OLEH :
YURIKE ISWARI
1810.1420.1666
MALANG
2022
PROPOSAL
OLEH :
YURIKE ISWARI
1810.1420.1666
MALANG
2022
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal ini disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Dosen Pembimbing Proposal
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada Malang
YURIKE ISWARI
NIM. 1810.1420.1666
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
ii
LEMBAR PENGESAHAN
YURIKE ISWARI
1810.14201.666
IbuYuliyanik.Amd.KEB.,S.S.KM.M.Biome ( )
d
Penguji III
Mengetahui,
Wakil Ketua Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni
STIKES Widyagama Husada Malang
iii
NDP. 2003.4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga bisa menyelesaikan Proposal
yang berjudul “Hubungan Peran Dukungan Sebaya Dengan keterampilan
berperilakui Dalam Kepatuhan meminum ARV (Anti Retroviral) Pada ODHA Di
Jombang Care Center (JCC+) Kabupaten Jombang”
Tidak lupa juga kami mengucakan terimakasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan proposal ini. Tentunya Proposal
ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak, khususnya kepada :
iv
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya tulis ilmiah ini. Kami berharap semoga proposal yang kami
susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................5
1. Tujuan Umum............................................................................................5
2. Tujuan Khusus...........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................5
1. Teoritis........................................................................................................6
2. Praktisi........................................................................................................6
v
E. Originalitas Penelitian.............................................................................7
1. Pengertian...............................................................................................8
2. Dukungan Sebaya..................................................................................9
4. Sumber Dukungan...............................................................................12
5. Bentuk Dukungan................................................................................13
1. Pengertian Kepatuhan.............................................................................17
D. Konsep HIV/AIDS................................................................................20
1. Pengertian HIV/AIDS..........................................................................20
2. Pathway....................................................................................................21
3. Etiologi....................................................................................................22
4. Klasifikasi................................................................................................23
5. Manifestasi Klinis...................................................................................25
7. Penularan HIV/AIDS.............................................................................30
8. Komplikasi..............................................................................................31
9. Penatalaksanaan......................................................................................31
vi
10. Kelompok Yang Berisiko Terinfeksi HIV...........................................32
A. Kerangka Konsep.................................................................................38
A. Desain Penelitian..................................................................................40
D. Variabel Penelitian...............................................................................42
F. Definisi Operasional.............................................................................43
G. Instrumen Penelitian.............................................................................44
I. Analisa Data.........................................................................................49
K. Pengolahan Data...................................................................................50
L. Etika Penelitian....................................................................................51
M. Jadwal Penelitian..................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus atau yang lebih sering dikenal dengan
HIV merupakan virus yang menyerang atau menginfeksi leukosit (sel darah
Putih) sehingga menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh (Kemenkes,
2017). HIV kini merupakan penyakit global yang menyerang hampir seluruh
wilayah dunia yang dapat menyebabkan infeksi oportunistik. Infeksi
oportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan)
yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut
(Nursalam & Dian, 2012).
Fenomena peningkatan kasus HIV/AIDS berdampak pada masalah
pembangunan nasional. HIV/AIDS di Indonesia dapat mengancam masyarakat
karena dampak dari faktor resiko terutama perilaku seksual, penggunaan
narkoba suntik yang semakin meningkat. beberapa faktor tidak hanya
berkaitan dengan perilaku seksual dan penggunaan narkoba suntik tetapi juga
adanya masalah sosial dan ekonomi (Kementrian Kesehatan RI, 2012)
Kejadian HIV layaknya fenomena gunung es yang hanya terlihat
sedikit diatas dan semakin meluas jika ditelusuri lebih dalam. Fenomenia HIV
selayaknya gunung es ini dibuktikan dengan jumlah orang yang dilaporkan
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sebenarnya, terlihat dari jumlah kasus
HIV yang dilaporkan setiap tahunnya sangat meningkat secara signifikan.
Banyak negara besar dan berkembang lainnya yang mengalami permasalahan
terkait HIV (Permatasari et al., 2020).
Permasalahan HIV tidak hanya terjadi di dunia saja, Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki penderita HIV terbesar. Sejak
pertama kali ditemukan pada tahun 1987, HIV sudah tersebar di 390 (75%)
dari 514 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan data
(Kementrian Kesehatan RI, 2018). Sejak pertama kali ditemukan sampai
dengan Juni 2018, HIV/AIDS telah dilaporkan keberadaanya oleh 433
(84,2%) dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia. Jumlah
kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai Juni 2018 sebanyak 301,959
1
2
jiwa (47% dari estimasi ODHA jumlah orang dengan HIV-AIDS tahun 2018
sebanyak 640,433 jiwa) dan paling banyak ditemukan di kelompok umur 25-
49 tahun dan 20-24 tahun. Adapun provinsi dengan jumlah infeksi HIV
tertinggi adalah DKI Jakarta (55,099), diikuti Jawa Timur (43.399), Jawa
Barat (31.293), Papua (30,699) dan Jawa Tengah (24,757) (Permatasari et al.,
2020) .Presentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-29
tahun (69,7%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (16,6%) dan kelompok
umur ≥50 tahun (7,2%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).
Jumlah penderita HIV/AIDS di kabupaten Jombang menduduki
peringkat ke 2 tertinggi di Jawa Timur dalam kurun waktu 1999-2015, tercatat
887 warga positif menderita HIV-AIDS. Kabupaten Jombang menduduki
peringkat kedua di Jawa Timur pada tahun 2015 dengan penemuan kasus
sebanyak 720, dengan jumlah HIV sebanyak 320. Jombang berada setingkat di
bawah Kota Surabaya dengan jumlah penderita jumlah HIV/AIDS (Rachman,
2018)
Sejarah dukungan sebaya di Indonesia diawali oleh berkumpulnya 2
sampai 3 ODHA yang memiliki kesamaan dalam kejiwaan: senasib karena
status HIV. Mereka saling membantu untuk memperkuat kepribadian yang
lainnya. Sejalan dengan waktu pertemuan, beberapa ODHA yang memiliki
kesamaan nasib melakukan pembentukan kelompok yang memiliki struktur
organisasi sederhana. Kelompok ini bernama Kelompok Dukungan Sebaya
(KDS). Kelompok dukungan sebaya (KDS ) mulai dikenal sejak tahun 1995,
yang diinisiasi oleh Yayasan Spiritia. Sampai dengan sekarang jumlah KDS
sebanyak 290 KDS, yang tersebar di 25 propinsi . Sementara laporan tahunan
Yayasan Spiritia tahun 2013, jumlah KDS sebanyak 259 Kelompok Dukungan
Sebaya. (Spirita, 2013). Secara kuantitas, terjadi peningkatan jumlah KDS
yang terbentuk di beberapa wilayah di Indonesia. (Handayani, 2018)
Strategi penanggulangan HIV dan AIDS ditujukan untuk mencegah
dan mengurangi risiko penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA,
serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada
individu, keluarga dan masyarakat, agar setiap individu menjadi produktif dan
bermanfaat untuk pembangunan (KPAN, 2010). Keberlanjutan program
3
yaitu zero infeksi baru, zero kematian terkait AIDS, zero stigma dan
diskriminasi semakin besar (Latif,2014).
Departemen Kesehatan pada tahun 2006 sudah memberlakukan obat
ARV gratis. Namun demikian, kondisi tersebut tidak secara langsung dapat
menurunkan jumlah kematian kasus HIV/AIDS. Hal tersebut dikarenakan
masalah akses obat ARV oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan yang
terpenting adalah masalah ekonomi yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan pelayanan HIV (HIV Care) (Ansyari,2016).
Salah satu factor utama yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan
ARV yaitu motivasi diri ODHA. Penggunaan obat ARV harus terus menerus
sehingga sangat rentan mengalami ketidakpatuhan yang dapat menimbulkan
resistensi HIV. Berdasarkan uraian diatas, masalah yang sering dialami
ODHA dalam menjalani pengobatan, di antaranya pemakaian obat jangka
panjang yang menimbulkan rendahnya motivasi diri pada ODHA seperti rasa
bosan, kekurangan disiplinan dan kekhawatiran akan timbulnya efek samping.
Kemudian perilaku ODHA yang pola hidupnya tidak teratur, serta
menghadapi stigma negatif dan diskriminasi masyarakat merupakan faktor
utama rendahnya motivasi diri ODHA yang bisa menghambat penggunaan
obat ARV (Ansyari,2016)
Diskriminasi publik membuat mereka merasa bersalah, takut interaksi
normal dengan teman, kehilangan dukungan sosial, dan ditolak kesempatan
kerja. Selain itu, stigma dan diskriminasi yang dirasakan mungkin mencegah
ODHA mengungkapkan status dan pengobatannya, menyebabkan terapi yang
tidak patuh, harga diri rendah dan kualitas hidup yang buruk (Charles et al.,
2012). ODHA dilanda berbagai masalah psikologis,seperti depresi, kemarahan
(Archibald, 2010), putus asa dan kebencian, yang semuanya berdampak
negatif pada QOL (Quality Of Life) mereka secara langsung atau tidak
langsung.
Dukungan atau dorongan dari teman,sahabat, keluarga, atau sesama
ODHA dalam menjalani program pengobatan ARV akan semakin menguatkan
atau meningkatkan motivasi diri ODHA untuk melakukan pengobatan ARV
dan sembuh dari penyakitnya. Karena itulah ODHA yang tidak mendapatkan
5
et al., 2018). Dengan adanya dukungan sebaya maka ODHA akan mengenal
kehidupan yang lebih demokratis serta mempunyai kesempatan melakukan
bermacam-macam kegiatan social sehingga diharapkan mampu meningkatkan
motivasi diri ODHA dalam menjalani pengobatan ARV dan meningkatkan
harga diri mereka untuk bersosialisasi di masyarakat.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Anok et al., 2018) di
RSUD Ambarawa menyatakan bahwa ada hubungan antara peran kelompok
dukungan sebaya dengan kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV.
Penelitian terkait yang dilakukan oleh (Anggipita,2010) menyimpulkan bahwa
ada hubungan antara motivasi serta dukungan keluarga dengan kepatuhan
terapi ARV pada ODHA. Penelitian oleh (Rusmawati, 2012) di Kabupaten
Kediri juga menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi
konsep diri ODHA dengan dukungan kelompok sebaya.
Banyak penelitian yang dilakukan mengenai dukungan sebaya untuk
ODHA namun tidak ada yang memfokuskan subjek penelitiannya pada
dukungan kelompok sebaya, penelitian yang terfokus pada dukungan
kelompok sebaya di Jombang juga belum dikembangkan atau di teliti. Banyak
peneliti yang hanya terfokus pada dukungan social di JCC+ Center Jombang
dan belum ada yang meneliti mengenai bagaimana hubungan dukungan
kelompok sebaya dengan tingkat motivasi dalam kepatuhan pengobatan ARV
pada ODHA.
Untuk itu dalam penelitian ini ingin mengetahui seberapa besarkah
pengaruh hubungan peran dukungan kelompok sebaya dengan tingkat
motivasi dalam kepatuhan pengobatan ARV pada ODHA di Jombang Care
Center (JCC+) Kabupaten Jombang
2. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan peran dukungan kelompok sebaya dengan
keterampilan berperilaku dalam kepatuhan meminum ARV pada Orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) ?
3. Tujuan
7
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan peran dukungan kelompok sebaya dengan
keterampilan berperilaku dalam meminum pengobatan ARV pada ODHA
di Jombang Care Center (JCC+) Kabupaten Jombang
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi peran dukungan kelompok sebaya dengan
keterampilan berperilaku dalam kepatuhan meminum ARV pada
Orang dengan HIV/AIDS di JCC+ Jombang
b. Mengidentifikasi keterampilan berperilaku dalam kepatuhan
meminum ARV pada Orang dengan HIV/AIDS di JCC+ Jombang
c. Menganalisis hubungan peran dukungan kelompok sebaya dengan
keterampilan berperilaku dalam kepatuhan meminum ARV pada
Orang dengan HIV/AIDS di JCC+ Jombang
4. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberi kontribusi
pengetahuan untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengarah pada
HIV/AIDS khususnya pada ilmu keperawatan dalam hal mengenai Peran
dukungan kelompok sebaya dengan keterampilan berperilaku dalam
kepatuhan meminum ARV yang di alami orang dengan HIV/AIDS. Hasil
penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai pelengkap bahan kajian dan
bermanfaat sebagai bahan referensi bacaan.
2. Praktisi
a. Institusi Pendidikan
Menambah dan memberikan pemahaman lebih luas mengenai
bagaimana peran dukungan kelompok sebaya mengatasi keterampilan
berperilaku dalam kepatuhan meminum ARV pada orang dengan
HIV/AIDS. Selain itu, harapannya hasil penelitian bisa bermanfaat
sebagai petunjuk arahan maupun acuan serta bahan pertimbangan bagi
8
5. Originalitas Penelitian
Originalitas penelitian menyajikan perbedaan dan persamaan bidang
kajian yang diteliti antara peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari adanya pengulangan kajian terhadap hal-
hal yang sama. Dengan demikian akan diketahui sisi-sisi apa saja yang
membedakan dan akan diketahui pula letak persamaan antara penelitian
peneliti dengan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian yang akan
dilakukan mengenai hubungan peran dukungan kelompok sebaya dengan self-
stigma ODHA di Jombang Care Center (JCC+) Kabupaten Jombang. Dalam
hal ini akan lebih mudah dipahami, jika peneliti menyajikannya dalam bentuk
9
Metode
(Desain,
Volume, Sampel, Hasil
No Author Tahun Judul Database
Angka Variabel, Penelitian
Instrumen,
Analisis)
1 Julian 2020 - Hubungan D: Terdapat Perpustakaan
Mahendra dukungan Pendekatan hubungan
sosial teman Cross yang
sebaya dengan Sectional signifikan
efikasi diri S: Purposive antara
pada orang Sampling dukungan
dengan V: sosial teman
HIV/AIDS di Independen : sebaya
Jombang Care Dukungan dengan
Center (JCC+) Sosial teman efikasi diri
Kabupaten sebaya pada ODHA
Jombang Dependen : yang aktif
Efikasi Diri tergabung
ODHA dalam
A : Uji Kelompok
Somers’d Dukungan
Sebaya
Jombang
Care Center
(JCC+)
Kabupaten
10
Jomban(p-
Supportive D: Desain Value
2 Nursalam 2020 24(7) Educative penelitian =0,000) Science
,.at,.all Interventions menggunakan Hasilnya direct
Based on observasi menunjukkan
The analitik efek
Information berbasis cross intervensi
Motivation sectional. terhadap
Behavioral S: Teknik kepatuhan
Skills sampling dilihat dari
on the menggunakan nilai p value
Compliance of purposive sebesar 0,014
Antiretroviral sampling. (<0,05),
Therapy V: Intervensi sedangkan
and Quality of Edukatif untuk
Life in HIV yang behavioral
Patients Mendukung skills dan
Berdasarkan quality of life
Keterampilan of the
Perilaku kelompok
Motivasi kontrol dan
Informasi intervensi
tentang sama-sama
Kepatuhan memiliki
Terapi pengaruh,
Antiretroviral tetapi nilai
dan Kualitas delta
Hidup pada kelompok
Pasien HIV intervensi
I: Penelitian memiliki
menggunakan pengaruh
kuesioner yang
11
keterampilan signifikan
perilaku, perbedaan
kepatuhan nilai kualitas
(MARS), dan hidup,
kualitas sedangkan
hidup keterampilan
(WHOQOL). perilaku
A: Analisis tidak
menggunakan memiliki
Shapiro Wilk, perbedaan
uji T nilai yang
berpasangan berarti.
dan uji
peringkat
tanda
Wilcoxon
BAB II
LANDASAN TEORI
1.
2.
8
9
3. Dukungan Sebaya
Dukungan sebaya adalah dukungan yang didapat dari atau
diberikan oleh orang yang pernah atau juga sedang mengalami hal yang
sama dengan kita. Berada bersama dengan mereka (disebut “kelompok
dukungan sebaya” atau KDS), kita akan merasakan suasana yang terjaga
kerahasiaannya dan tidak menghakimi. Kita dapat berbincang-bincang
tanpa harus menyembunyikan status HIV kita, berbagi perasaan, pikiran,
dan pengalaman, serta bertukar informasi yang ada hubungan dengan
HIV/AIDS. KDS juga dapat menjadi wadah bagi kita yang ingin terlibat
dalam kegiatan seperti mengupayakan untuk kepentingan ODHA, dan
ambil bagian dalam acara, baik sebagai pembicara maupun peserta.
Kelompok dukungan sebaya sebenarnya salah satu terapi
nonmedis. Berbagi masalah dan berpikir serta mencari jalan keluar
bersama sudah kita kenal sejak lama, dan dapat membuat orang tertolong
secara emosional dan secara praktis. Ada kelompok yang khusus bagi
10
orang terinfeksi HIV saja, ada pula yang melibatkan orang-orang dekat
seperti keluarga, teman, ataupun juga melibatkan relawan.
Tidak ada rumus khusus untuk membentuk kelompok dukungan,
namun ada satu prinsip yang sudah dibuktikan berkali-kali. Cara yang
sudah terbukti dapat menjawab kebutuhan orang terinfeksi HIV di dalam
kelompok itu dan memastikan efektifitas keberadaan kelompok ini adalah
merancang program dan bentuk kelompok yang berpusat pada klien, yaitu
orang terinfeksi HIV yang menjadi anggotanya. Rancang program,
kegiatan, dan bentuknya dengan memperhitungkan kapasitas dan
keterbatasan serta realita kelompok itu sendiri.
Tantangan yang utama adalah kesulitan orang terinfeksi HIV
mengakses atau menghubungi satu sama lain. Membangun kontak dan rasa
percaya sulit, dimana diperlukan bantuan pihak luar seperti konselor,
dokter, klinik, dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
5. Sumber Dukungan
Dukungan sosial yang kita terima dapat bersumber dari berbagai
pihak. (Widyanto,2014) membagi sumber-sumber dukungan sosial
menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu
ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan
mendukungnya. Misalnya: keluarga dekat, pasangan (suami atau istri),
atau teman dekat
b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit
berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai
13
6. Bentuk Dukungan
Dukungan dapat berupa verbal atau non verbal atau suatu bantuan
nyata (tangible) atau tindakan yang diberikan oleh jejaring sosial yang erat
dan memiliki manfaat emosional dan atau perilaku bagi penerima bantuan
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan holistik yang meliputi fisik,
psikis, dan sosial. Dukungan verbal dapat berupa penyampaian informasi,
saran, nasihat, serta penghargaan. Sedangkan dukungan non verbal dapat
berupa sikap mendengarkan, memperhatikan, serta mengerti perasaan
seseorang (Widyanto,2014).
Konsep operasional dari dukungan sosial adalah perceived support
(dukungan yang dirasakan), yang memiliki dua elemen dasar diantaranya
adalah persepsi bahwa ada sejumlah orang lain dimana seseorang dapat
mengandalkannya saat dibutuhkan dan derajat kepuasan terhadap
dukungan yang ada. Dukungan dapat dibagi menjadi 5 (lima) bentuk,
yaitu:
a. Dukungan Emosional (emotional support)
Bentuk dukungan emosional yang dapat diberikan seperti ekspresi
empati dan perhatian terhadap individu. Dukungan tersebut dapat
memberikan rasa nyaman, aman, dan dicintai agar individu dapat
menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat penting
diberikan pada individu dalam menghadapi keadaan yang dianggap
14
sosial. Dukungan ini melibatkan rasa kebersamaan satu sama lain serta
meningkatkan rasa saling memiliki.
Jika minum obat teratur, maka virus tidak dapat memperbanyak diri. Baik
itu virus “normal” maupun keduanya ditekan karena kombinasi 3 obat
secara terus menerus mencapai tingkat penekanan yang sangat kuat
didalam darah. Oleh karena itu sangat penting menelan obat secara teratus
dan tepat waktu agar efektif.
Jika kita tidak minum obat tepat waktu maka konsentrasi obat dalam tubuh
kita akan menurun. Jika konsistensi obat dalam tubuh kita menurun maka
efek mengendalikan virus menjadi kurang baik. Virus HIV dapat
mempertahakan diri terhadap obat dengan konsentrasi rendah, tetapi tidak
pada konsentrasi cukup tinggi untuk menghambat replikasi virus. Karena
itu kita harus menjamin kadar obat tersebut dengan melalui minum obat
dengan benar (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
a. Faktor Dukungan
b. Motivasi
Motivasi individu didasarkan pada sikap terhadap perilaku
pencegahan, norma subjektif, persepsi mengenai kerentanan terhadap
penyakit, dukungan, hambatan dari perilaku, dan biaya. Motivasi sosial
didasarkan pada norma sosial, persepsi individu mengenai dukungan
disekitarnya, serta adanya saran dari orang lain. (Amic0,2006).
Motivasi sangat diperlukan dalam menjalani kepatuhan ARV, tanpa
adanya motivasi terapi ARV tidak dapat dilanjutkan (Nursalam,2007).
c. Informasi
Informasi mengenai tentang regimen, pengguaan ARV yang benar.
Kepatuhan yang adekuat, tentang efek samping dan reaksi obat-obatan
tentang metode dan teori lengkap mengenai kepatuhan (Fisher,2006).
Informasi berhubungan dengan pengetahuan dasar mengenai penyakit,
kondisi kesehatan, maupun perilaku pencegahan yang dianjurkan
(Amico,2006).
d. Ketrampilan berperilaku
Ketrampilan berpilaku ini meliputi ketrampilan untuk memperoleh dan
mengelola sendiri terapi ARV, untuk memasukkan ke dalam regimen
ekologi sosial kehiudpan sehari-hari, untuk meminimalkan efek
samping, untuk memperbarui kepatuhan dalam ARV sesuai keperluan,
untuk memperoleh dukungan dan instrumental untuk mendukung
kepatuhan dan sebagai penguatan diri untuk patuh dari waktu ke waktu
(Fisher,2006).
23
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
7. Konsep HIV/AIDS
1. Pengertian HIV/AIDS
The Human Immunodefiency Virus (HIV) adalah virus menginfeksi sel-sel
sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Infeksi
HIV membuat kerusakan progresif sistem kekebalan tubuh, sehingga
menyebabkan AIDS (WHO,2015).
1.
2.
2.1.
2.1.1.
2.1.
2.1.1.
2. Pathway
Transmisi HIV ke dalam tubuh melalui cairan
24
Sel T menurun
Sel CD4 adalah salah satu tipe dari sel darah putih yang
bertanggung jawab mengendalikan atau mencegah infeksi oleh banyak
virus yang lain, bakteri, jamur, parasite dan beberapa jenis kanker.
Kemampuan HIV tetap tersembunyi dalam DNA dari sel-sel manusia yang
hidup lama, tetap seumur hidup infeksi menyebabkan kerusakan sel-sel
CD4 dalam waktu panjang jumlah sel CD4 menurun menjadi masalah
untuk pengobatan aktif.
25
3. Etiologi
Penyebab penyakit AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yaitu sejenis virus RNA yang tergolong retrovirus. Virus ini memiliki
materi genetic berupa sepasang asam ribonukleat rantai tunggal yang
identic dan sautu enzim yang disebut Referse Trascriptase. Virion HIV
terdiri dari tiga bagian utama yaitu Envelope merupakan lapisan terluar,
Capsid yang meliputi isi virion dan core yang merupakan isi virion.
Envelope adalah lapisan lemak ganda yang terbentuk dari sel penjamu dan
mengandung protein penjamu. Pada lapisan ini tertanam glikoprotein virus
yang disebut gp41. Pada bagian luar protein ini terikat gp120. Molekul
gp120 ini akan berkaitan dengan respon CD4 pada saat menginfeksi
limfosit T4 atau sel lainnya yang mempunyai reseptor tersebut.
Pada elktroforosis komplek antara molekul gp41 dan gp120 akan
membentuk pita yang disebut gp160. Capsida terbentuk iko sahedral dan
merupakan lapisan protein yang dikenal sebagai p17. Pada bagian core
terdapat sepasang RNA rantai tunggal, enzim-enzim seperte Reserve
Trascriptase, Endonuclease dan Protease serta protein-protein structural
terutama p24 (Kusuma,2011).
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
26
2.5.
2.5.1.
2.5.2.
2.5.3.
4. Klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi HIV/AIDS. Adapun sistem klasifikasiyang
biasa digunakan adalah menurut WHO (World Health Organization)dan
CDC (Center for Deasease Control and Prevention).
a. Klasifikasi menurut CDC
CDC mengklasifikasikan HIV/AIDS berdasarkan dua
sistem,yaitu dengan melihat supresi kekebalan tubuh yang ditampilkan
oleh limfosit CD4 dan kategori klinis. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2.1 yaitu:
Tabel 2. 1 Klasifikasi Penyakit Menurut CDC
Kelas Kriteria
Stadium Klinis I 1. Asimtomatik
Asimtomatik 2. Limfadenopati generalisata persisten
Total CD4: >500/ml
1. Penurunan berat badan 10%
Stadium Klinis II Sakit 2. Ispa berulang
Ringan (sinusitis, tonsillitis, otitismedia dan
Total CD4: 200-499/ml faringitis
3. Herpes zoster
4. Kelitis angularis
1. Diare kronis > 1 bulan
Stadium Klinis III Sakit 2. Kandidiasis oral
Sedang Penurunan berat badan >10%
3. TB Paru
4. Limfadenopati generalisata persisten
1. HIV wasting syndrome
2. Pneumonia pneumosistis
3. Herpes simpleks >1 bulan
4. Kandidiasis esophagus
5. TB ekstra paru
6. Sarkoma Kaposi
7. Retinitis CMV
Stadium Klinis IV Sakit 8. Toksoplasmosis
28
5. Manifestasi Klinis
Bayi tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis
selama periode neonatal. Penyakit penanda AIDS tersering yang
ditemukan pada anak adalah pneumonia yang disebabkan
pneumocystiscranii, gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan
infeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare
kronis, atau hepatosplenomegali (pembesaran pada hepar dan lien).
Diagnosis AIDS dapat ditegakkan apabila menunjukkan tes HIV positif
dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor
seperti Tabel 2.3 yaitu:
29
padaAIDS.
c) Mycobacterium avilum: Menimbulkan pneumoni difus, timbul
pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
d) Mycobacterium tuberculosis: Biasanya timbul lebih dini,
penyakit cepat menjadi milier dan cepat menyebar ke organ
lain diluar paru.
2) Manifestasi gastrointestinal: Tidak ada nafsu makan, diare kronis,
penurunan berat badan >10% per bulan.
c. Manifestasi neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis
yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang
umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati,
neuropatiperifer. Menurut BKKBN (2013) bahwa tanda dan gejala
penderita yang terinfeksi HIV/AIDS biasanya penderita mengalami
berat badanya menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat, demam
tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan), diare berkepanjangan
(lebih dari satu bulan), batuk perkepanjangan (lebih dari satu bulan),
kelainan kulit dan iritasi (gatal), infeksi jamur pada mulut dan
kerongkongan, serta pembengkakan kelenjar getah 1 bening diseluruh
tubuh, seperti dibawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha.
Menurut WHO dan CDC manifestasi klinis HIV/AIDS pada
penderita dewasa berdasarkan stadium klinis yang disertai skala
fungsional dan klasifikasi klinis meliputi:
1) Stadium klinis I: pada skala I memperlihatkan kondisi asimtomatis,
dimana klien tetap melakukan aktivitas secara normal maupun
disertai adanya limfadenopati presistent generalisata;
2) Stadium klinis II: pada skala II memperlihatkan kondisi
asimtomatis, dimana klien tetap melakukan aktivitas normal tetapi
disertai adanya penurunan berat badan <10% dari berat badan
sebelumnya, manifestasi mukokotaneius minor
(dermatitisseborhhoic, prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulserasi
mukosa oralber ulang, cheilitis angularis), herpes zoster dalam 5
31
Fase priode jendela ini bisa berlangsung selama 3 sampai 6 bulan dari
saat terinfeksi HIV
2) Fase Asymtomatic (Tanpa Gejala)
Pada fase ini seseorang yang telah terinfeksi HIV sama sekali tidak
menunjukkan gejala apapun. Beberapa kejadian yang bisa dialami
seorang pengidap HIV pada fase ini adalah beberapa gejala flu
(pusing, lemas, demam, dan lain-lain). Hal ini biasanya terjadi antara
2-4 minggu setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada fase periode
jendela ini di dalam darah pengidap HIV belum terbentuk antibodi
HIV sehingga apabila darahnya di tes dengan jenis tes yang cara
kerjanya adalah mencari antibodi HIV, maka hasil tes akan negatif.
Fase priode jendela ini bisa berlangsung selama 3 sampai 6 bulan dari
saat terinfeksi HIV
Menurut WHO, awalnya diperkirakan hanya sebagian kecil dari
mereka yang terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala AIDS. Namun,
kini ditemukan bahwa sekitar 20% dari mereka yang HIV positif akan
berkembang menjadi AIDS dalam waktu 10 tahun setelah terinfeksi.
Sedangkan 50% lainnya dalam waktu 15 tahun. Berdasarkan
keterangan di atas seseorang bisa saja terkena HIV dan tidak
menunjukkan gejala apapun dalam waktu yang cukup lama (3-10
tahun)
3) Fase Symptomatic (Bergejala)
Pada fase ini seseorang yang mengidap HIV akan mengalami gejala-
gejala ringan, tetapi tidak mengancam nyawanya, seperti demam
yang bertahan lebih dari sebulan, menurunnya berat badan lebih dari
10%, diare selama sebulan (konsisten atau terputus-putus).
Berkeringat di malam hari, batuk lebih dari sebulan, dan gejala
kelelahan yang berkepanjangan (fatigue). Sering kali gejala-gejala
dermatitis mulai muncul pada kulit, infeksi pada mulut dimana lidah
sering terlihat dilapisi oleh lapisan putih, herpes, dan lainnya.
Kehadiran satu atau lebih tandatanda terakhir ini menunjukkan
seseorang sudah berpindah dari tahap infeksi HIV menuju AIDS. Bila
33
7. Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV dapat terjadi bila ada kontak atau masuknya cairan tubuh
yang mengandung HIV (Murni,2016), yaitu
1) Melalui hubungan seksual yang berisiko tanpa menggunakan
pelindung dengan seseorang yang mengidap HIV.
2) Melalui tranfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar HIV.
3) Melalui alat suntik atau alat tusuk lainnya yang dapat menembus kulit
(akupuntur, tindik, tato) yang tercemar oleh HIV.
4) Penularan HIV dari perempuan pengidap HIV bisa terjadi melalui
beberapa proses, yaitu saat menjalani kehamilan, saat proses
melahirkan, melalui pemberian ASI.
5) Melalui orang-orang yang memiliki perilaku berisiko tinggi untuk
terinfeksi HIV
1) Bersalaman, berpelukan
2) Berciuman
3) Batuk, bersin
4) Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepo, kamar
mandi, WC, kamar tidur, dll
5) Gigitan nyamuk
6) Bekerja, bersekolah, berkendara bersama
7) Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, WC umum, sauna,
dll
HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika
berada di luar tubuh. Karena itu, hidup bersama orang terinfeksi HIV
bukanlah hal yang perlu di takuti. Virus ini dapat dibunuh jika cairan
tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach)
seperti Bayclin atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh
kulit yang tidak luka.
8. Komplikasi
Menurut Notoadmojo (2015) komplikasi dari penyakit HIV/AIDS
menyerang pada bagian tubuh seperti :
a. Oral lesi
Disebabkan karena jamur kandidiasis, herpen simpleks, HPV oral,
Periodonitis HIV, penurunan berat badan
b. Neurologik
Virus ini dapat menyebabkan komplek dimensia AIDS karena
serangan langsung HIV pada sel saraf, kerusakan kemampuan motoric,
kelemaham dam ketidakseimbangan elektrolit.
c. Gastrointestinal
Menyebabkan beberapa hasil seperti, diare karena bakteri virus,
dengan efek penurunan berat badan, demam, anoreksia, mual/muntah
dan demam. Penyakit anorectal karena abses dan inflamasi perianal
yang diakibatkan dengan efek inflamasi.
d. Respirasi
35
9. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada penyembuhan untuk HIV/AIDS untuk
mencegah lebih panjangnya virus HIV bisa dilakukan dengan :
a. Melalukan hubungan intim dengan pasangannya yang tidak
terinfeksi HIV
b. Memeriksa virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan intim
terakhir, jika tidak menggunakan pengaman
c. Menggunakan pelindung atau pengaman jika melakukan
hubungan intim dengan orang tidak jelas status virus HIVnya
d. Tidak menggunakan jarum suntuk bergantian
e. Mencegah infkesi ke janin
f. Tidak berganti-ganti pasangan
zat mineral. Juga termasuk dalam terapi ini adalah yoga, akupunktur, pijat,
refleksi, olahraga, dan musik. Terapi secara psikologis, spiritual atau
agama, dan emosional juga dapat membantu. Termasuk di sini antara lain
konseling, dukungan sebaya, dan meditasi (Murni,2016)
2.5.4.
2.5.5.
2.5.6.
2.5.7.
2.5.8.
2.5.9.
2.5.10.
2.5.11.
2.5.12.
2.5.13.
2.5.14.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan
konsepatau teori dalam bentuk kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo,
2010). Berdasarkan hal tersebut, kerangka konsep menggambarkan
keterkaitan antara variabel dalam peneitian, variabel dalam penelitian ini
adalah:
38
39
A. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan peneliti yang
telah dirumuskan (Nursalam,2011).
H1:Terdapat hubungan dukungan kelomok sebaya dengan
keterampilan berperilaku dalam keapatuhan ARV di JCC jombang center
H0:Tidak ada hubungan antara hubungan dukungan sebaya dengan
keterampilan berperilaku dalam kepatuhan ARV di JCC jombang center
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuantitatif yang menampilkan hasil berupa
angka-angka sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode
Cross-Sectional. Jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/observasi data dukungan sebaya dan tingkat motivasi dalam
kepatuhan pengobatan ARV hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini
dukungan sebaya dinilai pada suatu saat jadi tidak ada tindakan lanjut
(Nursalam,2015).
Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi suatu fenomena
keterampilan berperilaku dalam pengobatan ARV dihubungkan dengan
penyebab dukungan sebaya. Dalam penelitian ini, peneliti dapat menggunakan
pendekatan dengan metode Cross-Sectional yang menekankan pada proses
pengambilan data dukungan sebaya dan keterampilan berperilaku dalam
kepatuhan pengobatan ARV yang hanya satu kali pada waktu yang sama dan
tidak memberikan perlakuan apapun (Arikunto,2012). Oleh sebab itu, peneliti
menggunakan pendekatan ini dengan tujuan dan maksut menjelaskan
hubungan dukungan sebaya dengan keterampilan berperilaku dalam kepatuhan
pengobatan ARV di Jombang Care Center (JCC+) Kabupaten Jombang.
40
41
𝑁
𝑛=
1 + (𝑑)2
Keterangan:
n :jumlah sampel
N=jumlah populasi
d= tingkat signifikasi (p)
N
Maka : n=
1+ N (d)2
50
n=
1+50 ( 0,05 )2
50
n=
1+50 ( 0,0025 )
50
n=
1+0,125
50
n=
1,125
n=44,4=44
42
c. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel, teknik
pengambilan dalam penelitian menggunakan metode Non Probabilty
Sampling dengan melalui teknik pendekatan Purposive Sampling yang
artinya cara pengembilan sampel berdasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti.
4. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel
lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan sebaya
b. Variabel dependen adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keterampilan
berperilaku dalam kepatuhan pengobatan ARV
6. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan diteliti secara
operasional di lapangan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pada
pelaksanaan pengumpulan data dan pengolahan serta analisis data
dukungan yang 2= TS
diberikan oleh Indikator dukungan 3= AS
sebaya sebaya 4=S
1. Guidance 5=SS
(bimbingan)
2. Releable alliance Indikator :
(jaminan seseorang Kurang (1-55)
ada untuk Cukup (56-88)
membantu) Baik (89-120)
3. Opportunity of (Azwar,2012)
Nurturance
(kesempatan
mengasihi)
4. Reassurance of
Worth (penghargaan
diri)
5. Attachment
(Kelekatan)
Keterampila Kemampuan atau Kuesioner The Life Pertanyaan Ordinal
n cara yang Windows Information B1: Skor
berperilaku dilakukan ODHA Motivation Behavioral sangat setuju
untuk Skills ART Adherence dan tidak
meningkatkan Questionnaire minum alkohol
kepatuhan dalam (LWIMB-AAQ) atauobat-
minum ARV Indikator obatan bernilai
keterampilan 1, respon lain
berperilaku : bernilai 0
1. Memperoleh Pertanyaan B2-
dan mengolah B14:
sendiri terapi Skor Sangat
ARV mudah bernilai 1,
2. Meminimalkan respon lain
45
7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang di teliti. Instrumen yang
digunakan untuk dukungan sebaya yaitu kuesioner social provision scale.
Sedangkan keterampilan berperilaku dalam kepatuhan pengobatan ARV yaitu
Kuesioner The Life Windows Information Motivation Behavioral Skills ART
Adherence Questionnaire (LWIMB-AAQ) oleh The Lifewindows Project
Team (2006).
a. Variabel Independen
Dalam penelitian ini instrumen yang akan digunakan pengolahan data
yaitu : social provision scale, kuisioner ini diadaptasi dari instrumen
pengukuran persepsi terhadap dukungan sosial yang dikembangkan
Cotruna dan Russell pada tahun 1987. Yang digunakan dalam
penelitian Marsya pada tahun 2012. Alasan peneliti mengggunakan
kuisioner tersebut dikarenakan sudah terbukti pada individu dewasa.
Kuisioner ini mengandung 6 domain yaitu guidance, recleable
alliance, oppurtunity of nurturance, reassurance of worth, attachment
dan social intergratio. Jumlah item terdiri atasa 24 item, dengan
rincian 3 dimensi item untuk setiap dimensi. Untuk pengkategorian
46
Cukup : m – sd ≤ µ < m + sd
: 72 – 16 ≤ µ < 72 + sd
: 56 ≤ µ < 88 ( 56-88)
Kurang : µ < m – 1 x sd
: µ < 72 . 1 – 16
: µ < 55 (1-55)
negatif nilai: STS= Sangat Tidak Sesuai =5, TS= Tidak Sesuai =4,
AS= Agak Sesuai =3, S= Sesuai =2 dan SS= Sangat Sesuai =5.
Kemudian jumlahkan semua item untuk skor total dan
dipersentasekan.
b. Variabel dependen
Dalam penelitian ini instrumen yang akan digunakan untuk
pengolahan data yaitu instrumen The Life Windows Information
Motivation Behavioral Skills ART Adherence Questionnaire (LW-
IMB-AAQ) yang dikembangkan oleh The Lifewindows Project Team
pada tahun 2006. Model IMB pertama kali di perkenalkan oleh Fisher
dan Fisher pada tahun 1992. Yang di gunakan dalam penelitian Chitra
pada tahun 2015. Alasan menggunakan kuesioner tersebut
dikarenakan sudah dilakukan pada orang dengan HIV/AIDS dalam
menjalani pengobatan ARV (Chitra,2015). Kuesioner ini terdiri dari
15 pertanyaan mengenai keterampilan berperilaku meilputi pengaruh
status dan obat HIV pada kehidupan.
12, 16
Unfavorable
3, 19
Realable alliance
Favorabel
1, 2, 23
Unfavorable
10, 18, 24
Reassurance of worth
Favorable
7, 13, 20
Unfavorable
Attachment 6, 9, 22
Favorable
11, 17
Unfavorable
Social Integration -
Favorabel
5, 8
Unfavorable
2, 15, 21, 14
2 Keterampilan 1. Memperoleh dan Favorable
berperilaku mengolah sendiri terapi B1-B15
ARV
2. Meminimalkan efek Unfovarable
samping -
3. Memperbarui kepatuhan
dalam terapi ARV sesuai
keperluan
49
9. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Suatu analisa yang digunakan untuk menganalisa tiap variabel dari
penelitian yang dilakukan, yang memiliki fungsi untuk meringkas
kumpulan-kumpulan data penelitian sehingga menghasilkan suatu
informasi yang berguna. Tujuan analisa univariat yaitu untuk
menyampaikan masing-masing variabel dependen dan independen. Pada
penelitian ini memiliki dua variabel yaitu, yang pertama variabel
independen yaitu dukungan kelompok sebaya sedangkan variabel kedua
51
9 10 11 12 1 2 3 4
1 Penyusunan Topik
Judul Penelitian
2 Pengajuan judul
penelitian
3 Penyusunan Bab 1
4 Penyusunan Bab 2
5 Penyusunan Bab 3
6 Penyusunan Bab 4
7 Ujian Pra Proposal
8 Revisi
9 Seminar Proposal
DAFTAR PUSTAKA
Anok, M. R., Aniroh, U., Mkes, S. N., Wahyuni, S., & Mkes, S. K. M. (2018).
Hubungan Peran Kelompok Dukungan Sebaya dengan Kepatuhan ODHA
dalam Mengkonsumsi ARV di Klinik VCT RSUD Ambarawa.
Amico,K.R.,Barta,W., Parker,D.J.K., Fisher,J.D., Cornman,D.H., Shupper,P.A.,
& Fisher,W.A. (2009). The Information-Motivation-Behavioral Skills Model
of ART Adherence in a Deep South HIV + Clinic Sample. AIDS Behav,
13(1). 66-75. https://doi.org/10.1007/s10461-007-9311-y
Anesta, et al. 2014. Motivasi Minum Obat Antiretroviral (ARV) dan Perilaku
Kepatuhan Klien HIV/AIDS Dampingan LSM Rumah Cemara di Bandung-
Universitas Padjajaran Bandung. Skripsi
Ansyari, Mahdalena, & Mulyani, Y, (2016). Motivasi ODHA dalam Menjalani
Program Pengobatan Antiretroviral di Poliklinik VCT RSUD dr. H. Moch.
56
Artikel_10500127.pdf).
Kusuma, H. 2011. Tesis Hubungan Antara Depresi dan Dukungan Keluarga
Dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS yang Menjalani Perawatan di
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Universitas Indonesia. Thesis.
Latif, F., Maria, I. L., & Syafar, M. (2014). Efek Samping Obat terhadap
Kepatuhan Pengobatan Antiretroviral Orang HIV/AIDS.
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/495.
Montaner,et al. 2014. Expansion of HAART Coverage Is Associated with
Sustained Decreases in HIV/AIDS Morbidity, Mortality and HIV
Transmission : The "HIV Treatment as Prevention" Experience in a
Canadian Setting. PLoS ONE, 9(2), e87872.
<http://doi.org/10.1371/journal.pone.0087872>
Murni, S., Green, C., Djauzi, S., Setyanto, A., & Okta, S. (2016). Hidup dengan
HIV-AIDS. 10, 24. www.spiritia.or.id
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2015. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam & Ninuk Dian Kurniawati. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Terinfeksi HIV AIDS. Jakarta: Salemba Medika Hal. 111-120.
Nursalam, & Efendi, F. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam, D. K., & Dian, N. (2012). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV. In Jakarta: Salemba Medika.
https://rsbhayangkarabanjarmasin.co.id/wp/wp-content/uploads/2020/02/
BUKU-AIDS-2007.pdf
Nursalam. (2015). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS, Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika
Nurihwani. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Pengobatan Antiretroviral (ARV) Pada Orang Dengan HIV Dan AIDS
(ODHA) Di Puskesman Jumpandang Baru. Skripsi. http://repsitori.uin-
59
alauddin.ac.id/8130/1/NURIHWANI.pdf
Pendidikan Dalam Keperawatan Nursalam Ferry Efendi (Issue March 2014).
(2017).
Peng, Z., Yu, Y., Wei, W., Hou, Y., Sun, Z., Wang, Y., Cai, Y. (2020). Reliability
and Validity of the LifeWindows Information-Motivation-Behavioral Skills
Antriretroviral Therapy Adherence Questionnaire Among Hiv + Patients in
Shanghai. Patient Preference and Adherence, 14,507-515.
https://doi.org/10.2147/PPA.S234141.
Permatasari, D., Nurhidayati, E., & Puspitasari, D. (2020). Pengaruh Persepsi
Stigma terhadap Pengungkapan Status Diri ODHA di Kelompok Dukungan
Sebaya. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 11(1 SE-
Articles), 11–16.
https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/909
Profil Kesehatan Indonesia. (2016) "Data Dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia 2016." Kementrian Kesehatan RI 100. Retrieved
(http://www.depkes.go,id/resources/download/pustadis/lain-lain/Data dan
informasi kesehatan profil kesehatan indonesia 2016-smaller size-web.pdf)
Rachman, T. (2018). 済 無 No Title No Title No Title. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 12(1), 10–27.
Rusmawati, A. (2012). Persepsi konsep diri orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
dalam kelompok dukungan sebaya (KDS) di kota dan kabupaten Kediri.
STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 77–84.
https://sjik.org/index.php/sjik/article/view/23
Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta
Stanley M. and Patricia G.M. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta:EGC
Sithole, B. M. 2013. Factors that influence adherence for people living with HIV
and accessing antiretroviral therapy in rural communities in Mpumalanga.
Retrieved from <http://uir.unisa.ac.za/handle/10500/11897>
Spiritia. (2011). Le,baran Informasi Sejarah HIV/AIDS Di Dunia. Jakarta:
Yayasan Spriritia.
Spiritia. (2014). "Terapi Antiretroviral (ARV)." Jakarta: Yayasan Spiritia
60
LAMPIRAN
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
Kepada :
Yth.
Di Tempat
Dengan Hormat,
Dengan ini saya, yurike iswari, Mahasiswa Program Studi S1
62
YURIKE ISWARI
NIM:181014201666
Lampiran 2
Responden
Lampiran 3
Contoh
1 Saya dan STS TS AS S SS
teman-teman
banyak
menghabiskan
waktu
bersama
Apabila anda sudah memahami cara pengisian ini, mulailah mengisi seluruh
pernyataan pada halaman selanjutnya, sesuai dengan keadaan diri anda.
NO Pernyataan STS TS AS S SS
1 Ada seseorang yang dapat saya
andalkan untuk memberikan
bantuan apabila saya
membutuhkannya
2 Saya merasa tidak mempunyai
hubungan pribadi yang dekat
dengan orang lain
3 Tidak ada seorang pun yang mau
memberikan saran dan dukungan
ketika saya sedang stress
4 Ada orang-orang yang selalu
membutuhkan bantuan saya
5 Ada orang-orang yang
melakukan aktifitas yang sama
dengan yang saya lakukan
6 Orang lain memandang saya
tidak mampu melakukan
pekerjaan yang saya lakukan
7 Saya merasa secara pribadi
bertanggung jawab untuk
kesejahteraan orang lain
8 Saya merasa menjadi bagian dari
sekelompok orang yang
mempunyai sikap dan
kepercayaan yang sama seperti
saya
9 Saya merasa orang lain tidak
menghargai kemampuan dan
66
benar-benar membutuhkannya
19 Tidak ada seorangpun yang
membuat saya nyaman untuk
diajak bicara mengenai masalah
yang saya alami
20 Ada orang-orang yang
mengagumi bakat dan
kemampuan saya
21 Saya merasa kurang dekat
dengan orang lain
22 Tidak ada seorangpun yang
menyukai aktifitas yang saya
lakukan
23 Ada orang-orang yang dapat
saya andalkan dalam keadaan
darurat
24 Tidak ada orang yang
memerlukan bantuan saya
68
Lampiran 4
kerjakan?
B7. Sulit atau mudah bagi Anda untuk
mengontrol efeksamping obat HIV Anda?
B8. Sulit atau mudah bagi Anda mengingat
untuk minum obat HIV Anda?
B9. Sulit atau mudahkah bagi Anda untuk minum
obat HIV karena pill sulit untuk ditelan,
rasanya tidak enak, atau
membuatmu merasa sakit di area perut?
B10. Sulit atau mudah bagi Anda untuk
membuat obat HIV menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari Anda?
B11. Sulit atau mudah bagi Anda untuk
minum obat ketika kebiasaan sehar-hari
Anda berubah(misalnya, ketika Anda
sedang dalam perjalanan/liburan atau
ketika Anda pergi
bersama teman Anda)?
B12. Sulit atau mudah bagi Anda untuk minum
obat ketika Anda
tidak merasa baik secara emosional
(misalnya, ketika Anda depresi, sedih,
marah, atau stres)?
B13. Sulit atau mudah bagi Anda untuk minum
obat Anda ketika Anda merasa baik secara
fisik dan tidak ada gejala penyakit
HIV?
B14. Sulit atau mudah bagi Anda untuk minum
obat HIV Anda
ketika Anda tidak merasa baik secara fisik?
B15. Sulit atau mudah bagi Anda untuk
berbicara pada tenaga kesehatan yang
70