Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU PENYAKIT INFEKSIUS

“Aspergilosis”

Disusn Oleh:

Nama : Arif Gumilar

Nim : 1402101010091

Kelas : 4 ruang 6

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2017
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia. Jamur tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di
udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa
menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh jamur berasal dari makanan yang kita makan sehari-hari, atau
juga dari konsumsi jamur beracun.
Aspergillus adalah salah satu dari sekian banyak jamur (fungi) yang
banyak dimanfaatkan untuk penelitian di bidang bioteknologi, industry, dan
pendidikan. Penyakit Aspergillosis disebut juga Brooder Pneumonia , mycotic
pneumonia, atau pneumomycosis. Di samping keuntungan yang dimiliki,
Aspergillosis juga merupakan penyakit sistem pernapasan yang disebabkan oleh
infeksi jamur dari genus Aspergillus. Aspergillus membutuhkan suhu yang
hangat, kelembaban, dan material organik untuk berkembang biak. Jamur akan
tumbuh dan menghasilkan banyak spora.
Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-Cilag, sebagai negara
tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-
penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat. Oleh karena itu, kita
harus mengenal apa dan bagaimana gejala, dampak, dan cara pengobatan dari
penyakit ini.

1.2. Identifikasi Masalah


 apa taksonomi jamur penyebab aspergillosis?
 bagaimana morfologi jamur penyebab aspergillosis?
 bagaimana pathogenesis penyakit aspergillosis?
 darimana sumber penularan dan cara transmisi penyakit aspergillosis?
 seperti apakah gejala klinis aspergillosis?
 bagaimana diagnosis dan pengobatan penyakit aspergillosis?
 bagaimana reaksi system imun terahadap penyakit aspergillosis?
1.3. Maksud dan Tujuan
 mengetahui taksonomi jamur penyebab aspergillosis.
 mengetahui morfologi bakteri penyebab aspergillosis.
 mengetahui pathogenesis penyakit aspergillosis.
 mengetahui sumber penularan dan cara transmisi penyakit aspergillosis.
 mengetahui gejala klinis aspergillosis.
 mengetahui diagnosis dan pengobatan penyakit aspergillosis.
 mengetahui reaksi system imun terahadap penyakit aspergillosis.
PEMBAHASAN
A. Definisi Aspergillosis
Aspergillosis adalah sebuah spectrum dari penyakit manusia dan binatang
yangdisebabkan oleh anggota dari genus Aspergillus. Ini termasuk (1)
mikotoksikosis karena menelan makanan yang terkontaminasi; (2) alergi dan
sekuele terhadap keberadaan konidia atau pertumbuhan sementara dari organisme
pada lubang-lubang tubuh; (3)kolonisasi tanpa perluasan pada akvitas yang belum
terbentuk dan jaringan yang rusak;(invasive), peradangan, granulomatosa,
penyakit “narcotizing” pada paru, dan organ-organ lain; dan jarang sekali (5)
sistemik dan penyakit diseminata yang mematikan. Jenis penyakit dan beratnya
bergantung pada status fisiologi dari hospes dan spesies Aspergillus yang terlibat.
Agen penyebab bersifat kosmopolitan dan diantaranya Aspergillus fumigatus, A.
flavus, A. niger, A. nidulans dan A. terreus.
Aspergillosis merupakan infeksi opurtunistik, paling sering terjadi pada
paru-paru, dan disebabkan oleh spesies Aspergillus yaitu A. Fumigatus, jamur
yang terutama ditemukan pada pupuk kandang dan humus. Spora spesies ini dapat
diisap masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan infeksi kronik atau
aspergillosis diseminata, jika terjadi infeksi paru invasif oleh Aspergillus.
Bronkopulmonari aspergillus alergik dapt terjadi pada orang yang alergi terhadap
Aspergillus. Pasien yang mengalami bronkopulmonari aspergillosis alergik
mengalami asma dan diobati dengan prednisolon untuk mengobati bunyi nafas
mengi, dan antijamur (mis, itrakonazol dan amfoterizin) untuk mengobati infeksi.
( Holland, 2009)
Bentuk yang paling umum adalah alergi bronchopulmonary aspergillosis,
pulmonary aspergilloma dan invasif aspergillosis. Kebanyakan manusia
menghirup spora Aspergillus setiap hari, namun aspergillosis umumnya hanya
berkembang pada individu yang immunocompromised (imun rendah),
kebanyakan jenis jamur Aspergillus yang paling umum menyerang adalah
Aspergillus fumigatus.
B. Sejarah Aspergillus
Infeksi aspergillus pada manusia pertama kali ditemukan pada pertengahan
tahun 1800. Pada tahun 1729, Micheli di Florence menemukan genus aspergillus
untuk pertama kali. Pada tahun yang sama dalam Nova Geneva Plantarum, ia
menggambarkan bentuk kepala cinidia aspergillus yaitu kepala spora menyebar
dari bagian tengah menyerupai aspergillum yang digunakan untuk memercikkan
air suci. (Bennet. 1992)
Pada tahun 1842, Rayer dan Montagne mengidentifikasi Aspergillus
candidus dari pundi-pundi udara burung dan sejak itu diketahui Aspergillus dapat
menyebabkan penyakit pada spesies avian. (Bennet. 1992)
Pada tahun 1859, Cramer melaporkan Aspergillus niger pada kasus infeksi
telinga dan pada tahun 1863, Fresenius mengidentifikasi Aspergillus fumigatus
yang diisolasi dari bronchus. (Bennet. 1992)
Pada tahun 1938, Dave melaporkan kasus fungus ball (pulmonary
aspergilloma) yang disebabkan Aspergillus . pada tahun 1952, Hinson dan kawan-
kawan melaporkan reaksi alergik terhadap Aspergillus yang menimbulkan allergic
bronchopulmonary aspergillosis. (Bennet. 1992)
Pada tahun 1926, Tom dan Church menemukan 69 spesies Aspergillus
selanjutnya pada tahun 1945, Thom dan Raper menemukan 80 spesies Aspergillus
dan pada tahun 1965 Raper dan Fennel menemukan sebanyak 151 spesies
Aspergillus. (Bennet. 1992)

C. Taksonomi Aspergillosis
Superkingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumigatus

D. Epidemiologi Aspergillosis
Aspergillosis sangat jarang. Karena aspergillosis bukanlah infeksi
dilaporkan, kejadian tepat sulit untuk menentukan, namun data berbasis populasi
dari San Francisco menunjukkan tingkat 1 sampai 2 kasus per 100.000 orang per
tahun.
Kasus pertama ABPA didiagnosis di Inggris pada tahun 1952 dan kasus
pertama di Amerika Serikat ditemukan pada tahun 1968. Di Medan (Indonesia)
kasus tersangka ABPA pernah pula dilaporkan pada tahun 1987.
Aspergillosis dapat mengenai semua ras dan ke dua jenis kelamin dengan
perbandingan yang sama dan dapat mengenai semua jenis usia.
Insiden invasif aspergillosis pada pasien immunokompromais yang
beresiko tinggi yaitu:
 Pasien neutropenia (disebabkan hematologic malignancy ataupun
mendapat kemoterapi) :7%
 Pasien leukemia akut :5% - 20%
 Penerima transplantasi sumsum tulang belakang: 10% - 20%
 Penerima transplantasi organ (ginjal, hati, jantung) : 5% - 15%
 5 Pasien AIDS : 1% - 9%
Dari laporan diketahui bahwa lingkungan rumah sakit sering
terkontaminasi dengan spora Aspergillus, kontaminasi ini dapat dijumpai pada:
 Kontruksi rumah sakit, dimana dijumpai peningkatan jumlah spora
aspergillus pada sistem ventilasi.
 Daerah sekitar kateter intravena (menjadi jalan masuknya Aspergillus).
 Penggunaan plester.
o 4 Penggunaan amboard.
 Penutupan kulit secara oklusif.
E. Etiologi Aspergillus
Aspergillus adalah umum di lingkungan, sehingga kebanyakan orang
menghirup spora jamur setiap hari. Hal ini mungkin mustahil untuk sepenuhnya
menghindari menghirup spora Aspergillus beberapa. Bagi orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang sehat, hal ini tidak menyebabkan kerusakan, dan
sistem kekebalan tubuh mampu menyingkirkan spora. Tapi untuk orang dengan
sistem kekebalan yang lemah, menghirup spora Aspergillus dapat menyebabkan
infeksi. Penelitian telah menunjukkan bahwa aspergillosis invasif dapat terjadi
selama renovasi bangunan atau konstruksi. Wabah infeksi kulit Aspergillus telah
dilacak ke perangkat biomedis terkontaminasi. Aspergillosis tidak dapat menyebar
dari orang ke orang atau antara manusia dan hewan.

Beberapa spesies Aspergillus menyebabkan penyakit serius pada manusia.


yang paling umum adalah spesies patogenik menyebabkan Aspergillus fumigatus
dan Aspergillus flavus. Aspergillus flavus menghasilkan aflatoxin yang bersifat
racun dan karsinogen, dan yang dapat berpotensi mengkontaminasi makanan.
Yang paling sering menyebabkan alergi penyakit Aspergillus fumigatus dan
Aspergillus flavus.

Aspergillus fumigates bersifat parasit yang menyebabkan penyakit pada


saluran pernapasan unggas, Aspergillus flavus penghasil aflatoksin yang diduga
sebagai penyebab penyakit kanker hati. Kapang ini benyak terdapat pada kacang
tanah dan makanan yang terbuat darinya, Aspergillus niger menghasilkan asam
sitrat, Aspergillus oryzae untuk merombak zat pati dalam pembuatan minuman
berakohol, Aspergillus nidulan parasit pada telinga menyebabkan outomikosis,
Aspergillus soyae untuk pembuatan kecap.
Spesies Aspergillusmerupakan moulds saprophyte yang sering dijumpai di
tanah, air dan tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Lebih dari 200 spesies
Aspergillus telah di identifikasi dan Aspergillus fumigatus merupakan penyebab
infeksi pada manusia yang terbanyak dimana >90% menyebabkan invasif dan
non-infasif aspergillosis. Aspergillus flavus menyebabkan invasif aspergillosis
sebanyak 10% sedangkan aspergillus niger dan Aspergillus terreus sebanyak 2%.
(Dumasari. 2008)

 Aspergillus fumigatus
Aspergillus fumigatus adalah jamur yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang mudah diisolasi dari lingkungan udara. Jamur ini dapat
ditemukan di mana-mana pada tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk.
Aspergillus fumigatus merupakan patogen manusia terpenting dan
penyakit yang terjadi pada orang dengan penurunan sistem imun
(imunosupresi) serta pasien dengan penyakit paru dasar. Terdapat tiga
jenis patologi pada penyakit paru: alergi, kolonisasi dan invasi. (davey.
2006)
Aspergillus fumigatus memiliki tangkai-tangkai panjang
(konidiofor), konidiofora berseptat atau nonseptat yang muncul dari sel
kaki, pada ujung konidiofor muncul sebuah gelembung, keluar dari
gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium–
konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara yang
mendukung kepalanya yang besar (vesikel). Di kepala ini terdapat spora
yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. Aspergillus
fumigatus ini mampu tumbuh pada suhu 37°C.

 Aspergillus Flavus
Aspergillus flavus adalah jamur yang biasa di jumpai pada
makanan, dimana Aspergillus flavus menghasilkan aflatoksik yang
berbahsa bagi tubuh yang dapat menyebabkan kanker hati.
Aflatoksin adalah kumpulan dari senyawa-senyawa yang
mempunyai kemiripan satu sama lain dengan sedikit perbedaan pada
komposisi kimiawinya dan diproduksi oleh Aspergillus flavus dan A.
parasiticus. Dikenal ada empat jenis aflatoksin yaitu B1, B2, G1 dan G2
Faktor predisposisinya termasuk neutropenia yang berkepanjangan,
terutama pada pasien leukemia atau pada penerima transplantasisumsum
tulang, terapi kortikosteroid, kemoterapi sitotoksik dan pasien dengan
AIDSatau penyakit granulomatosa kronis. Gejala klinis dapat menyerupai
pneumonia bakteri akut dan termasuk demam, batuk, nyeri pleura, dengan
infark hemoragik atau bronkopneumonia yang tidak terlalu tampak. Pasien
yang khas biasanya mengalamigranulositopenia dan menerima antibiotika
spektrum luas untuk demam yang tidak dapat dijelaskan. Gambaran
radiologi tidak spesifik dan tes untuk presipitasi serumantibodi biasanya
juga negatif. Pengenalan klinis merupakan hal yang esensial karenaini
adalah bentuk yang paling lazim dari aspergillosis pada pasien yang
mengalami penurunan daya tahan tubuh.

F. Patogenesis Aspergillus
ABPA diawali oleh salah satu sebab, yaitu terperangkapnya miselia
Aspergillus spp dalam plug 4atho penderita asma atau kolonisasi Aspergillus spp
pada saluran pemafasan (bronchial tree) penderita asma. Material 4athogene dari
Aspergillus spp tersebut merangsang produksi 4athogen IgE, IgG, IgA dan
mensensitisasi limfosit. Asma patogen pada sebagian ABPA melibatkan
degranulasi sel mast dan melepaskan IgE yang mengakibatkan peningkatan
resistensi jalan udara. Terjadinya bronkiektasis yang dikaitkan dengan kelainan ini
diduga akibat pembentukan ‘kompleks-imun di dalam jalan udara proksimal.
Reaksi tanggap-kebal (immune-response) ini dapat dilihat pada individu-individu
yang terpapar antigen. Berdasarkan studi imunofluorensi terhadap pathog kulit
dari penderita tersebut diatas ternyata menunjukkan deposisi IgG, IgM, IgA dan
komplemen. Pada beberapa penderita telah dibuktikan pula bahwa penyakit
saluran pernafasan tersebut disebabkan oleh hipersensitivitas lambat (delayed
hypersensitivity). Jadi pathogenesis ABPA ini tergantung pada reaksi imunologik
tipe I dan III dan mungkin pula tipe IV.

G. Manifestasi Klinis Aspergillosis


Berbagai jenis aspergillosis dapat menyebabkan gejala yang berbeda.
Gejala lain bisa berkembang jika infeksi menyebar di luar paru-paru. Ketika
aspergillosis invasif menyebar di luar paru-paru, dapat menyebabkan gejala di
hampir setiap organ. Jika Anda memiliki gejala yang menurut Anda terkait
dengan aspergillosis, hubungi dokter Anda.
Sebagian pasien asma alergi terhadap Aspergillus spp. Serangan asma
timbul bila spora jamur terhirup. Hasil test kulit positif, namun reaksi positif ini
tidak berhubungan dengan makin buruknya penyakit, kecuali bila disertai oleh
aspergilosis bronkopumonarl alergika (allergic bronchopulmonary aspergillosis
[ABPA]). (davey. 2006)
Manifestasi klinis dan keparahan dari aspergillosis mencerminkan status
imunologi pasien. Perlindungan terbaik adalah sistem kekebalan tubuh yang kuat.
Penyebaran Aspergillus dalam tubuh menunjukkan istirahat, atau kekurangan
dalam, pertahanan tuan rumah. Agen imunosupresif dan perkembangan medis
lainnya telah menciptakan ceruk ekologi baru untuk aspergilli tumbuh pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu, di mana mereka dapat menyebabkan
infeksi serius dan sering fatal. Aspergilosis invasif, dengan tingkat kematian yang
tinggi petugas, telah menjadi semakin umum sebagai jumlah host rentan
meningkat. Penerima sumsum tulang merupakan populasi rentan. Sayangnya,
resistensi obat terhadap obat antijamur dikenal menjadi lebih umum. Sebagai
penyakit telah menjadi lebih umum, ada kebutuhan besar untuk memperluas
jumlah obat anti jamur yang aman dan lebih dapat diandalkan.
Diagnosis awal infeksi Aspergillus invasif masih sulit. Hal ini biasanya
didasarkan pada isolasi dan identifikasi berikutnya spesies dari spesimen klinis
yang sesuai dan / atau deteksi karakteristik septate hifa di bagian jaringan biopsi
berikut. Sayangnya, aspergillosis disebarluaskan sering tidak terdiagnosa sampai
nekropsi. Masalah lain yang berkembang adalah meningkatnya jumlah spesies
menyebabkan aspergillosis invasif pada pasien transplantasi organ. Banyak
aspergilli ini 'non-fumigatus' yang resisten terhadap obat yang biasa biasanya
digunakan untuk mengobati aspergillosis. A. flavus, spesies kedua yang paling
umum terlibat dalam aspergillosis invasif, adalah penyebab paling umum infeksi
superfisial.
 Aspergilosis Bronkopumonarl Alergika

Komplikasi asma yang jarang terjadi ini ditemukan pada 10% kasus
asma yang sulit mendasari sekitar 50% eosinophilia paru di Inggris. Inhalasi
spora aspergillus menyebabkan reaksi imun hipersensitivitas dengan mediator
IgG dan IgE, yang pada gilirannya menyebabkan infiltrasi eosinofilik padat
pada jaringan paru, penyumbtana mukus dan kolaps distal. Respons
peradangan kronis pada dinding saluran pernafasan menyebabkan destruksi
jaringan dan bronkiektasis. Masih belum jelas mengapa hanya sebagian pasien
asma yang disertai ABPA, namun diduga ada predisposisi nfiltr (davey. 2006)

a. Gambaran klinis
Penderita biasanya adalah orang dengan riwayat asma. Gejalanya berupa
perburukan asma disertai sputum infiltra, demam dan sesak nafas.
Tampak nfiltrate transien pada foto toraks. Pada penyakit bronkiektasis
kronis, terjadi produksi sputum purulent yang banyak disertai hemoptisis.
b. Pemeriksaan penunjang
ABPA harus dipertimbangkan pada penderita asma dengan hasil foto
abnormal serta jumlah eosinophil yang tinggi.
· Tes kulit: hasil tes kulit terhadap Aspergillus spp. Harus positif
(atau kenaikan IgE spesifik dalam serum) untuk menegakkan
diagnosis.
· Tes darah: jumlah eosinofil meningkat, terutama pada episode
akut. IgE serum sangat meningkat. Antibody pemicu (IgE)
dijumpai padda 70%.
· Pemeriksaan sputum: hifa jamur bisa dijumpai dalam sputum.
· Foto toraks : nfiltrate perihilar transien (berganti-ganti) dijumpai
selama serangan akut. Bisa terjadi kolaps lobus atau segmental
akibat sumbatan bronkus. Pada penyakit kronis bisa terjadi
kontraksi lobus atas, fibrosis dan bronkiektasis.
 Aspergiloma

Merupakan misetoma atau bola jamur yang merupakan sekumpulan jamur.

a. Etiologi dan pathogenesis


Organisme penyebabnya adalah A. fumigatus di Inggris dan A. niger di
AS. Spora tumbuh dalam kavitas yang telah ada dalam paru, seringkali
(24%) akibat TB, oleh karena itu lebih banyak dijumpai di daerah apeks
paru. Dua puluh persen kasus memiliki banyak kavitas. Spora berkembang
biak dan tumbuh jamur berbentuk bola yang mengisi kavitas. Terjadi
reaksi imunologis terhadap proses ini. Pada umumnya terdapat antibody
pemicu (IgG) dan pada 50% kasus disertai hasil tes kulit positif terhadap
Aspergillus spp. (davey. 2006)

b. Gambaran klinis
Biasanya asimtomatik dan ditemukan secara kebetulan saat melakukan
pemeriksaan foto toraks. Gejala tersering yang timbul adalah hemoptisis,
ditemukan pada 75 %, kadang-kadang masif, membutuhkan embolisasi
atau pembedahan. Walaupun jarang, kadang-kadang disertai gejala
sistemik berupa penurunan berat badan, demam dan malaise. Gejala
penyakit paru yang mendasari juga seringkali ditemukan. (davey. 2006)

c. Pemeriksaan penunjang
Kombinasi gambaran radiologis (opasitas padat dengan halo atau bentuk
sabit di sekelilingnya) dan adanya antibody pemicu bisa menegakkan
diagnosis. Pada pasien dengan penyakit paru yang berat, dilakukan reseksi
bedah untuk mengambil misetoma atau seluruh lobus. Sepuluh persen
kasus tidak perlu diobati dan bisa sembuh sendiri. Kadang-kadang terjadi
kematian akibat hemoptisis masif. Penyakit invasif memiliki tingkat
kesembuhan lebih buruk. (davey. 2006)
 Aspergillosis invasif
a. Sinusitis Aspergillus
Sinusitis yang tidak responsive terhadap terapi pada pasien polip nasi
seringkali ditemukan disebabkan oleh Aspergillus spp., dan bisa disertai
ABPA. Histologi dan imunologinya sangat mirip dengan ABPA. (davey.
2006).

b. Aspergillus Kronis yang Manidurkan


Adalah sebuah bentuk infeksi yang kurangnyeri dan lambat untuk berubah,
bentuk ”semi-invasif” yang terlihat pada pasienyang mengalami
penurunan daya tahan tubuh yang ringan, khususnya bagi merekayang
memiliki riwayat penyakit paru. Diabetes mellitus, sarkoidosis dan
terapidengan glukokortikoid dosis rendah dapat menjadi faktor
predisposisi lain. Gejalayang lazim termasuk demam, batuk dan produksi
sputum; presipitasi serum antibodi positif juga dapat dideteksi.

 Aspergillus Diseminata
Penyebaran hematogenik ke organ dalam lain dapat terjadi, terutama pada
pasien dengan penurunan daya tahan tubuh yang berat atau ketagihan obat
intravena. Absesdapat terjadi di otak (aspergillosis otak), ginjal
(aspergillosis ginjal), jantung(endokarditis, miokarditis), tulang
(osteomielitis), saluran pencernaan. Lesi mata(keratitis mikotik,
endoftalmitis dan aspergilloma orbital) dapat juga terjadi, baik sebagai
hasil dari penyebaran atau setelah trauma setempat atau pembedahan.
 Aspergillus Kutaneus
Aspergillosis kutaneus adalah manifestasi yang jarang yang biasanya
merupakanhasil penyebaran dari infeksi paru primer pada pasien yang
mengalami penurunandaya tahan tubuh. Meskipun demikian, kasus
aspergillosis kutaneus primer jugaterjadi, biasanya sebagai hasil dari
trauma atau kolonisasi. Lesi bermanifestasisebagai papul yang eritematosa
atau makula dengan nekrosis sentral yang progresif.
H. Pengobatan
Prinsip pengobatan yang disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus
adalah dengan menghilangkan jamur dan sporanya yang terdapat dalam tubuh.
Penanganan bergantung pada jenis dan beratnya infeksi dan pada status imunologi
dari pasien. Aspergillosis alergi biasanya dikontrol dengan menggunakan
prednison karenaefektif untuk mengurangi gejala. Aspergilloma atau bola jamur
dari paru membutuhkanreseksi pembedahan, biasanya sebuah lobektomi untuk
memastikan eradikasi yanglengkap. Terapi dari bentuk infeksi yang lebih invasif
biasanya membutuhkan toleransiyang lebih baik dan dosis setinggi 3-5 mg/kg per
hari yang diberikan tanpa efek samping yang serius. Itraconazole [400 mg/hari]
sering digunakan sebagai terapi tambahan atauuntuk terapi pemeliharaan untuk
mencegah kekambuhan Richardson and Warnock 1993).
Kortikosteroid oral (prednisolon) merupakan terapi utama. Pemberian obat
ini memperbaiki kontrol asma dan menghambat pertumbuhan Aspergillus spp.
Steroid inhalasi tidak mempengaruhi Aspergillus spp., namun digunakan bersama
bronkodilator, sebagai bagian dari terapi menyeluruh pada asma. Diperlukan
fisioterapi dan kadang-kadang bronkospi untuk menghilangkan sumbatan mukus.
Obat anti jamur itralkonazol bisa menurunkan dosis steroid yang dibutuhkan.
ABPA biasa berlanjut menjadi bronkiektasis. (davey. 2006)
Penderita ABPA diobati sesuai proses penyakitnya, karena ABPA terjadi
akibat proses hipersensitivitas, maka respon alergi harus dikurangi. Meskipun
ABPA terjadi karena pemakaian kortikosteroid terus-menerus, namun
pengobatannya juga menggunakan kortikosteroid, namun dengan oral, bukan lagi
inhalasi. ABPA yang kronik memerlukan antijamur semisal itraconazole yang
dapat mempercepat hilangnya infiltrat. ABPA yang berbarengan dengan sinusitis
alergik fungal memerlukan tindakan operasi jika terdapat polip obstruktif.
Kadang-kadang dapat juga dibilas dengan amfoterisin untuk mempercepat
peyembuhan.
I. Pencegahan
Sulit untuk menghindari menghirup tingkat normal spora Aspergillus.
Bagi orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau penyakit paru-
paru parah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu
mengurangi eksposur, termasuk:
1. Pakailah masker ketika dekat atau di lingkungan berdebu seperti lokasi
konstruksi.
2. Hindari aktivitas yang melibatkan kontak dekat dengan tanah atau debu,
seperti pekerjaan halaman atau berkebun.
3. Gunakan langkah-langkah perbaikan kualitas udara seperti filter HEPA.
4. Minum obat antijamur profilaksis jika dianggap perlu oleh penyedia layanan
kesehatan Anda.
5. Bersihkan luka kulit dengan sabun dan air, terutama jika cedera telah terkena
tanah atau debu
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pencegahan Aspergillosis di Hatchery dengan Clinafarm.


http://www.novindo.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=
41:aspergillus-prevention-in-hatchery-with-
clinafarmr&catid=2:articles&Itemid=3

Kurniadi, Deby. 2012. Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur Aspergillosis.


http://creatinq.blogspot.com/2012/07/flie-download-di-sini-bab-i-
pendahuluan.html

Mawarni, Iga. 2012. Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur.


http://igamondo.blogspot.com/2012/12/penyakit-yang-disebabkan-oleh-
jamur.html

Rusdi, Rosdiana. 2013. Jamur Paru Aspergillosis.


http://rosdianarusdi.blogspot.com/2013/06/kandungan-buah-buah-yang-
terdapat-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai