Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ZOONOSIS

Balantidium colli sebagai salah satu penyebab dari penyakit asal


pangan foodborne diseases

Oleh :

Ahmad Febrianto (125130107111033)

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
P a g e 1 | 12

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Balantidium colli
sebagai salah satu penyebab dari penyakit asal pangan foodborne diseases dengan lancar dan
selesai tepat waktu.
Dengan adanya makalah ini penulis berharap mahasiswa dapat menjadikan makalah ini
sebagai referensi sehingga lebih memahami materi mengenai penyakit asal pangan
(foodborne).
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Program
Kedokteran

Hewan

Universitas

Brawijaya.

Sehingga

bisa

lebih

optimal

dalam

mengaplikasikan penerapan dari ilmu yang dibahas dalam makalah ini.


Penulis menyadari bahwa Tak ada gading yang tak retak , oleh karena itu penulis
menantikan kritik dan sarannya demi perbaikan makalah selanjutnya. Akhir kata penulis
ucapkan sekali lagi terima kasih yang tak terhingga. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Malang, 21 Desember 2014

Penulis

P a g e 2 | 12

DAFTAR ISI
BAGIAN PELENGKAP PENDAHULUAN
A.

Kata Pengantar.......................................................................................................................2

B.

Daftar Isi.........................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3. Tujuan..................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Etiologi Balantidiasis...........................................................................................5
2.1.1 Gejala klinis................................................................................................5
2.1.2 Patogenesis.................................................................................................6
2.1.3 Diagnosa.....................................................................................................6
2.2. Etiologi balantidium colli....................................................................................7
2.2.1 Siklus hidup................................................................................................8
2.2.2 Makroskopis...............................................................................................9
2.3. Foodborne yang di sebabkan Balantidium coli....................................10
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

P a g e 3 | 12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Foodborne disease adalah suatu penyakit yang merupakan hasil dari pencernaan
dan penyerapan makanan yang mengandung mikroba (mikroorganisme) oleh tubuh
manusia. Mikroorganisme tersebut dapat menimbulkan penyakit baik dari makanan asal
hewan yang terinfeksi ataupun dari tumbuhan yang terkontaminasi. Makanan yang
terkontaminasi selama proses atau pengolahan dapat berperan sebagai media penularan
juga.
Ada lebih dari 250 penyakit bawaan makanan yang dikenal. Mayoritas adalah
menular dan disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit. Penyakit bawaan makanan
lainnya pada dasarnya keracunan yang disebabkan oleh racun, bahan kimia
mengkontaminasi makanan. Semua mikroba bawaan makanan dan racun masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pencernaan dan sering menyebabkan gejala pertama di sana. Mual,
muntah, perut kram dan diare sering pada penyakit bawaan makanan.
Balantidiosis adalah suatu penyakit infeksius yang terjadi di seluruh dunia dan
disebabkan oleh protozoa, Balantidium coli. Organisme bersel tunggal ini secara khas
ditandai oleh ukurannya yang besar berkisar dari 50500 mikron termasuk cilia pada
permukaan selnya. Parasit ini dapat ditemukan pada lumen sekum, kolon babi, manusia,
dan primata sebagai organisme komensal namun dapat menjadi patogen kalau didahului
oleh adanya kerusakan pada jaringan akibat mikroorganisme lain. Diagnosis berdasarkan
atas gejala klinis sulit dilakukan karena babi sakit menunjukkan tanda subklinis dan dapat
terjadi komplikasi oleh penyakit lain atau parasit cacing (Oka.W,2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana etiologi penyakit balantidiasis ?
2. Bagaimana etiologi balantidium coli ?
3. Bagaimana foodborne yang di sebabkan Balantidium coli ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui etiologi penyakit balantidiasis.
2. Untuk mengetahui etiologi balantidium coli.
3. Untuk mengetahui foodborne yang di sebabkan balantidium coli.

P a g e 4 | 12

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etiologi Balantidiasis
Balantidiasis atau disebut juga Balantidiosis didefinisikan sebagai infeksi
saluran intestinal yang disebabkan oleh spesies Balantidium coli, yang merupakan
protozoa bercilia yang paling banyak menginfeksi manusia. B. coli adalah parasit
penginfeksi kolon, dan babi adalah reservoir utamanya (Gafar.F. 2009).
Balantidiasis ditemukan hampir di seluruh dunia yang beriklim tropis dan
subtropis, dengan perkiraan prevalensi sebesar 1%. Balantidiaasis lebih banyak terjangkit
pada peternak babi. Penyakit ini dilaporkan paling banyak berkembang di amerika latin,
asia tenggara, dan papua nugini. Infeksi pada manusia jarang terjadi namun wabah yang
bersifat water borne biasa terjadi pada daerah yang sanitasi lingkungannya sangat
buruk. Kontaminasi lingkungan dengan tinja dapat mengakibatkan peningkatan jumlah
kasus. Pada tahun 1971, balantidiasis pernah menjangkiti lebih dari 100 orang di Turki.
Wabah besar pernah terjadi di Equador pada tahun 1978 (Gafar.F. 2009).
Gejala Klinis
Kebanyakan kasus yang terjadi tidak menimbulkan gejala, akan tetapi
beberapa kondisi klinis berikut ini dapat terjadi seperti:
1. Diare
2. Mual
3. Muntah
4. Nyeri pada bagian perut
5. Anoreksia
6. Kehilangan berat badan
7. Sakit kepala
8. Colitis
9. Demam
10. Kehilangan cairan tubuh
11. Pasien dengan balantidiasis dapat juga mengalami abdominal tenderness, demam,
diare yang terus menerus, hingga dehidrasi (Gafar.F. 2009).

Patogenesis

P a g e 5 | 12

B. coli hidup sebagai trophozoid dan cyst yang banyak ditemui pada usus besar
mulai dari pangkal usus hingga rectum. Trophozoites bereplikasi melalui binary fission
dan konjugasi. Biasanya protozoa ini masuk setelah manusia mencerna infective cyst,
yang kemudian masuk ke dalam saluran intestinal, caecum, dan terminal ileum.
Organisme ini lebih banyak hidup di lumen, tetapi bisa juga berpenetrasi melewati
mucosa sehingga menyebabkan ulkus (luka). B.coli menghasilkan enzim hyaluronidase
yang meningkatkan kemampuan menginvasi mukosa (Gafar.F. 2009).
Diagnosa
Cara penularan dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang
terinfeksi. Pada saat wabah, penularan terutama melalui air yang terkontaminasi.
Penularan sporadis terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui
air, dan makanan yang terkontaminasi. Masa inkubasi belum diketahui, mungkin hanya
beberapa hari (Gafar.F. 2009).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan trophozoite pada koleksi sampel
feces atau koleksi sampel jaringan selama endoscopy. Sejumlah kecil cyst dapat
ditemukan pada pemeriksaan. Koleksi sampel harus dilakukan berulang, agar deteksi
parasit lebih akurat (Gafar.F. 2009).
Beberapa cara yang digunakan untuk diagnosis balantidiasis:
1. Studi laboratorium. Dengan cara pulasan specimen feces basah.
2. Imaging studies
a. Chest Radiography: menunjukkan kerusakan parenkim paru pada pasien
balantidiasis
b. Computed Tomography (CT) scanning: menunjukkan kerusakan parenkim
paru, kerusakan nodus limfa, dan kerusakan organ lain.
3. Colonoscopy: dapat menunjukkan adanya biopsy ulcers
4. Bronchoalveolar

Lavage

(BAL):

dapat

mengidentifikasikan

sejumlah

mikroorganisme pada secret bronchial.


5. Sigmoidoscopy: berupa pengambilan langsung jaringan intestinal (Gafar.F. 2009).

2.2 Etiologi balantidium colli


P a g e 6 | 12

B. coli adalah parasit protozoa berbentuk pipih oval ditutupi dengan silia yang
dimiliki oleh keluarga Balantidium spp. Parasit ini umumnya menginfeksi manusia, nonhuman primates (NHPs), ternak, unta, kuda, tikus, hamster, babi dan anjing, dan memiliki
distribusi di seluruh dunia. NHPs adalah salah satu perhatian utama dalam kesehatan
publik di seluruh dunia, dan memainkan peran besar dalam transmisi penyakit dan
patogen untuk populasi manusia dan hewan. Balantidium coli telah sering dilaporkan
sebagai salah satu penyebab paling penting dari infeksi gastrointestinal di NHPs seluruh
dunia. Babi bertindak sebagai pembawa parasit ini, di mana mereka telah dianggap
sebagai reservoir penting bagi penularan penyakit. Dengan demikian, orang-orang dalam
kontak dengan babi lebih mungkin terinfeksi. B. coli biasanya non patogen, namun
karena faktor-faktor yang dapat menurunkan resistensi dari tuan rumah; dapat
menyebabkan penyakit serius di seluruh tubuh (Al-Tayib, 2013).
Balantidium coli adalah satu-satunya Ciliata parasit manusia. B. coli
merupakan organisme berbunruk oval ditutupi dengan silia. Parasit ini jarang patogen
bagi manusia, meskipun telah dijelaskan puncak epidemi parasit ini terdapat di daerah
tropis. Infeksi fundamental mempengaruhi usus besar dan menyebabkan gambaran klinik
variabel, dari tanpa gejala sampai serius bentuk disentri (Yazar.S. 2004).
Balantidium coli (B.coli) adalah protozoa terbesar yang menginfeksi manusia,
B.coli merupakan organisme Ciliata yang sering dikaitkan dengan babi. Trofozoitnya
berwarna kehijauan-kuning berukuran hingga 120 150 mampu menyerang epitel usus,
menciptakan bisul dan menyebabkan diare berdarah mirip dengan disentri amuba. Ini
biasanya menginfeksi primata, tikus dan babi, dan memiliki distribusi di seluruh dunia.
Ini adalah satu-satunya parasit dari keluarga Balantidiidae bahwa, dalam kasus yang
jarang terjadi, adalah patogen bagi manusia. Balantidiasis adalah infeksi usus besar oleh
protozoa Ciliata, B. coli. Dalam banyak infeksi (mungkin 80 persen) B. coli hidup
sebagai komensal dalam lumen usus dan tidak menyebabkan gejala. Berbagai gejala
gastrointestinal, termasuk kram, nyeri perut, mual dan napas busuk, juga terjadi.
Encystment biasanya terjadi dalam lumen usus atau tinja (manusia atau babi), dan kista
bulat besar menularkan infeksi melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Babi
bertindak sebagai operator dan tidak sering dipengaruhi oleh organisme ini (Yazar.S.
2004).
Untungnya, balantidiasis jarang di daerah beriklim sedang. Hal ini ditemukan
dalam hubungan dengan babi di seluruh iklim tropis, terutama Filipina. Bukti
menunjukkan bahwa beberapa manusia yang terinfeksi dapat menjadi pembawa kista
P a g e 7 | 12

tanpa gejala, sedangkan yang lain membersihkan infeksi secara spontan. Seperti
amebiasis, kondisi ini mungkin menjalankan gamut antara kolitis ringan dan berat,
disentri fatal. Pengobatan dewasa dan anak-anak yang lebih tua biasanya dilakukan
dengan tetrasiklin, 500 mg empat kali sehari selama 20 hari dan metronidazol, 750 mg
tiga kali sehari selama lima hari (Yazar.S. 2004).
Siklus Hidup

1. Kista adalah tahap parasit bertanggung jawab untuk transmisi balantidiasis.


2. Tuan rumah yang paling sering memperoleh kista melalui penelanan makanan atau air
yang terkontaminasi . Setelah proses menelan, excystation terjadi di usus halus, dan
menjajah trophozoites usus besar.
3. Trophozoites berada dalam lumen usus besar manusia dan hewan, di mana mereka
replikasi oleh fisi biner, selama konjugasi dapat terjadi .
4. Trophozoites mengalami infeksi encystation untuk menghasilkan kista.
5. Beberapa trophozoites menginvasi dinding usus besar dan berkembang biak.
6. Beberapa kembali ke lumen dan hancur. Mature kista yang lulus dengan kotoran.
P a g e 8 | 12

Oka.W,2011 berpendapat siklus hidup Balantidium dimulai dari tertelannya


pakan yang tercemar oleh trophozoit. Pada stadium ini trophozoit bentuknya oval dan
besar serta dikelilingi cilia pendek yang memungkinkan begerak di dalam usus besar.
Stadium motil ini panjangnya 50 100 mikron dan lebarnya 40 70 mikron. Memiliki
dua inti, inti yang besar berbentuk seperti kacang disebut makronukleus dan yang lebih
kecil disebut mikronukleus. Stadium kedua berbentuk kista, bentuk ini bertanggung
jawab menyebarkan parasit ke inang baru. Ukuran diameter kista 50-70 mikron.
Trophozoit dan kista keluar dari usus bersama feses namun hanya kista yang tahan
terhadap kondisi lingkungan yang dapat bertahan hidup di luar tubuh untuk selanjutnya
mencemari air dan bahan makanan. Kalau kista termakan kemudian menyilih (excysts) di
dalam usus, bentukan motil ini mulai memakan nutrisi yang terdapat di dalam sel, bahan
karbohidrat dan bahan organik lainnya
Mikroskopis
Kedua Balantidium coli ini trofozoit dan kista yang ditemukan dalam tinja.
Trofozoit ditandai dengan: ukuran besar (40 m sampai 200 m), kehadiran silia pada
permukaan sel, cytostome, dan kacang berbentuk macronucleus yang sering terlihat dan
lebih kecil, mikronukleus kurang mencolok. Kista terlihat lebih jarang dan berbagai
ukuran dari 50 m sampai 70 m. B. coli juga dapat menyerang jaringan (Gafar.F. 2009).

P a g e 9 | 12

B. coli trofozoit dalam Man


hematoxylin apus, 500 x pembesaran.
Perhatikan cytosome (panah hitam)
dan kacang berbentuk macronucleus.

2.3

B. coli trofozoit dalam sediaan basah,


1000 x pembesaran. Perhatikan silia
terlihat pada permukaan sel. Gambar
disumbangkan oleh Laboratorium
Kesehatan Masyarakat Oregon.

Foodborne yang di sebabkan Balantidium coli

Penularan penyakit ini terutama melalui air yang terkontaminasi. Penularan


sporadic terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui air, dan
makanan yang terkontaminasi.
Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut melalui makanan yang
terkontaminasi, misal pada orang yang memelihara babi dan yang membersihkan kandang
babi, bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung bentuk kista dan
kista ini tertelan, maka terjadilah infeksi.

2.4

P a g e 10 | 12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Foodborne disease adalah suatu penyakit yang merupakan hasil dari
pencernaan dan penyerapan makanan yang mengandung mikroba (mikroorganisme) oleh
tubuh manusia. Balantidiasis atau disebut juga Balantidiosis didefinisikan sebagai infeksi
saluran intestinal yang disebabkan oleh spesies Balantidium coli, yang merupakan
protozoa bercilia yang paling banyak menginfeksi manusia. B. coli adalah parasit
penginfeksi kolon, dan babi adalah reservoir utamanya. Balantidium coli (B.coli) adalah
protozoa terbesar yang menginfeksi manusia, B.coli merupakan organisme Ciliata yang
sering dikaitkan dengan babi. Trofozoitnya berwarna kehijauan-kuning berukuran hingga
120 150 mampu menyerang epitel usus, menciptakan bisul dan menyebabkan diare
berdarah mirip dengan disentri amuba. Ini biasanya menginfeksi primata, tikus dan babi,
dan memiliki distribusi di seluruh dunia.

P a g e 11 | 12

DAFTAR PUSTAKA
Al-Tayib, 2013. Balantidium Coli Infection In Hamadryas Baboon (Papio Hamadryas) In
Saudi Arabia: A Case Report. The Journal Of Animal & Plant Sciences, 23(3):
2013, Page: 940-943 ISSN: 1018-7081
Gafar.F. 2009. Balantidiasis a pharmacotherapy approach of parasitic infection. Faculty of
pharmacy andalas univercity. Padang.
Oka. W, dkk. 2011. Kejadian Balantidiosis pada Babi Landrace (A CASE STUDY OF
BALANTIDIOSIS IN LANDRACE SWINE ). Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Udayana.
Yazar.S. 2004. Dysentery Caused Bybalantidiumcoli Ina Patientwithnon-Hodgkins
Lymphoma From Turkey. World Journal of Gastroenterology WJG Press ISSN
1007-9327

P a g e 12 | 12

Anda mungkin juga menyukai