Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya,
sehingga saya mampu menyelesaikan LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Mengenai PARASIT DAN NEMATHELMINTHES di Ruang laboratorium farmasi
universitas aisyah pringsewu.

Adapun tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Mikrobiologi dan parasitologi Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari
bimbingan, dorongan serta bantuan dari semua pihak.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Wina Safutri, S.Si., M.Biomed.

2. Riza Dwiningrum,S.Si.,M.Biomed

3. Rekan - rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dan saling mendukung Dalam
menyusun laporan praktikum ini

4. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan laporan praktikum ini
,yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan asuhan kesehatan ini masih
banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
diharapkan untuk kesempurnaan laporan asuhan kesehatan ini.

Pringsewu,28 juni 2022

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Parasit adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain (disebut
inang) dengan menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau manfaat lain padanya. Contoh
parasit misalnya cacing di dalam perut dan protozoa Plasmodium (penyebab malaria) di
dalam darah. Parasit dapat menyerang manusia dan hewan, serta menurunkan produktivitas
inang yang ditumpanginya. Ilmu yang mempelajari parasit disebut parasitologi.

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa, cacing dan serangga masih tinggi
prevelansinya terutama pada penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan
masalah yang cukup besar bagi bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan Indonesia
berada dalam kondisi geografis dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai, sehingga
kehidupan cacing ditunjang oleh proses daur hidup dan cara penularannya.

Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam membedakan sifat


sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga memerlukan pengetahuan tentang
berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi
parasit juga bergantung pada persiapan bahan yang baik untuk pemeriksaan baik dalam
keadaan hidup maupun sediaan yang telah di pulas. Bahan yang akan di periksa tergantung
dari jenis parasitnya, untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa
adalah tinja

Parasitoid adalah parasit yang menggunakan jaringan dari organisme lain untuk
kebutuhan nutrisi mereka sampai inang yang ditumpangi meninggal karena kehilangan
jaringan atau nutrisi yang dibutuhkan. Parasitoid juga diketahui sebagai necrotroph.

1
Nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani yaitu nemathos "benang dan helminthes
"cacing". Pengertian Nemathelminthes adalah cacing yang berbentuk benang atau gilik.
Fillum ini merupakan salah satu fillum yang beranggotakan terbanyak sekitar 80.000, 15.000
diantaranya merupakan parasit. Disebut sebagai cacing gilik karena memiliki tubuh bulat
panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan
rongga tubuh sejati, tetapi memiliki rongga tubuh semu. Nemathelminthes disebut sebagai
hewan pseudoselomata (Nugroho, 2012).

Tubuh Nemthelminthes bulat panjang dengan permukaan tubuh halus dan mengkilat,
hidup di air tawar, air asin, pada manusia maupun pada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ciri
khusus filum ini antara lain tubuh tidak beruas ruas, triploblastis, bilateral simetris, tubuh
panjang silindris, tidak besilia dan dioceus. Filum ini terdiri dari 2 kelas yaitu Nematoda dan
Acanthocephala. Nematoda memiliki usus tetapi belum memiliki proboscis, sedangkan
Acanthocephala belum memilki usus tetapi mempunyai proboscis yang berduri (Satino,
2004).

1.2 Tujuan

Tujuan melaksanakan pratikum ini ialah agar para mahaiswa mengetahui Jenis jenis
parasit yang ada pada jaringan dan darah melalui preparat yang telah di sediakan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis-jenis parasit

Adapun jenis jenis parasit meliputi

1. Helicosporium
2. Strongyloides stercoralis
Strongyloides stercoralis adalah nematoda usus atau cacing usus yang dapat
menyebabkan penyakit Strongyloidiasis. Cacing ini penyebarannya sangat luas (kosmopolit)
tetapi tingkat insidensinya rendah. Cacing ini juga disebut dengan Thread worm atau cacing
benang. Cacing ini mempunyai sifa partenogenesis yaitu cacing betina hanya dibuahi 1 kali
dan selanjutnya dapat menghasilkan telur untuk seterusnya.
Adapun siklus hidup pada bakteri ini ialah

Manusia merupakan hospes utama dari Strongyloides stercoralis. Cacing betina


dewasa parasiter menembus mukosa vili intestinal dan membuat saluran-saluran didalam

3
mukosa terutama didaerah duodenum dan jejunum bagian atas untuk meletakkan telur-
telurnya. Telur akan menetas menjadi larva rhaditiform yang keluar dari mukosa dan masuk
ke lumen usus. Kemudian dari sini ada beberapa jalan bagi larva rhabditiform : Larva
rhabditiform keluar bersama tinja, setelah 12 – 24 jam menjadi larva filariform yang bertahan
berminggu-minggu ditanah. Jika menemukan hospes maka akan menembus kulit → ikut
aliran darah ke jantung → paru-paru → bronkus → melalui tractus ke atas sampai epiglotis
→ turun ke bawah melalui esophagus → ke intestinum tenue dan tumbuh sampai dewasa.
Jika tidak menemukan hospes maka larva filariform akan berkembang ditanah menjadi
cacing dewasa yang hidup bebas → cacing betina bertelur → menetas menjadi larva
rhabditiform → larva filariform → menjadi infeksius atau hidup bebas lagi.
Pada penderita yang sudah mengalami infeksi dapat mengalami auto infeksi dengan
cara : Auto infeksi internal : jika terjadi konstipasi, larva rhabditiform akan menjadi larva
filariform saat masih ada di usus kemudian menembus usus dan menginfeksi lagi. Auto
infeksi eksternal : jika larva rhabditiform tumbuh menjadi larva filariform di daerah anus
kemudian menembus kulit daerah perianal untuk menginfeksi lagi.
3. Protozoa

Protozoa adalah organisme mikroskopis bersel tunggal yang hanya dapat membelah
diri di dalam organisme inang. Protozoa diklasifikasikan sebagai eukariota, yakni organisme
yang selnya mengandung organel dan inti yang terikat membran.

Organisme ini dapat hidup sebagai parasit atau secara bebas di alam. Mereka bisa
hidup di berbagai habitat lembap, termasuk tanah, air tawar dan lingkungan laut. Protozoa
dapat berkembang biak pada manusia, bahkan mungkin dapat menyebabkan infeksi serius.

Adapun siklus hidup pada bakteri ini mencakup Selama siklus hidup protozoa,
protozoa biasanya melewati beberapa tahap atau fase yang memiliki struktur dan aktivitas
berbeda. Trofozoit merupakan terminologi untuk struktur aktif dan mencerna makanan
merupakan fase perbanyakan pada sebagian besar protozoa. Pada protozoa parasit, struktur
trofozoit memiliki sifat patogenesis.

Pada homoflagelata terminologi amastigot, promastigot, epistomastigot, dan


tripomastigot merupakan bagian dari fase trofozoit. Variasi terminologi diterapkan pada
apicomplexa, seperti takizoit dan bradizoit untuk membedakan struktur organisme dalah
siklus hidupnya.

4
Fase lainnya adalah kompleks aseksual seperti merozoit yang merupakan hasil fisi
schizont multinukleat, dan siklus seksual seperti gametosit dan gamet. Beberapa protozoa
membentuk kista yang bersifat infektif. Perbanyakan dapat terjadi di dalam kista, sehingga
menghasilkan sel-sel anakan baru. Trofozoit Entamoeba histolitica lebih dulu berubah bentuk
menjadi kista bernukleus tunggal.

Setelah dewasa, nukleus dalam kista mengalami pembelahan menjadi 4 nukleus dan
keluar menjadi 4 sel ameba baru. Kista Giardia lambia mampu menghasilkan hanya 2 sel
anakan. Kista memiliki dinding protektif yang membuat parasit bertahan di lingkungan luar
selama periode lama, bahkan sampai beberapa tahun.

4. Ektoparasit

Ektoparasit didefinisikan sebagai parasit yang hidup menempel pada tubuh inang bagian
luar atau kulit. Parasit jenis ini menempel pada organisme tau inang yang ukurannya lebih
besar. Jika menempel pada hewan, parasit ektozoa bisa hidup dengan mengisap darah,
sementara jika menempel pada tanaman, parasit ini mengisap cairannya. Proses
penempelannya dinamakan infestasi.

2.2 Pengobatan kecacingan

Cacing adalah salah satu parasit yang bisa masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan
gejala penyakit. Kondisi ini disebut cacingan.Cacingan sendiri secara umum merujuk pada
infeksi cacing dalam tubuh manusia.Ada tiga kelompok cacing yang dikenal dapat
menginfeksi manusia, yaitu:Platyhelminthes atau cacing pipih.Kelompok cacing ini terdiri
dari: Trematode, misalnya Schistosima japonicum. Pada manusia umumnya hidup dalam
darah dan sering ditemukan di daerah tropis yang panas.

Cestoda, misalnya Taenia solium, Taenia Saginata.


Parasit ini hidup dalam saluran pencernaan manusia dan memakan asupan yang sudah
tercerna sebagian dalam usus manusia.
Acanthocephalins
Kelompok ini umumnya menyerang sistem gastroinstestinal (pencernaan) manusia.
Nematoda
Kolompok cacing ini dapat menyerang saluran gastrointestinal, darah, sistem limfatik,
dan jaringan subkutan manusia.Contohnya adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi,
Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura.Cacing kelompok ini sering ditemukan pada hewan

5
peliharaan, misalnya anjing dan kucing. Hewan peliharaan tersebut kemudian dapat
menularkannya kepada manusia
Penyebab cacingan adalah infeksi parasit cacing ke dalam tubuh. Cara cacing masuk ke
dalam tubuh beragam, antara lain

1. menyentuh benda/objek yang terkontaminasi telur cacing (terlebih jika Anda tak
mencuci tangan)
2. konsumsi makanan ataupun cairan yang mengandung telur cacing
3. menyentuh tanah dan tidak mencuci tangan
4. berjalan tanpa menggunakan alas kaki di atas tanah yang mengandung cacing
5. konsumsi makanan mentah atau kurang matang yang mengandung cacing

Pengobatan yang dilakukan pada penderita cacingan umumnya dilakukan dengan


mengonsumsi obat cacing yang diminum selama 1-3 hari.Penghuni rumah yang sama dengan
penderita cacingan bisa saja memerlukan konsumsi obat cacing juga.Jenis obat cacingan
tergantung pada jenis parasit yang menginfeksi, seperti albendazole, mebendazole, dan
pirantel pamoat.

Untuk mencegah cacingan, perlu Anda perhatikan beberapa hal berikut.

 Menjaga kebersihan serta membiasakan diri untuk mencuci tangan, utamanya setelah
memakai kamar kecil, dan sebelum makan, atau mempersiapkan makanan. Bawalah
cairan desinfektan untuk digunakan sewaktu-waktu
 Cuci buah dan sayur hingga bersih sebelum dimasak.
 Masak makanan hingga matang. Perhatikan bahwa berbagai sumber protein perlu
suhu tertentu untuk mencapai kematangan masing-masing.
 Konsumsi air putih dalam kemasan atau air putih yang matang.
 Berikan obat cacing pada hewan peliharaan secara rutin, terutama untuk anjing dan
kucing.
 Buang kotoran hewan peliharaan di tempat sampah secepatnya. Gunakan masker dan
sarung tangan saat melakukan hal ini.
 Selalu gunakan alas kaki.
 Simpan alas kaki yang digunakan untuk aktivitas luar ruangan di luar rumah.

6
BAB III

PEMBAHASAN Nemathelminthes

3.1 Pengertian Nemathelminthes

Nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani yaitu nemathos "benang dan helminthes
"cacing". Pengertian Nemathelminthes adalah cacing yang berbentuk benang atau gilik.
Fillum ini merupakan salah satu fillum yang beranggotakan terbanyak sekitar 80.000, 15.000
diantaranya merupakan parasit. Disebut sebagai cacing gilik karena memiliki tubuh bulat
panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan
rongga tubuh sejati, tetapi memiliki rongga tubuh semu. Nemathelminthes disebut sebagai
hewan Pseudoselomata. Untuk anatomi, dimulai dari mulut berlanjut pada faring atau
esofagus yang berbentuk silindris. Faring berlanjut dengan intestin yang merupakan saluran
pencernaan bagian tengah. Intestin itu berbentuk pipih dorsoventral dan berdinding tipis.
Ovarinya berjumlah dua berbentuk benang yang menggulung. Ovari mempunyai saluran telur
(oviduk) yang berukuran lebih lebar. Oviduk menuju ke uterus yang terletak dindingya
berotot. Kedua uterus bergabung dan bermuara pada vagina lubang vagina atau vulva terletak
pada sepertiga bagian tubuh dari arah anterior (Nugroho, 2012). Menurut Sutarno (2009),
karakteristik dari filum ini adalah sebagai berikut:

1. Simetris bilateral, triploblastik, tidak memiliki appendages.

2. Memiliki coelom yang disebut pseudocoelom

3. Alat pencernaan lengkap

4. Alat ekskresi dengan sel Renette atau sistem H

5. Belum memiliki organ peredaran darah, respirasi

6. Cincin saraf yang mengelilingi esofagus merupakan pusat sistem saraf

7
7. Berumah dua, fertilisasi internal, tidak dapat melakukan reproduksi aseksual

8. Hidup bebas atau parasit

9. Ukuran tubuh Nemathelminthes umumnya mikroskopis, meskipun ada yang


panjangnya sampai 1 meter.

10. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan.

11. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung meruncing.

12. Permukaan tubuh dilapisi kutikula untuk melindungi diri.

13. Memiliki system pencernaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring.usus, dan
anus

14. Tidak memiliki pembuluh darah.

Migrasi larva STH menimbulkan reaksi pada jaringan yang dilaluinya. Misalkan,
larva Ascaris yang meninggal saat migrasi melalui hepar dapat menimbulkan eosinophilc
granuloma. Di paru-paru migrasi antigen larva Ascaris menimbulkan infiltrat eosinofil yang
terlihat saat dilakukan pemeriksaan radiograf dari toraks.

Beberapa gejala pada kulit seperti pruritus, eritema ditemukan saat terjadi migrasi dari
larva cacing tambang A.duodenale dan N. americanus. Masuknya larva A. duodenale secara
oral dapat mengakibatkan terjadinya sindroma Wakana dengan gejala-gejala nausea, muntah-
muntah, iritasi faring, batuk, sesak nafas dan suara serak.Umumnya manifestasi klinik akibat
infeksi STH di saluran gastrointestinal terjadi bilaintensitasnya sedang dan tinggi.

Terdapatnya cacing Ascaris dewasa dalamjumlah yang besar di usus halus dapat
menyebabkan abdominal distension dan rasasakit. Keadaan ini juga dapat menyebabkan
lactose intolerance, malabsorpsi dari vitaminA dan nutrisi lainnya.Hepatobiliary
danpancreatic ascariasis terjadi sebagai akibatmasuknya cacing dewasa dari dudenum
keorificium ampullary dari saluran empedu,timbul kolik empedu, kolesistitis,
kolangitis,pankreatitis dan abses hepar. Infeksi cacing cambuk dewasa dalamjumlah besar
dapat menyebabkan terjadinyakolitis yang gejala-gejala kliniknya menyerupaiinflammatory
bowel syndrome seperti rasanyeri di abdomen yang kronik, diare, dananemia.

8
Kelainan patologi akibat infeksi cacingtambang dewasa adalah kehilangan darah dari
intestinal yang disebabkan invasi parasit kemukosa dan submukosa usus halus. 10
Kehilangan darah yang kronik ini menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi.
Kehilangan proteinsecara kronik akibat infeksi cacing tambangdapat menyebabkan
hipoproteinemia dananasarka.

Infeksi STH seringkali tidak menimbulkankeluhan dan gejala yang spesifik,


dengandemikian para dokter harus melakukanpemeriksaan feses.Cara Kato-Katz
fecalthicksmear dan McMaster digunakan untukmengukur intensitas dari infeksi
denganmemperkirakan jumlah telur per gram tinja.Ultrasonografi dan endoskopi bermanfaat
untukdiagnosis dari komplikasi ascariasis termasukobstruksi usus dan saluran hepatobiliar
sertapankreas.

Secara garis besar terdapat tiga intervensiuntuk mengendalikan infeksi STH, yaitu

i)pemberian obat antelmintik,

ii)sanitasi dan

iii)pendidikan kesehatan.

Pemberian obat pada masyarakat dapat dilakukan secara:

i) universal (semua penduduk tidak tergantung usia, jenis kelamin,dan status infeksi
diberikan pengobatan,

ii) populasi sasaran (pengobatan diberikan padakelompok usia dan jenis kelamin
tertentu tanpa memperhatikan status infeksi), dan

iii) selektif(pengobatan diberikan pada individu yangdipilih berdasarkan


diagnosisnya). Infeksi

Helminths yang disebabkan oleh soil-transmitted helminths(STH) banyak ditemukan


pada masyarakat yang bertempat tinggal di negara berkembang, terutama di pedesaan.Cacing
yang tergolong dalam kelompok STH adalah cacing yang dalam menyelesaikan siklus
hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif.Empat
jenis STH yang paling sering ditemukan adalah cacing gelang (roundworm/Ascaris
lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Necator americanus
dan Ancylostoma duodenale. Infeksi STH seringkali tidak menimbulkankeluhan dan gejala

9
yang spesifik, dengandemikian para dokter harus melakukanpemeriksaan feses.Cara Kato-
Katz fecal-thicksmear dan McMaster digunakan 11 untukmengukur intensitas dari infeksi
denganmemperkirakan jumlah telur per gram tinja.Ultrasonografi dan endoskopi bermanfaat
untukdiagnosis dari komplikasi ascariasis termasukobstruksi usus dan saluran hepatobiliar
sertapankreas. Secara garis besar terdapat tiga intervensiuntuk mengendalikan infeksi STH,
yaitu

i)pemberian obat antelmintik,

ii)sanitasi dan

iii)pendidikan kesehatan.

3.2 Fisiologi Filum Nemathelminthes

3.2.1Sistem Reproduksi

Nematoda merupakan hewan berkelamin tunggal, artinya alat kelamin jantan dan
betina terpisah. Hewan jantan dan betina dapat dibedakan dengan jelas berdasarkan
penampakan dari luar. Hewan jantan mempunyai ukuran lebih kecil dari hewan betina, dan
mempunyai ekor yang melengkung. Gonad yang berbentuk pembuluh yang dilanjutkan
dengan saluran-salurannya. Gonad terletak di dalam preudosoel yang menggantung secara
bebas. Sistem alat kelamin jantan mengalami reduksi sehingga hanya tinggal satu, sedangkan
sistem kelamin betina ada dua buah. Organ kelamin jantan terletak pada separuh tubuh bagian
posterior. Testesnya satu, panjang, menggulung, dan berlanjut menjadi

Alat reproduksi jantan terdiri dari testis dengan saluran berbentuk benang kusut,
kemudian saluran vas deferens yang menuju ke vesikula seminalis dan berakhir pada saluran
ejakulasi, alat reproduksi betina terkenal dengan bentuk Y. tiap-tiap cabanya terdiri atas ovari
dan saluran berbentuk benang kemudian bersambung dengan uterus. selanjutnya kedua uterus
bersambung menjadi satu membentuk salurn dengan otot dan bermuara pada vagina.
Pembuahan sel telur terjadi di dalam uterus. Di dalam telur dapat mencapai 27 juta dan tiap-
tiap hari cacing ascaris menghasilkan 200.000 telur (Jasin, 1984).

Menurut Nugroho (2012), hewan ini melakukan reproduksi secara seksual. Sistem
reproduksi bersifat gonokoris yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu
yang berbeda. Fertillisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertillisasi dapat membentuk kista
dan dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak memungkinkan.

10
3.2.2 Sistem Pernapasan

Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara anaerob.
Energy diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang di
ekskresikan melalui kutikula. Namun sebenarnya Ascaris dapat mengkonsumsi oksigen kalau
di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu diambil oleh hemoglobin yang ada di
dalam dinding tubuh dan cairan pseudosoel. Sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida
terjadi secara difusi, yaitu dengan mekanisme pertukaran zat dari tempat yang berkonsentrasi
tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah (Kaswari et al,2003,p.147)

3.2.3 Sistem Pencernaan

Pada Ascaris, mulut dikelilingi oleh tiga bibir. Mulut berlanjut pada faring atau
esofagus yang berbentuk silindris. Bagian belakang faring atau esofagus itu menebal dan
dilengkapi oleh kelep. Dinding faring mempunyai serabut-serabut otot radial yang dapat
melebarkan rongga faring. Faring mempunyai tiga sel kelenjar yang bercabang. Kelenjar itu
mempunyai saluran yang menuju rongga faring. Rongga faring mempunyai tiga lekuk
longitudinal yang bagian dalamnya dilapisi oleh kutikula.

Rongga faring yang berbentuk triradiat dan terdapat serabut serabut jaringan ikat yang
mengarah pada kutikula yang menutupi faring pada tiga lekukan internal. Faring atau
esofagus merupakan saluran pencernaan pada bagian depan (stomodeoum). Faring berlanjut
dengan intestin yang merupakan saluran pencernaan bagian tengah. Intestin itu berbentuk
pipih dorsoventral dan berdinding tipis. Dinding intestin dilapisi oleh selapis epitel kolumnar.
Dinding luar dan dinding dalam dibatasi oleh kutikula yang tipis, dan tidak tertutup oleh
lapisan otot. Bagian akhir dari saluran pencernaan makanan (proktodaeum) yang merupakan
kelanjutan dari intestine adalah rectum. Bagian ini pendek dan sempit, dindingnya
mengandung serabut-serabut otot. Dindingnya dilapisi oleh kutikula. Di dalam rectum
terdapat kelenjar rectal unise hiler yang berukuran besar, jumlahnya tiga pada betina dan
enam pada jantan.

11
Faring atau esofagus merupakan saluran pencernaan depan. Faring berlanjut dengan
itnestin yang merupakan saluran pencernaan bagian tengah. Makanan diserpa oleh taring.
Sel-sel kelenjar dari taring menghasilkan enzim dan intestinnya menyerap makanan serta
melaksanakan pencernaan secara intraseluler. Kelebihan makanan disimpan sebagai
cadangan glikogen dan lemak di dalam intestin, otot dan epidermis (Jasin, 1984).

3.2.4 Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas cincin saraf, tali saraf longitudinal baik ke arah anterior
maupun posterior. Beberapa tali saraf utama lainnya adalah: sepasang tali saraf lateral dan
ventral, tali saraf dorsal, sepasang tali saraf subdorsal, dan tali saraf sublateral. Kesemuanya
dihubungkan dengan tali-tali saraf transversal (Sutarno, 2009).

12
BAB IV
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Mata kuliah Mikrobiologi dan parasitologi mengenai Filum


Nemathelminthes dilaksanakan, pada hari jumat tanggal 03 juni 2022 pukul 13.45 -14.30
WIB. Pelaksanaan praktikum ini bertempat di Laboratorium Farmasi universitas Aisyah
pringsewu.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop

3.1.1 Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah Ascaris lumbricoides

3.2 Prosedur Kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Meletakkan organisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian


organisme tersebut.

3. Menggambar bentuk secara morfologi pada bagian-bagian organisme yang telah

diidentifikasi dan diberi keterangan pada buku gambar.

13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil

Adapun hasil praktikum mengenai Filum Nemathelmintes dan parasit Ascaris


lumbricoides yaitu pengamatan secara morfologi dari Ascaris lumbricoides adalah sebagai
berikut:

5.1.1 Pengamatan secara morfologi berdasarkan praktikum

14
15
5.1.2 Pengamatan secara morfologi berdasarkan referensi

5.1.3 Bentuk pada parasit Ascaris lumbricoides berdasarkan referensi

16
5.2 Pembahasan

Adapun pembahasan dari Praktikum Zoologi Invertebrata tentang filum


Nemathelminthes yaitu Ascaris lumbricoides (cacing perut) mempunyai tubuh yang panjang,
berbentuk silinder, dan runcing pada kedua ujungnya. Permukaaan tubuh tidak berwarna
dinding tubuh tersusun dari kutikula, epidermis dan lapisan otot. Kutikula berwarna putih
kekuningan. Permukaan tubuh tertutup oleh kutikula yang halus, elastis, liat membentuk
garis-garis melintang sehingga menampakkan ruas-ruas semua pada tubuh cacing. Memiliki
tiga buah bibir, satu dibagian dorsal dan dua di ventrolateral. Di dekat ujung posterior
terdapat anus dengan bibir yang tebal. Di belakang bibir terdapat sebauh lubang eksresi yang
terletak pada bagian midventral. Saluran pencernaan makanan terdiri atas: mulut, faring, usus
panjang, dan anus.

Menurut Rusyana (2011), Ascaris lumbricoides hidup di usus manusia, dinding tubuh
tersusun dari kutikula epidermis, dan lapisan otot yang memanjang dimana terdapat saluran
eksresi lateral, tali-tali syaraf dorsal dan ventral yang dihubungkan oleh cincin syaraf
anterior. Hewan ini hidup parasit di tubuh manusia siklus hidup cacing ini sederhana, yaitu
bila tertelan akan menetaskan larva, larva ini meninggalkan usus dengan jalan menembus
dinding usus untuk masuk ke dalam peredaran darah dan mengikuti aliran darah sampai di
jantung serta di paru-paru kemudian masuk di trakea dan tertelan lagi untuk kedua kalinya.
Akhirnya sampai di usus halus mmenjadi cacing dewasa.

Menurut Jasin (1984), cacing ini memiliki mulut berlanjut pada faring atau esofagus
yang berbentuk silindris. Faring berlanjut dengan intestin yang merupakan saluran
pencernaan bagian tengah. Intestin itu berbentuk pipih dorsoventral dan berdiding tipis.
Ovarinya berjumlah dua berbentuk benang yang menggulung. Ovari mempunyai saluran telur
(oviduk) yang berukuran lebih lebar. Oviduk menuju ke uterus yangterle dindingya berotot.
Kedua uterus bergabung dan bermuara pada vagina lubang vagina atau vulva terletak pada
sepertiga bagian tubuh dari arah anterior.

Penyebab Ascariasis

Telur cacing gelang bisa ditemukan di tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia.
Oleh sebab itu, seseorang dapat terserang ascariasis akibat kontak dengan tanah yang
terkontaminasi tersebut, misalnya karena:

17
 Mengonsumsi bahan makanan yang tumbuh di tanah yang terkontaminasi

 Menyentuh mulut dengan tangan yang tidak dicuci terlebih dahulu setelah
menyentuh tanah Telur yang masuk ke dalam tubuh akan menetas di usus dan menjadi larva.

Selanjutnya, larva akan masuk ke paru-paru melalui aliran darah atau aliran getah
bening. 17 Setelah berada di paru-paru selama 10–14 hari, larva akan menuju ke
tenggorokan. Pada tahap ini, penderita akan batuk sehingga larva tersebut keluar atau bisa
juga tertelan lagi dan kembali ke usus. Larva yang kembali ke usus akan tumbuh menjadi
cacing jantan atau betina, kemudian berkembang biak. Cacing betina dapat tumbuh sepanjang
40 cm dengan diameter 6 mm dan bisa menghasilkan 200.000 telur cacing per hari. Sebagian
telur cacing akan keluar melalui feses dan mengontaminasi tanah Sedangkan, sebagian lagi
akan menetas kemudian pindah ke paru-paru dan menjadi cacing dewasa di usus. Seluruh
siklus tersebut bisa memakan waktu sekitar 2–3 bulan. `Jika tidak ditangani, cacing dewasa
dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dalam tubuh manusia selama 1–2 tahun.
Artinya, selama itu akan ada telur baru dan cacing dewasa yang baru pula sehingga ascariasis
bisa berlangsung dalam waktu yang sangat lama.

Ascariasis dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan. Beberapa cara sederhana
untuk mencegah ascariasis adalah:

 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap sebelum memasak dan
menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah buang air besar, dan setelah menyentuh tanah

 Mencuci buah dan sayur hingga bersih sebelum dikonsumsi

 Memastikan masakan benar-benar matang sebelum dikonsumsi

 Mengonsumsi air dalam kemasan yang masih disegel ketika bepergian

18
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan mengenai filum Nemathelminthes maka


dapat diambil kesimpulan bahwa Nemathelminthes memiliki dua kelas utama yaitu
Nematoda dan Acanthochepala, salah satu spesies dari filum Nemathelminthes adalah
Ascaris lumbricoides atau biasa disebut cacing perut yang termasuk dalam kelas Nematoda.
Ascaris lumbricoides hidup parasit di tubuh manusia memiliki beberapa bagian tubuh yaitu
mulut, usus. faring, uterus, anus dan bagian-bagian lainnya. Nemathelminthes yang hidup
bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh
makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar
praktikan lebih teliti dalam mengamati morfologinya. Selain itu sebaiknya sampel yang
dibawa tidak hanya satu agar kita lebih memahami mengenai filum Nemahelminthes dan
pengetahuan kita tentunya akan bertambah.

19
DAFTAR PUSTAKA

asin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya

Kastawi, Yusuf. 2001. Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang


Nugroho, 2012. Nemathelminthes. http://staff. unila. ac. id/ gnugroho/files/ 2012 08/
Nemathelminthes-12.pdf

Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta Satino, 2004.


Praktikum Avertebrata, Website: http:// staff.uny.ac.id/sites/ default files/ Praktikum%
20Avert.pdf. Diakses Sabtu 2 November 2013 pukul 12.27 WIB

Sutarno, Nono, 2009. Platyhelminthes, Website: http:// file upi, edu/ Direktori/
FPMIPA JUR. PENDA BIOLOGI 194808181974121 NONO SUTARNO ZOOIN/
PLATYHELMINTHES.pdf. Diakses Sabtu 2 November 2013

Campbel,Neil A., Jane B. Reece, Lisa A. Urry,Michael L Cain,Steven A. Wasserman,


Peter V. Minorsky,dan Robert B. Jacson.2003. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:
Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai