Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAGEMENT PATIENT SAFETY

PARASITOLOGI DAN DESINFEKTAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7

FITRI ANDARIA (72022084)


LIRA VIRANA (72022093)
NOBERTA (72022100)
ROSA MARIA BULATN KARINAMA (72022106)
SIMA (72022107)

KELAS 1C PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS KATOLIK SANTO AGUSTINUS HIPPO
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis bisa menyusun makalah dengan judul Parasitologi
dan Desinfektan tanpa suatu kendala apapun dan dapat mengumpulkan dengan
tepat waktu.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ns. Maria Goretik, M. Kep selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Management Patient Safety yang telah
memberikan tugas kepada kelompok sebagai tanggung jawab mahasiswa/I dalam
mengkuti perkuliahan.
Makalah ini disusun dengan harapan bisa menambah wawasan kepada para
pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini belum sempurna dalam
penyusunannya. Oleh karena itu, pembaca memiliki hak dalam memberi kritik
dan saran yang membangun agar penulis bisa memperbaiki penyusunan makalah
di kesempatan berikutnya.

Penulis, 14 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Parasitologi...........................................................................................2
B. Macam-macam Parasitologi.................................................................2
C. Desinfektan...........................................................................................8
D. Jenis-jenis Desinfektan.........................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................12

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Parasit adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain
(disebut inang) dengan menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau manfaat
lain padanya. Parasit dapat menyerang manusia dan hewan, serta menurunkan
produktivitas inang yang ditumpanginya. Ilmu yang mempelajari parasit disebut
parasitologi.
Disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki
kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh
disinfektan. Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu
membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.
Selain itu disinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri sehingga dibutuhkan
metode lain seperti sterilisasi dengan autoklaf.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu parasit?
2. Macam-macam parasit?
3. Apa itu desinfektan?
4. Macam -macam disinfektan?

C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa/I mengetahui apa itu parasit.
2. Agar mahasiswa/I mengetahui macam -macam parasit.
3. Agar mahasiswa/I mengetahui apa itu desinfektan.
4. Agar mahasiswa/I mengetahui macam macam parasit.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. PARASIT
Parasit adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain
(disebut inang) dengan menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau manfaat
lain padanya. Parasit dapat menyerang manusia dan hewan, serta menurunkan
produktivitas inang yang ditumpanginya. Ilmu yang mempelajari parasit disebut
parasitologi.
Parasit berbeda dari bakteri atau virus karena sel mereka berbagi banyak
fitur dengan sel manusia. Mereka menggantungkan hidup pada organisme lain.
Ukuran tubuh parasit biasanya lebih besar dari bakteri, meskipun beberapa bentuk
parasit yang lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ukurannya sama kecilnya.
Parasit akan mati jika dimasak dengan suhu 100 derajat celcius atau air mendidih.

B. MACAM-MACAM PARASIT
Parasit dibagi menjadi tiga jenis, yaitu protozoa, cacing dan ektoparasit
1. Protozoa

Protozoa adalah organisme bersel tunggal yang dapat hidup dan


berkembang biak di dalam tubuh. Protista merupakan mikroorganisme eukariota
yang bukan hewan, tumbuhan, atau jamur. Berdasarkan sifatnya, protista dibagi
menjadi tiga kelompok, salah satunya adalah protista mirip hewan atau protozoa.
Protozoa merupakan protista yang menyerupai hewan dan bersifat seluler dalam
ukuran mikroskopis. Mirip dengan hewan, protozoa dapat bergerak secara aktif.
Mereka pun berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual.

Protozoa memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut.

1. Uniseluler dengan ukuran tubuh sekitar 10-200 µm

2. Tidak memiliki dinding sel

3. Umumnya bersifat heterotrof dan hanya sebagian kecil yang bersifat


autrotrof

4. Hidup bebas atau sebagai parasit bagi organisme lain

2
5. Reproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner dan reproduksi
secara seksual dengan konjugasi

6. Sebagian besar memiliki alat gerak

a. Klasifikasi Protozoa

1. Rhizopoda

Rhizopoda adalah protozoa yang bergerak dengan pseudopodia atau


kaki semua. Ia merupakan organisme heterotrof yang mendapatkan
makanan dengan cara memakan organisme lain. Rhizopoda bisa hidup
sebagai parasit atau hidup bebas. Sebagai parasit, rhizopoda dapat
menyebabkan penyakit pada organisme yang ditumpanginya.

Contoh-contoh rhizopoda adalah amoeba, actinopoda, dan


foraminifera. Rhizopoda bereproduksi secara aseksual. Misalnya, cara
amoeba berkembang biak adalah dengan membelah diri, sel tubuhnya
membelah menjadi dua sel anak yang baru.

2. Flagellata

Flagellata (zoomastigophora) adalah protozoa mirip hewan yang


bergerak dengan flagelata. Sebagian besar flagellata hidup sebagai parasit
pada manusia dan hewan, sedangkan flagellata yang hidup bebas dapat
ditemukan di air tawar dan laut.

Contoh-contoh flagellata adalah Trypanosoma evansi, Trypanosoma


cruzi, Trypanosoma gambiense, Trypanosoma rhodesiense, Trypanosoma
lewisi, Trypanosoma brucei, Trichomonas vaginalis, Giardia lamblia,
Leishmania donovani, dan Leishmania tropica.

3. Ciliata

Ciliata atau ciliophora adalah protozoa yang bergerak menggunakan


silia atau rambut getar. Bentuk tubuh ciliata sangat beragam, ada yang
berbentuk seperti terompet, ada pula yang berbentuk seperti lonceng.

4. Sporozoa

Sporozoa atau apicomplexa adalah protozoa mirip hewan yang tidak


memiliki alat gerak. Sporozoa memilikii bentuk seperti spora. Organisme ini

3
berkembang biak dengan cara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual
dilakukan dengan cara skizogoni dan sporogoni, sedangkan reproduksi
seksual dilakukan melalui penyatuan gamet jantan dan betina.

2. Cacing

Cacing adalah sebutan bagi hewan bilateral yang biasanya memiliki tubuh
seperti tabung silindris yang panjang, tidak memiliki ekstremitas, dan tidak
memiliki mata.

Cacing memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut.

1. Tubuh cacing terdiri dari beberapa segmen

2. Cacing memiliki sedikit rambut

3. Cacing mempunyai klitelum (dimana bagian tubuh yang segmennya


terlihat menyatu) sebagai alat reproduksi

4. Cacing bersifat hemafrodit, artinya cacing memiliki alat kelamin jantan


dan alat kelamin betina

a. Klasifikasi Cacing

1. Cacing pita

Cacing pita merupakan jenis cacing pipih, dengan meminum air yang
terkontaminasi telur atau larva cacing pita.  Mengonsumsi daging mentah
atau setengah matang adalah cara lain cacing pita bisa masuk ke tubuh
manusia. Cacing pita menanamkan kepala mereka ke dinding usus. Dari
sana, cacing pita jenis tertentu dapat menghasilkan telur yang matang,
menjadi larva, dan bermigrasi ke bagian tubuh lain. Sesuai dengan namanya,
cacing pita terlihat seperti pita putih panjang. Mereka dapat tumbuh hingga
80 kaki dan hidup dalam tubuh manusia selama 30 tahun.

2. Cacing isap

Cacing isap adalah salah jenis cacing pipih. Manusia lebih kecil
kemungkinannya terinfeksi cacing ini dibandingkan hewan.  Selada air
mentah dan tanaman air tawar lainnya adalah sumber utama masuknya
cacing ke tubuh manusia. Seseorang juga bisa mendapatkannya ketika

4
minum air yang terkontaminasi. Cacing isap biasanya membuat rumah di
usus, darah, atau jaringan tubuh. 

3. Cacing tambang

Cacing tambang ditularkan melalui kotoran dan tanah yang


terkontaminasi.  Cara paling umum untuk melakukan kontak dengan jenis
cacing gelang ini adalah dengan berjalan tanpa alas kaki di tanah yang
dipenuhi larva cacing tambang karena cacing tambang dapat menembus
kulit.

4. Cacing kremi (cacing benang)

Cacing kremi adalah cacing kecil yang tidak berbahaya. Mereka lebih
sering menginfeksi anak-anak. Cacing gelang ini, ketika matang
sepenuhnya, hidup di usus besar dan rektum. Betina bertelur di sekitar anus
dan biasanya pada malam hari. Telur cacing kremi sangat kecil sehingga ia
bahkan bisa dihirup jika sudah mengudara.  Meskipun infeksi cacing kremi
biasanya tidak berbahaya dan mudah diobati, ada kasus cacing kremi yang
kurang umum di usus buntu yang biasanya juga terjadi pada anak-anak dan
jarang ditemukan pada orang dewasa.

5. Cacing trikinosis

Cacing gelang trikinosis ditularkan di antara hewan. Cara paling


umum manusia mendapatkan trikinosis adalah dengan makan daging
setengah matang yang mengandung larva. Saat cacing ini bereproduksi,
larva tersebut dapat melakukan perjalanan ke luar usus dan menuju ke
dalam otot atau jaringan lain.

3. Ektoparasit

Ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar tubuh inangnya. Ektoparasit


hidup di permukaan tubuh inang atau bagian-bagian lain yang mudah dijangkau.
Caplak, kutu, pinjal, tungau, lalat, dan nyamuk merupakan ektoparasit pada
manusia dan hewan yang sering ditemukan.

Ektoparasit memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

5
1. Mereka digabungkan ke spesies yang berbeda. Ektoparasit ditandai dengan
hidup melekat pada tubuh organisme spesies lain. Karena berada di sana,
mereka memanfaatkan tamu dan mengambil makanan mereka.

2. Mereka makan cairan tubuh. Parasit ini memakan darah atau cairan lain dari
kulit inangnya.

3. Mereka biasanya berada di tempat yang sulit dijangkau. Biasanya


ektoparasit terletak di tempat-tempat yang tidak mudah diakses, sehingga
tidak mudah untuk menyingkirkannya melalui tindakan kebersihan biasa.

4. Mereka tidak berkontribusi apa pun pada tamu mereka. Seperti dalam kasus
semua parasit, hubungan yang dihasilkan antara ektoparasit dan inangnya
adalah merugikan. Ektoparasit hidup dengan mengorbankan organisme yang
mereka tumpangi.

5. Mereka bisa sementara atau permanen. Ektoparasit dapat diklasifikasikan


sesuai dengan waktu yang mereka habiskan untuk melakukan parasitisasi
pada inang mereka; artinya, mereka bisa sementara atau permanen.
Ektoparasit sementara dapat melewati periode waktu tertentu jauh dari inang
mereka, seperti pinjal, kutu dan nyamuk. Sebaliknya, ektoparasit permanen
menghabiskan semua tahap siklus hidupnya pada inangnya, seperti halnya
dengan kutu kepala dan tungau.

a. Klasifikasi Ektoparasit

1. Tungau kudis (Sarcoptes scabiei)

Sarcoptes scabiei Ini adalah sejenis tungau dan merupakan agen


penyebab kudis, umumnya disebut kudis. Ini adalah penyakit kulit dan
didistribusikan ke seluruh dunia karena sangat menular. Infeksi terjadi
ketika betina menggali terowongan di kulit inang dan meninggalkan
telurnya saat bergerak. Telur menetas dan menghasilkan larva yang
bermigrasi ke permukaan dan menjadi dewasa yang menular.

2. Tungau dari folikel rambut (Demodex sp.)

Tungau genus Demodex adalah ektoparasit kecil yang hidup di folikel


rambut mamalia dan daerah-daerah terdekat lainnya. Mereka sangat kecil

6
dan ada dua spesies yang mempengaruhi manusia: Demodex folliculorum
Y, Demodex brevis. Akibat yang ditimbulkan oleh Demodex umumnya
asimtomatik, meskipun dalam beberapa kasus mereka dapat menyebabkan
penyakit kulit, terutama pada orang yang memiliki masalah dengan sistem
kekebalan mereka. Jika sistem kekebalan tidak berfungsi dengan baik,
ektoparasit ini dapat berproliferasi dan menyebabkan demodecosis.

3. Kutu kepala (Pediculus humanus capitis)

P. humanus capitis Ini adalah ektoparasit dari kelompok serangga dan


merupakan agen penyebab pedikulosis. Parasit ini tidak memiliki sayap
sehingga mereka dipaksa untuk menghabiskan seluruh hidup mereka pada
inang mereka. Bentuknya rata dan warnanya tembus cahaya; Namun,
mereka menjadi merah ketika mereka memakan darah manusia. Meskipun
parasit hematophagous (yang memakan darah) kutu rambut ini tidak
menularkan penyakit.

4. Kutu plea (Pulex irritans)

Spesies Pulex irritans Ini adalah contoh dari ektoparasit yang sangat
mempengaruhi manusia karena merupakan vektor penularan berbagai
penyakit, termasuk wabah pes yang menyerang Eropa di masa lalu. Ini
adalah spesies yang telah berhasil dalam penyebarannya di seluruh dunia.
Ini memakan darah hangat dari berbagai hewan seperti anjing, kucing, babi,
kelelawar, tikus, ayam, dan lain-lain.

5. Kutu kemaluan (Pthirus pubis)

Pthirus pubis adalah ektoparasit yang memberi makan secara eksklusif


pada darah manusia. Biasanya ditemukan di pubis orang yang terinfeksi,
tetapi juga telah dilaporkan di bagian lain tubuh, seperti bulu mata.
Distribusinya di seluruh dunia dan transmisi melalui kontak. Ketika kutu ini
diberi makan akan menyebabkan gejala tertentu pada inang. Gejala yang
paling umum adalah gatal, yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap
air liur dari kutu di tempat makan parasit (pubis). Gejala lainnya adalah
kemerahan dan bengkak.

7
C. DESINFEKTAN

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya


infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman
penyakit Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat
toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar
secara langsung oleh disinfektan. Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi
sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah
atau cemaran mineral.Selain itu disinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri
sehingga dibutuhkan metode lain seperti sterilisasi dengan autoklaf.

Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama


paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu.
pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya
saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan
lebih dari 10. Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas
disinfektan adalah senyawa organik.

D. JENIS-JENIS DESINFEKTAN

1. Klorin

Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit. Mekanisme


kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme
dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme
karbohidrat . Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan
jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup
luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Kelemahan dari
disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada
pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan
untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini. Klorin juga cepat
terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.

8
2. Iodin

Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air


dalam skala kecil.Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk
mendesinfeksi 1 liter air jernih. Salah satu senyawa iodine yang sering
digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor. Sifatnya stabil, memiliki
waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel
bakteri, tetapi tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah
terdispersi. Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat
pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada
suhu lebih tinggi dari 49 °C.

3. Alkohol

Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis,


contohnya termometer oral. Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil
alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam,
cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau
plastik.

4. Amonium Kuartener

Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi


gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion
NH4+nya.Umumnya yang digunakan adalah cetyl trimetil ammonium
bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida.Amonium kuartener
dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, tetapi kurang efektif
terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran
(pengikat ion logam). Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok
diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif,
memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau
tidak sedap. Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat,
mahal, dan menghasilkan residu.

5. Formaldehida

Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi


efektif sekitar 8% . Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat
karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal,
dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan. Senyawa ini

9
memiliki daya inaktivasi mikrob dengan spektrum luas. Formaldehida juga
dapat terinaktivasi oleh senyawa organik.

6. Kalium permanganat

Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat


untuk disinfeksi air. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan
rasa, warna, dan bau pada air. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif
terhadap bakteri Vibrio cholerae.

7. Fenol

Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam


konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin.
Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk minyak bumi tertentu. Fenol
bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat
menyebabkan iritasi, Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan
penghancuran dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari
mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada
mikroorganisme tersebut.

10
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Parasit adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain
(disebut inang) dengan menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau manfaat
lain padanya. Parasit dapat menyerang manusia dan hewan, serta menurunkan
produktivitas inang yang ditumpanginya. Ilmu yang mempelajari parasit disebut
parasitologi. Parasit dibagi menjadi tiga jenis, yaitu protozoa, cacing dan
ektoparasit.

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya


infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman
penyakit Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat
toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar
secara langsung oleh disinfektan. Jenis-jenis desinfektan adalah Klorin, Iodin,
Alkohol, Amonium Kuartener, Formaldehida, Kalium permanganat dan Fenol.

B. SARAN
Saran kelompok kami pada materi kali ini ditujukan kepada mahasiswa/I
kesehatan untuk mengingat dan memahami materi anatomi dan fisiologi bagian
tubuh yang menonjol. Karena selain memberikan edukasi, pembahasan yang kami
paparkan juga bisa menambah wawasan sebagai bekal saat kita bertugas sebagai
tenaga kesehatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Parasit

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/19/123200323/protozoa--
pengertian-ciri-ciri-dan-klasifikasinya?page=all

https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/20/204500723/5-cacing-parasit-
yang-bisa-hidup-di-tubuh-manusia-?page=all

https://usaha321.net/biologi/ciri-ciri-ektoparasit-dan-contoh-ektoparasit.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Disinfektan

12

Anda mungkin juga menyukai