Anda di halaman 1dari 40

PROTOZOLOGI

2.3.1 Definisi protozologi dan protozoa


Protozologi merupakan cabang biologi dan mikrobiologi yang mengkhususkan
diri dalam mempelajari kehidupan dan lasifikasi protozoa. Secara klasik dan sebagai
objektif pengkajian tentang hewan bersel satu yang hidup sebagai parasit pada
manusia.
Protozoa adalahh hewan bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk koloni.
Tiap protoozoa merupakan kesatuan lengkap yang dapat melakukan fungsi-fungsi
fisiologi oleh karena itu di sebut juga a single cell like unit.sebagian besarr protozoa
hidup bebas (free living), tetapi beberapp jennis hidup sebagai parasit.
Struktur sel protozoa terdiri atas sitoplasma dan inti. Sitoplasma terdiri atas
ektoplasma dan endolasma. Ektoplasma adalah bagiann terluar sitoplasma yang
merupakan hialin dan berfungsi protektif, lokomotif (pergerakan) dan fungsi untuk
mengenal lingkunganya (sensory. Daari ektoplasma parasit, terbentuk alat gerak dalam
bentuk flagel, silia atau pseudopodia. Vakuola kontraktil yang berfungsi untuk
membbuang sisa metabolisme.organ pencernaan makanan misalnya mulut,sitostom
dan sitofaring, terbentuk dari bagian ektoplasma. Selain itu dinding pembungkus
parasit (kista) untuk melindugi diri, juga terbentuk dari ektoplasma.
Endoplasma, bagian dalam sitoplasma yang bersifat granuler, dan mempunyai
fungsi dalam pencernaan makanan dan fungsi nutritif lainnya, serta fungsi reproduksi.
Inti protozoa yang terdapat didalam endoplasma merupakan struktur sangat
penting untuk mengatur fungsi hidup parasit dan mengatur reproduksi sel. Inti terdiri
dari beberapa struktur, yaitu selaput inti (nuklear membrane), butir kromatin
(chromatin granule), serabut linin dan kariosom atau plastin. Sebagian besar protozoa
hanya mempunyai satu inti, kecuali ciliata yang mempunyai dua inti, yaitu
mikronukleus dan makronukleus. Beberapa jenis protozoa mempunyai kinetoplas yang
berbentuk blefaroplas atau benda parabasal, yang merupakan inti pelenngkap.
Dalam siklus hidupnya protozoa umumnya mempunyai dua bentuk atau stadium,
yaitu tropozoit (bentuk aktif) dan kista (bentuk pasif). Pada bentuk kista, parasit
terbungkus di dalam dinding tebal sehingga parasit tidak dapat bergerak sendiri, tidak
dapat tumbuh, dan tidak dapat memperbanyak diri. Dalam bentuk kista, parasit
mampu bertahan terhadap pengaruh lingkungan hidupnya, misalnya suhu yang tinggi,
kekeringan, kelembapan tinggi, tahan terhadap bahan kimia, dan lain sebagainya.
Karena itu, kista adalah stadium infektif protozoa yang dapat di tularkan dari satu
penderita ke individu lainnya.
Untuk satu siklus hidup yang lengkap, protozoa ada yang membutuhkan hospes
perantara (intermediate host) dan ada yang tidak membutuhkannya. Siklus hidup
protozoa akan berlangsung secara aseksual diikuti oleh tahap seksual, jika protozoa
harus mengalami pergantian hospes, atau tahap aseksual diikuti tahap kista. Pada
umumnya reproduksi aseksual terjadi pada hospes yang berbeda dengan hospes tempat
berlangsungnya reproduksi aseksual. Protozoa yang tidak membutuhkan hospes
perantara untuk melengkapi siklus hidupnya misalnya adalah Rhizopoda, Flagellata,
dan Ciliata. Hospes perantara dibutuhkan oleh Trypanosoma, Leishmania, dan
Plasmodium unuk melegkapi siklus hidupnya.
Reproduksi protozoa dilakukan dengan cara seksual atau aseksual (membelah
diri). Pada reproduksi aseksual, protozoa mengadakan multipliksi dengan membelah
diri secara sederhana ( simple binary fission), yang dimulai dengan menggandakan
semua struktur organ-organnya. Selain itu reproduksi, reproduksi aseksual juga dapat
berlangsung secara multiple fission (schizogony), dimana dari satu individu protozoa
akan terbentuk lebih dari dua individu baru, misalnya pada plasmodium. Reproduksi
seksual protozoa dapat dilakukan dengan mengadakan multiplikasi secara konjugasi
atau secara syngami. Pada konjugasi, dua individu protozoa menyatukan diri untuk
sementara agar terjadi pertukaran material inti masing-masing protozoa. Sesudah itu
kedua individu protozoa memmisahkkan diri lagi dalam bentuk individu yang lebih
muda.
Pada syngami, dua sel gamet yang berbeda jenis kelaminnyaa, menyatukan diri
secara tetap, lalu diikuti fusi matterial inti masing-masing. Hasil fusi sel gamet disebut
zigot.
2.3.2 Klasifikasi protozoa
Berdasarkan tingkat pergerakanya rizhopoda dikelompokkan menjadi:
a. Rhizopoda, adalah protozoa yang bergerak secara pseudopodi
b. Mastigophora, adalah protozoa yang bergerak secara flagel
c. Ciliaata, melakukan pergerakan dengan cilia
d. Sporozoa, protozoa yang tidak memiiki alat gerak
Berdasarkan atas patogenitasnya, maka protozoa ada yang patogen
(menyebabkan penyakit pada manusia) dan kelompok non patogen yang tidak
menyebabkan penyakit pada manusia. Spesies protozoa yang patogen bagi manusia,
tempat hidup dan gejala klinis yang ditimulkannya dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel

Kelas Spesies Habitat Gejala klinis


Rhizopoda Entamoeba histolytica usus besar Disentri, hepatitis,
Entamoeba coli abses hati

Mastigophor giardia lamblia Usus halus Diare


Trichomonas Vagina Vaginitis
a
vaginalis Jantung, saraf Chagas disease
T. Gambiense Darah saraf pusat, Penyakit tidur
T. Rhodensiense Kala-azar, dermal
kelenjar limfe
Leishmania leishmanoid
donovani Kulit Oriental sore
L. Tropica Oro-nasal Espundia
L. Braziliensis
Sporozoa Plasmodium vivax Eritrosit Malaria tertiana
P. Falciparum Eritrosit Malaria tertiana
P. Malariae Eritrosit Malaria kuartana
Eritrosit Malaria ovale
P. Ovale
Usus Diare
Isopora hominis Hati Koksidiosis hati
Eimeria gubleri Kelenjar limfe Toksoplasmosis
Toxoplaasma
Otot Tidak jelas
gondii
Sarcocystis
Pneumonia
Lindemanni Paru
Pnemocystis
carinii
Ciliata Balantidium coli Usus besar disentri

2.3.2.1 Rhizopoda
Termasuk kelas rhizopoda adalah golongan protozoa yang pergerakkannya
menggunakan tonjolan-tonjolan ektoplasma (pseudopodi) sebagai alat gerak. Dalam
kelas protozoa ini yang penting dalam bidang kesehatan manusia adalah ordo
Amoebida, yaitu spesies-spesies entamoeba histolytica, entamoeba coli, entamoeba
gingivalis, endolimax nana, iodamoeba butschii, dan spesies dientamoeba fragilis.
Diferensiasi ordo amoebida dilakukan dengan memperhatikan struktur inti
masing-masing genus. Pada genus entamoeba , selaput inti dibatasi butir kromatin,
dengan kariosom yang padat terletak ditengah atau ditepi inti. Pada genus endolimax,
kariosomnya mempunyai bentuk yang tidak teratur, terdapat di tepi inti.genuss
iodamoeba mempunyai kariosom yang khas bentuknya, karena besar ukurannya
dikelilingi oleh butiran-butiran bulat. Genus dientamoeba memiliki dua inti dengan
kariosom yang terdiri dari enam butir kromatin.
a) entamoeba histolytica
Penyakit
Infeksi enttamoeba histolytica menyebabkan amubiasis pada usus dan berbagai
organ lainnya.
Distribusi geografis
Kejadian amubiasis dilaporkan dari berbagai daerah di seluruh dunia. Terutama
daerah tropis dan subtropis yang lingkungan kebersihannya buruk. Indonesia
merupakan daerah endemik amubiasis, terutama didaerah pedesaan (rural).
Habitat
Dalam bentuk tropozoit, entamoeba histolytica hidup didalam jaringan mukosa
dan submukosa usus besar penderita. Bentuk kista hanya ditemukan pada lumen
usus.
Parasit zoonosis ini umumnya menyerang manusia, namun juga dapat
menyebabkan penykit pada kera dan primata lainnya . hewan lain yang dapat
bertinda sebagai hospes definiitif, jadi bertndak sebaagai hospes reservior adalah
kucing, anjing, hamster dan marmut. Dalam keadaan tertentu, amubiasis usus dapat
menyebar ke orgn-organ lainnya (ekstraintestinal) misalnya ke hati.
Morfologi
Entamoeba histolytica adalah protozoa usus kelas rhizopoda yang mengadakan
pergerakan menggunakan pseudopodi atau kaki semu. Terdapat tiga bentuk parasit,
yaitu trofozoit, bentuk kista dan pra bentuk prakista.
Trofozoit adalah bentuk yang aktif bergerak dan bersifat invasif, dapat tumbuh
dan berkembang biak, aktif mencari makanan, dan mampu memasuki organ dan
jaringan. Karena selalu bergerak menggunakan pseudopodi, maka bentuk trofozoit
tidaklah tetap. Ukuran trofozoit sekitar 18-40 mikron. Sitoplasma bentuk ini terdiri
atas ektoplasma yang jernih, sedangkan endoplasmanya berbutir-butir(granule).
Didalam endoplaasma sering ditemukan sel darah merah, sel leukosit dan sisa
jaringan. Inti trofozoit berbentuk bulat, berukuran antara 4-6 mikron. Pada sediaan
tinja segar tanpa warna, inti sukar dilihat dibawah mikroskop. Kariosom tampak
berupa titik kecil terletak sentral dan dikelilingi halo yang jelas. Selaput inti tipis,
dibatasi butir-butir kromatin yang halus dan rata.
Bentuk kista entamoeba histolytica bulat,dengan dindig kista dari hialin, tidak
akktif bergerak. Terdapat dua ukuran kista, minutafrom yang kecil berukuran antara
6-9 mikron,dan magnafrom beruuran lebih besar antara 10-15 mikron. Kista
berukuran kurang dari 10 mikron, disebut entamoeba hartmani yang ditemukan
dalam tinja, tidak patogen untuk manusia. Pada stadium awal kista , terdapat 1-4
badan kromatoid (chromatoid body) didalam sitoplasma. Selain itu juga terdapat
masa glikogen yang pada pewarnaan dengan iodin akan berwarna coklat tua. Kista
yang sudah matang mempunyai empat inti (quadrinucleate cyst) tidak dijumpai
badan kromatoid maupun massa glikogen.
Bentuk prakista merupakan bentuk peralihan antara stadium kista dan stadium
trofozoit. Berbentuk agak lonjong atau bulat, berukuran antara 10-20 mikron,
mempunyai pseudopodi yang tumpul. Pada endoplassma dari sitoplasma prakista
tidak dijumpai eritrosit maupun sisa-sisa makanan. Inti dan struktur inti prakista
sesuai dengan inti dan struktur inti trofozoit
Gambaran mikroskopis
Pemeriksaan di bawah mikroskop menggunakan garam faali untuk pengencer
tinja menunjukan parasit dalam keadaan hidu. Trofozoit tampak bergerak aktif
dengan gerakan pseudopodi yang cepat. Didalam sitoplasma tampak eritrosit
berwarna hijau kekuningan, sedangkan inti sukar dilihat. Kista terlihat bulat dengan
dinding tipis dan halus, terlihat badan kromatoid berbentuk batang. Massa glikogen
sulit dilihat.
Pewarnaan tinja dengan lugol menunjukkan parasit berwarna kuning sampai
coklat muda, inti jelas dengan kariosom terletak di tengah. Sitoplasma halus, dan
kromatid tidak berwarna, dan massa glikogen berwarna coklat.
Pada pewarnaan iron-hematoxylin, inti dan badan kromatoid berwarna hitam,
sitoplasma kebiru-biruan atau kelabu, sedangkan masa gikogen tidak berwarna.
Siklus hidup
Siklus lengkap parasit ini dapat terjadi didalam tubuh manusia yang merupakan
hospes defenitif utama. Kista berinti empat merupakan bentuk inefektif yang dapat
ditularkan, dan tahan terhadap asam lambung. Penularan terjadi secara peroral,
dengan masuknya kista infektif bersama makanan atau minuman yang tercemar
tinja penderita atau tinja karier amubiasis.
Didalam usus, oleh pengaruh enzim tripsin dinding kista pecah. Di dalam sekum
atau ileum bagian bawah terjadi proses ekskistasi. Dari satu kista akan terbentuk
satu amuba berinti empat (tetranucleate amoeba), lalu tumbuh menjadi delapan
amubula (amoebulae = metacystic trophozoite). Amubula menuju kejaringan
submukosa usus besar, lalu tumbuh dan berkembang menjadi trofozoit. Jika terjadi
toleransi oleh hospes, sebagian trofozoit masuk ke dalam lumen usus, berubah
menjadi prakista, lalu menjadi kista. Pada orang yang menjadi carrier, bentuk
trofozoit, prakista maupun kista, dapat dijumpai dalam waktu yang bersamaan.
Reproduksi
Terdapat tiga tahap reproduksi entamoeba histolytica, yaitu ekskistasi, enkistasi
dan multiplikasi.
Ekskistasi adalah proses transformasi dari bentuk kista kebentuk trofozoit.
Proses ini mulai berlangsung saat kista berada didaam usus hospes (manusia).
Dalam proses ekskistasi, satu kista infektif yang berinti empat tumbuh menjadi 8
ambula. Lalu berkembang menjadi 8 trofozoit.
Pada proses enkistasi yang berlangsung beberapa jam, bentuk trofozoit berubah
menjadi bentuk kista, yang terjadi didalam lumen usus.
Proses multiplikasi adalah proses reproduksi dengan cara belah diri sederhana
(simple binary fission). Mula-mula inti sel membelah diri, di ikuti belah diri
struktur-struktur sitoplasma amuba. Proses multiplikasi hanya terjadi paamda
bentuk trofozoit.
Cara infeksi
Penularan terjadi dengan masuknya kista infektif melalui mulut, bersama
makanan atau minuman tercemar tinja penderita atau karier amubiasis. Penularan
dilaboratorium dapat terjadi karena tertelan kista infektif amuba hewan coba
seperti primata. Pencemaran makan atau minuman dapat disebabkan oleh serangga
misalnya lalat dan lipas (famili blattidae) yang membawa tinja penderita atau karier
yang mengandung kista infektif amuba.
Terdapat dua jenis karier amubiasis, yaitu contact carrier dan convalescent
carrier. Contact carrier adalah karier yang berasal dari orang sebelumnya tidak
pernah menderita amubiasis, sedangkan convalescent carrier adalah karier yang
terjadi sesudah seseorang menderita amubiasis.
Amubiasis
Amubiasis pada manusia yang di timbulkan oleh entamoeba histolytica dapat
menyerang berbagai organ, misalnya usus (intestinal amoebiasis) maupun organ
diluar usus (extra-intestinal amoebiasis) misalnya hati, paru, otak, kulit dan
jaringan tubuh lainnya.
Patologi amubiasis
Pada manusia dapat terjadi amubiasis primer atau amubiasis sekunder.
Amubiasis primer terjadi pada usus, sedangkan amubiasis sekunder terjadi di luar
usus (extra-intestinal atau metastatic amoebiasis). Amubiasis usus terutama terjadi
di usus besar (sekum dan daerah rektosigmoid). Tropozoid dapat mengadakan
migrasi ke organ-organ lain, terutama ke hati, paru dan otak.
Amubiasis usus
Amubiasis usus terjadi karena adanya bakteri pendamping (associate bacteria)
di dalam usus sehingga menimbulkan lingkungan yang sesuai untuk merangsang
meningkatnya sifat invasif amuba.
Pada amubiasis akut, terjadi pembentukan ulkus di sepanjang usus besar atau
didaerah ileosekal dan rektosigmoid. Pada amubiasis usus yang akut (disentri
amoeba), penderita mengalami gejala-gejala disentri disertai nyeri perut hebat
sebelum buang air besar (tenesmus). Frekuensi defekasi sekitar 6-8 kali sehari,
dengan tinja berbau asam menyenngat, dengan darah atau lendir tercampur bersama
tinja.
Pada amubiasis usus kronis, selain terdapat ulkus-ulkus, juga ditemukan proses
regenerasi jaringan sehingga ulkus hanya terbatas pada mukosa usus, tidak
mencapai jaringan otot di bawahnya.

Amubiasis hati
Amubiasis hati terjadi akibat penyebaran ekstraintestinal entamoeba histolyca
yang berasal dari usus melalui aliran darah atau akibat terjadinya abses usus yang
pecah, yang menimbulkan kontak bahan infektif dengan hati.
Gejala klinis amubasis hati yang timbul berupa nyeri daerah hipokondrium
kanan, demam, ikterus dan hepatomegali. Penderita aka cepat menjadi kurus, tetapi
umumnya tidak mengalami gangguan pencernaan maupun disentri.
Komplikasi
Komplikasi abses hati terjadi jika penderita tidak diobati dengan baik, lisis
jaringan hati akan terus terjadi sehingga abses pecah dan berkembang ke organ-
organ disekitar hati. Pecahnya absees hati yang terdapat dibagian kanan akan
menimbulkan kerusakan di kulit (granuloma kutis), paru, rongga pleura kanan,
diafragma dan rongga peritonium. Abses hati yang pecah ke daerah paru
menimbulkan dahak yang berwarna coklat merah tua yang menganddung trofozoit.
Abses yang pecah ke dalam rongga pleura menimbulkan empiema toraks, yang
pecah ke daerah diafragma menimbulkan abses subfrenik, sedangkan yang pecah
kedaerah peritoneum menimbulkan peritonitis umum.
Jika abses di daerah hati sebelah kiri yang pecah, kelainan dapat terjadi di daerah
lambung (hematemesis), kulit, rongga pleura sebelah kiri, dan perikardium
(perikarditis purulenta) yang dapat menimbulkan kematian penderita. Abse hati
yang pecah ke aarah bawah (inferior) dapat menimbulkan kelainan di usus atau di
rongga peritonium yang menyebabkan peritonitis.
Amubiasi organ lain
Berbagai organ lain yang dapat terserang oleh amubiasis adalah paru, otak, kulit,
dan limpa.
Amubiasis paru (pulmonary amoebiasis) dapat terjadi secara primer atau
sekunder. Amubiasis paru primer terjadi akibat trofozoit amuba mencapai paru
melalui sirkulasi darah portal sehingga sampai di kapiler-kapiler paru. Pada
amubiasis paru sekunder, trofozoit berasal dari pecahnya abses hati bagian kanan.
Amubiasis otak (cerebral amoebiasis) yaang umumnya merupakan abses
tunggal yang berukuran kecil, terjadi akibat komplikasi abses hati atau abses paru.
Amubiasis kulit terjadi pada kulit didekat tempat keluarnya cairan abses hati,
abses apendiks atau pada waktu opersi usus. Nekrosis kulit ditimbulkan oleh
trofozoit yang terdapat didaerah tersebut.
Amubiasis limpa terjadi akibat komplikasi amubiasis hati, atau secara langsung
ditimbulkan oleh penularan trofozoit amuba dari daerah kolon.
Pemeriksaan laboratoium
Diagnosis pasti amubiasis dapat ditegakkan jika ditemukan trofozoit artau kista
entamoeba histolytica dan kristal charcot-leyden yang spesifik.
Amubiasis usus. Pada amubiasis usus akut, pemeriksaan tinja makroskopis
menunjukan tinja yang berwarna merah tua berbau menyengat karena bersifat
asam. Pemeriksaan mikroskopis dapat ditemukan trofozoit amuba dan krital
carchot-leyden. Pemeriksaan darah menunjukan adanya leukositosis. Uji serologis
menunjukan hasil yang negatif. Pada amubiasis usus kronis, penderita asimtomatis
dan karier amubiasis, bentuk makroskopis tinja adalah normal. Pemeriksaan
mikroskopis ditemukan amuba, sedangkan pemeriksaan darah tidak terdapat
kelainan. Pemeriksaan serologi pada karier asimtomatis hasilnya negatif, sedangkan
uji serologis pada karier konvalesen hasilnya positif.
Amubiasis hati. Diagnosa pasti ditegakkan jika di temukan parasit amuba
melalui pemeriksaan mikroskopis atas jaringan biopsi dan aspirasi cairan abses
untuk menemukan trofozoit amuba, dan pemeriksaan tinja untuk menentukan
adanya sumber infeksi kronis di usus dengan menemukan kista amuba.
Pemeriksaan darah menunjukan gambaran leukositosis, dan granulosit neutrofil
antara 70-75 persen. Pemeriksaan serologis membantu menegakkan diagnosis
amubiasis hati, misalnya dengan uji fiksasi komplemen, uji imunohemaglutinasi
dan tes presipitin.
Amubiasis paru. Ditemukannya trofozoit entamoeba histolytica pada dahak
penderita menetapkan diagnosis pasti amubiasis paru. Pemeriksaan serologis,
pemeriksaan radiologis dan uji intradermal dapat membantu menegakkan diagnosis
amubiasis paru dan amubiasi ekstraintestinal lainnya.
Pengobatan
Metronidazole atau tinidazole merupakan obat pilihan untuk disentri amuba
maupun amubiasis hati. Diloxanide furoate cukup efektif untuk mengobati karier
amubiasis.
Antibiotika diberikan apabila amubiasis disertai infeksi sekunder. Aspirasi
abses dilakukan atas abses amubiasis hati, apabila lokasi abses berada di dekat
permukaan tubuh (kulit).
Obat-obat amubisida
Metromidazole
Obat ini ditujukan terhadap amubiasis usu maupun amubiaisis hati. Obat ini
dapat diberikan pern oral atau per rektal.
Tinidazole (fasigyn)
Tinidazole tidak boleh diberikan pada penderita yang hipersensitif terhadap
obat ini, dan juga tidak boleh diberikan kepada pecandu alkohol kronis.
Diloxanide
Diloxanide sangat efektif terhadap entamoeba histolytica yang terdapat
didalam usus. Obat ini merupakan obat pilihan untuk mengobati karier
amubiasis tanpa gejala, dan hanya diberikan secara peroral.
Pencegahan
Karena penularan umumnya terjadi per oral, maka upaya pencegahan di tujukan
dengan memasak makanan dan minuman dengan baik. Selain itu menjaga
kebersihan agar lingkungan terbebas dari lalat dan lipas serta tikus, dan diupayakan
agar sistem pembuangan tinja dan limbah rumah tidak mencemari sumber air
minum atau sumur.
Juga hendaknya selalu berhati-hati pada wakrtu bekerja menangani hewan coba
(terutama primata) di laboratorium.
Khusus terhadap karier amubiasis, harus dilakukan upaya menemukannya, agar
dapat di obati sampai sembuh sehingga tidak menjadi sumber infeksi amubiasis
bagi masyarakatsekitarnya.
b) Entamoeba coli
Parasit ini tidak patogen bagi manusia, namun karena sering dijumpai pada usus
harus dibedakan dengan E. Histolytica yang patogen.
Morfologi
Trofozoit berukuran 20-40 mikron ( lebih besar dari E. Histolyctica), mempunyai
sitoplasma kasar dengan endoplasma yang tidak mengandung eritrosit. Pada
pewarnaan tinja, inti tampak memiliki kariosom yang besar, terletak dipinggir sel,
dan dikelilingi halo yang lebar. Butiran kromatin disekitar selaput ini, tampak
kasar. Gerakan trofozoit lambat dengan tonjolan pseudopodi yang tidak seaktif
gerakan pseudopodi E. Histolytica.
Kista berukuran antara 15-20 mikron. Kista matang mempunyai delapan inti,
sehingga mudah dibedakan dari kista matang E. Histolytica yang berinti empat.
Kista tidak mengandung massa glikogen maupun badfan kromatoid.
Gambar entamoeba coli , trofozoit dan kista
Amuba meningoensefalitis
Meningoensefalitis oleh amuba banyak dilaporkan dari berbagai tempat di
seluruh dunia, pada orang-orang sesudah berenang dikolam renang yang ada
dirumah, atau berenang di air tawar yang panas airnya. Penyebabnya adalah
berbagai jenis amuba , terutama naegleria fowleri, selain itu acanthamoeba
histolytica dan entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan penyakit ini, yang
pada umumnya berjalan kronis sehingga sukar didiagnosis. Acanthamoeba adalah
amuba yang hidup bebas di tanah dan air tawar atau payau yang hangat. Parasit ini
mempunyai trofozoit berukurann antara 15-40 mikron sedangkan kistanya
mempunyai ukuran garis tengah antara 10-25 mikron. Naegleria fowleri merupakan
organisme termofilik golongan ameboflagelata yang hidup bebas di air tawar yang
panas.
Epidemologi
Infeksi dengan amuba mengoensefalitis ini diduga terjadi melalui berbagai jalan
masuk karena parasit-parasit penyebabnya adalah parasit yang dapat hidup di alam
bebas. Kemungkinan besar infeksi terjadi melalui saluran pernapasan pada waktu
penderita berenang di air yang bertemperatur hangat.
Diagnosis
Keluhan awal yang umum disampaikan oleh penderita dalah gejala-gejala yang
terkait dengan radang hidung dan sakit tenggorokan, yang kemudian diikuti oleh
demam dan sakit kepala. Meningitis tampak secara klinis dengan timbulnya gejala
berupa muntah, kaku kuduk dan gangguan kesadaran yang kemudian dapat diikuti
oleh kematian penderita 1 minggu kemudian.
Pada pemeriksaan serebrospinal yang diperiksa secara mikroskopis, mungkin
dapat ditemukan trofozoit amuba. Biakan cairan serebrospinal atau inokulasi hewan
dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit ini.
Pengobatan
Pengobatan meningoensefalitis yang disebabkan oleh amuba dilakukan dengan
memberikan amfoterisin B secara intravena, intrateka atau intraventrikula.
Pemberian obat ini dapat mengurangi angka kematian akibat infeksi naegleria
fowleri, tetapi tidak berhasil mengobati meningoensefalitis yang disebabkan oleh
amoeba lainnya.

Pencegahan
Amoeba penyebab meningoensefalitis yang hidup didalam kolam renang dapat
dimusnahkan dengan memberikan kaporit pada air kolam secara teratur. Selain itu,
hendaknya hindari berenang pada kolam air tawar yang mempunyai temperatur di
atas 25 derajat celcius untuk menghindari terjadinya kontak dengan spesie amoeba
penyebab penyakit ini.
c) Rhizopoda yang patogen
Entamoeba gingivalis
Protozoa ini hidup didalam rongga mulut, disekitar gigi. Hanya terdapat
fase trofozoit, aktif bergerak, berukuran 10-20 mikron. Sitoplasma tidak
mengandung eritrosit, sedangkan intinya mirip inti E.histolytica.
Endolimax nana
Protozoa yang hidup didalam usus besar ini sering dijumpai di dalam
tinja yang diareik atau didalam tinja penderita disentri. Terdapat bentuk
trofozoit maupun bentuk kista.
Trofozoit lambat gerakannya, berukuran sekitar 8 mikron. Sitoplasma
tidak mengandung eritrosit, mempunyai kariosom yang berinti besar yang
tidak teratur bentuknya, dan terletak di bagian tepi inti yang menempel
pada selaput inti. Kista berbentuk lonjong, berukuran swekitar delapan
mikron, mempunyai 1-4 inti, dan tidak mengandung glikogen maupun
badan kromatoid.
Iodamoeba butschlii
Protozoa ini hidup didalam usus didaerah kolon dalam bentuk trofozoit
dan kista, namun jarang ditemukan dalam tinja.
Trofozoit mempunyai ukuran antara 8-12 mikron, bergerak lambat. Kista
berukuran 8-12 mikron, khas bentuknya karena mempunyai massa glikogen
(iodophylic body) besar, yang tampak jelas pada pewarnaan dengan lugol.
Kista tidak mengandung badan kromatoid.
Dientamoeba fragilis
Parasit yang hanya mempunyai bentuk trofozoit ini mempunyai dua inti.
Ukurannya sekitar 5-8 mikron, merupakan amoeba usus yang kecil.
Sitoplasma tidak mengandung eritrosit, tetapi mempunyai enam butir
kromatin berukuran besar yang tersusun mirip bintang.
2.3.2.2 Ciliata
Balantidium coli
Parasit zoonis yang termasuk protozoa golongan ciliata ini menyebabkan
balantidiasis atau ciliate dysentri yang merupakan gangguan usus dan
disentri. Parasit ini hidup didalam usus manusia, babi, anjing dan primata.
- Distribusi geografis
Balantidiasis dilaporkan dari bebagai negara, terutama yang penduduknya
banyak memelihara babi.
- Morfologi
Ciliata ini mempunyai 2 stadium, yaitu trofozoit dan kista. Trofozoitnya
berukuran panjang 60-70 mikron dan 40-50 mikron lebar, dibagian anterior
terdapat cekungan yang disebut peristom dimana terdapat mulut (sitostom).
Parasit ini tidak mempunyai usus, tetapi mempunyai anus (cytopyge) yang
terdapat dibagian posterior tubuh.
Parasit ini mempunyai 2 inti, yaitu makronukleus yang berbentuk ginjal
dan mikronukleus berbentuk bintik kecil yang terdapat dibagian cekungan
makronukleus.
Terdaspat dua buah vakuola kontraktil dan beberapa buah vakuola
makanan yang berisi sisa-sisa makanan, leukosit dan eritrosit.
Kista parasit yang bulat bentuknya , berukuran diameter 50-60 mikron,
mempunyai dua lapis dinding kista. Sitoplasma kista berbentuk granuler,
mengandung makronukleus, mikronukleus dan sebuah badan retraktil.
Kadang-kadang masih dijumpai vakuol kontraktil.
- Siklus hidup
Stadium kista maupun trofozoit dapat berlangsung pada satu jenis
hospes. Sumber utama penularan bagi manusia adalah babi yang
merupakan hospes defenitif alami dan merupakan hospes reservoir bagi
manusia yang sebenarnya hanyalah hospes insidental.
Infeksi pada manusia terjadi akibat minum air atau makanan mentah
yang tercemar tinja babi yang mengandung kista infektif parasit ini. setelah
tertelan, didalam usus besar kista berubah menjadi bentuk trofozoit.
Didalam lumen usus atau didalam submukosa usus trofozoit tumbuh dan
berkembang memperbanyak diri dengan casras pembelahan sel (binary
transverse fission) atau secara konjugasi. Pada reproduksi secara
konjugasi, dua trofozoit membentuk kista bersama, lalu bertukar material
inti, akhirnya berpisah kembali menjadi dua trofozoit baru. Bila lingkungan
didalam usus kurang sesuai bagi parasit, maka trofozoit akan berubah
menjadi bentuk kista.

- Patogenesis
Pada usus besar, parasit menimbulkan ulserasi yang menimbulkan
pendarahan, dan pembentukan lendir yang dapat terlihat pada tinja
penderita.
- Diagnosis
Pada infeksi akut penderita mengalami gejala klinis dan keluhan:
1. Disentri berat yang berdarah dan berlendir
2. Nyeri perut
3. Kolik intermiten
4. Penderita tidak mengalami demam
Infeksi kronis : umumnya asimtomatis, meskipun kadang-kadang
dijumpai diare berulang diselingi terjadinya konstipasi. Diagnosis pasti
ditegakkan melalui pemeriksaan parasitologis tinja untuk menemukan
kista dan atau trofozoit parasit.

- Pengobatan
Berbagai obat-obatan antiparasit dapat diberikan, yaitu sebagai berikut:
1. Iodoquinol. Dosis 3 x 650 mg perhari selama 21 hari
2. Metronidazol. Dosis 3 x 750 mg perhari selama 5 hari
3. Selain itu dapat diberikan juga oksietrasiklin dengan pemberian 4 x 500
mg perhari selama 10 hari.
- Pencegahan
Penyebaran balantidium coli dapat dicegah dengan selalu menjaga hygiene
perorangan dan kebersihan lingkungan agar tidak tercemar dengan tinja
babi. Memasak makana dan minuman akan mencegah penularan parasit ini
pada manusia. Peternakan babi harus ditempatkan jauh dari pemukiman
penduduk dan tidak mencemari saluran air untuk kebutuhan masyarakat.
2.3.2.3 Mastighophora (flagellata)
Termasuk dalam kelas mastigopora adalah protozoa-protozoa yang mempunyai
flagel untuk alat bergeraknya. Sesuai dengan tempat hidupnya terdapat dua
kelompok flagellata, yaitu hemoflagellata yang hidup didalam sistem peredaran
darah dan jaringan, dan kelompok flagellata usus, flagellata mulut dan flagellata
genital. Termasuk golongan hemoflagellata adalah typanosoma dan leishmania,
yang termasuk flagellata usus adalah chilomastix mesnili, trichomonas hominis,
enteromonas hominis, embadomonas intestinal dan giardia lamblia, sedangkan
trichomonas tenax termasuk flagellata mulut, dan trichomonas vaginalis termasuk
flagellata genital.
Flagellata usus, mulut, dan genital
Pada umumnya flagellata mempunyai dua bentuk, yaitu trofozoit dan kista,
kecuali trichomonas yang hanya mempunyai bentuk trofozoit. Pada bentuk
trofozoit dari blefaroplas keluar lebih dari satu flagel. Tidak semua flagellata
mempunyai undulating membrane. Inti setiap spesies flagellata khas
bentuknya. Reproduksi flagellata berlangsung dengan cara membelah diri
(binary fission). Dalam penularannya, stadium infektif flagellata adalah bentuk
kista. Untuk satu siklus hidup yang lengkap, flagellata hanya membutuhkan
satu jenis hospes ( single host). Hanya giardia lamblia dan trichomonas
vaginalis yang patogen bagi manusia.
Trichomonas
Pada manusia hidup tiga spesies trichomonas, yaitu trichomonas vaginalis
yang hidup disaluran urogenital, trichomonas hominis yang hidup di usus,
dan trichomonas tenax yang hidup didalam rongga mulut. Hanya trichomonas
vaginalis yang patogen bagi manusia. Trichomonas hanya mempunyai satu
bentuk, yaitu bentuk trofozoit. Bentuk kista tidak pernah dijumpai. Parasit ini
berbentuk seperti buah pir, dengan panjang badan antara 10-12 mikron. Inti
yang jumlahnya hanya satu, berbentuk lonjong, terletak dibagian tubuh
anterior yang membulat, berada didekat mulut parasit. Didaerah anterior
tubuh terdapat 3-5 flagel bebas. Salah satu flagel yang paling tebal berjalan
kearah belakang sepanjang tepi tubuh, membentuk undulating membrane,
lalu keluar dengan bebas di bagian posterior tubuh. Aksostil berjakan
ditengah tubuh parasit dan berakhir di ujung tubuh bagian posterior berbentuk
seperti ekor.
Secara mikroskopis spesies-spesies trichomonas sulit dibedakan satu
dengan lainnya. Habitat parasit ini dapat digunakan untuk menetapkan spesies
masing-masing parasit.
Gambar
- Trichomonas vaginalis
Infeksi parasit ini disebut trikomonas, yang penyebarannya
kosmopolit, terutama banyak dijumpai pada wanita. Parasit ini dapat
ditemukan pada genetalia maupun saluran kencing wanita maupun
laki-laki yang menderita trikomoniasis.
- Morfologi trichomonas
Parasit yang berbentuk piriform tidak berwarna ini mempunyai satu
inti berbentuk lonjong yang mempunyai butiran halus. Terdapat empat
flagella yang sama panjang (13-18) mikron keluar dari badan bagian
anterior, dan satu flagel yang ukurannya lebih pendek dari pada ukuran
panjang parsait, berjalan ke arah belakang di sepanjang tepi undulating
membrane.
Gambar
- Patogenesis dan gejala klinis
Trikomoniasis pada penderita perempuan dapat dijumpai dalam
bentuk vaginitis, uretritis, vulvitis, dan servisistis. Pada pria, infeksi
dapat terjadi pada prostat, vesikel seminal, dan uretra. Derajat infeksi
trikomoniasis umumnya ringan, berupa pelunakan, keradangan dan
erosi permukaan selaput lendir, yang tertutup cairan berwarna kuning
dan berbuih.
Pada perempuan gejala klinis berupa terbentuknya cairan vagina
(flour albus), gatal dan panas didalam vagina dan daerah sekitarnya.
Pada penderita pria, keluhan sangat sedikit, dan hanya 10 persen yang
mengalami gejala klinis berupa keluarnya cairan putih dari uretra.
Penularan parasit ini terjadi melalui kontak langsung, misalnya
persetubuhan, atau melalui kontak tidak langsung, misalnya karena
menggunakan bersama handuk, alat-alat toilet atau barang lainnya.
Penularan pada bayi dari ibu melalui jalan lahir dapat terjadi pada
waktu proses persalinan.
- Diagnosis
Gejala klinis berupa rasa gatal dan panas didalam vagina dan daerah
sekitar vagina disertai terjadinya flour albus, menjadi tanda penting
trikomoniasis. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan ditemukanya
parasit yang aktif bergerak pada sekret vagina. Jika pemeriksaan
langsung sekret vagina tidak ditemukan parasit, dapat dilakukan biakan
sekretvagina, cairan uretra, cairan prostat dan airmani untuk
menemukan trichomonas vaginalis.
- Pengobatan
Metronidazol, tinidazol, seknidazol, nimorazol, dan omidazol
merupakan obat anti trikomoniasis yang memuaskan hasilnya. Cara
pemberian dan dosis obat-obat tersebut adalah sebagai berikut :
- Pencegahan
Mengobati penderita dengan baik, menjaga kebersihan pribadi, dan
tidak memakai bersama alat-alat toilet, dapat mencegah penularan
parasit ini.
Giardia lamblia
- Sinonim
Lamblia intestinalis, giardia intestinalis.
- Habitat
Protozoa usus ini hidup didalam duodenum dan jejunum bagian atas,
dengan cara melekatkan diri pada bagian usus tersebut. Kadang-
kadang parasit ini dijumpai di dalam saluran empedu dan kandung
empedu. Parasit ini tersebar kosmopolit didaerah tropis dan subtropis.
- Morfologi
G. lamblia mempunyai dua bentuk, yaitu trofozoit dan kista. Kista
berbentuk lonjong, mempunyai 2-4 inti. Tropozoit yang panjangnya
sekitar 14 mikron dan lebarnya 7 mikron berbentuk bulat pir, dengan
ujung anterior melebar dan membulat, dan bagian posterior meruncing.
Bentuk tubuh parasit bilateral simetris dengan permukaan bagaian
dorsal cembung, dan bagian ventral cekung.
- Siklus hidup
Parasit ini ditularkan melalui makanan atau minuman yang tercemar
dengan tinja yang mengandung kista infektif yang dibawa oleh lalat
atau lipas. Dalam waktu setengah jam kista berubah menjadi bentuk
trofozoit.
Didalam duodenum trofozoit memperbanyak diri. Jika suasana dalam
duodenum tidak sesuai bagi kehidupannya, trofozoit masuk kedalam
saluran empedu atau kandung empedu, dan berubah bentuk menjadi
kista.
- Patogenesis dan gejala klinis
Peletakan parasit di usus menggunakan batil isap (sucking disc)
menimbulkan gangguan penyerapan lemak sehingga menimbulkan
berak lemak (steatore). Toksin yang dihasilkan yang dihasilkan parasit
dan iritasi serta kerusakan jaringan usus menyebabkan terjadinya
radang kataral, dan menimbulkan gejala dan keluhan berupa demam,
nyeri perut, gangguan perut didaerah epigastrium, mual, muntah dan
kembung. Selain itu penderita mengalami diare, sindrom malabsorpsi
vitamin A dan lemak serta anemia. Penderita juga mengalami reaksi
alergi terhadap parasit ini.
Anak-anak penderita giardiasis umumnya menunjukkan keluhan dan
gejala klinis yang lebih berat dibanding orang dewasa.
- Diagnosis
Infeksi ringan umumnya jarang menimbulkan gejala klinis.
Pemeriksaan mikroskopis atas cairan duodenum dan tinja penderita
dapat menemukan kista atau trofozoit giardia lamblia yang menetukan
diagnosis pasti giardiasis. Hasil pemeriksaan atas cairan duodenum
lebih baik hasilnya dari pada pemeriksaan atas tinja penderita dan
dapat ditemukan trofozoitparasit ini. pada penderita tanpa gejala atau
karier sering ditemukan kista parasit, sedang pada penderita diare akan
banyak ditemukan trofozoit.
- Pengobatan
Obat yang sekarang banyak digunakan untuk mengobati giardiasis
adalah metronidazole dan tinidazole. Klorokuin juga masih digunakan
di beberapa daerah.
- Pencegahan
Mengobati penderita dan karier giardiasis merupakan salah satu
upaya pencegahan, karena manusia merupakan sumber infeksi utama
giardiasis.
Selain itu dicegah pencemaran makanan dan minuman dengan tinja
infektif oleh lalat, lipas atau tikus, dan memasak makanan dan
minuman dengan baik. Mencegah pencemaran air minum oleh tinja
dengan membuat kakus yang higenis, serta melarang pemakaian tinja
segar untuk pupuk tanaman dapat mencegah penyebaran giardiasis
pada masyrakat.
Flagellata yang tidak patogen
Beberapa jenis spesies flagellata yang tidak patogen terdapat didalam tubuh
manusia, parasit-parasit ini harus dapat di bedakan dari flagellata patogen
agar pengobatan dan pencegahan parasit patogen dapat dilaksanakan
dengan baik. Parasit flagellata yang tidak patogen tersebut adalah
enteromonas hominis, embadomonas intestinal, dan chilomastix mesnili.

Hemofiagellatta

Farasit yang hidup di dalam darah atau jaringan tubuh


manusia atau hewan ini, memerlukan serangga sebagai
hospes perantara dalam Siklus hidupnya, yang juga
bertindak sebagai vektor penularnya. Famili
Trypanosomidae adalah kelompok yang penting dalam
bidang kesehatan, mempunyai sifat polimorlik (berbagai
bentuk parasit yang berbeda beda ) dengan struktur tubuh
sebagai berikut.

1. Stadium siklus hidup. Terdapat dua bentuk umum atau


stadium siklus ' hidup parasit yaitu stadium flagellata
yang langsing, memanjang dan sering melengkung dan
stadium non flagellata yang berbentuk bulat atau
lonjong.

2. Inti , bentuuk inti bulat atau lonjong dan umumnya


terletak di tengah Tubuh parasit.Inti berfungsi
menyediakan makanan bagi parasit, karena itu disebut
juga trofonkleus.

3. Kinetoplas. Benda bulat atau berbentuk batang yang


ukurannya lebih kecil dari pada inti, terletak di depan
atau di belakang innti. Kinettolas terdiri atas dua bagiian,
yaitu benda parabasal dan befaroplas.

4. Flagel. Alaat gerak yang berbentuk cabuk halus, keluar


dari blefroplas. Tidak semua bentukmempunyai flagel.

5. Undulating membrane. Selaput yangterjai karena flagel


melingkari badan parasiit sehingga terbntuk kurva-kurva
yang jumlahnya tergantung pada panjang badan
itoplasma.

Trypanosoma gambiense

Trypanosoma adalah protozoa berflagel yang bersifat parasit


didalam darah atau jaringan berbagai jenis vertebrata,
bentuknya panjang bergelombang, kedua ujungnya lancip
dan menulari manusia melalui gigitan lalat pengisap darah
atau melalui feses arthropoda. Infeksi karena Trypanosoma
disebut trypanosomiasis. Dalam siklus hidupnya,
Trypanosoma memiliki dua bentuk, yaitu berflagela pada fase
ekstrakuler dan tidak berflagel pada fase intraseluler. Sebagian
dari siklus hidupnya melekat di sel lambung atau menghisap
darah manusia. Hospes perantara Trypanosoma adalah hewan-
hewan penghisap darah.

- Morfologi
Secara umum Trypanosomidae mempunyai 4 bentuk /
morfologi yang berbeda, yaitu1. Bentuk Amastigot (Leismanial
form) Bentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti
dan satu kinetoplas serta tidakmempunyai flagela. Bersifat
intraseluler. Besarnya 2-3 mikron. 2. Bentuk Promastigot
(Leptomonas form) Bentuk memanjang mempunyai satu inti di
tengah dan satu flagela panjang yangkeluar dari bagian
anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum
mempunyaimembran bergelombang, ukurannya 15 mikron. 3.
Bentuk Epimastigot (Critidial form) Bentuknya memanjang
dengan kinetoplas di depan inti yang letaknya di
tengahmempunyai membran bergelombang pendek yang
menghubungkan flagela dengantubuh parasit, ukurannya 15-
25 mikron. 4. Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form)
Bentuk memanjang dan melengkung langsing, inti di tengah,
kinetoplas dekat ujungposterior, flagela membentuk dua
sampai empat kurva membran bergelombang,ukurannya
20-30 mikron.
Jenis Trypanosoma antara lain sebagai berikut
1. Trypanosoma lewisi
2. Trypanosoma evansi
3. Trypanosoma brucei
4. Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense
5. Trypanosoma cruzi

Trypanosoma gambiense
- Hospes dan nama Penyakit

Manusia merupakan hospes dari kedua spesies parasit ini.


Hospes reservoar T.rhodesiense adalah binatang liar seperti
antilop dan hospes resrevoar T.gambiense adalah binatang
peliharaan seperti babi, sapi, kambing, dan sebagainya. Lalat
Glossina berperan sebagai hospes perantara. Penyakitnya
disebut tripanosomiasis afrika atau sleeping sickness.
- Ciri-ciri Trypanosoma Gambiense

Bentuk vegetative memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. ukuran 14 mikron,
2. bentuk seperti buah peer,
3. Anterior - posterior meruncing,
4. punya 4 pasang flagel aksostil, sedangkan
5. Bentuk kista memiliki karakteristik sebagai berikut :
6. ukuran 10- 14 mikron,

bentuk oval, terdiri dari 2-4 inti sel,

1. kista infektif inti 4,


2. dinding tipis & kuat.
- Penyebaran / Distribusi geografi

Spesies ini ditemukan di daerah Afrika tropik, yaitu antara garis


lintang 15 dan garis lintang selatan 18 ( Fly belt ). T.gambiense di
bagaian Afrika tengah dan Barat.

- Habitat trypanosoma gambiense

Habitat trypanosoma gambiense berada di Afrika, antara kelima


belas paralel utara dan selatan. Habitat yang disukai adalah vegetasi di
sepanjang sengai, danau, hutan tepi, dan hutan galeri yang memanjang
sampai wilayah scrub.

- Morfologi

Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form) Bentuk memanjang dan


melengkung langsing, inti di tengah Inti di tengah besar berbentuk
lonjong, terletak di tengah dan berfungsi untuk menyediakan makanan.
Disebut juga Troponukleus kinetoplas dekat ujung posterior kinetoplas,
berbentuk bulat atau batang. Ukuran lebih kecil dari inti dan terletak di
depan atau di belakang inti. Kinetoplas terdiri dari 2 bagian yaitu benda
parabasal dan blefaroplas Flagela membentuk dua sampai empat kurva
membran bergelombang, Flagela merupakan cambuk halus yang keluar
dari blefaroplas dan berfungsi untuk bergerak. Undulating membrane
(membran bergelombang), adalah selaput yang terjadi karena flagela
melingkari badan parasit, sehingga terbentuk kurva-kurva. Terdapat 3-4
gelombang membran ukurannya 20-30 mikron

- Siklus Hidup

Pada waktu darah mamalia dihisap, oleh lalat tse tse yang infektif
(genus Glossina) maka akan memasukkan metacyclic
trypomastigotes kedalam jaringan kulit. Parasitparasit akan masuk ke
dalam sistem lymphatic dan ke dalam aliran darah Di dalam tubuh tuan
rumah, mereka berubah menjadi trypomastigotes di dalam aliran darah.
Dan ini akan dibawa ke sisi lain melalui tubuh, cairan darah kaya yang
lain dan berlanjut bertambah banyak dengan binary fission Segala siklus
hidup dari African Trypanosomes telah ditampilkan pada tingkat ektra
seluler. Lalat tsetse menjadi infektif dengan trypomastigotes dalam
aliran darah ketika mengisap darah mamalia yang terinfeksi Pada alat
penghisap lalat parasit berubah menjadi procyclic trypomastigotes,
bertambah banyak dengan binary fission Binary fission meninggalkan
alat penghisap, dan berubah menjadi epimastigotes, Air liur lalat kaya
akan epimastigotes dan pertambahan banyak berlanjut dengan binary
fission Siklus dalam tubuh lalat berlangsung selama kurang lebih 3
minggu. Manusia merupakan reservoir utama untuk Trypanosoma
gambiense, tetapi spesies in dapat selalu ditemukan pada binatang.

- Mekanisme Transmisi
Lalat tsetse (jantan dan betina), bertindak sebagai vektor pambawa
parasit ini, terutama spesies Glossina palpalis. Lalat ini banyak terdapat
di sepanjang tepi-tepi sungai yang mengalir di bagian barat dan tengah
Afrika. Lalat ini mempunyai jangkauan terbang sampai mencapai 3 mil.
- Sumber Infeksi
Penyakit ini disebabkan oleh segolongan oleh jasad-jasad yang
berbangun ulir panjang, yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop,
tetapi jauh lebih besar dari pada sel darah merah. Jasad-jasad itu
dipindahkan oleh lalat tse-tse, yang kena tular setelah lewat waktu
delapan belas sampai tiga puluh empat hari setelah makan darah dari
manusia yang sedang sakit itu, atau dari binatang. Banyak jenis-jenis
binatang liar atau ternak yang dapat memelihara jasad-jasad itu di
dalam tubuhnya yang tidak membahayakan bagi tubuhnya sendiri.

- Patologi dan Gejala Klinis

Gejala dan tanda penyakit ini dapat bervariasi dan umumnya dibagi
atas 3 fase :

1. Fase awal (Initial stage)

Ditandai dengan timbulnya reaksi inflamasi lokal pada daerah


gigitan lalat tsetse. Reaksi inflamasi dapat berkembang menjadi bentuk
ulkus atau parut ( primary chancre). Reaksi inflamasi ini biasanya
mereda dalam waktu 1-2 minggu.

2. Fase penyebaran (Haemoflagellates stage)


Setelah fase awal mereda, parasit masuk ke dalam darah dan
kelenjar getah bening (parasitemia). Gejala klinis yang sering muncul
adalah demam yang tidak teratur, sakit kepala, nyeri pada otot dan
persendian. Tanda klinis yang sering muncul antara lain :
Lymphadenopati, lymphadenitis yang terjadi pada bagian posterior
kelenjar cervical (Winterbottons sign), papula dan rash pada kulit.

Pada fase ini juga terjadi proses infiltrasi perivascular oleh sel-sel
endotel, sel limfoid dan sel plasma, hingga dapat menyebabkan
terjadinya pelunakan jaringan iskemik dan perdarahan di bawah kulit
(ptechial haemorhagic). Parasitemia yang berat (toksemia) dapat
mengakibatkan kematian pada penderita.

3. Fase kronik (Meningoencephalitic stage)

Pada fase ini terjadi invasi parasit ke dalam susunan saraf pusat
dan mengakibatkan terjadinya meningoenchepalitis difusa dan
meningomyelitis.

Demam dan sakit kepala menjadi lebih nyata. Terjadi gangguan


pola tidur , insomnia pada malam hari dan mengantuk pada siang hari.
Gangguan ekstrapiramidal dan keseimbangan otak kecil menjadi nyata.
Pada kondisi yang lain dijumpai juga perubahan mental yang sangat
nyata. Gangguan gizi umumnya terjadi dan diikuti dengan infeksi
sekunder oleh karena immunosupresi. Jumlah lekosit normal atau sedikit
meningkat. Bila tercapai stadium tidur terakhir, penderita sukar
dibangunkan. Kematian dapat terjadi oleh karena penyakit itu sendiri
atau diperberat oleh penyakit lain seperti malaria, disentri, pneumonia
atau juga kelemahan tubuh

- Diagnosis

Diagnosis dapat dilakukan dengan cara :

1. Mengetahui riwayat tempat tinggal dan riwayat bepergian ke daerah


endemik.

2. Menemukan tanda dan gejala klinis :

Demam yang bersifat periodik

Dijumpai reaksi inflamasi lokal (primary chancre) pada tempat


inokulasi, rash pada kulit, lympadenopati pada bagian cervical posterior
(Winterbottons sign)

Gangguan neurologis, terutama pola tidur (diurnal somnolence,


nocturnal insomnia), gangguan status mental, gangguan keseimbangan
otak kecil, gangguan ekstrapiramidal.

3. Menemukan parasit pada pemeriksaan :

Darah tepi dengan pewarnaan.

Biopsi aspirasi pada primary chancre

Cairan cerebrospinal

4. Pemeriksaan Serologi

ELISA

Immunofluorescent indirek

- Pencegahan

Pencegahan penyakit ini meliputi :


1. Mengurangi sumber infeksi
Pengurangan sumber infeksi dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengobatan secara tuntas pada penderita, bahkan
memusnahkan hewan vertebrata yang terinfeksi
2. Melindungi manusia terhadap infeksi

Kontak terhadap vektor dapat dihindari dengan menjauhi habitat


vektor, memakai pelindung kepala dan tubuh, menggunakan kelambu
serta memakai reppellent.

Mengendalikan vektor

Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan mengurangi


tempat hidup dan perindukan vektor. Pengendalian juga dapat dilakukan
dengan menggunakan insektisida untuk mengurangi jumlah lalat
dewasa.

- Pengobatan

Pengobatan dapat bervariasi dan biasanya berhasil bila dimulai


pada permulaan penyakit. Bila susunan saraf pusat telah terlibat,
biasanya pengobatan kurang baik hasilnya. Obat-obat yang sering
digunakan antara lain :

1. Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis


bagi, selama 14hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral 300
mg/kg/hari sampai 30 hari.
2. Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai
dengan 200 mg untuk test secara IV. Dosis diharapkan memcapai
10 gram. Obat ini tidak menembus blood-brain barrier dan bersifat
toksis pada ginjal.
3. Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari.
4. Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada
hari ke 1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih
dari 180 mg. Enchephalopati dapat muncul sebagai efek
pemberian obat ini . Hai ini terjadi oleh karena efek langsung dari
arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan juga oleh karena
reaksi penghancuran dari Trypanosma (reactive enchepalopathy).
Bila efek tersebut muncul,pengobatan harus dihentikan.
Trypanosoma cruzi
Parasit ini menyebabkan south american typanosomiasis lebih
dikenal sebagaichagas diseease
- Distribusi geografis
Amerika selatan
- Habitat
Paarasit ini hidup didalam otot, jaringan saraf dan sistem
retikuloendotelial pada stadium leishmania. Dan didalam darah
tepi pada stadium tripanosoma.
- Morfologi
Pada manusia, trypanosoma cruzi terdapat dalam dua bentuk
stadium, yaaitu bentu tripanosoma dan bentuk lleishmania.
hanya bentuk leishmania yang mampu mengadakan multiplikasi.
Bentuk tripanosoma mempunyai gambaran seperti huruf C atau
U denan panjang badan sekitar 20 mikron.
- Patogenesis
Stadium infektif( bentuk tripanosoma metasilik) masuk tubuh
penderita melalui lukadikulit atau mmelalui konungtiva yang
tercemartinja vektor.
Ditempat masuk pada kulit, terjadi pembengkakan (chgoma).
Jika maasuk melalui knjungtiva, akan terjadi pembengkakan
kelopak mata (romana sign). Invasi parasit ke organ,
menimbulkan kelainan jantung, otot rangka, sistem saraf,
kelenjaar tiroid, dan terutama kerusakan sistem retikuoenndotel.
- Diagnosis
Selain diagnosis penyakit chagas melalu gejala klinis, diagnosis
laboratorium diakukan utukmenetapkan diagnosi pastii dengaan
menemukan parasitnya.
- Pengobatan
Belum ditemuan obt yang efektif terhadap penakit chagas. Obat-
obatanyang pernah diccoba dengan hasil baik adalah nitrofuran
(nifurtimox).
- Pencegahan
Memberantas vektor adalah tindakan pencegahaan yang berhasil
baik. Selaain itumenghindari gigitan vektor dan dapat di coba
mengobati pennderit, untukmencegah penyebaran penyakit
chagas.
Leishmania tropica
- Hospes dan penyakit
Parasit ini penyebab penyakit Leismaniasis kulit atau Oriental sore. Hospes
definitifnya adalah manusia dan hospes reservoarnya adalah anjing. Dibeberapa daerah,
penyakit ini dapat merupakan penyakit pada anjing yang sewaktu-waktu dapat ditularkan
kepada manusia. Lalat Phlebotomusmerupakan hospes perantara atau vektornya.

- Ciri-ciri Leismania tropica


Ciri ciri bentuk amastigot sebagai berikut :
1. intraseluler dalam darah (RES)
2. Bulat lonjong, 2-3 m.
3. Inti eksentrik, aksonema.
4. Kinetoplas, tidak berflagel.
Ciri- ciri bentuk Promastigot sebagai berikut :
1. Dalam tubuh lalat.
2. Kumparan, 15-25 x 1,5-3,5 m.
3. Inti sentral, kinetoplas, berflagel

- Penyebaran / Distribusi geografi


Penyebaran dari parasit ini hampir sama dengan Leismaniasis donovani, hanya saja
dilaporkan bahwa tidak ditemukan satu daerah yang sama kedua parasit ini secara
bersamaan.
Eropa : Sepanjang pantai mediterania
Afrika : Barat,Sudan,Tunisia,Ethiopia.
Asia : Asia Tengah, India, Israell, Turki dan lain-lain.
Amerika :Amerika Tengah dan Selatan.

- Habitat Leismania tropica


Habitat Leismania berada Lalat pasir muncul juga terjebak di luar gua tertutup,
mungkin tiba dari gua-gua lain atau dari kecil, retak tersembunyi di tepian berbatu
dekat. Dinding pendukung buatan manusia dibangun dengan batu-batu besar juga
diidentifikasi sebagai habitat bagi pemuliaan Ph Sergenti meskipun kurang penting
dibandingkan gua.
- Morfologi
Leishmania tropica berbentuk oval, berdiameter 2 mikron atau dengan ukuran 3-4 x
2 mikron, tidak mempunyai flagella, terdapat axonema, 1 nukleus, 1 blefaroplas dan 1
kinetoplas. Bila organisme tersebut diwarnai dengan Giemsa atau Wright, maka nukleus
dan kinetoplas akan berwarna merah, sedang sitoplasma akan berwarna biru. Stadium
leishmania hanya terdapat didalam tubuh tuan rumah (manusia), leishmania hidup intra
selluler dan berkembang biak dengan membelah diri.
Morfologi parasit ini Cara infeksi sama yaitu pada manusia, parasit ini hidup
intraseluler dalam darah, yaitu dalam sel retikulo-endotel(RE) sebagai stadium amastigot.
Parasit ini berkembang biak secara belah pasang dan berukuran kira-kira 2 mikron. Sel RE
dapat terisi penuh oleh parasit, sehingga sel itu pecah. Stadium amastigot sementara berada
dalam peredaran darah tepi, kemudian masuk atau mencari sel RE yang lain, sehingga
stadium ini dapat ditemukan dalam sel RE hati, limpa, sumsum tulang dan kelenjar limfe
viseral. Di lambung phlebotomus, stadium amastigot ini berubah menjadi stadium
promastigot yang kemudian bermigrasi ke probosis. Infeksi terjadi dengan tusukan lalat
phlebotomus yang memasukan stadium promastigot melalui probosisnya kedalam badan
manusia.

- Siklus Hidup

1. Sandfly menggit kulit manusia dan mengenfeksikan fase promastigote pada protozoa ke
dalam minang.
2. Macrophage akan memphagositosit promastigote
3. Di dalam Macrohage,promastogote akan berkembang menjadi Amastigote
4. Amastigote terus memperbanyak diri di dalam sehingga macrophage pecah dan terjadi
penyebaran pada macrophage lain.
5. (Fase pada Sandfly)Sandfly minggigit manusia yang terinfeksi,tahap amastogote di
manusia.
6. Berkembangbiak dan bertambah banyak di usus lalat pasir.
7. Amastigote kemudian akan berkembang ke tahap selanjutnya yaitu tahap promastigote di
dalam midgut.
8. Dari midgut akan masuk menuju kelenjar ludah sandfly.
Siklus hidup Leishmania tropica adalah identik dengan parasit terkait lainya dari genis
yang sama dan meliputi baik sebuah amastigote dan tahap promastigote. Pasir lalat
menyuntikkan tahap infektif promastigote. Tahap promastigote dianggap bagian dari tahap
infeksi, di mana lalat pasir menginfeksi host dengan parasit melalui makan. amastigote ini
merupakan bagian dari jaringan tahap di mana parasit mengubah setelah ditelan oleh
makrofag seorang.

- Mekanisme Tranmisi
Parasit yang ada di organ seperti hati dan limpa tidak dapat diakses untuk lalat
pasir. Amastigotes adalah parasit intraseluler ditemukan di phagolysosomes makrofag dan
fagosit lain dan penyerapan mereka oleh lalat pasir bloodfeeding dibantu oleh aksi
pemotongan dari mulut. Jadi lalat pasir pengumpan kolam, yang berarti mereka
memasukkan gergaji seperti mereka mulut ke dalam kulit, dan mengagitasi mereka untuk
menghasilkan luka kecil di mana darah mengalir dari kapiler superfisial
- Sumber Infeksi
Anjing, gerbil dan binatang pengerat l;ainnya merupakan sumber infeksi yang
penting bagi manusia. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya transmisi antara
penderita dan vektor dianjurkan untuk menutup luka pada penderita

- Patologi dan Gejala Klinis


Ada 2 tipe Leismaniasis ,yaitu:
1. Leismaniasis tipe kering atau tipe Urban yang menyebabkan penyakit kronis.
2. Leismaniasis kulit tipe basah atau rural yang menyebabkan penyakit akut. Masa tunas dari
penyakit ini 2 minggu sampai 3 tahun.
Pada manusia, Mula-mula berbentuk makula dan kemudian menjadi papula. Papula
lalu pecah, lalu terjadi ulkus yang dapat sembuh sendiri dalam bederapa bulan dan
meninggalkan perut yang kecil. Bila terjadi infeksi sekunder oleh bakteri dapat timbul
gejala umum seperti demam, menggigil, jika ulkus sembuh akan meninggalkan perut yang
besar. Ulkus pada Leismaniasis dapat sembuh sendiri dalam beberapa bulan tanpa diobati.

- Diagnosis
Diagnosis dapat dibedakan dengan cara:
1. Menemukan parasit dalam sediaan apus yang diambil dari tepi ulkus atau dari sediaan
biopsi.
2. Pembiakan dalam medium N.N.N (Novy-Mace Neal-Necolle).
3. Reaksi immonulogi

- Pencegahan
Metode terbaik adalah penyemprotan insektisida untuk membunuh vektor. Orang
yang melakukan perjalanan jauh di daerah endemi harus mengenakan pakaian pelindung
dan menggunakan anti serangga. Kelambu dan pintu dan jendela pada rumah harus
dimaksimalkan. Jaring harus sangat baik untuk menjadi efektif, sebagai lalat pasir sekitar
satu ukuran sepertiga dari nyamuk.

- Pengobatan
Untuk leishmaniasis kulit diberi salep yang mengandung paromomisin dan aloporinol.
Bila terjadi luka multipel atau luka sudah lanjut, diberi neostibosan. Pengobatan lokal
diberikan bila hanya 1 atau 2 ulkus saja. Bila ulkus didaerah muka pada daerah endemik
tidak diberi pengobatan, agar timbul kekebalan, tapi pada daerah non endemik pengobatan
harus segera diberikan.
Leishmania donovani
- Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes definitif dan parasit ini dapat menyebabkan leismaniasis
viseral, yang disebut juga kala azar atau tropical splenomegaly atau dum-dum fever.
Hospes reservoarnya adalah anjing. Dibeberapa daerah, penyakit ini dapat merupakan
penyakit pada anjing yang sewaktu-waktu dapat ditularkan kepada manusia. Lalat
Phlebotomus merupakan hospes perantara atau vektornya. Pada leismaniasis viseral atau
kala azar yang disesuaikan dengan letak geografik dan strain vektornya. Kelima macam
penyakit kala azar tersebut adalah : 1) tipe india yang menyerang orang dewasa muda. Tipe
ini adalah tipe kala azar klasik dan tidak ditemukan pada hospes reservoar (anjing) ; 2) tipe
Mediterania, yang dihinggapi anak balita dan mempunyai hospes reservoar anjing atau
binatang buas ; 3) tipe Cina yang biasanya menyerang anak balita tetapi dapat menyerang
orang dewasa ; 4) tipe Sudan, yang menghinggapi anak remaja dan orang dewasa muda.
Juga tiidak ditemukan pada anjing, tetapi mungkin mempunyai hospes reservoar binatang
buas ; 5) tipe Amerika selatan, penyakit ini jarang terjadi (sporadis) dan dapat menyerang
semua umur.
- Distribusi geografik

Daerah endemi penyakit ini sangat luas, yaitu berbagai negara di Asia (india), Afrika,
Eropa (sekitar laut tengah), Amerika tengah dan selatan. Di indonesia penyakit ini belum
pernah di temukan.

- Morfologi dan Daur Hidup


Pada manusia, parasit ini hidup intraselular dalam darah, yaitu dalam sel retikulo-
endotel (RE) sebagai stadium amastigot yang disebut benda Leishman-Donovan. Parasit
ini berkembangbiak secara balah pasang dan berukuran kira-kira 2 mikron. Sel RE dapat
terisi penuh oleh parasit, sehingga sel itu pecah. Stadium amastigot sementara berada
dalam peredaran darah tepi, kemudian masuk atau mencari sel RE yang lain, sehingga
stadium ini dapat ditemukan dalam sel RE hati, limpa, sumsum tulang dan kelenjar limfe
viseral. Di lambung Phlebotomus, stadium stadium amastigit ini berubah menjadi stadium
promastigot yang kemudian bermigrasi ke probosis. Infeksi terjadi dengan tusukan lalat
Phlebotomus yang memasukkan stadium promastigot melaluii probosisnya ke dalam badan
manusia.

- Patologi dan Gejala Klinis

Oleh karena banyak sel RE yang rusak, maka tubuh berusaha membentuk sel-sel
baru, sehingga terjadi hiperplasi dan hipertrofi RE. Akibatnya terjadi paembesaran limpa
(splenomegali), pembesaran hati (hepatomegali), pembesaran kelenjar limfe
(limfadenopati) dan anemia oleh karena pembentukan sel darah terdesak. Masa tunas
penyakit ini belum pasti, biasanya berkisar 2-4 bulan. Setelah masa tunas, timbul demam
yang berlangsung selama 2-6 minggu; mula-mula tidak teratur kemudian intermiten.
Kadang-kadang demam menunujukan dua puncak seharai (double rise). Demam lalu
hilang, tetapi dapat kambuh lagi. Lambat laun timbul spenomegali dan hepatomegali.
Kelenjar limfe diusus dapat diserang parasit ini ; pad infeksi berat diusus dapat terjadi
doare dan disentri. Anemia dan leukopenia terjadi sebagai akibat diserangnya sum-sum
tulang. Kemudian timbul anoreksia (tidak nafsu makan) dan terjadi kakeksia (kurus
kering), sehingga penderita menjadi lemah sekali. Daya tahan tubuh menurun,sehingga
mudah terjadi infeksi sekunder. Sebagai penyulit dapat terjadi kankrum oris dan noma.
Penyakit kala azar biasanya bersifat menahun. Sesudah gejala kala azar surut dapat timbul
Leismanoid dermal, yaitu kelaianan kulit yang disebut juga leismaniasis pasca kala azar.

- Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis, yang kemudian ditegakkan dengan : 1)


menemukan parasi dalam darah langsung, biopsi hati, limpa, kelenjar limfe dan fungsi
sum-sum tulang penderita; 2) Pembiakan dalam medium NNN ; 3) Inokulasi bahan pada
binatang percobaan; 4) Reaksi imunologi yaitu :
a) Uji aglutinasi langsung (Direct aglutination test)

b) ELISA untuk mende3teksi zat anti. Untuk mengidentifikasi parasit secara cepat
dikembangkan zat anti monolonal yang spesifik, yang dapat digunakan untuk
mendeteksi antigen guna keperluan diagnostik.

c) Western blot untuk mandeteksi antigen yang timbul selama infeksi.

d) Polymerase chain reaction untuk mendiagnosis leismaniasis dilapangan dan


leismaniasis pada penderita dengan infeksi HIV karena serologi untuk
mendeteksi zat anti tidak berguna banyak pada kasus ini.

- Epidemiologi

Di sekitar laut tengah, penyakit ini hanya terdapat pada balita dan disebut kala azar
infantil. Anjing merupakan hospes reservoar dan penting sebagai sumber infeksi. Pada anji
ng kelainan terdapat pada kulit, dinamakan Hunde kala azar. Di eropa dan amerika selatan
anjing sebagai binatang peliharaan juga merupakan hospes reservoar, sedangkan di india
penularan terjadi langsung antara manusia dan manusia karena anjing tidak penting sebagai
hospes reservoar.

- Pengobatan

Natrium antimonium glukonat, etilsibamin merupakan obat toksik tetapi sangat


efektif untuk pengobatan penyakit ini. Penderita memerlukan istirahat total selama
menderita penyakit akut; juga memerlukan banyak makanan yang mengandung kadar
protein tinggi dan vitamin. Transfusi darah diberikan pada penderita dengan anemia berat,
atau perdarahan pada selaput mukosa. Sebagai usaha penabggulangan leismaniasis maka
dilakukan pengembangan vaksin antara lain vaksin yang terbuat dari leismania mati
ataupun vaksin yang terbuat dari rekayasa genetik.

2.3.2.4 Sporozoa

Subfilum sporozoa mempunyai beberapa sifat umum yang khas, yaitu tidak
mempunyai flagel atau sillia, sehingga pergerakannya dilakukan secara aamuboid.
reproduksi terjadi melalui dua cara, yaitu reproduksi aseksual dan reproduksi seksual.
Banyak anggota subfilum ini merupakan penyebab penyakit pada manusia, misalnya
coccidia (sporozoa usus), plasmodium (sporozoa darah), dan ordo taxoplasmida
(toxoplsma, sarcosystis, pneumocystis).
Coccidia
Protozoa usus ini hidup didalam usus daerah ileumm bagian bawah, jarang
menimbulkan penyakit pada manusia.

- Hospes dan Nama Penyakit

Coccidia adalah parasit bersel satu, pembentuk spora dan mikroskopik yang masuk
kedalam filum apicomplexa dan kelas Conoidasida.Parasit ini hidup pada berbagai
mamalia, burung dan ikan, termasuk manusia. Penyakit yang disebabkannya disebut
koksidiosis. Parasit Coccidia menginfeksi usus hewan. dan merupakan grup protoza
apicomplexa terbesar.Coccidia adalah parasit intraselular obligat, yang berarti mereka
harus tinggal dan bereproduksi pada sel hewan.

- Distribusi Geografik

Parasit ini terdapat diseluruh dunia., tetapi lebih banyak ditemukan di


negeri beriklim panas.

- Morfologi dan Lingkungan hidup

Coccidian di golongkan berdasarkan bentuk ookista yang khas dan


ukuran besarnya yang bervariasi, bentuk dan jumlah sporoblas serta
sporozoit yang berbeda.

Ookista mempunyai dinding . sitoplasmanya terdapat satu sisi. Inti


ookista membelah dan membentuk sporoblas. Pada perkembangan
selanjutnya sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Di
dalam sporokista di bentuk sporozit.

Coccidian hidup didalam sel epitel usus kecil . Dalam sel ini terjadi siklus
aseksual , yaitu skizogoni.Ookista yang berisi sporokista di temukan
didalam tinja.

- Patologi
Bila sporokista matang tertelan oleh hospes, di rongga usus halus
dindingnya akan pecah dan keluarlah sporozoit yang berbentuk lonjong
dan kecil. Sporozoit akan masuk ke sel epitel usus halus dan menjadi
trofozoit. Trofozoit dalam sel epitel ahlus membesar sampai hampir
mengisi seluruh sel , kemudian intinya membelah menjadi banyak
( skizon ) , diikuti oleh pembagian protoplasma , sehingga terbentuk
merozoit. Bila skizon matang pecah , merozoit memasuki sel hospes
lain, tumbuh menjadi trofozoit dan mulai lagi dengan skizogoni sampai
beberapa kali. Sebagian merozoit telah menjadi trofozoit mulai dengan
proses sporogoni. Pada proses ini di bentuk gametosit dalam sel epitel
usus halus. Sebagian trofozoit membentuk makrogametosit dan
sebagian membentuk mikrogametosit. Satu makrogametosit
berkembang menjadi dua makro gamet , sedangkan satu
mikrogametosit berkembang menjadi beberapa mikrogamet. Setelah
amkrogamet di buahi oleh mikrogamet , terbentuk zigot yang di sebut
ookista , setelah pembentukan dinding ookista. Di dalam ookista
dibentuk sporoblas, yang pada perkembangan selanjutnua menjadi
sporokista. Di dalam sporokista di bentuk sporozoit.

Pada genus Isospora , ookista matang berisi 2 sporokista yang


masing masing mengandung 4 trofozoit. Pada genus Eimeria, ookista
matang berisi 4 sporokista yang masing masing mengandung
sporozoit.contohnya anjing dan kucing.

Anjing dan kucing yang terinfeksi melepaskan ookista coccidia di


dalam feses. Pada kondisi yang lembab dan hangat, ookista berpolurasi
menjadi stadium infetif dalam 3-5 hari. Anjing terinfeksi jika memakan
pakan atau minum yang terkontaminasi tanah atau fesesyang
mengandung ookista yang infektif . didalam usus , ookista ruprut dan
melepaskan sporozoit yang kemudian akan melakukan penetrasi
kedalam sel epitel usus, kemudian berkembangbiak di sana dan
akhirnya merusak sel hospes.mekanisme yang lain yaitu : koksidia
dapat ditularkan secara vertical . anak anjing dapat terinfeksi koksidia
sebelum dilahirkan jika induk terinfeksi koksidia semasa masih menjadi
anak anjing dan menjadi Carier.

- Gejala Klinis

Coccidia dapat menyebabkan Kerusakan saluran pencernaa, Radang


usus (enteritis) sering terjadi sebagai efek sekunder dari infeksi
coccidian.coccidia seringkali merusak dinding usus menyebabkan
perlukaan dan peradangan.coccidiosis sebagai pintu masuk kejadian NE.
Data hasil pantauan tim lapangan SHS, menunjukkan paling sering NE
sebagai ikutan kejadian dari coccidiosis. Penyakit yang sering dikenal
dengan berak darah ini sangat tinggi potensinya di Indonesia yang
curah hujan dan kelembabannya sangat tinggi. Meskipun beberapa jenis
coccidia tertentu infeksinya bersifat ringan, tidak menunjukkan gejala
berak darah.

Gejala kronis, bersifat subklinis, gejala tidak tampak, konsumsi


pakan seperti biasa, aktivitas normal tetapi bobot tidak mencapai batas
minimal yang semestinya. Pemeriksaan bedah bangkai hanya ditemui
bercak-bercak darah di lapisan usus, disertai cholangeohepatitis
(kerusakan hati). Kasus ini yang paling sering terjadi, dan menimbulkan
kerugian tinggi peternak. Sementara yang akut atau klinis, kejadian
kematian tinggi. Hasil bedah bangkai menunjukkan adanya perdarahan
usus, dan untuk kasus parah usus tampak menebal mengalami
kerusakan jaringan (seperti handuk). Sementara itu, gejala tanpa bedah
bangkai agak sulit. Karena biasanya hanya ditunjukkan adanya wet
dropping (diare), atau kadang-kadang berak darah. Melalui bedah
bangkai, ia berkata, beberapa ahli membagi derajat keparahan dalam 4
tingkat (scoring). Score 1 hanya ada bintik-bintik, score 2 bintik lebih
banyak, score 3 mulai ada bentukan jaringan nekrosis (seperti handuk)
di permukaan usus dan score 4 usus menipis dengan penumpukan
nekrosis makin tebal dan nyata.

Selain unggas anjing dan kucing juga dapat mengalami infeksi


koksidia gejala klinis yang di timbulkan antra lain:
Anak anjing atau kucing yang terserang koksidia
menunjukkkan gejala yang berkarakter dengan diare 3 hari
pasca infeksi , yang bersifat mukoid. Darah di dalam tinja
akan mulai tampak pada hari ke 4-6.

Hewan yang terinfeksi koksidia juga akan mengalami


dehidrasi, anemia, kurus, lemah dan akhirnya mati.

Beberapa penderita juga menunjukkan gejala pernafasan atas


yang di tunjukkan dengan batuk batuk.

Anjing atau kucing yang terinfeksi biasanya asimptomatis ,


tapi dapat menularkan penyakit pada hewan lain dan
menyebarkan ookista infektif kedalam lingkungan melalui
kontaminasi feses.

- Diagnosis

Coccidia hidup didalam sel epitel usus kecil . Dalam sel ini terjadi
siklus aseksual , yaitu skizogoni.Ookista yang berisi sporokista di
temukan didalam tinja. Diagnose koksidiosis adalah dengan mengamati
gejala klinis dan identifikasi ookista dalam sampel feses menggunakan
larutan sucrose - flotation atau pengecatan khusus misalnya
pengecatan asam cepat untuk Cryptosporidium.

Diagnose banding oksodiosis adalah infeksi infeksi interik akibat


virus dan penyakit penyakit intestinal akibat parasit yang lain
( Spirocerca lupi pada anjing dan Toxoplasma gondii pada kucing ).

Usus halus di penuhi masa yang bercampur lendir dan darah ,


dinding usus menebal dan pada mukosa tampak petekiae disertai
ulcerasi di berbagai permukaan usus halus.

Pengobatan
Pengendalian coccidiosis menggunakan coccidiostat yang efektif
adalah yang tidak merusak lapisan usus.pengobatan terhadap
koksidiosis utamanya ialah untuk mengendalikan diare , mencegah
dehidrasi dan anemia , serta mengeliminasi organism infektif.pada
kasus akut, pengantian cairan sangat penting.

Sulfadimethoxine 55mg/kg PO pada hari pertama kemudian


27,5 mg/kg selama 4 hari atau hingga anjing tidak
menunjukkan gejala infeksi isospora dan pada pemeriksaan
sampel feses negative ookista.

sulfadiazine 30 mg/kg PO tiap hari sampai 14 hari.

Tribison 15 30 mg/kg PO dua kali sehari.

Tortrazunil 7 mg/kg 2-5 hari.

Koksidia dapat dikendalikan dengan sanitasi yang tepat ,


pembersihan lingkungan dengan larutan ammonium
hidroksida yang kuat dan pemanasan permukan kandang
yang pernah mengalami serangan koksidia.

PLASMODIUM VIVAX

Plasmodium vivax adalah protozoa parasit yang pathogen yang sering dan
didistribusikan secara luas sebagian besar menyebabkan malaria. Plasmodium vivax
merupakan salah satu dari enam jenis parasit malaria yang sering menginfeksi manusia.
Plasmodium Vivax termasuk ke dalam anggota filum Sporozoa yang tidak memiliki alat
gerak dan bersifat parasit, tubuh terbentuk bulat atau bulat panjang.
Taksonomi :
Domain : Eukaryota
Kingdom : Chromalveolata
Superphylum : Alveolata
Phylum : Apicomplexa
Class : Aconoidasida
Ordo : Haemosporida
Family : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
- Morfologi
Eritrosit yang terinfeksi oleh parasit ini mengalami pembesaran dan pucat karena
kekurangan haemoglobin.
Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi.
Tropozoid tua tampak sebagai cincin amuboid akibat penebalan sitoplasma yang tidak
merata
Dalam waktu 36 jam parasit akan mengisi lebih dari setengah sel eritrosit yang membesar.
Proses selanjutnya inti sel parasit akan mengalami pembelahan dan menjadi bentuk schizont
yang berisi merozoit berjumlah antara 16 18 buah.
Gametosit mengisi hampir seluruh eritrosit.
Mikrogametosit berinti besar dalam pewarnaan Giemsa akan berwarna merah muda
sedangkan sitoplasma berwarna biru.
Makrogametosit berinti padat berwarna merah letaknya biasanya di pinggir.

- Reproduksi
Plasmodium vivax dapat mereproduksi baik secara aseksual dan seksual ,tergantung
pada tahap siklus hidupnya.
Secara Aseksual
1. Tanaman belum trofozoit (Ring atau cincin meterai-berbentuk), sekitar 1 / 3 dari diameter
dari sel darah merah
2. Trofozoit dewasa: Sangat tidak teratur dan halus (digambarkan sebagai amoeboid);
pseudopodial banyak proses terlihat. Kehadiran butiran halus pigmen coklat (pigmen
malaria) atau hematin mungkin berasal dari hemoglobin dari sel darah merah yang
terinfeksi.
3. Schizonts (juga disebut meronts): Sebagai besar sebagai sel darah merah yang normal,
sehingga sel terparasit menjadi buncit dan lebih besar dari biasanya. Ada merozoit sekitar
enam belas.
Secara Seksual
Tahap seksual Plasmodium vivax sebagai berikut :
1. Transfer ke nyamuk
2. Gametogenesis Mikrogamet dan Makrogamet
3. Pembuahan
4. Ookinite
5. Oocyst
6. Sporogony
- Hospes dan nama penyakit
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini , sedangkan hospes definitifnya
adalah nyamuk Anopheles betina.
Plasmodium vivax menyebabkan penyakit malaria vivaks, dapat juga disebut malaria
tersiana.
- Siklus hidup
1. Nyamuk Anopheles betina menggigit, menghisap darah manusia kemudian mengeluarkan
air liur yang mengandung sporozoit.
2. Bersama aliran darah sporozoit menuju hati, selama 3 hari.
3. Sporozoit membelah menjadi 8 32 merozoit, keluar dari hati kemudian menginfeksi sel
hati lain dan membentuk merozoit baru. Akibatnya sel hati banyak yang rusak.
4. Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah banyak.
5. Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah banyak.
6. Jika darah si penderita digigit nyamuk Anopheles dan menghisap darah penderita tadi
maka makrogametosit dan mikrogametosit akan ikut terhisap dan masuk ke dalam usus
nyamuk. Di dalam usus nyamuk makrogametosit danmikrogametosit berkembang menjadi
makrogamet (ovum) dan mikrogamet (sperma). Prosesnya dinamakan gametogonia atau
gametogenesis. Fertilisasi terjadi di dalam usus sehingga terbentuklah zigot (ookinet).
7. Zigot (ookinet) selanjutnya akan menembus dinding usus dan untuk sementara akan
menetap, terbungkus oleh otot dinding perut nyamuk (ookista)
8. Di dalam ookista, zigot akan membelah berulang kali sehingga terbentuk sel-sel yang
lengkap dinamakan sporozoit.
9. Jika ookista telah matang maka akan pecah sehingga sporozoit tersebar ke seluruh tubuh
nyamuk, diantaranya adalah ke dalam kelenjar ludah.
10. Apabila nyamuk menghisap darah manusia bersamaan dengan itu nyamuk akan
melepaskan sporozoit ke dalam darah.
Plasmodium pada manusia : aseksual (Fase gametofit dan vegetatif)
Plasmodium pada nyamuk : seksual (Fase sporofit dan generatif )
- Patologi dan Gejala Klinis
Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodromal: sakit kepala, sakit
punggung, mual dan malaise umum. Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama ,tetapi
kemudian menjadi intermiten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, suhu
meninggi dan kemudian turun menjadi normal. Malaria vivax penting bukan karena angka
kematiannya tetapi karena kelemahan penderita yang disebabkan oleh relapsnya.
Limpa pada serangan pertama mulai membesar, dengan konsistensi lembek dan
mulai teraba pada minggu kedua. Pada malaria menahun menjadi sangat besar ,keras dan
kenyal. Pada permulaan serangan pertama , jumlah parasit Plasmodium vivax kecil dalam
peredaran darah tepi, tetapi bila demam tersian telah berlangsung, jumlahnya bertambah
besar. Kirakira satu minggu setelah serangan pertama , stadium gametosit tampak dalam
darah.
- Pengobatan
1. Prinsip dasar pengobatan malaria vivaks adalah pengobatan radikal yang ditujukan pada
stadium hipnozoit di sel hati dan di eritrosit
2. Tahun 1989, P. vivax resisten klorokuin. Sehingga dipakai pengobatan klorokuin selama 3
hari dilakukan bersamaan dengan primakuin selama 14 hari. Dengan cara ini, primakuin
bersifat sebagai skizontizid darah selain membunuh hipnozoit dalam hati. Jika dengan
pengobatan promakuin masih belum terjadi relaps, bisa ditambahkan dosis primakuin
sampai 30 mg/hari
3. Obat alternatif lain: artesunat-amodiakuin, dihidroartemisinin-piperakuin, atau non-
altemisin (meflokuin, atovaquone-proguanil)
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai