Anda di halaman 1dari 70

1

SKRIPSI

PENGARUH PERAN MASYARKAT TERHADAP PROGRAM BEBAS


PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANTARAN KABUPATEN
PROBOLINGGO

Oleh :
IWAN DIAN EKOWANTO
NIM:2011A0142

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KEDIRI
2022
i

PENGARUH PERAN MASYARKAT TERHADAP PROGRAM BEBAS


PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTARAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

SKRIPSI

Sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
IIK STRADA INDONESIA

Oleh :
IWAN DIAN EKOWANT, NIM:2011A0142
NOVITA ANA ANGGRAENI,S.Kep.,Ns.,M.Kep, NIDN:0720048605

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KEDIRI
2022
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH PERAN MASYARKAT TERHADAP PROGRAM BEBAS


PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTARAN KABUPATEN
PROBOLINGGO

Diajukan Oleh:
Iwan Dian Ekowanto
NIM:2011A0142

TELAH DISETUJUI
Kediri, Jum’at 26 Juni 2022

Dosen Pembimbing

Novita Ana Anggraeni,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN.0720048605

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr.Byba Melda Suhita,S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN.070737901
iii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH PERAN MASYARKAT TERHADAP PROGRAM BEBAS


PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTARAN KABUPATEN
PROBOLINGGO

Diajukan Oleh
Iwan Dian Ekowanto
NIM.2011A0142

Skripsi telah diuji dan dinilai oleh Panitia Penguji


Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan kebidanan
Institut ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Pada: Selasa, 27 Juni 2021

DOSEN PENGUJI
Ketua Penguji
Dr.Yenny Puspitas Sari,S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )
Anggota Penguji
Heri Saputro,S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )
Pembimbing
Novita Ana Anggraeni,S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr.BybaMelda Suhita,S.Kep.,Ns.,M.Kes
NIDN.0707037901
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-nya yang berlimpah, sehingga penyusunan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program Bebas
Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo” sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan pada program studi Prodi S1
Keperawatan Fakultas Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Strada
Indonesia.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak
maka skripsi ini tidak dapat terwujud, untuk ini dengan segala kerendahan hati
perkenankan kami menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.dr. Sentot Imam Suprapto.,MM, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
STRADA Indonesia
2. Dr. Byba Melda Suhita,S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
3. Novita Ana Anggraeni,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Pembimbing yang sudi
meluangkan waktu untuk membimbing.
4. Kedua Orang tua yang selalu memberikan do’a terbaik untuk kelancaran
dalam masa studi pendidikan.
5. Semua teman seperjuangan dalam suka dan duka yang membantu demi
terselesaikan skripsi ini.

Akhirnya semoga bimbingan dan bantuan beliau di catat sebagai amal baik
oleh tuhan yang maha kuasa, semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan
ini juga bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan.

Kediri, Agustus 2022

Peneliti
v

PENGARUH PERAN MASYARKAT TERHADAP PROGRAM BEBAS


PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTARAN
KABUPATEN PROBOLINGGO

Iwan dian ekowanto, Novita ana anggraeni


Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Strada Indonesia
Email:indiwan887@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang: Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan dalam bentuk
perubahan perilaku yang bermakna, sehingga tidak dapat produktif secara sosial
dan ekonomi.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis korelasional.
Desain penelitian cross sectional. Populasi adalah Seluruh Masyarkat Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantaran sebanyak 50 responden. Teknik sampling
menggunakan Simple Random Sampling, sehingga besar sampel sebanyak 44
responden.
Hasil: peran masyarakat mayoritas adalah cukup sejumlah 28 (63,6%) dan
program bebas pasung pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mayoritas
adalah cukup sejumlah 19 (43,2%), Ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap
Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo dengan nilai p value = 0,022
< α = 0,05.
Analisa: Analisa data menggunakan uji spearman rank
Kesimpulan: Pemasungan merupakan kegagalan keluarga dalam mendukung
keluarga untuk membawa pasien ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat,
tindakan pemasungan itu hanya memperparah kondisi gangguan jiwa, oleh sebab
itu peran masyarakat sangat penting untuk mencegah terjadinya pemasungan pada
ODGJ.
Kata Kunci: peran masyarkat, program bebas pasung, orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ)
vi

THE EFFECT OF THE COMMUNITY'S ROLE ON THE FREE-STANDING


PROGRAM FOR PEOPLE WITH MENTAL DISORDERS (ODGJ)
IN THE WORKING AREA OF THE BANTARA HEALTH
CENTER PROBOLINGGO DISTRICT

Iwan dian ekowanto, Novita ana anggraeni


Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Strada Indonesia
Email:indiwan887@gmail.com

ABSTRACT

Background: People with mental disorders (ODGJ) are people who experience
disturbances in thoughts, behavior, and feelings in the form of significant
behavioral changes, so they cannot be socially and economically productive.
Methods: This research is a quantitative research with correlational type. The
research design is cross sectional. The population is the entire community in the
Bantaran Puskesmas working area as many as 50 respondents. The sampling
technique used Simple Random Sampling, so the sample size was 44 respondents.
Results: the majority of the community's role is quite 28 (63.6%) and the majority
of the shackle-free program for people with mental disorders (ODGJ) is 19
(43.2%), There is an Influence of Community Roles on the Pasung-free Program
for People with Mental Disorders (ODGJ) in the Bantaran Health Center Work
Area, Probolinggo Regency with p value = 0.022 < = 0.05.
Analysis: Data analysis using Spearman rank test
Discuss: Deprivation is the failure of the family to support the family to take the
patient to the nearest health care facility, the deprivation action only exacerbates
mental disorders, therefore the role of the community is very important to prevent
shackles in ODGJ.
Keywords: the role of the community, shackle-free program, people with mental
disorders (ODGJ)
vii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : IWAN DIAN EKOWANTO


NIM : 2011A0142
Program Studi : SI Keperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan Strada
Indonesia
Judul Skripsi : Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Penanganan Pasung Pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri dan
belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai
jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi mana pun.

Kediri, 26 Juni 2021


Yang Membuat Pernyataan

Iwan Dian Ekowanto


NIM:2011A0142
viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR........................................................................... ii


HALAMAN JUDUL DALAM....................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT...................................................................................................... vii
SURAT PERNYATAAN................................................................................ viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1


.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Peran............................................................................... 6
B. Konsep Masyarakat...................................................................... 8
C. Konsep Peran Masyarakat............................................................ 10
D. Konsep Pasung ............................................................................ 12
E. Konsep Program Bebas Pasung ................................................... 18
F. Hubungan Peran Masyarakat dengan Program Bebas Pasung
pada ODGJ.................................................................................... 19
.......................................................................................................
G Kerangka Konsep......................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian....................................................................... 22
...................................................................................................
B. Kerangka Kerja Penelitian........................................................ 22
C. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling.................................... 23
D. Rancangan Penelitian................................................................ 24
E. Variabel Penelitian.................................................................... 24
F. Definisi Operasional.................................................................. 25
G. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 26
H. Prosedur Penelitian.................................................................... 26
I. Pengumpulan Data.................................................................... 27
J. Analisa Data.............................................................................. 30
K. Etika Penelitian......................................................................... 30
ix

L. Keterbatasan Penelitian............................................................. 32

BAB IV HASIL
A. Diskripsi Lokasi Penelitian....................................................... 33
...................................................................................................
B. Karakteristik Responden........................................................... 33
C. Karakteristik Variabel............................................................... 34
D. Tabulasi Silang Antar Variabel................................................. 35
E. Hasil Uji Statistik...................................................................... 35

BAB V PEMBAHASAN
A. Peran Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas
Banataran Kabupaten Probolinggo........................................... 36
...................................................................................................
B. Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo............................................................. 37
C. Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program Bebas Pasung
Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo................ 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan............................................................................... 40
...................................................................................................
B. Saran.......................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 41
x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................... 25


xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap


Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo ……………………………………………………. 22
xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Melakukan Penelitian

Lampiran 2 Surat Balasan melakukan penelitian

Lampiran 3 Inform Concent

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 5 Kuesioner Peran Masyarakat

Lampiran 6 KuesionerProgram Bebas Pasung

Lampiran 7 Uji Validitas dan Reabilitas Peran Masyarakat

Lampiran 8 Uji Validitas dan Reabilitas Program Bebas Pasung

Lampiran 9 Hasil Uji statistic

Lampiran 10 Lembar konsultasi

Lampiran 11 Dokumentasi
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa dapat diartikan sebagai orang dengan gangguan jiwa
yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan
dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi orang tersebut sehingga tidak
dapat produktif secara sosial dan ekonomi. Gangguan jiwa dapat dibagi
menjadi gangguan jiwa ringan dan gangguan jiwa berat (Riskesdas, 2013
dalam Kementrian Kesehatan, R. I, 2013)
Masalah kesehatan jiwa saat ini merupakan ancaman, meskipun tidak
menyebabkan kematian, secara langsung namun dapat menyebabkan kerugian
karena ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) tidak menjadi produktif bahkan
seringkali tergantung pada keluarga atau masyarakat sekitar. Orang dengan
Gangguan jiwa (ODGJ) merupakan orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan
gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Masalah ODGJ menimbulkan beban besar terhadap keluarga,teman,
masyarakat, maupun pemerintah. Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah
orang yang memiliki gangguan pikiran, perilaku, perasaan yang tercermin
dalam sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang signifikan serta dapat
menimbulkan penderitaan, hambatan dalam menjalani fungsi kehidupan
sebagai manusia (Presiden RI UUNo.18 tahun 2014).
Menurut data WHO (2016), kesehatan jiwa masih menjadi salah satu
permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, terdapat sekitar 35 juta
orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial
dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus
bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
2

produktivitas manusia. Didapatkan data 14% dari seluruh keluarga


yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa masih melakukan
pemasungan, bahkan 31,5% pemasungan terjadi dalam 3 bulan terakhir.
(Riskesdas, 2018)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang atau
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bantaran tentang Orang dengan
gangguan jiwa yang mengalami pemasungan dengan metode wawancara
didapatkan 7 orang (70%) mengatakan bahwa masyarakat harus lebih ikut
andil dalam penatalaksanaan pemasungan terhadap ODGJ dengan
pertimbangan yang tepat sehingga bisa membuat perubahan terhadap ODGJ
tersebut sedangkan 3 orang (30%) mengatakan bahwa tindakan atau
penatalaksanaan pemasungan pada ODGJ adalah tindakan yang kurang tepat
untuk pemulihan ODGJ tersebut.
Human Right Watch (2016) mendefinisikan bahwa pasung adalah satu
bentuk pengekangan yang secara tradisional dipakai di Indonesia, tanpa akses
pada perawatan kesehatan jiwa dan layanan pendukung lain, untuk membatasi
orang yang dianggap atau mengalami disabilitas psikososial di dalam atau di
luar rumah. Pengekangan ini berupa mengikat orang atau menguncinya di
kamar, gudang, atau kurungan atau kandang hewan (termasuk kandang ayam,
kandang babi, atau kandang kambing) selama beberapa jam tapi bisa pula
berhari-hari hingga bertahun-tahun. Pasung biasanya dilakukan secara
tradisional dengan menggunakan kayu atau rantai pada kaki, tetapi juga
tindakan pengekangan yang membatasi gerak, pengisolasian, termasuk
mengurung dan penelantaran, yang menyertai salah satu metode pemasungan.
Tindakan pasung dilakukan oleh pasien gangguan jiwa kronis, disertai dengan
perilaku agresif, kekerasan, mengamuk, dan halusinansi yang beresiko
menciderai diri sendiri maupun orang lain dilingkungannya. Pemasungan
merupakan kegagalan keluarga dalam mendukung keluarga untuk membawa
pasien ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat, tindakan pemasungan itu
hanya memperparah kondisi gangguan jiwa. Pemasungan itu sendiri dapat
menyebabkan terbatasnya pemenuhan kebutuhan dasar hidup, termasuk
kesehatan, pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang dipasung dalam waktu
3

yang lama akan mengalami atropi otot, tidak mampu berjalan, mengalami
cidera. Dampak lain dari pemasungan itu sendiri pasien mengalami trauma,
dendam kepada keluarga, merasa terbuang, rendah diri, dan putus asa, bisa
jadi muncul depresi dan berniatan melakukan bunuh diri (Yususf, 2017).
Berdasarkan hal tersebut dukungan psikososial maupun finansial dari
masyarakat diperlukan untuk mengurangi beban yang ditanggung keluarga.
Keluarga memiliki beberapaalasan untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa di rumah, faktor utamanya adalah keluarga tidak
tahu bahwa gangguan jiwa dapat diobati, adanya stigma dan diskriminasi
sehingga keluarga merasa malu, dan tidak memiliki biaya untuk
memeriksakan anggota keluarga ke pusat layanan kesehatan (Yogyo,
Andarini, dan Lestari, 2015). Pemasungan dipilih dengan beberapa
pertimbangan,yang meliputi: masyarakat dan keluarga takut anggota keluarga
akan bunuh diri dan atau melakukan perilaku kekerasan kepada orang lain,
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa,
atau karena pemerintah tidak memberikan pelayanan kesehatan jiwa dasar
pada klien gangguanjiwa (Yogyo, Andarini, dan Lestari, 2015; Lestari
&Wardhani, 2014). Ketidakberdayaan keluarga dalam menangani perilaku
kekerasan ODGJ mengakibatkan keluarga mengambil keputusan untuk
melakukan pasung. Pasung (confinement) adalah tindakan untuk
mengendalikan klien gangguan jiwa yang tidak terkontrol oleh masyarakat
biasa atau non profesional (Eka & Daulima, 2019).
Menurut Notoatmodjo (2018), sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Dengan kata lain, sikap belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan
suatu kecenderungan (predisposisi) untuk bertindak terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.
Banyak penelitian membuktikan bahwa sikap mempunyai korelasi yang
positif terhadap perilaku. Metode pemasungan tidak terbatas pada pemasungan
secara tradisiona l(menggunakan kayu atau rantai pada kaki), tetapitermasuk
tindakan pengekangan lain yang membatasi gerak, pengisolasian, termasuk
mengurung, danpenelantaran (Riskesdas, 2018). Pasung merupakan tindakan
4

yang bertujuan untuk membatasi gerak danaktivitas dari klien gangguan jiwa
yang diharapkan keluarga untuk mencegah klien menciderai diri
sendirimaupun orang lain (Halvorsen, 2018).
Menurut Keliat (2015) dalam faktor yang mempengaruhi kekambuhan
klien dengan gangguan jiwa menyatakan bahwa lingkungan masyarakat
tempat tinggal klien yang tidak mendukung dapat meningkatkan frekuensi
kekambuhan. Misalnya masyarakat menganggap klien gangguan jiwa sebagai
individu yang tidak berguna, mengejek klien, mengucilkan klien dan
seterusnya. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan dengan judul “Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program
Bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah
pada penelitian ini adalah : Apakah Ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap
Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis “Pengaruh Peran
Masyarakat Terhadap Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo”.
2. Tujuan Khusus
1 Mengidentifikasi Peran Masyarakat Pada Orang Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo
2 Mengidentifikasi Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo.
5

3 Menganalisis Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program Bebas


Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu di bidang
Psikologi Perkembangan dalam kajian variabel pengaruh peran
masyarakat terhadap program bebas pasung pada orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo.

2. Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
masyarkat mengenai program bebas pasung pada orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ).
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
masyarakat mengenai program bebas pada orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Peran
1. Definisi Peran
istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai
arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong,
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat. Menurut Abu Ahmadi (2009) peran adalah
suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus
bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan
fungsi sosialnya.
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2010), yaitu peran
merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka
ia menjalankan suatu peranan. Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat
pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan sebelumnya disebut
sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif dalam hubungannya
dengan tugas dan kewajiban dinas perhubungan dalam penegakan hukum
mempunyai arti penegakan hukum secara total enforcement, yaitu
penegakan hukum secara penuh,(Soerjono Soekanto 2017).
Sedangkan peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang
diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan tersebut. Misalnya dinas
perhubungan sebagai suatu organisasi formal tertentu diharapkan
berfungsi dalam penegakan hukum dapat bertindak sebagai pengayom
bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan ketertiban, keamanan yang
mempunyai tujuan akhir kesejahteraan masyarakat, artinya peranan yang
nyata, (Soerjono Soekamto).
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang
dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan
kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia
7

menjalankan suatu fungsi.Hakekatnya peranjuga dapat dirumuskan sebagai


suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan
tertentu. Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu
harus dijalankan.
Peran yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang
dimainkan / diperankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah
akan mempunyai peran yang sama Peran merupakan tindakan atau
perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di
dalam status sosial, syarat-syarat peran mencangkup 3 (tiga) hal, yaitu:
Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan
oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.Peran juga
dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.
Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena
suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan
untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan
terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota
masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling
ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang
dinamakan peran (role). Peran merupakan aspek yang dinamis dari
kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya makaorang yang bersangkutan
menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih
jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang pengertian peran,
(Miftah Thoha, 2016).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa
peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang
atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau
kedudukan tertentu. Berdasarkan hal-hal diatas dapat diartikan bahwa
apabila dihubungkan dengan dinas perhubungan, peran tidak berarti
8

sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan merupakan tugas dan


wewenang dinas perhubungan. peraturan yang membimbing seseorang
dalam kehidupan kemasyarakatan.

B. Konsep Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
a. Menurut Linton (ahli antropologi)
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama
hidup bekerja sama sehingga dapat mengorganisasi dirinya dan berfikir
tentang dirinya sebagai satu kesatuan social dengan batas-batas
tertentu.
b. Menurut MJ. Herskovits
Masyarakat adalah kelompok individu yang dikoordinasikan dan
mengikuti satu cara hidup tertentu.
c. Menurut JL. Jillin dan JP. Jillin
Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai
kebiasaan tradisi sikap dan perasaan persatuan yang sama.
d. Menurut Prof. DR. Koentjoroningrat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu system adat istiadat tertentu yang berkesinambungan dan terikat
oleh suatu rasa identitas bersama.

2. Ciri-ciri Masyarkat
a. Interaksi antar warga.
b. Adat istiadat, norma hokum dan aturan khas yang mengatur seluruh
penduduk warga kota atau desa.
c. Satuan komunitas dalam wilayah.
d. Satuan rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.
9

3. Unsur – unsur Masyarakat


a. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan
bekerja sama disuatu daerah tertentu dengan bermata pencaharian dari
sector agraris.
b. Masyarakat kota adalah suatu himpuman penduduk tidak agraris yang
bertempat tinggal di dalam dan disekitar suatu kegiatan ekonomi,
pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan dsb.
c. Masyarakat pinggiran adalah masyarakat yang tinggalnya di daerah-
daerah pinggiran kota yang kehidupannya selalu diwarnai dengan
kegelisahan dan kemiskinan dan mencari nafkahnya dengan cara
menjadi pemulung. (Syafrudin. 2009).

4. Masyarakat berdasarkan taraf struktur sosial dan kebudayaan,


masyarakat terdiri dari:
a. Masyarakat sederhana
b. Masyarakat madya
c. Masyarakat modern

5. Masyarakat berdasarkan mata pencaharian :


a. Masyarakat pemburu
b. Masyarakat peternak
c. Masyarakat peladang
d. Masyarakat nelayan
e. Masyarakat petani. (Syafrudin, 2009)

6. Kategori Masyarakat
a. Kategori social adalah kesatuan manusia yang terwujut karena adanya
suatu ciri-ciri yang objektif yang dikenakan pada manusia-
manusianya, seperti: seks, usia, pendapatan dll. Dilakukan kategori
bila kriterianya sbb:
1) Tidak ada interaksi antar anggota.
2) Tidak ada ikatan moral bersama yang dimiliki.
10

3) Tidak ada harapan-harapan peran.


b. Golongan social adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh
suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu dikenalkan kepada
mereka dari pihak luar kalangan mereka sendiri. Misalnya: golongan
pemuda, gelandangan dan pengemis.
c. Komunitas
Adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati wilayah yang
nyata dan berinteraksi menurut suatu system adat istiadat, terikat identitas
komunitas dan memiliki patriotism dan nasionalisme. Misalnya kesatuan-
kesatuan seperti kota, desa, RW, pengrajin, petani dll.
d. Kelompok dan himpunan
1) Kelompok adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi antar
anggotanya, mempunyai adt istiadat tertentu norma-norma
berkesinambungan dan adanya rasa identitas yang sama serta
mempunyai organisasi dan sistem pimpinan.
2) Himpunan adalah kesatuan manusia yang berdasarkan sifat tugas
dan atau guna, sifat hubungan berdasarkan kotrak, dasar
organisasinya buatan, pimpinan berdasarkan wewenang dan
hokum. Misalnya PPNI, IDI, IBI, IAKMI, dll. (Syafrudin, 2009).

C. Konsep Peran Masyarakat Tentang ODGJ yang mengalami Pemasungan


Peran Masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki
kemampuan yang baik untuk mempersepsikan tindakan pemasungan pada
klien gangguan jiwa di masyarakat. Sebaliknya pada masyarakat dengan
pendidikan rendah kemungkinan informasi yang didapatkan juga lebih sedikit
dan ada kesulitan untuk mengolah informasi, sehingga memiliki persepsi
negatif pada klien gangguan jiwa yang mengalami pemasungan. Collins
(2012) juga menyebutkan bahwa stigma dapat dikurangi dengan tiga cara,
yaitu protes, pendidikan, dan kontak. Meningkatnya pendidikan yang
bersinergi dengan meningkatnya pengetahuan, merupakan faktor yang
berhubungan dengan sikap yang lebih positif dan menguntungkan (Van der
Kluit dan Goossens, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Teresha (2015)
11

mengungkapkan bahwa masyarakat yang pengetahuannya tinggi tentang


gangguan jiwa bisa memberikan sikap yang lebih positif terhadap ODGJ serta
Mestdagh (2013) menyebutkan bahwa perawatan klien gangguan jiwa
berbasis masyarakat tidak akan terhambat, jika masyarakat mau bersosialisasi
dengan kilen gangguan jiwa. Pendidikan mempunyai peran yang penting
dalam meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat tentang gangguan
mental. Pendidikan kesehatan yang disampaikan melalui media massa dapat
digunakan sebagai media mensosialisasikan pengetahuan tentang kesehatan
mental sehingga dapat menyadarkan masyarakat bahwa gangguan mental
dapat hidup normal dan harus dilayani secara adil (Husniati, 2016).
Masyarakat yang bekerja mempunyai persepsi yang positif terhadap
ODGJ yang dipasung. Masyarakat yang bekerja mempunyai persepsi yang
positif terhadap ODGJ yang dipasung. Masyarakat yang bekerja tentu lebih
terpapar dengan lingkungan luar yang lebih luas dan pendidikan yang tinggi.
Situasi ini mendukung untuk peningkatan informasi yang positif. Masyarakat
yang bekerja memiliki cukup informasi tentang konsep pasung pada
penanganan ODGJ di masyarakat, tidak mengucilkan, dan memiliki
antusiasme untuk memberikan penatalaksanaan yang lebih tepat, yaitu
melaporkan dan merujuk ODGJ yang dipasung ke pusat layanan kesehatan
terdekat. Situasi dan kondisi ini tentu dapat mempengaruhi informasi dan
kemampuan persepi seseorang yang dapat menghasilkan persepsi yang lebih
tidak mendukung khususnya tentang tindakan pasung pada ODGJ (Syarniah,
2014). Pemerintah dalam menangani permasalahan stigma adalah dengan
mengadakan pelayanan, penyuluhan dan penanganan yang terintegrasi
berbasis pelayanan kesehatan primer (puskesmas), yang menjangkau seluruh
area sampai ke area yang sulit dijangkau. Pemerintah juga mengadakan
program pelatihan bagi semua pelayanan kesehatan termasuk kader
masyarakat, yang nantinya akan disosialiasikan di masyarakat yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gangguan jiwa dan nantinya
diharapkan bisa mengurangi akan stigma ini (Purnama, 2016).
12

D. Konsep Pasung
1 Pengertian Pasung
Pengertian pasungPasung merupakan suatu tindakan memasang
sebuah balok kayu pada tangan dan/atau kaki seseorang, diikat atau
dirantai, diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah ataupun
di hutan. Keluarga dengan klien gangguan jiwa yang dipasung seringkali
merasakan beban yang berkaitan dengan perawatan klien. Alasan keluarga
melakukan pemasungan adalah mencegah perilaku kekerasan, mencegah
risiko bunuh diri, mencegah klien meninggalkan rumah dan ketidak
mampuan keluarga merawat klien gangguan jiwa (Bekti, 2016).
Mereka lebih memilih menyembunyikan penderita dibanding
mengobati. Kebanyakan pelaku dari kasus pemasungan ini adalah keluarga
dari si penderita gangguan jiwa itu sendiri. Keluarga penderita pada
umumnya tidak paham apa yang sebaiknya mereka lakukan terhadap para
penderita. Keluarga juga khawatir jika yang bersangkutan nantinya
melakukan tindakan merusak atau bahkan kekerasan kalau sakitnya itu
kambuh. Faktor keterbatasan ekonomi juga jadi faktor penting kenapa
penderita tidak dilarikan ke rumah sakit jiwa.

2 Pengrertian Gangguan Jiwa


Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi
dan manifestasinya sangat terkait pada materi.2Ganguan jiwa atau
Gangguan kesehatan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus
dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan
karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnyaterhadap dirinya
sendiri-sendiri (Syarniah, 2018). Selanjutnya, dari sudut pandang psikologi
kesehatan, gangguan atau penyakit adalah hasil dari proses-proses
fisiologis dan sebagian besar terpisah dari proses-proses psikologis dan
sosial.Halgin & Whitborn menjelaskan 4dimensi yang menjadi kriteria
seseorang digolongkan mengalami gangguan kejiwaan, yaitu:
a. Tekanan (Distress) pengalaman sakit emosional atau fisikal
merupakan hal biasa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, depresi
13

dalam atau kecemasan berlanjut dapat menjadibegitu hebat sehingga


seseorang tidak mampu menjalankan tugas-tugas kesehariannya.
b. Kerusakan (Impairment) Seringkali tekanan berlebihan menyebabkan
seseorang tidak dapatberfungsi optimal atau bahkan mencapai fungsi
rata-rata.
c. Resiko terhadap diri sendiriatau orang lain Resiko disini mengacu
pada bahaya dan ancaman terhadap kesejahteraan seseorang.
d. Perilaku yang secara sosial atau budaya tidak dapat diterima. Kriteria
abnormalitas dipandang dari sudut kewajaran norma yang digunakan
oleh suatu kelompok sosial atau budaya

3 Sejarah Pemasungan di Indonesia


Pemasungan masih terus terjadi di tanah air meskipun praktik
tersebut telah dilarang oleh pemerintah semenjak tahun 1977. Orang yang
mengalami gangguan kejiwaan dianggap sebagai orang yang tidak lagi
punya harapan untuk menjalani kehidupan secara normal. Tidak jarang
mereka diperlakukan lebih parah daripada seekor binatang. Tidak jarang
pula mereka dipasung oleh keluarga dan masyarakat sekitar karena
dianggap dapat membahayakan dan mengganggu ketentraman warga
lainnya.Pemerintah Indonesia sebenarnya telah melarang praktik
pemasungan semenjak tahun 1977. Akan tetapi praktik pasung ini terus
saja terjadi selama empat puluh tahun terakhir. Berdasarkan Data Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013, Kementerian Kesehatan mencatat setidaknya
sebanyak 57 ribu orang pernah dipasung oleh keluarganya. Atau sekitar
14.3% dari Orang dengan Gangguan Jiwa Berat (ODGJB).
Pada tahun 2014, pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang
No 18 Tahun 2014. Kementerian Sosial juga mencanangkan Indonesia
Bebas Pasung 2017. Tentunya ini adalah sebuah misi yang sangat mulia
mengingat mereka yang menderita gangguan kejiwaan sudah seharusnya
diperlakukan layaknya manusia. Karena bagaimanapun juga, mereka
adalah warga negara yang haknya wajib dilindungi oleh pemerintah. Ada
beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memuluskan misi itu.Pertama,
14

perlu sosialisasi yang aktif dari pemerintah tentang informasi kesehatan


jiwa. Stigma negatif bahwa gangguan kejiwaan adalah sebuah kutukan
harus dimentahkan oleh pemerintah. Pendidikan dan penyebaran informasi
yang benar tentang penyakit kesehatan jiwa mempunyai peran yang sangat
krusial dalam mencapai tujuan mulia Indonesia Bebas Pasung. Diharapkan
dengan promosi yang gencar dari pemerintah, keluarga korban bisa
melaporkan kondisi kesehatan keluarganya sedini mungkin kepada pihak
terkait. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati.Kedua,
keluarga pasien dan masyarakat juga perlu terlibat aktif dalam
memberantas praktik pasung di Indonesia. Kita seolah-olah sudah terlena
bahwa pasung adalah praktik yang lumrah dilakukan terhadap orang
dengan gangguan kejiwaaan demi keselamatan warga sekitar. Sudah
saatnya juga masyarakat melaporkan praktik keji tersebut kepada pihak
yang berwenang sehingga tidak ada lagi cerita pasung ditengah-tengah
masyarakat. Di banyak kasus, tidak adanya biaya untuk pengobatan
korban juga menjadi batu sandungan dalam mencapai target Indonesia
Bebas Pasung. Ini bisa diminimalisir oleh pemerintah dengan
membebaskan biaya pengobatanbagi mereka yang mengalami gangguan
kejiwaan.Ketiga, pemerintah, baik pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, wajib untuk menjalankan amanat yang terkandung dalam Undang-
Undang No. 18 Tahun 2014.Seperti misalnya: menyediakan sarana dan
prasana dalam penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa;6melakukan
rehabilitasi terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ); dan
mempidana orang yang dengan sengaja atau menyuruh orang lain untuk
mamasung, menelantarkandan melakukan kekerasan terhadap Orang
Dengan Masalah Kejiwaan (OMDK) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ).Keempat, penanganan pasca program rehabilitasi juga menjadi
salah satu kunci utama kesuksesan Indonesia Bebas Pasung. Orang yang
dipasung, layaknya korban kekerasannya lainnya sangat rentan dengan
trauma yang acapkali akan selalu menghantui mereka. Oleh karena itu,
sangat diperlukan pendampingan baik oleh tenaga medis dan juga keluarga
korban untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang
15

layak dari lingkungannya. Perlakuan diskriminatif yang selama ini selalu


disematkan kepada mereka harus segera ditinggalkan.Pasung yang
merupakan salah satu cara tradional dalam menangani penderita sakit jiwa
di Indonesia sudah seharusnya dihapuskan. Target Indonesia bebas pasung
bisa dicapai jika para pemangku kepentingan (pemerintah, keluarga dan
masyarakat, penegak hukum, dan pegiat kesehatan jiwa) bekerjasama
menangani penderita sakit jiwa. Sudah selayaknya kita bersama
memperlakukan mereka seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain.

4 Faktor Pemasungan Yang Mengalami Gangguan Jiwa


Adapun faktor-faktor adanya pemasungan jiwa yaitu:
a. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit
yang tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan
tindakan keluaga untuk mengamankan lingkungan merupakan
penyebabkeluarga melakukan pemasungan.
b. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya
bersifatjangka panjang. Biaya berobat yang harus ditanggungpasien
tidak hanya meliputi biaya yang langsung berkaitan denganpelayanan
medik seperti harga obat, jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik
lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya akomodasi
lainnya.
c. Mencegah klien melakukan tindak kekerasan yang
dianggapmembahayakan terhadap dirinya atau orang lain.
d. Mencegah klien meninggalkan rumah dan mengganggu orang lain
e. Mencegah klien menyakiti diri seperti bunuh diri
f. Ketidaktahuan serta ketidakmampuan keluarga menangani klien
apabila sedang kambuh.
g. Faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga merupakan
salah satu penyebab pasien gangguan jiwa berat hidup terpasung
16

5 Konsep Program Bebas Pasung


a. Penanganan Bebas Pasung di masyarakat
Menurut (Suharto, 2014) Pandangan masyarakat saat ini tentang
permasalahan penderita gangguan jiwa identic dengan sebutan “orang gila”.
Secara tidak langsung hal ini merupakan mindset yang salah, sehingga
banyak orang memandang bahwa penyakit ini masalah yang negatif dengan
sebutan orang gila inilah yang secara tidak disadari stigma yang diciptakan
sendiri, maka dampaknya keluarga ataupun masyarakat sekitar penderita
gangguan jiwa tidak mau mengurusnya sehingga apabila dibiarkan terus
menerus hakhak penderita gangguan jiwa akan terabaikan misalnya hak
sosial dan hak untuk pengobatan. Adapun beberaah hal yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan ODGJ yaitu:
1) Keluarga mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan
penderita gangguan jiwa melainkan peran masyarakat juga ikut serta
dalam proses tersebut. Sikap yang acuh atau tidak peduli, memandang
rendah dan penolakan pada penderita gangguan jiwa merupakan 7
masalah yang sulit untuk diluruskan. Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap
dan penerimaan dari masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap proses penyembuhan
(Lestari. dkk, 2014)
2) Tokoh masyarakat ialah orang yang mempunyai peranan yang besar
dalam suatu kelompok masyarakat dan memiliki kekuasaan yaitu
kemampuan mempengaruhi orang atau kelompok lain sesuai dengan
keinginan dirinya.
3) Pemerintah yaitu Lembaga terkait seperti Pemerintah Daerah, Rumah
Sakit, dinas-dinas terkait, Lembaga swadaya masyarakat dan Puskesmas
juga diperlukan untuk penanganan penderita gangguan jiwa harus
dimaksimalkan, sehingga masalah gangguan jiwa dapat diminimalkan
(Suharto, 2014).

6 Program Bebas Pasung Dipuskesmas


Dalam pelayanan kesehatan jiwa sekarang, tidak hanya berfokus pada
pengobatan atau penyembuhan saja. Akan tetapi dilakukan berbagai upaya lain
seperti pendidikan kesehatan jiwa, pencegahan atau deteksi dini gangguan
jiwa dan pemberdayaan pada masyarakat terhadap penderita gangguan
17

jiwa melalui upaya kegiatan kesadaran, kepedulian serta pemahaman


terhadap masalah kesehatan jiwa warganya. Program bebas pasung
diantaranya yaitu:
1. Peran serta masyarakat diharapkan mampu mengenali kasus-kasus
gangguan jiwa di masyarakat, menghindari pemasungan dan
mendorong anggota masyarakat untuk berobat dan melakukan kontrol
2. Promosi kesehatan dilakukan untuk membuat orang lebih sehat,
mencegah penyakit dan menghindari gangguan mental. Faktor penentu
kesehatan dapat meningkatkan atau mengancam status kesehatan individu
atau komunitas. Kesehatan mental telah dikonseptualisasikan sebagai emosi
positif yang ada dalam konsep kesehatan mental positif termasuk
kesejahteraan, ketahanan, dan kualitas hidup. Dalam mencapai tujuan
kesehatan seseorang tidak dapat mengabaikan kesehatan fisik dan kesehatan
mental (Kalra et al, 2012).
3. Penggerakan kader, dimasyarakat Kader memiliki peranan penting dalam
mensosialisasikan kesehatan jiwa, hal ini dikarenakan kader merupakan
ujung tombak untuk melakukan pelaporan sekaligus penanganan dan tindak
lanjut masalah kejiwaan yang ada dilingkungan. Peran Kader Kesehatan jiwa
berperan serta dalam meningkatkan, memelihara dan mempertahankan
kesehatan jiwa masyarakat. Peran kader kesehatan dapat bervariasi secara
dinamis tergantung kegiatan yang diadakan atau masalah yang timbul dalam
lingkungan masyarakat. Kader juga mendapat pelatihan khusus dalam
membantu pelayanan kesehatan. Kader sebagai orang yang berpengaruh
dalam pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam penaganan atau pelayanan kesehatan yang
diberikan, sebagai contoh dalam penaganan dan perawatan pasien
gangguan jiwa pasca pasung, sehingga kader dalam menjalankan
tugasnya lebih baik dan tepat.
4. Pengobatan. Puskesmas diberdayakan sehingga mampu menjadi ujung
tombak pelayanan kesehatan jiwa serta juga harus menyediakan
pengobatan yang diperlukan. Rumah Sakit Umum harus menyediakan
tempat tidur sehingga bisa merawat ODMK yang memerlukan
perawatan. Rumah Sakit Jiwa selain sebagai pusat rujukan juga harus
18

mampu menjadi pusat pembinaan kesehatan jiwa bagi layanan


kesehatan di wilayahnya

E. Hubungan Peran Masyarakat Dengan Program bebas Pasung Pada


Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Pemasungan dipilih dengan beberapa pertimbangan,yang meliputi:
masyarakat dan keluarga takut anggota keluarga akan bunuh diri dan atau
melakukan perilaku kekerasan kepada orang lain, ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa, atau karena pemerintah
tidak memberikan pelayanan kesehatan jiwa dasar pada klien gangguan jiwa
(Yogyo, Andarini, dan Lestari, 2015; Lestari &Wardhani, 2014). Metode
pemasungan tidak terbatas pada pemasungan secara tradisional (menggunakan
kayu atau rantai pada kaki), tetapitermasuk tindakan pengekangan lain yang
membatasigerak, pengisolasian, termasuk mengurung, danpenelantaran
(Riskesdas, 2018). Pasung merupakantindakan yang bertujuan untuk
membatasi gerak danaktivitas dari klien gangguan jiwa yang
diharapkankeluarga untuk mencegah klien menciderai diri sendirimaupun
orang lain (Halvorsen, 2018).
Silolonga (2019) mengungkapkan bahwa kesadaran dan persepsi masyarakat
terhadap kesehatan mental berbeda disetiap kebudayaan suatu budaya tertentu. Orang
secara sukarela mencari bantuan dari para professional untuk menangani gangguan
jiwanya, sebaliknya dalam kebudayaan yang lain, gangguan jiwa cenderung
diabaikan sehingga penanganan akan menjadi buruk karena tak ada perawatan
khusus, atau di sisi lain masyarakat kurang antusias dalam mendapatkan bantuan
untuk mengatasi gangguan jiwanya bahkan gangguan jiwa dianggap memalukan atau
membawa aib bagi keluarga. Stigma terhadap gangguan jiwa menyebabkan penderita
dijauhi, kurang dipahami dan didukung oleh lingkungan terdekat, mengurangi
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, mempersulit individu memperoleh haknya
dalam pendidikan, pelayanan kesehatan, penggunaan fasilitas umum, mencari tempat
tinggal dan melakukan aktivitas sosial (Djuari dan Karimah, 2015). Eni dan
Hendrayato (2018) menjelaskan, pengobatan merupakan salah satu faktor pendukung
utama dalam proses pemulihan ODGJ ia juga menambahwakan bahwa pengobatan
merupakan segala upaya yang dilakukan keluarga dengan tujuan untuk penyembuhan
suatu keadaan sakit.
19

F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep konsep yang ingin di
amati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmojo, 2017).

Faktor Host Program bebas Pasung

Usia
Peran Keluarga
Pendidikan

Masyarakat
Pekerjaan
Promosi kesehatan
Dukungan/peran
masyarakat
Pergerakan Kader
Social budaya

lingkungan Pengobatan

Gambar 2.2 Kerangka konseptua Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program


bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo

Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
Kerangka konsep di atas dijelaskan bahwa terdapat beberapa aspek
didalam program bebas pasung. Faktor-faktor yang mempengaruhi
program bebas pasung antara lain: usia, pendidikan, pekerjaan. Selain itu
program bebas pasung terdiri dari peran keluarga, masyarakat, promosi
kesehatan, pergerakan kader dan pengobatan.
20

G. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pernyataan penelitian
yang telah dirumuskan. Hipotesis dalam penelitian keperawatan terdiri atas
hipotesis nol (hipotesis statistik/nihil) dan hipotesis alternatif (hipotesis
kerja). Hipotesis alternatif menyatakan adanya hubungan antarvariabel
sedangkan hipotesis nol menyatakan tidak ada hubungan antarvariabel
(Hidayat, 2017).
Hipotesa (H1) Ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program
bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo. H1 diterima apabila p
< α ( 0,05 ).
21

BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih,tanpa melakukan
perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada
(Arikunto, 2016). Untuk mengetahui korelasi antara satu variabel dengan
variabel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi variabel yang ada
pada suatu objek, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada
objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya
(Notoatmodjo, 2016).
Desain penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.
Pada studi cross sectional dimana subjek diobservasi satu kali saja melalui
pengukuran atau pengamatan pada saat yang bersamaan dengan tujuan untuk
melihat variabel bebas (Independent) dan terkait (Dependent). Dengan judul
Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo.

B. Kerangka Kerja Penelitian


Kerangka kerja penelitian merupakan tahapan dalam suatu penelitian.
Pada kerangka kerja disajikan alur penelitian, terutama variabel yang akan
digunakan penelitian (Nursalam, 2016). Kerangka kerja pada penelitian ini
akan dijelaskan dibawah ini:
22

Populasi
Seluruh Masyarkat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran sebanyak 50
responden Pada Bulan Januari 2022 sebanya 50 responden

Teknik Pengambilan Sampel


Simple Random Sampling

Sampel
Sebagian Masyarkat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran sebanyak 44
Responden

Teknik Pengambilan Data


Data Primer : Kuesioner

Teknik Pengolahan Data


Editing, Scoring, Coding, Tabulating

Analisa Data
Analisa Univariat: Distribusi Frekuensi
Analisa Bivariat: Dengan Uji Spearman Rank

Kesimpulan
H1 diterima jika pvalue ≤α dengan α=0,05
H0 diterima jika pvalue >α dengan α=0,05

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap


Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti tersebut (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang
ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini populasinya
adalah Seluruh Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Sebanyak 50 responden
23

2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011).
Besar sampel dalam penelitian ini adalah:
N
n= 2
1+ N (d)
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumalh populasi
d = tingkat signifikasi (p)
N
Maka : n=
1+ N (d)2
50
n= 2
1+50( 0,05)
50
n=
1+50( 0,0025)
50
n=
1+0,125
50
n=
1,125
n=44,4=44
Sampel penelitian ini sebagian Masyarakat Di Wilayah Kerja
Puskesmas, yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
sebanyak 44 orang (data bulan Januari 2021)

3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2013).
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2013).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan tehnik simple random
sampling yaitu  teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
24

populasi itu. (Nursalam, 2013). Adapun besar sample dalam penelitian ini
sebanyak 44 responden.

D. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu (umur, jenis kelamin, dll).
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang akan terpengaruh/
berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan, atau bisa disebut
variabel bebas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Peran
Masyarakat.
2. Variabel Dependen
Variabel dependenadalah variabel akibat atau variabel tergantung
(Arikunto 2017). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Program
bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

E. Definisi Operasional
Tabel 3.1.Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Paramet Alat Skala Kategori
er / Ukur Data
(menurut peneliti
Indikato
bersifat operasional
r
tidak boleh
bertentangan dengan
teori, bersifat
operasional)
Bebas: Aspek dinamis 1. Kues Ordinal Kategori:
Peran kedudukan (status), Pengeta ioner 1. Baik:
Masyara apabila seseorang huan 10-13
kat melaksanakan hak dan tentang 2. cukup:
kewajibannya sesuai ODGJ 6-9
dengan kedudukannya 2. 3. kurang:
Penanga 1-5
n ODGJ

Terkait: Upaya yang dilakukan 1. Kues Ordinal Kategori:


Program seperti pendidikan Penatala ioner 1. Baik:
bebas kesehatan jiwa, ksanaan 15-20
25

Pasung pencegahan atau ODGJ 2. cukup:


Pada deteksi dini gangguan 9-14
Orang jiwa dan 3. kurang:
Dengan pemberdayaan pada 1-8
Ganggu masyarakat terhadap
an Jiwa penderita gangguan
(ODGJ) jiwa melalui upaya
kegiatan kesadaran,
kepedulian serta
pemahaman terhadap
masalah kesehatan
jiwa warganya

F. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantaran Kabupaten Probolinggo dengan Judul Pengaruh Peran
Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2022 dengan judul
Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo

G. Prosedur Penelitian
Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada
program studi S1 Keperawatan.
1. Mengajukan permohonan ijin kepada Bakesbangpol untuk melakukan
penelitian.
2. Setelah mendapatkan izin, peneliti mengadakan pengumpulan data
penelitian.
3. Peneliti menjelaskan pada calon responden tentang prosedur, manfaat
penelitian dan cara pengisian kuesioner.
26

4. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dengan


meminta dan menandatangani inform consent.
5. Memberikan kuesioner penelitian
6. Menunggu lembar kuesioner penelitian yang sedang diisi oleh responden
selama 10-15 menit.
7. Mengumpulkan kuesioner yang sudah dijawab oleh Responden
8. Peneliti menganalisa data yaitu menggunakan spearman rank dengan
aplikasi SPSS.

H. Pengumpulan data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data (Notoadmodjo, 2016).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan pada variabel
independen dan variabel dependen adalah menggunakan lembar Kuisioner.
1. Uji Validitas
Uji Validitas adalah acuan pada kemampuan instrumen
pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur agar
mendapatkan data yang relevan dengan apa yang harus diukur. Agar
mendapatkan data yang relevan dengan apa yang diukur. (Nasrudin,
2019). Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang
berarti prinsip keandalan instrument dalam mengumpulkan data.
Instrument harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur
(Nursalam, 2017).
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data untuk
mengetahui validitas suatu instrument (dalam hal ini kuesioner)
dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing
variable dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan adalah
korelasi pearson product moment. Suatu variabel (pertanyaan)
dinyatakan valid jika skor variabel tersebut berkorelasi secara
signifikan dengan skor totalnya dengan cara membandingkan nilai r
27

tabel dengan r hitung, bila r (hasil) > r tabel, maka pertanyaan tersebut
valid.
Berdasarkan uji validitas pada kuesioner dengan 10 responden,
dari hasil uji validitas kuisioner mengenai peran masyarakat terdapat
10 pertanyaan, 10 pertanyaan yang valid (nomor 1,2,3,4.5.6.7.8.9 dan
10) diperoleh r hitung minimal 0,720 dan r hitung maksimal 0,920
dengan r tabel 0,632 dan dari hasil uji validitas kuisioner mengenai
program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
terdapat 5 pertanyaan, 5 pertanyaan yang valid (nomor 1,2,3,4, dan 5)
diperoleh r hitung minimal 0,715 dan r hitung maksimal 0,935 dengan
r tabel 0,632.
2. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan
bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali
dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati
sama-sama memegang peranan yang penting dalam waktu yang
bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa reabilitas belum tentu akurat
(Nursalam, 2017).
Uji reabilitas dilakukan untuk memastikan apakah kuesioner
penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data variable
penelitian reliable atau tidak. Kusiner dapat dikatakan reliable jika
kuesioner tersebut dilakukan pengukuran ulang, maka akan
mendapatkan hasil yang sama. Dapat dikatakan reliable apabila nilai
cronbach alpha > 0,6. Dari hasil uji reabilitas diperoleh r alpha
kuesioner peran masyarakat yaitu 0,966 karena r hitung lebih besar
dari r tabel maka pertanyaan tersebut reliable dan dari hasil uji
reabilitas diperoleh r alpha kuesioner program bebas Pasung Pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yaitu 0,954 karena r hitung
lebih besar dari r tabel maka pertanyaan tersebut reliable.
28

2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada
subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan
dalam suatu penelitian (Nursalam, 2016). Metode pengumpulan data
merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan
dalam penelitian (Hidayat, 2017).
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan
kuesioner. Kegiatan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
1. Editing
Pada penelitian ini data yang diperoleh, diteliti kembali dengan
maksud untuk mengetahui kelengkapan data yang diberikan. Setiap
data yang terkumpul dilakukan pengecekan apakah semua data telah
lengkap, jika belum lengkap akan dicari kelengkapannya.
2. Coding
Coding adalah mengklarifikasi jawaban dari para responden
kedalam kategori.
Dalam penelitian ini variabel Peran Keluarga dilakukan
pengkodean jika:
a. Baik diberi kode 1,
b. Cukup diberi kode 2,
c. Kurang diberi kode 3.
Sedangkan variabel penanganan Pasung pengkodean jika:
a. Tepatdiberi kode 1,
b. Tidak Tepatdiberi kode 2,
3. Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang
perlu diberi penilaian atau skor.
Dalam penelitian ini variabel Peran Keluarga dilakukan scoring
jika:
a. Skor Jawaban Ya diberi skor 1,
b. Skor Jawaban Tidak diberi skor 0
29

4. Tabulating
Tabulatingadalah proses pengolahan data yang bertujuan untuk
membuat tabel-tabel yang dapat memberikan gambaran statistik.
Proses ini merupakan tahapan akhir pengolahan data yang sangat
berguna untuk kegiatan selanjutnya yaitu teknik penyajian data. Untuk
variabel dependen yakni Peran Keluarga digunakan lembar kuesioner
yang itu setiap skor dimasukkan ke dalam master tabulasinya dan di
total dan diklasifikasikan sesuai dengan nilai.
a. Peran Keluarga dinyatakan Baik apabila nilainya 75-100%, jika
didapatkan 50-75 dikatakan Cukup dan jika nilai mencapai <50
dikatakan Kurang. Nilai presentasi di dapatkan dari total nilai
kuesioner yang dinyatakan benar dan diolah menggunakan rumus :
SP
n= X100
SM
Kemudian dari hasil rumus tersebut setiap responden dikategorikan
sesuai dengan nilai prosentase.

I. Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai
tujuan pokok penelitian yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2008 : 117). Dalam melakukan
analisis khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik
terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Hidayat,
2007: 122).
Pemilihan uji statistic yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu untuk
menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel Independent yaitu
Peran Masyarakat terhadap variabel Dependent yaitu Program bebas Pasung
Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang skala datanya ordinal
maka digunakan teknik Spearman Rank yang perhitungannya dilakukan
dengan program SPSS, dengan penarikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Bila p value ≤ α (0.05) berarti ada pengaruh peran masyarakat terhadap
program bebas pasung pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo.
30

2. Bila p value > α (0.05) berarti tidak ada pengaruh peran masyarakat
terhadap program bebas pasung pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo.

J. Etika Penelitian
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan
diteliti peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah mengumpulkan data
(Nursalam 2017). Lembar persetujuan ini diberikan kepada setiap
petugas yang masuk dalam kriteria iklusi. Peneliti memberikan pejelasan
tentang maksud dan tujuan peneliti serta pengaruh yang terjadi jika
menjadi responden. Lembar persetujuan diisi secara suka rela oleh
responden dan jika pasien tidak bersedia, maka hak pasien tetap
dijunjung tinggi.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan
3. Confidentility (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari
hasil penelitian baik informasi maupun masalah - masalah lainnya, semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti
dan hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan
pada hasil riset (Hidayat, Alimul Aziz, 2018).
Informasi yang telah diperoleh dari responden dijamin
kerahasiannya. Informasi yang disajikan dalam laporan hanyalah data
yang berhubungan dengan penelitian.
31

K. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan Penelitian yaitu bagian riset keperawatan yang
menjelaskan keterbatasan dalam penulisan riset, dalam setiap penulisan
pasti mempunyai kelemahan – kelemahan yang ada, kelemahan –
kelemahan tersebut ditulis dalam keterbatasan (Hidayat, 2017). Pada saat
penelitian ada sebagian responden yang tidak hadir sehingga peneliti harus
menyesuaikan kembali penelitian yang akan dilaksanakan sehingga hal
tersebut juga dapat memperpanjang waktu penelitian.
1
32

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi lokasi Penelitian


Puskesmas Bantaran kabupaten probolinggo merupakan faskes tingkat
pertama BPJS kesehatan di Kab Probolinggo yang terletak di Jl. Raya
Bantaran, Kec. Bantaran, Kab Probolinggo, Jawa Timur. Type puskesmas
rawat inap.

B. Karakteristik responden
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 Laki – Laki 27 61,4
2 Perempuan 17 38,6
Jumlah 44 100
Sumber : Data primer kuesioner penelitian 2021
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah kelompok laki-laki yaitu
sejumlah 27 responden (61,4%)
2. Karakteristik responden berdasarkan usia.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan
Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo
Pada Bulan Desember 2021.

No Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 25-30 tahun 8 18,2
2 31-35 tahun 14 31,8
3 36-40 tahun 22 50
Jumlah 44 100
Sumber : Data primer kuesioner penelitian 2021

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa karakteristik responden


berdasarkan usia yang terbanyak adalah kelompok usia 36-40 tahun yaitu
sejumlah 22 responden (50%)
33

3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.

No Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 SD 9 20,5
2 SMP 9 20,5
3 SMA 23 52,3
4 Perguruan Tinggi 3 6,8
Jumlah 44 100
Sumber : Data primer kuesioner penelitian 2021
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa karakteristik responden
berdasarkan pendidikan terakhir yang terbanyak adalah kelompok SMA
yaitu sejumlah 23 responden (52,3%)
4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.

No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 Tidak Bekerja 7 15,9
2 Petani 20 45,5
3 Wiraswasta 14 31,8
4 PNS 3 6,8
Jumlah 44 100
Sumber : Data primer kuesioner penelitian 2021
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah kelompok petani yaitu
sejumlah 20 responden (45,5%)

C. Karakteristik variabel
1. Karakteristik responden berdasarkan peran masyarakat
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan
peran masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.

No Peran masyarakat Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 Kurang 3 6,8
2 Cukup 13 29,5
34

3 Baik 28 63,6
Jumlah 44 100
Sumber : Data primer kuesioner penelitian 2021
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa data peran masyarakat
pada responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo kategori terbanyak yaitu baik sejumlah 28 responden
(63,6%)
2. Karakteristik responden berdasarkan Program bebas Pasung Pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan
Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.

No Program bebas Frekuensi (f) Prosentase (%)


Pasung Pada Orang
Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ)
1 Kurang 9 20,5
2 Cukup 16 36,4
3 Baik 19 43,2
Jumlah 44 100
Sumber : Data primer kuesioner penelitian 2021
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa data Program bebas
Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) pada responden
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo,
kategori terbanyak yaitu baik sejumlah 19 responden (43,2%)

D. Tabulasi silang antar Variabel


Tabulasi silang antara peran masyarakat terhadap Program bebas
Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pengaruh peran
masyarakat terhadap Program bebas Pasung Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.
Peran Program bebas Pasung Pada Orang Dengan
masyarakat Gangguan Jiwa (ODGJ)
Baik Cukup Kurang Jumlah
35

f % f % f % f %
Baik 14 50 10 35,7 4 14,3 28 100
Cukup 1 7,7 8 61,5 4 30,8 13 100
Kurang 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 100
Jumlah 16 36,4 19 43,2 9 20,5 44 100
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hasil bahwa peran masyarakat dan
Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah
baik sebanyak 14 responden (50%).

E. Hasil Uji Statistik


Berdasarkan hasil analisis statistic uji Spearman Rank dengan
bantuan software program SPPS for windows dari hasil uji korelasi
tersebut didapatkan bahwa nilai p=0,022 dengan tingkat signifikansi
α=0,05 (p<α=0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa H1 diterima, yang
artinya ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung
Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantaran Kabupaten Probolinggo.
36

BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian “Pengaruh Peran
Masyarakat Terhadap Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo”, dengan
mengacu pada penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan jumlah
sampel 44 responden masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo.

A. Peran Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten


Probolinggo Probolinggo
Berdasarkan data peran masyarakat pada responden Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo kategori terbanyak
yaitu baik sejumlah 28 responden (63,6%)
Masyarakat adalah sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang
menempati pada suatu wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat serta terkait oleh suatu rasa indentitas komunitas.
Masalah yang sering terjadi pada orang dengan gangguan jiwa yaitu
kekambuhannya, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kekambuhan
orang dengan gangguan jiwa yaitu tidak kontrol ke dokter, tidak minum
obat secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa mendapat persetujuan
dari dokter, kurangnya dukungan keluarga dan masyarakat. faktor yang
mempengaruhi kekambuhan klien dengan gangguan jiwa menyatakan
bahwa lingkungan masyarakat tempat tinggal klien yang tidak mendukung
dapat meningkatkan frekuensi kekambuhan. Misalnya masyarakat
menganggap klien gangguan jiwa sebagai individu yang tidak berguna,
mengejek klien, mengucilkan klien dan seterusnya. perilaku di pengaruhi
oleh tiga faktor yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan
tindakan atau praktik (practice). Sikap masyarakat dapat berupa
authoritarianism yaitu mengacu pada pandangan seseorang pada gangguan
jiwa sebagai seseorang yang lemah dan membutuhkan penanganan yang
37

kasar; benevolence yaitu mengacu pada pandangan humanistik dan


simpatik terhadap orang dengan gangguan jiwa; social restrictivenes yaitu
sesuai dengan keyakinan bahwa orang dengan gangguan jiwa merupakan
ancaman bagi masyarakat dan harus dihindari dan Community Mental
Health Ideology. yaitu mengacu pada penerimaan layanan kesehatan
mental dan pasien gangguan jiwa di masyarakat namun tidak dilingkungan
tempat mereka tinggal. (RESTU, 2018)
Menurut peneliti berpendapat bahwa banyak orang menilai
gangguan jiwa merupakan salah satu penyakit yang memalukan, sebagai
aib keluarga, bahkan ada yang berpendapat sebagai sampah sosial.
Sehingga sebagian masyarakat memperlakukan orang dengan gangguan
jiwa secara diskriminatif, perlakuan yang kasar, pemasungan dan
terkadang dilempari batu serta diejek oleh anakanak. pendidikan sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat tentang ODGJ bebas
pasung. Berdasarkan data karakteristik responden berdasarkan pendidikan
terakhir yang terbanyak adalah kelompok SMA yaitu sejumlah 23
responden (52,3%) semakin tinggi tingakat pendidikan seseorang, semakin
baik pula pemahaman tentang ODGJ bebas pasung. Sehingga dengan
pengetahuan yang cukup masyarakat dapat berperan penting dalam
program bebas pasung pada ODGJ.

B. Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di


Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan data Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) pada responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo, kategori terbanyak yaitu baik sejumlah 19 responden
(43,2%)
Pasung merupakan tindakan pengekangan, pembatasan aktivitas
secara fisik, menggunakan berbagai jenis alat seperti rantai, belenggu, tali,
balok kayu, kurungan, diasingkan, atau dirantai pada ruangan terasing.
Tindakan pasung dilakukan pada pasien gangguan jiwa kronik, disertai
perilaku agresif, kekerasan, amuk, halusinasi yang berisiko menciderai diri
38

sendiri, orang lain atau lingkungan. Upaya bebas pasung merupakan program
prioritas yang harus dicapai pemerintah pada tahun 2019. Saat ini upaya
bebas pasung telah dilaksanakan dengan baik, permasalahan baru muncul
setelah masa pengobatan selesai dan harus kembali kepada keluarga dan
masyarakat. Keluarga tidak menghendaki pasien kembali kepada keluarga,
diabaikan, kembali kambuh atau menjadi gelandangan psikotik. (Daulima,
2014; Wahyuningsih, 2014)
Peneliti berpendapat bahwa peran masyarakat adalah sikap, tindakan
dan penerimaan masyarakat terhadap penderita yang sakit,masyarakat
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan dengan demikian tindakan
pemasungan merupakan kegagalan masyarakat dalam memberikan dukungan
untuk membawa pasien ke tempat pelayanan kesehatan, tindakan
pemasungan hanya memperparah kondisi penderita gangguan jiwa tersebut.

C. Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program Bebas Pasung Pada


Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantaran Kabupaten Probolinggo.
Berdasarkan tabulasi silang didapatkan hasil bahwa peran masyarakat
dan Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
adalah baik sebanyak 14 responden (50%). Berdasarkan hasil analisis statistic
uji Spearman Rank dengan bantuan software program SPPS for windows dari
hasil uji korelasi tersebut didapatkan bahwa nilai p=0,022 dengan tingkat
signifikansi α=0,05 (p<α=0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa H1
diterima, yang artinya ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program
bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo.
Pasung adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia dan
pengabaian sebagaimana tercantum dalam deklarasi Perserikatan Bangsa
Bangsa. Pemerintah Indonesia telah membuat peraturan sebagai pedoman
dalam penanganan gangguan mental sebagaimana tercantum dalam UU RI
no. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa (UU RI No. 18), tetapi masih
39

banyak penderita gangguan mental yang ditemukan pasung (Ministry of


Health, 2015)
Pemasungan menyebabkan terbatasnya pemenuhan kebutuhan dasar
hidup yang layak, termasuk kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan ODGJ
yang dipasung (Halida, Dewi, & Rasni, 2016). Pasien yang dipasung dalam
waktu lama akan mengalami atropi otot, tidak bisa lagi berjalan, mengalami
cedera hingga pasien harus di terapi jika pasien tersebut dilepaskan dari
pasung (Puteh, 2011; Malfasari, Keliat, & Helena (2016). Dampak lain
pemasungan yaitu penderita mengalami trauma, dendam kepada keluarga,
merasa dibuang, rendahdiri, dan putus asa, muncul depresi dan gejala niat
bunuh diri (Lestari, Choiriyyah, & Mathafi, 2014).
Peneliti berpendapat bahwa peran masyarakat sangat dibutuhkan agar
penderita bisa menjalani proses penyembuhannya. Peran masyarakat
dibutuhkan agar pasien dapat mengakses pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan medikasi dengan teratur dan memastikan pasien meminum obat
yang sudah didapatkan sesuai dengan ketentuan.
Semakin baik peran masyarakat dalam penanganan ODGJ semakin berkurang
juga tindakan pemasungan pada ODGJ di masyarakat. Tindakan pemasungan
dapat merugikan pasien, Selain pasien mengalami trauma pada saat
pemasungan, pasien setelah dilakukan pemasungan dapat atropi otot pada
kaki.
40

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Peran masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo kategori terbanyak yaitu baik sejumlah 28 (63,6%)
2. Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo, kategori
terbanyak yaitu baik sejumlah 19 (43,2%)
3. Ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantaran Kabupaten Probolinggo dengan nilai p value = 0,022 < α = 0,05

B. Saran
1. Saran bagi responden
Diharapkan bagi responden dapat menerapkan program bebas
pasung dengan menolak untuk dipasung dan mau berobat di puskesmas
terdekat.
2. Saran bagi tempat penelitian
Diharapkan kepada masyarakat dapat mengembangkan dan
memberikan edukasi melalui para petugas kesehatan untuk untuk
meningkatkan pengetahuan tentang program bebas pasung pada ODGJ Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo.
3. Saran bagi bagi tenaga kesehatan di tempat penelitian
Diharapkan kepada tenaga kesehatan perawat atau bidan yang ada
diwilayah tersebut tetap memantau pasien ODGJ dan masyarakat agar
tidak ada lagi pemasungan, serta memberikan pengarahan tentang program
bebaspasung dan pentingnya berobat di puskesmas terdekat.
4. Saran bagi Peneliti selanjutnya
Dari penelitian ini didapatkan bahwasanya faktor program bebas
pasung dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, pendidikan, pekerjaan.
Selain itu program bebas pasung terdiri dari peran keluarga, masyarakat,
41

promosi kesehatan, pergerakan kader dan pengobatan. Sehingga


diharapkan peneliti selanjutnya agar dapat melihat terkait faktor lain yaitu
peran keluarga untuk diteliti lebih detail
.
42

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2016. Manajemen Penelitian. Asdi Mahasa, Jakarta.

Bandura, A. 2016. Moral disengagement: How people do harm and live with
themselves. New York: Worth.

Dharma, Kusuma Kelana (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan.


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta, Trans
InfoMedia.

Duke, James A., 2014. Proceedings of the National Academy of Sciences. 2nd ed.
New York: CRC Press LLC. p.529.

Hidayat, S. S. dkk. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana, Edisi Revisi –


Juli. 2015. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Hurlock, E. (2010). Child Development 5th edition. Jakarta: Erlangga.

Meggitt, Carolyn. 2013. Memahami Perkembangan Anak. PT Indeks, Jakarta

Muhammad, A. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2016). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika.

Pervin, Lawrence. A, Daniel Cervone, 2012. Psikologi Kepribadian Teori dan


Penelitian X, Jakarta: Saelmba Humanika

Saryono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Alfabeta.


43

Lampiran 1

SURAT IJIN MELAKUKAN PENELITIAN


44

Lampiran 2

SURAT BALASAN TEMPAT PENELITIAN


45

Lampiran 3

INFORMED CONSENT

Kepada :
Yth.
Di Tempat

Dengan Hormat,
Dengan ini saya, Iwan Dian Ekowanto , Mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan IIK Strada Kediri, bermaksud akan mengadakan penelitian
dengan Judul “Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas
Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo” yang merupakan tugas akhir
sebagai syarat kelulusan Program Studi S1 Keperawatan IIK Strada Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, saya mohon bantuan untuk
bersedia menjadi responden (sampel) penelitian saya, dengan cara mengisi
angket yang saya berikan. Dan saya menjamin atas kerahasiaan nama dan
alamat responden serta isi dari jawaban angket yang saya berikan.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaannya saya
ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

IWAN DIAN EKOWANTO


NIM. 2011A0142
46

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN


PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : …………………………….
Umur : …………………………….
Alamat : …………………………….
Dengan ini menyatakan bersedia mengikuti penelitian tentang
“Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantaran Kabupaten Probolinggo”,yang dilakukan oleh Mahasiswa S1
Keperawatan IIK StradaIndonesia yang bernama : IWAN DIAN EKOWANTO,
dengan NIM : 2011A0142
Demikian lembar persetujuan kami ini untuk dapatnya digunakan
sebagaimana mestinya.

Kediri, Desember 2021

Responden
47

Lampiran 5
LEMBAR KUISIONER
PERAN MASYARAKAT

Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :

No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah anda tau pengertian tentang
ODGJ?
2 Apakah ada tau ciri-ciri ODGJ?
3 Apakah anda memperlakukan
ODGJ dengan baik? Misalnya tidak
mengucilkannya
4 Apakah anda melakukan
pemasungan pada ODGJ?
5 Apakah anda mendukung jika
dilingkungan anda ada tindakan
pasung pada ODGJ
6 Apakah anda melaporkan dan
merujuk ODGJ yang dipasung ke
pusat layanan kesehatan terdekat?
7 Apakah anda berinisiatif
memberikan informasi kepada
keluarga ODGJ tentang program
bebas pasung?
8 Apakah anda mempunyai persepsi
yang positif terhadap program
bebas pasung dipasung pada ODGJ
48

9 Apakah anda memiliki antusiasme


untuk memberikan penatalaksanaan
yang lebih tepat pada ODGJ?
10 Apakah anda memiliki informasi
tentang konsep bebas pasung pada
penanganan ODGJ di masyarakat
49

LAMPIRAN 6
LEMBAR KUISIONER
PROGRAM BEBAS PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
(ODGJ)

Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :

No. Panduan pertanyaan Keterangan


1 Apakah pasien pernah dipasung /  Ya
diasingkan / dikekang atau  Tidak
diperlakukan (dilakukan pembatasan
ruang regak) dengan tindakan
menyerupai pasung?
(Silakan diceklis di kotak kecil pada
kolom keterangan. Jika jawaban ya,
lanjut ke poin berikutnya. Jika
jawaban tidak, langsung dilanjutkan ke
poin 5)
2 Dalam waktu 1 tahun terakhir, sudah  1 Kali
berapa kali pasien dilakukan tindakan  2 kali
pemasungan?  >3 kali
(Pemeriksa melengkapi sesuai
pernyataan keluarga pasien)
3 Kapan biasanya pasien dilakukan  Saat pasien kumat saja
tindakan pemasungan? (seperti : mengamuk,
(Silakan diceklis di kotak kecil pada keluyuran, mengganggu
kolom keterangan) orang, merusak barang)
 Saat menjelang malam hari
50

saja
 Setiap saat (termasuk di saat
pasien tidak kumat)
4 Adakah alasan khusus yang membuat  Tidak
bapak/ibu melakukan tindakan  Ada
pemasungan terhadap pasien?
(Pemeriksa melengkapi sesuai
pernyataan keluarga pasien)

5 Menurut bapak/ibu, apakah bapak/ibu  Setuju,


setuju terhadap tindakan pasung untuk karena...............................
orang dengan gangguan jiwa (orang
gila)?
(Silakan diceklis di kotak kecil pada  Ragu-ragu,
kolom keterangan dan dilengkapi karena…………………
dengan alasan dari opsi yang dipilih)

 Tidak setuju,
karena………………
51

Lampiran 7

HASIL UJI VALIDITAS REABILITAS


PERAN MASYARAKAT

1. VALIDITAS

Scale Variance ifCorrected


Item Item-Total
Cronbach's Alpha if Item
Scale Mean if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
Pertanyaan 1 19,40 95,156 ,743 ,962
Pertanyaan 2 19,80 96,178 ,764 ,961
Pertanyaan 3 19,70 95,344 ,834 ,959
Pertanyaan 4 19,10 94,320 ,720 ,921
Pertanyaan 5 19,20 95,007 ,728 ,942
Pertanyaan 6 19,90 95,656 ,771 ,961
Pertanyaan 7 19,90 97,433 ,863 ,958
Pertanyaan 8 19,80 97,067 ,920 ,957
Pertanyaan 9 19,90 97,433 ,863 ,958
Pertanyaan 10 19,80 97,067 ,728 ,962

2. REABILITAS

Cronbach’s Alpha

0,966 15
52

Lampiran 8

HASIL UJI VALIDITAS REABILITAS

PROGRAM BEBAS PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN


JIWA (ODGJ)

1. VALIDITAS

Scale Variance Corrected


if Item Item-Total
Cronbach's Alpha if Item
Scale Mean if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
Pertanyaan 1 5,70 5,789 ,870 ,940
Pertanyaan 2 5,60 6,044 ,879 ,939
Pertanyaan 3 5,70 5,789 ,935 ,940
Pertanyaan 4 5,10 5,022 ,615 ,919
Pertanyaan 5 5,70 5,789 ,870 ,940

2. REABILITAS

Cronbach’s N of items

Alpha

0,954 12
53

Lampiran 9

HASIL UJI STATISTIK

JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
LAKI-LAKI 27 61.4 61.4 61.4
Valid PEREMPUAN 17 38.6 38.6 100.0
Total 44 100.0 100.0

USIA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
25-30 tahun 8 18.2 18.2 18.2
31-35 tahun 14 31.8 31.8 100.0
Valid
36-40 tahun 22 50.0 50.0 68.2
Total 44 100.0 100.0

PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
TIDAK
7 15.9 15.9 15.9
BEKERJA
PETANI 20 45.5 45.5 61.4
Valid WIRASWASTA 14 31.8 31.8 93.2
PNS 3 6.8 6.8 100.0
Total 44 100.0 100.0

PENDIDIKAN TERAKHIR
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid SD 9 20.5 20.5 20.5
SMP 9 20.5 20.5 93.2
SMA 23 52.3 52.3 72.7
PERGURUAN 3 6.8 6.8 100.0
TINGGI
54

Total 44 100.0 100.0

PERAN MASYARAKAT

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
BAIK 28 63.6 63.6 63.6
CUKUP 13 29.5 29.5 93.2
Valid
KURANG 3 6.8 6.8 100.0
Total 44 100.0 100.0

PROGRAM BEBAS PASUNG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
BAIK 19 43.2 43.2 79.5

Valid CUKUP 16 36.4 36.4 36.4


KURANG 9 20.5 20.5 100.0
Total 44 100.0 100.0

Peran Masyarakat * Program Bebas Pasung Crosstabulation

Program Bebas Pasung Total

Kurang Cukup Baik


Count 1 8 4 13
Kurang % within peran
7.7% 61.5% 30.8% 100.0%
masyarakat
Count 14 10 4 28
Peran
Baik % within peran
Masyarakat 50.0% 35.7% 14.3% 100.0%
masyarakat
Count 1 1 1 3
Cukup % within peran
33.3% 33.3% 33.3% 100.0%
masyarakat
Count 16 19 9 44
Total % within peran
36.4% 43.2% 20.5% 100.0%
masyarakat
55

Correlations

Peran Program Bebas


Masyarakat Pasung

Correlation
1.000 .344*
Coefficient
Peran Masyarakat
Sig. (2-tailed) . .022
Spearman N 44 44
's rho Correlation
.344* 1.000
Coefficient
Program Bebas Pasung
Sig. (2-tailed) .022 .
N 44 44
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
56

Lampiran 10

LEMBAR KONSULTASI
No Tanggal/ Materi yang dikonsulkan Hasil Konsul TTD Dosen

Tahun
1 09/08/21 Konsul proposal bab 1,2,3 Sudah diperbaiki bab
1,2,3 sesuai arahan
2 01/09/21 Konsul revisi proposal bab 1 Sudah dilengkapi bab
1,2,3
3 08/09/21 Konsul proposal bab 1,2,3 Sudah dilengkapi bab
1,2,3
4 24/09/21 Konsul proposal bab 1,2,3 ACC
5 31/09/21 Konsul proposal bab 1,2,3 ACC
untuk ujian
6 23/10/21 Konsul bab 1 sampai bab 6 Sudah diperbaiki bab 1
sampai bab 6
7 20/5/22 Konsul bab 1 sampai bab 6 Sudah diperbaiki:
 Penulisan cover luar
dan dalam “Times
new rowman 12”
 Surat pernyataan
keaslian tulisan
sudah ditambahkan
ttd beserta matrai
Rp.10.000
 Penulisan bab 1-6
sudah diperbaiki
 Penulisan abstrak
sudah diperbaiki
 Penulisan bagan
diganti dengan
gambat
 Penulisan tabel
sudah diperbaiki
 Surat penelitian
sudah ditambahkan
 Lembar konsultasi
sudah ditambahkan
 Dokumentasi
penelitian sudah
ditambahkan
57

Lampiran 11

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai