PARASIT
Oleh :
Riski Purnama
NIM: 170207096
Dosen pembimbing:
Daniah, S.Si, M.Pd
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad saw.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Parasit”, yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
BAB III KESIMPULAN......................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
baik berupa ilmu yang mempelajari parasit (parasitologi), pembagian parasit,
hospes parasit, modus dan sumber penularan parasit, serta ekologi parasit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah diharapkan agar
pembaca memahami apa itu parasitologi, apa sajakah ruang lingkup parasitologi,
Siapa sajakah hospes (inang) dari parasit, bagaimana sajakah modus penularan
dan sumber penularan parasit, bagaimanakah ekologi parasit, simbiosis, dan hidup
parasit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Parasitologi Medis
2. Parasitologi Pertanian
3. Parasitologi veteriner
Parasitologi yang peduli dengan bidang veteriner merawat hewan
peliharaan (seperti sapi, kuda, unggas) serta hewan pendamping (anjing dan
kucing) dan hewan yang digunakan manusia untuk kegiatan olahraga dan rekreasi.
3
Tumbuhan dapat membawa parasit, dan oleh karena itu mereka dapat digunakan
sebagai agen kontrol biologis terhadap serangga tanaman, yang dapat membantu
mengekang banyak kerugian.
3. Parasitologi Satwa Liar
Parasitologi Satwa Liar berkaitan dengan memahami habitat alami hewan
yang hidup di alam liar dan mengetahui ancaman oleh parasit, yang dapat
mengganggu kehidupan normal. Mereka berupaya mencari tahu parasit yang
membahayakan hewan-hewan ini dan mengembangkan strategi untuk mencegah
kasus semacam itu.
4. Parasitologi di bidang farmasi
Perusahaan farmasi memberikan banyak peluang karier bagi parasitolog.
Mereka dapat bekerja di bidang pengembangan zat kemoterapi, dan memahami
penggunaannya yang lebih baik. Mengembangkan obat-obatan semacam itu dapat
digunakan untuk mengurangi penyebaran parasit pada hewan, tumbuhan, dan juga
manusia.
5. Parasitologi sebagai Karier Akademis
Karir di bidang akademis dalam bidang Parasitologi dapat menjadi
peluang emas bagi calon peneliti. Dengan kehadiran parasit di hampir semua
organisme hidup, parasitologi memiliki pengetahuan luas tentang sistem biologis
dan ahli biologi yang mampu. Posisi sebagai profesor di universitas akan
memberikan banyak peluang yang menantang bagi calon sebagai pendidik dan
peneliti. Peluang penelitian beragam, karena sifat parasit, yaitu menemukan inang
dalam makhluk hidup apa pun. Umumnya tidak diketahui publik, bidang
parasitologi memiliki potensi besar di masa depan.
B. Pembagian Parasit
Sejalan dengan pengertian hidup parasitis, sesungguhnya parasit itu
meliputi semua golongan organisme, baik patogen maupun non patogen, yaitu
:bakteri, virus, rickettsiales, cendawan, hewan-hewan uniseluler dan multiseluler.
Parasit itu tidak memberi imbalan apapun, apalagi menguntungkan kepada
inangnya. Dipandang dari aspek tempat berparasitnya, lama waktu berparasitnya,
4
sifat parasitismenya, jumlah inang yang diperlukan dalam siklus hidupnya, serta
efek perbuatan, maka sesungguhnya parasit itu bermacam-macam.
a. Ektoparasit
Yaitu parasit yang hidup dalam permukaan luar tubuh inang, atau di dalam
liang-liang di dalam kulit atau ruang telinga luar yang mempunyai hubungan
dengan dunia luar. Contoh : Lintah dan berbagai macam kutu seperti kutu anjing,
kutu manusia, kutu kerbau, dan sebagainya. Parasit-parasit tersebut mengambil
makanan dari permukaan tubuh inang atau mereka hidup pada kulit inang
sekaligus mengambil makanan dari tubuh inang mereka.
Yaitu parasit yang hidup dalam alat-alt tubuh (hati, paru, limpa, ginjal,
otak) dan dalam sistem alimentaris, sistem sirkulasi, sistem pernapasan atau yang
dalam rongga dada, rongga perut, persendian, dalam otot dan jaringan tubuh
lainnya. Contoh :
5
tidak menetap pada inangnya. Istilah “non” disini harus dibedakan dengan istilah
“tidak” . Tidak berkala atau tidak periodis itu berarti datangnya pada inang hanya
pada saat lapar, saatnya sama sekali tidak tertentu. Non-berkala itu berarti saat-
saat datangnya itu tertentu dalam ketidak tentuan. Arti temporer itu ialah bahwa
sebagian besar waktu siklus hidupnyatidak berkontak dengan inang, dan
umumnya kunjugan pada hospes pada saat untuk makan, adalah pendek saja.
Parasit-parasit temporer itu semuanya adalah serangga, terutama insekta (contoh
pinjal) dan Arahnida (contoh caplak).
b. Parasit stasioner
Yaitu parasit yang tinggal pada tubuh atau dalam tubuh inang untuk
selama menyelesaikan sebagian kecil dari siklus hidupnya atau mungkin juga
sebagian besar dari siklus hidupnya, atau bahkan menyelesaikan seluruh siklus
hidupnya. Parasit-parasit yang termasuk golongan pertama disebut parasit
stasioner berkala (stasioner periodis), sehingga parasit-parasit golongan kedua dan
ketiga disebut parasit permanen.
b. Parasit eratika
Yaitu parasit yang berparasit pada inang yang wajar tetapi lokasinya (yaitu
macam jaringan atau alat tubuh) yang tidak wajar atau tidak seperti yang biasanya.
Contoh : Ascaris lumbricoides secara normal terdapat dalam usus dua belas jari
manusia, karena sesuatu hal, misalnya karena kelaparan yang lama atau karena
gerakan anti peristaltik dinding usus maka cacing bermigrasi ke saluran empedu,
atau terdorong ke dalam lambung dan hidup sebagai parasit eratika di tempat
tersebut.
6
c. Parasit Obligat
Yaitu parasit yang untuk kelangsungan hidupnya dan untuk kelansungan
eksistensi jenisnya mutlak memerlukan adanya organisme lain sebagai inang.
Semua organisme patogen baik bakteri, virus, richkettsiales, protozoa maupun
metazoa adalah parasit obligat. Parasit obligat tidak mampu hidup tanpa bantuan
makanan dari organisme lain jenis.
d. Parasit fakultatif
Yaitu parasit yang dalam keadaan normal hidup mandiri, tetapi karena
sesuatu sebab terpaksa hidup sebagai parasit. Sifat hidup keparasitannya tidak
mutlak, jadi parasitisme fakultatif bukan suatu keharusan. Contoh : lalat –lalat
Sarchophaga, Chrysomya danCaelophora dan lain-lain anggota suku
Calliphorinae, baik larva, pupa dan dewasa secara normal hidup mandiri. Tetapi
jika saat lalat betina akan bertelur dan lalat tersebut tidak menemukan kotoran
yang dikehendaki, lalat betina yang sudah mendesak untuk meletakkan telurnya
akan meletakan telur-telurnya pada luka, di selasela tracak (kaki hewan) dalam
lubang telinga luar, dan sebagainya. Larva yang kemudian menetas “terpaksa”
berparasit pada bagian-bagian tubuh hewan itu dan menyebabkan kondisi yang
disebut “Myasis” atau belatung.
b. Parasit heteroxen
7
Yaitu parasit yang dalam menyelesaikan siklus hidupnya melalmpaui
stadium-stadium yang stiap stadium membutuhkan inang yang berlainan jenisnya
satu dari yang lain dan biasanya jenis inangnya tertentu pula. Contoh : Paragonius
westermanimembutuhkan siput air tawar Melania sp sebagai inang intermediar.
Sekaria yang kemudian keluar dari siput itu akan menjadi ksita jika ditelan oleh
udang (Ascatus sp.) sebagai inang perantara kedua. Anjing atau manusia yang
memakan udang tersebut secara mentah akan membantu cacing tersebut tumbuh
menjadi cacing dewasa di dalam paru-paru.
c. Parasit polixen
Yaitu parasit yang memerlukan lebih dari satu individu inang, bahkan
biasanya 5 – 8 inang tetapi semuanya dari satu jenis, jika dikaji kembali tentang
pengertian inang perantara dan inang definitif parasit polixen itu satu jenis juga,
tatapi berlainan individu. Contoh : semua jenis caplak lunak (argasidae) dan
hampir seluruh caplak keras d. Parasit diheteroxen Yaitu parasit yang dalam siklus
hidupnya memerlukan dua inang yang berbeda jenis. Contoh Fasiola gigantica,
Taenia saginata,dan Taenia solium membutuhkan dua inang yang berbeda dalam
siklus hidupnya.
5. Berdasarkan tingkat efek penularan atau infestasinya.
a. Parasit patogen
Yaitu parasit yang dapat menyebabkan penyakit pada inangnya.
Contohnya : Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika, Lesmania
donorami menyebabkan penyakit kala azar pada manusia.
b. Parasit non-patogen
Parasit non-patogen tidak identik dengan parasit tidak patogen. Parasit non
patogen merupakan parasit yang terdapat di dalam tubuh inang tetapi tidak
menimbulkan gangguan yang berarti. Contoh : Fasiola gigantea itu patogen
terhadap sapi tetapi bersifat non-patogen terhadap kambing dan domba. Jadi
penggolongan parasit menjadi patogen atau non-patogen itu lebih bertolak pada
jenis inang . Perlu diingat bahwa jika kondisi yang bersangkutan menurun, karena
8
makanan jelek atau tidak mencukupi, cuaca buruk dan sebagainya, maka parasit
itu biasanya tergolong non-patogen dapat saja menjadi parasit patogen.
C. Hospes Parasit
Parasit adalah organisme yang hidupnya menumpang (mengambil
makanan dan kebutuhan lainnya) dari makhluk hidup lain. Organisme yang
ditumpangi atau mendukung parasit disebut host atau hospes atau tuan rumah.
Sebagian besar parasit yang hidup pada tubuh hospes tidak menyebabkan penyakit
(parasit non-patogen), namun dalam parasitologi medis kita akan fokus pada
parasit (patogen) yang menyebabkan penyakit pada manusia. Hospes (inang)
adalah tempat hidup parasit. Ada beberapa macam hospes, antara lain;
1. Hospes definitif yaitu hospes tempat parasit hidup tumbuh menjadi dewasa
dan berkembang biak secara seksual.
9
D. Modus Penularan dan Sumber Penularan Parasit
Masuknya atau pintu masuk stadium infektif parasit ke hospes definitifnya
melalui berbagai modus tergantung spesies parasitnya antara lain:
3. Kontak langsung.
Tungau parasit seperti Sarcoptes, Chorioptes, Notoedres, ciectes,
Demodex, stadium infektifnya adalah nimfa dan stadium vasanya. Tungau-tungau
tersebut pindah ke hospes definitifnya terjadi karena kontak langsung dengan
hospes penderita.
4. Diaplasenter.
10
Ada beberapa stadium parasit yang dapat memasuki hospes iya secara
diaplasenter atau melewati peredaraan fetus L3 Toxocara dan Ancylostoma
caninum dapat menginefeksi fetusnya melewati pembuluh darah fetus, sehingga
hewan muda yang baru lahir sudah terinfestasi parasit.
5. Transmamer.
Hewan muda yang sedang menyusui juga dapat terinfeksi parasit karena
air susu induknya mengandung stadium infektif seperti oleh Toxocara canis.
6. Urogenetal.
Alat kelamin juga merupakan pintu masuknya stadium infektif parasit.
Parasit-parasit seperti Trypanosoma equicrdwn dan Tritrichomonas foetus masuk
ke dalam hospes barunya ketika hospesnya sedang melakukan koitus. Stadium
infektif yang berhasil masuk ke dalam calon hospesnya langsung tumbuh dan
berkembang di tempat predileksinya atau sebelumnya harus melakukan migrasi
lebih dahulu melalui berbagai jaringan nya. Migrasi parasit dari tempat masiiknya
stadium infektif ke tempat predileksinya disebut dengan emigrasi. Istilah emigrasi
sebetulnya juga diperuntukan untuk perpindahan atau pergeseran tempat parasit
stadium dewasa. Pergeseran tempat parasit stadium dewasa ini terjadi mungkin
karena beberapa sebab antara lain adanya spesies parasit lain, respon imun hospes
atau sedang melepaskan produk reproduksinya.
Sebagai contoh pergeseran tempat parasit stadium dewasa adalah pada
kasus Darcunculus medinensis. Cacing Dracunculus adàlah cacing nematoda yang
dewasanya dapat berlokasi di berbagai jaringan subkutan manusia dan beberapa
hewan (anjing, sapi, kuda), pada saat cacing betina gravid, cacing betina lalu
pindah ke anggota gerak bawah untuk melepaskan produk reproduksinya yaitu
larvanya melalui hospesnya untuk dibebaskan ke dalam air.
Faktor mengapa cacing betina ke anggota gerak bagian bawah tidak
diketahui. Nasib stadium infektif setelah masuk kedalam hospesnya ada beberapa
kemungkinan (lihat skema) yaitu:
1. parasit akan mati, karena masuk pada hospes yang tidak sesuai
11
2. parasit akan tumbuh berkembang sampai pada stadium yang mampu ghasilkan
fase dispersi atau diseminasinya ( telur, larva, oosista atau serkaria) karena masuk
pas pada hospes definitifnya.
3. parasit akan membentuk sista dalam jaringan hospesnya ( pada hospes nik),
mungkin dengan harapan akan tumbuh dan berkembang lebih lanjut termakan
hospes definitifnya. Bila tidak pernah ketemu atau termakan hospes definitifnya
maka disebut dengan impasparasit.
12
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kata parasitologi berasal dari kata parasitos yang berarti jasad yang
mengambil makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah,
parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang hidup untuk
sementara ataupun tetap di dalam atau pada permukaan organisme lain untuk
mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari organisme tersebut.
1. Parasitologi Medis
2. Parasitologi Pertanian
3. Parasitologi veteriner
4. Parasitologi Satwa Liar
5. Parasitologi di bidang farmas
6. Parasitologi sebagai Karier Akademis
13
DAFTAR PUSTAKA
Fransisca, R. O., Iriani, A. D., Mutiksa, F. A., Izati, S., & Utami, R. K. (2015).
Hubungan Infeksi Parasit Usus dengan Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih
Sehat pada Anak SD Bekasi, 2012. eJournal Kedokteran Indonesia, 16-20.
Nasution, I. T., Fahrimal, Y., & Hasan, M. (2013). Identifikasi Parasit Nematoda
Gastrointestinal Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Karantina Batu
Mbelin, Sibolangit Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Medika Veterinaria
Vol, 7(2).
Surja, S. S., Wijaya, M., Padmasutra, L., Yolanda, H., Joprang, F. S., Makimian,
R., & Jukiani, M. (2019). Atlas parasitologi kedokteran. Penerbit
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.