Anda di halaman 1dari 27

DISPOSISI OBAT PADA USIA LANJUT

Oleh :
Rahmi Yosmar, M.Farm, Apt
LANJUT USIA = GERIATRIK

Orang sakit yang berumur > 65 tahun


PENYAKIT YANG DI DERITA

1. Emotional distres
2. Kardiovaskuler
3. DM
4. Arthritis dan rhematisme
5. dll

Memerlukan banyak obat

Problem :
1. Polifarmasi
2. Peresepan tidak tepat
3. Ketidakpatuhan
OBAT YANG SERING DIBERIKAN

1. Obat-obat kardiovaskuler
2. Diuretika
3. Transquilizer
4. Sedative
5. Obat batuk dan influenza
PERUBAHAN FISIOLOGI

1. Reduksi sekresi asam lambung


2. Penurunan motilitas TGI
3. Reduksi luas permukaan total absorbsi
4. Reduksi aliran darah jaringan (spalanchnic)
menggambarkan organ visceral
5. Reduksi ukuran hepar
6. Reduksi filtrasi glomerulus
7. Reduksi tubular ginjal
OBAT VS FAKTOR FARMAKOKINETIKA

1. Absorbsi obat
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Ekskresi
ABSORBSI OBAT
1. Obat yang diabsorbsi dengan cara difusi pasif
tidak terganggu penyerapannya
2. Perubahan pH cairan lambung dan
berkurangnya gerakan TGI akan memperlambat
pengosongan lambung
3. Obat yang diabsorbsi dengan cara transport
aktif peyerapannya akan berkurang, yaitu ;
• 3- methyl glucose
• Thiamin
• Galaktose
• Calcium
• Garam Fe organik
DISTRIBUSI

Faktor yang mempengaruhi distribusi :


1. Perubahan sirkulasi cairan tubuh
2. BB total (berkurang), contoh : kadar
digoxin dalam darah lebih tinggi
3. Kadar albumin berkurang
4. Ikatan plasma-protein berkurang, sehingga
obat-obat yang bersifat asam (simetidin,
furosemid, warfarin) yang bebas akan
meningkat
METABOLISME

1. Metabolisme oleh enzim hepar


berkurang terutama pada kerusakan
fungsi hepar
ex : T½ phenylbutazon lebih
panjang
2. Perubahan ikatan protein
ex : Chlordiazepoxid dan diazepam
bertambah panjang sehingga
depresi SSP meningkat
EKSKRESI

Fungsi ginjal menurun :


1. Dosis dikurangi
2. Interval diperpanjang
3. Kombinasi 1 dan 2

Untuk obat :
 Digoxin
 Quinidin
 Aminoglikosida
 Tetrasiklin
 Preparat Penisillin
SENSITIVITAS
1. Morphin dan phetidin waktu paruh menjadi
lebih panjang
2. Barbiturat T½ menjadi lebih panjang, dapat
memberikan efek tidak diduga
3. Antidepresan Trisiklik : sensitivitas meningkat
terhadap efek anti cholinergik menyebabkan
pasien menjadi bingung dan disorientasi
4. Phenothiazine menyebabkan meningkatnya
reaksi ekstrapiramidal dan hipotensi ortostatik.
Pengobatan jangka panjang dapat
menyebabkan dyskinesia (gangguan gerak yang
ditandai dengan gerakan otot tak sadar)
4. Golongan thiazide meningkatkan hipotensi
ortostatik, hipokalemia
5. Golongan sulfonilurea meningkatkan
kerentanan hipoglikemia
6. Aspirin dapat menyebabkan anemia
7. Perobahan respon terhadap obat yang
bekerja pada SSP
PERUBAHAN FARMAKODINAMIK

 Perubahan farmakodinamik dapat merubah


respon terhadap obat
 Penurunan endokrin, transmisi
neuromuskular dan respon organ,
menyebabkan gangguan homeostatik
PERUBAHAN FARMAKODINAMIK

1. Pengaturan temperatur : terjadi hipotermia, dari


obat-obat yang menyebabkan sedasi
(benzodiazepin, alkohol, opioid)
2. Fungsi usus dan kandung kemih
Obat antikolinergik, opiat, antidepresan trisiklik
dapat menyebabkan penurunan motilitas TGI,
akibatnya terjadi konstipasi
3. Obat antihipertensi memperparah terjadinya
postural hipotension (orthostatic hypotension)
Catatan :
Orthostatic hypotension : bentuk hipotensi
dimana tekanan darah seseorang tiba-tiba turun saat
berdiri atau peregangan.
Yaitu penurunan tekanan darah sistolik paling sedikit
20 mm Hg atau tekanan darah diastolik minimal 10
mm Hg ketika seseorang berada pada posisi berdiri.
4. Penurunan kemampuan untuk mengekresikan kelebihan
air obat yang dapat mengakibatkaan retensi air
akan bermasalah (kostikosteroid, antiinflamasi)
5. SSP mengalami perubahan struktur dan kimiawi syaraf
aktivitas kolin esterase menurun antikolinergik,
hipnotik dan penghambat adrenoreseptor β
kebingungan
6. Fungsi adrenoreseptor β menurun terapi β bloker
kurang efektif penurunan efek antihipertensi
MASALAH PADA PENGOBATAN LANSIA

1. Obat tidak diperlukan


2. Jumlah obat tidak sesuai
3. Petunjuk tidak jelas
4. Frekuensi, interval dan dosis tidak tepat
5. Duplikasi terapi
6. Polifarmasi
7. Interaksi obat
PRINSIP PEMBERIAN OBAT

1. Apakah terapi obat memang diperlukan


2. Kalau ya, apakah mutlak
3. Obat apa yang harus dipilh
4. Berapa jenis obat yang harus diberikan
5. Apakah dosis yang diberikan adalah dosis
standar atau disesuaikan. Umumnya geriatri
memerlukan dosis lebih rendah
6. Bentuk sediaan apa yang harus dipilih
7. Apakah obat harus dengan label khusus
8. Apakah pasien mampu menggunakan obat
sendiri
9. Berapa lama pengobatan perlu diberikan
KEPATUHAN PASIEN

 Kepatuhan pasien geriatri lebih rendah terhadap


pengobatan
 Ketidakpatuhan akan mempengaruhi efek terapi

 Berikan motivasi
 KIE
 Jadwal pengobatan
PENYEBAB KETIDAKPATUHAN

a. Tidak memahami tujuan terapi


b. Hanya memperoleh sedikit atau tidak memperoleh
manfaat terapi sebelumnya
c. Pengalaman ESO yang tidak menyenangkan
d. Aturan dosis yang rumit
e. Ketidak mampuan dalam membuka kemasan
f. Lupa
SARANA BANTU KEPATUHAN

1. Catatan harian peresepan


2. Sistem dosis yang terpantau
3. Peralatan audio, alarm
4. Penandaan warna pada wadah
5. Pemberian konseling
6. Mengubah rute pemberian
7. Evaluasi dosis
DAFTAR PERIKSA PERESEPAN

1. Pastikan bahwa resep sudah tepat


2. Hindarkan polifarmasi
3. Pertimbangkan penanganan obat yang
berubah
4. Pemeriksaan kepatuhan
5. Evaluasi peresepan secara teratur
6. Apakah tujuan terapi sudah tercapai
DISKUSI KASUS

Seorang wanita berusia 72 tahun, dengan tinggi badan


165 cm, berat badan 85 kg baru saja kontrol dari dr.
Mayang, Sp.PD dan mendapatkan resep captopril 25 mg
sekali sehari untuk pemakaian 30 hari dan glimepiride 2
mg sekali sehari selama 30 hari. Tekanan darah pasien
150/100 mmHg, sudah diketahui diabetes sejak 5 tahun
yang lalu. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
HbA1C 7,5 %, total kolesterol 215 mg/dl dan HDL
kolesterol 70 mg/dl. Pasien mengeluh batuk kering.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai