“ HOMOSEKSUAL ”
OLEH :
PORLIN WENDA
LAPORAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
PENYUSUN :
PORLIN WENDA 020118A044
Ungaran, 24 November 2021
Menyetujui :
Staff Pembimbing Lapangan (SPL) Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
HALAMAN PENGESAHAN
ii
LAPORAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
Laporan magang di (Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Semarang)
telah disetujui dan disyahkan untuk diterima .
Ungaran, 24 November 2021
Menyetujui :
Staff Pembimbing Lapangan (SPL) Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
Mengetahui :
Sekretaris Komisi Penanggulangan Ketua Program Studi
AIDS Kabupaten Semarang Kesehatan Masyarakat
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah, rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) III tanpa suatu halangan apapun. Pada
kesempatan ini kami juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas segala dukungan dan bimbingan baik dalam bentuk moril maupun
materil kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksaan Program Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL) III ini. Rasa terimakasih tersebut kami sampaikan
kepada:
1. Ibu Sri Wahyuni, S.KM.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan
mMasyarakat.
2. Bapak H.Ngesti Nugraha, S.H.,M,H selaku Kepala Instansi di KPA.
3. Ibu Dr. Sigit Ambar Widyawati, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Lapangan
(DPL) yang telah membimbing dalam kegiatan PBL III.
4. Bapak Taufik Kurniawan, S.SI,.M.Kom selaku Staff Pembimbing Lapangan
(SPL)
5. Serta rekan-rekan di Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Ngudi
Waluyo yang juga telah banyak membantu dan memotivasi dalam
menyelesaikan laporan ini.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya terutama bagi mahasiswa/mahasiswi Universitas Ngudi
Waluyo. Penulis menyadari dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan
baik dari segi materi maupun penyajiannya, sehingga penulis sangat
mengahrapkan masukan, kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan
laporan ini di masa yang akan datang.
Ungaran, 24 November 2021
(Penulis )
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Tujuan....................................................................................... 5
C. Manfaat..................................................................................... 5
BAB II METODE KEGIATAN MAGANG............................................... 7
A. Metode Desain Kegiatan.......................................................... 7
B. Tahapan Magang...................................................................... 7
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Magang....................................... 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 10
A. Gambaran Umum..................................................................... 10
B. Ruang Lingkup Kegiatan......................................................... 34
C. Pelaksanaan Kegiatan............................................................... 34
D. Pembahasan.............................................................................. 37
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 43
A. Simpulan................................................................................... 43
B. Saran ........................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 45
LAMPIRAN................................................................................................... 46
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengalaman Belajar Lapangan III (PBL III) atau magang adalah suatu
kegiatan mahasiswa yang dilakukan di luar perkuliahan sebagai pengenalan
suasana kerja yang akan dihadapi mahasiswa. Kegiatan PBL III dapat
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dalam menerapkan
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh studi perkuliahan yang
berhubungan dengan bidang ilmu kesehatan masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut, salah satu tempat yang sesuai untuk pelaksanaan kegiatan
Pengalaman Belajar Lapangan III (PBL III) berada di Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) Kabupaten Semarang. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
Kabupaten Semarang merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat di Provinsi
Jawa Tengah. Kegiatan mahasiswa di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
Kabupaten Semarang adalah memberikan keterampilan tertentu yang
dipelajari melalui pengalaman langsung, mahasiswa mampu untuk memahami
struktur organisasi, mekanisme dan sistem managemen yang ada di Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Semarang.
Human immunodeficienty virus (HIV) membahayakan system
kekebalan tubuh dengan menghancurkan sel darah putih yang melawan
infeksi. Virus ini membuat seseorang berisiko terkena infeksi serius dan
kanker. Human Immunedefeciency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang tubuh manusia dengan
membunuh atau merusak sel-sel yang berperan untuk system kekebalan tubuh
sehinggan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker sangat
menurun.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu
kumpulam gejala penyakit kerusakan system kekebalan tubuh, penyakit ini
bukan pada penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan. Penyakit ini
disebabkan oleh immunodeficiency virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi
1
masalah internasional karena dalam waktu yang relatif singkat terjadi
peningkatan jumlah pasien dan semakin melanda dibanyak Negara. Sampai
saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang relatif efektif untuk AIDS
sehingga menimbulkan keresahan di dunia.
Orientasi seksual adalah salah satu bentuk keinginan untuk melakukan
kontak seksual dengan orang lain baik dengan sesama atau dengan lawan jenis
(Igartu, dkk, 2009). Orintasi seksual merupakan jenis kelamin yang secara
privasi menjadi target ketertarikan seksual (Stuart, 2013). Dapat disimpulkan
bahwa orientasi seksual merupakan perasaan ketertarikan secara seksual dan
emosional kepada orang lain, baik perempuan atau lakilaki. Orientasi seksual
terbagi menjadi tiga secara umum, yaitubiseksual, homoseksual dan
heteroseksual, namunadatambahansatu yang masihasing di
masyarakatyaituaseksual (Sinyo,2014).
Homoseksual merupakan ketertarikan seksual yang terjadi pada
jeniskelamin yang sama. Kebalikan dari homoseksual adalah heteroseksual
(ketertarikan kepada jenis kelamin yang berbeda) (Fajriani, 2013; Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2018). Heteroseksual merupakan orientasi seksual
yang terbanyak di masyarakat umum saat ini (Stuart, 2013). Sedangkan
biseksual adalah ketertarikan seksual baik dengan jenis kelamin yang sama
atau berbeda (Sadarjoen, 2005). Tidaksemua negara masyarakatnya menerima
perbedaan orientasi seksual tersebut, hal ini dikarenakan sosial budaya yang
berbeda dan norma yang berbeda tiap negara.
Data yang akurat mengenai jumlah homoseksual yang ada di dunia
hingga saat ini belum ada jumlahnya secara pasti. Diperkirakan sekitar 10%
dari penduduk lakilaki adalah gay (Kinsey, dalam Santrock, 2003). Data dari
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, homoseksual dimasukkan
kedalam estimasi dan proyeksi jumlah infeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus)tahun 2011 – 2016, dimana dalam proyeksi tersebut
jumlah gay mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kemenkes RI
memprediksikan pada tahun 2011 ada sebanyak 14.532 orang gay kemudian
meningkat menjadi 16.883 orang, tahun berikutnya menjadi 19.449 orang dan
2
tahun 2016 menjadi 28.640 orang. Maka dalam tiap tahun kemungkinan ada
peningkatan gay yang terinfeksi HIV sebanyak 15% dari jumlah awal pada
tahun 2011. Begitu juga dengan jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)
yang orinetasi seksual sesame jenis mengalami peningkatan tiap tahun,
dimana pada tahun 2016 ini terdapat sebanyak 153.771 orang. Data ini masih
terbatas hanya kaum gay saja belum untuk lesbian dan biseksual.
Sekitar 1.095.970 jiwa di Indonesia menyatakan bahwa dirinya
merupakan homosksual (Handayani, 2013). Hasil survey dari Yayasan Pelangi
Kasih Nusantara (YPKN) menunjukan bahwa jumlah homosksual di Jakarta
antara 4000 hingga 5000 orang dan di Jawa Timur jumlahnya sekitar 5 kali
dari jumlah di Jakarta. Hal ini belum termasuk kota besar lainnya (Anggreini,
2014). Oetomo (2001) selaku prersiden gay, mengatakan bahwa jumlah
homoseksual di Indonesia sekitar 1% dari penduduk Indonesia. Kaum
homoseksual disini menjadi kaum yang minoritas karena jumlah mereka yang
sedikit serta sosial spiritual masyarakat Indonesia tidak menerima keberadaan
mereka.
Menurut sebagian orang homoseksual dikatakan sebagai suatu bentuk
perilaku seksual yang menyimpang, ditandai dengan adanya ketertarikan
perasaan secara emosional dan atau secara erotic terhadap sesame jenis, dan
bahkan ada yang sampai melakukan hubungan seks dengan mulut (oral seks)
atau dubur (sodomi, anal seks) (Hawari, 2009). Hal ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Ott (2010) yang menyatakan bahwa
homoseksual dan biseksual mengarah keorientasi seksual yang tidak sehat.
Homoseksual terbagi menjadi dua jenis, yaitu ketertarikan sesame laki-laki
atau disebut dengan gay dan ketertarikan terhadap sesame perempuan yang
biasa disebut lesbian. Tidak semua masyarakat dapat menerima orientasi
seksualtersebut, dikarena sosial budaya dan norma yang ada pada tiap
masyarakat berbeda. Pembentukan orientasi seksual seseorang dapat
ditentukan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti genetik, kognitif, hormonal
serta lingkungan (McWhirter, Reinisch, & Snader, 1989; SaVin – Williams &
Rodriguez, 1993; Whitman, Diamond & Martin, 1993, dalam Santrock, 2003).
3
Penyebab lain terjadinya perilaku homoseksual dibagi dalam dua pendekatan.
Pendekatan yang pertama yaitu pendekatan fisiologis dimana hormone-
hormon berada dalam kondisi yang tidak homeostatis, namun hal ini hany
aberlaku pada kasus-kasus tertentu serta belum ada penelitian yang pasti
hormone tersebut sebagai faktor munculnya homoseksualitas. Pendekatan
kedua melalui pendekatan psikologi, yang bertumpu pada pengalaman
individu terkait homoseksual seperti, pengalaman homoseksual usia dini,
identifikasi silang, ketakutan akanp engebirian, dan faktor psikologis lain (i.e,
takut menikah antara lain karena orangtua selalu bertengkar, takut memikul
tanggungjawab) (Yustinus, 2006).
Umumnya, para LGBT memiliki gaya hidup seks bebas dengan
banyak orang sehingga kenderungan terkena virus HIV/AIDS sangat
tinggi.Diketahui bahwa di kabupaten semarang peningkatan kasus HIV/AISD
tertinggi di akibatkan oleh perilaku homoseksual 20%. Temuan kasus ini lebih
banyak dibandingkan tahun 2018 sebanyak 90 kasus. Terjadi pergeseran
pengidap dari dominasi perempuan ke laki-laki,” kata Sekretaris KPA
(14/1/2020). Puguh menerangkan lebih rinci bahwa, pria pengidap HIV/AIDS
sebagian besar adalah penyuka sejenis (LSL). Kelompok ini lebih punya
potensi besar untuk menyebarkan virus. Dari hasil pendampingan di lapangan
oleh kelompok masyarakat atau LSM mereka bisa berperilaku biseksual.
Ditemukan pertama pada tahun 2021 bahah jumlah laki-laki seks
dengan laki-laki (LSL) 31 orang. Bahkan kasus LSL dikabupaten semarang
sudah merambat ke tingkat SMP. Beberapa kasus yang menimpa anak-anak
harus mendapat perhatian besar, mengingat mereka memiliki hak yang harus
dilindungi, dan mereka adalah korban dari sebuah tindakan yang tidak
diharapkan. Anak-anak memiliki keterbatasan, karenanya perlindungan
baginya wajib harus dipenuhi.
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi organisasi
di Komisi Penanggulangan AIDS dan mengetahui gambaran kejadi
HIV/AIDS di Kabupaten Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji struktur organisasi di Komisi Penanggulangan AIDS
b. Mampu mengkaji fungsi dan tugas pokok di masing – masing bidang
di Komisi Penanggulangan AIDS
c. Mengetahui perkembangan data kasus Homoseksusl Kabupaten
Semarang
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
a. Memperoleh pengalaman yang bermanfaat sebagai bekal untuk
mengabdikan diri kepada masyarakat
b. Mendapat pengalaman dan keterampilan di bidang managemen dan
teknis kesehatan masyarakat
c. Terpapar dengan kondisi yang sesungguhnya dan pengalaman di
instansi kesehatan khususnya di Komisi Penanggulangan AIDS
d. Memberikan pembelajaran dalam menganalisis HIV dikabupaten
Semarang
e. Mendapatkan bahan untuk penulisan tugas akhir
2. Bagi KPA Kabupaten Semarang
a. Menciptakan dan menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan
bermanfaat antara KPA Kabupaten Semarang dengan Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Unversitas Ngudi Waluyo
3. Bagi Program Studi
a. Menperkenalkan program studi kesehatan masyarakat kepada instansi
yang bergerak di bidang kesehatan
5
b. Mendapatkan masukan yang berguna untuk menyempurnakan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja
c. Terbinanya jaringan kerja sama degan KPA Kabupaten Semarang
dalam upaya meningkatkan ketertarikan dan kesepadanan antara
substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber
daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat.
6
BAB II
B. Tahapan Magang
Tahapan dalam kegiatan magang atau PBL III yaitu:
1. Penentuan Tempat Praktik
Sebelum menentukan tempat praktik terlebih dahulu pihak
pengelola akan mengidentifikasi semua yang dianggap relevan dan
memenuhi syarat praktik. Penentuan tempat praktik ditentukan oleh
program studi dan mahasiswa melalui kesepakatan antara pihak program
studi dengan instansi tempat dimana praktik direncanakan.
2. Persiapan
Sebelum memulai kegiatan praktik di lapangan, mahasiswa
diwajibkan mengikuti kuliah pembekalan. Pembekalan tersebut berisi
tentang materi – materi ketentuan dalam pelaksanaan praktik dan
gambaran singkat lokasi praktik.
3. Pelaksanaan Magang di Lapangan
Setelah semua persyaratan peserta terpenuhi dan tempat praktik
sudah ditentukan maka mahasiswa diwajibkan di lapangan selama waktu
7
yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan magang di lapangan
dilakukan secara intensif dan dikontrol oleh pembimbing. Mekanisme
kontrol ditandai dengan adanya log book yang dibuat oleh mahasiswa dan
kegiatan supervise yang dilakukan oleh pembimbing. Mahasiswa
diwajibkan untuk melaksanakan praktik dengan penuh disiplin dan
tanggung jawab dan melaksanakan berbagai jenis agenda berdasarkan
rencana kegiatan yang telah disusun.
4. Pelaporan
Selama melaksanakan magang, mahasiswa diwajibkan membuat
log book (jurnal harian) dan setelah selesai mahasiswa diwajibkan
membuat laporan akhir. Kedua jenis laporan tersebut diuraikan dibawah
ini:
a. Log Book (jurnal harian)
Log book (jurnal harian) adalah salah satu bentuk mekanisme
kontrol kegiatan magang yang akan disusun oleh mahasswa selama
berada di tempat praktik. Laporan ini berisi tentang paparan
pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan. Log Book (jurnal harian)
ini harus disahkan oleh staf pembimbing lapangan.
b. Laporan Akhir
Laporan akhir disusun oleh mahasiswa setelah selesai
melaksanakan praktik di lapangan. Laporan ini berisi laporan lengkap
hasil kegiatan mahasiswa selama di lapangan yang merupakan
penjabaran dari jurnal harian, gambaran kegiatan yang dilakukan di
tempat praktik. Laporan akhir harus disetujui oleh pembimbing praktik
dan diketahui serta disahkan oleh pimpinan instansi tempat praktik dan
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Ngudi
Waluyo.
8
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Magang
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan 3 (PBL 3) atau magang
dilaksanakan di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Semarang
selama 3 minggu yaitu dari tanggal 02-20 November 2021. Kegiatan PBL 3
atau magang disesuaikan dengan waktu kerja di KPA yaitu 5 hari kerja. Pada
hari Senin-Kamis pukul 08.00 – 15.30 WIB dan hari Jumat pukul 08.00 –
11.00 WIB.
9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
6. Pengelolaan Data
7. Pemantauan dan Evaluasi
8. Penguatan KPA Daerah
KPAP/K/K - Pasal 5 Permendagri 20/2007 :
1. Penyusunan Kebijakan
2. Memimpin dan Mengelola
3. Mobilisasi Sumber Daya
4. Koordinasi Pelaksanaan
5. Kerjasama Regional
6. Penyebaran Informasi
7. Fasilitas KPA Kab/Kota Camat dan Pemdes
8. Mendorong LSM/ Kelompok Peduli
9. Monitoring dan Evaluasi
Dasar Hukum KPA
• Peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006 Tugas KPA Nasional, KPA
Provinsi dan KPA Kab/Kota serta penganggarannya
• Permendagri nomor 20 tahun 2007 Pedoman umum pembentukan KPA
Daerah, Tugas dan Fungsi serta Penganggaran dalam APBD
• SK Bupati Semarang nomor 443.2/0124/2008 Pembentukan KPA
Kabupaten Semarang dengan lampiran Susunan Keanggotaan dan
Pelaksana Harian
Tugas dan Fungsi KPA Berdasarkan Permendagri nomor 20 tahun 2007
pasal 6
Diantaranya :
• Mengkoordinasi perumusan kebijakan
• Menghimpun, mengelola, menyediakan dan memanfaatkan berbagai
sumber daya yang ada untuk penanggulangan HIV & AIDS
• Menyebarluaskan berbagai informasi HIV & AIDS kepada seluruh
masyarakat
• Memfasilitasi pelaksanaan tugas Camat dalam penanggulangan HIV &
AIDS
11
• Memfasilitasi dan meningkatkan peran serta masyarakat melalui Tokoh
Agama & Masyarakat
• Melakukan monitoring dan evaluasi
Pembinaan Dalam Penanggulangan HIV & AIDS
Berdasarkan Permendagri nomor 20 tahun 2007 pasal 11
Butir (1) Pembinaan dalam penanggulangan HIV & AIDS dilakukan oleh
pihak yang berkompeten
Butir (2) Pelaksanan pembinaan dimaksud adalah:
• Di provinsi dilakukan oleh Mendagri, dan masalah teknis oleh KPA
Nasional
• Di kabupaten/kota dilakukan oleh Gubernur, dan masalah teknis oleh KPA
Provinsi
• Di kecamatan dilakukan oleh Bupati/Walikota, dan masalah teknis oleh
KPA Kabupaten/Kota
• Di desa/kelurahan dilakukan oleh Camat, dan masalah teknis dilakukan
oleh Puskesmas/Pustu dan Instansi Sektor Kecamatan
Peran Serta Masyarakat
Diantaranya :
• Menjaga diri dari kegiatan yang beresiko tinggi pada penularan HIV &
AIDS
• Menyebarluaskan informasi dimulai pada lingkungan keluarga terkecil
• Meningkatkan jaringan dan komunikasi kelompok untuk pencegahan HIV
& AIDS
• Memanfaatkan berbagai kesempatan/kegiatan untuk disisipi upaya
pencegahan HIV & AIDS
• Bersama lembaga pemerintah, aktif memberikan dukungan bagi upaya
penanganan kasus HIV & AIDS
• Memperlakukan orang yang terinfeksi HIV dengan adil
12
Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2010 Tentang
Penanggulangan HIV & AIDS di Kabupaten Semarang Bagian Pertama
Pembentukan Pasal 12
1. Dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat Kabupaten
dibentuk KPA Kabupaten Semarang.
