Anda di halaman 1dari 14

Karakteristik Feses Normal dan Abnormal

Karakteristik Feses Normal dan Abnormal


Oleh: Fallah Adi Wijayanti, NPM.0806457035
Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
I. Pendahuluan
Masalah feses merupakan pengetahuan penting yang belum banyak diketahui. Kondisi
feses merupakan indikator yang baik bagi sehat tidaknya seseorang. Observasi karakteristik feces
dapat menghasilkan data yang sangat akurat mengenai kondisi apa yang sedang terjadi di dalam
usus, dan status kesehatan seseorang.Oleh karena itu, pada laporan tugas mandiri ini akan
dibahas tentang karakteristik fese normal dan abnormal. Laporan tugas mandiri ini dibuat dengan
melakukan studi pustaka dan mengunduh di internet.
II. Pembahasan
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan
adanya unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel berikut :
KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan
penyebab
Warna Dewasa : Pekat / putih Adanya pigmen
kecoklatan empedu,
Bayi : pemeriksaan
kekuningan diagnostik
menggunakan
barium
Hitam Perdarahan bagian
atas GI
Merah Terjadi Hemoroid,
perdarahan
Bagian bawah GI
(spt. Rektum),
Makan bit.
Pucat dengan Malabsorbsi lemak;
lemak diet tinggi susu dan
produk susu dan
rendah daging.
Orange atau Infeksi usus
hijau
Lendir darah Darah pada feses
dan infeksi
Konsistensi Berbentuk, Keras, kering Dehidrasi,
lunak, agak cair penurunan motilitas
/ lembek, basah. usus akibat
kurangnya serat,
kurang latihan,
gangguan emosi dan
laksantif
abuse>>konstipasi
Cair Peningkatan
motilitas usus (mis.
akibat iritasi kolon
oleh
bakteri)>>diare,
kekurangan absorpsi
Bentuk Silinder (bentuk Mengecil, Kondisi obstruksi
rektum) bentuk pensil rectum
atau seperti
benang
Jumlah Tergantung diet
(100 400
gr/hari)
Bau Aromatik : Tajam, pedas Sumber bau tak
dipenga-ruhi enak yang keras,
oleh makanan berasal dari senyawa
yang dimakan indole, skatol,
dan flora hydrogen sulfide
bakteri. dan amine,
diproduksi oleh
pembusukan protein
oleh bakteri perusak
atau pembusuk. Bau
menusuk hidung
tanda terjadinya
peningkatan
kegiatan bacteria
yang tidak kita
kehendaki.
Unsur pokok Sejumlah kecil Pus Infeksi bakteri
bagian kasar Mukus Kondisi peradangan
makanan yg tdk Parasit Perdarahan
dicerna, Darah gastrointestinal
potongan bak- Lemak dalam Malabsorbsi
teri yang mati, jumlah besar Salah makan
sel epitel, Benda asing
lemak, protein,
unsur-unsur
kering cairan
pencernaan
(pigmen
empedu dll)
Frekuensi Lebih dari Hipomotility
6X dalam Hipermotility
sehari
Kurang dari
sekali
semniggu
Warna, konsistensi, bentuk, jumlah, bau, dan unsur pokok dari feses seseorang dapat
memberikan banyak informasi mengenai kondisi usus. Adanya penyimpangan dari flora usus
dapat dideteksi secara sederhana bila penampakan feces memperlihatkan terjadinya deviasi dari
kondisi feces normal dari seseorang yang kondisinya sehat.
III. Penutupan
Dari pembahasan di atas dapat dilihat perbedaan karakteristik feses yang normal dan
abnormal. Karakeristik feses yang normal dan abnormal dapat dilihat dari warna, konsistensi,
bentuk, jumlah, bau, dan unsur pokok. Karakteristik tersebut dapat dijadikan data dalam
mengetahui kondisi yang terjadi dengan seseorang. Oleh karena itu, Karakteristik feses harus
diketahui dengan baik agar dapat mengetahui kondisi seseorang.
IV. Daftar Pustaka
Medfriendly. Feces. http://www.medfriendly.com/feces.html diunduh pada 05 Februari 2010.
Perry&Potter, (2003). Basic nursing essentsial for practice. Sixth edition. Mosby: USA.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing : concepts, process, and practice.
Sixth Edition. St. Louis : Mosby.
Trisa, Cholina. kebutuhan dasar manusia eliminasi b.a.b .
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-cholina.pdf diunduh pada 05 Februari
2010.
Winarno. Kondisi feses merefleksi status kesehatan anda. http://mbrio-food.com/article10.htm
diunduh pada 05 Februari 2010
PENDAHULUAN

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai
sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus).
Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia
termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan,
keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya .Ekskreta manusia (human excreta) yang
berupa feses dan air seni (urine) merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam
tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan
oleh tubuh.
Tinja merupakan hasil dari proses pencernaan makanan. Mulut merupakan saluran
pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar
pencernaan untuk membantu pencernaan makanan. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis
yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah
menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat
gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.
Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara
mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi
pencernaan kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Pada usus halus
hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan
oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.
Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari
pancreas. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan zatnya.

Fungsi kolon adalah menyerap air selama proses pencernaan. Tempat dihasilkannya
vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli,
membentuk massa feses, mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
Pengeluaran feses dari tubuh disebut defekasi.
Anus merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat
anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang
maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan
sterkobilinogen.
Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja,
karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara
sempurna.
Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan
sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum.
Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja diperiksa dalam
keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsur dalam tinja menjadi rusak.
Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia.

PEMBAHASAN

Jamban Tidak Sehat Dalam ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis kotoran
manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja (faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan
buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya
berbagai macam penyakit saluran pencernaan.
A. Karakteristik Tinja
Seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 83 gram dan
menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia ini sebagian besar berupa
air, terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk air seni), serta zat-zat
anorganik seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur, dan sebagainya.
Pada setiap gram tinja juga mengandung berjuta-juta mikroorganisme yang pada umumnya tidak
berbahaya bagi kesehatan/ tidak menyebabkan penyakit. Namun tinja potensial mengandung
mikroorganisme patogen, terutama apabila manusia yang menghasilkannya menderita penyakit
saluran pencernaan makanan (enteric or intestinal disesases). Mikroorganisme tersebut dapat
berupa bakteri, virus, protozoa, ataupun cacing-cacing parasit. Coliform bacteria yang dikenal
sebagai Echerichia coli dan Fecal stretococci (enterococci) yang sering terdapat di saluran
pencernaan manusia, dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya
dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta per gram .

A. Dekomposisi Tinja
Proses penguraian (decomposition) pada tinja secara alamiah akan berlangsung, sehingga akan
berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktivitas utama dalam
proses dekomposisi tersebut adalah :

1. Pemecahan senyawa organik kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang
lebih sederhana dan lebih stabil.
2. Pengurangan volume dan massa (kadang-kadang sampai 80%) dari bahan yang
mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbon dioksida, amonia, dan nitrogen
yang dilepaskan ke atmosfer, bahan-bahan yang terlarut dalam keadaan tertentu meresap
ke dalam tanah di bawahnya.
3. Penghancuran organisme patogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam
proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik di dalam massa yang tengah
mengalami dekomposisi.

Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktivitas bakteri dapat berlangsung
dalam suasana aerobik atau anaerobik. Proses anaerobik tersebut misalnya terjadi pada kakus air
(aqua privy), tangki pembusukan (septic tank), atau pada dasar lubang yang dalam. Atau dapat
pula terjadi secara aerobik, seperti pada dekomposisi tertentu. Di samping itu, dekomposisi dapat
terdiri lebih dari satu tahap, sebagian aerobik dan sebagian lagi anaerobik, tergantung pada
kondisi fisik yang ada. Sebagai contoh, proses anaerobik berlangsung dalam septic tank, effuent
cair meresap ke dalam tanah melalui saluran peresapan dan meninggalkan banyak bahan organik
pada lapisan atas tanah. Bahan organik itu diuraikan secara aerobik oleh bakteri saprofit yang
mampu menembus tanah sampai kedalaman 60 cm.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau, darah, lendir dan
parasit.
JUMLAH
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100--250 gram per hari.Banyaknya tinja
dipengaruhi jenis makananbila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.Tinja normal
mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak
atau cair,sedangkan sebaliknya tinja
yang keras atau skibala didapatkanpada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus
menghasilkantinja yang lunak dan bercampur gas.

WARNA
Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis
makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning dapat
disebabkan karena susu, jagung, lemak dan obat santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat
disebabkan oleh sayuran yang mengandung klorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan
oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada
urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut
disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada
steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna
dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna
merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula
olehmakanan seperti bit atau tomat. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan
dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.
Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan
warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan
mungkin juga oleh melena.

BAU
Bau normal : beraroma khas, bukan bau busuk. Sedangjan bau tidak normal : Baunya
sangat busuk. Dicurigai, ada pembusukan yang tidak normal oleh bakteri di usus. Indol, skatol
dan asam butirat menyebabkan bau normalpada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus
terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi
lindi oleh pembusukan semacam itu.Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh
peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu
menjadi asam. Bau sangat asam biasanya pertanda ada gangguan penyerapan gula atau istilahnya
malabsorbsi karbohidrat laktosa. Bau amis kemungkinan infeksi amuba atau jamur. Bau khas
dari tinja disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole,
skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan
makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau tinja. Terdapat juga beberapa produk
komersial yang dapat mengurangi bau tinja.

DARAH
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau hitam. Darah itu
mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan
proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini
disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. Sedangkan pada
perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna
merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Dalam keadaan normal
didapatkan sedikit sekali lender dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti
adarangsangan atau radang padadinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja,
lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur
dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan
ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.

PARASIT
Diperiksa pula adanya cacing Ascaris, Ancylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan
dalam tinja.

A. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel
epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan
terhadap protozoa dan telur cacing
Protozoa

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk
trofozoit. Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

Giardia lamblia

Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada
disentri basiler, kolitis ulserosadan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.
Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi
saluran pencemaan.

Eritrosit
Hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih
proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal. Dalam
keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian
distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah
rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus
bagian distal.

Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat,
kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah
memakan bayem atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan
lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leydendan kristal hematoidin.
Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan
amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu
jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal. Sisa makanan
sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat
otot, serat elastic dan lain-lain.Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan
larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh
Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe. Sisa
makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.

A. PEMERIKSAAN KIMIA TINJA.


Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes
terhadap darah samar untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan
secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pemeriksaan darah samar dalam tinja dapat
dilakukan dengan menggunakan tablet reagens. Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang
bersifat sebagai peroksidase akan menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens
(On). On akan mengoksidasi zat warna tertentuyang menimbulkan perubahan warna. Tablet
Reagens banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama pengaruh makanan yang mempunyai
aktifitas sebagai peroksidase sering menimbulkanreaksi positif palsu seperti daging, ikan sarden
dan lain lain. Menurut kepustakaan, pisang dan preparat besi seperti ferro fumarat dan ferro
carbonat dapat menimbulkan reaksi positif palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan untuk
menghindari makanan tersebut diatas selama 3--4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah
samar.
Test terhadap darah samar penting untuk mengetahui adanya pendarahan kecil yang tidak
dapat dinyatakan secara makroskopis dan mikroskopis.
a. Cara dengan Benzidine Basa
1. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasi hingga
mendidih.
2. Saring emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat menjadi dingin kembali.
3. Kedalam tabung reaksi lain masukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
4. Tambah 3 ml asam acetat glasial, kocok sampai benzidine larut dengan meninggalkan beberapa
kristal.
5. Bubuhi 2 ml filtrat emulsi tinja, campur.
6. Beri 1 ml larutan hidrogen peroksida 3%.
7. Baca hasil dalam waktu 5 menit.
8. Interprestasi hasil :
(-) tidak ada perubahan warna atau warna yang samar- samar hijau
(+1) hijau
(+2) biru bercampur hijau
(+3) biru
(+4) biru tua

b. Cara dengan Guajac


1. Buat emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambah 1 ml asam acetat glasial,
campur.
2. Dalam tabung reaksi lain masukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95 %,
campur.
3. Tuang dengan hati-hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi tinja sehingga kedua jenis
campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
4. Hasil positif terlihat dari warna biru yang terjadi pada kedua lapisan itu.
Pemeriksaan urobilin
1. Taruhlah beberapa gram tinjadalam sebuah mortir dan campur dengan larutan mercuri chlorida
10% yang volumenya sama banyak dengan tinja itu.
2. Campur baik-baik dengan alunya.
3. Tuang bahan itu kedalam cawan datar agar mudah menguap dan biarkan selama 6 sampai 24
jam.
4. Adanya urobilin nyata oleh timbul warna merah.

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal, karena bilirubin dalam usus
akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan
bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang
diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif,
jika obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja berwarna kelabu disebut akholik.

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia
hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit
karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urine.
DAFTAR PUSTAKA

Bauer JD, Ackerman PG, Toro G. Clinical Laboratory Methods, 8 , ed, Saint Louis : The CV Mosby
Company. p. 538.
Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinic, cetakan k-4 , Penerbit Dian Rakyat 1970 ; p
152.
Hepler OE, Manual of Clinical Laboratory Methods, 4 , ed. SprinfieldIllinois USA: Charles C
Thomas Publisher 1956; p 124.
Hyde TA, Mellor LD, Raphael SS. Gastrointestinal tract in MedicalLaboratory Technology . ed,
Raphael SS, Lynch, MJG (eds),Philadelphia: WB Saunders Company, 1976: p. 209.
Hematest, Leaflet ; Ames Company, Division Miles Laboratory

Anda mungkin juga menyukai