Anda di halaman 1dari 11

RESUME KULIAH PAKAR

KONSEP DASAR PROSES INFEKSI BERBAGAI AGEN


PARASITOLOGI
ILMU DASAR KEPERAWATAN

Dosen Pengampu :
Dr. dr. Karina, Sp.BP-RE

Disusun Oleh :
Kelvin Fadillah (2210711094)

Kelas C

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAKARTA
2023
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Parasit


Parasit adalah organisme hidup, yang hidup di dalam atau di atas organisme lain
(inang) dan memperoleh nutrisi langsung darinya, tanpa memberikan manfaat apapun
kepada inangnya. Parasit, secara luas dibagi menjadi 2 bagian :
Protozoa
Protozoa adalah mikroorganisme eukariotik bersel tunggal yang termasuk dalam
kingdom protista.
a. Sebagian besar tidak pathogen.
b. Memiliki berbagai ukuran (1 – 150 µm), bentuk, ukuran, dan struktur.
Protozoa diklasifikasikan kedalam kingdom Protista, subkingdom Protozoa yang
selanjutnya dibagi menjadi empat filum sebagai berikut :

Struktur Protozoa :
a. Sel protozoa khas dibatasi oleh membran unit trilaminar, didukung oleh
selembar brils kontraktil yang memungkinkan sel untuk bergerak dan berubah
bentuk.
b. Sitoplasma protozoa memiliki 2 bagian :
1. Ektoplasma
a. Bagian homogen luar yang berfungsi sebagai organ untuk
bergerak dan untuk menelan makanan dengan memproduksi
pseudopodia.
b. Membantu dalam respirasi, mengeluarkan bahan limbah, dan
dalam menyediakan penutup pelindung sel.
2. Endoplasma
a. Bagian granular dalam sitoplasma yang mengandung nukleus.
b. Endoplasma menunjukkan sejumlah struktur badan golgi,
retikulum endoplasma, vakuola makanan, dan vakuola kontraktil.
Vakuola kontraktil berfungsi untuk mengatur tekanan osmotik

Reproduksi Protozoa berupa :


1. Reproduksi aseksual
a. Binary Fission
Parasit tunggal membelah secara longitudinal atau transversal menjadi
dua atau lebih parasit dengan jumlah yang sama.Pembelahan mitotik
nukleus diikuti oleh pembelahan sitoplasma. Pada amoeba,
pembelahan terjadi di sepanjang bidang apapun. Pada flagellata,
pembelahan terjadi sepanjang sumbu longitudinal. Pada ciliate, pada
bidang melintang.
b. Multiple Fission or Schizogony
Plasmodium menunjukkan skizogoni, dimana nukleus mengalami
beberapa pembelahan berturut-turut dalam skizon untuk menghasilkan
sejumlah besar merozoite.
c. Endodyogeny
Beberapa protozoa seperti Toxoplasma, berkembang biak dengan tunas
internal, menghasilkan pembentukan dua sel anak.
2. Reproduksi seksual
Namun, reproduksi seksual terjadi pada ciliata dan sporozoa.

Siklus Hidup Protozoa


1. Single Host : Protozoa seperti flagelata dan ciliate usus hanya
membutuhkan 1 inang, di mana mereka berkembang biak secara
aseksual dalam tahap trofik dan berpindah dari satu inang ke inang
lainnya dengan bentuk kistik.
2. Second Host : Pada beberapa protozoa seperti Plasmodium, metode
reproduksi aseksual terjadi pada satu inang (manusia) dan metode
reproduksi seksual pada inang lain (nyamuk).

Helminths
Parasit cacing adalah hewan multiseluler (metazoa) simetris bilateral
yang memiliki 3 germ layers (tripoblastic metazoa) dan termasuk
dalam kingdom Metazoa. Istilah 'helminth' (Yunani helmins-'cacing') awalnya
mengacu pada cacing usus, tetapi sekarang terdiri dari banyak cacing lain,
termasuk parasit jaringan serta banyak spesies yang hidup bebas.
Cacing, yang terjadi berperan sebagai parasit pada manusia termasuk
dalam 2 filum:
1. Filum Platyhelminthes (cacing pipih) – termasuk 2 kelas:
a. Kelas – Cestoda (cacing pita)
b. Kelas – Trematoda (cacing isap)
2. Filum Nemathelminthes – Termasuk kelas nematoda dan 2 subkelas:
a. Subkelas – Adenophorea (Aphasmidia)
b. Subkelas – Secernentea (Phasmidia)

Siklus Hidup Helminths


Cestoda:
1. Menyelesaikan siklus hidupnya di 2 inang yang berbeda.
2. kecuali Hymenolepis nana, yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam
satu inang dan Diphyllobothrium latum yang menyelesaikan siklus
hidupnya di 3 inang.
Trematoda:
1. Menyelesaikan siklus hidupnya dalam 1 inang definitif (manusia) dan 2
inang perantara.
2. Siput atau moluska air tawar bertindak sebagai inang perantara pertama
dan ikan atau kepiting bertindak sebagai inang perantara kedua kecuali
schistosoma yang membutuhkan 2 inang – 1 inang definitif (manusia)
dan inang perantara lainnya (siput).

Morfologi Helminths
1. Bentuk Dewasa (atau cacing),
Cacing memiliki penutup pelindung luar, kutikula atau
integumen, yang mungkin keras dan dipersenjatai
dengan duri atau kait. Kutikula cacing hidup tahan terhadap pencernaan usus.
2. Bentuk Larva
Terdapat berbagai bentuk larva cacing yang ditemukan pada manusia dan
inang lainnya. Bentuk-bentuk ini adalah sebagai berikut:
a. Cestodes: Berbagai bentuk larva adalah cysticercus, coenurus,
coracidium, cystecercoid, procercoid, kista hidatidosa, dan bentuk
plerocercoid.
b. Trematoda: Berbagai bentuk larva adalah miracidium, cercaria, redia,
metacercaria, dan sporokista.
c. Nematoda: Berbagai bentuk larva adalah mikrofilaria, larva filariform,
dan larva rhabditiform.
3. Bentuk Telur
Telur atau larva diproduksi dalam jumlah yang sangat besar sebanyak 200.000
atau lebih per betina per hari. Berbagai cacing memiliki morfologi telur yang
berbeda, yang dapat digunakan untuk membedakan cacing.

Klasifikasi Parasit
1. Ektoparasit
Ektoparasit hanya menghuni permukaan tubuh inang tanpa menembus jaringan.
Vektor penting yang menularkan mikroba patogen. Infeksi oleh parasit ini disebut
infestasi, misalnya kutu atau tungau.
2. Endoparasite
Endoparasit hidup di dalam tubuh inang (mis., Leishmania). Invasi oleh endoparasit
disebut sebagai infeksi.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transmisi Parasit


Sumber Infeksi :
1. Makanan
2. Vektor Serangga
3. Manusia Lain
4. Diri Sendiri (autoinfeksi)

Cara Infeksi :
1. Transmisi Kulit
2. Transmisi Vektor
a. Vektor Biologi (true vector)
b. Vektor Mekanis
3. Transmisi Langsung
4. Transmisi Vertikal
5. Transmisi Iatrogenik

2.3 Diagnosis Infeksi Parasit


Diagnosis laboratorium memainkan peran penting dalam diagnosis infeksi parasit.
Teknik diagnostik berikut digunakan untuk diagnosis infeksi parasit:
1. Teknik identifikasi morfologi baik makroskopis maupun mikroskopis
2. Metode kultur
3. Metode imunodiagnostik
4. Metode molekuler
5. Tes kulit intradermal
6. Teknik xenodiagnostik
7. Metode inokulasi hewan
8. Teknik pencitraan.
2.4 Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi Parasit
Pencegahan Amoebiasis
Profilaksis umum sama seperti untuk semua infeksi fecal-oral.
1. Makanan dan air harus dilindungi dari kontaminasi kotoran manusia.
2. Deteksi dan pengobatan carrier dan menjauhkan mereka dari pekerjaan
penanganan makanan yang akan membantu membatasi penyebaran infeksi.
3. Pendidikan kesehatan dan penyertaan kebiasaan pribadi yang sehat
membantu dalam pengendalian.
Penatalaksanaan Anti-amoeba
Pencegahan Giardiasis
1. Pembuangan air limbah dan kotoran yang tepat.
2. Kebersihan pribadi à mencuci tangan sebelum makan dan membuang popok
dengan benar.
3. Pencegahan kontaminasi makanan dan air. Air mendidih dan penyaringan
dengan filter membran diperlukan.
Tatalaksana Giardiasis
1. Metronidazole (3 x 250 mg selama 5–7 hari)
2. Tinidazole (2 g dosis tunggal)

Pencegahan Trikomoniasis
1. Pencegahannya sama dengan penyakit menular seksual lainnya
2. Menghindari kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi dan
penggunaan metode barrier selama hubungan seksual.
3. Pasangan seksual pasien harus diuji untuk T. vaginalis bila perlu.
Tatalaksana Trikomoniasis
1. Perawatan simultan dari kedua pasangan dianjurkan.
2. Metronidazole 2 g per oral dosis tunggal atau 2 x 500 mg per oral selama 7
hari.

Pencegahan Taeniasis
1. Daging sapi dan babi yang akan dimakan manusia harus menjalani
pemeriksaan yang efektif untuk sistiserkus di rumah potong hewan.
2. Menghindari makan daging sapi dan babi mentah atau setengah matang.
3. Titik kritis termal sistiserkus adalah 56°C selama 5 menit.
4. Pemeliharaan kebiasaan pribadi yang bersih dan tindakan sanitasi umum.
Penatalaksanaan Taeniasis
Praziquantel 10 mg/kgBB per oral dosis tanggal.

Penatalaksanaan Neurosistiserkosis
Praziquantel 50 mg/kg dibagi 3 dosis selama 20 – 30 hari ditambah Albendazole 2 x
400 mg selama 30 hari.

Pencegahan Strongylodiasis
1. Pencegahan kontaminasi tanah dengan tinja.
2. Menghindari kontak dengan tanah yang infektif dan air permukaan yang
terkontaminasi.
3. Pengobatan semua kasus
Penatalaksanaan Strongylodiasis
1. Ivermectin 200mg/kg selama 2 hari
2. Albendazole 400 mg selama 3 hari

Pencegahan Hook Worm


1. Pencegahan pencemaran tanah dengan tinja, pembuangan kotoran dengan
benar, dan penggunaan jjamban sanitasi.
2. Penggunaan alas kaki untuk mencegah masuknya larva melalui kulit kaki.
Sarung tangan memberikan perlindungan serupa ke tangan pekerja pertanian.
3. Perawatan pasien dan carrier, sebaiknya semua pada waktu yang sama,
terbatas pada sumber infeksi.
Penatalaksanaan Hook Worm
1. Albendazole 400 mg dosis tanggal, atau
2. Mebendazole 500 mg dosis tunggal
3. Pirantel Pamoate 10 mg/kg dosis tunggal

Pencegahan Ascariasis
1. Mencegah kontaminasi tanah oleh kotoran.
2. Hindari makan sayuran mentah.
3. Peningkatan kebersihan pribadi.
4. Perawatan orang yang terinfeksi terutama anak-anak.
Penatalaksanaan Ascariasis
1. Pirantel Pamoate 10mg/kg dosis tanggal
2. Albendazole 400 mg dosis tanggal
3. Mebendazole 2 x 100 mg selama 3 hari atau 500 mg dosis tunggal
4. Obstruksi usus parsial à pengisapan nasogastrik, pemberian cairan intravena,
dan pemberian piperazine melalui selang nasogastrik.
5. Obstruksi total à intervensi bedah segera

Pencegahan Filariasis
1. Pemberantasan vektor nyamuk.
2. Deteksi dan pengobatan carrier.
Penatalaksanaan FIlariasis
Diethylcarbamazine (DEC) 6 mg/kg selama 12 hari.

2.5 Diagnosis, Pencegahan, dan Penatalaksanaan Infeksi Riketsia


Rickettsioses adalah Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri dari Genus
Rickettsia dan Orientia. Terdapat diseluruh wilayah dunia. Vektor penular : hewan
arthropoda (pinjal, kutu, caplak, tungau) Rickettsia merupakan bakteri gram negatif,
non-motil, intraseluler obligat, tidak membentuk spora, sebagian besar tidak memiliki
flagel atau pili.
Diagnosis Riketsia
Deteksi berbasis antigen dapat dilakukan dengan membiakkan bakteri pada hewan
laboratorium, telur ayam berembrio, atau dengan mendeteksi gen spesifik rickettsia
pada polymerase chain reaction (PCR). PCR dari sampel darah, eschar, dan jaringan
lain. Dideteksi pada minggu ke-1 setelah timbulnya demam.

Deteksi berbasis antibodi (serologi) meliputi enzyme linked immunosorbent assay


(ELISA) dan indirect immunofluorescence assay (IFA). Dideteksi pada minggu ke-2
setelah demam. ELISA mengukur ekspresi imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin
M (IgM) terhadap rickettsia à dikonfirmasi ketika peningkatan IgG empat kali lipat
antara sampel yang diambil pada periode infeksi akut dan selama titik waktu
pemulihan (setidaknya 14 hari terpisah) diamati.
Gold Standard Rickettsia, indirect immunofluorescence assay (IFA), tetapi
membutuhkan peralatan khusus dan sumber daya terlatih. Kehadiran antibodi spesifik
rickettsia ditunjukkan sebagai badan neon hijau.

Treatment Rickettsia
1. Perawatan dini dengan antibiotik yang tepat (minggu pertama sakit) sangat
efektif.
2. Demam biasanya hilang dalam 1-3 hari setelah pengobatan.
3. Obat pilihan, Doksisiklin 2 x 100 mg per oral.
4. Alternatif, Kloramfenikol (efek samping depresi sumsum tulang),
Fluoroquinolone (Ciprofloxacin, ofloxacin).
5. Obat kontraindikasi, Sulfonamide (dapat merangsang pertumbuhan
mikroorganisme).

Pencegahan Infeksi Rickettsia


1. Menghindari gigitan vektor (pinjal, kutu, caplak, tungau) dengan menutupi kulit
dari paparan dan menggunakan obat nyamuk saat beraktivitas di luar ruangan.
2. Menjaga kebersihan rumah dari tikus dan memastikan hewan peliharaan bebas
dari kutu.
3. Mencuci dan mengganti pakaian secara menyeluruh setelah bekerja juga dapat
mengurangi risiko infeksi
4. Memakai pakaian lengan panjang dan tidak duduk atau berbaring langsung di
atas tanah.

Anda mungkin juga menyukai