Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT

Disusun Oleh:

Nama : Porlin Wenda NIM : 020118A044

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2022
PRAKTIKUM 1

PARASITOLOGI

1. Landasan Teori
Parasit adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain
(disebut inang) dengan menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau manfaat lain
padanya. Contoh parasit misalnya cacing di dalam perut dan protozoa Plasmodium
(penyebab malaria) di dalam darah. Parasit dapat menyerang manusia dan hewan, serta
menurunkan produktivitas inang yang ditumpanginya. Ilmu yang mempelajari parasit
disebut parasitologi.
Parasitoid adalah parasit yang menggunakan jaringan dari organisme lain untuk
kebutuhan nutrisi mereka sampai inang yang ditumpangi meninggal karena kehilangan
jaringan atau nutrisi yang dibutuhkan. Parasitoid juga diketahui sebagai necrotroph.
2. Tujuan
a. untuk mengetahui vektor yang dapat menyebabkan penyakit malaria.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis plasmodium pada vektor nyamuk.
c. Pemeriksaan malaria pada pasien.
3. Sampel
a. Nyamuk
b. Darah
4. Prosedur Kerja
a. Nyamuk
- Diambil salah satu preparat awetan dari golongan protozoa.
- Diletakan salah satu awetan protozoa diatas meja mikroskop monokuler.
- Ditetesi minyak imersi.
- Dilhat dengan pembesaran lensan obyektif 100 x dengan menggunakan minyak
imersi.
- Diamati dan di gambar setiap bentuk preparat yang telah di lihat.
- Amati di bawah mikroskop menggunakan lensa obyektif 100x.
- Diamati dan digambar setiap bentuk preparat yang telah dilihat.
-
b. Darah
 Sediaan Darah Tebal
- Letakan 2-3 tetes darah pada objek glass yang bersih dan kering. Lalu buat
lingkaran dengan diameter kira-kira 1 cm.
- Setelah kering, sediaan dihemolisakan dengan aquadest sampai semua darah pada
sediaan hilang.
- Tetesi dengan larutan giemsa 1: 3 pada sediaan selama 30 menit.
- Cuci dengan air mengalir.
- Keringkan pada suhu kamar dan amati di bawah mikroskop menggunakan lensa
objektif 100x dengan menggunakan emersi oil.
 Sediaan darah tipis
- Letakan satu tetes darah diatas objek glass yang bersih dan kering.
- Dengan menggunakan objek glass lain, buat hapusan darah tipis yang memiliki
lidah api tidak terputus-putus.
- Keringkan pada suhu kamar, bagian darah tebal dibua e-tiket ( nama ) kemudin
fikasi dengan methanol selama 1,5 menit.
- Tetesi larutan giemsa 1: 3 pada sediaan selama 30 menit.
- Cuci tangan dengan air mengalir. Keringkan pada suhu kamar.
- Amati dibawah mikroskop dengan lensa obyektif 100x dengan menggunakan
emersi oil.
5. Hasil
a. Nyamuk
1. Sporozoa
Ciri –ciri : merupakan kelompok protista yang tidak mempunyai alat gerak y ang
spesifik. Dinamakan sporozoa karena dalam tahap tertentu dalam hidupnya, dapat
membentuk sejenis spora. Sporozoa biasanya hidup sebagai parasit pada tubuh hewan
maupun manusia.

Keterangan gambar : gambar ini di ambil pada saat pengamatan protozoa pada
mikroskop.

2. Rhizopoda

Ciri –ciri : Rhizopoda bergerak dengan menggunakan kaki semu atau


pseudopodia. Bagian luar tubuhnya terdapat membran sel yang berfungsi sebagai
pelindung isi sel.

Keterangan gambar : gambar ini di ambil pada saat pengamatan protozoa pada
mikroskop.
3. Flagellata

Ciri –ciri : flagellata adalah protozoa yang bergerak dengan bulu cambuk
(flagela). Habitat dari organisme ini adalah berada di air tawar atau air laut dan tempat
basah atau parasit dalam tubuh hewan dan manusia. Pada umumnya flagellata hidup
secara soliter, tetapi ada juga yang berkoloni. Flagellata ada yang bersimbiosis dan
bersifat parasit dala tubuh hewan atau manusia.

Keterangan gambar : gambar ini di ambil pada saat pengamatan protozoa pada
mikroskop.

4. Ciliata

Ciri –ciri : merupakan protozoa dengan ciri khusus, yaitu seluruh permukaan
tubuhnya ditumbuhi rambut atau bulu getar ( silia ) yang berjumlah banyak. Sel
Ciliata memiliki dua inti sel, yakni makronukleus dan mikronukleus. Ciliata
memiliki bentuk yang tetap, tidak berubah-ubah dengan bentuk dasar oval.
Habitat klasifikasi protozoa yang satu ini berada pada daerah yang mengandung
cukup banyak bahan organik dan ada yang hidup sebagai parasit.

Keterangan gambar : gambar ini di ambil pada saat pengamatan protozoa pada
mikroskop.

b. Darah
- ( + ) = bila di temukan plasmodium malaria pada sediaan hapusan darah.
- ( - ) = bila tidak ditemukan plasmodium malaria pada sediaan hapusan darah.
6. Pembahasan
Berdasarkan praktek pemeriksaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa
gambaran hasil plasmodium dengan sediaan tetes darah tebal hapusan darah belum ada
hasil yang di dapatkan karena praktek yang di lalukan tidak sampai tahap analisis hasil.
Dan pada pengamatan protozoa dengan mikroskop mahasiswa dapat mengamati bentuk
dari masing-masing protozoa yang ada.

7. Kesimpulan
Hasil dari pemeriksaan ini adalah mahasiswa memahami dan dapat menerapkan praktek
pengendalian vektor penyakit khusnya nyamuk dalam dunia kerja.

8. Dokumentasi

*Proses pemeriksaan sampel darah


*Pengamatan nyamuk dalam mikroskop
PRAKTIKUM 2

RESISTENSI INSEKTISIDA

1. Landasan Teori
Insektisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh
insekta/serangga. Insektisida dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah
laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas
biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga.
Penggunaan insektisida dalam jangka lama akan memberikan dampak terjadinya
resistensi vektor dan pencemaran lingkungan. Resistensi adalah
kemampuan populasi vektor untuk bertahan hidup terhadap suatu dosis insektisida yang
dalam keadaan normal dapat membunuh spesies vektor tersebut. Jenis resistensi ini dapat
berupa resistensi tunggal, resistensi ganda (multiple resistance) dan resistensi silang
(cross resistance).
Faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya resistensi meliputi faktor
genetik, biologi dan operasional.7 Faktor genetik antara lain meliputi frekuensi, jumlah
dan dominasi alel resisten. Faktor biologi-ekologi meliputi perilaku serangga, jumlah
generasi per tahun, keperidian, mobilitas dan migrasi. Faktor operasional meliputi jenis
dan sifat insektisida yang digunakan, jenis-jenis insektisida yang digunakan sebelumnya,
persistensi, jumlah aplikasi dan stadium sasaran, dosis, frekuensi, cara aplikasi, bentuk
aplikasi, dan lain-lain.
2. Tujuan
Mengetahui status kerentanan terhadap insektisida pada vektor DBD stadium dewasa.
3. Sampel
Nyamuk dewasa Ae. aegypti
4. Prosedur Kerja
- Siapkan Tabung perlakuan (bintik merah) sebanyak empat tabung dimasukkan
impregnated paper atau kertas berinsektisida (bagian permukaan yang ada tulisan berada
di bagian luar) sedangkan kedalam dua tabung kontrol (bintik hijau), dimasukkan kertas
dengan olive oil atau silicon oil.
- Masing-masing kertas tersebut dijepit pada permukaan bagian dalam tabung dengan
gelang yang sudah disediakan.
- Empat tabung perlakuan dipasangkan dengan empat tabung aklimatisasi, sedangkan dua
tabung kontrol dipasangkan dengan dua tabung aklimatisasi lainnya. Ae. aegypti yang
sudah diaklimatisasi dipindahkan ke tabung perlakuan dan ke dalam tabung kontrol
dengan menggeser sekat hingga masing-masing ruangan tabung dan pasangannya
terhubung.
- Tiup perlahan-lahan dari arah lubang tabung yang ada kawat kasanya, dengan posisi
tabung berisi nyamuk di bagian bawah dan kemiringan sekitar 45°, hingga nyamuk
berpindah ke ruangan tabung pasangan masing-masing. Setelah semua nyamuk berpindah
ke tabung pasangannya, segera masing – masing sekat pemisah digeser kembali agar
kedua tabung tersekat kembali.
- Kemudian nyamuk dibiarkan kontak selama 60 menit.
- Nyamuk yang berada dalam tabung perlakuan (bintik merah) dan tabung kontrol (bintik
hijau) dipindahkan kembali ke tabung bintik hijau yang sebelumnya digunakan untuk
aklimatisasi, dengan menggeser sekat hingga tabung bintik merah dan bintik hijau
tersambung, ditiup perlahan lahan dengan posisi tabung berisi nyamuk dibagian bawah
dan kemiringan sekitar 45°, sehingga semua nyamuk berpindah ke tabung pasangannya.
Segera sekat pemisah digeser kembali agar kedua tabung tersekat kembali.
- Tabung aklimatisasi difungsikan sebagai tabung holding, diberi label “P” untuk yang
dipasangkan dengan tabung perlakuan dan “K” untuk tabun g yang dipasangkan dengan
tabung kontrol.
- Kemudian diamati dan dicatat jumlah nyamuk yang knock down atau mati sesaat sesudah
dipindahkan semua ke dalam tabung pemaparan (bintik merah) (T0) dan 1 jam (T1)
(formulir terlampir).
- Setelah semua nyamuk dipindahkan, tabung perlakuan (bintik merah) dan tabung kontrol
(bintik hijau bukan aklimatisasi) dilepaskan dari pasangannya masing-masing.
- Semua tabung bintik hijau (berisi nyamuk tersebut) dimasukkan ke dalam kurungan
nyamuk yang kosong (holding) kemudian permukaan atas tiap tabung diberi kapas yang
sudah mengandung cairan gula.
- Kemudian dipelihara selama 24 jam.
- Kurungan ditutup dengan handuk basah, dan kurungan tersebut diletakkan ditempat dan
kondisi yang tidak terjangkau oleh semut.
- . Selama uji dan pengamatan, dicatat temperatur, kelembaban nisbi dengan menggunakan
temperatur max/min dan hygrometer.
- Selama holding, apabila kematian nyamuk pada tabung kontrol >10%, maka dianggap
gagal dan harus diulang mulai dari tahap aklimatisasi kembali.
5. Hasi
Hasil yang di dapatkan dari resistensi insektisida pada yamuk yaitu pada waktu 60 menit
dari 4 tabung merah yaitu :
- Tabung 1 : di dapatkan pada menit ke 20 ada 1 nyamuk yang pingsan.
- Tabung 2 : di dapatkan pada menit ke 25 ada 1 nyamuk yang pingsan.
- Tabung 3 : di dapatkan pada menit ke 40 ada 2 nyamuk yang pingsan.
- Tabung 4 : di dapatkna pada menit ke 60 ada 1 nyamuk yang pingsan.
Hasil uji kerentanan dikelompokkan dengan kriteria kematian nyamuk sbb:
1. Kematian 99-100% kategori rentan
2. Kematian 80-98% kategori toleran
3. Kematian <80% kategori resisten
6. Pembahasan
Pada uji resistensi insektisida pada nyamuk yang di lakukan yaitu pengamatan selama 60
menit dari 4 tabung merah yang berisi insektisida untuk melihat ketahanan nyamuk
terhadap insektisida selama 60 menit. Pada masing-masing tabung berisi 25 nyamuk
betina. Setelah melakukan pengamatan selama 60 menit di lakukan penctatan nyamuk
yang pingsan pada menit-menit tertentu.
7. Kesimpulan
Dari hasil yang di dapatkan pada dari 4 tabung merah berisi insektisida selama 60 menit
yaitu di dapatkan untuk keseluruhan 5 nyamuk yang pingsan.
8. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

- Modul Parasitologi 1
- Sop Pemeriksaan Laboratorium. Parasitologi
- Penentuan Status Resistensi Nyamuk Aedes Aegypti Yang Berasal Dari Kecamatan
Telanapura (Jambi) Terhadap Insektisida Malation Uji Hayati, Ferry Mahardika,.
2007.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai