Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPOTIROID DAN HIPERTIROID

Dibuat oleh :
Nama : Adia Anggita Prasila
Kelas : S1 Keperawatan 3B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN


Jl. Rawa Buntu No.10, BSD City – Serpong
Kota Tangerang Selatan
2020
Asuhan Keperawatan Klien dengan Hipotiroid dan Hipertiroid

1. Definisi Hipotiroid

Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid


yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi
akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid
yang mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)
Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di
akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat
mengakibatkan kretinisme.
Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan
tubuh akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999

Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:

• Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid


• Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
• Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus

2. Etiologi
• Hipothyroid primer
– Kelainan kongenital (cretinisme)
– Kelainan sintesis hormone
– Defisiensi iodine prenatal dan postnatal
– Obat-obat antithyroid
– Terapi pembedahan atau radioaktif pada hyperthyroid
• Hipothyroid sekunder (kelainan pituitari)
– Penurunan stimulasi normal kelenjar thyroid, akibat malfungsi hipofise.
• Hipothyroid tertier (kelainan hipothalamus)
– Hipotalamus gagal memproduksi TRH sehingga sekresi TSH menjadi rendah.
3. Komplikasi dan Penatalaksaan Hipotiroid
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.
Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara
intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu
dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah
hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh
dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf
pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

4. Manifestasi Klinis
a) Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
b) Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema),
dan penurunan curah jantung
c) Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki
d) Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan
nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
e) Konstipasi
f) Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
g) Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
Skema Patofisiologi Hipotiroid
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTIROID

• Pola nafas tidak efektif

 Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang tiak memberikan ventilasi adekuat

Gejala dan Tanda Mayor

 Data Subjektif

1. Dispnea

 Data Objektif

1. Penggunaan otot bantu pernafasan

2. Fase ekspirasi memanjang

3. Polanafas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-


stokes).

Gejala danTanda Minor

 Data Subjektif

1. Ortopnea

 Data Objektif

1. Pernafasan pursed-lip

2. Pernafasancupinghidung

3. Diameterthoraks anterior-posterior meningkat

4. Ventilasisemenitmenurun

5. Kapasitas vital menurun

6. Tekananekspirasimenurun

7. Tekananinspurasimenurun

8. Ekskursi dada berubah


 Pola nafas

Intervensi : Manajemen jalan nafas

Tindakan

 observasi

1. monitor pola nafas ( frekuensi,kedalaman,usaha nafas)

2. monitor bunyi nafas tambahan ( mis. Gruglimg,mengi,whezzingronki kering)

3. Monitor sputum (jumlaj,warna,aroma)

 Teraupetik

4. pertambahan kepatenan jalan nafas drnganhead-tilit dan chin-lift ( jaw - thrust jika
curiga trauma servikal)

5. posisikan semi fowler dan fowler

6. berikan minumna hangat

7. lakukan fisioterapi dada jika perlu

8. lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

9. lakukan hiperoksigenasi sebelum pengjisapanendoktrakeal

10. keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep mcGill

11. berikan oksigen

 Edukasi

12. anjurkan asupan cairan 2000ml/hari jika kontraindikadi

13. ajarkan teknik batuk efektif

 Kolaborasi

• Intoleransi aktivitas
 Definisi = ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Penyebab
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Lemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
Gejala dan tanda mayor
 Subjektif

1. Mengeluh lelah
 Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat <20% dari kondisi istirahat


Gejala dan tanda minor
 Subjektif

1. Dispnea saat/setelah aktivitas


2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3.merasa lemah
 Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


2. Gambaran EKG Menunjukanaritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG Menunjukan iskemia
4. Sianosis

 Intoleransi aktivitas

Intervensi : manajemen energi


Tindakan
 Observasi

1. Identifikasi gangguam fungsi tubuh mengakibatkan kelelahan


2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
 terapeutik

5. Sediakan lingkungan nyaman rendah stimulus (mis, cahaya suara kunjungan)


6. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
7. Berikan aktivitas distraksi yang menengkan
8. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan
 edukasi

9. Anjurkan tirah barinh


10. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
11. Anjurkan menghubungin perawat jika tanda dan gejalakrlelahan tidak berkurang
12. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 kolaborasi

13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makan

14. kolaborasi pemberian bronkodilator,mukolitik,jika perlu Defisit pengetahuan tentang


(spesifikkan)

 Defisit pengetahuan

 Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan


topik tertentu.

Penyebab
1. Keterbatasan kognitif
2. gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidak tahunan menemukan sumber informasi

Gejala dan Tanda Mayor


 Subjektif
1. Menanyakan masalah yang di hadapi
 Objektif
1.menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
2.menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

Gejala dan Tanda Minor


 Subjektif
(Tidak tersedia)
 Objektif
1.menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2.menunjukkan perilaku berlebihan (mis.apatis,bermusuhan,agitasi,histeria)

Kondisi terkait
1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2. Penyakit akur
3. Penyakit kronis

Keterangan
Diagnosis ini dapat dispesifikkan berdasarkan topik tertentu, yaitu :
1. Gaya hidup sehat
2. Keamanan diri
3. Keamanan fisik anak
4. Kehamilan dan persalinan
5. Kesehatan maternal pasca persalinan
6. Kesehatan maternal prekonsepsi

 Defisit pengetahuan

Intervensi: edukasi kesehatan


Definisi : Mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih
serta sehat

Tindakan
 Observasi
1. indentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat

 Terapeutik
3. sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5. berikan kesempatan untuk bertanya

 Edukasi
6. jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
7. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
 Konstipasi

 Definisi : Penurunan desikasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan
tidak tuntas serta feses kering dan banyak

Penyebab
 Fisiologis
1. Penurunan motilitas gastrointestinal
2. ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3. ketidakcukupan diet
4. ketidakcukupan asupan serat
5. ketidakcukupan asupan cairan agen Lionik (misalnya penyakit hircsprung)
6. kelemahan otot abdomen

 Psikologis
1. Konfusi
2. Depresi
3. Ganguan emosi

 Situasional
1. Perubahan kebiasaan makan misalnya jenis makanan jadwal makanan
2. ketidakadekuatan toileting
3. aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4. penyalahgunaan laksatif
5. efek agen farmakologis
6. ketidakaturan kebiasaan Defekasi
7. kebiasaan menahan dorongan defekasi
8. perubahan lingkungan

Gejala dan tanda mayor


 Subjektif
1. Desikasi kurang dari 2 kali seminggu
2. pengeluaran feses lama dan sulit
 Objektif
1. Feses keras
2. Peristaltik usus menurun

Gejala dan tanda minor


 Subjektif
1. Mengejan saat defekasi
 Objektif
1. Distensi obdomen
2. Kelemahan umum
3. Teraba masa pada rektal

Kondisi klinis terkait


1. Lesi atau cedera pada medula spinalis
2. spina bifida
3. stroke
4. sklerosis multipel
5. penyakit parkinson
6. demensia
7. hiperparatiroidisme
8. hipoparatiroid
9. keseimbangan elektrolit
10. hemoroid
11. obesitas
12. pasca operasi obstruksi bowel
13. kehamilan
14. pembesaran prostat
15. abses rectal
16. fisura anorektal
17. striktura anorektal
18. proplaps rectal
19. ulkus rektal
20. rektokel
21. tumor
22. penyakit hirschsprung
23. impaksi feses

 Konstipasi
Intervensi: pencegahan konstipasi

Definisi: mengidentifikasi dan menurunkan risiko terjadinya penurunan frekuensi normal


defekasi yang yang disertai kesulitan pengeluaran feses tidak lengkap.
Tindakan
 Observasi
1. identifikasi faktor risiko konstipasi (mis, asupan serat tidak adekuat, asupan cairan
tidak adekuat, aganglionik, kelemahan otot abdomen, aktivitas fisik kurang)
2. monitor tanda dan gejala konstipasi (mis, defekasi kurang dua kali seminggu,
defekasi lama atau sulit, feses keras, peristaltik menurun)
3. identifikasi status kognitif untuk mengkomunikasikan kebutuhan.
4. identifikasi penggunaan obat-obatan yang menyebabkan konstipasi.

 Teraprutik
5. Batasi minuman yang mengandung kafein dan alkohol
6. jadwalkan rutinitas BAK.
7. lakukan masase abdomen.
8. berikan terapi akupresur.

 Edukasi
9. Jelaskan penyebab dan faktor risiko konstipasi.
10. Anjurkan minum air putih sesuai dengan kebutuhan (1500-2000 ml/hari)
11. Anjurkan mengkonsumsi makanan berserat(25-30 gram/hari)
12. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai kebutuhan.
13. Anjurkan berjalan 15-20 menit 1-2 kali/hari.
14. Anjurkan berjongkok untuk memfasilitasi proses BAB

 Kolaborasi
15. kolaborasi dengan ahli gizi, Jika perlu

1. Definisi Hipertiroid
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksitiroid,
yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar
tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan
di dalam darah.
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat
mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit
Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus:
infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi,
penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit
serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.
2. Etiologi Hipertiroid
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves,suatu penyakit
tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormone
yang berlebihan
Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah:
 Toksisitas pada strauma multinudular
 Adenoma folikular fungsional ,atau karsinoma(jarang)
 Adema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)
 Tomor sel benih,missal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan
mirip-
TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional)
 Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato)yang keduanya dapat
berhubungan dengan hipertiroid sementara pada fase awal

3. Komplikasi Hipertiroid
a) Penyakit jantung
b) Gagal ginjal kronis
c) Fraktur
d) Krisis tiroid
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 1319)
4. Penatalaksanaan Hipertiroid
1) Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti
propiltiourasil atau metimazol yang diberikanpaling sedikit selama satu
tahun. Obat – obat ini menghambat sintesis dan pelepasan tiroksin.
2) Pembedahan tiroideksomi sub total sesudah terapi propiltiourasil prabedah
3) Pengobatan dengan yodium radioaktif (Price A, Sylvia, 1995, hal 1076)

5. Manifestasi klinis
Apatis
Mudah lelah
Kelemahan otot
Mual
Muntah
Gemetaran
Kulit lembab
Berat badan turun
Takikardi
Mata melotot, kedipan mata berkurang
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 1319 dan Price A, Sylvia, 1995, hal 1076)

Skema Patofisiologi Hipertiroid


ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROID
 Defisit pengetahuan tentang (spesifikkan)
 Definisi: Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu.

Penyebab
1. Keterbatasan kognitif
2.gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidak tahunan menemukan sumber informasi
Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif

1. Menanyakan masalah yang di hadapi


 Objektif

1.menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran


2.menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif

(Tidak tersedia)
 Objektif

1.menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


2.menunjukkan perilaku berlebihan (mis.apatis,bermusuhan,agitasi,histeria)
Kondisi terkait
1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2. Penyakit akur
3. Penyakit kronis
Keterangan
Diagnosis ini dapat dispesifikkan berdasarkan topik tertentu, yaitu :
1. Gaya hidup sehat
2. Keamanan diri
3. Keamanan fisik anak
4. Kehamilan dan persalinan
5. Kesehatan maternal pasca persalinan
6. Kesehatan maternal prekonsepsi
 Defisit pengerahuan

Intervensi: edukasi kesehatan


Definisi: Mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih
serta seha
Tindakan
 Observasi
1. indentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
 Terapeutik
3. sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5. berikan kesempatan untuk bertanya
 Edukasi
6. jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
7. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

 Risiko penurunan curah jantung


 Definisi :Beresiko mengalami pemompaan jaring yang tidak adekuat untuk
mengetahui kebutuhan metabolisme tubuh

Faktor resiko
1. Perubahan afterload
2. Perubahan frekuensi jantung
3. Perubahan irama jantung
4. Perubahan kontraktilitas
5.perubahan preload
Kondisi klinis terkait
1. Gagal jantung kongestif
2. Sindrom koroner akut
3. Gangguan katup jantung ( stenosis/regurgitas aorta, pulmonalis, trikuspipidalis atau
mitralis)
5. Aritma
 Risiko penurunan curah jantung

Intervesi: perawatan jantung


 Definisi : mengidentidikasi merawat dan membatasi komplikasi akibat
ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi oksigen miokard

Tindakan
 Observasi

1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung ( meliputi tips na


kelelahan edema Artena paroxysmal nocturnal dyspnea peningkatan CVP
2. Identifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah jantung meliputi
peningkatan berat badan hematomegali dan diatensi Vena jugularis palpitasi ronchi
basah oliguria batuk kulit pucat
3. monitor tekanan darah termasuk tekanan darah ortostatik Jikaperlu
4. monitor intake dan output cairan
5. monitor berat badan pada waktu yang sama
6. monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada misalkan intensitas Lokasi,radiasi, durasi presvitasi,
yang mengurangi nyeri
8. monitor EKG 12 sadapan
9. monitor aritmia kelainan Irama dan frekuensi
10. monitor nilai laboratorium jantung misalkan elektrolit enzim jantung BNP
NTpro-BNP
11. monitor fungsi alat pacu jantung
12. periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
13. periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat misalkan Beta
blocker, Ace inhibitor, calcium channel blocker
 Terapeutik
14. Posisikan pasien dengan semifowler atau flower dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
15. berikan diet jantung yang sesuai misalnya batasi asupan kafein natrium
kolesterol dan makanan yang tinggi lemak 16. gunakan stocking elastis atau
pematik intermiten sesuai indikasi
17. fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
18. berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres Jika perlu berikan dukungan
emosional dan spiritual

 Defisit nutrisi
 Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Penyebab
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuanmengabsorbsinutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi misal finansial tidak mencukupi
6. faktor psikologis mis stres keenganan untuk makan
Gejala dan tanda mayor
 Subjektif

1. Tidak tersedia
 Objektif

1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal


Gejala dan tanda minor
 Subjektif

1. Cepat kenyang setelah makan


2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
 Objektif

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
 Defisit nutrisi

Intervensi : Promosi berat badan


Tindakan
 Observasi :

1.identifikasi kemungkinan penyebab BB berkurang


2. Monitor adanya mual dan muntah
3.Monitor jumlah kalori yang di konsumsi sehari -hari
4. Monitor berat badan
5. Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
 Terapeutik

6. Berikan perawatan mulut sebelum memberikan makan, jika perlu


7.sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis. Makanan dengan tekstur
halus, makan makanan yang blendir, makanan cairan yang diberikan melalui NGT atau
gastrostomi, total parenteralnutrition sesuai indikasi)
8. Hidangkan makanan secara menarik
9. Berikan suplemen, jika perlu
10. Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang di capai
 Edukasi

11. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
12. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang di butuhkan

 Intervensi : manajemen nutrisi

Tindakan
 Observasi

1. Identifikasi status nutrisi


2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang di sukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya pengunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 teraupetik

9. Lakuakan oral hygiene sebelum makan jika perlu


10. Fasilitasi menentukan pedoman diet mis piramida makanan
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yanh sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan jika perlu
15. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat di
teloransi
 Edukasi

16. Anjurkan posisi duduk jika perlu


17. Anjarkan diet yang di programkan
 kolaborasi

18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan misalnya pereda nyeri antiemetik
Jika perlu
19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan Jika perlu

 Resiko gangguan gangguan integritas kulit atau jaringan

 Definisi: beresiko mengalami kerusakan kulit misalnya dan atau epidermis atau
jaringan membran mukosa Korea Fasia otot tendon tulang kartilago kapsul
sendi dan atau ligamen

Faktor risiko
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi kelebihan atau kekurangan
3. kekurangan atau kelebihan volume cairan
4. penurunan mobilitas
5. bahan kimia iritatif
6. suhu lingkungan yang ekstrem
7. faktor mekanis (misalnya peningkatan penekanan gesekan atau faktor elektris
elektron energi listrik bertegangan tinggi)
8. terapi radiasi
9. kelembaban
10. proses penuaan
11. neuropati perifer
12. perubahan pigmentasi
13. perubahan hormonal
14. penekanan pada tonjolan tulang
15. kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan atau melindungi
integritas kulit
Kondisi klinis terkait
1. Imobilitas
2. Gagal jantung kongestif
3. Gagal ginjal
4. Diabetes melitus
5. Imunosefisiensi (mis AIDS)
6. Kateterisasi jantung

 Gangguan integritas kulit/jaringan

Intervensi: (Perawatan integritas Kulit)


Definisi: mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan, kelembaban dan
mencegah perkembangan mikroorganisme.
Tindakan
 Observasi
1. identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis, perubahan sirkulasi,
Perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas)
 Terapeutik
2. ubah posisi setiap 2 jam Jika tirah baring
3. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, Jika perlu.
4. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare.
5. Gunakan produk berbahan Petroleum atau minyak pada kulit kering.
6. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hypoallergenic pada kulit
sensitif
7. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering.

 Edukasi
8. Anjurkan penggunaan pelembab(mis. lotion, serum)
9. Anjurkan minum air yang cukup
10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
12. Anjurkan menghindari terpalar suhu extrem
13. Anjurkan menggunakan tabir surua SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
14. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kami menyusun Askep yang berjudul Hipotiroid dan Hipertiroid, kami
dapat menyimpulkan definisi dari Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan
terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala
kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai
optimal. Dan Hipertiroid merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan
hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi
yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Adapun diagnosa yang muncul Pada kasus Hipotiroid dan hipertiroid ini yaitu :
 Diagnosa Hipotiroid :
• Intoleran aktivitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif.
• Konstipasi b/d dengan penurunan gastrointestinal
• Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
• Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan  Diagnosa Hipertiroid :
• Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
• Kelelahan b/d hipermetabolik dgn peningkatan kebutuhan energy
• Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/ pemasukan dengan
penurunan berat badan)

B. Saran

1. Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipotiroid dan


Hipertiroid diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
2. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien Hipotiroid dan
hipertiroid 3. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.
Daftar Pustaka

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8),
EGC,
BUKU STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA EDISI 1
BUKU STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN INDONESIA EDISI 1

Anda mungkin juga menyukai