SEDIMENTASI
OLEH :
NAMA
: ONE SAFITRI
NIM
: J1C113047
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
Tabel 1.Hasil pemeriksaan infestasi cacing trematoda dengan metode sedimentasi
No. Spesises yang ditemukan
1.
Referensi
(Levine, 1990)
2.
Ditemukan
pada
feses kambing.
(Procop, 2009)
3.
Ditemukan pada
Kambing.
Tempat ditemukan
Ditemukan
pada
feses sapi.
(Levine, 1990)
Pembahasan
Praktikum pemeriksaan cacing trematoda dengan metode sedimentasi kali
ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis cacing trematoda berdasarkan telurtelur cacing. Larutan yang digunakan adalah larutan NaCl berfungsi agar telur
selain telur trematoda dapat mengapung sehingga yang terendapkan hanya telur
trematoda dan metilen blue untuk memudahkan dalam pengamatan dibawah
mikroskop. Penggunaan centrifuge yaitu agar feses dan larutan NaCl tercampur
rata dan menghasilkan supernatant. Feses hewanternak yang digunakan pada
praktikum ini yaitu feses sapi dan feses kambing. Spesies yang didapatkan pada
praktikum ini yaitu Fasciola sp. dan Paragonimus sp.
4.2.1
Fasciola sp
Berikut adalah klasifikasi Fasciola sp.yaitu :
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Platythelminthes
Class
: Trematoda
Order
: Digenea
Family
: Fasciolidae
Genus
: Fasciola
Species
: Fasciola sp.
Fasciola sp. mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya 30x13 mm.
Bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan pada puncak kerucut terdapat batil
isap mulut yang besarnya 1 mm, sedangkan pada bagian dasar kerucu terdapat
batil isap perut yang besarnya 1,6 mm. Saluran pencernaan bercabang cabang
sampai ke ujung distal sekum. Testis dan kelenjar vitelin juga bercabang cabang.
Telur cacing ini berukuran 140x90 mikron, dikeluarkan melalui saluran empedu
ke dalam tinja dalam keadaan belum matang.
Di dalam tubuh hospes, cacing dewasa hidup di dalam hati dan bertelur di
usus, kemudian telur keluar bersama dengan feses. Telur menetas menjadi larva
dengan cilia (rambut getar) di seluruh permukaan tubuhnya yang disebut
mirasidium. Larva mirasidium kemudian berenang mencari siput Lymnea.
Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke dalam siput air tawar. Setelah berada
dalam tubuh siput selama 2 minggu, mirasidium akan berubah menjadi sporosis.
Larva tersebut mempunyai kemampuan reproduksi secara aseksual dengan cara
paedogenesis di dalam tubuh siput, sehingga terbentuk larva yang banyak.
Selanjutnya sporosis melakukan paedogenesis menjadi beberapa redia,
kemudian redia melakukan paedogenesis menjadi serkaria. Larva serkaria
kemudian berekor menjadi metaserkaria, dan segera keluar dari siput dan
berenang mencari tanaman yang ada di pinggir perairan. Setelah menempel,
metaserkaria akan membungkus diri dan menjadi kista yang dapat bertahan lama.
Apabila tumbuhan tersebut termakan oleh hewan ruminansia maka kista tersebut
dapat menembus dinding usus, kemudian masuk ke dalam hati, lalu ke saluran
empedu dan menjadi dewasa selama beberapa bulan sampai bertelur dan siklus ini
terulang kembali.
Fasciolosis pada sapidan kambing dapat berlangsung akut maupun kronis.
Kasus akut umumnya terjadi karena invasi cacing muda berlangsung secara masif
dalam waktu singkat dan merusak parenkim hati sehingga fungsi hati sangat
terganggu serta menimbulkan perdarahan pada rongga peritoneum. Meskipun
cacing muda hidup dalam parenkim hati, parasit tersebut juga dapat menghisap
darah, seperti cacing dewasa dan menyebabkan anemia pada minggu ke-4 atau ke5 fase migrasi cacing muda. Fasciolosis kronis berlangsung lambat dan
disebabkan oleh aktivitas cacing dewasa di dalam saluran empedu, baik di dalam
hati maupun di luar hati.
Prinsip pengendalian fasciolosis pada ternak ruminansia adalah memutus
daur hidup cacing. Secara umum, strategi pengendalian fasciolosis didasarkan
pada musim (penghujan/basah dan kemarau/kering). Pada musim penghujan,
populasi siput mencapai puncaknya dan tingkat pencemaran metaserkaria sangat
tinggi. Untuk itu, diperlukan tindakan-tindakan pencegahan terhadap infeksi dan
atau menekan serendah mungkin terjadinya pencemaran lingkungan.
4.2.2
Paragonimus sp.
Berikut klasifikasi Paragonimus sp. yaitu :
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Platyhelminthes
Class
: Trematoda
Order
: Plagiorchiida
Family
: Troglotrematidae
Genus
: Paragonimus
Species
: Paragonimus sp.
metaserkaria menjadi
cacing
menyebabkan
Paragonimus
sp..
Bithionol
adalah
obat
alternatif
untukpengobatan penyakit ini tetapi dikaitkan dengan ruam kulit dan urtikaria.