Anda di halaman 1dari 18

ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR

PARATIROID

Disusun Oleh:
1. Mita Pratiwi (P1337420717002)
2. Faishal Ibrahim (P1337420717016)
3. Ganis Riski Y (P1337420717017)
4. Meliana Rosanty (P1337420717031)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama sekresi hormone paratiroid (PTH), kelenjar paratiroid bertanggung
jawab mempertahankan kadar kalsium ekstraseluler. Hiperparatiroidisme adalah
karakter penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi hormone paratiroid,
hormon asam amino polipeptida.Sekresi hormon paratiroid diatur secara
langsung oleh konsentrasi cairan ion kalsium.Efek utama dari hormon paratiroid
adalah meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan
pelepasan kalsium dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan
kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan produksi ginjal.Hormon paratiroid juga
menyebabkan phosphaturia, jika kekurangan cairan fosfat.hiperparatiroidisme
biasanya terbagi menjadi primer, sekunder dan tersier.
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid
yang tidak adekuat.Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering
sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada
saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya
kelenjar paratiroid (secara congenital).Kadang-kadang penyebab spesifik tidak
dapat diketahui.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Pengertian Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Masing – masing melekat pada
bagian belakang kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid menghasilkan
parathorhormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam
tubuh.
Fungsi ion Kalsium :
1. Penting dalam cairan intersel dan ekstrasel
2. Penting dalam pembekuan darah dan system enzim
3. Pelepasan kalsium intersel untuk mengaktifkan sel dan kontraksi otot
4. Kalsium ekstrasel mengadakan perubahan hipokalsemia yang menimbulkan
epilepsy dan tetani

B. Anatomi Fisiologi Kelenjar Paratiroid


1. Anatomi kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus
pharyngeus ketiga dan keempat.Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus
pharyngeus keempat cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang
membentuk kelenjar paratiroid dibagian kranial.Kelenjar yang berasal dari
sulcus pharyngeus ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang
kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid.Akan tetapi, sering kali posisinya
sangat bervariasi. Kelenjar paratiroid bagian kaudal ini bisa dijumpai pada
posterolateral kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam timus, bahkan berada
dimediastinum.Kelenjar paratiroid kadang kala dijumpai di dalam parenkim
kelenjar tiroid.
Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang
terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar
tiroid dan dua di kutub inferiornya.Namun, letak masing-masing paratiroid dan
jumlahnya dapat cukup bervariasi, jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan
di mediastinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3
milimeter, dan tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran makroskopik
lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama terutama
mengandung sel utama (chief cell) yang mengandung apparatus Golgi yang
mencolok plus retikulum endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis
dan mensekresi hormon paratiroid (PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun
lebih besar mengandung granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria dalam
sitoplasmanya Pada manusia, sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan
setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar
binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil
masih belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama
yang tidak lagi mensekresi sejumlah hormon.
2. Fisiologi kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone,
PTH) yang bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin mengatur kadar
kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma,
yaitu dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar
kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal,
meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya menghambat
reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif
bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium
yaitu di ginjal, tulang dan usus.

C. Etiologi
1. Primer (sekresi PTH tidak sesuai )
a) Adenoma
b) Hiperplasi
1) Dapat disertai familial
2) Dapat disertai dengan neoplasia endokrin multiple
3) Dapat familial dan disertai dengan kalsium urin rendah
(hiperkalsemi hipokalsiurik familial)
2. Sekunder (sekresi PTH sesuai)
a) Gagal ginjal kronik
b) Malabsorbsi
1) Kelainan gastrointestinal
2) Kelainan hepatobilier
3. Tersier (sekresi PTH autonom ditambah dengan hiperparatiroid sekunder
terdahulu)
a) Sangat jarang
b) Hipernefroma
c) Karsinoma sel skuamuosa paru

D. Patofisiologi
Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi.PTH
terutama bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkatkan
resorpsi kalsium dari limen tubulus ginjal. Dengan demikian mengurangi
eksresi kalsium.
Kelebihan jumlah sekresi PTH menyebabkan hiperkalsemia yang
langsung bisa menimbulkan efek pada reseptor di tulang, traktus intestinal,
dan ginjal.Secara fisiologis sekresi PTH dihambat dengan tingginya ion
kalsium serum.Mekanisme ini tidak aktif pada keadaan adenoma, atau
hiperplasia kelenjar, dimana hipersekresi PTH berlangsung bersamaan
dengan hiperkalsemia. Reabsorpsi kalsium dari tulang dan peningkatan
absorpsi dari usus merupakan efek langsung dari peningkatan PTH.

E. Phatway
konstipasi

gangguan eliminasi urine

nyeri

F. Manifestasi klinik
1) Apatis
2) Mudah lelah
3) Kelemahan otot
4) Mual, muntah
5) Konstipasi
6) Hipertensi
7) Aritmia jantung

G. Pengkajian Fokus
Fokus pengkajian ini mengacu pada 11 pola fungsional gordon:
1. Pola Manajemen Kesehatan Persepsi Kesehatan
Arti sehat dan sakit menurut klien. Pengetahuan status kesehatan klien
saat ini tentang penyakit yang di derita. Usaha yang pernah dilakukan
untuk menyembuhkan masalah kesehatan seperti pergi ke tempat
pelayanan kesehatan.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Pengkajian khusus nutrisi
A (antropometri) : mengukur BB (apakah berkurang atau tidak selama
sakit), TB, dan IMT
B (biokimia) : pemeriksaan laboratorium yang terkait dengan status
nutrisi klien, seperti Hb, hematokrit.
C (clinical sign) : tanda fisik yang terkait nutrisi seperti lesu lemas,
mukosa bibir kering, pucat, kemampuan menelan.
D (diet) : kebiasaan makan minum klien, jenis dan jumlah
makan minum, pola makan minum klien, habis berapa porsi, nafsu
makan klien, riwayat alergi klien.
3. Pola Eliminasi
Pola BAK / BAB frekuensi, jumlah, ;warna, nyeri atau tidak saat
BAK/BAB.
4. Pola Aktivitas Latihan
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien.

Aktivitas Skala Keterangan skala


Mandi 0 : mandiri
Toileting 1 : dibantu alat
Berpakaian 2 : dibantu orang lain
Makan/minum 3 : dibantu alat dan orang lain
Berpindah 4 : tidak mampu
Moilisasi

5. Pola Istirahat Tidur


Kebiasaan tidur mencakup jumlah, waktu tidur, kebiasaan sebelum tidur,
tingkat kesegaran saat bangun tidur.
6. Pola Persepsi Kognitif
Apakah terdapat kelainan alat indra.
7. Pola Persepsi Diri Konsep Diri
Menggambarkan identitas diri, harga diri, gambaran diri, dan sikap diri
pasien apakah merasa cemas, takut, atau depresi terkait penyakit.
8. Pola Hubungan Peran
Bagaimana hubungan klien dan keluarga dan orang lain disekitar
lingkkungan.
9. Pola Reproduksi Seksual
Jenis kelamin klien, status perkawinan klien, memiliki istri/suami jumlah
anak.
10. Pola Koping Toleransi
Apakah klien sering merasakan stress. Jika ia seberapa besar tingkat
stress yang dialami. Hal yang dapat dilakukan klien untuk mengatasi
stress.
11. Pola Nilai kepercayaan
Agama klien. Apakah klien mengalami kendala dalam melaksanakan
ibadah. Keyakinan klien terkait pengobatan dan kesembuhan.

H. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the
Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas
ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat di antisipasi atau di
prediksi, dan dengan durasi kurang dari tiga bulan.
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan nafsu makan
b. Perubahan pada parameter fisiologis
c. Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya.
d. Ekspresi wajah nyeri
e. Laporan tentang perilaku nyeri / perubahan aktivitas
f. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik :
a. Nyeri abdomen
b. Gangguan sensasi rasa
c. Enggan makan
d. Enggan makan
e. Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
f. Membran mukosa pucat
g. Kurang minat pada makanan
3.
I. Fokus Intervensi

DAFTAR PUSTAKA

NANDA International Diagnosa Keperawatan 2018


Nursing Outcomes Classification, 2015
Nursing Interventions Classification, 2015
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR
PARATIROID
Tanggal Pengkajian : 27 September 2017
Ruang : Dahlia / I
Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
A. Pengkajian
I. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Ny. W
Umur : 50 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Merdeka No.05 Jombang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Mahasiswa
Diagnosa medis : Hiperparatiroid
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. P
Umur : 30 Th
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Jl.Merdeka No.05 Jombang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : PNS
Hubungan Dengan Klien : Anak Pertama

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri
P : Pasien mengeluh nyeri saat istirahat
Q : Pasien mengatakan nyeri terasa panas
R : Pasien mengatakan nyeri pada daerah pinggang dan menjalar ke
punggung
S:6
T : Pasien mengatakan nyeri muncul secara tiba-tiba
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien merasakan pening kepala, lemas, tidak selera makan, dan banyak
minum
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak memiliki riwayat penyakit apapun sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama pada klien

C. Pengkajian Fungsional
1. Pola Persepsi Kesehatan
Klien mengatakan kesehatan adalah yang paling penting. Keluarga klien
mengatakan jika ada salah satu anggota keluarga mereka sakit langsung
dibawa ke Rumah Sakit.
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Pengkajian khusus nutrisi:
A (Antropometri) : TD : 155 cm
BB : 65 kg
B (Biokimia) : Hb : 13 mg/dl
C (Clinical sign) : lemah, mukosa bibir kering
D (Diet) : menghindari makanan yang mengandung yodium
3. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : klien BAB 1x sehari dan BAK 3-4x sehari.
Selama sakit : klien selama di Rumah Sakit belum pernah BAB, klien
terpasang Down Cateter (DC) dengan urin berwarna kuning pekat.
4. Pola Aktivitas-Latihan
Sebelum Sakit : Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
mandiri.
Selama Sakit : Klien membutuhkan bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitas sehari-sehari.
Aktivitas Skala
Makan/Minum 2
Toileting 3
Mandi 2
Berpakaian 2
Mobilisasi 2
Berpindah 2
Keterangan Skala:
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Bergantung atau tidak mampu
5. Pola Istirahat-Tidur
Sebelum Sakit : tidur 8 jam perhari
Selama Sakit : tidur hanya 5 sampai 6 jam sehari
6. Pola Perseptif kognitif
Keadaan penglihatan, pendengaran, bicara klien baik ada terganggu. Klien
merasa sedikit pusing.
7. Pola Koping- Stres
Keluarga klien mengatakan kondisi klien menurun karena penyakit tersebut,
hal ini semua disebabkan karena klien susah makan, susah bicara dan klien
merasa malu ketika harus keluar rumah dan berhadapan dengan orang
banyak.
8. Pola Konsep Diri
Klien mendapat dukungan penuh dari keluarga, agar klien tidak merasa malu
untuk keluar bertemu dengan orang banyak. Klien kooperatif saat perawat
bertanya.
9. Pola Seksual-Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan, klien merupakan seorang janda. Klien
memiliki 3 orang anak dan 7 orang cucu.
10. Pola Peran- Hubungan
Klien saat ini tinggal bersama anak dan menantunya. Sebelumnya klien
tinggal bersama suaminya yang kini baru meninggal ½ bulan yang lalu klien
memiliki hubungan baik dengan anak dan cucunya.
11. Pola Nilai-Kepercayaan
Klien beragama Islam. Sebelum sakit klien selalu tepat waktu dalam
beribadah. Selama di Rumah Sakit klien sholat di tempat tidur. Klien dan
keluarganya percaya bahwa klien dapat sembuh.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : lemah
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah: 140/100 mmHg
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 37ºC
Nadi : 110x/menit
4. Kepala : mesochepal, tidak ada benjolan atau lesi
Mata : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa normal jernih,
sklera putih, tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
Mulut : mukosa bibir kering
Hidung : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret tidak ada nyeri tekan
Telinga : simetris, tidak ada nyeri tekan
Leher : tidak terpasang trakheostomi, simetris kanan kiri tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
5. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : pola nafas normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Jantung :
Inspeksi : dada terlihat simetris
Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis
midklavikula
sinistra)
Perkusi : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2 tunggal), irama
irregular
6. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas operasi.
Perkusi : tidak ada acietes
Palpasi : tidak ada pembesaran pada hepar
Auskultasi : bising usus meningkat
7. Genitalia : terpasang Down kateter
8. Integumen : kulit kering,tidak mengelupas dan bersisik, turgor kulit menurun
9. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
Auskultasi : tidak ada krepitasi
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : tidak ada varises, tidak ada oedem, tidakada clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
Auskultasi : tidak ada krepitasi

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk menentukan kadar kalsium dalam plasma yang
merupakan pemeriksaan terpenting dalam menegakkan kondisi
hiperparatiroidisme.
2. Pemeriksaan Radiologi
Tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan trabekula pada tulang.

Analisi Data
Tanggal No Data Etiologi Masalah
27-9- 1. DS: Pasien mengeluh nyeri Agen cedera Nyeri akut
2017 P : Pasien mengeluh nyeri biologis
saat istirahat.
Q : Pasien mengatakan
nyeri terasa panas.
R : Pasien mengatakan
nyeri pada daerah pinggang
dan menjalar ke punggung.
S : pasien mengatakan skala
nyeri 6.
T : Pasien mengatakan
nyeri muncul secara tiba-
tiba.
DO: pasien tampak lemas dan
kesakitan serta memegangi
pinggangnya.

27-9- 2
2017
Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tanggal Tanggal Paraf
ditemukan teratasi
1. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis 27-9-2017
d.d pasien nyeri pinggang sampai ke
punggung skala 6
2.
3.

Intervensi
Tanggal No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf
27-9- 1. Setelah dilakukan tidakan 1. observasi 1. untuk
2017 keperawatan 2x24 jam nyeri pasien. mengetahui
diharapkan pasien tida 2. lakukan seberapa
mengalami nyeri pinggang lagi teknik parah nyeri
dengan kriteria hasil: nonfarmakologi pasien.
a. Sklanya nyeri menjadi 0 relaksasi 2. untuk
b. Pasien tidak kesakitan distraksi. memberikan
akibat nyeri 3. lakukan perasaan
kompres rileks pada
hangat. pasien.
4. berikan 3. untuk
informasi mengurangi
terkait nyeri rasa nyeri
yang dirasakan pada pasien.
pasien. 4. agar
5. keluarga
kolaborasikan maupun
dengan tim pasien
doket dengan mengetahui
pemberian tentang nyeri
terapi obat anti pasien.
nyeri keterolac 5. untuk
injeksi 3x1ml. mengurangi
nyeri pada
pasien.
27-9- 2.
2017
3.

Implementasi
Tanggal Implementasi Respon Paraf
27-9- 1. mengobservasi nyeri pasien. 1. DS: Pasien
2017 2. melakukan teknik mengeluh nyeri
P : Pasien mengeluh
nonfarmakologi relaksasi distraksi. nyeri saat istirahat.
3. melakukan kompres hangat. Q : Pasien mengatakan
nyeri terasa panas.
4. memberikan informasi terkait
R : Pasien mengatakan
nyeri yang dirasakan pasien. nyeri pada daerah
5. mengkolaborasikan dengan tim pinggang dan menjalar
ke punggung.
doket dengan pemberian terapi S : pasien mengatakan
obat anti nyeri keterolac injeksi skala nyeri 6.
3x1ml. T : Pasien mengatakan
nyeri muncul secara
tiba-tiba.
DO: pasien tampak
lemas dan kesakitan
serta memegangi
pinggangnya.
2. DS: pasien
mengatakan merasa
nyaman setelah
dilakujkan tindakan
relaksasi distraksi.
DO:-
3. DS: pasien
mengatakan nyeri
sedikit berkurang
setelah dilakukan
kompres hangat.
DO: pasien terlihat
sedikit berkurangn
ekspresi
kesakitannya.
4. DS: pasien
mengatakan sudah
mengetahui tentang
nyeri setelah
diberikan informasi
tentang hal tersebut.
DO:-
5. DS: pasien
mengatakan
bersedia untuk
dilakukan
pemberian terapi
obat.
DO: pasien diberi
terapi keterolac
injeksi 3x1ml untuk
antinyeri.

Evaluasi
No. Diagnosa/ Tgl/Jam Catatan Perkembangan
Masalah
kolaboratif
1. Nyeri Akut 27 September S : Pasien masih mengeluh
b.d trauma 2017 / 09.30 nyeri saat menelan.
insisi pasca WIB
O : Tanda- tanda Vital
operasi
S : 37 0C
N : 100 x/menit
TD : 110/90 mmHg
Skala nyeri : 3
A : Nyeri akut belum teratasi
P : Rencana tindakan
keperawatan 1,2,3
sampai 11 dilanjutkan
2.

3.

Anda mungkin juga menyukai