Anda di halaman 1dari 26

Makalah mikrobiologi dan parasitlogi

“organisme parasit”

Disusun oleh :

Golongan : A1-2

NAMA: NURMALIA

NIM :34190298

KELAS: A/DF/II

PROGRAM STUDI DIPLOMASI III FARMASI

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu dan penuh kemudahan, tanpa pertolongan Alloh mungkin makalah ini tidak akan
terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang parasit yang kami sajikan dari hasil
pengamatan berbagai sumber. Makalah ini disusun melalui banyak rintangan, baik itu yang datang dari
diri sendiri maupun faktor lain dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Alloh
maka makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan kita rasa nasionalisme yang lebih tinggi dan wawasan
tentangsediaan parasit Karena makalah ini masih banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca Terima Kasih,

Yogyakarta,2020

Penyusun

Nurmalia
BAB I

Parasit

A.Latar belakang
Kesehatan manusia semakin hari semakin dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang
kompleks. Berbagai macam penyakit yang diderita semakin beragam. Beberapa penyakit yang
ditimbulkan oleh parasit berupa cacing, kutu, caplak, tungau lalat dan nyamuk yang tentunya
sangat beraneka ragam dan merugikan manusia.

Hampir di setiap ruang dalam dunia ini dihidupi oleh mikroorganisme jenis ini. Mereka dapat
masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai macam cara, melalui makanan, kebersihan
lingkunganyang tidak terjaga, udara, dan banyak lagi cara yang tentunya sangat berhubungan
dengan perilaku manusia itu sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN
Secara bahasa, istilah parasit mempunyai konotasi yang buruk.Parasit adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang hidupnya tergantung pada makhluk hidup
lainnya. Kata parasit berasal dari bahasa Yunani ‘Parasitos’ yang artinya di samping makanan
(para=di samping/di sisi, dan sitos=makanan). Parasit hidup dengan menempel dan menghisap
nutrisi dari makhluk hidup yang di tempelinya.Makhluk hidup yang di tempeli oleh parasit di
sebut dengan istilah inang. Secara umum, keberadaan parasit pada suatu inang akan merugikan
dan menurunkan produktivitas inang. Karena selain menumpang tempat tinggal, parasit juga
mendapatkan nutrisi dan sari makanan dari tubuh inang. Hal seperti ini akan menyebabkan tubuh
inang mengalami mal nutrisi yang akan mempengaruhi metabolisme tubuhnya.

Dalam ilmu kesehatan, parasit identik dengan organisme penyebab penyakit. Sebagian besar
penyakit yang menyerang manusia di sebabkan oleh parasit yang hidup dan berkembang biak
dalam tubuhnya. Contoh parasit yang merugikan kesehatan manusia antara lain adalah:

 Cacing perut
 Kutu rambut
 Parasit penyebab malaria
 Jamur kulit
 Virus dan bakteri yang berkembang biak dalam tubuh manusia, dll.

A. Penggolongan Parasit

Berdasarkan cara hidupnya, parasit terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Ektoparasit  (ectozoa)

Yaitu parasit yang hidup di luar tubuh hospes atau liang-liang kulit yang masih

mempunyai hubungan dengan dunia luar.Misal : di kulit, rambut, rongga telinga luar.

Contoh nyamuk dan lalat.


2. Endoparasit (entozoa)

Yaitu parasit yang hidup di dalam tubuh hospes.Misal : di dalam darah, rongga

tubuh, usus, dan organ tubuh lainnya. Contoh di dalam hati :Fasciola hepatica (sapi).

Berdasarkan sifatnya, parasit terbagi menjadi 5, yaitu :

1.      Parasit Fakultatif

Parasit fakultatif adalah organisme yang sebenarnya organisme hidup bebas, tetapi karena

kondisi tertentu mengharuskan organisme tersebut hidup sebagai parasit sehingga sifat

hidup keparasitannya tidak mutlak.Contoh : lalat-lalat Sarcophaga, Chrysomyia,

Caeophara, dan lain-lain.

Stadium larvanya normal hidup di dalam kotoran ternak, tetapi karena tidak ada kotoran

ternak terpaksa lalat bertelur didalam tubuh yang luka sehingga waktu menetas larva

menimbulkan miasis yang dijumpai pada sela-sela teracak, bagian kuku atau telinga luar.

2.      Parasit Obligat

Parasit obligat adalah semua organisme yang hidupnya berada di dalam tubuh inang, dan

akan mati bila berada di luar inang. Contoh : semua organisme patogen.

3.      Parasit Insidentil

Parasit insidentil atau parasit sporadis adalah suatu parasit yang karena sesuatu sebab

berada pada hospes yang tidak sewajarnya.Contoh :Gongylonema scutum, cacing

nematoda pada mulut sapi---mulut manusia.

4.      Parasit Eratika


Parasit eratika adalah parasit yang terdapat pada hospes yang wajar tetapi lokasinya pada

daerah yang tidak sewajarnya.Contoh :Ascaris lumbricoides, nematoda duodenum

manusia dan babi---akibat kelaparan/gerakan antiperistaltik dinding usus---masuk ke

lambung atau kantung empedu.

5.      Parasit Spuriosa

Adalah parasit yang masuk ke dalam tubuh hospes tanpa menimbulkan keluhan/penyakit

pada hospes dan keluar dari tubuh hospes tanpa perubahan apapun. Terjadi saat diagnose

pascamati, misal sebelum mati anjing makan feses sapi mengandung telur cacing

Moniezia expansa.

B. Morfologi dan reproduksi pada parasit

Ada beberapa hewan yang termasuk parasit, beberapa hewan tersebut adalah  caplak, tungau,

cacing dan jamur. Berikut penjelasannya:

1.   Caplak

Caplak  adalah  ektoparasit penghisap darah pada hewan vertebrata. Sama seperti anggota

arachnida lainnya tubuh caplak terbagi menjadi dua bagian, yaitu : bagian depan disebut

cephalothorax (prosoma) dan bagian belakang tubuh disebut abdomen (ophistosoma).

Meskipun demikian, tidak terdapat batas yang jelas diantara dua bagian tubuh

tersebut.Caplak dewasa mempunyai alat-alat tubuh pada arachnida seperti khelisera dan

palpus (alat sensori) yang terdapat dibagian atas, dan enathosoma/capitulum, dan empat

pasang kaki.

Contoh caplak berkulit keras di Indonesia adalah caplak sapi (Boophilus microplus),

caplak anjing (Rhipicephalus sanguineus), caplak babi (Dermacentor auratus).


Caplak dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa makan jika belum mendapatkan

induk semangnya.Caplak dapat hidup pada 1-3 induk semang berbeda selama fase

pertumbuhannya sehingga dikenal dengan sebutan caplak berinduk semang satu, berinduk

semang dua dan berinduk semang tiga (Vredevoe, 1997).

Caplak anjing .

Caplak memiliki 4 tahapan siklus hidup mulai dari Telur-larva- Nimfa- dewasa. Memiliki lama

siklus hidup lebih kurang lebih 3 Bulan. Rhipicephalus sanguineus merupakan caplak

berinang 3, umumnya anjing. Caplak betina bertelur sampai 5.000 butir telur, selanjutnya

telur akan menetas dalam 17-30 hari dan kemudian larva menempel pada inang ke-1 (rambut

panjang belakang leher anjing).

Larva menghisap darah 2—6 hari, jatuh, dan berubah menjadi nimfa 5-23 hari. Lalu

nimfa menempel pada inang ke-2, terutama di belakang Leher menghisap darah 4-9 hari,

jatuh, dan berubah menjadi dewasa 11-73 hari. Caplak dewasa kemudian menempel pada

inang ke-3 yang sering pada hospes telinga dan sela-sela jari kaki anjing, menghisap darah

pada 6-21 hari dan lalu jatuh untuk bertelur. Larva tidak makan dapat hidup sampai dengan

8,5 bulan, sedangkan Caplak dewasa dapat bertahan 19 bulan.


Seekor Caplak dewasa dapat mengisap Darah 0,5-2 Mililiter dalam waktu singkat dapat

menyebabkan Anenia bagi inangnya. Luka trauma akibat gigitan caplak juga dapat menjadi

tempat Imfeksi sekunder. Caplak juga dapat menyebabkan depresi Syaraf akibat Toksin yang

diproduksi oleh caplak betina di kelenjar saliva. Paralisis biasanya dimulai dari Otot belakang

tubuh, kemudian menyebar ke seluruh Tubuh terakhir menyerang Otot,otot pernapasan.

Paralisis berlangsung selama 1-4 hari. Inang yang sembuh dari tick paralisis menjadi kebal

selama 8 Minggu sampai 8 Bulan.

Seekor caplak Betina mampu bertelur 100 butir sehari Setelah menetas, muncul larvanya

yang segera mencari induk semang untuk menghisap Darah yang pertama. Setelah itu Larva

berubah menjadi Caplak muda. Caplak muda ini bisa mengalami Hibernasi selama bertahun-

tahun sebelum berubah menjadi caplak Dewasa. Caplak dewasa pun mampu hidup tanpa

menghisap darah selama bertahun-tahun. Caplak betina menghisap darah 8-10 hari hingga

bobotnya mencapai 100 kali lipat dan kemudian melepaskan diri dari Anjing untuk mencari

tempat bertelur.

        2.      Tungau

Tungau merupakan binatang yang sangat kecil seperti kutu dan tidak tampak oleh

mata.Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang bersama-sama dengan

caplak,menjadi/anggota,superordo.Acarina. Hewan ini merupakan salah satu avertebrata

yang paling beraneka ragam dan sukses beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan.

Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun

demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain namun saling

menguntungkan. Di bidang pertanian, tungau menimbulkan banyak kerusakan pada kualitas

buah jeruk (umpamanya tungau karat buahPhyllocoptura oleivera Ashmed dan tungau
merahPanonychus citri, merusak daun ketela pohon dan juga daun beberapa tumbuhan

Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga menyebabkan penyakit skabies, penyakit pada

kulit yang mudah menular.

Tungau debu rumah

Tungau jingga ; hama daun teh 

        Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu hewan walaupun sama-sama berukuran

kecil (sehingga beberapa orang menganggap keduanya sama). Apabila kutu sejati merupakan

anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan dengan laba-laba dilihat dari

kekerabatannya. Tungau merupakan binatang sejenis kutu yang ukurannya sangat kecil,

yakni 250-300 mikron berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata.Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau betina panjangnya

300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya yakni 200 –

240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak

dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.. Bila dilihat dari sisi fisiknya, bentuk

binatang ini lonjong dengan jumlah kaki 8 buah.Binatang mikrospis itu diembel-embeli kata

“debu” di belakang namanya karena hidupnya dari debu.

Tungau betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk

kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari. Terowongan

pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam

terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan

bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.

Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit

untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel

rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi

bentuk dewasa melalui bentuk nimfa.Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa

sekitar 10-14 hari.Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau

betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup di

permukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.


 Siklus hidup tungau

3 .CACING

 . Wuchereria branchofti (filarial worm)

A.Klasifikasi

➢  Phylum            : Nemathelminthes


➢  Class                : Nematoda
➢  Subclass           : Secernemtea
➢  Ordo                : Spirurida
➢  Super famili     : Onchocercidae
➢  Genus              : Wuchereria
➢  Species            : Wuchereria Bancrofti

B.    Epidemiologi, distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini


Parasit ini tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, meluas jauh ke utara sampai ke
Spanyol dan ke selatan sampai Brisbane, Australia.Di belahan Timur Dunia dapat ditemukan
di Afrika, Asia, Jepang, Taiwan, Filipina, Indonesia dan kepulauan Pasifik selatan.Di
belahan Barat Dunia di Hindia barat, Costa Rica dan sebelah utara Amerika Selatan.
Penyakit ini di Amerika Selatan dimasukkan oleh budak belian dari Afrika melalui kota
Charleston, Carolina Selatan, tetapi telah lenyap 40 tahun yang lalu. Frekuensi filariasis
yang bersifat periodik, berhubungan dengan kepadatan penduduk dan kebersihan yang
kurang, karena Culex quinquefasciatus sebagai vektor utama, terutama membiak di dalam
air yang dikotori dengan air got dan bahan organik yang telah membusuk. Di daerah Pasifik
Selatan frekuensi filiariasis nonperiodik di daerah luar kota sama tingginya atau lebih tinggi
daripada di desa-desa besar karena vector terpenting ialah Aedes polynesiensis, seekor
nyamuk yang biasanya hidup di semak-semak. Frekuensi berbeda-beda menurut suku
bangsa, umur dan kelamin, terutama berhubungan dengan faktor lingkungan.Orang Eropa,
yang lebih terlindung terhadap nyamuk, mempunyai frekuensi lebih rendah daripada
penduduk asli.

C.   Morfologi 
Cacing dewasa menyerupai benang, berwarna putih kekuning-kuningan. Cacing betina
berukuran 90-100x0,25 mm ekor lurus dan ujungnya tumpul, didelfik dan uterusnya
berpasangan (paired). Cacing jantan berukuran 35-40mmx0,1mm, ekor melingkar dan
dilengkapi dua spikula.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung dan berukuran 250-300x7-8
mikron.Mikrofilaria terdapat di dalam darah dan paling sering ditemukan di aliran darah
tepi, tetapi pada waktu tertentu saja.Pada umumnya mikrofilaria.Cacing ini mempunyai
periodisitas nokturna karena mikrofilaria dalam darah tepi banyak ditemukan pada malam
hari, sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler organ-organ visceral
(jantung, ginjal, paru-paru dan sebagainya). Di daerah pasifik, mikrofilaria W.
bancrofti mempunyai periodisitas subperiodik diurnal.Di Thailand terdapat mikrofilaria
dengan periodisitas subperiodik nokturna.

D.  Siklus hidup

Untuk melengkapi siklus hidupnya, W. bancrofti membutuhkan manusia (hospes


definitif) dan nyamuk (hospes perantara).Nyamuk terinfeksi dengan menelan microfilaria
yang terisap bersama-sama dengan darah.Di dalam lambung nyamuk, mikrofilaria
melepaskan sarungnya dan berkembang menjadi stadium 1 (L-1), larva stadium 2 (L-2), dan
larva stadium 3 (L-3) dalam otot toraks kepala. Larva stadium 1 (L-1) memiliki panjang
135-375 mikron, bentuk seperti sosis, ekor memanjang dan lancip, dan masa
perkembangannya 0,5-5,5 hari (di toraks). Larva stadium 2 (L-2) memiliki panjang 310-
1.370 mikron, bentuk gemuk dan lebih panjang daripada L-1, ekor pendek membentuk
krucut, dan masa perkembangannya antara 6,5-9,5 hari (di toraks dan kepala). Larva stadium
3 (L-3) memiliki mobilitas yang cepat sekali, kadang-kadang ditemukan di probosis nyamuk
sehingga larva ini bersifat infektif dan ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk.

E.   Diagnosis
Diagnosis filariasis hasilnya lebih tepat bila didasarkan pada anamnesis yang
berhubungan dengan vektor di daerah emdemis dan di konfirmasi dengan hasil pemeriksaan
laboratorium.Bahan pemeriksaan adalah darah yang diambil pada malam hari.Sediaan darah
tetes tebal yang diperoleh dari tersangka, langsung diperiksa dengan mikroskop untuk
melihat adanya mikrofilaria yang masih bergerak aktif, sedangkan untuk menetapkan spesies
filarial dilakukan dengan membuat sediaan darah tetes tebal dan halus tipis yang diwarnai
dengan larutan Giemsa atau Wright.

F.  Patologi dan gejala klinis

Kelainan dan perubahan patologis disebabkan oleh cacing dewasa maupun mikrofilaria.
Cacing dewasa pada stadium akut menimbulkan limfadenitis dan limfangitis retrograde dan
dalam waktu 10-15 tahun menjadi obstruktif. Microfilaria tidak mengakibatkan kelainan,
namun dalam kondisi tertentu menyebabkan occult filariasis. Patogenesis filariasis bancrofti
dibagi dalam tiga stadium, yaitu stadium mikrofilaremi, stadium akut, dan kronis.Ketiga
stadium ini tidak menunjukkan batas-batas yang tegas karena prosesnya menjadi tumpang
tindih.

G.  Pencegahan, pengobatan dan pengendalian

Kelompok yang mudah terserang adalah umur dewasa muda, terutama yang status social
ekonominya rendah.Obat DEC kurang baik untuk upaya pengendalian, oleh karena itu
pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk.Preparat antinom dan arsen
dapat membunuh mikrofilaria dalam darah bila pengobatan dilakukan dalam waktu yang
lama.Obat pilihan yang sering digunakan adalah dietil karbamasin sitrat (DEC).

 Brugia  Malayi (Wuchereria)

A.  Klasifikasi

➢  Phylum         : Nemathelminthes


➢  Class             : Nematoda
➢  Subclass       : Secernemtea
➢  Ordo             : Spirurida
➢  Super famili : Wuchereria
➢  Genus           : Brugia
➢  Species        :  Brugia malayi dan Brugia timori
B.   Epidemiologi, distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini

Distribusi geografik yang luas daripada parasit ini meliputi Srilangka, Indonesia, Filipina,
India Selatan, Asia, Tiongkok, Korea, dan suatu daerah kecil di jepang. Ini merupakan
infeksi filarial yang predominan di India Selatan dan Srilangka.Daerah distribusinya
sepanjang pantai yang datar, sesuai dengan tempat hospes serangga yang utama yaitu
nyamuk Mansonia.Nyamuk ini banyak terdapat di daerah rendah dengan banyak kolam yang
bertanaman Pistia, suatu tumbuhan air, penting untuk perindukan nyamuk tersebut di atas.
Bila vektor penyakit adalah nyamuk Mansonia, maka penyakit itu terutama terdapat di
daerah luar kota, tetapi bila vektornya adalah nyamuk Anopheles penyakit itu terdapat di
daerah kota dan sekitarnya.

C.  Morfologi 

Cacing dewasa berbentuk silindrik seperti benang, berwarna putih kekuning-


kuningan.Pada ujung anteriornya terdapat mulut tanpa bibir dan dilengkapi baris papilla 2
buah, baris luar 4 buah dan baris dalam 10 buah. Cacing betina berukuran 55x0,16 mm
dengan ekor lurus, vulva mempunyai alur transversal dan langsung berhubungan dengan
vagina membentuk saluran panjang. Cacing jantan berukuran 23x0,09 mm, ekor melingkar
dan bagian ujungnya terdapat papilla 3-4 buah, dan di belakang anus terdapat sepotong
papilla. Pada ujung ekor terdapat 4-6 papila kecil dan dua spikula yang panjangnya tidak
sama.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung, panjangnya 177-230 mikron, letak
tubuh kaku, panjang ruang kepala dua kali lebarnya, inti tubuh tidak teratur dan ekornya
mempunyai 1-2 inti tambahan.Mikrofilaria ini terdapat dalam darah tepi.Periodisitas Brugia
malayi ada yang nokturna, subperiodik nokturna, dan nonperiodik. 

D.  Siklus hidup

Brugia malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh Anopheles barbirosrtis.Brugia


Malayi yang hidup pada manusia dan mamalia lainnya ditularkan olehMansonia sp. Brugia
timori, sedangkan yang hanya hidup pada manusia ditularkan oleh Anopheles barbirostris.
Kedua cacing ini mempunyai siklus hidup yang kompleks dan ukuran tubuh lebih pendek
bila dibandingkan dengan ukuran tubuh Wuchereri bancrofti.Masa pertumbuhan larva di
dalam tubuh vektor kira-kira 10 hari. Di sini larva mengalami pergantian kulit dan
berkembang menjadi L-1, L-2, dan  L-3. Pada manusia, masa pertumbuhan bisa mencapai 3
bulan. Pada tubuh manusia, perkembangan ke dua cacing ini mempunyai pola hidup yang
sama seperti Wuchereria bancrofti.

E.   Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dikonfirmasi dengan menemukan


mikrofilaria dalam darah perifer.Pada stadium awal, belum ditemukan mikrofilaria dalam
darah perifer.Untuk mengetahui potongan cacing dewasa, dapat dilakukan pemeriksaan dari
bahan biopsi kelenjar limfe yang membengkak.
Untuk keperluan diagnosis, sekarang telah dikembangkan tes imunologik, tetapi masih
dalam penelitian, terutama untuk meningkatkan kepekaan cara diagnosis ini.

F.  Patologi dan gejala klinis

Gejala filariasis brugia sama dengan filariasis bancrofti. Pathogenesis berlangsung


berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun setelah terjadi infeksi.Penderita sering tidak
menunjukkan gejala yang nyata meskipun di dalam darahnya ditemukan mikrofilaria.
Pada stadium akut akan terjadi demam dan peradangan saluran maupun kelenjar limfe
inguinal. Keadaan ini berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh sendiri walaupun tidak diobati.
Peradangan kelenjar limfe dapat menimbullkan limfangitis retrograde. Peradangan pada
saluran limfe tampak garis merah yang menjalar ke bawah dan bisa menjalar ke jaringan
yang ada di sekitarnya. Pada stadium ini , tungkai bawah  penderita membengkak dan
mengalami limfedema. Limfedenitislama-kelamaan menjadi bisul dan apabila pecah akan
membentuk ulkus. Ulkus pada pangkal paha apabila sembuh akan meninggalkan bekas
berupa jaringan parut. Hal ini merupakan satu-satunya objektif filariasis limfatik.

G.  Pencegahan, pengobatan dan pengendalian

Dalam program pencegahan, harus diperhatikan hospes reservoir selain manusia. Cara
pencegahan sama dengan filariasis bancrofti.
Obat yang dapat dipilih adalah dietilkarbamazin sitrat (DEC), namun efek sampingnya lebih
berat jika dibandingkan untuk pengobatan filariasis brugia.Oleh karena itu, untuk
pengobatan filariasis brugia dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktu pengobatan
dilakukan dalam waktu yang lebih lama.

 Dracunculus medinensis
A.Klasifikasi

➢ Phylum            : Nemathelminthes


➢ Class                : Nematoda
➢ Subclass          : Onchocercidae
➢ Ordo                : Camallanidea
➢ Super famili     : Dracunculoidea
➢ Genus              : Dracunculus
➢ Species            :   Dracunculus medinensis

B.   Epidemiologi, distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini

Parasit terdapat pada manusia di Afrika Utara, Barat dan Tengah, di daerah barat daya
Asia, timur laut Amerika Utara dan Tiongkok.Di India sebelah barat terdapat presentase
tinggi dari penduduk kebanyakan berumur di bawah 20 tahun, telah terkena infeksi oleh air
dari sumber air minum.Pada sumber ini tidak disediakan tali atau ember, tetapi orang masuk
hingga lutut atau pergelangan kaki ke dalam air sambil mengisi tempat air mereka.Pada
waktu itu cacing dewasa mengeluarkan larva-larvanya Cyclops yang mengandung parasit
terambil dalam air.

C. Morfologi 

Cacing dewasa berbentuk seperti tali, silindris .Betina : 500-1200 x 0,9-17 mm, usia
sampai 12-18 bulan, Jantan : 12-29 x 0,4 mm ; ujung anterior membulat , posterior agak
runcing & melengkung ke ventral.

D. Siklus hidup
Cacing dewasa hidup di dalam jaringan subkutis dan kulit, dan menjadi dewasa dalam 10
minggu.Seekor cacing betina dapat hidup sampai 12-18 bulan.Di dalam waktu kira-kira satu
tahun cacing betina yang pindah ke jaringan subkutis tungkai, lengan, pundak dan tubuh
bagian bawah yang banyak bersentuhan dengan air.Bila waktunya untuk mengeluarkan
larva, bagian kepala cacing membentuk benjolan kecil pada kulit yang berindurasi,
kemudian benjolan itu menjadi vesikel dan dapat menjadi ulkus.Bila permukaan ulkus
terkena air maka lekuk uterus, yang telah menjulur keluar melalui bagian anterior
cacingyang pecah, mengeluarkan larva yang dapat bergerak ke dalam air.

E. Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan bentuk luka setempat adanya cacing dan larva.Bentuk cacing
di bawah kulit dapat dilihat dengan penyinaran cahaya.Cacing yang telah mengalami
perkapuran dapat ditemukan tempatnya dengan pemeriksaan sinar Rontgen.Pengeluaran
larva dapat dirangsang dengan mendinginkan daerah ulkus.Reaksi kulit, dengan memakai
ekstrak cacing sebagai antigen, adalah positif pada kebanyakan penderita.

F.  Patologi dan gejala klinis

Bila cacing tidak sampai pada kulit maka akan mati dan mengalami desintegrasi,diserap
atau mengalami perkapuran. Adanya di dalam jaringan mesenterium dapat menerangkan
gejala psedoperitoneal dan manifestasi alergi.
Bila cacing sampai pada permukaan tubuh dilepaskan zat toksin yang menimbulkan reaksi
raang seempat sebagai vesikel streil angbeisi eksudat serosa.Cacing terdapat di dalam
terowongan subkutis dengan bagian anterior di bawah lepuh yang mengandung cairan
kuning jernih.Kelainan ini dapat tampak dengan adanya indurasi dan endema.Vesikel dapat
timbul pada tiap tempat yang dapat memungkinkan keluarnya larva di dalam air, biasanya
pada tungkai, pergelangan kaki dan di sela-sela jari kaki, dan sangat jarang pada lengan atau
tubuh.Kontaminasi lepuh yang dapat menimbulkan abses, selulitis, ulkus yang besar dan
nekrosis.
Gejala-gejala mulai tepat sebelum cacing sobek.Urtikaria, eritem, sesak nafas, muntah,
gatal, pusing, merupakan gejala alergi. Gejala itu timbul biasanya  pada waktu cacing sobek,
tetapi kadang-kadang timbul lagi selama pengeluaran cacing. Dikarenakan zat-zat yang
dikeluarkan cacing masuk ke dalam jaringan.

G. Pencegahan, pengobatan dan pengendalian

Pengobatan meliputi pengeluaran atau penghancuran cacing ini.Cara kuno dengan


menggulung cacing pada sebatang kayu untuk mengelluarkannya beberapa sentimeter setiap
hari masih dipakai di Asia dan Afrika.Dapat terjadi radang yang hebat dan pengelupasan
jaringan bila cacing patah pada usaha tersebut.Lebih baik dilakukan operais dengan anestesi
prokain, membuat insisi yang luas bila tempat cacing telah diketahui dengan sinar Rontgen
dan suntikan kolargol.
Tiabendazol, sebanyak 50-100 mg/kg bb setiap hari untuk 1 hari telah dikemukakan
member hasil baik terhadap Dracunculus. Niridazol (Ambilhar) 30 mg/kg, per ons setiap
hari untk setiap hari, dapat menghilangkan cacing secara spontan atau memudahkan
mengeluarkan secara manual. Gejala samping pengobatan ini tidak  banyak atau tidak berat.
Trimelarsan juga dapat dipakai dengan hasil yang baik.

4. JAMUR

Trichophyton rubrum/jamur parasit

Trichophyton rubrum merupakan jamur yang paling umum menjadi menyebabkan infeksi jamur
kronis pada kulit dan kuku manusia. Pertumbuhan koloninya dari lambat hingga bisa menjadi cepat.
Teksturnya yang lunak, dari depan warnanya putih kekuning-kuningan (agak terang) atau bisa juga
merah violet. Kalau dilihat dari belakang tampak pucat, kekuning-kuningan, coklat, atau cokelat
kemerahan. Meskipuntrichophyton rubrum merupakan jamur yang paling umum terdeteksi menjadi
dermatophytes (jamur parasit – mycosis – yang menginfeksi kulit) dan menyebabkan infeksi jamur kuku
tangan, ada juga jenis jamur yang lain yang menjadi sebab infeksi serupa, contohnya Tricophytum
mentagrophytes, T. verrucosum, dan T. Tonsurans.[1]

 Penularan
Dermatophytes ditularkan melalui kontak langsung dengan kulit/kuku manusia atau hewan yang
terinfeksi. Inilah yang menyebabkan jamur ini tergolong sebagai IMS karena bisa ditularkan melalui
‘sentuhan, usapan, dan rabaan’ dari kulit yang mungkin terinfeksi. Bisa juga akibat kontak kulit atau
rambut kita dengan benda yang dihinggapi jamur ini seperti pakaian, sisir, sikat rambut, kursi bioskop,
topi, furniture, seprai, selimut, handuk, dan lain sebagainya. Tergantung pada jenis organisme jamur
yang ada di sekitar kita. Kerentanan terkena infeksi terjadi apabila ada cedera pada kulit seperti luka
tergores, luka bakar, maupun suhu dan kelembaban yang berlebihan.
 Infeksi yang ditimbulkan[
Infeksi yang ditimbulkan meliputi:

 Ringworm (infeksi fungal pada kulit manusia dan hewan (sapi dan domba)) dikenal juga dengan
istilah dermatophytosis.

 Athlete’s foot (infeksi fungal pada kulit manusia yang menyebabkan sisik, flake, dan gatal pada
daerah yang terinfeksi) dikenal juga dengan istilah Tinea pedis.

 Jock itch dikenal sebagai Tinea cruris (infeksi fungal pada daerah kunci (lipatan) paha), yang
lebih sering terlihat pada laki-laki.

 Fungal Folliculitis (peradangan kulit pada daerah berambut) pada daerah berambut di atas
kepala dikenal juga dengan nama Tinea capitis

 Fungal Folliculitis pada daerah janggut dikenal sebagai Tinea barbae

 Fungal Folliculitis pada kaki dan betis dikenal sebagai Majocchi granuloma, ini sering terjadi
pada wanita yang mencukur kaki mereka.

 Onychomycosis yaitu infeksi fungal pada kuku yang menyebabkan kuku tumbuh tidak normal.

 Identifikasi jamur
Idetifikasi terhadap infeksi jenis T. rubrum sulit karena banyak anggota genus yang bereaksi mirip pada
saat dikenai tes reagen. The Mycology Unit at the Adelaide Women’s and Children’s Hospital menggunakan
sebuah skema identifikasi dermatophyte, dibuat oleh Gerraldine Kaminski. Skema ini menggunakan 6
macam media untuk membantu mengidentifikasi dan membedakan berbagai jenis spesies dan strain
Trichophyton. Media dalam skema ini adalah Littman Oxgall agar, Lactritmel agar, Sabouraud agar dengan
5% NaCl, 1% Peptone agar, Trichophyton agar No 1, dan hidrolisis urea.

PENYAKIT YANG DI SEBABKAN OLEH PARASIT

 Taenia (cacing pita)


Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan Animalia ,
Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda , Bangsa Cyclophyllidea , Suku Taeniidae. Anggota-
anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang menginfeksi manusia , babi , sapi ,
dan kerbau .
Perbedaan antarspesies Segmen tubuh Taenia solium Terdapat tiga spesies penting cacing pita
Taenia , yaitu Taenia solium , Taenia saginata, dan Taenia asiatica . Ketiga spesies Taenia ini
dianggap penting karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yang dikenal dengan istilah
taeniasis dan sistiserkosis . Siklus Hidup

 Siklus hidup Taenia sp.

Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif.
Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif dari anus
manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia.Bila inang definitif (manusia) maupun
inang antara (sapidan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan
embrio( onchosphere ) yang kemudian menembus dinding usus . Embrio cacing yang mengikuti
sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam
otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot
pengunyah, daerah esofagus , leher dan otot antar tulang rusuk.
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis .
Taeniasis adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia
yang dapat menular dari hewan ke manusia , maupun sebaliknya. Taeniasis pada manusia
disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi , sementara Taenia
saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi . Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan
oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium ( cacing pita
babi). Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita
sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan Taenia
asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. Terdapat dugaan bahwa
Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia . Manusia terkena taeniasis apabila
memakan daging sapi atau babi yang setengah matang yang mengandung sistiserkus sehingga
sistiserkus berkembang menjadi Taenia dewasa dalam usus manusia. Manusia terkena
sistiserkosis bila tertelan makanan atau minuman yang mengandung telur Taenia solium .Hal ini
juga dapat terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran dan
penelanan kembali makanan . Sumber penularan cacing pita Taenia pada manusia yaitu :
1. Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau segmen tubuh (proglotid)
cacing pita
2. Hewan, terutama babi dan sapi yang mengandung larva cacing pita (sistisekus).
3. Makanan, minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur cacing pita.

Penyebaran
Cacing pita Taenia tersebar secara luas diseluruh dunia. [7] . Penyebaran Taenia dan kasus
infeksi akibat Taenia lebih banyak terjadi di daerah tropis karena daerah tropis memiliki curah
hujan yang tinggi dan iklim yang sesuai untuk perkembangan parasit ini. [12] Taeniasis dan
sistiserkosis akibat infeksi cacing pita babi Taenia solium merupakan salah satu zoonosis di
daerah yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging babi dan tingkat sanitasi
lingkungannya masih rendah, seperti di Asia Tenggara , India , Afrika Selatan , dan Amerika
Latin .
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Gejala
klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah :

 Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)

 Gatal-gatal pada anus (77%)

 Mual (46%)

 Pusing (42%)

 Peningkatan nafsu makan (30%)

 Sakit kepala (26%)


 Diare (18%)

 Lemah (17%)

 Merasa lapar (16%)

 Sembelit (11%)

 Penurunan berat badan (6%)

 Rasa tidak enak di lambung (5%)

 Letih (4%)

 Muntah (4%)

 Tidak ada selera makan saat lapar (1%)

 Pegal-pegal pada otot (1%)

 Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan

 gangguan pernapasan (masing-masing <1%).

Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam
tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-
beda. Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis ),
mata , otot dan lapisan bawah kulit .Dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya
akibat larva cacing Taenia yaitu neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian.
Neurosistiserkosis adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva Taenia solium .
Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia yang muda
maupun setengah baya , epilepsi dan kelainan pada tengkorak . Sistiserkosis merupakan
penyebab 1% kematian pada rumah sakit umum di Meksiko City dan penyebab 25%tumor dalam
otak .

Pengendalian
Cara Pengendalian cacing pita
Taenia
Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya.
Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit dapat dilakukan melalui
diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi. Beberapa obat cacing yang
dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide dan Praziquantel. Sedangkan untuk
mengobati sistiserkosis dapat digunakan Albendazole dan Dexamethasone. Untuk mengurangi
kemungkinan infeksi oleh Taenia ke manusia maupun hewan diperlukan peningkatan daya tahan
tubuh inang . Hal ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak, terutama babi di daerah
endemis taeniasis/sistiserkosis serta peningkatan kualitas dan kecukupan gizi pada manusia.
Lingkungan yang bersih sangat diperlukan untuk memutuskan siklus hidup Taenia karena
lingkungan yang kotor menjadi sumber penyebaran penyakit. Pelepasan telur Taenia dalam feses
ke lingkungan menjadi sumber penyebaran taeniasis/sistiserkosis. Faktor risiko utama transmisi
telur Taenia ke babi yaitu pemeliharaan babi secara ekstensif , defekasi manusia di dekat
pemeliharaan babi sehingga babi memakan feses manusia dan pemeliharaan babi dekat dengan
manusia. Hal yang sama juga berlaku pada transmisi telur Taenia ke sapi . Telur cacing ini dapat
terbawa oleh air ke tempat-tempat lembap sehingga telur cacing lebih lama bertahan hidup dan
penyebarannya semakinluas. Kontrol penyakit akibat Taenia di lingkungan dapat dilakukan
melalui peningkatan sarana sanitasi , pencegahan konsumsi daging yang terkontaminasi ,
pencegahan kontaminasi tanah dan tinja pada makanan dan minuman. Pembangunan sarana
sanitasi, misalnya kakus dan septic tank , serta penyediaan sumber air bersih sangat diperlukan.
Pencegahan konsumsi daging yang terkontaminasi dapat dilakukan melalui pemusatan
pemotongan ternak di rumah potong hewan (RPH) yang diawasi oleh dokter hewan.

 Prengertian Scabies
Penyakit scabies adalah penyakit gatal pada kulit yang disebabkan oleh tungau atau kutu kecil yang
bernama Sarcoptes scabiei varian hominis, ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari
dan mudah menular melalui kontak langsung atau tidak langsung. Penyakit scabies ini banyak
diderita di masyarakat kita, maka tak heran banyak penamaan untuk penyakit ini seperti gudik
(gudikan), kudis (kudisan), gatal agogo, budukan, dan lain-lain ( silahkan ditambahkan ).

Penyebab scabies

Seperti telah disebutkan sebelumnya penyakit scabies disebabkan oleh tungau yang berukuran kecil
tak tampak oleh mata telanjang sehingga untuk melihatnya diperlukan alat bantu berupa mikroskop.
Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-0,4 mm, sedangkan S. scabei jantan setengah dari ukuran betina.
Sarcoptes scabei penyebab gudikan atau kudis Kutu betina yang sudah dibuahi akan tinggal di kulit
dengan membuat liang terowongan pada kulit ( lihat gambar ), disana ia bertelor sekitar 40-50 butir
telor, dan akan menetas dalam waktu 3-5 hari. Di luar kulit, kutu ini hanya dapat bertahan hidup 2-3
hari pada suhu kamar.

Cara Penularan Scabies

Karena penyebab scabies adalah kutu yang dapat menyebar dari orang ke orang maka penyakit ini
mudah menular. Penularan scabies bisa terjadi secara kontak langsung atau bersentuhan kulit-kulit
dan hubungan suami istri. Bisa juga terjadi secara tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk,
dan tempat tidur yang dipakai bersama-sama. Maka tak heran jika penyakit scabies ini akan
mengenai orang secara berjamaah seperti dalam satu keluarga, satu asrama, pondok pesantren, dan
satu sekolah.

 Gejala Scabies

Gejala utama penyakit scabies adalah gatal pada kulit, terutama memburuk pada malam hari. Rasa
gatal terjadi karena reaksi alergi terhadap tungau. Terjadi secara berkolompok seperti telah
disebutkan di atas. Gejala scabies atau kudis lainnya meliputi:
 Gatal di sela-sela jari dan pergelangan tangan.

 Gatal pada permukaan luar siku dan di ketiak.

 Gatal di sekitar perut dan pusar.

 Gatal Pada bagian bokong dan selangkangan

 Gatal di sekitar puting susu, garis bra, dan sisi payudara (pada wanita).

 Gatal Pada alat kelamin (pada pria).

 Pada bayi dan anak-anak kecil, gatal-gatal dan iritasi kulit juga dapat terjadi pada kulit
kepala, leher, dan wajah dan telapak tangan dan telapak kaki.

Pengobatan Scabies

Penyakit scabies atau Kudis ini tidak akan sembuh dengan sendirinya. Untuk menghilangkannya, dan
agar tidak menyebar kepada orang lain, maka perlu menggunakan obat scabies berbentuk krim
khusus atau lotion yang dioleskan pada kulit. Obat scabies cream ini mengandung permethrin atau
kandungan lainnya. Oleskan obat scabies merata ke seluruh permukaan kulit yang gatal, tapi hindari
daerah sekitar mata dan mulut. Setelah dioleskan biarkan, jangan terkena air selama 8 sampai 14 jam
(tergantungobatnya) baru kemudian dibersihkan atau mandi.

Antihistamin (seperti interhistin, cetirizin, dll),krim steroid, atau, dalam kasus yang parah, pilsteroid
dapat membantu mengurangi rasa gatal. Obat anti gatal ini diminum sebelummenggunakan obat
scabies di atas, tentu hal ini harus berdasarkan rekomendasi dokter. Bacajuga:

Obat gatal paling ampuh Jika terdapat infeksi skunder yang ditandai dengan nanah pada kulit yang
gatal, maka diperlukan antibiotik.

Tips Cara Mengobati Scabies (kudis atau gudik) dengan tuntas!

Penderita dalam satu rumah atau kelompok harus diobati secara bersamaan (serempak), untuk
memutus rantai penularan. Ayo rame-rame ke dokter…

Cuci semua pakaian, seprai, dan handuk yang digunakan dalam 3 hari sebelum memulai pengobatan.
Gunakan air panas pada bilasan terakhir sebelum menjemurnya. Bersihkan dengan hati-hati tempat
tidur, sofa, ruangan atau kamar yang digunakan oleh orang yang memiliki kudis atau gudikan. Itulah
rangkuman tentang penyakit scabies yang dikenal juga dengan sebutan kudis atau gudikan yang perlu
diketahui. Semogabermanfaat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
• Parasitologi adalah ilmu yang mempelajri tentang parasit. Dalam
perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, telah diketahui
pentingnya ilmu yang mempelajari parasit sehingga diketahuilah apa yang
dimaksud dengan parasit. Parasit adalah organisme satu sel yang disebut
protozoa atau banyak sel yang disebut metazoa. dalam parasitologi mempelajari
hospes, parasit, dan lingkungan. menurut tempat hidup parasit dibagi menjadi
dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Parasit yang sama sekali tidak dapat
hidup tanpa hospes disebut parasit obligat (permanen); sedangkan organisme
yang hidup bebas akan tetapi suatu waktu dapat menjadi parasit disebut parasit
fakultatif (opportunist).
• Menurut jumlahnya, hospes definitif parasit terdiri atas : homoksenosa
,stenoksenosa, dan heteroksenosa. Dilihat dari segi kerusakan yang ditimbulkan
oleh parasit, parasit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu parasit patogen, dan
parasit apatogen. Parasit masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui mulut;
menembus kulit; gigitan arthropoda atau melalui inhalasi. Cara lain ; hubungan
seksual, transmammary, jarum suntik, transfusi darah atau melalui transplantasi
jaringan.
 
Saran
Pengetahuan tentang parasit sangatlah diperlukan demi teciptanya kesehatan
yang optimal didalam masyarakat. Pengetahuan ini sangat menentukan tingkat
kesehatan masyarakat, semakin tahu masyarakat tentang parasit, bisa hampir
dipastikan mereka bisa lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan mereka
terhadap parasit yang berkembang sehingga tingkat kesehatan merekapun akan
meningkat, terutama dalam menanggulangi bahaya parasit. Semoga makalah ini
bisa menumbuhkan jiwa kita untuk mensosialisasikan lebih gencar akan bahaya
parasit bagi kesehatan manusia dan lingkunganya.

Anda mungkin juga menyukai