Anda di halaman 1dari 8

Opi lahir dalam keadaan normal, namun mulai usia 4 tahun.

Orang tuanya melihat bahwa ada perbedaan


antara dia dan adiknya Tari. Opi lebih menyendiri dan tidak pernah responsif jika di ajak bicara.

Siang itu, orang tuanya Opi dan Tari yaitu Nana dan Utuh baru pulang kerja. Tari yang sedang asyik
membaca buku, mengetahui orang tua nya pulang, langsung beranjak dan berlari membukakan pintu.

Nana + Utuh : Assalammualaikum ...

Tari : (berlari + membuka pintu) Mamaaa Papaaa pulangggg , yeeeeyeyee ....

Nana : hehe, iyaa sayangg. Kakak kamu mana ?

Tari : di kamar maa.

Utuh : ngapain kakak kamu dkamar ? dia gatau yaa mama papa dah pulang ?

Tari : hmm, ga tauu paa. (mengangkat bahunya, Tari pun berjalan ke ruang tengah, melanjutkan
membaca buku)

Nana + Utuh : (berjalan, menuju kamar Opi)

Nana dan Utuh hanya melihat Opi di depan pintu kamarnya Opi. Ternyata Opi punya keasikan
tersendiri. Dimana kedatangan orang tuanya sama sekali tidak membuatnya berhenti, malah tetap
bermain dengan kesibukannya bermain boneka. Opi bermain sandiwara, menyuapi bonekanya dan
memberi minum kemudian mengelus kepala bonekanya.

Melihat tingkah Opi yang seperti itu, Nana dan Utuh mempunyai rencana akan membawa Opi ke
rumah sakit yang ada psikiaternya.

Nana : Pak, gimana kalo besok kita bawak Opi kerumah sakit, membicarakan masalah Opi ini ke
spikiater ?

Utuh : iya, baiklah buk.

Keesokan harinya , Nana dan Utuh mengajak Opi ke rumah sakit.

Nana : Opi, ayoo ikut sama mama papa yaa, kita kerumah sakit.

Opi : (Opi sibuk dengan bonekanya)


Utuh : Opii.. Opiii ... (memanggil Opi dengan lembut)

Opi : (memandang Utuh dan tersenyum)

Utuh : kita ke rumah sakit yaa ?

Opi : (mengangguk)

Sesampainya di rumah sakit, di ruangan spikiater. Mereka duduk di depan meja dokter Vika, Opi
duduk di tengah – tengah Utuh dan Nana.

Nana : Begini dok, ini anak kami namanaya Opi.

Vika : heyy, Opiii....

Opi : (melihat dokter Vika dan hanya tersenyum)

Vika : Iya buk, terus ?

Nana : Kami khawatir dengan tingkah anak kami pak, dia lebih suka menyendiri.

Utuh : iya pak, dia punya keasikan tersendiri. Contohnya saja, pas kami pulang kerja , dia asik
bermain dengan boneka nya di kamar dan yang membukakan kami pintu, menyambut kami itu malah
adiknya aja pak.

Vika : Oh begitu pak buk.

Opi : (bingung, melihat sekelilingnya, menggaruk kepala)

Nana : iya dok, terus jika dia ajak bicara, dia tidak pernah responsif.

Kemudian Opi pun bangkit dari tempat duduknya, mulai mencari kesibukan tersendiri. Berjalan
sendiri dan kemudian duduk dilantai, main dengan boneka teddy bear nya.

Vika : menurut data yang saya dapat dari keterangan ibuk dan bapak, dapat saya simbulkan
bahwa Opi menderita autis.

Nana : (ekspresi tidak percaya) apakah ini bisa disebabkan karna terjatuh ? atau apa karna
turunan dok ?

Vika : iyaa, bisa buk..

Nana : tapi, kalo saya liat-liat, gak ada dari keturunan apa lagi terjatuh dok.
Utuh : (menunduk, tangan di atas meja dan memgang kepala, ekpresi tidak percaya dan kelihatan
pusing) saya sangat khawatir dengan keadaan anak saya dok, bagaimana masa depannya nanti,
kemandiriannya, kemampuannya untuk bermasyarakat, dan apakah anak semacam Opi ini akan
mendapatkan jodoh.

Vika : Tenang, pak. Bapak dan ibuk tidak perlu khawatir, di rumah sakit ini kami punya terapi
penanganan untuk anak autis.

Nana : baiklah dok, kalau itu merupakan penanganannya, kami akan mengikuti terapi tersebut.

Utuh : iya dok, bantu anak kami .

Vika : baiklah pak buk. Besok datang saja kerumah sakit ini jam 8 pagi, anak ibuk dan bapak
sudah bisa mengikuti terapi disini.

Nana : iya dok, kalo begitu kami permisi pulang dulu ya dok, terima kasih.

Vika : iya sama – sama pak buk.

Sesampainya di rumah, sehabis dari rumah sakit. Sore ituu, Opi bermain di luar rumah di lingkungan
sekitarnya. Perilaku Opi sering kali tidak di mengerti, sehingga Opi sering dipandang sebelah mata. Sore
itu juga, tetangga nya Opi yaitu Ibuk Ummi sedang asik merapikan tanaman bunganya. Opi masuk
kerumah Ibu Ummi seenaknya dan Ibuk Ummi tidak mengetahui karna sedang asik merapikan tanaman
bunganya.

Opi : (masuk kerumah Ibuk Ummi seenaknya)

Ummi : (sedang asik merapikan tanamannya)

Kemudian, Opi pun keluar dari rumah Ibuk Ummi dan Ibuk Ummi pun menyadarinya.

Opi : (keluar dari rumah Ibuk Ummi)

Ummi : Heeeeeh, darimana kamu ? (kedua tangan diatas pinggang)

Opi ga menghiraukan Ibuk Ummi dan terus berjalan.

Ummi : Dasar orang gilakkkkk kamuu !!!! Aneh !!! (berteriak)

Saat itu Nana, mamanya Opi melihat hal tersebut, datang menyamperin anaknya, mengajaknya masuk
rumah sambil mengelus kepala anaknya. Orang tua Opi yaitu Nana dan Utuh sedih melihat anaknya di
cap orang gila dan aneh, yang sangat menyakitkan buat mereka sebagai orang tua. Orang tua nya
mencari jalan keluar dengan kepasrahan, pasrah dengan Tuhan, pasti dibalik itu ada hikmah kebaikan
buat mereka.

Keesokan harinya, Nana mengantar Opi kerumah sakit untuk terapi.

Vika : baiklah buk, ini ruangan terapinya. Opi akan di dampingi oleh Suster Lilis dan Suster
Melda.

Nana : Baiklah dok.

Opi masuk ke ruangan terapi dan Nana pun pergi ketempat kerjanya.

Perawat 1 : Namanya siapa dek ?

Opi : Nama sayaa Opiii.

Perawat 1 : Umurnya berapa ?

Opi : limaaa tauuunnn (sambil memainkan , menunjukkan jarinya yang lima)

Perawat 1 : Kalo sudah besar mau jadi apa ?

Opi : Doktelll , hehe...

Perawat 2 : Suster Lilis, langsung aja yaa kita lakukan terapi yang pertama bagaimana ?

Perawat 1 : Oh iyaa , baiklah suster Melda.

Pertama tama, mengajarkan Opi menirukan gerakan tangan/kaki yang merupakan gerakan motorik
kasar.

Perawat 1 : Ayo, tirukan yaaa, ikuti kakak. (membentangkan tangan)

Opi : (gamau, malah mengangkat tangannya keatas kepala)

Perawat 2 : (membantu, mengambil tangan oscar, ikut membentangkan tangan Opi dan
menurunkannya)

Perawat 1 : Tirukan ... (sambil membentangkan tangan)

Opi : (menirukan dan membentangkan tangannya)

Perawat 1 : yeee , pinter sekaliii.. (mencubit pipi Opi)


Opi : hehehe, makasiiii..

Perawat 2 : Baiklah sus, selanjutnya menirukan gerakan benda.

Suster Melda mengambil mangkok dan sendok dan memberikannya kepada suster Lilis.

Perawat 1 : (menggoyang goyangkan sendok di dalam mangkok, memutarnya) ayo tirukann...

Opi : (kelihatan tertarik, kemudian mengambil sendok tersebut dan menirukan memutarkan
sendok tersebut) hehehe ..

Perawat : iyappp, pinterrr..

Terapi hari tersebut selesai dan Opi pun pulang bersama mamanya.

Keesokan harinya, Opi melanjutkan terapinya.

Perawat 2 : suster Lilis, terapi Opi selanjutnya mempelajari menyamakan benda.

Perawat 1 : oh iya , baiklah sus.

Perawat Melda menyiapkan sendok, gelas dan piring di atas meja.

Perawat 1 : (memberikan sendok ke Opi) Ayo Opii coba samakan yaa...

Opi : ( Opi melihat kebenda – benda yang ada di meja dan kemudian menyamakan sendok yang
di tangannya dengan sendok yang ada di meja)

Perawat 1 : iyahhh bener, bagus yaa Opi..

Perawat 2 : Baiklah Opi, selanjutnya kita belajar menggerakan motorik halus yaitu gerakan jari yahh...

Perawat 1 : ikuti yaaa.. (memperlihatkan jari telunjuk, angka satu)

Opi : (tersenyum dan melihat jari telunjuk suster Lilis)

Perawat 2 : (mengambil jari telunjuk Opi )

Perawat 1 : iyaaah, pinter. Selanjutnya, berdiri.

Opi : ( Opi tetap duduk)

Pearwat 2 : (membantu Opi berdiri)

Perawat 1 : (duduk kemudian berdiri) Berdiri...

Opi : (Opi pun berdiri) hehehe...


Perawat 1 : heheh bagus , Opi pinterrr..

Terapi hari itu pun selesai dan Opi pun pulang.

Keesokan harinya, Nana membangunkan Opi dan badan Opi terasa panas. Opi pun mulai rewel dan
teriak – teriak, memukul mukul dirinya, menutup telinganya seperti orang ketakutan.

Nana : Pak , bapakkk.

Utuh : Iyaaa kenapa buk ?

Nana : Opi badannya panas, liat tuh dia rewel kali.

Utuh : yaudh kita bawak aja dia kerumah sakit sekarang.

Sesampainya di rumah sakit, Nana bertemu dengan seorang perawat yaitu perawat Cahya. Dan ibu
tersebut menceritakan keluhannya kepada perawat sebelum ia bertemu dengan dokter.

Perawat 3 : Pagi bukk.

Nana : Pagi juga sus.

Perawat 3 : Ada yang bisa saya bantu buk ?

Nana : Begini Sus, anak saya rewel sekali karena demam tinggi.

Perawat 3 : Baiklah Bu, saya akan memeriksa anak ibu. Ayo buk, ikut saya ke ruangan.

Perawat 3 : Pagi dek. Pagi ini , adek udah makan belum ?

Opi : (mengangguk sambil sibuk memainkan boneka teddy bearnya yang sedari tadi ia
genggam).

Perawat 3 : sekarang kakak boleh memeriksa kamu nggak?

Opi : (terus bermain, tidak mendengarkan perkataan perawat).

Perawat 3 : (sambil membelai rambut anak tersebut) adik manis, kakak boleh memeriksa kamu
nggak? Supaya kakak tau kamu sakit apa, terus nanti diobati supaya kamu cepat sembuh. Dek mau gak?
Kalo adik mau, nanti kakak kasih permen lollipop deh.

Opi : mau,mau mau. (terlihat senang)

Perawat 3 : nah, sekarang adik manis, kakak boleh lihat tangannya dulu gak dek...
Opi : (mengulurkan tangannya).

Perawat 3 : pinter adik ini, adik gak usah takut ya, ini gak sakit kok adik manis. (sambil tersenyum).
Nah, udah siap dik, gimana ada terasa sakit gak tadi waktu kakak periksa tangannya?

Opi : nggak., permen ,permen…!!!! (mengulurkan tangannya)

Perawat 3 : oh,iya. Kakak hampir lupa. Ini permennya adik manis. (sambil memberikan permen
lollipop yang ada di tangannya).

Nana : bagaimana sus , anak saya ?

Perawat 3 : sebentar yaa buk, saya panggilkan dokter dulu.

Nana : iyaa sus.

Perawat 3 : Dok, ini ada pasien adek Opi, ini data nya.

Vika : (melihat data) oh baiklah sus, tolong orang tua nya suruh masuk keruangan saya yah.

Perawat 3 : iyaa, baiklah dok.

Perawat 3 : ibuk, silahkan masuk..

Nana : oh iyaa sus. (masuk keruangan dokter)

Vika : silahkan duduk bukk.

Nana : iyaa dok. (duduk) bagaimana anak saya dok ?

Vika : anak ibuk ga kenapa-kenapa kok, cuma demam biasa. Cuma butuh istirahat, mungkin dia
kecapekan.

Nana : oh begitu dok, trus bagaimana apa harus dirawat di rumah sakit ?
Vika : ga perlu buk, gapapa, Opi bisa di rawat di rumah kok. Opi Cuma butuh istirahat yang
banyak saja.

Nana : oh baiklah dok, terima kasih .

Vika : iya buk, sama-sama.

Anda mungkin juga menyukai