Anda di halaman 1dari 7

Roleplay Komunikasi Terapeutik pada Down Syndrome

ROLEPLAY : Komunikasi Terapeutik pada Autis


2.1 Daftar Pemain
Anak Autis : Tri Opri Yani
Orang tua (Mama Opi) : Yuliana Ariani
Orang tua (Papa Opi) : Utuh Fatwa Syahroni
Adeknya Opi : Rizki Lestari
Dokter : Rinanti Silvina Sukma
Perawat 1 : Lilis Karlina
Perawat 2 : Melda Afrilasmi
Perawat 3 : Cahya Rifta Yani

2.2 Rencana Kegiatan

No Kegiatan Waktu
1 Orientasi : 5 menit
a. Narator membacakan skenario (sesuai
dengan judul)
b. Narator menegnalkan para pemain
dalam role play
2 Tahap Kerja : 20 menit
a. Menyusun setting tempat roleplay
b. Setiap pemain berperan sesuai dengan
yang telah di bacakan dan sesuai dengan
skenario yang telah di tetapkan

3 Tahap Terminasi : 5 menit


a. Narator menutup kegiatan roleplay
b. Narator meyampaikan kesimpulan
dari roleplay

2.3 Dialog
Opi lahir dalam keadaan tidak normal, sejak dari kandungan ia telah didiagnosa
menderita down syndrome. Orang tuanya kurang pengetahuan tentang anak down syndrome
dan hanya melihat bahwa ada perbedaan antara dia dan adiknya Tari. Opi lebih menyendiri
dan tidak pernah responsif jika di ajak bicara.

Siang itu, orang tuanya Opi dan Tari yaitu Nana dan Utuh baru pulang kerja. Tari yang
sedang asyik membaca buku, mengetahui orang tua nya pulang, langsung beranjak dan
berlari membukakan pintu.
Nana + Utuh : Assalammualaikum ...
Tari : (berlari + membuka pintu) Mamaaa Papaaa pulangggg , yeeeeyeyee ....
Nana : hehe, iyaa sayangg. Kakak kamu mana ?
Tari : di kamar maa.
Utuh : ngapain kakak kamu dkamar ? dia gatau yaa mama papa dah pulang ?
Tari : hmm, ga tauu paa. (mengangkat bahunya, Tari pun berjalan ke ruang tengah,
melanjutkan membaca buku)
Nana + Utuh : (berjalan, menuju kamar Opi)

Nana dan Utuh hanya melihat Opi di depan pintu kamarnya Opi. Ternyata Opi punya
keasikan tersendiri. Dimana kedatangan orang tuanya sama sekali tidak membuatnya
berhenti, malah tetap bermain dengan kesibukannya bermain boneka. Opi bermain sandiwara,
menyuapi bonekanya dan memberi minum kemudian mengelus kepala bonekanya.

Melihat tingkah Opi yang seperti itu, Nana dan Utuh mempunyai rencana akan membawa
Opi ke rumah sakit yang ada psikiaternya.
Nana : Pak, gimana kalo besok kita bawak Opi kerumah sakit, membicarakan
masalah Opi ini ke spikiater ?

Utuh : iya, baiklah buk.

Keesokan harinya , Nana dan Utuh mengajak Opi ke rumah sakit.


Nana : Opi, ayoo ikut sama mama papa yaa, kita kerumah sakit.
Opi : (Opi sibuk dengan bonekanya)
Utuh : Opii.. Opiii ... (memanggil Opi dengan lembut)
Opi : (memandang Utuh dan tersenyum)
Utuh : kita ke rumah sakit yaa ?
Opi : (mengangguk)
Sesampainya di rumah sakit, di ruangan spikiater. Mereka duduk di depan meja dokter
Vika, Opi duduk di tengah – tengah Utuh dan Nana.
Nana : Begini dok, ini anak kami namanaya Opi.
Vika : heyy, Opiii....
Opi : (melihat dokter Vika dan hanya tersenyum)
Vika : Iya buk, terus ?
Nana : Kami khawatir dengan tingkah anak kami pak, dia lebih suka menyendiri.
Utuh : iya pak, dia punya keasikan tersendiri. Contohnya saja, pas kami pulang
kerja , dia asik bermain dengan boneka nya di kamar dan yang membukakan kami pintu,
menyambut kami itu malah adiknya aja pak.
Vika : Oh begitu pak buk.
Opi : (bingung, melihat sekelilingnya, menggaruk kepala)
Nana : iya dok, terus jika dia ajak bicara, dia tidak pernah responsif. Sejak dari
kandungan memang saya diberitahu Opi menderita down syndrome, tapi saya tidak tahu
kalau akibatnya akan seperti ini sampai dia besar.
Vika : Bapak dan ibuk tidak perlu khawatir, di rumah sakit ini kami punya terapi
penanganan untuk anak Down Syndrome.
Nana : baiklah dok, kalau itu merupakan penanganannya, kami akan mengikuti
terapi tersebut.
Utuh : iya dok, bantu anak kami .
Vika : baiklah pak buk. Besok datang saja kerumah sakit ini jam 8 pagi, anak ibuk
dan bapak sudah bisa mengikuti terapi disini.
Nana : iya dok, kalo begitu kami permisi pulang dulu ya dok, terima kasih.
Vika : iya sama – sama pak buk.

Keesokan harinya, Nana mengantar Opi kerumah sakit untuk terapi.


Vika : baiklah buk, ini ruangan terapinya. Opi akan di dampingi oleh Suster Lilis
dan Suster Melda.
Nana : Baiklah dok.

Opi masuk ke ruangan terapi dan Nana pun pergi ketempat kerjanya.
Perawat 1 : Namanya siapa dek ?
Opi : Nama sayaa Opiii.
Perawat 1 : Umurnya berapa ?
Opi : limaaa tauuunnn (sambil memainkan , menunjukkan jarinya yang lima)
Perawat 1 : Kalo sudah besar mau jadi apa ?
Opi : Doktelll , hehe...
Perawat 2 : Suster Lilis, langsung aja yaa kita lakukan terapi yang pertama bagaimana ?
Perawat 1 : Oh iyaa , baiklah suster Melda.

Pertama tama, mengajarkan Opi menirukan gerakan tangan/kaki yang merupakan gerakan
motorik kasar.
Perawat 1 : Ayo, tirukan yaaa, ikuti kakak. (membentangkan tangan)
Opi : (gamau, malah mengangkat tangannya keatas kepala)
Perawat 2 : (membantu, mengambil tangan Opi, ikut membentangkan tangan Opi dan
menurunkannya)
Perawat 1 : Tirukan ... (sambil membentangkan tangan)
Opi : (menirukan dan membentangkan tangannya)
Perawat 1 : yeee , pinter sekaliii.. (mencubit pipi Opi)
Opi : hehehe, makasiiii..
Perawat 2 : Baiklah sus, selanjutnya menirukan gerakan benda.
Suster Melda mengambil mangkok dan sendok dan memberikannya kepada suster
Lilis.
Perawat 1 : (menggoyang goyangkan sendok di dalam mangkok, memutarnya) ayo
tirukann...
Opi : (kelihatan tertarik, kemudian mengambil sendok tersebut dan menirukan
memutarkan sendok tersebut) hehehe ..
Perawat : iyappp, pinterrr..

Terapi hari tersebut selesai dan Opi pun pulang bersama mamanya.
Keesokan harinya, Opi melanjutkan terapinya.
Perawat 2 : suster Lilis, terapi Opi selanjutnya mempelajari menyamakan benda.
Perawat 1 : oh iya , baiklah sus.
Perawat Melda menyiapkan sendok, gelas dan piring di atas meja.
Perawat 1 : (memberikan sendok ke Opi) Ayo Opii coba samakan yaa...
Opi : ( Opi melihat kebenda – benda yang ada di meja dan kemudian menyamakan
sendok yang di tangannya dengan sendok yang ada di meja)
Perawat 1 : iyahhh bener, bagus yaa Opi..
Perawat 2 : Baiklah Opi, selanjutnya kita belajar menggerakan motorik halus yaitu
gerakan jari yahh...
Perawat 1 : ikuti yaaa.. (memperlihatkan jari telunjuk, angka satu)
Opi : (tersenyum dan melihat jari telunjuk suster Lilis)
Perawat 2 : (mengambil jari telunjuk Opi )
Perawat 1 : iyaaah, pinter. Selanjutnya, berdiri.
Opi : ( Opi tetap duduk)
Pearwat 2 : (membantu Opi berdiri)
Perawat 1 : (duduk kemudian berdiri) Berdiri...
Opi : (Opi pun berdiri) hehehe...
Perawat 1 : heheh bagus , Opi pinterrr..
Terapi hari itu pun selesai dan Opi pun pulang.

Keesokan harinya, Nana membangunkan Opi dan badan Opi terasa panas. Opi pun mulai
rewel dan teriak – teriak, memukul mukul dirinya, menutup telinganya seperti orang
ketakutan.
Nana : Pak , bapakkk.
Utuh : Iyaaa kenapa buk ?
Nana : Opi badannya panas, liat tuh dia rewel kali.
Utuh : yaudh kita bawak aja dia kerumah sakit sekarang.

Sesampainya di rumah sakit, Nana bertemu dengan seorang perawat yaitu perawat Cahya.
Dan ibu tersebut menceritakan keluhannya kepada perawat sebelum ia bertemu dengan
dokter.
Perawat 3 : Pagi bukk.
Nana : Pagi juga sus.
Perawat 3 : Ada yang bisa saya bantu buk ?
Nana : Begini Sus, anak saya rewel sekali karena demam tinggi.
Perawat 3 : Baiklah Bu, saya akan memeriksa anak ibu. Ayo buk, ikut saya ke ruangan.
Perawat 3 : Pagi dek. Pagi ini , adek udah makan belum ?
Opi : (mengangguk sambil sibuk memainkan boneka teddy bearnya yang sedari
tadi ia genggam).
Perawat 3 : sekarang kakak boleh memeriksa kamu nggak?
Opi : (terus bermain, tidak mendengarkan perkataan perawat).
Perawat 3 : (sambil membelai rambut anak tersebut) adik manis, kakak boleh memeriksa
kamu nggak? Supaya kakak tau kamu sakit apa, terus nanti diobati supaya kamu cepat
sembuh. Dek mau gak? Kalo adik mau, nanti kakak kasih permen lollipop deh.
Opi : mau,mau mau. (terlihat senang)
Perawat 3 : nah, sekarang adik manis, kakak boleh lihat tangannya dulu gak dek...
Opi : (mengulurkan tangannya).
Perawat 3 : pinter adik ini, adik gak usah takut ya, ini gak sakit kok adik manis. (sambil
tersenyum). Nah, udah siap dik, gimana ada terasa sakit gak tadi waktu kakak periksa
tangannya?
Opi : nggak., permen ,permen…!!!! (mengulurkan tangannya)
Perawat 3 : oh,iya. Kakak hampir lupa. Ini permennya adik manis. (sambil memberikan
permen lollipop yang ada di tangannya).
Nana : bagaimana sus , anak saya ?
Perawat 3 : sebentar yaa buk, saya panggilkan dokter dulu.
Nana : iyaa sus.
Perawat 3 : Dok, ini ada pasien adek Opi, ini data nya.
Vika : (melihat data) oh baiklah sus, tolong orang tua nya suruh masuk keruangan
saya yah.
Perawat 3 : iyaa, baiklah dok.

Perawat 3 : ibuk, silahkan masuk..

Nana : oh iyaa sus. (masuk keruangan dokter)

Vika : silahkan duduk bukk.

Nana : iyaa dok. (duduk) bagaimana anak saya dok ?

Vika : anak ibuk ga kenapa-kenapa kok, cuma demam biasa. Cuma butuh istirahat,
mungkin dia kecapekan.

Nana : oh begitu dok, trus bagaimana apa harus dirawat di rumah sakit ?
Vika : ga perlu buk, gapapa, Opi bisa di rawat di rumah kok. Opi Cuma butuh
istirahat yang banyak saja.

Nana : oh baiklah dok, terima kasih .


Vika : iya buk, sama-sama.

Setelah di rawat di rumah, akhirnya Opi pun sembuh dari demamnya. Tetapi penyakit
Down Syndromenya tidak dapat di sembuhkan. Dan Opi pun masih tetap melanjutkan terapi
nya. Dari terapi-terapi yang telah dijalaninya, Opi sudah bisa komunikasi dengan orang
sekitarnya walaupun tidak lancar seutuhnya.

Anda mungkin juga menyukai