Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH PERAN MASYARKAT TERHADAP PROGRAM BEBAS

PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTARAN KABUPATEN
PROBOLINGGO

SKRIPSI

Oleh :
IWAN DIAN EKOWANTO
NIM.2011A0142

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KEDIRI
2021
PENGARUH PERAN MASYARKAT TERHADAP PROGRAM BEBAS
PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTARAN KABUPATEN
PROBOLINGGO

SKRIPSI

Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Program Studi S1 Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia Kediri

Oleh :
IWAN DIAN EKOWANTO
NIM.2011A0142

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KEDIRI
2021

LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH PERAN MASYARKAT TERHADAP PROGRAM BEBAS
PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTARAN KABUPATEN
PROBOLINGGO

SKRIPSI

Diajukan Oleh

IWAN DIAN EKOWANTO


NIM.2011A0142

TELAH DISETUJUI
Kediri, 26 Oktober 2021

Dosen Pembimbing

Novita Ana Anggraeni,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN.0720048605

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr.Byba Melda Suhita,S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN.070737901
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PERAN MASYARKAT TERHADAP PROGRAM BEBAS
PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTARAN KABUPATEN
PROBOLINGGO

Diajukan Oleh

IWAN DIAN EKOWANTO


NIM.2011A0142

Proposal telah diuji dan dinilai


oleh Panitia Penguji
Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan kebidanan
Institut ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Pada: Selasa, 26 Oktober 2021

Ketua Penguji
Yenny Puspitas Sari,S.Kep.,Ns.,M.Ke ( )

Anggota Penguji

Novita Ana Anggraeni,S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

Heri Saputro,S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr.BybaMelda Suhita,S.Kep.,Ns.,M.Kes
NIDN.0707037901
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-nya yang berlimpah, sehingga penyusunan

proposal yang berjudul “Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program Bebas

Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo” sebagai salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan pada program studi Prodi S1

Keperawatan Fakultas Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Strada

Indonesia.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak

maka proposal ini tidak dapat terwujud, untuk ini dengan segala kerendahan hati

perkenankan kami menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr.dr. Sentot Imam Suprapto.,MM, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan

STRADA Indonesia

2. Dr. Byba Melda Suhita,S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

3. Novita Ana Anggraeni,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Pembimbing yang sudi

meluangkan waktu untuk membimbing.

4. Kedua Orang tua yang selalu memberikan do’a terbaik untuk kelancaran

dalam masa studi pendidikan.

5. Semua teman seperjuangan dalam suka dan duka yang membantu demi

terselesaikan Usulan Penelitian ini.


Akhirnya semoga bimbingan dan bantuan beliau di catat sebagai amal baik

oleh tuhan yang maha kuasa, semoga proposal yang masih jauh dari

kesempurnaan ini juga bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan.

Kediri, Desember 2021

Peneliti
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : IWAN DIAN EKOWANTO


NIM : 2011A0142
Program Studi : SI Keperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan
Strada Indonesia
Judul Skripsi : Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Penanganan Pasung
Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal yang saya tulis ini benar
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri dan
belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai
jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi mana pun.

Kediri, 26 Oktober 2021


Yang Membuat Pernyataan

IWAN DIAN EKOWANTO


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR........................................................................... i


HALAMAN JUDUL DALAM....................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN................................................................................ vii
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1


.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Peran............................................................................... 17
B. Konsep Masyarakat....................................................................... 19
C. Konsep Peran Masyarakat............................................................. 23
D. Konsep Pasung ............................................................................. 24
E. Konsep Program Bebas Pasung .................................................... 29
F. Hubungan Peran Masyarakat dengan Program Bebas Pasung
pada ODGJ.................................................................................... 32
G Kerangka Konsep.......................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian......................................................................... 36
.....................................................................................................
B. Kerangka Kerja Penelitian........................................................... 37
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 38
D. Variabel Penelitian....................................................................... 39
E. Lokasi dan Waktu penelitian....................................................... 39
F. Prosedur Penelitian...................................................................... 40
G. Tekhnik Pengumpulan Data........................................................ 40
H. Analisa Data................................................................................. 43
I. Etika Penelitian............................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 45
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................... 6


DAFTAR BAGAN

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap


Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo ……………………………………………………. 19
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Melakukan Penelitian

Lampiran 2 Inform Concent

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 Kuesioner Peran Masyarakat

Lampiran 5 KuesionerProgram Bebas Pasung

Lampiran 6 Uji Validitas dan Reabilitas Peran Masyarakat

Lampiran 7 Uji Validitas dan Reabilitas Program Bebas Pasung


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Jiwa dapat diartikan sebagai orang dengan gangguan jiwa

yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan

dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk

sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat

menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi orang tersebut sehingga tidak

dapat produktif secara sosial dan ekonomi. Gangguan jiwa dapat dibagi

menjadi gangguan jiwa ringan dan gangguan jiwa berat (Riskesdas, 2013

dalam Kementrian Kesehatan, R. I, 2013)

Masalah kesehatan jiwa saat ini merupakan ancaman, meskipun tidak

menyebabkan kematian, secara langsung namun dapat menyebabkan kerugian

karena ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) tidak menjadi produktif bahkan

seringkali tergantung pada keluarga atau masyarakat sekitar. Orang dengan

Gangguan jiwa (ODGJ) merupakan orang yang mengalami gangguan dalam

pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan

gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan

penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

Masalah ODGJ menimbulkan beban besar terhadap keluarga,teman,

masyarakat, maupun pemerintah. Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah

orang yang memiliki gangguan pikiran, perilaku, perasaan yang tercermin

dalam sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang signifikan serta dapat
menimbulkan penderitaan, hambatan dalam menjalani fungsi kehidupan

sebagai manusia (Presiden RI UUNo.18 tahun 2014).

Menurut data WHO (2016), kesehatan jiwa masih menjadi salah satu

permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, terdapat sekitar 35 juta

orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena

skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.

Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial

dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus

bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan

produktivitas manusia. Didapatkan data 14% dari seluruh keluarga yang

memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa masih melakukan

pemasungan, bahkan 31,5% pemasungan terjadi dalam 3 bulan terakhir.

(Riskesdas, 2018)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang atau

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bantaran tentang Orang dengan

gangguan jiwa yang mengalami pemasungan dengan metode wawancara

didapatkan 7 orang (70%) mengatakan bahwa masyarakat harus lebih ikut

andil dalam penatalaksanaan pemasungan terhadap ODGJ dengan

pertimbangan yang tepat sehingga bisa membuat perubahan terhadap ODGJ

tersebut sedangkan 3 orang (30%) mengatakan bahwa tindakan atau

penatalaksanaan pemasungan pada ODGJ adalah tindakan yang kurang tepat

untuk pemulihan ODGJ tersebut.

Human Right Watch (2016) mendefinisikan bahwa pasung adalah satu

bentuk pengekangan yang secara tradisional dipakai di Indonesia, tanpa akses


pada perawatan kesehatan jiwa dan layanan pendukung lain, untuk membatasi

orang yang dianggap atau mengalami disabilitas psikososial di dalam atau di

luar rumah. Pengekangan ini berupa mengikat orang atau menguncinya di

kamar, gudang, atau kurungan atau kandang hewan (termasuk kandang ayam,

kandang babi, atau kandang kambing) selama beberapa jam tapi bisa pula

berhari-hari hingga bertahun-tahun. Pasung biasanya dilakukan secara

tradisional dengan menggunakan kayu atau rantai pada kaki, tetapi juga

tindakan pengekangan yang membatasi gerak, pengisolasian, termasuk

mengurung dan penelantaran, yang menyertai salah satu metode pemasungan.

Tindakan pasung dilakukan oleh pasien gangguan jiwa kronis, disertai dengan

perilaku agresif, kekerasan, mengamuk, dan halusinansi yang beresiko

menciderai diri sendiri maupun orang lain dilingkungannya. Pemasungan

merupakan kegagalan keluarga dalam mendukung keluarga untuk membawa

pasien ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat, tindakan pemasungan itu

hanya memperparah kondisi gangguan jiwa. Pemasungan itu sendiri dapat

menyebabkan terbatasnya pemenuhan kebutuhan dasar hidup, termasuk

kesehatan, pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang dipasung dalam waktu

yang lama akan mengalami atropi otot, tidak mampu berjalan, mengalami

cidera. Dampak lain dari pemasungan itu sendiri pasien mengalami trauma,

dendam kepada keluarga, merasa terbuang, rendah diri, dan putus asa, bisa

jadi muncul depresi dan berniatan melakukan bunuh diri (Yususf, 2017).

Berdasarkan hal tersebut dukungan psikososial maupun finansial dari

masyarakat diperlukan untuk mengurangi beban yang ditanggung keluarga.

Keluarga memiliki beberapaalasan untuk merawat anggota keluarga yang


mengalami gangguan jiwa di rumah, faktor utamanya adalah keluarga tidak

tahu bahwa gangguan jiwa dapat diobati, adanya stigma dan diskriminasi

sehingga keluarga merasa malu, dan tidak memiliki biaya untuk

memeriksakan anggota keluarga ke pusat layanan kesehatan (Yogyo,

Andarini, dan Lestari, 2015). Pemasungan dipilih dengan beberapa

pertimbangan,yang meliputi: masyarakat dan keluarga takut anggota keluarga

akan bunuh diri dan atau melakukan perilaku kekerasan kepada orang lain,

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa,

atau karena pemerintah tidak memberikan pelayanan kesehatan jiwa dasar

pada klien gangguanjiwa (Yogyo, Andarini, dan Lestari, 2015; Lestari

&Wardhani, 2014). Ketidakberdayaan keluarga dalam menangani perilaku

kekerasan ODGJ mengakibatkan keluarga mengambil keputusan untuk

melakukan pasung. Pasung (confinement) adalah tindakan untuk

mengendalikan klien gangguan jiwa yang tidak terkontrol oleh masyarakat

biasa atau non profesional (Eka & Daulima, 2019).

Menurut Notoatmodjo (2018), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Dengan kata lain, sikap belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan

suatu kecenderungan (predisposisi) untuk bertindak terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.

Banyak penelitian membuktikan bahwa sikap mempunyai korelasi yang

positif terhadap perilaku. Metode pemasungan tidak terbatas pada pemasungan

secara tradisiona l(menggunakan kayu atau rantai pada kaki), tetapitermasuk

tindakan pengekangan lain yang membatasi gerak, pengisolasian, termasuk


mengurung, danpenelantaran (Riskesdas, 2018). Pasung merupakan tindakan

yang bertujuan untuk membatasi gerak danaktivitas dari klien gangguan jiwa

yang diharapkan keluarga untuk mencegah klien menciderai diri

sendirimaupun orang lain (Halvorsen, 2018).

Menurut Keliat (2015) dalam faktor yang mempengaruhi kekambuhan

klien dengan gangguan jiwa menyatakan bahwa lingkungan masyarakat

tempat tinggal klien yang tidak mendukung dapat meningkatkan frekuensi

kekambuhan. Misalnya masyarakat menganggap klien gangguan jiwa sebagai

individu yang tidak berguna, mengejek klien, mengucilkan klien dan

seterusnya. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan dengan judul “Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program

Bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah

pada penelitian ini adalah : Apakah Ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap

Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di

Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo?


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis “Pengaruh Peran

Masyarakat Terhadap Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan

Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran

Kabupaten Probolinggo”.

2. Tujuan Khusus

1 Mengidentifikasi Peran Masyarakat Pada Orang Dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten

Probolinggo

2 Mengidentifikasi Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan

Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran

Kabupaten Probolinggo.

3 Menganalisis Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program Bebas

Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu di bidang

Psikologi Perkembangan dalam kajian variabel pengaruh peran

masyarakat terhadap program bebas pasung pada orang dengan gangguan

jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten

Probolinggo.
2. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada

masyarkat mengenai program bebas pasung pada orang dengan

gangguan jiwa (ODGJ).

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada

masyarakat mengenai program bebas pada orang dengan gangguan

jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten

Probolinggo
20

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Peran

1. Definisi Peran

istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong,

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di masyarakat. Menurut Abu Ahmadi (2009) peran adalah

suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus

bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan

fungsi sosialnya.

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2010), yaitu peran

merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka

ia menjalankan suatu peranan. Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat

pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan sebelumnya disebut

sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif dalam hubungannya

dengan tugas dan kewajiban dinas perhubungan dalam penegakan hukum

mempunyai arti penegakan hukum secara total enforcement, yaitu

penegakan hukum secara penuh,(Soerjono Soekanto 2017).

Sedangkan peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang

diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan tersebut. Misalnya dinas

perhubungan sebagai suatu organisasi formal tertentu diharapkan

berfungsi dalam penegakan hukum dapat bertindak sebagai pengayom


21

bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan ketertiban, keamanan yang

mempunyai tujuan akhir kesejahteraan masyarakat, artinya peranan yang

nyata, (Soerjono Soekamto).

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang

dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan

kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan hak-hak

dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia

menjalankan suatu fungsi.Hakekatnya peranjuga dapat dirumuskan sebagai

suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan

tertentu. Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu

harus dijalankan.

Peran yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang

dimainkan / diperankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah

akan mempunyai peran yang sama Peran merupakan tindakan atau

perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di

dalam status sosial, syarat-syarat peran mencangkup 3 (tiga) hal, yaitu:

Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan

oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.Peran juga

dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur

sosial masyarakat.

Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena

suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan


22

untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan

terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota

masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling

ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang

dinamakan peran (role). Peran merupakan aspek yang dinamis dari

kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya makaorang yang bersangkutan

menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih

jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang pengertian peran,

(Miftah Thoha, 2016).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa

peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang

atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau

kedudukan tertentu. Berdasarkan hal-hal diatas dapat diartikan bahwa

apabila dihubungkan dengan dinas perhubungan, peran tidak berarti

sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan merupakan tugas dan

wewenang dinas perhubungan. peraturan yang membimbing seseorang

dalam kehidupan kemasyarakatan.

B. Konsep Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

a. Menurut Linton (ahli antropologi)

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama

hidup bekerja sama sehingga dapat mengorganisasi dirinya dan berfikir


23

tentang dirinya sebagai satu kesatuan social dengan batas-batas

tertentu.

b. Menurut MJ. Herskovits

Masyarakat adalah kelompok individu yang dikoordinasikan dan

mengikuti satu cara hidup tertentu.

c. Menurut JL. Jillin dan JP. Jillin

Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai

kebiasaan tradisi sikap dan perasaan persatuan yang sama.

d. Menurut Prof. DR. Koentjoroningrat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu system adat istiadat tertentu yang berkesinambungan dan terikat

oleh suatu rasa identitas bersama.

2. Ciri-ciri Masyarkat

a. Interaksi antar warga.

b. Adat istiadat, norma hokum dan aturan khas yang mengatur seluruh

penduduk warga kota atau desa.

c. Satuan komunitas dalam wilayah.

d. Satuan rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.

3. Unsur – unsur Masyarakat

a. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan

bekerja sama disuatu daerah tertentu dengan bermata pencaharian dari

sector agraris.
24

b. Masyarakat kota adalah suatu himpuman penduduk tidak agraris yang

bertempat tinggal di dalam dan disekitar suatu kegiatan ekonomi,

pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan dsb.

c. Masyarakat pinggiran adalah masyarakat yang tinggalnya di daerah-

daerah pinggiran kota yang kehidupannya selalu diwarnai dengan

kegelisahan dan kemiskinan dan mencari nafkahnya dengan cara

menjadi pemulung. (Syafrudin. 2009).

4. Masyarakat berdasarkan taraf struktur sosial dan kebudayaan,

masyarakat terdiri dari:

a. Masyarakat sederhana

b. Masyarakat madya

c. Masyarakat modern

5. Masyarakat berdasarkan mata pencaharian :

a. Masyarakat pemburu

b. Masyarakat peternak

c. Masyarakat peladang

d. Masyarakat nelayan

e. Masyarakat petani. (Syafrudin, 2009)

6. Kategori Masyarakat

a. Kategori social adalah kesatuan manusia yang terwujut karena adanya

suatu ciri-ciri yang objektif yang dikenakan pada manusia-


25

manusianya, seperti: seks, usia, pendapatan dll. Dilakukan kategori

bila kriterianya sbb:

1) Tidak ada interaksi antar anggota.

2) Tidak ada ikatan moral bersama yang dimiliki.

3) Tidak ada harapan-harapan peran.

b. Golongan social adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh

suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu dikenalkan kepada

mereka dari pihak luar kalangan mereka sendiri. Misalnya: golongan

pemuda, gelandangan dan pengemis.

c. Komunitas

Adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati wilayah yang

nyata dan berinteraksi menurut suatu system adat istiadat, terikat identitas

komunitas dan memiliki patriotism dan nasionalisme. Misalnya kesatuan-

kesatuan seperti kota, desa, RW, pengrajin, petani dll.

d. Kelompok dan himpunan

1) Kelompok adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi antar

anggotanya, mempunyai adt istiadat tertentu norma-norma

berkesinambungan dan adanya rasa identitas yang sama serta

mempunyai organisasi dan sistem pimpinan.

2) Himpunan adalah kesatuan manusia yang berdasarkan sifat tugas

dan atau guna, sifat hubungan berdasarkan kotrak, dasar

organisasinya buatan, pimpinan berdasarkan wewenang dan

hokum. Misalnya PPNI, IDI, IBI, IAKMI, dll. (Syafrudin, 2009).


26

C. Konsep Peran Masyarakat Tentang ODGJ yang mengalami Pemasungan

Peran Masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki

kemampuan yang baik untuk mempersepsikan tindakan pemasungan pada

klien gangguan jiwa di masyarakat. Sebaliknya pada masyarakat dengan

pendidikan rendah kemungkinan informasi yang didapatkan juga lebih sedikit

dan ada kesulitan untuk mengolah informasi, sehingga memiliki persepsi

negatif pada klien gangguan jiwa yang mengalami pemasungan. Collins

(2012) juga menyebutkan bahwa stigma dapat dikurangi dengan tiga cara,

yaitu protes, pendidikan, dan kontak. Meningkatnya pendidikan yang

bersinergi dengan meningkatnya pengetahuan, merupakan faktor yang

berhubungan dengan sikap yang lebih positif dan menguntungkan (Van der

Kluit dan Goossens, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Teresha (2015)

mengungkapkan bahwa masyarakat yang pengetahuannya tinggi tentang

gangguan jiwa bisa memberikan sikap yang lebih positif terhadap ODGJ serta

Mestdagh (2013) menyebutkan bahwa perawatan klien gangguan jiwa

berbasis masyarakat tidak akan terhambat, jika masyarakat mau bersosialisasi

dengan kilen gangguan jiwa. Pendidikan mempunyai peran yang penting

dalam meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat tentang gangguan

mental. Pendidikan kesehatan yang disampaikan melalui media massa dapat

digunakan sebagai media mensosialisasikan pengetahuan tentang kesehatan

mental sehingga dapat menyadarkan masyarakat bahwa gangguan mental

dapat hidup normal dan harus dilayani secara adil (Husniati, 2016).

Masyarakat yang bekerja mempunyai persepsi yang positif terhadap

ODGJ yang dipasung. Masyarakat yang bekerja mempunyai persepsi yang


27

positif terhadap ODGJ yang dipasung. Masyarakat yang bekerja tentu lebih

terpapar dengan lingkungan luar yang lebih luas dan pendidikan yang tinggi.

Situasi ini mendukung untuk peningkatan informasi yang positif. Masyarakat

yang bekerja memiliki cukup informasi tentang konsep pasung pada

penanganan ODGJ di masyarakat, tidak mengucilkan, dan memiliki

antusiasme untuk memberikan penatalaksanaan yang lebih tepat, yaitu

melaporkan dan merujuk ODGJ yang dipasung ke pusat layanan kesehatan

terdekat. Situasi dan kondisi ini tentu dapat mempengaruhi informasi dan

kemampuan persepi seseorang yang dapat menghasilkan persepsi yang lebih

tidak mendukung khususnya tentang tindakan pasung pada ODGJ (Syarniah,

2014). Pemerintah dalam menangani permasalahan stigma adalah dengan

mengadakan pelayanan, penyuluhan dan penanganan yang terintegrasi

berbasis pelayanan kesehatan primer (puskesmas), yang menjangkau seluruh

area sampai ke area yang sulit dijangkau. Pemerintah juga mengadakan

program pelatihan bagi semua pelayanan kesehatan termasuk kader

masyarakat, yang nantinya akan disosialiasikan di masyarakat yang bertujuan

meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gangguan jiwa dan nantinya

diharapkan bisa mengurangi akan stigma ini (Purnama, 2016).

D. Konsep Pasung

1 Pengertian Pasung

Pengertian pasungPasung merupakan suatu tindakan memasang

sebuah balok kayu pada tangan dan/atau kaki seseorang, diikat atau

dirantai, diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah ataupun


28

di hutan. Keluarga dengan klien gangguan jiwa yang dipasung seringkali

merasakan beban yang berkaitan dengan perawatan klien. Alasan keluarga

melakukan pemasungan adalah mencegah perilaku kekerasan, mencegah

risiko bunuh diri, mencegah klien meninggalkan rumah dan ketidak

mampuan keluarga merawat klien gangguan jiwa (Bekti, 2016).

Mereka lebih memilih menyembunyikan penderita dibanding

mengobati. Kebanyakan pelaku dari kasus pemasungan ini adalah keluarga

dari si penderita gangguan jiwa itu sendiri. Keluarga penderita pada

umumnya tidak paham apa yang sebaiknya mereka lakukan terhadap para

penderita. Keluarga juga khawatir jika yang bersangkutan nantinya

melakukan tindakan merusak atau bahkan kekerasan kalau sakitnya itu

kambuh. Faktor keterbatasan ekonomi juga jadi faktor penting kenapa

penderita tidak dilarikan ke rumah sakit jiwa.

2 Pengrertian Gangguan Jiwa

Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi

dan manifestasinya sangat terkait pada materi.2Ganguan jiwa atau

Gangguan kesehatan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus

dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan

karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnyaterhadap dirinya

sendiri-sendiri (Syarniah, 2018). Selanjutnya, dari sudut pandang psikologi

kesehatan, gangguan atau penyakit adalah hasil dari proses-proses

fisiologis dan sebagian besar terpisah dari proses-proses psikologis dan


29

sosial.Halgin & Whitborn menjelaskan 4dimensi yang menjadi kriteria

seseorang digolongkan mengalami gangguan kejiwaan, yaitu:

a. Tekanan (Distress) pengalaman sakit emosional atau fisikal

merupakan hal biasa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, depresi

dalam atau kecemasan berlanjut dapat menjadibegitu hebat sehingga

seseorang tidak mampu menjalankan tugas-tugas kesehariannya.

b. Kerusakan (Impairment) Seringkali tekanan berlebihan menyebabkan

seseorang tidak dapatberfungsi optimal atau bahkan mencapai fungsi

rata-rata.

c. Resiko terhadap diri sendiriatau orang lain Resiko disini mengacu

pada bahaya dan ancaman terhadap kesejahteraan seseorang.

d. Perilaku yang secara sosial atau budaya tidak dapat diterima. Kriteria

abnormalitas dipandang dari sudut kewajaran norma yang digunakan

oleh suatu kelompok sosial atau budaya

3 Sejarah Pemasungan di Indonesia

Pemasungan masih terus terjadi di tanah air meskipun praktik

tersebut telah dilarang oleh pemerintah semenjak tahun 1977. Orang yang

mengalami gangguan kejiwaan dianggap sebagai orang yang tidak lagi

punya harapan untuk menjalani kehidupan secara normal. Tidak jarang

mereka diperlakukan lebih parah daripada seekor binatang. Tidak jarang

pula mereka dipasung oleh keluarga dan masyarakat sekitar karena

dianggap dapat membahayakan dan mengganggu ketentraman warga

lainnya.Pemerintah Indonesia sebenarnya telah melarang praktik


30

pemasungan semenjak tahun 1977. Akan tetapi praktik pasung ini terus

saja terjadi selama empat puluh tahun terakhir. Berdasarkan Data Riset

Kesehatan Dasar tahun 2013, Kementerian Kesehatan mencatat setidaknya

sebanyak 57 ribu orang pernah dipasung oleh keluarganya. Atau sekitar

14.3% dari Orang dengan Gangguan Jiwa Berat (ODGJB).

Pada tahun 2014, pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang

No 18 Tahun 2014. Kementerian Sosial juga mencanangkan Indonesia

Bebas Pasung 2017. Tentunya ini adalah sebuah misi yang sangat mulia

mengingat mereka yang menderita gangguan kejiwaan sudah seharusnya

diperlakukan layaknya manusia. Karena bagaimanapun juga, mereka

adalah warga negara yang haknya wajib dilindungi oleh pemerintah. Ada

beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memuluskan misi itu.Pertama,

perlu sosialisasi yang aktif dari pemerintah tentang informasi kesehatan

jiwa. Stigma negatif bahwa gangguan kejiwaan adalah sebuah kutukan

harus dimentahkan oleh pemerintah. Pendidikan dan penyebaran informasi

yang benar tentang penyakit kesehatan jiwa mempunyai peran yang sangat

krusial dalam mencapai tujuan mulia Indonesia Bebas Pasung. Diharapkan

dengan promosi yang gencar dari pemerintah, keluarga korban bisa

melaporkan kondisi kesehatan keluarganya sedini mungkin kepada pihak

terkait. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati.Kedua,

keluarga pasien dan masyarakat juga perlu terlibat aktif dalam

memberantas praktik pasung di Indonesia. Kita seolah-olah sudah terlena

bahwa pasung adalah praktik yang lumrah dilakukan terhadap orang

dengan gangguan kejiwaaan demi keselamatan warga sekitar. Sudah


31

saatnya juga masyarakat melaporkan praktik keji tersebut kepada pihak

yang berwenang sehingga tidak ada lagi cerita pasung ditengah-tengah

masyarakat. Di banyak kasus, tidak adanya biaya untuk pengobatan

korban juga menjadi batu sandungan dalam mencapai target Indonesia

Bebas Pasung. Ini bisa diminimalisir oleh pemerintah dengan

membebaskan biaya pengobatanbagi mereka yang mengalami gangguan

kejiwaan.Ketiga, pemerintah, baik pemerintah pusat dan pemerintah

daerah, wajib untuk menjalankan amanat yang terkandung dalam Undang-

Undang No. 18 Tahun 2014.Seperti misalnya: menyediakan sarana dan

prasana dalam penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa;6melakukan

rehabilitasi terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ); dan

mempidana orang yang dengan sengaja atau menyuruh orang lain untuk

mamasung, menelantarkandan melakukan kekerasan terhadap Orang

Dengan Masalah Kejiwaan (OMDK) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa

(ODGJ).Keempat, penanganan pasca program rehabilitasi juga menjadi

salah satu kunci utama kesuksesan Indonesia Bebas Pasung. Orang yang

dipasung, layaknya korban kekerasannya lainnya sangat rentan dengan

trauma yang acapkali akan selalu menghantui mereka. Oleh karena itu,

sangat diperlukan pendampingan baik oleh tenaga medis dan juga keluarga

korban untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang

layak dari lingkungannya. Perlakuan diskriminatif yang selama ini selalu

disematkan kepada mereka harus segera ditinggalkan.Pasung yang

merupakan salah satu cara tradional dalam menangani penderita sakit jiwa

di Indonesia sudah seharusnya dihapuskan. Target Indonesia bebas pasung


32

bisa dicapai jika para pemangku kepentingan (pemerintah, keluarga dan

masyarakat, penegak hukum, dan pegiat kesehatan jiwa) bekerjasama

menangani penderita sakit jiwa. Sudah selayaknya kita bersama

memperlakukan mereka seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain.

4 Faktor Pemasungan Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Adapun faktor-faktor adanya pemasungan jiwa yaitu:

a. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit

yang tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan

tindakan keluaga untuk mengamankan lingkungan merupakan

penyebabkeluarga melakukan pemasungan.

b. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya

bersifatjangka panjang. Biaya berobat yang harus ditanggungpasien

tidak hanya meliputi biaya yang langsung berkaitan denganpelayanan

medik seperti harga obat, jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik

lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya akomodasi

lainnya.

c. Mencegah klien melakukan tindak kekerasan yang

dianggapmembahayakan terhadap dirinya atau orang lain.

d. Mencegah klien meninggalkan rumah dan mengganggu orang lain

e. Mencegah klien menyakiti diri seperti bunuh diri

f. Ketidaktahuan serta ketidakmampuan keluarga menangani klien

apabila sedang kambuh.


33

g. Faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga merupakan

salah satu penyebab pasien gangguan jiwa berat hidup terpasung

5 Konsep Program Bebas Pasung

a. Penanganan Bebas Pasung di masyarakat

Menurut (Suharto, 2014) Pandangan masyarakat saat ini tentang

permasalahan penderita gangguan jiwa identic dengan sebutan “orang gila”.

Secara tidak langsung hal ini merupakan mindset yang salah, sehingga

banyak orang memandang bahwa penyakit ini masalah yang negatif dengan

sebutan orang gila inilah yang secara tidak disadari stigma yang diciptakan

sendiri, maka dampaknya keluarga ataupun masyarakat sekitar penderita

gangguan jiwa tidak mau mengurusnya sehingga apabila dibiarkan terus

menerus hakhak penderita gangguan jiwa akan terabaikan misalnya hak

sosial dan hak untuk pengobatan. Adapun beberaah hal yang dapat

mempengaruhi proses penyembuhan ODGJ yaitu:

1) Keluarga mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan

penderita gangguan jiwa melainkan peran masyarakat juga ikut serta

dalam proses tersebut. Sikap yang acuh atau tidak peduli, memandang

rendah dan penolakan pada penderita gangguan jiwa merupakan 7

masalah yang sulit untuk diluruskan. Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap

dan penerimaan dari masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa

merupakan faktor yang berpengaruh terhadap proses penyembuhan

(Lestari. dkk, 2014)

2) Tokoh masyarakat ialah orang yang mempunyai peranan yang besar

dalam suatu kelompok masyarakat dan memiliki kekuasaan yaitu


34

kemampuan mempengaruhi orang atau kelompok lain sesuai dengan

keinginan dirinya.

3) Pemerintah yaitu Lembaga terkait seperti Pemerintah Daerah, Rumah

Sakit, dinas-dinas terkait, Lembaga swadaya masyarakat dan Puskesmas

juga diperlukan untuk penanganan penderita gangguan jiwa harus

dimaksimalkan, sehingga masalah gangguan jiwa dapat diminimalkan

(Suharto, 2014).

6 Program Bebas Pasung Dipuskesmas

Dalam pelayanan kesehatan jiwa sekarang, tidak hanya berfokus pada

pengobatan atau penyembuhan saja. Akan tetapi dilakukan berbagai upaya lain

seperti pendidikan kesehatan jiwa, pencegahan atau deteksi dini gangguan

jiwa dan pemberdayaan pada masyarakat terhadap penderita gangguan

jiwa melalui upaya kegiatan kesadaran, kepedulian serta pemahaman

terhadap masalah kesehatan jiwa warganya. Program bebas pasung

diantaranya yaitu:

1. Peran serta masyarakat diharapkan mampu mengenali kasus-kasus

gangguan jiwa di masyarakat, menghindari pemasungan dan

mendorong anggota masyarakat untuk berobat dan melakukan kontrol

2. Promosi kesehatan dilakukan untuk membuat orang lebih sehat,

mencegah penyakit dan menghindari gangguan mental. Faktor penentu

kesehatan dapat meningkatkan atau mengancam status kesehatan individu

atau komunitas. Kesehatan mental telah dikonseptualisasikan sebagai emosi

positif yang ada dalam konsep kesehatan mental positif termasuk

kesejahteraan, ketahanan, dan kualitas hidup. Dalam mencapai tujuan


35

kesehatan seseorang tidak dapat mengabaikan kesehatan fisik dan kesehatan

mental (Kalra et al, 2012).

3. Penggerakan kader, dimasyarakat Kader memiliki peranan penting dalam

mensosialisasikan kesehatan jiwa, hal ini dikarenakan kader merupakan

ujung tombak untuk melakukan pelaporan sekaligus penanganan dan tindak

lanjut masalah kejiwaan yang ada dilingkungan. Peran Kader Kesehatan jiwa

berperan serta dalam meningkatkan, memelihara dan mempertahankan

kesehatan jiwa masyarakat. Peran kader kesehatan dapat bervariasi secara

dinamis tergantung kegiatan yang diadakan atau masalah yang timbul dalam

lingkungan masyarakat. Kader juga mendapat pelatihan khusus dalam

membantu pelayanan kesehatan. Kader sebagai orang yang berpengaruh

dalam pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam penaganan atau pelayanan kesehatan yang

diberikan, sebagai contoh dalam penaganan dan perawatan pasien

gangguan jiwa pasca pasung, sehingga kader dalam menjalankan

tugasnya lebih baik dan tepat.

4. Pengobatan. Puskesmas diberdayakan sehingga mampu menjadi ujung

tombak pelayanan kesehatan jiwa serta juga harus menyediakan

pengobatan yang diperlukan. Rumah Sakit Umum harus menyediakan

tempat tidur sehingga bisa merawat ODMK yang memerlukan

perawatan. Rumah Sakit Jiwa selain sebagai pusat rujukan juga harus

mampu menjadi pusat pembinaan kesehatan jiwa bagi layanan

kesehatan di wilayahnya
36

E. Hubungan Peran Masyarakat Dengan Program bebas Pasung Pada

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

Pemasungan dipilih dengan beberapa pertimbangan,yang meliputi:

masyarakat dan keluarga takut anggota keluarga akan bunuh diri dan atau

melakukan perilaku kekerasan kepada orang lain, ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa, atau karena pemerintah

tidak memberikan pelayanan kesehatan jiwa dasar pada klien gangguan jiwa

(Yogyo, Andarini, dan Lestari, 2015; Lestari &Wardhani, 2014). Metode

pemasungan tidak terbatas pada pemasungan secara tradisional (menggunakan

kayu atau rantai pada kaki), tetapitermasuk tindakan pengekangan lain yang

membatasigerak, pengisolasian, termasuk mengurung, danpenelantaran

(Riskesdas, 2018). Pasung merupakantindakan yang bertujuan untuk

membatasi gerak danaktivitas dari klien gangguan jiwa yang

diharapkankeluarga untuk mencegah klien menciderai diri sendirimaupun

orang lain (Halvorsen, 2018).

Silolonga (2019) mengungkapkan bahwa kesadaran dan persepsi masyarakat

terhadap kesehatan mental berbeda disetiap kebudayaan suatu budaya tertentu. Orang

secara sukarela mencari bantuan dari para professional untuk menangani gangguan

jiwanya, sebaliknya dalam kebudayaan yang lain, gangguan jiwa cenderung

diabaikan sehingga penanganan akan menjadi buruk karena tak ada perawatan

khusus, atau di sisi lain masyarakat kurang antusias dalam mendapatkan bantuan

untuk mengatasi gangguan jiwanya bahkan gangguan jiwa dianggap memalukan atau

membawa aib bagi keluarga. Stigma terhadap gangguan jiwa menyebabkan penderita

dijauhi, kurang dipahami dan didukung oleh lingkungan terdekat, mengurangi

kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, mempersulit individu memperoleh haknya


37

dalam pendidikan, pelayanan kesehatan, penggunaan fasilitas umum, mencari tempat

tinggal dan melakukan aktivitas sosial (Djuari dan Karimah, 2015). Eni dan

Hendrayato (2018) menjelaskan, pengobatan merupakan salah satu faktor pendukung

utama dalam proses pemulihan ODGJ ia juga menambahwakan bahwa pengobatan

merupakan segala upaya yang dilakukan keluarga dengan tujuan untuk penyembuhan

suatu keadaan sakit.

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep konsep yang ingin di

amati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmojo, 2017).

Faktor Host Program bebas Pasung

Usia
Peran Keluarga
Pendidikan

Masyarakat
Pekerjaan
Promosi kesehatan
Dukungan/peran
masyarakat
Pergerakan Kader
Social budaya

lingkungan Pengobatan

Tabel 2.2 Kerangka konseptua Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program


bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo

Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
38

Kerangka konsep di atas dijelaskan bahwa terdapat beberapa aspek


didalam program bebas pasung. Faktor-faktor yang mempengaruhi
program bebas pasung antara lain: usia, pendidikan, pekerjaan. Selain itu
program bebas pasung terdiri dari peran keluarga, masyarakat, promosi
kesehatan, pergerakan kader dan pengobatan.

1. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pernyataan penelitian
yang telah dirumuskan. Hipotesis dalam penelitian keperawatan terdiri atas
hipotesis nol (hipotesis statistik/nihil) dan hipotesis alternatif (hipotesis
kerja). Hipotesis alternatif menyatakan adanya hubungan antarvariabel
sedangkan hipotesis nol menyatakan tidak ada hubungan antarvariabel
(Hidayat, 2017).
Hipotesa (H1) Ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program
bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo. H1 diterima apabila p
< α ( 0,05 ).
39

BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih,tanpa melakukan

perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada

(Arikunto, 2016). Untuk mengetahui korelasi antara satu variabel dengan

variabel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi variabel yang ada

pada suatu objek, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada

objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya

(Notoatmodjo, 2016).

Desain penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.

Pada studi cross sectional dimana subjek diobservasi satu kali saja melalui

pengukuran atau pengamatan pada saat yang bersamaan dengan tujuan untuk

melihat variabel bebas (Independent) dan terkait (Dependent). Dengan judul

Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada Orang Dengan

Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten

Probolinggo.

B. Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian merupakan tahapan dalam suatu penelitian.

Pada kerangka kerja disajikan alur penelitian, terutama variabel yang akan

digunakan penelitian (Nursalam, 2016). Kerangka kerja pada penelitian ini

akan dijelaskan dibawah ini:


40

Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada Orang


Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo

Populasi
Seluruh Masyarkat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran sebanyak 50 responden
Pada Bulan Januari 2022 sebanya 50 responden

Teknik Pengambilan Sampel


Simple Random Sampling

Sampel
Sebagian Masyarkat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran sebanyak 50
Responden

Teknik Pengambilan Data


Data Primer : Kuesioner

Teknik Pengolahan Data


Editing, Scoring, Coding, Tabulating

Analisa Data
Analisa Univariat: Distribusi Frekuensi
Analisa Bivariat: Dengan Uji Wilcoxon

Kesimpulan
H1 diterima jika pvalue ≤α dengan α=0,05
H0 diterima jika pvalue >α dengan α=0,05

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap


Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo
41

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti tersebut (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang

ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini populasinya

adalah Seluruh Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran

Sebanyak 50 responden

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011).

Besar sampel dalam penelitian ini adalah:

N
n= 2
1+ N (d)

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumalh populasi

d = tingkat signifikasi (p)

N
Maka : n= 2
1+ N (d)

50
n= 2
1+50( 0,05)

50
n=
1+50( 0,0025)

50
n=
1+0,125

50
n=
1,125
42

n=44,4=44

Sampel penelitian ini sebagian Masyarakat Di Wilayah Kerja

Puskesmas, yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

sebanyak 44 orang (data bulan Januari 2021)

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2013).

Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2013).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tehnik simple random

sampling yaitu  teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu. (Nursalam, 2013). Adapun besar sample dalam penelitian ini

sebanyak 44 responden.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional merupakan

desain penelitian yang fokus dalam melakukan observasi data variabel

independen dan dependen yang diukur hanya satu kali saja atau secara

simultan, tanpa ada tindak lanjut. Semua subjek yang digunakan dalam

penelitian tidak harus diobservasi dalam satu hari atau satu waktu yang sama,

tetapi variabel independen dan dependen dinilai satu kali saja. Dengan
43

demikian, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel

dependen) yang dihubungkan dengan faktor penyebab atau variabel

independen (Nursalam, 2016)

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (umur, jenis kelamin, dll).

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang akan terpengaruh/

berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan, atau bisa disebut

variabel bebas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Peran

Masyarakat.

2. Variabel Dependen

Variabel dependenadalah variabel akibat atau variabel tergantung

(Arikunto 2017). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Program

bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)


44

F. Definisi Operasional

Tabel 3.1.Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Paramet Alat Skala Kategori


er / Ukur Data
(menurut peneliti
Indikato
bersifat operasional
r
tidak boleh
bertentangan dengan
teori, bersifat
operasional)
Bebas: Aspek dinamis 1. Kues Ordinal Kategori:
Peran kedudukan (status), Pengeta ioner 1. Baik:
Masyara apabila seseorang huan 10-13
kat melaksanakan hak dan tentang 2. cukup:
kewajibannya sesuai ODGJ 6-9
dengan kedudukannya 2. 3. kurang:
Penanga 1-5
n ODGJ

Terkait: Upaya yang dilakukan 1. Kues Ordinal Kategori:


Program seperti pendidikan Penatala ioner 1. Baik:
bebas kesehatan jiwa, ksanaan 15-20
Pasung pencegahan atau ODGJ 2. cukup:
Pada deteksi dini gangguan 9-14
Orang jiwa dan 3. kurang:
Dengan pemberdayaan pada 1-8
Ganggu masyarakat terhadap
an Jiwa penderita gangguan
(ODGJ) jiwa melalui upaya
kegiatan kesadaran,
kepedulian serta
pemahaman terhadap
masalah kesehatan
jiwa warganya

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Bantaran Kabupaten Probolinggo dengan Judul Pengaruh Peran

Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada Orang Dengan


45

Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran

Kabupaten Probolinggo

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2022 dengan judul

Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada Orang

Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran

Kabupaten Probolinggo

H. Prosedur Penelitian

Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada

institusi pendidikan program studi S1 Keperawatan STIKES

1. Mengajukan permohonan ijin kepada Bakesbangpol untuk melakukan

penelitian.

2. Setelah mendapatkan izin, peneliti mengadakan pengumpulan data

penelitian.

3. Peneliti menjelaskan pada calon responden tentang prosedur, manfaat

penelitian dan cara pengisian kuesioner.

4. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dengan

meminta dan menandatangani inform consent.

5. Memberikan kuesioner penelitian

6. Menunggu lembar kuesioner penelitian yang sedang diisi oleh responden

selama 10-15 menit.

7. Mengumpulkan kuesioner yang sudah dijawab oleh Responden

8. Peneliti menganalisa data yaitu menggunakan Wilcoxon dengan aplikasi

SPSS.
46

I. Pengumpulan data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data (Notoadmodjo, 2016).

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan pada variabel

independen dan variabel dependen adalah menggunakan lembar Kuisioner.

1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah acuan pada kemampuan instrumen

pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur agar

mendapatkan data yang relevan dengan apa yang harus diukur. Agar

mendapatkan data yang relevan dengan apa yang diukur. (Nasrudin,

2019). Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang

berarti prinsip keandalan instrument dalam mengumpulkan data.

Instrument harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur

(Nursalam, 2017).

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data untuk

mengetahui validitas suatu instrument (dalam hal ini kuesioner)

dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing

variable dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan adalah

korelasi pearson product moment. Suatu variabel (pertanyaan)

dinyatakan valid jika skor variabel tersebut berkorelasi secara

signifikan dengan skor totalnya dengan cara membandingkan nilai r


47

tabel dengan r hitung, bila r (hasil) > r tabel, maka pertanyaan tersebut

valid.

Berdasarkan uji validitas pada kuesioner dengan 10 responden,

dari hasil uji validitas kuisioner mengenai peran masyarakat terdapat

10 pertanyaan, 10 pertanyaan yang valid (nomor 1,2,3,4.5.6.7.8.9 dan

10) diperoleh r hitung minimal 0,720 dan r hitung maksimal 0,920

dengan r tabel 0,632 dan dari hasil uji validitas kuisioner mengenai

program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

terdapat 5 pertanyaan, 5 pertanyaan yang valid (nomor 1,2,3,4, dan 5)

diperoleh r hitung minimal 0,715 dan r hitung maksimal 0,935 dengan

r tabel 0,632.

2. Uji Reabilitas

Reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali

dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati

sama-sama memegang peranan yang penting dalam waktu yang

bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa reabilitas belum tentu akurat

(Nursalam, 2017).

Uji reabilitas dilakukan untuk memastikan apakah kuesioner

penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data variable

penelitian reliable atau tidak. Kusiner dapat dikatakan reliable jika

kuesioner tersebut dilakukan pengukuran ulang, maka akan

mendapatkan hasil yang sama. Dapat dikatakan reliable apabila nilai

cronbach alpha > 0,6. Dari hasil uji reabilitas diperoleh r alpha
48

kuesioner peran masyarakat yaitu 0,966 karena r hitung lebih besar

dari r tabel maka pertanyaan tersebut reliable dan dari hasil uji

reabilitas diperoleh r alpha kuesioner program bebas Pasung Pada

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yaitu 0,954 karena r hitung

lebih besar dari r tabel maka pertanyaan tersebut reliable.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Nursalam, 2016). Metode pengumpulan data

merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan

dalam penelitian (Hidayat, 2017).

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan

kuesioner. Kegiatan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1. Editing

Pada penelitian ini data yang diperoleh, diteliti kembali dengan

maksud untuk mengetahui kelengkapan data yang diberikan. Setiap

data yang terkumpul dilakukan pengecekan apakah semua data telah

lengkap, jika belum lengkap akan dicari kelengkapannya.

2. Coding

Coding adalah mengklarifikasi jawaban dari para responden

kedalam kategori.
49

Dalam penelitian ini variabel Peran Keluarga dilakukan

pengkodean jika:

a. Baik diberi kode 1,

b. Cukup diberi kode 2,

c. Kurang diberi kode 3.

Sedangkan variabel penanganan Pasung pengkodean jika:

a. Tepatdiberi kode 1,

b. Tidak Tepatdiberi kode 2,

3. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberi penilaian atau skor.

Dalam penelitian ini variabel Peran Keluarga dilakukan scoring

jika:

a. Skor Jawaban Ya diberi skor 1,

b. Skor Jawaban Tidak diberi skor 0

4. Tabulating

Tabulatingadalah proses pengolahan data yang bertujuan untuk

membuat tabel-tabel yang dapat memberikan gambaran statistik.

Proses ini merupakan tahapan akhir pengolahan data yang sangat

berguna untuk kegiatan selanjutnya yaitu teknik penyajian data. Untuk

variabel dependen yakni Peran Keluarga digunakan lembar kuesioner

yang itu setiap skor dimasukkan ke dalam master tabulasinya dan di

total dan diklasifikasikan sesuai dengan nilai.


50

a. Peran Keluarga dinyatakan Baik apabila nilainya 75-100%, jika

didapatkan 50-75 dikatakan Cukup dan jika nilai mencapai <50

dikatakan Kurang. Nilai presentasi di dapatkan dari total nilai

kuesioner yang dinyatakan benar dan diolah menggunakan rumus :

SP
n= X100
SM

Kemudian dari hasil rumus tersebut setiap responden dikategorikan

sesuai dengan nilai prosentase.

J. Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian

yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2008 : 117). Dalam melakukan

analisis khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik

terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Hidayat,

2007: 122).

Pemilihan uji statistic yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu untuk

menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel Independent yaitu

Peran Masyarakat terhadap variabel Dependent yaitu Program bebas Pasung

Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang skala datanya ordinal

maka digunakan teknik Spearman Rank yang perhitungannya dilakukan

dengan program SPSS, dengan penarikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Bila p value ≤ α (0.05) berarti ada pengaruh peran masyarakat terhadap


program bebas pasung pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo.
51

2. Bila p value ≥ α (0.05) berarti tidak ada pengaruh peran masyarakat


terhadap program bebas pasung pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo.

K. Etika Penelitian

1 Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)


Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan
diteliti peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah mengumpulkan data
(Nursalam 2017). Lembar persetujuan ini diberikan kepada setiap
petugas yang masuk dalam kriteria iklusi. Peneliti memberikan pejelasan
tentang maksud dan tujuan peneliti serta pengaruh yang terjadi jika
menjadi responden. Lembar persetujuan diisi secara suka rela oleh
responden dan jika pasien tidak bersedia, maka hak pasien tetap
dijunjung tinggi.
2 Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan
3 Confidentility (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari
hasil penelitian baik informasi maupun masalah - masalah lainnya, semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti
dan hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan
pada hasil riset (Hidayat, Alimul Aziz, 2018).
Informasi yang telah diperoleh dari responden dijamin
kerahasiannya. Informasi yang disajikan dalam laporan hanyalah data
yang berhubungan dengan penelitian.
52

L. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan Penelitian yaitu bagian riset keperawatan yang


menjelaskan keterbatasan dalam penulisan riset, dalam setiap penulisan
pasti mempunyai kelemahan – kelemahan yang ada, kelemahan –
kelemahan tersebut ditulis dalam keterbatasan (Hidayat, 2017).
1 Pada saat penelitian ada sebagian responden yang tidak hadir sehingga
peneliti harus menyesuaikan kembali penelitian yang akan dilaksanakan
sehingga hal tersebut juga dapat memperpanjang waktu penelitian.
2 Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu
terkadang jawaban yang diberikan oleh responden tidak menunjukkan
keadaan/ pengetahuan responden yang sesungguhnya
53

BAB IV
HASIL

A. Diskripsi lokasi Penelitian


Puskesmas Bantaran kabupaten probolinggo merupakan faskes tingkat
pertama BPJS kesehatan di Kab Probolinggo yang terletak di Jl. Raya Bantaran, Kec.
Bantaran, Kab Probolinggo, Jawa Timur. Type puskesmas rawat inap.

B. Karakteristik responden
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten

Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 Laki – Laki 27 61,4
2 Perempuan 17 38,6
Jumlah 44 100
Sumber : Data primer kuesioner penelitian 2021

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah kelompok laki-laki yaitu

sejumlah 27 responden (61,4%)

2. Karakteristik responden berdasarkan usia.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan Usia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo

Pada Bulan Desember 2021.

No Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 25-30 tahun 8 18,2
2 31-35 tahun 14 31,8
3 36-40 tahun 22 50
Jumlah 44 100
Sumber : Data primer kuesioner penelitian 2021
54

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan usia yang terbanyak adalah kelompok usia 36-40 tahun yaitu

sejumlah 22 responden (50%)

3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir


55

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan Terakhir Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran

Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.

No Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 SD 9 20,5
2 SMP 9 20,5
3 SMA 23 52,3
4 Perguruan Tinggi 3 6,8
Jumlah 44 100
Sumber : Data primer kuesioner penelitian 2021

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan pendidikan terakhir yang terbanyak adalah kelompok SMA yaitu

sejumlah 23 responden (52,3%)

4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan

Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten

Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.

No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 Tidak Bekerja 7 15,9
2 Petani 20 45,5
3 Wiraswasta 14 31,8
4 PNS 3 6,8
Jumlah 44 100
Sumber : Data primer kuesioner penelitian 2021

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah kelompok petani yaitu sejumlah 20

responden (45,5%)

C. Karakteristik variabel
1. Karakteristik responden berdasarkan peran masyarakat
56

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Berdasarkan

peran masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran

Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.

No Peran masyarakat Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 Kurang 3 6,8
2 Cukup 28 63,6
3 Baik 13 29,5
Jumlah 44 100

No Program bebas Frekuensi (f) Prosentase (%)


Pasung Pada Orang
Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ)
1 Kurang 9 20,5
2 Cukup 19 43,2
3 Baik 16 36,4
Jumlah 44 100
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa data Program bebas

Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) pada responden

Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo ,

kategori terbanyak yaitu cukup sejumlah 19 responden (43,2%)

D. Tabulasi silang antar Variabel


Tabulasi silang antara peran masyarakat terhadap Program bebas
Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pengaruh peran
masyarakat terhadap Program bebas Pasung Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Desember 2021.
Program bebas Pasung Pada Orang Dengan
Peran Gangguan Jiwa (ODGJ)
masyarakat Baik Cukup Kurang Jumlah
f % f % f % f %
Baik 1 7,7 8 61,5 4 30,8 13 100
Cukup 14 50 10 35,7 4 14,3 28 100
Kurang 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 100
Jumlah 16 36,4 19 43,2 9 20,5 44 100
57

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan hasil bahwa peran masyarakat

cukup dan Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa

(ODGJ) baik sebanyak 14 responden (50%).

E. Hasil Uji Statistik


Berdasarkan hasil analisis statistic uji Spearman Rank dengan

bantuan software program SPPS for windows dari hasil uji korelasi

tersebut didapatkan bahwa nilai p=0,022 dengan tingkat signifikansi

α=0,05 (p<α=0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa H1 diterima, yang

artinya ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung

Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas

Bantaran Kabupaten Probolinggo.


58

BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian “Pengaruh Peran Masyarakat
Terhadap Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo”, dengan mengacu
pada penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan jumlah sampel 44
responden masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo.

A. Peran Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten


Probolinggo Probolinggo
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa data peran masyarakat
pada responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo kategori terbanyak yaitu cukup sejumlah 28 responden
(63,6%)
Masyarakat adalah sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang
menempati pada suatu wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat serta terkait oleh suatu rasa indentitas komunitas. Masalah
yang sering terjadi pada orang dengan gangguan jiwa yaitu kekambuhannya, ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi kekambuhan orang dengan gangguan
jiwa yaitu tidak kontrol ke dokter, tidak minum obat secara teratur,
menghentikan sendiri obat tanpa mendapat persetujuan dari dokter, kurangnya
dukungan keluarga dan masyarakat. faktor yang mempengaruhi kekambuhan
klien dengan gangguan jiwa menyatakan bahwa lingkungan masyarakat tempat
tinggal klien yang tidak mendukung dapat meningkatkan frekuensi kekambuhan.
Misalnya masyarakat menganggap klien gangguan jiwa sebagai individu yang
tidak berguna, mengejek klien, mengucilkan klien dan seterusnya. perilaku di
pengaruhi oleh tiga faktor yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan
tindakan atau praktik (practice). Sikap masyarakat dapat berupa
authoritarianism yaitu mengacu pada pandangan seseorang pada gangguan jiwa
sebagai seseorang yang lemah dan membutuhkan penanganan yang kasar;
benevolence yaitu mengacu pada pandangan humanistik dan simpatik terhadap
59

orang dengan gangguan jiwa; social restrictivenes yaitu sesuai dengan keyakinan
bahwa orang dengan gangguan jiwa merupakan ancaman bagi masyarakat dan
harus dihindari dan Community Mental Health Ideology. yaitu mengacu pada
penerimaan layanan kesehatan mental dan pasien gangguan jiwa di masyarakat
namun tidak dilingkungan tempat mereka tinggal . (RESTU, 2018)
Menurut peneliti berpendapat bahwa pendidikan sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat tentang ODGJ bebas
pasung. Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa karakteristik responden
berdasarkan pendidikan terakhir yang terbanyak adalah kelompok SMA yaitu
sejumlah 23 responden (52,3%) semakin tinggi tingakat pendidikan
seseorang, semakin baik pula pemahaman tentang ODGJ bebas pasung.
Sehingga dengan pengetahuan yang cukup masyarakat dapat berperan
penting dalam program bebas pasung pada ODGJ.
B. Program Bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa data Program bebas Pasung Pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) pada responden Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo, kategori terbanyak yaitu cukup
sejumlah 19 responden (43,2%)
Pasung merupakan tindakan pengekangan, pembatasan aktivitas secara fisik,
menggunakan berbagai jenis alat seperti rantai, belenggu, tali, balok kayu,
kurungan, diasingkan, atau dirantai pada ruangan terasing. Tindakan pasung
dilakukan pada pasien gangguan jiwa kronik, disertai perilaku agresif, kekerasan,
amuk, halusinasi yang berisiko menciderai diri sendiri, orang lain atau lingkungan
(Daulima, 2014; Wahyuningsih, 2014). Upaya bebas pasung merupakan program
prioritas yang harus dicapai pemerintah pada tahun 2019. Saat ini upaya bebas
pasung telah dilaksanakan dengan baik, permasalahan baru muncul setelah masa
pengobatan selesai dan harus kembali kepada keluarga dan masyarakat. Keluarga
tidak menghendaki pasien kembali kepada keluarga, diabaikan, kembali kambuh
atau menjadi gelandangan psikotik.
Menurut peneliti berpendapat bahwa Peran masyarakat adalah sikap, tindakan dan
penerimaan masyarakat terhadap penderita yang sakit,masyarakat memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
60

bantuan jika diperlukan dengan demikian tindakan pemasungan merupakan


kegagalan masyarakat dalam memberikan dukungan untuk membawa pasien ke
tempat pelayanan kesehatan, tindakan pemasungan hanya memperparah kondisi
penderita gangguan jiwa tersebut.
C. Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program Bebas Pasung Pada Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran
Kabupaten Probolinggo.
Berdasarkan tabel 5.7 tabulasi silang didapatkan hasil bahwa peran
masyarakat cukup dan Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) baik sebanyak 14 responden (50%). Berdasarkan hasil analisis
statistic uji Spearman Rank dengan bantuan software program SPPS for
windows dari hasil uji korelasi tersebut didapatkan bahwa nilai p=0,022
dengan tingkat signifikansi α=0,05 (p<α=0,05) sehingga dapat dinyatakan
bahwa H1 diterima, yang artinya ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap
Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo.
Pemasungan menyebabkan terbatasnya pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang
layak, termasuk kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan ODGJ yang dipasung (Halida,
Dewi, & Rasni, 2016). Pasien yang dipasung dalam waktu lama akan mengalami
atropi otot, tidak bisa lagi berjalan, mengalami cedera hingga pasien harus di terapi
jika pasien tersebut dilepaskan dari pasung (Puteh, 2011; Malfasari, Keliat, &
Helena (2016). Dampak lain pemasungan yaitu penderita mengalami trauma,
dendam kepada keluarga, merasa dibuang, rendahdiri, dan putus asa, muncul
depresi dan gejala niat bunuh diri (Lestari, Choiriyyah, & Mathafi, 2014).
Peran masyarakat sangat dibutuhkan agar penderita bisa menjalani proses
penyembuhannya. Peran masyarakat dibutuhkan agar pasien dapat mengakses
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan medikasi dengan teratur dan
memastikan pasien meminum obat yang sudah didapatkan sesuai dengan
ketentuan.
Semakin baik peran masyarakat dalam penanganan ODGJ semakin berkurang
juga tindakan pemasungan pada ODGJ di masyarakat. Tindakan pemasungan
dapat merugikan pasien, Selain pasien mengalami trauma pada saat
61

pemasungan, pasien setelah dilakukan pemasungan dapat atropi otot pada


kaki.
62

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. peran masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo kategori terbanyak yaitu cukup sejumlah 28 (63,6%)
2. Program bebas Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo, kategori
terbanyak yaitu cukup sejumlah 19 (43,2%)
3. ada Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantaran Kabupaten Probolinggo dengan nilai p value = 0,022 < α = 0,05

B. SARAN
1. Saran bagi tempat penelitian
Diharapkan kepada masyarakat dapat mengembangkan dan
memberikan edukasi melalui para petugas kesehatan untuk untuk
meningkatkan pengetahuan tentang program bebas pasung pada ODGJ Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo.
2. Saran bagi Institusi pendidikan
Diharapkan untuk mengembangkan ilmu keperawatan bahwasanya
penyebab terjadinya pasung dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia,
pendidikan, pekerjaan. Selain itu program bebas pasung terdiri dari peran
keluarga, masyarakat, promosi kesehatan, pergerakan kader dan
pengobatan.
3. Saran bagi Peneliti selanjutnya
Dari penelitian ini didapatkan bahwasanya faktor program bebas
pasung dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, pendidikan, pekerjaan.
Selain itu program bebas pasung terdiri dari peran keluarga, masyarakat,
promosi kesehatan, pergerakan kader dan pengobatan. Sehingga
diharapkan peneliti selanjutnya agar dapat melihat terkait faktor lain yaitu
peran keluarga untuk diteliti lebih detail
4. Uraikan saran bagi masyarakat
63

Diharapkan bagi masyarakat dapat menerapkan program bebas


pasung untuk menurunkan terjadinya tindakan pemasungan dimasyarakat.
64

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2016. Manajemen Penelitian. Asdi Mahasa, Jakarta.

Bandura, A. 2016. Moral disengagement: How people do harm and live with
themselves. New York: Worth.

Dharma, Kusuma Kelana (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan.


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta, Trans
InfoMedia.

Duke, James A., 2014. Proceedings of the National Academy of Sciences. 2nd ed.
New York: CRC Press LLC. p.529.

Hidayat, S. S. dkk. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana, Edisi Revisi –


Juli. 2015. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Hurlock, E. (2010). Child Development 5th edition. Jakarta: Erlangga.

Meggitt, Carolyn. 2013. Memahami Perkembangan Anak. PT Indeks, Jakarta

Muhammad, A. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2016). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika.

Pervin, Lawrence. A, Daniel Cervone, 2012. Psikologi Kepribadian Teori dan


Penelitian X, Jakarta: Saelmba Humanika

Saryono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Alfabeta.


65

Lampiran 1

SURAT IJIN MELAKUKAN PENELITIAN


66

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Kepada :
Yth.
Di Tempat

Dengan Hormat,
Dengan ini saya, Iwan Dian Ekowanto , Mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan IIK Strada Kediri, bermaksud akan mengadakan penelitian
dengan Judul “Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas
Pasung Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantaran Kabupaten Probolinggo” yang merupakan tugas akhir
sebagai syarat kelulusan Program Studi S1 Keperawatan IIK Strada Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, saya mohon bantuan untuk
bersedia menjadi responden (sampel) penelitian saya, dengan cara mengisi
angket yang saya berikan. Dan saya menjamin atas kerahasiaan nama dan
alamat responden serta isi dari jawaban angket yang saya berikan.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaannya saya
ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

IWAN DIAN EKOWANTO


NIM. 2011A0142
67

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN


PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : …………………………….
Umur : …………………………….
Alamat : …………………………….
Dengan ini menyatakan bersedia mengikuti penelitian tentang
“Pengaruh Peran Masyarakat Terhadap Program bebas Pasung Pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantaran Kabupaten Probolinggo”,yang dilakukan oleh Mahasiswa S1
Keperawatan IIK StradaIndonesia yang bernama : IWAN DIAN EKOWANTO,
dengan NIM : 2011A0142
Demikian lembar persetujuan kami ini untuk dapatnya digunakan
sebagaimana mestinya.

Kediri, Desember 2021

Responden
68

Lampiran 4
LEMBAR KUISIONER
PERAN MASYARAKAT

Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :

No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah anda tau pengertian tentang
ODGJ?
2 Apakah ada tau ciri-ciri ODGJ?
3 Apakah anda memperlakukan
ODGJ dengan baik? Misalnya tidak
mengucilkannya
4 Apakah anda melakukan
pemasungan pada ODGJ?
5 Apakah anda mendukung jika
dilingkungan anda ada tindakan
pasung pada ODGJ
6 Apakah anda melaporkan dan
merujuk ODGJ yang dipasung ke
pusat layanan kesehatan terdekat?
7 Apakah anda berinisiatif
memberikan informasi kepada
keluarga ODGJ tentang program
bebas pasung?
8 Apakah anda mempunyai persepsi
yang positif terhadap program
bebas pasung dipasung pada ODGJ
69

9 Apakah anda memiliki antusiasme


untuk memberikan penatalaksanaan
yang lebih tepat pada ODGJ?
10 Apakah anda memiliki informasi
tentang konsep bebas pasung pada
penanganan ODGJ di masyarakat
70

LAMPIRAN 5
LEMBAR KUISIONER
PROGRAM BEBAS PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
(ODGJ)

Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :

No. Panduan pertanyaan Keterangan


1 Apakah pasien pernah dipasung /  Ya
diasingkan / dikekang atau  Tidak
diperlakukan (dilakukan pembatasan
ruang regak) dengan tindakan
menyerupai pasung?
(Silakan diceklis di kotak kecil pada
kolom keterangan. Jika jawaban ya,
lanjut ke poin berikutnya. Jika
jawaban tidak, langsung dilanjutkan ke
poin 5)
2 Dalam waktu 1 tahun terakhir, sudah  1 Kali
berapa kali pasien dilakukan tindakan  2 kali
pemasungan?  >3 kali
(Pemeriksa melengkapi sesuai
pernyataan keluarga pasien)
3 Kapan biasanya pasien dilakukan  Saat pasien kumat saja
tindakan pemasungan? (seperti : mengamuk,
(Silakan diceklis di kotak kecil pada keluyuran, mengganggu
kolom keterangan) orang, merusak barang)
 Saat menjelang malam hari
71

saja
 Setiap saat (termasuk di saat
pasien tidak kumat)
4 Adakah alasan khusus yang membuat  Tidak
bapak/ibu melakukan tindakan  Ada
pemasungan terhadap pasien?
(Pemeriksa melengkapi sesuai
pernyataan keluarga pasien)

5 Menurut bapak/ibu, apakah bapak/ibu  Setuju,


setuju terhadap tindakan pasung untuk karena...............................
orang dengan gangguan jiwa (orang
gila)?
(Silakan diceklis di kotak kecil pada  Ragu-ragu,
kolom keterangan dan dilengkapi karena…………………
dengan alasan dari opsi yang dipilih)

 Tidak setuju,
karena………………
72

Lampiran 6

HASIL UJI VALIDITAS REABILITAS


PERAN MASYARAKAT

1. VALIDITAS

Scale Variance ifCorrected


Item Item-Total
Cronbach's Alpha if Item
Scale Mean if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
Pertanyaan 1 19,40 95,156 ,743 ,962
Pertanyaan 2 19,80 96,178 ,764 ,961
Pertanyaan 3 19,70 95,344 ,834 ,959
Pertanyaan 4 19,10 94,320 ,720 ,921
Pertanyaan 5 19,20 95,007 ,728 ,942
Pertanyaan 6 19,90 95,656 ,771 ,961
Pertanyaan 7 19,90 97,433 ,863 ,958
Pertanyaan 8 19,80 97,067 ,920 ,957
Pertanyaan 9 19,90 97,433 ,863 ,958
Pertanyaan 10 19,80 97,067 ,728 ,962

2. REABILITAS

Cronbach’s Alpha

0,966 15
73

Lampiran 7

HASIL UJI VALIDITAS REABILITAS


PROGRAM BEBAS PASUNG PADA ORANG DENGAN GANGGUAN
JIWA (ODGJ)

1. VALIDITAS

Scale Variance Corrected


if Item Item-Total
Cronbach's Alpha if Item
Scale Mean if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
Pertanyaan 1 5,70 5,789 ,870 ,940
Pertanyaan 2 5,60 6,044 ,879 ,939
Pertanyaan 3 5,70 5,789 ,935 ,940
Pertanyaan 4 5,10 5,022 ,615 ,919
Pertanyaan 5 5,70 5,789 ,870 ,940

2. REABILITAS

Cronbach’s N of items

Alpha

0,954 12

Anda mungkin juga menyukai