KELOMPOK 11 B
Farmakoterapi IV
FARMASI-UNIVERSITAS ANDALAS
Trematoda Darah
(Schistosoma)
PENDAHULUAN
Trematoda darah adalah salah
satu trematoda yang habitanya di
dalam darah, trematoda darah
merupakan trematoda yang
termasuk golongan
anhermaprodit (organ genital
terpisah).
Penyakit yang disebabkan oleh trematoda darah yaitu
schistosomiasis.
Schistosomiasis atau disebut juga demam keong
merupakan penyakit parasitik yang disebabkan
oleh infeksi cacing yang tergolong dalam genus
Schistosoma.
Secara epidemiologi penularan schistosomiasis tidak
terpisahkan dari faktor perilaku atau kebiasaan
manusia. Pada umumnya, penderita schistosomiasis
adalah mereka yang mempunyai kebiasaan yang
tidak terpisahkan dari air. Seringnya kontak
dengan perairan atau memasuki perairan yang
terinfeksi parasit Schistosoma menyebabkan
meningkatnya penderita schistosomiasis di dalam
masyarakat
PENYEBAB
Schistosoma japonicum
Schistosoma mansoni
Schistosoma haematobium
KLASIFIKASI
Kingdom :Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas :Trematoda
Ordo : Strigeiformes
Famili : Schistosomatidae
Genus : Schistosoma
Spesies : - Schistosoma japonicum
- Schistosoma mansoni
- Schistosoma haematobium
MORFOLOGI dan REPRODUKSI
1. Schistosoma japonica
2. Schistosoma monsoni
3. Schistosoma
haemstobium
MORFOLOGI CACING DARAH
(Schistosoma sp)
Secara umum
Cacing dewasa non hermaprodit (jenis kelamin cacing jantan
dan betina terpisah)
Ukuran cacing jantan : panjang ±10 mm, lebar ±1 mm
Ukuran cacing betina : panjang ±20 mm, lebar ±0,25 mm
Mempunyai 2 buah batil isap Intestinal coecum bersatu pada
bagian posterio
Cercaria mempunyai ekor bercabang dua dan dapat
menginfeksi hospes dengan jalan menembus kulit (bentuk
infektif) tanpa melalui metaserkaria
Cacing jantan mempunyai sebuah saluran (lekukan)
memanjang di sebelah ventral badan yang dibentuk oleh
lipatan kedua tepi lateral badan ke arah ventral dimana
terdapat cacing betina, celah ini disebut dengan canalis
gynecophorus
Ciri-ciri Umum Telur Schistoma sp
Telur berbentuk oval
Telur tidak mempunyai operculum
Mempunyai spina atau duri yang berbeda-
beda tiap spesies
(Craig, C.F., et al. 1970. Craig and Faust’s
Clinical Parasitology. Michigan : Lea &
Febiger)
Schistosoma japonicum
TELUR
BENTUK : BULAT AGAK
LONJONG DNG
TONJOLAN DI
BAGIAN
LATERAL DEKAT
KUTUB
UKURAN : 100 x 65 µm
TELUR BERISI EMBRIO
TANPA OPERKULUM
SERKARIA
Schistosoma sp
EKOR BERCABANG
Morfologi S. japonicum
Telur S.japonicum
Telur S.japonicum
Telur S. japonicum
S. japonicum jantan dan betina
Morfologi S. mansoni
Telur S. mansoni
Telur S. mansoni
INANG ANTARA Schistosoma
mansoni
Biomphalaria sp
Telur S. mansoni dlm usus
Telur S. mansoni pada jaringan usus (pd lapisan
mukosa dan submukosa)
Morfologi S. haematobium
Telur S. haematobium
Telur S. haematobium
INANG ANTARA Schistosoma
haematobium
Bulinus
sp
Telur S. haematobium pada jaringan kandung
kencing, terlihat telur terkalsifikasi
Lokasi S. haematobium dlm Plexus V. vesicalis
S. haematobium S. mansoni S. japonicum
Cacing jantan
Ukuran 10-15 x 1 mm 10 x 1 mm 12-20 x 0.5 mm
Kutikula Tuberkula halus Tuberkula kasar Tidak bertuberkel
Testis 4-5, berkelompok 8-9, deret zig-zag 6-7, berderet
Cacing betina
Ukuran 20 X 0.25 mm 14 x 0.25 mm 26 x 0.3 mm.
Ovarium Posterior pertengahan Anterior pertengahan Pertengahan badan
badan badan
Telur dalam uterus 20-30 butir 1-3 butir 50 butir atau lebih
Sekum yang menyatu Panjang (menyatu di Terpanjang(menyatu di Pendek(menyatu di
pertengahan badan) anterior perte-ngahan posterior perte-ngahan
badan) badan)
Hospes perantara Bulinus (Physopsis dan Biomphalaria dan Oncomelania hupensis
Planorbarius) Australorbis
Hospes Definitif Manusia Manusia Manusia & hewan
Babon Babon domestik
Penyebaran Geografis Afrika, Timur Tengahd & Afrika dan Amerika Selatan Timur Jauh (Oriental)
Timur Dekat
Habitat Pleksus vena vesikalis dan Plexus mesenterikus Plexus mesenterikus
prostatika daerah sigmoidorektal daerah ileocaecalis (v.
(v. mesenterika inferior mesenterika superior dan
dan cabang-cabangnya cabang-cabangnya)
Siklus hidup
Siklus hidup Schistosoma japonicum dan Schistosoma mansoni
sangat mirip.
Secara singkat, telur dari parasit dilepaskan dalam tinja dan
jika mengalami kontak dengan air mereka menetas menjadi
larvayang berenang bebas, yang disebutmiracidia .
Larva kemudian harus menginfeksi keong dari genus Oncomelania
seperti jenis lindoensis Oncomelania dalam satu atau dua hari.
Di dalam keong, larva mengalami reproduksi aseksual melalui
serangkaian tahapan yang disebut sporocysts.
Setelah tahap reproduksi aseksual, cercaria yang dihasilkan dalam
jumlah besar, yang kemudian meninggalkan keong dan harus
menginfeksi inang vertebrata yang cocok.
Setelah cercaria menembus kulit tuan rumah kehilangan ekornya
dan menjadi sebuah schistosomule, Cacing kemudian bermigrasi
melalui sirkulasi, berakhir di pembuluh darah mesenterika dimana
mereka kawin dan mulai bertelur.
Setiap pasangan desposits sekitar 1500 - 3500 telur per hari dalam
dinding usus. Telur menyusup melalui jaringan dan terdapatdalam
tinja
Mekanisme infeksi cacing schistosoma
PATOGENITAS
Keadaan patologis yang ditimbulkan oleh
schistosomiasis sering berupa pembentukan
granuloma dan gangguan terhadap organ
tertentu.
Hal ini sangat berhubungan erat dengan
respon imun hospes.
Respon imun hospes ini sendiri dipengaruhi
oleh faktor genetik, intensitas infeksi, sensitisasi in
utero terhadap antigen schistosoma dan status
co-infeksi.
(Renita , 2011)
GEJALA KLINIS
Secara klinis schistosomiasis dapat dibagi
menjadi tiga stadium, yaitu :
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Pengobatan
Pengobatan massal Pengobatan selektif
perorangan
• dilaksanakan bila • dilakukan bila • diberikan pada
prevalensi prevalensi di bawah 1 fasilitas pelayanan
skistosomiasis di %. Pengobatan kesehatan
desa > 1%. diberikan setiap 6 berdasarkan
Pengobatan ini bulan pada penduduk pemeriksaan klinis
dilaksanakan setiap 6 yang positif dan atau laboratorium.
bulan diberikan serumah.
kepada penduduk
umur 5 tahun ke atas.
Pada balita hanya
diberikan pada
individu yang positif.
Pengobatan ditunda
pada wanita hamil,
wanita menyusui dan
yang sakit berat.
Obat
1. Praziquantel
Dosis 30 mg/kg BB/dosis diberikan 2 dosis
dalam satu hari, total 60 mg/kg/BB.
Jarak pemberian dosis pertama dengan dosis
kedua adalah 4-6 jam. Obat diminum sesudah
makan.
Efek samping antara lain, demam, sakit kepala,
pusing, mual, dan lain-lain
2. Emetin (Tartras emetikus)
Pada tahun 1918 Chistopherson mengobati penyakit kala azar
dengan tartars emetikus. Tartars emetikus atau antimon kalium
tartrat dapat dikatakan sebagai obat schistosomisida yang cukup
efektif,
akan tetapi mempunyai efek amping yang agak berat, antara lain:
mual, muntah, batuk, pusing, sakit kepala, nyeri pada tubuh,
miokarditis yang tampak pada EKG, bradi atau takikardia, syok dan
kadang-kadang mati mendadak.