Anda di halaman 1dari 14

1

MYCOPLASMA PNEUMONIAE

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
pada Mata Kuliah Mikrobiologi I Semester Tiga
yang Diampu oleh Drs. Agung Suprihadi, M.Si

Oleh :

Agniya Ridha Safitri (24020115120052)


Ayu Dwi Lestari (24020115120053)
Hafsah Avisha (24020115130070)
Abdurrafi Alwan (24020115140073)
Khuzyia Rizki Triavi A (24020115130074)

DEPARTEMEN BIOLOGI KELAS B


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul MYCOPLASMA
PNEUMONIAE.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran Mikrobiologi I di Universitas Diponegoro.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :

1. Bapak Drs. Agung Suprihadi, M.Si selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Mikrobiologi.
2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Mikrobiologi I.
3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Makalah MYCOPLASMA
PNEUMONIAE, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penyusun merasa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunan makalah ini


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Semarang, 4 September 2016

Penyusun

2
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
A. Mycoplasma............................................................................................................ 3
B. Mycoplasma pneumoniae............................................................................................ 3
C. Ciri-ciri Mycoplasma pneumoniae................................................................................. 4
D. Siklus Hidup Mycoplasma pneumoniae...........................................................................6
E. Patologi.................................................................................................................. 6
F. Epidemiologi............................................................................................................ 7
BAB III PENUTUP................................................................................................. 10
A. Kesimpulan........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 11

3
4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah yang serius karena merupakan penyebab kematian terbesar
terutama di negara berkembang, selain itu di negara maju seperti
Amerika Serikat, Kanada, dan negara negara Eropa juga banyak kasus
yang terjadi. Dari data Southeast Asia Medical Information Center
(SEAMIC) Health Statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab
kematian nomer 6 di Indonesia, nomer 9 di Brunei, nomer 7 di Malaysia,
nomer 3 di Singapura, nomer 6 di Thailand, dan nomer 3 di Vietnam.
Insidensi pneumonia komunitas di Amerika adalah 12 kasus per 1000
orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi
pada orang dewasa di negara itu. Di Amerika dengan cara invasif pun
penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit
ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan
hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak
segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan
antibiotika secara empiris (Anonim, 2003).

Mycoplasma pneumoniae merupakan salah satu penyebab


infeksi saluran napas akut (ISPA) yang sering terjadi pada anak-anak dan
dewasa. Di negara berkembang termasuk Indonesia penyebab
pneumonia yang paling sering ditemui yang disebabkan oleh bakteri,
sedangkan di negra maju seringkali disebabkan oleh mycoplasma
pneumoniae. Sekitar 30% dan semua pneumonia pada penduduk secara
umum disebabkan oleh M. pneumoniae.

Laporan di Indonesia mengenai infeksi Mycoplasma pneumoniae


sebagai salah satu penyebab infeksi saluran napas akut masih sangat
5

jarang. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu


menjelaskan mengenai bakteri Mycoplasma pneumoniae agar pembaca
dapat lebih mengenal bakteri Mycoplasma pneumoniae.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Mycoplasma?
2. Apa itu Mycoplasma pneumoniae?

3. Bagaimana ciri dari Mycoplasma pneumoniae?


4. Bagaimana siklus hidup dari Mycoplasma pneumoniae?
5. Apa hubungan antara Mycoplasma pneumoniae dengan saluran
pernapasan?
6. Bagaimana persebaran penyakit dari bakteri Mycoplasma
pneumoniae?

C. Tujuan
1. Menjelaskan kelas Mycoplasma.
2. Menjelaskan bakteri Mycoplasma pneumoniae.
3. Menjelaskan ciri-ciri dari Mycoplasma pneumoniae.
4. Menjelaskan siklus hidup Mycoplasma pneumoniae.
5. Menjelaskan penyakit yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae.
6. Menjelaskan pola persebaran penyakit oleh bakteri Mycoplasma
pneumoniae.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mycoplasma
Mycoplasma merupakan prokariot yang tidak memiliki dinding sel (termasuk
kelas Mollicutes) dan tidak mensintesis bahan baku peptidoglikan. Sel dilindungi oleh
suatu unit membrane yaitu membran plasma. Sel sangat pleomorfik, dengan ukuran mulai
dari yang besar, mampu merusak vesikula sampai ke yang sangat kecil (0.2 (m). Bentuk
filamen biasa ditemukan dengan penonjolan-penonjolan percabangan.

Reproduksi dapat dengan pertunasan, fragmentasi, dan/atau pembelahan biner.


Biasanya tidak bergerak, tetapi beberapa spesies memperlihatkan suatu pergerakan
meluncur. Bentuk istirahat tidak diketahui. Sel berwarna Gram-negatif. Sebagian besar
membutuhkan media yang kompleks untuk pertumbuhannya (tekanan-osmotik-tinggi
yang mengelilinginya) dan memelihara diri dengan menembus permukaan media padat
dengan cara membentuk sifat khusus koloni berupa Fried egg (telur goreng mata sapi).
Kandungan guanin dan sitosin dalam RNA ribosom adalah 43-48 mol%. Angka ini lebih
rendah dari yang terkandung dalam dinding eubakteria gram negatif dan gram positif
yaitu sekitar 50-54 mol%. Selain itu, kandungan guanin dan sitosin pada DNA juga lebih
rendah, 23-46 mol %. Ukuran genom Mycoplasma lebih kecil dari prokariot lain yaitu
0.5-1.0 x 109 Dalton. Mycoplasma dapat bersifat saprofit, parasit, atau patogenik, dan
patogen penyebab penyakit pada hewan, tumbuhan, dan kultur jaringan.

B. Mycoplasma pneumoniae
Kingdom : Bacteria
Division : Firmicutes
Class : Mollicutes
Ordo : Mycoplasmatales
Famili : Mycoplasmataceae

6
Genus : Mycoplasma
Spesies : Mycoplasma pneumoniae

Mycoplasma pneumoniae adalah kuman patogen pada saluran napas yang dapat
menyebabkan infeksi yang bervariasi derajat keparahannya mulai dari infeksi saluran atas
ringan sampai terjadinya pneumonia atipik yang berat. Berdasarkan penelitian
Mycoplasma pneumoniae menjadi salah satu kuman penyebab yang cukup sering pada
pneumonia yaitu sebesar 10-30% dari seluruh kasus. Beberapa penelitian lain juga
menunjukan bahwa Mycoplasma pneumoniae sebagai penyebab kedua setelah
Streptococcus pneumonia dan sekitar 3-4% pasien-pasien yang terinfeksi Mycoplasma
pneumoniae secara klinis mengalami sesak napas bahkan berkembang menjadi acute
respiratory distress syndrome (ARDS).

Mycolasma pneumoniae merupakan organisme yang unik karena tidak memiliki


dinding sel dan tidak membutuhkan sel inang untuk bereplikasi. Karakteristik patologis
pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae berupa infiltrasi sel netrofil dan limfosit pada
alveoli dan terdapat infiltrat di daerah peribronkovaskular. Derajat keparahan pneumonia
akibat Mycoplasma pneumoniae tergantung pada kondisi imunitas dasar pasien yang
terinfeksi, karena Mycoplasma pneumoniae akan mempengaruhi peningkatan ekspresi
Toll Like Receptor (TLR) pada epitel bronkus disertai peningkatan makrofag alveolar.

C. Ciri-ciri Mycoplasma pneumoniae


Mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang tidak memiliki dinding sel yang
kaku karena tidak terdapatnya lapisan murein. Bakteri ini dapat berubah menjadi berbagai
bentuk, Bentuk dasar yang paling sering adalah coccoid dengan diameter 0,3-0,5 m
kadang-kadang berbentuk panjang seperti filamen jamur. Bentuknya yang lentur
memudahkan kuman ini melewati filter pada sel pejamu yang biasanya dapat menahan
bakteri lain untuk melekat pada sel pejamu. Mycoplasma paling baik diamati dengan
menggunakan fase kontras atau dengan mikroskop lapangan gelap.
Mycoplasma mempunyai diameter sekitar 100 sampai 200 mikrometer.
Mycoplasma adalah beberapa bakteri terkecil yang pernah ditemukan .Ukuran kecil
seperti itu dapat menimbulkan masalah dalam teknik filtrasi sterilisasi. Mycoplasma
membutuhkan sumber luar kolesterol, biasanya diperoleh makanan dari pencernaan
manusia, untuk biosintesis sel. Kolesterol dalam membran plasma memiliki fungsi
khusus pada bakteri yang tidak memiliki dinding sel, membantu menjaga sel tetap kaku.

Karakteristik yang paling mencolok dari bakteri dalam genus Mycoplasma adalah
kekurangan dari dinding sel. Dinding sel bakteri membantu memberikan struktur sel.
Kelangsungan hidup bakteri Mycoplasma terhadap antibiotik tertentu sangat kuat, karena
banyak antibiotik menyerang dinding sel bakteri untuk membantu membunuh proses
infeksi. Kurangnya dinding sel juga membuat Mycoplasma lebih rentan terhadap lisis
oleh ketidakseimbangan osmotik. Dalam ketidakseimbangan osmotik, jumlah yang lebih
tinggi dari partikel di luar atau di dalam sel menyebabkan air mengalir ke dalam atau
keluar dari sel, yang mengakibatkan deformasi dan kerusakan yang mungkin sel.

Mikoplasma tidak terdapat dipelajari dengan cara-cara bakteriologik yang biasa


dilakukan karena koloninya kecil, plastisitas dan kehalusan sel-selnya (akibat tidak
mempunyai dinding sel yang kaku), dan hasil pewarnaannya yang jelek dengan zat warna
aniline. Morfologinya berbeda-beda sesuai dengan cara pemeriksaan yang digunakan
(misalnya, lapangan gelap, imunofluoresensi, sediaan yang diwarnai dengan Giemsa dari
pembenihan padat atau cair, fiksasi agar).

Pertumbuhan dalam pembenihan cair menghasilkan berbagai bentuk yaitu, cincin,


batang dan badan spiral, filament, dan granula. Pertumbuhan pada pembenihan padat
pada dasarnya terdiri atas massa protoplasma plastis dengan bentuk tidak teratur dan
mudah berubah. Mikoplasma mempunyai struktur sangay primitif, yang dapat berubah
bentuk dari bulat yang berdiameter 125-250 nm sampai bentuk filamen kecil dengan
panjang antara beberapa nm sampai 850 nm.

D. Siklus Hidup Mycoplasma pneumoniae


Siklus reproduksi sel bakteri dinding bebas parasit, Mycoplasma ditinjau dari
replikasi DNA nya, Mycoplasma dimulai di sebuah sisi tetap tetangga gen DNA dan hasil
dari kedua arah setelah penangkapan singkat dalam satu arah. Frekuensi inisiasi cocok
dalam kecepatan secara lambat dari replikasi dan konten DNA diatur secara konstan.
kromosom direplikasi dimana bermigrasi menuju satu dan tiga perempat dari panjang sel
sebelum pembelahan sel yang bertujuan untuk memastikan pengiriman DNA direplikasi
ke sel anak. Reproduksi sel berdasarkan pembelahan biner , namun cabang terbentuk saat
replikasi DNA dihambat.

Mycoplasma pneumoniae memiliki struktur terminal, yang ditunjuk sebagai


organel tambahan dimana bertanggung jawab untuk kedua adhesi sel inang dan motilitas.
Perilaku organel dalam sel menunjukkan pengatur pembentukan organel dengan siklus
reproduksi sel. Beberapa protein dikodekan dalam tiga operon dikirim secara berurutan
ke posisi organel sel lain sebelumnya dan satu yang baru lahir terbentuk. Salah satu
organel tambahan digandakan akan bermigrasi ke kutub yang berlawanan dari sel
sebelum pembelahan sel. Hal ini menjadi jelas bahwa mycoplasmas memiliki spesialisasi
siklus reproduksi sel disesuaikan dengan informasi genom terbatas dan hidup parasit.

E. Patologi
Penggunaan pewarnaan pada kuman ini menyebabkan mereka mudah hancur.
Patogen ini dapat dibiakan dengan menggunakan media agar khusus dengan tekanan
osmotik yang tinggi. Setelah dua sampai delapan hari akan tampak koloni kecil
menyerupai butiran telur berwarna cerah di bagian dalam agar Derajat keparahan
pneumonia akibat MP tergantung pada respons imun pejamu terhadap infeksi melalui
berbagai mekanisme termasuk reaksi alergi terhadap MP, virulensi MP, pertahanan
pejamu dan polarisasi terhadap dominasi Th1 atau Th2.6
Pada penelitian dengan hewan coba tikus, diketahui bahwa Mycoplasma
pneumoniae pertama kali menempel pada sel epitel bersilia saluran napas melalui
terminal organel yang kompleks dimediasi oleh adhesin dan protein tambahan yang
terdapat pada ujung organel kemudian akan menghasilkan hidrogen peroksida dan radikal
superoksida juga Community Acquired Respiratory Distress Syndrome (CARDS) toksin
yang dapat memicu stres oksidatif pada epitel saluran napas, lalu diikuti oleh makrofag
termasuk Alveolar Macrophages (AMs) yang banyak berperan pada mekanisme imunitas
dasar sistem pernapasan karena AMs merupakan makrofag yang dominan pada paru-
paru.

F. Epidemiologi
Mycoplasma pneumoniae merupakan salah satu penyebab utama infeksi saluran
napas atas dan bawah pada manusia terutama pada anak. Kuman ini bertanggung jawab
pada 15-20% dari seluruh kasus pneumonia komunitas pada dewasa, 40% kasus pada
anak dan lebih dari sepertiganya harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.. Iklim,
cuaca dan kondisi geografis dianggap bukan faktor yang mempengaruhi secara langsung
terjadinya pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae, meskipun sebagian besar
kejadian wabah pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae di Amerika Serikat
cenderung terjadi pada akhir musim panas dan awal musim gugur.

Secara internasional prevalensi patogen atipik pada pneumonia komunitas


berkisar 8-63%. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang berbeda-beda dalam berbagai
penelitian termasuk derajat keparahan pneumonia, jumlah kasus pneumonia pada rawat
jalan dibandingkan rawat inap ataupun pada unit perawatan intensif (Intensive Care
Unit/ICU), perbedaan geografis serta metode yang digunakan dalam mengidentifikasi
variasi organisme ini sebagai penyebab kebanyakan dari pneumonia.

Penelitian di Afrika Selatan menunjukan bahwa patogen atipik yang berperan


pada pasien dewasa dengan kebanyakan pneumonia yang dirawat di rumah sakit adalah
sekitar 36%. Beberapa kota besar di Afrika Selatan menunjukan bahwa kebanyakan
pneumonia akibat Chlamidophila pneumonia sebesar 21 %, Legionella pneumophila
sebesar 9% sedangkan Mycoplasma pneumoniae sebesar 1%. Pada penelitian yang
dilakukan di KwaZulu-Natal didapatkan kuman patogen atipik pada 21% isolat yang
diperiksa. Secara berurutan didapatkan Mycoplasma pneumoniae sebesar 13%,
Chlamidophila pneumonia sebesar 8% dan Legionella pneumophila sebesar 1%.

Jumlah kasus pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae di Finlandia mulai


meningkat pada bulan Oktober 2010 yaitu 222 kasus per 100.000 penduduk dan
meningkat lebih lanjut selama 2011 menjadi 1.242 kasus per 100.000 penduduk.
Denmark dan Inggris juga menunjukan peningkatan insidens pneumonia akibat
Mycoplasma pneumoniae. Taiwan dan Thailand memiliki data epidemiologi yang paling
komprehensif tentang pneumonia pada pasien dewasa namun data tersebut sedikit
ditemukan di Indonesia, Pakistan, Filipina dan Vietnam. Sebuah penelitian tentang
epidemiologi pneumonia berat akibat kuman atipik di Thailand melaporkan bahwa
Mycoplasma pneumoniae dideteksi sekitar 3.6% (27 kasus) dari 755 kasus pneumonia
berdasarkan hasil pemeriksaan sero-konversi sebanyak 13 kasus dan melalui hasil
pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) sebanyak 12 kasus.

Sebuah penelitian terbaru menemukan bukti kuantitatif bahwa kejadian


pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae meningkat secara signifikan dengan
peningkatan suhu udara rata-rata dan kelembaban relatif, namun masih belum jelas
apakah faktor cuaca memiliki hubungan langsung terhadap infeksi Mycoplasma
pneumoniae. Pada penelitian ini dinilai tentang hubungan variasi waktu dan iklim setiap
bulan terhadap kejadian pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae di Fukuoka, Jepang
antara tahun 2002 sampai dengan 2012. Penelitian ini merupakan laporan pertama yang
mengukur dampak variasi waktu dari faktor iklim terhadap jumlah kasus pneumonia
akibat Mycoplasma pneumoniae dengan menggunakan metode analisis.

Pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae dapat terjadi di setiap kelompok usia


namun dilaporkan angka kejadian pada usia tua lebih sedikit dibandingkan pada usia
muda atau dewasa muda dan paling tinggi pada anak usia sekolah. Infeksi ditularkan
melalui udara dari orang ke orang, transmisi kuman melalui droplet nuclei atau karena
kontak yang erat. Hal ini dapat terjadi di lingkungan sekolah, barak militer ataupun
perkantoran. Transmisi droplet membutuhkan waktu kurang lebih enam jam dengan masa
inkubasi untuk setiap kasus sekitar 1-3 minggu. Selain menginfeksi saluran napas,
organisme ini juga dapat menimbulkan manifestasi klinis pada organ ekstra paru.
Kelainan neurologis, hati, jantung, anemia hemolitik, poliartritis dan eritema multiforme
pada kulit dapat terjadi pada infeksi Mycoplasma pneumoniae, dari gejala tersebut
kelainan neurologis merupakan gangguan yang paling sering terjadi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mycoplasma merupakan prokariot yang tidak memiliki dinding sel (termasuk kelas
Mollicutes) dan tidak mensintesis bahan baku peptidoglikan. Karakteristik yang paling
mencolok dari bakteri dalam genus Mycoplasma adalah kekurangan dari dinding sel.
Dinding sel bakteri membantu memberikan struktur sel. Kelangsungan hidup bakteri
Mycoplasma terhadap antibiotik tertentu sangat kuat. Mycoplasmas memiliki spesialisasi
siklus reproduksi sel disesuaikan dengan informasi genom terbatas dan hidup parasit.
Mycoplasma pneumoniae adalah kuman patogen pada saluran napas yang dapat
menyebabkan infeksi yang bervariasi derajat keparahannya mulai dari infeksi saluran atas
ringan sampai terjadinya pneumonia atipik yang berat. Mycoplasma pneumoniae pada
manusia terutama terjadi pada anak . Infeksi ditularkan melalui udara dari orang ke orang,
transmisi kuman melalui droplet nuclei atau karena kontak yang erat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fabricio B.M. Arraes. 2007. Differential metabolism of Mycoplasma species as


revealed by their genomes. Genetics and Molecular Biology, 30, 1, 182-
189 (2007)
Geo. F. Brooks, Karen C. Carroll, Janet S. Butel, Stephen A. Morse, Timothy A.
Mietzner Jawetz, Melnick, & Adelberg's. 2007. Medical Microbiology, 25
th edition, The McGraw-Hill Companies. New York.
Muhamad Nur. 2014. Pneumonia. Bandung: UPI
Wijaya, Dewi dkk. 2015 .Pneumonia Atipik Akibat Mycoplasma pneumoniae. J
Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
Yuwono. 2013. Mikrobiologi Kedokteran. Palembang: UNSRI

14

Anda mungkin juga menyukai