“Aspergilosis”
Disusn Oleh:
Nim : 1402101010091
Kelas : 4 ruang 6
BANDA ACEH
2017
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia. Jamur tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di
udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa
menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh jamur berasal dari makanan yang kita makan sehari-hari, atau
juga dari konsumsi jamur beracun.
Aspergillus adalah salah satu dari sekian banyak jamur (fungi) yang
banyak dimanfaatkan untuk penelitian di bidang bioteknologi, industry, dan
pendidikan. Penyakit Aspergillosis disebut juga Brooder Pneumonia , mycotic
pneumonia, atau pneumomycosis. Di samping keuntungan yang dimiliki,
Aspergillosis juga merupakan penyakit sistem pernapasan yang disebabkan oleh
infeksi jamur dari genus Aspergillus. Aspergillus membutuhkan suhu yang
hangat, kelembaban, dan material organik untuk berkembang biak. Jamur akan
tumbuh dan menghasilkan banyak spora.
Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-Cilag, sebagai negara
tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-
penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat. Oleh karena itu, kita
harus mengenal apa dan bagaimana gejala, dampak, dan cara pengobatan dari
penyakit ini.
C. Taksonomi Aspergillosis
Superkingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumigatus
D. Epidemiologi Aspergillosis
Aspergillosis sangat jarang. Karena aspergillosis bukanlah infeksi
dilaporkan, kejadian tepat sulit untuk menentukan, namun data berbasis populasi
dari San Francisco menunjukkan tingkat 1 sampai 2 kasus per 100.000 orang per
tahun.
Kasus pertama ABPA didiagnosis di Inggris pada tahun 1952 dan kasus
pertama di Amerika Serikat ditemukan pada tahun 1968. Di Medan (Indonesia)
kasus tersangka ABPA pernah pula dilaporkan pada tahun 1987.
Aspergillosis dapat mengenai semua ras dan ke dua jenis kelamin dengan
perbandingan yang sama dan dapat mengenai semua jenis usia.
Insiden invasif aspergillosis pada pasien immunokompromais yang
beresiko tinggi yaitu:
Pasien neutropenia (disebabkan hematologic malignancy ataupun
mendapat kemoterapi) :7%
Pasien leukemia akut :5% - 20%
Penerima transplantasi sumsum tulang belakang: 10% - 20%
Penerima transplantasi organ (ginjal, hati, jantung) : 5% - 15%
5 Pasien AIDS : 1% - 9%
Dari laporan diketahui bahwa lingkungan rumah sakit sering
terkontaminasi dengan spora Aspergillus, kontaminasi ini dapat dijumpai pada:
Kontruksi rumah sakit, dimana dijumpai peningkatan jumlah spora
aspergillus pada sistem ventilasi.
Daerah sekitar kateter intravena (menjadi jalan masuknya Aspergillus).
Penggunaan plester.
o 4 Penggunaan amboard.
Penutupan kulit secara oklusif.
E. Etiologi Aspergillus
Aspergillus adalah umum di lingkungan, sehingga kebanyakan orang
menghirup spora jamur setiap hari. Hal ini mungkin mustahil untuk sepenuhnya
menghindari menghirup spora Aspergillus beberapa. Bagi orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang sehat, hal ini tidak menyebabkan kerusakan, dan
sistem kekebalan tubuh mampu menyingkirkan spora. Tapi untuk orang dengan
sistem kekebalan yang lemah, menghirup spora Aspergillus dapat menyebabkan
infeksi. Penelitian telah menunjukkan bahwa aspergillosis invasif dapat terjadi
selama renovasi bangunan atau konstruksi. Wabah infeksi kulit Aspergillus telah
dilacak ke perangkat biomedis terkontaminasi. Aspergillosis tidak dapat menyebar
dari orang ke orang atau antara manusia dan hewan.
Aspergillus fumigatus
Aspergillus fumigatus adalah jamur yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang mudah diisolasi dari lingkungan udara. Jamur ini dapat
ditemukan di mana-mana pada tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk.
Aspergillus fumigatus merupakan patogen manusia terpenting dan
penyakit yang terjadi pada orang dengan penurunan sistem imun
(imunosupresi) serta pasien dengan penyakit paru dasar. Terdapat tiga
jenis patologi pada penyakit paru: alergi, kolonisasi dan invasi. (davey.
2006)
Aspergillus fumigatus memiliki tangkai-tangkai panjang
(konidiofor), konidiofora berseptat atau nonseptat yang muncul dari sel
kaki, pada ujung konidiofor muncul sebuah gelembung, keluar dari
gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium–
konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara yang
mendukung kepalanya yang besar (vesikel). Di kepala ini terdapat spora
yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. Aspergillus
fumigatus ini mampu tumbuh pada suhu 37°C.
Aspergillus Flavus
Aspergillus flavus adalah jamur yang biasa di jumpai pada
makanan, dimana Aspergillus flavus menghasilkan aflatoksik yang
berbahsa bagi tubuh yang dapat menyebabkan kanker hati.
Aflatoksin adalah kumpulan dari senyawa-senyawa yang
mempunyai kemiripan satu sama lain dengan sedikit perbedaan pada
komposisi kimiawinya dan diproduksi oleh Aspergillus flavus dan A.
parasiticus. Dikenal ada empat jenis aflatoksin yaitu B1, B2, G1 dan G2
Faktor predisposisinya termasuk neutropenia yang berkepanjangan,
terutama pada pasien leukemia atau pada penerima transplantasisumsum
tulang, terapi kortikosteroid, kemoterapi sitotoksik dan pasien dengan
AIDSatau penyakit granulomatosa kronis. Gejala klinis dapat menyerupai
pneumonia bakteri akut dan termasuk demam, batuk, nyeri pleura, dengan
infark hemoragik atau bronkopneumonia yang tidak terlalu tampak. Pasien
yang khas biasanya mengalamigranulositopenia dan menerima antibiotika
spektrum luas untuk demam yang tidak dapat dijelaskan. Gambaran
radiologi tidak spesifik dan tes untuk presipitasi serumantibodi biasanya
juga negatif. Pengenalan klinis merupakan hal yang esensial karenaini
adalah bentuk yang paling lazim dari aspergillosis pada pasien yang
mengalami penurunan daya tahan tubuh.
F. Patogenesis Aspergillus
ABPA diawali oleh salah satu sebab, yaitu terperangkapnya miselia
Aspergillus spp dalam plug 4atho penderita asma atau kolonisasi Aspergillus spp
pada saluran pemafasan (bronchial tree) penderita asma. Material 4athogene dari
Aspergillus spp tersebut merangsang produksi 4athogen IgE, IgG, IgA dan
mensensitisasi limfosit. Asma patogen pada sebagian ABPA melibatkan
degranulasi sel mast dan melepaskan IgE yang mengakibatkan peningkatan
resistensi jalan udara. Terjadinya bronkiektasis yang dikaitkan dengan kelainan ini
diduga akibat pembentukan ‘kompleks-imun di dalam jalan udara proksimal.
Reaksi tanggap-kebal (immune-response) ini dapat dilihat pada individu-individu
yang terpapar antigen. Berdasarkan studi imunofluorensi terhadap pathog kulit
dari penderita tersebut diatas ternyata menunjukkan deposisi IgG, IgM, IgA dan
komplemen. Pada beberapa penderita telah dibuktikan pula bahwa penyakit
saluran pernafasan tersebut disebabkan oleh hipersensitivitas lambat (delayed
hypersensitivity). Jadi pathogenesis ABPA ini tergantung pada reaksi imunologik
tipe I dan III dan mungkin pula tipe IV.
Komplikasi asma yang jarang terjadi ini ditemukan pada 10% kasus
asma yang sulit mendasari sekitar 50% eosinophilia paru di Inggris. Inhalasi
spora aspergillus menyebabkan reaksi imun hipersensitivitas dengan mediator
IgG dan IgE, yang pada gilirannya menyebabkan infiltrasi eosinofilik padat
pada jaringan paru, penyumbtana mukus dan kolaps distal. Respons
peradangan kronis pada dinding saluran pernafasan menyebabkan destruksi
jaringan dan bronkiektasis. Masih belum jelas mengapa hanya sebagian pasien
asma yang disertai ABPA, namun diduga ada predisposisi nfiltr (davey. 2006)
a. Gambaran klinis
Penderita biasanya adalah orang dengan riwayat asma. Gejalanya berupa
perburukan asma disertai sputum infiltra, demam dan sesak nafas.
Tampak nfiltrate transien pada foto toraks. Pada penyakit bronkiektasis
kronis, terjadi produksi sputum purulent yang banyak disertai hemoptisis.
b. Pemeriksaan penunjang
ABPA harus dipertimbangkan pada penderita asma dengan hasil foto
abnormal serta jumlah eosinophil yang tinggi.
· Tes kulit: hasil tes kulit terhadap Aspergillus spp. Harus positif
(atau kenaikan IgE spesifik dalam serum) untuk menegakkan
diagnosis.
· Tes darah: jumlah eosinofil meningkat, terutama pada episode
akut. IgE serum sangat meningkat. Antibody pemicu (IgE)
dijumpai padda 70%.
· Pemeriksaan sputum: hifa jamur bisa dijumpai dalam sputum.
· Foto toraks : nfiltrate perihilar transien (berganti-ganti) dijumpai
selama serangan akut. Bisa terjadi kolaps lobus atau segmental
akibat sumbatan bronkus. Pada penyakit kronis bisa terjadi
kontraksi lobus atas, fibrosis dan bronkiektasis.
Aspergiloma
b. Gambaran klinis
Biasanya asimtomatik dan ditemukan secara kebetulan saat melakukan
pemeriksaan foto toraks. Gejala tersering yang timbul adalah hemoptisis,
ditemukan pada 75 %, kadang-kadang masif, membutuhkan embolisasi
atau pembedahan. Walaupun jarang, kadang-kadang disertai gejala
sistemik berupa penurunan berat badan, demam dan malaise. Gejala
penyakit paru yang mendasari juga seringkali ditemukan. (davey. 2006)
c. Pemeriksaan penunjang
Kombinasi gambaran radiologis (opasitas padat dengan halo atau bentuk
sabit di sekelilingnya) dan adanya antibody pemicu bisa menegakkan
diagnosis. Pada pasien dengan penyakit paru yang berat, dilakukan reseksi
bedah untuk mengambil misetoma atau seluruh lobus. Sepuluh persen
kasus tidak perlu diobati dan bisa sembuh sendiri. Kadang-kadang terjadi
kematian akibat hemoptisis masif. Penyakit invasif memiliki tingkat
kesembuhan lebih buruk. (davey. 2006)
Aspergillosis invasif
a. Sinusitis Aspergillus
Sinusitis yang tidak responsive terhadap terapi pada pasien polip nasi
seringkali ditemukan disebabkan oleh Aspergillus spp., dan bisa disertai
ABPA. Histologi dan imunologinya sangat mirip dengan ABPA. (davey.
2006).
Aspergillus Diseminata
Penyebaran hematogenik ke organ dalam lain dapat terjadi, terutama pada
pasien dengan penurunan daya tahan tubuh yang berat atau ketagihan obat
intravena. Absesdapat terjadi di otak (aspergillosis otak), ginjal
(aspergillosis ginjal), jantung(endokarditis, miokarditis), tulang
(osteomielitis), saluran pencernaan. Lesi mata(keratitis mikotik,
endoftalmitis dan aspergilloma orbital) dapat juga terjadi, baik sebagai
hasil dari penyebaran atau setelah trauma setempat atau pembedahan.
Aspergillus Kutaneus
Aspergillosis kutaneus adalah manifestasi yang jarang yang biasanya
merupakanhasil penyebaran dari infeksi paru primer pada pasien yang
mengalami penurunandaya tahan tubuh. Meskipun demikian, kasus
aspergillosis kutaneus primer jugaterjadi, biasanya sebagai hasil dari
trauma atau kolonisasi. Lesi bermanifestasisebagai papul yang eritematosa
atau makula dengan nekrosis sentral yang progresif.
H. Pengobatan
Prinsip pengobatan yang disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus
adalah dengan menghilangkan jamur dan sporanya yang terdapat dalam tubuh.
Penanganan bergantung pada jenis dan beratnya infeksi dan pada status imunologi
dari pasien. Aspergillosis alergi biasanya dikontrol dengan menggunakan
prednison karenaefektif untuk mengurangi gejala. Aspergilloma atau bola jamur
dari paru membutuhkanreseksi pembedahan, biasanya sebuah lobektomi untuk
memastikan eradikasi yanglengkap. Terapi dari bentuk infeksi yang lebih invasif
biasanya membutuhkan toleransiyang lebih baik dan dosis setinggi 3-5 mg/kg per
hari yang diberikan tanpa efek samping yang serius. Itraconazole [400 mg/hari]
sering digunakan sebagai terapi tambahan atauuntuk terapi pemeliharaan untuk
mencegah kekambuhan Richardson and Warnock 1993).
Kortikosteroid oral (prednisolon) merupakan terapi utama. Pemberian obat
ini memperbaiki kontrol asma dan menghambat pertumbuhan Aspergillus spp.
Steroid inhalasi tidak mempengaruhi Aspergillus spp., namun digunakan bersama
bronkodilator, sebagai bagian dari terapi menyeluruh pada asma. Diperlukan
fisioterapi dan kadang-kadang bronkospi untuk menghilangkan sumbatan mukus.
Obat anti jamur itralkonazol bisa menurunkan dosis steroid yang dibutuhkan.
ABPA biasa berlanjut menjadi bronkiektasis. (davey. 2006)
Penderita ABPA diobati sesuai proses penyakitnya, karena ABPA terjadi
akibat proses hipersensitivitas, maka respon alergi harus dikurangi. Meskipun
ABPA terjadi karena pemakaian kortikosteroid terus-menerus, namun
pengobatannya juga menggunakan kortikosteroid, namun dengan oral, bukan lagi
inhalasi. ABPA yang kronik memerlukan antijamur semisal itraconazole yang
dapat mempercepat hilangnya infiltrat. ABPA yang berbarengan dengan sinusitis
alergik fungal memerlukan tindakan operasi jika terdapat polip obstruktif.
Kadang-kadang dapat juga dibilas dengan amfoterisin untuk mempercepat
peyembuhan.
I. Pencegahan
Sulit untuk menghindari menghirup tingkat normal spora Aspergillus.
Bagi orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau penyakit paru-
paru parah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu
mengurangi eksposur, termasuk:
1. Pakailah masker ketika dekat atau di lingkungan berdebu seperti lokasi
konstruksi.
2. Hindari aktivitas yang melibatkan kontak dekat dengan tanah atau debu,
seperti pekerjaan halaman atau berkebun.
3. Gunakan langkah-langkah perbaikan kualitas udara seperti filter HEPA.
4. Minum obat antijamur profilaksis jika dianggap perlu oleh penyedia layanan
kesehatan Anda.
5. Bersihkan luka kulit dengan sabun dan air, terutama jika cedera telah terkena
tanah atau debu
DAFTAR PUSTAKA