Anatomi Fisiologi
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm,
yaitu sulcus pharyngeus ketiga dan keempat. Kelenjar
paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus keempat
cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid
yang membentuk kelenjar paratiroid dibagian kranial.
Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga
merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang
kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid.
Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada
manusia, yang terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid,
dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di
kutub inferiornya. Namun, letak masing-masing
paratiroid dan jumlahnya dapat cukup bervariasi,
jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di
mediastinum.
Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid
memiliki dua buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di
kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan tiga.
Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan
mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua
hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam
serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat
plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak
resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak reseptor pada
protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan
banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat
berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
Definisi
1. Hiperparatiroid Primer
2. Hiperparatiroid Sekunder
3. Hiperparatiroid Tersier
Pencegahan
a. Pencgahan primer
Hindari merokok
Makan makanan yang beryodium dengan seimbang.
Cek rutin kesehatan tiroid.
Jangan mengkonsumsi alcohol.
Konsumsi makanan yang baik untuk tiroid.
Lakukan pola hidup bersih dan sehat seperti makan
bergizi, istirahat cukup,cuci tangan dan lain-lain
b. Pencegahan sekunder
Kenali gejala atau keluhan yang timbul sebagai
dampak kesehatan akibat asap kebakaran hutan,
kendaraan dan asap industri
Persiapkan obat obatan untuk pertolongan awal
Segera ke dokter/pelayanan kesehatan terdekat
apabila terjadi masalah kesehatan yang mengganggu
c. Pencegahan tersier
Berenti merokok
Lakukan pengobatan maksimal dan teratur
Konsumsi obat yang di berikan secara teratur.
Penatalaksanaan
1. Gagal ginjal
2. Hiperkalsemia
3. Pielonefritis
4. Obstruksi usus
5. Kematian
Terapi Farmakologi
Intervensi
Intervensi
1) Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karateristik urine
2) Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan
variasi
3) Tingkatkan asupan cairan
4) Periksa urine catat adanya batu ginjal untuk dianalisa
5) Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat
kesadaran
Rasional
1) Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi
2) Kalkulus dapat menyebabkan eksibilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera
3) Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko
infeksi traktus urinarius, mencegah pembentukan batu
ginjal.
4) Dapat mengidentifikasi tipe batu sehingga membantu
dalam program terapi
5) Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia dan mual.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam klien tidak merasa mual dan muntah lagi
Kriteria hasil : napsu makan meningkat dan peningkatan berat
badan
Intervensi
1) Berikan dorongan pada klien untuk mengkonsumsi diet
rendah kalsium untuk memperbaiki hiperkalsemia
2) Jelaskan pada klien bahwa mengkonsumsi susu dan
produk yang mengandung susu dapat menghilangkan
sebagian manifestasi gastrointestinal yang tidak enak
3) Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup
tinggi kalori
4) Timbang berat badan sesuai indikasi, catat masukan dan
haluaran
5) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan
Rasional
1) Mengurangi jumlah absorbs kalsium dalam darah sehingga
dapat menurunkan kadar PTH
2) Susu dan produk yang mnegandung susu dapat
meningkatkan asam lambung sehingga dapat merangsang
muntah
3)Membantu menjaga pemasukan kalori yang cukup tinggi
sehingga dapat mempertahankan berat badan ideal
4)Mengidentifikasi status cairan serta memastikan kebutuhan
metabolic
5)Rasa tidak enak pada mulut menambahkan anoreksia
d. Konstipasi b/d efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal.
Tujuan : setelah dilakukam tindakan keperawatan selama 1x24
jam diharapakan tidak terjadi konstipasi lagi
Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan pola BAB normal,
seperti yang dibuktikan oleh BAB setiap hari (sesuai dengan
kebiasaan klien)
Intervensi
1) Upayakan tindakan yag dapat mencegah konstipasi dan
pengerasan fekal yang disebabkan oleh hiperkalsemia
2) Bantu klien untuk tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi
yang memungkinkan
3) Tingkatkan asupan cairan dan serat dalam diet, klien harus
minum sedikitnya 6-8 gelas perhari kecuali bila ada kontra
indikasi
Rasional
1) Membantu klien untuk bisa melaksanakan eliminasi BAB
secara teratur dan meningkatkan rasa nyaman
2) Aktivitas dapat merangsang peristaltic, meningkatkan
kembalinya aktivitas usus normal
3)Dapat memperbaiki konsistensi feses.
e. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan otot.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan klien dapat kembali beraktivitas lagi
Kriteria hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktifitas yang
diinginkan
Intervensi
1) Pertahankan isitirahat tirah baring atau duduk jika
diperlukan
2) Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin
3) Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi,
berdiri dan berjalan
4) Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk
menggunakan alat bantu
Rasional
1) Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan
kekuatan
2) Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
umum
3) Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas
4) Menghindair cedera akibat kecelakaan seperti jatuh
Discharge Planning
Discharge planning merupakan serangkaian keputusan dan
aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam pemberian asuhan
keperawatan yang berlanjut dan terkoordinasi ketika
pasien akan pulang dari pelayanan kesehatan. Discharge
planning pada pasien hiperparatiroidisme disusun
berdasarkan tindakan keperawatan yang meliputi
observasi, mandiri, edukasi, dan kolaborasi yang disusun
sebagai berikut :
a. Olahraga secara teratur
b. Berhenti merokok
c. Jika mengalami penurunan beraat badan, berikan
tambahan atau ekstra kalori atau protein kedalam diet
untuk meningkatkan kembali berat badan
Jurnal
ABSTRAK
Hiperparatiroid primer (HPTP) adalah kelainan yang ditandai dengan
hiperkalsemia dan peningkatan kadar hormon paratiroid (HPT). Namun
dalam sepuluh tahun terakhir, telah diperkenalkan presentasi baru dari
hiperparatiroidisme primer di mana HPT meningkat tetapi kadar
kalsium serum normal, tanpa adanya penyebab sekunder
hiperparatiroidisme. Kasus: dalam laporan kasus ini disajikan kasus
seorang laki-laki berumur 43 tahun dengan hiperparatiroidisme primer
dan normokalsemia, dimana pada pasien ini tidak dijumpai adanya batu
saluran kemih seperti gejala klasik HPTP pada umumnya, namun
dijumpai osteoporosis. Kesimpulan: dilaporkan satu kasus pasien
dengan HPTP, normokalsemia, dan osteoporosis.
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/AMJ/article/download/3347/pdf_30