Anda di halaman 1dari 16

INVENTARISASI PARASIT PADA IKAN

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

OLEH
NAMA

: ONE SAFITRI

NIM

: J1C113047

KELOMPOK

: III (TIGA)

ASISTEN

: EMA TIAS ARUMSARI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
BANJARBARU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Budidaya ikan hias air tawar merupakan salah satu usaha agribisnis

dengan prospek yang cerah, karena potensi pasarnya masih sangat terbuka, baik
pasar domestik, regional maupun internasional. Hal ini dapat ditunjukkan oleh
peningkatan ekspor ikan hias dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, pada tahun
1994-1999 tejadi kenaikan nilai ekspor sebesar 30,35% dan volume meningkat
sebesar 40,92%. Dengan keterbatasan lahan, intensifikasi merupakan pilihan
untuk mengembangkan kegiatan usaha budidaya dalam rangka meningkatkan
produksi dan produktivitas (Alifuddin dkk, 2003).
Parasit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup pada organisme
lainyang mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga
organismeyang tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian. Dialam
parasitmempunyai peranan penting dalam dalam suatu ekosistem. Sedangkan
dalam budidaya kehadiran parasit sangat dihindari. Parasit ikan ada pada
lingkungan perairan yang ada ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan ikan
menderita sakit (Ulfah, 2011).
Ikan sebenarnya mempunyai daya tahan terhadap penyakit selama berada
dalam kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak diperlemah oleh berbagai
sebab. Kolam yang tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme
penyebab infeksi penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal
dari luar. Akan tetapi, selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang
selalu mendapat perhatian, parasit dalam kolam maupun yang dari luar tidak akan
mampu menimbulkan infeksi. Penyerangan yang disebabkan oleh parasit biasanya
tidak dapat diketahui gejalanya sehinggabaru sadar ketika ikannya sudah mati
dalam jumlah yang besar (Ulfah, 2011).
1.2

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah diharapkan untuk mengiventarisasi jenis

ektoparasit dan endoparasit pada ikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Parasitologi adalah bidang ilmu yang mempelajari mengenai simbiosis,
terutama bentuk suatu organisme yang bersifat parasit. Dua organisme yang hidup
bersama dan menguntungkan bagi salah satu atau kedua simbiont tersebut.
Biasanya kedua simbiont adalah merupakan organisme yang berbeda spesies,
tetapi juga dapat dari spesies yang sama. Organisme parasit hidup di dalam
hospes dan menyebabkan sakit pada hospes. Ada dua bentuk parasit yaitu
ektoparasit dan endoparasit (Darwanto, 2008).
Parasit dibedakan atas 2 golongan berdasarkan cara penyerangannya
yaitugolongan ektoparasit (eksternal) dan endoparasit (internal). Pada siklus
hidupnya,parasit memerlukan inang. Berdasarkan sifatnya parasit dibedakan
menjadi parasit fakultatif (organisme yang sebenarnya hidup bebas, tetapi
karenakondisi tertentu, mengharuskan organisme tersebut hidup sebagai parasit
sehingga sifat hidup keparasitannya tidak mutlak), parasit obligat (semua
organisme yang untuk kelangsungan hidup dan eksistensinya mutlak memerlukan
hospes), parasit insidental atau sporodis (parasit yang karena sesuatu sebab berada
pada hospes yang tidak sewajarnya) dan parasit eratika (parasit ini merupakan
parasit yang terdapat pada hospes yangwajar tetapi lokasinya pada daerah yang
tidak wajar) (Ulfah, 2011).
Penyakit yang sering menyerang ikan hias di kolam adalah penyakit
parasiter, yaitu penyakit yang disebabkan organisme parasit Protozoa, Helminth
dan Arthropoda. Parasit merupakan hewan renik yang hidup pada organisme lain
yang berbeda spesiesnya, selain mendapatkan perlindungan juga memperoleh
makanan untuk kelangsungan hidupnya. Penularan parasit lebih mudah dan lebih
cepat terjadi dalam usaha budidaya ikan koi (Cyprinus carpio). Parasit yang
sering menyerang pada ikan air tawar adalah Trichodina sp., Ichthyophthirius
multifilis, Oodonium sp., Chilodonella sp., Cestoda dan Trematoda (Prasetya dkk,
2013).
Bentuk kehidupan bersama organisme disebut simbiosis. Salah satu bentuk
hubungan simbiosis adalah parasitisma, dimana ciri khas hubungan simbiosis ini

adalah salah satu jenis organisme yang disebut parasit hidup dan mendapat
keuntungan dariorganisme lainnya yang disebut inang. Untuk menjamin
kelangsungan hidupnyasebagai parasit berbagai adaptasi dilakukan, diantaranya
adalah adaptasi morfologi danfisologis.Salah bentuk kehidupan yang menyerupai
parasitisma adalah predasi, namundemikian terdapat perbedaan yang mendasar
dalam hal adaptasi. Parasit umunya selalu lebih kecil dari inangnya dan
menggerogoti inangnya secara perlahan, sedangkan predasi yang terdiri atas
predator dan mangsa, predator umunya lebih besar dari mangsanya dan
menyerang mangsanya sekaligus. Tingkat reproduksi parasit umumnya lebih besar
daritingkat reproduksi inangnya, sedangkan tingkat reproduksi predator umumnya
lebihrendah dari mangsanya. Cara invasi parasit dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu kontak langsung, melalui rantai makanan, phoresis dan penetrasi pada
kulit (Woo, 2006).
Protozoa adalah organisme eukaryot uniselular berukuran mikroskopis
yang umumnya memiliki inti yang jelas.Parasit ini memiliki kelompok yang
sangta besaryang parasit pada ikan.Pada kondisi budidaya, spesies protozoa
tertentu dapatmenyebabkan penyakit yang menghasilkan mortalitas tinggi yang
berdampak padakerugian ekonomi yang cukup besar pada ikan air tawar maupun
ikan air laut.Diantaragolongan parasit pada ikan air tawar, Ichthopthirius multifilis
telah menyebabkan banyakmasalah dalam budidaya ikan air tawar.Pada ikan air
laut parasit Cryptocaryon irritansdan Amyloodinium ocellatum adalah parasit
protozoa yang telah menimbulkan masalah.masing-masing pada ikan kerapu dan
ikan-ikan konsumsi maupun ikan akuarium air laut (Woo, 2006).
Parasit

metazoa

pada

ikan

memiliki

kelompok

yang

cukup

besar.Umumnya parasit ini memiliki siklus hidup tidak langsung kecuali parasit
golongan arthropoda.Siklus hidup tidak langsung memerlukan 1 atau lebih inang
antara dalam siklushidupnya.Umunya inang antara pertama adalah siput dan
beberapa jenis parasitmenggunakan cacing sebagai iang antara pertama, golongan
krustasea atau ikan kecildapat berperan sebagai inang antara kedua, sedangkan
vertebrata seperti ikan, burungdan mamalia dapat berperan sebagai inang
utama/definitive (Woo, 2006).

Parasit metazoa adalah parasit ber sel banyak (multi selular parasit) dan
memiliki kelompok yang cukup besar.Umunya golongan parasit ini memiliki
siklus hidup tidaklangsung kecuali parasit golongan arthropoda. Berbagai aspek
morfologi, siklus hidup,mekanisme infeksi serta pengendalian masing-masing
parasit dibahas dalam modul ini. Siklus hidup parasit metazoa umunya siklus
hidup tidak langsung yang memerlukan 1 atau lebih inang antara dalam siklus
hidupnya. Umunya inang antarapertama adalah siput dan beberapa jenis parasit
menggunakan cacing sebagai iang antarapertama, golongan krustasea atau ikan
kecil dapat berperan sebagai inang antara kedua, sedangkan vertebrata seperti
ikan, burung dan mamalia dapat berperan sebagai inang utama/definitif. Parasit
yang hidup pada saluran pencernaan umumnya memiliki efek yang minimal
dibanding dengan parasit yang hidup pada organ vital seperti pada darah.Parasit
yang hidup pada saluran darah dapat menyumbat aliran darah terutama ketika
jumlahnya banyak dan telur-telur yang dihasilkannya turut memperjelek kondisi
ikan (Rohde, 2005).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1

Waktudan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Maret 2016, pukul 14.40

17.10 WITA bertempat di Laboratorium Anatomi dan Fisiologi, Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
3.2

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah gelas objek, gelas penutup, alat bedah, baki,

tisu, mikroskop, kaca pembesar dan cawan petri


Bahan yang digunakan adalah larutan fisiologis (NaCI), aquades, ikan nila
(Oreochromis niloticus), ikan mas (Cyprinus carpio), belut (Monopterus albus),
tauman (Channa micropelte) dan kepiting (Scylla serrate).
3.3

Prosedur Kerja
A. Pemeriksaan Ektoparasit
1. Secara in-situ ikan diperiksa langsung secara visual di lokasi
pengambilan sampel ikan untuk mendapatkan gambaran awal kondisi
ikan.
2. Pemeriksaan di laboratorium yang diawali dengan pengamatan visual
keadaan morfologi organ luar mencakup kulit, sirip, tutup insang, mata
dan insang untuk melihat perbedaan ektoparasit. Ektoparasit yang
berukuran besar mudah terlihat oleh mata atau dengan menggunakan
kaca pembesar, misalnya Argulus sp. Ektoparasit yang ditemukan
kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang sebelumnya sudah
diberi larutan fisiologis ataum aquadest.
3. Pengambilan lender dilakukan dari permukaan tubuh ikan dengan
menggunakan pisau belah dan dibuat preparat ulasan pada gelas objek
yang telah ditetesi aquadest. Setelah itu, preparat diamati di bawah
mikroskop. Pemeriksaan di bawah mikroskop dilakukan dengan
menggunakan perbesaran yang rendah terlebih dahulu.
4. Insang dalam pemeriksaan inang dibuka, hal pertama tutup insang
dibuka dan seluruh bagian insang dilepaskan dan dipindahkan ke gelas

objek yang telah ditetesi aquadest. Kemudian diamati di bawah


mikroskop dengan menggunakan perbesaran yang rendah terlebih
dahulu.
B. Pemeriksaan Endoparasit
Prosedur pemeriksaan untuk mengetahui endoparasit dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Perut ikan dibuka dengan menggunting perut bagian bawah mulai dari
anus hingga kebawah sirip dada. Setelah itu penutup rongga perut
dibuka dan digunting mengikuti tutup insang sehingga isi perutnya
terlihat.
2. Isi perut (viscera) dipindahkan kecawan petri yang telah ditetesi
aquadest. Sebagian sampel isi perut dipindahkan ke gelas objek, lalu
diamati di bawah mikroskop. Kemungkinan jenis parasit yang
ditemukan antara lain protozoa, cacing maupun mysporae.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Komoditi dan Target Organ
No
1.

Komoditi
Ikan Tauman (Channa
micropeltes)

2.

Ikan Nila (Oreochromis


micropeltes)

Gambar Komoditi

Organ Target
Insang
Kulit
Usus
Sirip

Insang
Kulit
Sirip

3.

Ikan

Mas

(Cyprinus

carpio)

4.

Kepiting

(Scylla

serrata)

5.

Belut

(Monopterus

albus)

Insang
Kulit
Sirip

Mata
Insang
Lembar insang

Kulit
Usus

Tabel 2. Hasil Pengamatan Inventarisasi Ektoparasit pada Ikan.


No
1.

Gambar Pengamatan

Gambar Referensi

Keterangan
Nama spesies:
Ascaris sp.
Ditemukan dibagian
insang kepiting.
Perbesaran : 10 x 10

Gambar 2.1 Ascaris sp.

(Poinar & Thomas, 2011).

2.

Nama spesies:
Ascaropis sp.
Ditemukan dibagian
sirip tauman.
Perbesaran : 10 x 10
Gambar 2.2 Ascarophis
sp.

(Fagerholm &
Butterwort, 1988).

4.

Nama spesies:
Vorticella sp.
Ditemukan dibagian
lendir kulit ikan nila.
Perbesaran : 10 x 10
Gambar 2.4 Vorticella

(Glymph, 2011)

sp.

Tabel3. Hasil Pengamatan Inventarisasi Endoparasit pada Ikan.


No
1.

Gambar Pengamatan

Gambar Referensi

Keterangan
Nama spesies:
Camallanus sp.
Ditemukan dibagian
usus belut.
Perbesaran : 10 x 10

Gambar 3.1 Camallanus


sp.

(Blancard, 2013).

2.

Nama spesies:
Proteocephalus sp.
Ditemukan dibagian
usus belut.
Perbesaran : 10 x 10

Gambar 3.2

(Oregon, 2015).

Proteocephalus sp.

4.2 Pembahasan
Pengamatan parasit menggunakan perbesaran 10x10 dengan hasil
pengamatan inventarisasi ektoparasit didapatkan beberapa parasit, diantaranya
pada ikan Tauman (Channa micropeltes) ditemukan Ascaris sp. di bagian sirip,
Ascarophis sp. di bagian insang kepiting, dan Vorticella sp. di bagian lender kulit
ikan nila. Sedangkan hasil pengamata inventarisasi endoparasit hanya didapatkan
dua parasit saja, yaitu Camallus sp. dan Proteocephalus sp. yang ditemukan di
bagian usus belut (Monopterus albus).
Parasit patogen yaitu parasit yang dapat menyebabkan penyakit pada
inangnya. Sedangkan parasit non patogen merupakan parasit yang terdapat di
dalam tubuh inang tetapi tidak menimbulkan gangguan yang berarti. Parasit non
patogen secara normal tidak menyebabkan gejala penyakit akibat langsung dari
parasit tersebut, kecuali apabila ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi
sehingga parasit yang tidak patogen menjadi patogen.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada ikan nila ditemukan
Vorticella sp. di bagian lendir. Pada ikan tauman ditemukan Ascarophis sp. di
bagian sirip. Pada kepiting dibagian insang ditemukan Ascaris sp. dan pada belut
ditemukan Camallanus sp., dan Proteocephalus sp.
Klasifikasi dari parasit Ascaris sp. yaitu sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Nematoda

Kelas

: Secernentea

Ordo

: Ascaridida

Famili

: Ascarididae

Genus

: Ascaris

Spesies

: Ascaris sp.

Ascaris sp. adalah cacing yang berada didalam perut manusia. Cacing betina
ukurannya lebih besar daripada cacing jantan dan dinding posterior cacing jantan
terdapat kait yang digunakan untuk reproduksi seksual. Morfologi Cacing jantan
berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing
jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya
(posterior). Pd cacing betina, pd sepertiga depan terdapat bagian yg disebut cincin
atau gelang kopulasi (Alifuddin dkk, 2003).

Gambar 4.2.1 Siklus Hidup Ascaris sp. (Alifuddin dkk, 2003).


Klasifikasi dari parasit Ascarophis sp. yaitu sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Nematoda

Kelas

: Secernentea

Ordo

: Spirurida

Famili

: Cystidicolidae

Genus

: Ascarophis

Spesies

: Ascarophis sp.

Ascarophis sp. merupakan jenis parasit dari golongan nematoda yang memiliki
panjang spikula antara 663-729 pM atau 105-108 pM dan memiliki filament pada
kedua kutub telurnya sebanyak masing-masing 2-5 buah. Ascarophis jantan
memiliki cir ciri panjang antara 10,2-22,5 mm, sedangkan yang betina antara

32,8- 44,2 mm. Ukuran telur antara 0,030-0,039 mm x 0,015-0,021 mm, dan
panjang spicule kiri 0,4-0,6 mm. Pengobatan terhadap ikan yang terinfeksi dapat
dilakukan dengan cara perendaman menggunakan acriflavin100ppm selama 1
menit atau acriflavin 10ppm selama 60 menit dalam air tawar (Alifuddin dkk,
2003).
Klasifikasi dari parasit Vorticella sp. yaitu sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Protozoa

Kelas

: Cilliata

Ordo

: Peritrichida

Famili

: Peritrichichaceae

Genus

: Vorticella

Spesies

: Vorticella sp.

Vorticella sp. tergolong dalam ordo Peritrichida. Bentuk tubuhnya seperti cawan
yang bertangkai pada dasarnya. Rambut getar hanya terdapat di sekeliling mulut
sel saja. Hidupnya di air tawar atau air laut, dapat melekat dengan tangkainya
pada benda lain.
Klasifikasi Camallanus sp. yaitu sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Platyhelminthes

Kelas

: Nematoda

Ordo

: Arguloida

Famili

: Camalanidae

Genus

: Camallanus

Spesies

: Camallanus sp.

Camallanus sp. ini menyerang organ usus dan saluran anus. Parasit ini memiliki
ciri khas yaitu memiliki suatu buccal kapsul yang dilapisi kutikula yang tebal dan
sepasang lekukan pada buccal kapsul. Mulutnya seperti penjepit yang kuat,
berbingkai yang dikelilingi oleh buku-buku semacam tanduk. Bentuk seperti ini
akan membuat parasit ini dapat memegang dengan kuat ke dinding usus dan tidak
dapat lepas. Tempat berkaitnya cacing ini pada usus dapat terjadi pendarahan.

Mulut sampai esofagus memiliki dinding otot yang tebal, biasanya esofagus
dilapisi kutikula.
Klasifikasi Proteocephalus sp. yaitu sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Platyhelminthes

Kelas

: Cestoda

Ordo

: Proteocephalidae

Famili

: Proteocephalidea

Genus

: Proteocephalus

Spesies

: Proteocephalus sp.

Cacing dari genus ini memiliki ciri-ciri scolex tidak berkait, memiliki 4 sucker,
telur membulat. System reproduksi mirip dengan skema Cyclophyllidea, kecuali
vitellaria adalah folikel dan terjadi dalam dua bidang lateral (Prasetya dkk, 2013).
Faktor-faktor yang menyebabkan ikan terserang parasit antara lain adalah
faktor lingkungan seperti perubahan salinitas air secara mendadak, pH yang
terlalu rendah (air asam) atau pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis), kekurangan
oksigen dalam air; zat beracun, perubahan suhu air yang mendadak, kerusakan
mekanis (luka-luka) dan perairan yang terkena polusi. Faktor makanan yang tidak
baik sehingga ikan mengalami kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk
akibat bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman. Faktor bentuk
fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan dan stres yang
terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut.
Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan
psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan
diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya
akibat pengangkutan/transportasi ikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring
apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti
makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit. Faktor lain
penyebab ikan terserang parasit adalah karena menumpuknya limbah disekitar
lingkungan tambak (faktor eksternal) sehingga menyebabkan tumbuhnya
mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme yang melimpah terutama pada
golongan pengurai maka akan diikuti dengan turunnya kualitas air.

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah :

1. Ektoparasit yang ditemukan pada sampel ikan Tauman (Channa


micropeltes) yaitu Ascaris sp., pada sampel ikan nila (Oreochromis
micropeltes) yaitu Daactylogyrus sp. dan Vorticulla sp., pada kepiting
(Scylla serrata) yaitu Ascarophis sp.
2. Endoparasit yang ditemukan pada belut (Monopterus albus) yaitu
Camallamus sp., dan Proteocephalus sp.
5.2

Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum kerjasama antarpraktikan harus

ditingkatkan agar waktu dapat digunakan dengan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin, M., Y. Hadiroseyani, I. Ohoiulun. 2003. Parasit pada Ikan Hias Air
Tawar (Ikan Cupang, Gapi Dan Rainbow). Jurnal Akuakultur Indonesia.
2(2) : 93-100.
Blancard, D. 2013. Tabac Biologie Epidemiologie
http://ephytia.inra.fr/fr/C/10939/Tabac-Biologie-epidemiologie
diakses tanggal 16 Maret 2016
Darwanto. 2008. Atlas Parasitologi Kedokteran. Gramedia, Jakarta.
Fagerholm, H. P & E. Butterwort. 1988. Ascorpis sp. (Nematoda: Spirurida)
attaining Sexual Maturity in Gammarus sp. (Crustaceae). Systmatic
Parasitilogy, Kluwer Acedemic Publishers. 12 (11) : 123-139.
Glymph, T. 2011. Wastewater Microbiology. American Work Water Association,
Amerika
Oregon, S. U. 2015. Fish Phatogens.
http://fishpathogens.net/gallery/pathogen?page=11
diakses tanggal 27 Maret 2016
Poinar, G.O., & G.M. Thomas. 2011. Occurrence of Ascarophis (Nematoda:
Spiruridea) in Callianassacaliformiensis Dana and Other Decapod
Crustaceans. Proceeding of The Helminthological Society, California.
Prasetya, N., S. Subekti, & Kismiyati. 2013. Prevalensi Ektoparasit yang
Menyerang Benih Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di Bursa Ikan Hias
Surabaya. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 5(1) : 113-116.
Rohde, K. 2005. Marine Parasitology.: CABI Publishing, Wallingford
Ulfah, A. M. 2011. Identifikasi Parasit pada Ikan Air Tawar. Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, Banten.
Woo, P.T.K. 2006. Fish Diseases and Disorders, Volume 1: Protozoan and
Metazoan Infections Second Edition. Mc Graw Hill Publisher, USA

Anda mungkin juga menyukai