2. KPA Kabupaten Semarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
3. Susunan anggota KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. Ketua :Bupati
b. Ketua Pelaksana : Wakil Bupati
c. Wakil Ketua I : Kepala SKPD yang membidangi Kesehatan
d. Wakil Ketua II : Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat atau yang
membidangi Kesejahteraan Rakyat
e. Sekretaris I : Tenaga senior penuh waktu (Pensiun Eselon II/ III)
f. Sekretaris II : Kepala SKPD yang membidangi Pemberdayaan
Masyarakat
g. Anggota :
1) Kepolisian Resort Semarang.
2) SKPD yang membidangi Pendidikan.
3) SKPD yang membidangi Sosial .
4) SKPD yang membidangi Keluarga Berencana.
5) SKPD yang membidangi Kepariwisataan.
6) Lembaga yang membidangi Hukum dan HAM.
7) Badan Narkotika Kabupaten.
8) LSM.
9) Jaringan ODHA.
10) Tokoh Agama dan/atau Masyarakat .
11) RSUD . Dan
12) Sesuai kebutuhan dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor
75 Tahun 2006.
13
Struktur Organisasi Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten
Semarang
KETUA
Bupati Semarang
KETUA PELAKSANA
WAKIL KETUA
1. Asisten Pemerintahan Dan Kesejateraan Rakyat
Sekretaris Daerah Kabupaten Semarang
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang
SEKRETARIS
1. Tenaga Senior Pensiunan Pejabat Eselon I/Ii
2. Kepala Bagian Kesejateraanrakyat SETDA
Kabupaten Semarang
ANGGOTA
14
KPA Kabupaten Semarang bertugas :
a. Mengkoordinasikan perumusan penyusunan kebijakan, strategi, dan
langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka penanggulangan HIV
dan AIDS sesuai kebijakan, strategi, dan pedoman yang ditetapkan
oleh KPA Nasional ;
b. Memimpin, mengelola, mengendalikan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten ;
c. Menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan ;
d. Menghimpun, menggerakkan, menyediakan dan memanfaatkan
sumberdaya berasal dari pusat, daerah, masyarakat, dan bantuan luar
negeri secara efektif dan efisien untuk kegiatan penanggulangan HIV
dan AIDS
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pencegahan,
pelayanan pemantauan, pengendalian dan penanggulangan HIV dan
AIDS serta pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing instansi yang
tergabung dalam KPA Kabupaten
f. Mengadakan kerjasama regional dalam rangka penanggulangan HIV
dan AIDS
g. Menyebarluaskan informasi mengenai upaya penanggulangan HIV dan
AIDS kepada aparat dan masyarakat
h. Memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas Camat dan Pemerintahan
Desa/Kelurahan dalam penanggulangan HIV dan AIDS
i. Mendorong terbentuknya LSM/Kelompok Peduli HIV dan AIDS
j. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan HIV
dan AIDS serta menyampaikan laporan secara berkala dan berjenjang
kepada KPA Nasional.
Tata Kerja
1. Dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS, KPA Kabupaten
Semarang melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur
selaku Ketua KPA Provinsi Jawa Tengah.
15
2. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berjenjang
mulai dari Desa/Kelurahan, Kecamatan, sampai Kabupaten yang secara
keseluruhan dilamp rkan sebagai bahan laporan kepada Gubernur.
3. KPA Kabupaten Semarang merinci dan membagi secara jelas kegiatan
penanggulangan HIV dan AIDS yang dilakukan aparat, jajaran kesehatan,
dan masyarakat.
4. KPA Kabupaten Semarang secara berjenjang dan berkesinambungan
melakukan sosialisasi kepada seluruh aparat pemerintah daerah, lembaga
pendidikan, lembaga swasta, lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh
masyarakat termasuk lembaga adat, lembaga keagamaan, tokoh adat,
tokoh agama, dan masyarakat.
5. Untuk melaksanakan kebijakan, strategi, dan langkah-langkah
penanggulangan HIV dan AIDS, Bupati selaku Ketua KPA Kabupaten
Semarang dapat menugaskan:
a. Camat untuk memimpin, mengkoordinasikan pelaksanaan, dan
memobilisasi sumber daya yang ada di wilayah Kecamatan;
b. Kepala Desa / Lurah untuk melaksanakan upaya penanggulangan HIV
dan AIDS di wilayah Desa / Kelurahan.
6. Pelaksanaan upaya penanggulangan HIV dan AIDS sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dibantu oleh lembaga pendidikan, lembaga
swasta, lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat
termasuk lembaga adat, lembaga keagamaan, tokoh adat, tokoh agama,
dan masyarakat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Pembentuk an Komisi
Penanggulangan AiDS dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka
Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah. Bentuk Organisasi, Kedudukan,
Dan Tugas Komisi Penanggulangan Aids
Pasal 2
1. Dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi dibentuk
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi.
16
2. Dalam rangka penanggulangan HlVdan AIDS di Kabupaten/ Kota
dibentuk Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten.
17
1. komisi Penanggulangan AIDS Provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 eyat I1] bertanggung jawab kepada Gubemur.
2. Komisi Penanggulangan AIDS Kabupeten/ttota sebagaimana dim aksud
dal am Paeal 2 ayat (2) bertanggung jawab kepada Bupati/Walikote.
3. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mempunyai hubungan koordinatif. koneuNatif, dan teknis
dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.
4. Komisl Penangg ulangan AIOS Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
pada ayat [2) mempunyai hubungan koordinatif, konsultatif, dan teknis
dengan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional.
Komisi PenanggulanganAlDS Provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas:
1. Mengkoordinasikan perumusan penyusunan kebjakan, strategi,
danIangkahJangkah yang diperlukan dalam rangka penanggulanganHIV
danAlDS sesuai kebijakan. strategi, dan pedoman yang ditetapkan oleh
Komisi Penanggu- langanAlDS Nasional;
2. Memimpin, mengelola, mengandaliLan, memantau, dan mangevatuasi
pelaksanaan penanggulangan HfVdan AIDS di Provinsi,
3. menghimpun, menggerakkan, menyediakan, dan memanfaatkan sumber
daya yang berasal dari pusat, daerah, maeyarakat, dan bantuan luar negeri
eecara etektif dan efisien untuk kegiatan penanggulangan HIV danAlDS;
4. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi masing- masing
instansi yang tergabung dalam kaanggotaan Komisi Penanggulangan
AIDS Provinsi.
5. Mengadakan kerja sama regional dalam rangka Penganggulangan HIV
dan AIDS
6. menyebarluaskan informasi mengenai upaya penanggulangan HIV dan
AIDS kepada aparat dan masyarakat;
7. menfasilitasi Komisi Penanggulangan AIDS Kabupatrn atau Kota
18
8. mendorong terbentuknya LSM/kelompok Peduli HIV dan AIDS, dan
melakukan monitoring dan evaluasi penganggulangan HIV dan AIDS
serta melaporkan laporan secara berkala dan benar pada Penanggulangan
AIDS Nasional
19
a. mencegah dan mengurangi penularan HIV ;
b. meningkatkan kualitas hidup ODHA ;
c. mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada
individu, keluarga dan masyarakat ; dan
d. memberikan perlindungan dan pedoman penanggulangan HIV dan
AIDS kepada semua pihak melalui pengaturan peran dan
tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah,
Swasta, Masyarakat, Organisasi Masyarakat, ODHA, OHIDHA dan
LSM.
20
OBYEK DAN SUBYEK
Pasal 3
a. Setiap orang
b. Semua usaha pariwisata
c. Tempat-tempat lain di Daerah yang berpotensi terjadi penularan HIV dan
AIDS.
Pasal 4
Subyek Peraturan Daerah ini adalah :
a. Masyarakat ;
b. Pemerintah Daerah ;
c. Swasta ; dan
d. LSM Peduli AIDS berdasarkan prinsip kemitraan.
21
2) Peningkatan kualitas layanan IMS sebagai pemutus mata rantai
penularan HIV .
3) Pengurangan penularan infeksi HIV pada penasun melalui kegiatan
pengurangan dampak buruk atau harm reduction yang dilaksanakan
secara komprehensif yang berarti juga mengupayakan penyembuhan
dari ketergantungan pada NAPZA.
d. setiap Pemberi Pelayanan Kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah
daerah harus memberikan layanan perawatan, dukungan dan pengobatan
atau CST yang berkualitas bagi ODHA agar hidup lebih lama secara
positif, berkualitas dan memiliki aktifitas sosial dan ekonomi yang normal
tanpa ada Stigma dan Diskriminasi; dan
e. setiap perusahaan diwajibkan melakukan program pencegahan HIV dan
AIDS.
Pasal 6
Strategi meliputi :
a. memberdayakan individu, keluarga, masyarakat dan kelompok
masyarakat, swasta dan LSM dalam pencegahan HIV dilingkungannya;
b. meningkatkan kemampuan dan memberdayakan individu, keluarga,
masyarakat dan kelompok masyarakat, swasta dan LSM yang terlibat
dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS melalui pendidikan dan
pelatihan yang berkesinambungan;
c. meningkatkan dan memperluas upaya pencegahan yang efektif dan
efisien;
d. meningkatkan dan memperkuat sistem pelayanan kesehatan dasar serta
rujukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah ODHA yang
memerlukan akses perawatan dan pengobatan;
e. meningkatkan survei dan penelitian serta menyelenggarakan monitoring
dan evaluasi untuk memperoleh data bagi pengembangan program
penanggulangan HIV dan AIDS.
22
Pasal 7
Langkah-Langkah Penanggulangan Bagian Kesatu Pencegahan HIV dan
AIDS :
1. Pencegahan yang dilakukan oleh dan untuk kelompok ODHA dan
OHIDHA meliputi :
a. Tidak melakukan hubungan seks diluar perkawinan yang sah;
b. Melakukan hubungan seks dengan kondom;
c. Saling setia kepada pasangannya atau tidak berganti-ganti pasangan
seks;
d. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat;
e. Tidak menggunakan napza suntik atau tidak menggunakan jarum
suntik secara bergantian;
f. Ikut aktif dalam upaya Pencegahan HIV dan AIDS.
23
d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan;
e. Tidak melakukan hubungan seksual di luar perkawinan yang sah ; dan
f. Setia pada pasangan tetap dan tidak berganti-ganti pasangan seks.
Pasal 8
Bagian kedua. Langkah-langkah penanganan HIV dan AIDS adalah :
a. Meningkatkan sarana pelayanan kesehatan, meliputi :
1. Dukungan pelayanan Klinik IMS.
2. Kuantitas dan kualitas pelayanan VCT.
3. Dukungan pelayanan CST.
4. Ketersediaan distribusi obat, bahan habis pakai dan reagensia.
5. Dukungan pelayanan infeksi opportunistik.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia tenaga
kesehatan HIV dan AIDS;
c. Meningkatkan penjangkauan dan pendampingan bagi kelompok
rawan ODHA ; dan
d. Melaksanakan program pendidikan dan pelatihan.
Bagian ketiga, Rehabilitasi HIV dan AIDS
Pasal 9
Langkah-langkah rehabilitasi HIV dan AIDS bagi ODHA dan OHIDHA,
meliputi :
a. Motivasi dan diagnosa psikososial ;
b. Perawatan dan pengasuhan ;
c. Pembinaan kewirausahaan ;
d. Bimbingan mental spiritual ;
e. Bimbingan sosial dan konseling psikososial ;
f. Pelayanan aksesibilitas ;
g. Bantuan dan asistensi sosial ;
h. Bimbingan resosialisasi ;
i. Bimbingan lanjut ;
24
j. Rujukan ;
k. pendidikan dan pelatihan.
PERLINDUNGAN
Pasal 10
(1) Pemerintah Daerah berkewajiban mengembangkan kebijakan yang
menjamin efektivitas usaha penanggulangan HIV dan AIDS untuk
melindungi masyarakat dari penularan HIV dan AIDS serta ODHA
dan OHIDHA, dari stigma dan diskriminasi.
(2) Pemerintah Daerah berkewajiban mendorong pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat dalam rehabilitasi kelompok resiko tinggi
HIV dan AIDS berbasis pendekatan keagamaan, sosial yang
berdampak positif terhadap penanggulangan HIV dan AIDS.
(3) Pekerja dan masyarakat yang terinfeksi HIV dan AIDS berhak
mendapat pelayanan kesehatan kerja yang sama dengan pekerja dan
masyarakat sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
(4) Fasilitas kesehatan seperti, Rumah Sakit Pemerintah Daerah maupun
Rumah Sakit swasta, Puskesmas, klinik dan/ atau dokter praktek tidak
diperkenankan menolak memberikan pelayanan kesehatan pada
pasien yang terinfeksi HIV dan AIDS.
(5) Pemerintah Daerah berkewajiban melindungi hak asasi orang
terinfeksi HIV dan AIDS serta menjaga kerahasiaan identitas orang
yang terinfeksi HIV dan AIDS.
(6) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan dalam
rangka memberikan perlindungan sosial kepada ODHA dan
OHIDHA
Pasal 11
(1) Tes HIV dan AIDS dilakukan dengan konseling yang baik dan
disertai informed concent yang tertulis.
25
(2) Tes HIV dan AIDS tidak diperbolehkan menjadi persyaratan khusus
untuk keperluan apapun kecuali untuk kepentingan hukum dan medik.
(3) Tes HIV dan AIDS dapat dipergunakan untuk kepentingan surveilans
(4) Setiap perusahaan dilarang memberhentikan karyawan dengan alasan
terkena HIV dan AIDS
(5) Setiap orang yang karena tugas dan pekerjaannya mengetahui atau
memiliki informasi tentang status HIV dan AIDS seseorang wajib
merahasiakan, kecuali :
a. Jika ada persetujuan / izin yang tertulis dari orang yang
bersangkutan;
b. Kepada orang tua / wali dari anak yang belum cukup umur,
mengalami cacat mental atau tidak sadar;
c. Jika ada kepentingan rujukan layanan kesehatan dengan
komunikasi atas dokter atau fasilitas dimana orang dengan HIV
dan AIDS tersebut dirawat;
d. Untuk kepentingan hukum.
(6) Praktisi medis atau konselor VCT hanya dapat membuka informasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), kepada pasangan seksual dan /
atau partner pengguna jarum suntik bersama dari seseorang terinfeksi
HIV dan AIDS, apabila:
a. Orang terinfeksi HIV dan AIDS telah mendapat konseling yang
cukup namun tidak kuasa untuk memberitahu pasangan atau
partnernya;
b. Praktisi medis atau konselor VCT telah memberitahu pada orang
lain yang terinfeksi HIV dan AIDS bahwa untuk kepentingan
kesehatan akan dilakukan pemberitahuan kepada pasangan
seksualnya atau partner suntiknya;
c. Ada indikasi bahwa telah terjadi transmisi pada pasangannya;
d. Untuk kepentingan pemberian dukungan pengobatan dan
perawatan pada pasangan seksualnya atau partner suntik.
26
(7) Setiap orang boleh mengetahui status HIV dan AIDS atas persetujuan
kedua belah pihak.
27
11. RSUD . Dan
12. Sesuai kebutuhan dengan mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor 75 Tahun 2006.
28
8. Kepala Dinas Pendidikan
Kebudayaan Kepemudaan Dan
Olahraga Kabupaten Semarang
9. Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten Semarang
10. Kepala Dinas Pariwisataan
Kabupaten Semarang
11. Kepala Dinas Komunikasi Dan
Informatika Kabupaten
Semarang
12. Kepala Satuan Polisi Pamong
Praja Dan Pemadam Kebakaran
Kabupaten Semarang
13. Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Ambarawa
29
e. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pencegahan,
pelayanan, pemantauan, pengendalian dan penanggulangan HIV dan
AIDS serta pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing instansi yang
tergabung dalam KPA Kabupaten ;
f. mengadakan kerjasama regional dalam rangka penanggulangan HIV
dan AIDS ;
g. menyebarluaskan informasi mengenai upaya penanggulangan HIV dan
AIDS kepada aparat dan masyarakat ;
h. memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas Camat dan Pemerintahan
Desa/Kelurahan dalam penanggulangan HIV dan AIDS ;
i. mendorong terbentuknya LSM/Kelompok Peduli HIV dan AIDS ; dan
j. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan HIV
dan AIDS serta menyampaikan laporan secara berkala dan berjenjang
kepada KPA Nasional.
TATA KERJA
Pasal 15
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, KPA Kabupaten Semarang melakukan
koordinasi dan kerjasama dengan Instansi Pemerintah maupun Instansi
Pemerintah Daerah, dunia usaha, organisasi non pemerintah, organisasi
profesi, perguruan tinggi, badan internasional dan / atau pihak-pihak
lain yang dipandang perlu serta melibatkan partisipasi masyarakat.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, KPA Kabupaten Semarang dapat
mengangkat tenaga penuh waktu pengelola kegiatan, membentuk
kelompok kerja, menyusun tim pelaksana harian dan pendukung
kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.
30
Pasal 16
(1) Dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS, KPA Kabupaten
Semarang melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur
selaku Ketua KPA Provinsi Jawa Tengah.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
berjenjang mulai dari Desa/Kelurahan, Kecamatan, sampai Kabupaten
yang secara keseluruhan dilampirkan sebagai bahan laporan kepada
Gubernur.
(3) KPA Kabupaten Semarang merinci dan membagi secara jelas kegiatan
penanggulangan HIV dan AIDS yang dilakukan aparat, jajaran
kesehatan, dan masyarakat.
(4) KPA Kabupaten Semarang secara berjenjang dan berkesinambungan
melakukan sosialisasi kepada seluruh aparat pemerintah daerah,
lembaga pendidikan, lembaga swasta, lembaga kemasyarakatan yang
dibentuk oleh masyarakat termasuk lembaga adat, lembaga
keagamaan, tokoh adat, tokoh agama, dan masyarakat.
(5) Untuk melaksanakan kebijakan, strategi, dan langkah-langkah
penanggulangan HIV dan AIDS, Bupati selaku Ketua KPA Kabupaten
Semarang dapat menugaskan:
a. Camat untuk memimpin, mengkoordinasikan pelaksanaan, dan
memobilisasi sumber daya yang ada di wilayah Kecamatan;
b. Kepala Desa / Lurah untuk melaksanakan upaya penanggulangan
HIV dan AIDS di wilayah Desa / Kelurahan.
(6) Pelaksanaan upaya penanggulangan HIV dan AIDS sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dibantu oleh lembaga pendidikan, lembaga
swasta, lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat
termasuk lembaga adat, lembaga keagamaan, tokoh adat, tokoh agama,
dan masyarakat.
31
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB ODHA
Pasal 17
Peran dan tanggung jawab ODHA yaitu :
a. berperan aktif dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS;
b. membentuk kelompok dukungan sebaya dan melakukan penjangkauan
ODHA di Daerah didukung oleh KPA Kabupaten Semarang;
c. berkewajiban tidak melakukan tindakan berisiko yang dapat
menularkan HIV dan AIDS kepada orang lain.
Pasal 19
(1) Program pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 adalah memberdayakan masyarakat agar masyarakat tahu,
mau, dan mampu menanggulangi HIV dan AIDS.
(2) Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud pada ayat (1) melibatkan
masyarakat, kelompok masyarakat, lembaga kemasyarakatan, Badan
Pemusyawaratan Desa, kader Pemberdayaan Masyarakat, Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, LSM, Swasta, ODHA dan OHIDHA.
32
Pasal 20
Tugas pelaku pemberdayaan adalah :
a. berperan aktif dalam menyebarluaskan informasi pencegahan;
b. turut aktif menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ODHA dengan
berempati dan menjauhkan sikap diskriminatif dan stigma terhadap
mereka;
c. berperan aktif melakukan penyuluhan, pelatihan, penjangkauan dan
pendampingan ODHA;
d. berperan pada semua tingkat proses penanggulangan HIV dan AIDS.
Pasal 21
Dalam melaksanakan tugasnya dapat melibatkan tenaga profesional baik
secara individu maupun organisasi profesi dan lembaga pendidikan tinggi
dalam perumusan kebijakan, penelitian dan riset operasional.
PEMBIAYAAN
Pasal 22
Sumber pembiayaan untuk kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS dapat
bersumber dari :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi ;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
e. swadaya masyarakat;
f. sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
33
(2) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
Dinas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan bekerjasama
dengan SKPD dan / atau lembaga terkait
C. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan di KPA dan kegiatan magang mahasiswa di KPA
Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan KPA Kabupaten Semarang
a. Kegiatan di Dalam Gedung
Kegiatan di dalam gedung merupakan kegiatan yang
dilaksanakan sejalan dengan pelayanan yang diselenggarakan oleh
KPA Kabupaten Semarang. KPA melakukan program MONEV
keliling ke kecamatan. Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari Senin
s/d Kamis dan kegiatan administrasi di hari Jumat. Jenis kegiatan yang
ada di KPA Kabupaten Semarang meliputi :
Membuat poster
34
Membuat jurnal
Membuat poster
Membuat Jurnal
35
b. Kegiatan di Luar Gedung
Kegiatan di luar gedung merupakan kegiatan di luar pelayanan yang
kegiatannya berada di luar gedung KPA Kabupaten Semarang kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut:
Keliling ke kecamatan Sumowono melakukan MONEV
Keliling ke kecamatan Suruh melakukan MONEV
Keliling ke kecamatan Tengaran melakukan MONEV
Kecamatan Tengaran
36
D. Pembahasan
1. Gambaran Kejadian Homoseksual
Umumnya, para LGBT memiliki gaya hidup seks bebas dengan
banyak orang sehingga kenderungan terkena virus HIV/AIDS sangat
tinggi.Diketahui bahwa di kabupaten semarang peningkatan kasus
HIV/AISD tertinggi di akibatkan oleh perilaku homoseksual 20%. Temuan
kasus ini lebih banyak dibandingkan tahun 2018 sebanyak 90 kasus.
Terjadi pergeseran pengidap dari dominasi perempuan ke laki-laki. Pria
pengidap HIV/AIDS sebagian besar adalah penyuka sejenis (LSL).
Kelompok ini lebih punya potensi besar untuk menyebarkan virus. Dari
hasil pendampingan di lapangan oleh kelompok masyarakat atau LSM
mereka bisa berperilaku biseksual.
Setiap tahun terjadi kenaikan jumlah kasus HIV yang dilaporkan
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2019. Provinsi Jawa Tengah masuk
dalam lima besar kasus nasional HIV (30.257). jumlah AIDS terbanyak
pada peringkat satu sampai lima secara nasional, Provinsi Jawa Tengah
menduduki peringkat ketiga yaitu,10.858 kasus. Ditemukan pertama pada
tahun 2021 bahah jumlah laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) 31 orang.
Bahkan kasus LSL dikabupaten semarang sudah merambat ke tingkat
SMP.
Faktor risiko penularan terbanyak melalui hubungan seksual
berisiko heteroseksual (70,2%), penggunaan alat suntik tidak steril (8,2%),
homoseksual (7%), dan penularan melalui perinatal (2,9%). Laporan dari
KPA kabupaten semarang ( 2021 ) Penderkita HIV/AIDS di kabupaten
Semarang saat ini diperkirakan 854 kasus yang di akibatkan oleh perilaku
homoseksual sebesar (18%).
Kasus homoseksual masih mendominasi peningkatan infeksi
penyakit menular dikalagan masyarakat seperti ;
1. Kangker anal atau dubur
Para gay melakukan hubungan seks anal sehingga mereka memiliki
resiko tinggi terkena penyakit kangker anal
37
2. Kangker mulut
Kebiasaan melakukan oral seks bisa menyebabkan kangker mulut.
Faktanya rokok bukanlah satu-satunya penyebab kangker mulut
terjadi.
3. Meningitis
Meningitis atau radang selaput otak terjadi karena infeksi
mikroorganisme, kangker, penyalagunaan obat-obatan tertentu dan
mengalami peradangan tubuh. Namun, hal lain diungkapkan dalam
tulisan di DetikHealth bahwa meningitis terjadi karena penularan
hubungan seks yang di lakukan oleh LGBT.
4. HIV/AIDS
Umumnya, para LGBT memiliki gaya hidup seks bebas dengan
banyak orang sehingga kenderungan terkena virus HIV/AIDS sangat
tinggi.Diketahui bahwa di kabupaten semarang peningkatan kasus
HIV/AISD tertinggi di akibatkan oleh perilaku homoseksual 18%.
Dari hasil data grafik tersebut kasus HIV dari tahun 2010-2020
ditemukan adanya peningkatan kasus HIV setiap tahun di Kabupaten
Semarang, jika dibandingkan dengan tahun 2010 hingga penentuan
38
kasus HIV semakin tinggi. Rat-rata usia penderita HIV yairu adalah
usia produktif dengan rentang usia 20-34 tahun.
2. Menurut Faktor risiko
HET-
EROSEK-
SUAL
653
76%
250 230
200 173
150
100 84 81 81
68 63
50 20 18 18
7 5 2 2 1 1
0
39
orang, lainnya 84, IRT 81, wiraswasta 81, belum bekerja 68, buruh 63,
MHS/Pelajar 20, sopir 18, Petani 18, PNS 7, salon 5, Dagang 2, guru
2, bidan 1, dan satpam 1 orang.
4. Menurut kecamatan
250
204
200
150
97
100
60 54 50
49 49
50 39 38 31
25 25 24 17 16
15 15 13 13 12 8
0
S UR NO RUH SAN GIN KAN LAN EAR
GA GAN EN
R W IM O N E L
BE DU
N BA N T OW SU ETA BRI US
U
AB UNC
N A G S P
BA GAR SUM
UN
AIDS
200
23%
HIV
654
77%
Dari hasil data pada grafik tersebut Kasus HIV tahun 2021
sebanyak 654 (77%) orang. Sedangkan kasus AIDS tahun 2021
sebanyak 200 (23%) orang. Kasus HIV/AIDS menurut kecamatan
yaitu kecamatan bergas 97 kasus, lalu ambarawa 60 kasus, bandungan
54, ungaran barat 50, bawen 49, pringapus 39, ungaran timur 38,
jambu 31, sumowono 25, tuntang 25, suruh 24, tengaran 17, getasan
16, banyubiru 15, bringin 15, kaliwungu 13, susukan 13,bancak 12,
pabelan 8, luar wilayah 204, unclear 49 kasus.
40
Dari data di atas menunjukkan bahwa kecamatan Bergas
menduduki tingkat pertama dengan jumlah kasus sebanyak 97 oarang.
Urutan kedua yaitu Kecamatan Ambarawa dengan jumlah kasus
sebanyak 60 orang. Dan urutan ketiga yaitu Kecamatan Bandungan
dengan jumlah kasus sebanyak 54 orang.
5. Tren Perkembangan Kasus Homoseksual
25
23
20
19 19
15
10 10
8 8
5
3 4 3
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
41
Sebaran Usia Kasus HIV
Faktor Resiko Homoseksual
60-64 1
50-54 5
45-49 10
40-44 9
35-39 7
30-34 26
25-29 33
20-24 33
15-19 5
0 5 10 15 20 25 30 35
Total
:
96
orang
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
42
A. Simpulan
1. Sekertariat Komisi Penanggulanagn AIDS merupakan unit pelaksaan
teknis (upt) Komisi Penanggulangan AIDS. Di pimpin oleh Sekretaris I,
yang membawahi Sekretariat KPA dan Pengelolah Keuangan. Komisi
penanggulang AIDS kabupaten semarang mempunyai tugas pokok dan
fungsi yaitu Mengkoordinasi perumusan kebijakan, Menghimpun,
mengelola, menyediakan dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang
ada untuk penanggulangan HIV dan AIDS, Menyebarluaskan berbagai
informasi HIV dan AIDS kepada seluruh masyarakat, Memfasilitasi
pelaksanaan tugas Camat dalam penanggulangan HIV & AIDS,
Memfasilitasi dan meningkatkan peran serta masyarakat melalui Tokoh
Agama & Masyarakat dan Melakukan monitoring dan evaluasi.
2. Kegiatan PBL III yang dilakukan di Komisi Penanggulangan AIDS
Kabupaten Semarang yaitu Keliling ke kecamatan Sumowono, Suruh, dan
Tengaran melakukan MONEV
3. Penularan kasus HIV/AIDS terjadi pada usia produktif yairu 20-32 tahun
4. Tiga Kecamatan tertinggi kasus HIV/AIDS adalah Kecamatan Bergas,
Ambarawa dan Kecamatan Bandungan
5. Homoseksual termasuk salahsatu faktor tertinggi penyeb kasus HIV/AIDS
di Kabupaten Semarang
6. Sebaran usia kasus HIV dengan faktor resiko homoseksual tertinggi terjadi
pada usia 20-29 tahun
B. Saran
1. Bagi Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Semarang
43
Bagi Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Semarang
diharapkan dapat meningkatkan program-program terbaik dalam
penanggulangan kasus HIV/AIDS yang disebkan faktor homoseksual.
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Diharapkan Program Studi Kesehatan Masyarakat dapat menjalin
komunikasi aktif dengan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten
Semarang sehingga target capaian yang ditetapkan Program Studi
Kesehatan Masyarakat dalam kegiatan PBL III ini dapat berjalan dengan
baik dan mahasiswa mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan
keterampilan.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang sudah diterima
di perkuliahan secara aplikatif dengan berbagai situasi yang nyata di
lingkungan masyarakat guna menyelesaikan permasalahan kesehatan yang
ada di lokasi PBL III.
DAFTAR PUSTAKA
44
Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2010
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum
Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Dan Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Rangka Penanggulangan HIV Dan AIDS Di Daerah
LAMPIRAN
45
1. Jadwal pelaksaan PBL III
Jadwal PBL III mahasiswa S1 kesehatan masyarakat di Komisi
Penanggulangan AIDS Kabupaten Semaran
November Kehadiran
Minggu 1 2 3 4 5 6 7
Minggu 2 8 9 10 11 12 13
Minggu 3 14 15 16 17 18 19
Keterangan :
: Hadir
: Libur
46
Penyerahan mahasiswa magang di tempat KPA
yang dilaksanaka n secara daring
47
Penarikan Mahasiswa PBL III
48
4. Kamis, Evaluasi Kecama KPA,Perangk
04/11/202 dan tan at
1 monitoring Suruh, Kecamatan,
kegiatan Kab.Se LSM,
MPA marang Tenagan
penyakit Kesehatan
AIDS Kec. Suruh
Dan
Mahasiswa
49
9. Kamis,11 Piket dan Kantor Mahasiswa
/11/2021 Diskusi KPA
besma Kab.
kelompok Semara
membahas ng
tugas dari
KPA
10. Jumat,12/ Kegiatan Kantor Instansi KPA
11/2021 Administra KPA dan
si , Diskusi Kab. Mahasiswa
dan Semara
membuat ng
jurnal dan
Poster
11. Senin, Piket, ikut Kantor Sekretaris 1
15/11/202 zoom KPA KPA, Dosen
1 meeting “ Kab. Pengapuh
Koordinato Semara PBL III dan
r Komisi ng Mahasiswa
Penanggula
ngan AIDS
Provinsi
Jawa
Tengah dan
Monev
PBL III
Koordinato
r
12. Selasa,16/ Piket Dan Kantor Mahasiswa
11/2021 Diskusi KPA
Bersamaa Kab.
Anggota Semara
Kelompok ng
Membuat
jurnal Dan
Laporan
PBL III
13. Rabu, Piket dan Kantor Mahasiswa
17/11/202 membuat KPA
1 jurnal Kab.
Semara
ng
Membuat Jurnal
50
14. Kamis, Diskusi Rumah Mahasiswa
18/11/202 bersama Mahasi
1 kelompok swa
membuat
junal,
poster dan
laporan
bersama
logbook
Membuat Poster
15. Jumat, Membuat , Kantor Staf KPA,
19/11/202 penarikan KPA Dosen
1 Mahasiswa - rumah Pembing
Magang Mahasi Lapangan
dan swa dan
membuar Mahasiswa
Laporan
PBL III
Penarikan
Mahasiswa PBL III
51