo, B. (2014). Pendidikan Kesehatan dan Aplikasinya di SD/MI. Madrasah:

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 7(1), 12.

66
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan

Jadwal Kegiatan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PERILAKU


HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI SDN 05 SINTUK TOBOH GADANG
TAHUN 2022

Bulan

No. Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Memilih Masalah
Penelitian
2. Mengajukan Judul
Penelitian
3. Menyusun Proposal
Penelitian
4. Konsultasi Proposal

5. Seminar Proposal

6. Perbaikan Proposal

7. Pelaksanaan

67
Penelitian
8. Penyusunan Hasil
Penelitian Dan
Perbaikan
9. Ujian Hasil Penelitian
Dan Perbaikan
10 Penyerahan Skripsi

Padang, Februari 2022

DOSEN PEMBIMBING 1 DOSEN PEMBIMBING 2 PENELITI

Ns. Honesty Diana Morika, M.Kep Ns. Siska Sakti Angraini, M.Kep Salma Afifah

68
Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Saudara/ i
di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa program studi S1 Ilmu
Keperawatan STIKes Syedza intika Padang;

Nama : Salma Afifah

NIM : 1802110

Menyatakan bahwa saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh


Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) Di SDN 05 Sintuk Toboh Gadang Tahun 2022".

Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian saudara/i, kerahasiaan informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Maka dari itu saya
mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Apabila saudara/i menyetujui, mohon untuk menandatangani lembaran persetujuan


dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Atas perhatian saudara/i sebagai
responden, saya ucapkan terima kasih.

Padang, Mei 2022

Peneliti

(Salma Afifah)

69
Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lembar pertama (Lembar

Permohonan Responden), saya menyatakan bersedia turut berpartisipasi menjadi responden

pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes

Syedza Saintika Padang yang bernama Salma Afifah dengan judul “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(PHBS) Di SDN 05 Sintuk Toboh Gadang Tahun 2022".

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak berakibat kerugian kepada saya, sehingga

jawaban yang saya berikan adalah benar adanya dan sesuai dengan kenyataan, pengetahuan,

dan pengalaman saya akan dirahasiakan.

Oleh karena itu, saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan

sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Padang, Mei 2022

Responden

( )

70
INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Dengan ini menyatakan bersedia mengisi / menjawab pertanyaan-pertanyaan pada

kuisioner penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di SDN 05 Sintuk

Toboh Gadang Tahun 2022" dengan sejujur-jujurnya tanpa adanya paksaan dari manapun

dengan catatan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya.

Demikian pernyataan ini, kami buat dengan sebenar-benarnya agar yang

berkepentingan dapat memakluminya.

Padang, Mei 2022

Responden

( )

71
Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DI SDN 05 SINTUK TOBOH GADANG TAHUN 2022

Topik : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Sub Topik : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Hari/ Tanggal : Mei 2022

Waktu : 10.00 – 10.30 (30 menit)

Penyaji : Salma Afifah

Tempat : SDN 05 Sintuk Toboh Gadang

A. Latar belakang
Anak adalah pribadi yang unik. Ia bukanlah seorang dewasa yang
bertubuh kecil. Namun ia adalah sosok pribadi yang berada dalam masa pertumbuhan,
baik secara fisik, mental dan intelektual. Sehat merupakan sebuah hasil yang
memerlukan proses atau usaha. Memahami arti pentingnya kesehatan diri harus
dimulai sejak dini, agar hasil itu bisa dirasakan di kemudian hari. Perkembangan pada
masa anak sekolah merupakan periode yang tepat untuk diajarkan kebiasaan hidup
yang sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikan oleh para siswa, guru, dan masyarakat yang
berada di lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan derajat kesehatan,
serta berperan aktif dalam menjaga, memelihara, serta mewujudkan lingkungan yang
sehat.
Pendidikan kesehatan harus diajarkan sejak dini pada anak, karena anak
sehat menjadi cerminan keluarga yang juga sehat. Dalam memberikan Pendidikan
kesehatan pada anak, seringkali orang tua dan guru hanya membatasi pada kesehatan
tubuh saja. Padahal, ini tidak hanya membahas pada fisik tubuh, tetapi juga berkaitan

72
dengan kesehatan mental, perubahan sikap, perubahan kebiasaan dan perubahan cara
pandang. Pencegahan dan penyadaran harus menjadi prioritas utama. Kita sebaiknya
mengatakan pada anak-anak tentang cara mencegah dan melindungi diri dari sakit.
Kita perlu mengajarkan hal-hal yang kecil dan sederhana yang dapat mereka lakukan
sendiri tentang kesehatan.

B. Tujuan
1. TujuanUmum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan peserta lebih
memahami dan lebih mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Sekolah
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu :
a. Mendefinisikan pengertian perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah secara
sederhana
b. Menjelaskan indikator apa saja yang termasuk dalam perilaku hidup bersih
dan sehat di sekolah
c. Mengetahui dan mengaplikasikan siapa saja yang harus menjalankan perilaku
hidup bersih dan sehat di sekolah
d. Mengetahui dan memprakitkan cara mencuci tangan yang baik
e. Mengetahui manfaat dari perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
f. Mengetahui dampak buruk dari tidak dilakukannya perilaku hidup bersih dan
sehat disekolah

C. Pelaksanaan kegiatan
1. Pokok bahasan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah
2. Sasaran dan target
Siswa SDN 05 Sintuk Toboh Gadang kelas V
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi

73
4. Media dan alat
a. PPT
b. Laptop
c. Infocus
5. Waktu dan tepat
a. Waktu : 10.00 – 10.30 WIB
b. Tempat : SDN 05 Sintuk Toboh Gadang
6. Pengorganisasian
a. Moderator : Tiara Zulvi Putri
b. Presenter : Salma Afifah
c. Observer : Annisa Fitri Juliyana
d. Fasilitator : Novianti Safitri
7. Setting tempat
Tempat : ruang kelas v

Keterangan :

: Penyuluh

: Moderator

: Observer

: Fasilitator

74
: Peserta

8. Kegiatan penyuluhan

No Waktu Kegiatan mahasiswa Kegiatan peserta


1 5 menit Pembukaan : a. Menjawab salam
a. Membuka kegiatan dengan b. Mendengarkan
mengucap salam c. Memperhatikan
b. Memperkenalkan diri d. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan dari e. Memperhatikan
penyuluhan f. Memperhatikan
d. Kontrak waktu
e. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
f. Melakukan apersepsi

2 15 menit Pelaksanaan : peserta


Memberi penjelasan tentang : mendengarkan
a. Pengertian perilaku hidup bersih penjelasan yang
dan sehat disekolah diberikan oleh
b. Indikator perilaku hidup bersih penyuluh dan peserta
dan sehat di sekolah memperhatikan
c. Siapa saja yang harus
menjalankan perilaku hidup
bersih dan sehat di sekolah
d. Cara mencuci tangan yang baik
e. Manfaat perilaku hidup bersih
dan sehat di sekolah
f. Dampak buruk tidak melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat
di sekolah

75
3 5 menit Evaluasi : a. Peserta bertanya
b. Peserta menjawab
a. Kesempatan peserta untuk
bertanya
b. Penyuluh bertanya pada peserta

4 5 menit Penutup : a. Memperhatikan


b. Mendengarkan
a. Menyimpulkan materi bersama
c. Menjawab salam
peserta
b. Mengucapkan terimakasih atas
perhatian peserta
c. Menutup dan memberi salam

9. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
a) Diharapkan semua peserta dapat hadir dalam keiatan penyuluhan
b) Disiapkan media dan alat sesuai rencana
c) Diharapkan setting tempat sesuai rencana
d) Diharapkan waktu pelaksanaan sesuai rencana
b. Evaluasi proses
a) Diharapkan peserta tidak ada yang meninggalkan ruangan
b) Diharapkan peseta dapat berpartisipasi aktif dan antusias selama
dilakukannya penyuluhan
c. Evaluasi hasil
a) Diharapkan 80% dari 100% peserta mampu menjelaskan pengertian
perilaku hidup bersih dan sehat disekolah
b) Diharapkan 80% dari 100% klien mampu menguraikan indikator perilaku
hidup bersih dan sehat di sekolah

76
c) Diharapkan 80% dari 100% klien dapat mengetahui siapa saja yang harus
menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
d) Diharapkan 80% dari 100% klien mampu mempraktekkan cara mencuci
tangan yang baik
e) Diharapkan 80% dari 100% klien mampu menguraikan manfaat perilaku
hidup bersih dan sehat di sekolah
f) Diharapkan 80% dari 100% klien dapat menguraikan dampak buruk dari
tidak melakukan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
10. Materi

77
Materi Pendidikan Kesehatan

A. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktikan oleh para siswa, guru, dan masyarakat yang berada di
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga
secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan derajat kesehatan, serta
berperan aktif dalam menjaga, memelihara, serta mewujudkan lingkungan yang
sehat.

B. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah


a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun
Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun telah lama
diketahui oleh masyarakat umum bahwa mencuci tangan merupakan salah satu
cara pencegahan dan perlindungan diri terhadap kuman penyakit. Guru, peserta
didik, dan masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah
buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali
tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang
mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor,
sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman
yang ada di tangan. Mencuci tangan menggunakan sabun ketika sebelum dan
sesudah makan. Setelah buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) serta
sebelum dan setelah melakukan pekerjaan akan sangat efektif menjaga kesehatan
tubuh serta mencegah penyebaran penyakit melalui virus dan bakteri yang tak
tampak oleh mata menempel di tangan. Manfaat cuci tangan antara lain :
1) Membersihkan tangan
2) Membunuh virus dan bakteri penyebab penyakit yang menempel di tangan dan
3) Mencegah penularan penyakit.
Untuk menunjang kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di
sekolah haruslah tersedia kran cuci tangan, sabun dan handuk sebagai sarana cuci
tangan bagi guru dan peserta didik. Dengan adanya sarana mencuci tangan serta
gencarnya penyuluhan pentingnya mencuci tangan akan membuat guru dan
peserta didik terbiasa dan sadar akan pentingnya melakukan cuci tangan dengan

78
air mengalir dan menggunakan sabun. Mencuci tangan dengan air mengalir dan
menggunakan sabun melatih nilai karakter disiplin.
b. Mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
Mengkonsumsi makanan sehat merupakan suatu keharusan, terutama
bagi anak usia sekolah yang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan.
Makanan sehat yang mengandung banyak zat gizi sangat diperlukan oleh tubuh
mereka. Kandungan karbohidrat, protein, vitamin dan mineral serta serat yang
cukup dapat membantu tumbuh kembang anak usia sekolah lebih optimal. Warga
sekolah terutama peserta didik harus lebih selektif lagi dalam memilih jajanan
yang sehat, hal ini menjadi pekerjaan rumah untuk para orang tua dan guru untuk
memberikan pengetahuan kepada anak untuk memilih jajanan yang sehat ketika di
kantin sekolah. Alangkah baiknya jikalau para orang tua membuatkan bekal untuk
anak sehingga anak tidak perlu jajan makanan yang tidak diketahui bahan dan
proses pembuatannya. Untuk mendukung kegiatan berperilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) di sekolah haruslah terdapat kantin yang memenuhi syarat
kesehatan, adanya pembinaan dan komitmen dari kepala sekolah dan guru
terhadap pengelola kantin sekolah. Hal itu merupakan hal yang sangat diperlukan
agar pengelola kantin sekolah dapat menyediakan lebih banyak jajanan yang
bersih dan sehat, sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi peserta
didik menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik. Mengkonsumsi makanan
sehat merupakan bagian dari nilai karakter hidup sehat.
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
Kebersihan jamban mutlak diperlukan untuk mencegah penularan
bakteri dan virus penyebab penyakit diantara warga sekolah yang
menggunakannya. Selain kebersihan dari jamban, daya tahan tubuh pengguna juga
menjadi faktor penentu penularan penyakit. Sehingga diperlukan jamban yang
memenuhi syarat jamban sehat. Syarat jamban sehat diantaranya :
1) Tidak mengkontaminasi tempat penampungan air
2) Tidak terjadi kontak antara manusia dan tinja
3) Hasil buangan tinja tidak menimbulkan bau
4) Cukup pencahayaan
5) Cukup ventilasi
6) Cukup air
7) Cukup luas
79
8) Lantai kedap air,
9) Konstruksi jamban dibuat dengan baik sehingga aman bagi penggunanya
10) Tersedia alat-alat pembersih
Untuk mendukung kegiatan PHBS, di sekolah haruslah tersedia jamban
yang memenuhi syarat kesehatan serta memiliki sarana alat pembersih. Jamban
yang bersih dan tidak berbau selain menunjukkan kebersihan juga membuat angka
penularan bakteri dan kuman penyebab penyakit menjadi berkurang. Sekolah
diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah
yang cukup untuk seluruh peserta didik serta terpisah antara peserta didik laki-laki
dan perempuan. Dengan menjaga kebersihan jamban merupakan bagian dari nilai
karakter karakter hidup sehat.
d. Olahraga yang teratur dan terukur
Olahraga adalah aktifitas fisik maupun psikis yang berguna untuk
menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan. Berolahraga selain membuat
badan bugar dan sehat juga dapat membuat sistem kekebalan tubuh terhadap
bakteri dan virus penyebab penyakit meningkat, sehingga dengan berolahraga
diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan bagi pelakunya.
Berolahraga hendaknya teratur dengan jadwal yang telah terukur sesuai dengan
kemampuan pelakunya.dengan berolahraga secara teratur tubuh akan terbiasa
dengan kegiatan tersebut sehingga tidak terjadi kekakuan otot. Peserta didik, guru,
dan masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara teratur
minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga dapat dilakukan di halaman
secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di
ruangan kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat
sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk
berolahraga bersama serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga. Untuk
menunjang kegiatan PHBS di sekolah, hendaknya terdapat jadwal rutin olahraga
bagi para peserta didik dilengkapi dengan sarana peralatan olahraga yang
mendukung serta perlu adanya penyuluhan PHBS di sekolah dan di dalam materi
pelajaran olahraga. Dengan berolahraga yang teratur dan terukur dapat
menerapkan nilai karakter disiplin.

80
e. Memberantas jentik nyamuk
Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan
dengan tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air,
bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan
air dispenser, wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat
yang bisa menampung air yang ada di sekolah. Memberantas jentik di lingkungan
sekolah dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan:
menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-barang
bekas, dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik
diharapkan dapat mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti
demam berdarah, cikungunya, malaria, dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat
membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali. Nilai
karakter yang dapat dikembang melalui indikator ini adalah hidup sehat.
f. Tidak merokok di sekolah
Merokok merupakan kegiatan menghisap asap rokok kedalam tubuh dan
menghembuskannya ke udara. Rokok adalah benda yang berbentuk silinder dari
kertas dan memiliki ukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang telah dipotong kasar. Rokok
dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihisap oleh mulut melalui ujung lainnya. Peserta didik, guru, dan masyarakat
sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan
perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang
diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya.
Untuk mendukung kegiatan PHBS di sekolah, tidak ada rokok, asbak
dan abu serta puntung rokok dilingkungan sekolah. Sekolah diharapkan membuat
peraturan dilarang merokok di lingkungan sekolah. Peserta didik/guru/masyarakat
sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka untuk tidak merokok di
lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa
rokok/kawasan bebas asap rokok. Dengan adanya peraturan dan sanksi merupakan
indikator yang harus dicapai dalam rangka mensukseskan kegiatan ber-PHBS.
Nilai karakter yang dapat diterapkan melalui indikator ini adalah nilai karakter
hidup sehat.

81
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan.
Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang
dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Tinggi badan
adalah ukuran tubuh dalam sisi tingginya yang diukur dalam keadaan berpakaian
minimal tanpa perlengkapan apapun. Pertumbuhan dan perkembangan anak di
usia sekolah sangatlah pesat, sehingga diperlukan pencatatan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh secara rutin. Beberapa hal yang mempengaruhi berat badan
dan tinggi badan diantaranya adalah makanan dan minuman. Dalam sehari tubuh
manusia membutuhkan gizi lengkap seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin
dan mineral. Peserta didik ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap 6
bulan agar diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran
dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui
apakah pertumbuhan peserta didik normal atau tidak normal. Untuk mendukung
kegiatan PHBS, di sekolah hendaknya terdapat jadwal menimbang berat badan
dan mengukur tinggi badan serta sekolah harus memiliki sarana untuk menimbang
berat badan dan mengukur tinggi badan. Dengan menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan secara rutin nilai karakter yang dapat dikembangkan
adalah disiplin.
h. Membuang sampah pada tempatnya
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan media menumpuknya bakteri dan
virus penyebab penyakit. Peserta didik/guru/masyarakat sekolah membuang
sampah ke tempat sampah yang tersedia. Sekolah sebaiknya menyediakan tempat
sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik, dan sampah bahan
berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga mengandung
berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah
yang tersedia akan sangat membantu peserta didik/guru/masyarakat sekolah
terhindar dari berbagai kuman penyakit. Membuang sampah pada tempatnya
merupakan perbuatan baik yang positif yang harus dijadikan sebagai suatu
kebiasaan sehari-hari agar dapat menjadi teladan bagi orang lain. Dengan
membuang sampah pada tempatnya nilai karakter yang dapat dikembangkan
adalah nilai karakter cinta lingkungan dan disiplin.

82
i. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapi
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapi.
Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak
berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh guru
minimal seminggu sekali. Peserta didik diarahkan untuk memotong rambut
minimal 1 bulan sekali, jika terdapat peserta didik yang berambutpanjang untuk
anak laki-laki maka guru bertugas memotong dan merapikan rambut. Nilai
karakter yang dapat dikembangkan melalui indikator ini adalah disiplin.
j. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih
Pakaian bersih dan rapih yaitu pakaian yang tidak kotor, tidak berbau,
dan tidak kusam yang diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan
dirapikan dengan disetrika. Memeriksa baju yang dipakai peserta didik dapat
dilakukan oleh guru setiap hari sebelum pelajaran dimulai dan sesudah pelajaran
selesai. Sebaiknya pihak sekolah mempunyai aturan tentang pakaian yang
dikenakan oleh peserta didik, bagi anak laki-laki baju dimasukkan, memakai ikat
pinggang, dan memakai kaos kaki. Dengan memakai pakaian bersih dan rapih
merupakan nilai karakter yang dapat dikembangkan adalah disiplin.
k. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih
Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan
membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secara rutin dapat
dilakukan oleh guru minimal seminggu sekali sebelum memulai pelajaran. Jika
didapati ada peserta didik yang berkuku panjang, guru mempunyai tugas untuk
memotong dan merapikannya. dengan memelihara kuku agar selalu pendek dan
bersih nilai karakter yang dapat dikembangkan adalah nilai karakter hidup sehat.

C. Siapa Saja yang Harus Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Sekolah
Pembinaan PHBS di sekolah dapat diberikan pada tiga kelompok sasaran
PHBS, antara lain sebagai berikut :
a. Sasaran primer
Sasaran primer pada pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa SD,
dimana mereka diharapkan dapat untuk mengetahui dan melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat.

83
b. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh pada
sasaran primer dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan PHBS.Pada
PHBS di sekolah yang menjadi sasaran sekunder adalah guru, dimana seorang
guru adalah panutan dari para siswa.
c. Sasaran tersier
Sasaran tersier adalah orang yang berfungsi untuk mengambil keputusan
formal, seperti komite sekolah, kepala desa, lurah, camat, dinas pendidikan,
puskesmas dan sebagainya. Mereka dapat memberikan dukungan dalam
menentukan kebijakan, pendanaan dalam proses pembinaan PHBS yang akan
diberikan kepada siswa sekolah (Pedoman Pembinaan PHBS Kemenkes RI,
2011).

D. Cara Mencuci Tangan yang Baik


Menurut kementrian kesehatan indonesia terdapat 6 langkah mencuci
tangan dengan baik dan benar :
1. Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Bilas hingga
bersih dan keringkan

E. Manfaat PHBS di Sekolah


Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah
yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses
belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah
sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat
orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang
pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

84
F. Dampak Buruk dari Tidak Dilakukannya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Sekolah
Dampak dari kurang dilakukannya perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) yaitu suasana belajar yang kurang nyaman karena lingkungan yang kotor,
menurunkan semangat belajar, menurunkan citra baik sekolah di masyarakat
umum. Ruang kelas yang kotor, banyaknya jajanan yang tidak sehat serta
pembuangan sampah yang tidak tertata akan menyebabkan munculnya berbagai
penyakit. Selain itu jika PHBS anak usia sekolah tidak dilakukan dengan baik
maka anak bisa terserang penyakit seperti diare, cacingan, cacar air, demam
berdarah, muntaber, ISPA, kudis, dan kurap.

85
Lampiran 5 Kuisioner

KUISIONER
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) DI SDN 05 SINTUK TOBOH GADANG TAHUN 2022

A. Petunjuk Pengisian
1. B acalah pertanyaan dengan teliti
2. Pilh salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan memberi tanda (X)
pada jawaban yang telah disediakan
3. Isilah kuisioner sesuai dengan pendapat anda
4. Jika ada pertanyaan yang tidak paham, silahkan tanyakan kepada peneliti

B. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :

C. Pengetahuan
1. Sebagai siswa sekolah dasar kita wajib menerapkan PHBS disekolah, PHBS
merupakan singkatan dari ?
a. Perilaku Hidup Baik dan Senang
b. Perilaku Hidup Baik dan Sehat
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
d. Perilaku Hidup Bermain dan Senang

2. Apa yang dapat kita lakukan agar lingkungan sekolah bersih dan terbebas dari
jentik nyamuk ?
a. Membuang sampah pada tempatnya
b. Mencuci tangan dengan 6 langkah
c. Menimbang berat badan dan tinggi badan
d. Olahraga secara teratur

86
3. Dibawah ini yang tidak termasuk dalam menjalankan PHBS di sekolah adalah ?
a. Siswa
b. Guru
c. Kepala sekolah
d. Orangtua

4. Upaya apa yang dapat sekolah lakukan untuk memberantas jentik nyamuk
dilingkungan sekolah ?
a. Mengadakan kegiatan gotog royong seperti menguras dan menutup tempat-
tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas
b. Mengadakan kegiatan olahraga secara teratur
c. Membangun kantin sekolah yang berisi jajanan sehat
d. Mengadakan kegiatan menimbang berat badan dan tinggi badan

5. Berikut ini yang termasuk indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, kecuali ?
a. Membuang sampah pada tempatnya
b. Mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
c. Selalu datang ke sekolah tepat waktu
d. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih

6. Dibawah ini merupakan ciri-ciri rambut yang dikatakan bersih, kecuali?


a. rambut tidak kusam
b. rambut banyak ketombe
c. rambut tidak berkutu
d. rambut tidak berbau,

7. Bagaimana ciri-ciri pakaian sekolah yang bersih dan rapi untuk siswa laki-laki ?
a. Baju dimasukan ke dalam
b. Tidak memakai kaos kaki
c. Tidak memakai ikat pinggang
d. Baju seragam terlihat kusut

87
8. Memotong kuku adalah suatu kewajiban agar kuku tidak panjang dan tidak kotor,
berapa kali kita harus memotong kuku ?
a. Seminggu sekali
b. Sebulan sekali
c. Seminggu dua kali
d. Sebulan dua kali

9. Menurut kementrian kesehatan Indonesia, ada berapa langkah dalam mencuci


tangan dengan baik dan benar ?
a. 3 lagkah
b. 6 langkah
c. 5 langkah
d. 4 langkah

10. Apa langkah kedua dalam mencuci tangan ?


a. Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar
b. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
c. Usap dan gosok juga keua punggung tangan secara bergantian
d. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

11. Dibawah ini merupakan manfaat cuci tangan, kecuali ?


a. Agar tangan menjadi bersih
b. Membunuh virus dan bakteri penyebab penyakit yang menempel di tangan
c. Mencegah penularan penyakit.
d. Agar tangan menjadi putih

12. Apa yang kita lakukan setelah mencuci tangan ?


a. Dibiarkan saja hingga kering sendiri
b. Menggeringkan tangan dengan menggunakan handuk atau tisu
c. Dikeringkan dengan ditempelkan ke dinding
d. Diangin-anginkan hingga kering

88
13. Apa manfaat jika kita melakukan PHBS disekolah ?
a. Lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit
b. Banyak jentik nyamuk di lingkungan sekolah
c. Sekolah kotor, banyak sampah berserakan
d. Ruang kelas kotor, menyebabkan tidak nyaman dalam belajar

14. Apa manfaat olahraga secara teratur ?


a. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara rutin
b. Untuk mencegah penularan bakteri dan virus
c. Untuk membuat badan bugar dan sehat juga dapat membuat sistem kekebalan
tubuh terhadap bakteri dan virus penyebab penyakit meningkat
d. Agar para warga sekolah terdapat kegiatan selama berada disekolah

15. Apa dampak yang dapat timbul akibat kita tidak cuci tangan sebelum dan setelah
makan ?
a. Terkena penyakit diare
b. Terkena penyakit kulit
c. Terkena demam berdarah
d. Tubuh menjadi lesu dan tidak bersemangat

89
Lampiran 6 Izin Pengambilan Data

90
91
Lampiran 7 Lembar Konsultasi

92
93

Anda mungkin juga menyukai