Anda di halaman 1dari 17

HIV/AIDS

DEFINISI

HIV atau Human Immunodefieciencie Virus adalah sejenis virus yang menyerang/
menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AID atau
Acquired Immune Defieciency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena
turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Akibat menurunya kekebalan tubuh
maka orang tersebut sangat mdah terkena berbagai penyakin infeksi (infeksi oportunistik) yang
sering berakibat fatal. Pengidap HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk
menurunkan jumlah virus didalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS, sedangkan
pengidap AIDS memerlukan pengobatan AIDS untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik
dengan berbagai komplikasinya.
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam tubuh yang
menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
• Fase Infeksi HIV
Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.
• Serokonversi
Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia plasma dengan
penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh.
Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak
spesifik, umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian,
keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan mulai
terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.
• Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Penderita infeksi HIV dapat hidup
bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase ini, replikasi virus terus berjalan,
virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4 secara konstan.
• Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4 dapat menurun hingga lebih
rendah dari 200/µl.
Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini bersifat berat, meliputi dan
mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam tubuh. Menurunnya CD4 mempermudah infeksi dan
perubahan seluler menjadi keganasan. Infeksi oportunistik berupa:
• Demam > 2 minggu
• Tuberkulosis paru
• Tuberkulosis ekstra paru
• Sarkoma kaposi
• Herpes rekuren
• Limfadenopati
• Candidiasis orofaring
• Wasting syndrome
MANIFESTASI KLINIS

• Stadium infeksi HIV menurut WHO dibagi ke dalam 4 stadium.


• Stadium 1
• Stadium 1 infeksi HIV berupa sindrom serokonversi akut yang disertai dengan limfadenopati
persisten generalisata (muncul nodul-nodul tanpa rasa sakit pada 2 atau lebih lokasi yang tidak
berdampingan dengan jarak lebih dari cm dan waktu lebih dari 3 bulan). Pasien stadium ini
dapat tetap asimtomatik hingga bertahun-tahun tergantung pada pengobatan. Status performa 1:
aktif penuh dan asimtomatik.
• Stadium 2
• Pada stadium 2, pasien dapat kehilangan berat badan kurang dari 10% massa tubuh. Risiko penyakit infeksi
antara lain:
• Herpes zoster
• Manifestasi minor mukokutan
• Infeksi saluran pernafasan atas rekuren
• Status performa 2: simtomatik namun hampir aktif penuh.
• Stadium 3
• Stadium 3 HIV akan menyebabkan pasien kehilangan berat badan lebih dari 10% massa tubuh. Pasien juga
akan mengalami beberapa infeksi atau gejala berikut:
• Diare kronik lebih dari 1 bulan
• Demam prolong lebih dari 1 bulan
• Kandidosis oral, kandidiasis vagina kronik
• Oral hairy leukoplakia
• Infeksi bakteri parah
• Tuberkulosis paru
• Status performa 3: berada di tempat tidur lebih dari 50% dalam satu bulan terakhir.
• Stadium 4
• Pasien HIV stadium 4 mengalami infeksi oportunistik yang juga dikenal sebagai AIDS defining infections,
antara lain:
• Tuberkulosis ekstrapulmoner
• Pneumoniac Pneumocystis jirovecii
• Meningitis kriptokokal
• Infeksi HSV lebih dari 1 bulan
• Kandidiasis pulmoner dan esofageal
• Toksoplasmosis
• Kriptosporidiosis
• CMV
• HIV wasting syndrome
• Ensefalopati HIV
• Sarkoma Kaposi
• Limfoma
• Pneumonia rekuren
• Status performa 4: hanya dapat beraktivitas diatas tempat tidur lebih dari 50% waktu keseharian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kategori Tes yang diperlukan tujuan Aksi

Bayi sehat, ibu terinfeksi HIV Uji viorologi umur 6 minggu Mendiagnosa HIV Mulai ARV bila terinfeksi HIV

Bayi-pajanan HIV tidak diketahui Serologi ibu atau bayi Untuk udentifikasi atau memastikan Memerlukan tes virologi bila terpajan
pajanan HIV HIV
Bayi sehat terpajan HIV, umur 9 Serologi pada imunisasi 9 bulan Untuk mengidentifikasi bayi yang Hasil positif harus diikuti dengan uji
bulan masih memiliki antibodi ibu atau virologi dan pemantauan lanjut. Hasil
seroreversi negatif, harus dianggap tidak
terinfeksi, ulangi tes bila masih
mendapatkan ASI

Bayi atau anak dengan gejala dan serologi Memastikan infeksi Lakykan uji virologi bila umur <18
tanda sugestif infeksi HIV Bulan

Bayi umur >9 - < 18 Bulan dengan Uji virolgi Mendiagnosis HIV Bila positif terinfeksi segera masuk ke
uji serologi positif tatalaksana HIV dan terapi ARV

Bayi yang sudah berhenti ASI Ulangi uji (serologi atau virologi) Untuk mengeksklusi infeksi HIV Anak <5tahun terinfeksi HIV harus
setelah behenti minum ASI 6 minggu setelah pajanan dihentikan segera mendapat tatalaksana HIV
termasuk ARV
KASUS
• Seorang Anak K, usia 7 tahun dirawat dengan keluhan batuk lama, demam, penurunan berat badan yang
drastis, diare kronis, nyeri telan, luka pada mulut dan labia mayora. Radiologi torak didapatkan infiltrat pada
kedua paru. Penderita sebelumnya telah dirawat sebagai penderita HIV/AIDS dan Tuberkulosis (TB) paru
(kasus drop out). Hasil laboratorium didapatkan CD4 absolut : 6; CD 4% : 3%, hasil sputum didapatkan
bakteri tahan asam (BTA), ulkus pada oral dan pada labia mayora. Penderita dirawat di ruang isolasi,
diberikan : O2 3 – 4 liter/menit, infus RL/D5/Aminofusin, dipasang nasogastric tube. Parasetamol 3x500
mg, tranfusi packet red cell (PRC), Kotrimoksazole 1x960 mg, Nystatin oral drops 4x2 cc, Fluconazole oral
1x100 mg, Fusidic cream pada labia mayora, Rifamfisin 450 mg, INH 300 mg, Ethambutol 1000 mg.

• Kata-kata sulit
• Infiltrat : gambaran akibat adanya dahak (mucus) di paru-paru.
• nasogastric tube : alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cairan dengan selas plastik yang dipasang
melalui hidung sampai lambung.
• tranfusi packet red cell (PRC) : modalitas terapi yang umum digunakan untuk mengobati pasien anemia
yang hanya membutuhkan komponen sel darah merah saja.
DATA DEMOGRAFI

Identitas pasien Identitas penanggung jawab


• Nama : An. K • Nama : -
• Jenis kelamin :-
• Jenis Kelamin: -
• Umur : -
• Umur : 7 tahun
• Status :-
• Agama : -
• Agama:-
• Suku bangsa : - • Suku bangsa:-
• Pendidikan : - • Pendidikan:-
• Pekerjaan : - • Pekerjaan:-
• Alamat :- • Hubungan dengan keluarga:-
DATA ABNORMAL

Data Objektif Data Subjektif


• Radioogi torak didapat infiltrat pada kedua • Keluhan batuk lama
paru • Keluhan diare kronis
• Ulkus pada oral • Keluhan berat badan
• Ulkus pada labia mayora • Keluhan nyeri telan
• Demam • Keluhan luka mulut dan labia mayora
• Dipasang nasogastric tube
Hari/Tgl Data Etiologi Diagnosa Ttd
Senin, 5 November 2018 Do: Infeksi pada sistem pencernaan Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari  
1. Keluhan berat bada yang turun kebutuhan tubuh
drastis
2. Diare
3. Nyeri telan
Do:

4. Ulkus pada oral


5. Dipasang NGT

Senin, 5 November 2018 Ds. Mukus berlebih Ketidakefektifan bersihan jalan napas  
1. Keluhan Batuk Lama
Do:

2. Radiologi torak didapat infiltrat


pada kedua paru.
3. Hasil sputum didapatkan bakteri
tahan asam.

Senin, 5 November 2018 Ds. Adanya penurunan daya tahan tubuh Resiko Infeksi  
1. Keluhan luka pada mulut dan labia
mayora
Ds.

2. Demam
3. Ulkus pada oral dan labia mayora
DIAGNOSA
No. Diagnosa

1 Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan makan
makanan d.d nyeri telan, ulkus pada oral, penurunan berat badan dan diare

2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mukus berlebih d.d klien mengeluhkan batuk
lama, pada pemeriksaan radiologi torak terdapat infiltrat

3 Resiko Infeksi d.d demam, ulkus pada oral dan labia mayora
No Diagnosa NOC NIC
1 Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam, Manajemen Gangguan Makan – (1030)
kebutuhan tubuh masalah nutrisi pasien dapat teratasi, dengan 1. Rundingkan dengan ahli gizi dalam
kriteria hasil : menentukan asupan kalori harian yang
1. Asupan makanan dari skala 1 ditingkatkan ke diperlukan untuk mempertahankan berat badan
skala 5 yang sudah ditentukan.
2. Asupan cairan dari skala 1 ditingkatkan ke 2. Minitor tanda-tanda fisiologis (tanda-tanda
skala 5 vital, elektrolit)
3. Asupan gizi dari skala 1 ditingkatkan ke 3. Timbang berat badan klien secara rutin
skala 5 4. Monitor intake/asupan dan supan cairan secara
tepat.
Pemberian makanan dengan tabung enteral – (1056)

5. Monitor status cairan dan elektrolit.


6. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan
presentase makanan.
7. Tinggikan kepala tempat tidur 30 sampai 45
derajat selama pemberian makanan.
8. Isi ulang makanan setiap 4 jam.
9. Monitor apa ada bunyi usus tiap 4 samapai 8
jam.
2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam, masalah Manajemen jalan nafas – (3140)
bersihan jalan napas pasien dapat teratasi, dengan kriteria 1. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
hasil : efektif.
1. Hasil rongten dada dari skala 1 ditingkatkan ke skala 2. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar
5. dan batuk
2. Kemampuan untuk mengeluarkan seckret di skala 1, 3. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
ditingkatkan ke skala 5 melakukan batuk atau menyedot lendir
3. Akumulasi sputum di skala 2 di tingkatkan ke skala 5. Terapi oksigen – (3320)

4. berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan.


5. Monitor aliran oksigen.
6. Periksa perangkat (alat) pemberian oksigen secara
berkala untuk memastikan bahwa konsentrasi (yang
telah) ditentukan sedang diberikan.

3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, masalah resiko Peningkatan kesehatan mulut- (1720)
dapat teratasi, dengan kriteria hasil : 1. Monitor kondisis mulut pasien
1. Lesi mukosa membran dipertahankan pada skala 2 dan di 2. Berikan skrining kesehatan mulut dan pengkajian resiko
tingkatkan pada skala 5 3. Bantu pasien dalam menyikat gigi, gusi, dan lidah.
2. Integritas kulit dipertahankan pada skala 2, ditingkatkan
Memandikan – (1610)
pada skala 5.
3. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko 4. Mandi dengan air yang mempunyai suhu yang nyaman.

  5. Bantu dalam hal perawatan perineal jika memang diperlukan.


6. Brikan lubrikan dan krim pada area yang kering.
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai