Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.K DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DI BANGSAL CEMPAKA 2 RSUD KABUPATEN
TEMANGGUNG

Disusun Oleh :

MITA PRATIWI

NIM. P1337420921078

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.K DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI BANGSAL CEMPAKA 2 RSUD KABUPATEN
TEMANGGUNG

I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : An. K
Tempat Tgl Lahir / Usia : Temanggung, 8 Mei 2020
(1 tahun 8 bulan)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Dsn Bentisan RT 02/RW 02,
Sukomerto, Jumo, Temanggung
Tgl. Masuk : 21 Januari 2022
Tgl. Pengkajian : 25 Januari 2022 14.30 WIB
Diagnosa Medik : Broncopneumonia
B. Identitas Orang Tua
1. Ayah
Nama : Tn. C
Usia : 25 Thn
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
Alamat : Dsn Bentisan RT 02/RW 02,
Sukomerto, Jumo, Temanggung
2. Ibu
Nama : Ny. P
Usia : 25 Thn
Pendidkan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Dsn Bentisan RT 02/RW 02,
Sukomerto, Jumo, Temanggung
II. KELUHAN UTAMA
Ibu klien mengatakan bahwa An. K masih sesak dan batuk.
III.RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya mengalami sesak sejak 12 jam
sebelum masuk Rumah Sakit, batuk, rewel, memiliki riwayat
cerebrospinal dan riwayat penyakit paru-paru, makan san minum klien
berkurang.
B. Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu klien mengatakan bahwa An. K bulan November 2021 pernah dirawat
di Rumah Sakit dengan keluhan riwayat cerebrospinal, riwayat penyakit
paru-parudan riwayat epilepsi.
C. Riwayat Kehamilan
1. Prenatal
Ibu klien jarang melakukan periksa kandungan dikarenakan masalah
ekonomi, pada trimester pertama kehamilan ibu klien merasa mual. Ibu
klien mengatakan pada saat mengandung ibu klien rutin meminum
ARV.
2. Intranatal
Ibu mengatakan bahwa ia melahirkan klien tersebut di Bidan secara
spontan dengan usia kehamilan 32 minggu. Dengan BB bayi saat lahir
1500 g dan PB bayi saat lahir 49 cm.
3. Postnatal
Ibu mengatakan bahwa ia tidak memberikan ASI, klien diberi susu
formula sejak 0 bulan, makanan tambahan sejak 6 bulan, mulai
tengkurap sejak 18 bulan.
D. Riwayat persalinan
Ibu mengatakan bahwa ia melahirkan klien tersebut di Bidan secara
spontan dengan usia kehamilan 32 minggu. Dengan BB bayi saat lahir
1500 g dan PB bayi saat lahir 49 cm.
E. Riwayat imunisasi
Ibu klien mengatakan bahwa An. K sudah mendapatkan imunisasi secara
lengkap
1. Jenis imunisasi Hepatitis waktu pemberian usia 0 bulan.
2. Jenis imunisasi BCG, Polio I waktu pemberian pada usia 1 bulan.
3. Jenis imunisasi DPT/ HB I, Polio II waktu pemberian usia 2 bulan.
4. Jenis imunisasi DPT/ HB II, Polio III waktu pemberian usia 3 bulan.
5. Jenis imunisasi DPT/ HB III, Polio IV waktu pemberian usia 4 bulan.
6. Jenis imunisasi Campak waktu pemberian usia 9 bulan.
F. Riwayat alergi : anak tidak memiliki alergi makanan maupun obat-obatan.
G. Riwayat tumbuh kembang (menggunakan DDST/Denver Development
Screening Test)
Motorik halus dan motorik kasar klien kurang, terjadi masalah,
perkembangan tidak sesuai dengan umur. Perkembangan wicara dan
komunikasi klien kurang.
Umur Motorik kasar Motorik halus Perkembangan Perkembangan
sosial bahasa
1 bulan o Lengan bergerak o Mengikuti garis o Menatap ibu o Mengeluarkan
aktif (√) tengah (gerakan (√) suara (√)
o Kaki bergerak aktif telunjuk) (√) o Tersenyum (√)
(√)
2-3 bulan o Mengangkat kepala - o Tertawa (√) -
sendiri (√) o Mengamati
o Membalik badan (√) tangannya (√)
4-6 bulan o Tertawa (√) o Meraih benda o Menoleh ke o Meniru bunyi
yang ada arah suara (√) (√)
disekitarnya (x)

7-9 bulan o Duduk sendiri (x) o Memegang o Bermain o Mengucapkan


biskuit (x) sendiri (√) ma... pa... (x)
o Senang
bertepuk
tangan (x)

10-12 o Berdiri (x) o Memegang o Bermain o Meniru kata


bulan o Jalan (x) benda kecil (√) cilukba (x) sederhana
o Berlari-lari (x) (papa, mama)

o Naik tangga (x) (x)

2-3 tahun o Berdiri di atas 1 kaki o Makan sendiri o Menolak dan o Menyebut
o Melempar bola mencium warna
barang orang o Menyebut
terdekat angka
o Bicara bisa
dimengerti
3-5 tahun o Melompat - o menyebut o menghitung
o Menggambar 3 nama sampai 10
bagian tubuh temannya o menceritakan
o Mencuci tangan o bermain pengalamannya
o Berpakaian dengan o mengerti lawan
temannya kata
o menjawab
pertanyaan
H. Riwayat kesehatan keluarga

Keterangan :

: laki-laki : tinggal serumah

: perempuan

: klien

Kesimpulan :
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien.
- Ibu klien memiliki riwayat penyakit B.20.
- Klien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya dan kakek nenek
klien.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : composmentis
2. Tanda-tanda vital :
- Suhu : 36,4°C
- Nadi : 104 kali /menit
- Respirasi : 24 kali /menit.
- SPO2 : 95%
3. Nutrisi dan Cairan
Nutrisi
Antropometri
a. TB : 68 cm
b. BB : 8 kg
Biomechanical
Hemoglobin : 13,9 g/dL
Trombosit : 375 10^3/uL
Clinical Sign
Bibir pucat, mukosa bibir kering, mata tidak anemis.
Dietary
Jenis makanan : bubur gula merah.
Makanan yang disukai : makanan kesukaan bubur.
Alergi makanan : tidak ada alergi makanan
Kesulitan saat makan :-
Keluhan : Anak K makan masih sedikit.
4. Istirahat tidur
a. Lama waktu tidur (24 jam) : 10 -12jam / hari
b. Kualitas tidur : klien tertidur nyenyak
c. Tidur siang : 1 - 3 jam pada pukul 13.00 – 16.00
d. Kebiasaan sebelum tidur :-
5. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
a. Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
b. Kepala : Plagiocephaly
c. Mata : simetris, konjunctiva tidak anemis, pupil isokhor, sklera
non ikterik.
d. Hidung : lubang hidung simetris, tidak ada sekret.
e. Mulut : simetris, tidak ada stomatitis.
f. Telinga : simetris, tidak ada gangguan pendengaran.
g. Dada
i. Jantung : I : datar, tidak terjadi pembesaran, tidak tampak IC
Pa : IC teraba pada intercosta ke 4-5
Pe : Redup
A : Ireguler
ii. Paru : I : simetris, bentuk normal, ada retraksi dinding dada
Pa : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri dada
Pe : pekak
A : terdapat Ronkhi (+/+)
h. Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada pembesaran perut (asites)
b. Auskultasi : terdengar bunyi bising usus 11x/menit
c. Palpasi : tidak ada massa feses, tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi : timpani
i. Ekstremitas
i. Ekstremitas atas : bersih, tidak ada edema, turgor kembali kurang
dari 2 detik, terpasang infuse di tangan kiri.
Kekuatan otot kanan 5 kiri 5
ii. Ekstremitas bawah : bersih, tidak ada edema,turgor kembali
kurang dari 2 detik, bentuk kaki seperti huruf O.
Kekuatan otot kanan 5 kiri 5
1. Resiko jatuh
Parameter Kriteria Nilai Skor
Usia  < 3 tahun 4 4
 3 - 7 tahun 3

 7 -13 tahun 2

 >= 13 tahun 1

Jenis kelamin  Laki-laki 2 2


 Perempuan 1
Diagnosis  Diagosis neurologi 4 3
 Perubahan oksigenasi 3
(diagnosis respiratorik,
dehidrasi, anemia,
anorekia, sinkop, pusing
dsb)
 Gangguan 2
perilaku/psikiatri
 Diagnosis lainnya 1
Gangguan kognitif  Tidak menyadari 3 1
keterbatasan lainnya
 Lupa akan adanya
keterbatasan 2
 Orientasi baik terhadap
diri sendiri 1
Faktor lingkungan  Riwayat jatuh/bayi 4 1
diletakan di tempat tidur
dewasa
 Pasien menggunakan alat 3
bantu/bayi diletakan
dalam tempat tidur
bayi/perabot rumah
 Pasien diletakan pada 2
tempat tidur
 Area diluar rumah sakit 1

Respon terhadap  Dalam 24 jam 3 1


pembedahan/sedasi/  Dalam 48 jam 2
anastesi  >48 jam atau tidak 1
menjalani
pembedahan/sedasi/anest
es
Penggunaan  Penggunaan multiple: 3 1
medikamentosa sedative, obat hipnosis,
barbiturate, fenotiazi,
antidepresan, pencahar,
diuretik, narkose
 Penggunaan salah satu 2
obat diatas
 Penggunaan medikasi 1
lainnya/tidak ada
medikasi
Jumlah 13
Keterangan :
Skor assessment resiko jatuh : (skor minimum 7, skor maksimum 23)
Skor 7-11 : Resiko rendah
Skor ≥12  : Resiko tinggi
2. Psikososial anak dan keluarga
a. Respon hospitalisasi (rewel, tenang)
Anak K tenang saat menjalani perawatan di rumah sakit, tidak rewel.
b. Kecemasan (anak dan orang tua)
Orangtua Anak K cemas dengan keadaan An.K karena sesak dan
batuk yang tak kunjung mereda, orang tua percaya dengan terapi dari
dokter
c. Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah
Ibu Anak K mengatakan jika ada masalah yang terjadi pada salah satu
anggota keluarganya terutama menyangkut anaknya selalu
dibicarakan bersama dengan suami dan nenek anak K
d. Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
Orang tua Anak K mengetahui penyakit anaknya.
e. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya yaitu setiap pagi
sampai malam Anak K dijaga oleh ibunya.
f. Konsep diri
Body image : Ibu Anak K merasa ada masalah terhadap
penampilan anaknya karena adanya kelainan bentuk tubuh anak K.
Identitas diri : Ibu Anak K mengetahui siapa dan apa yang terjadi
pada Anak K.
Harga diri : Anak K terlihat mudah senyum jika didatangi
perawat.
Peran diri : Anak K adalah anak pertama.
Ideal diri : Ibu Anak K berharap bahwa anaknya bisa sembuh.
g. Spritual
Ibu anak K berdoa untuk kebaikan anaknya.
h. Adakah terapi lain selain medis yang dilakukan
Anak K rutin mengkonsumsi asam valporat 2x3,5 ml untuk mencegah
epilepsi anak K.
V. TEST DIAGNOSTIK
Tanggal : 21 Januari 2022
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
PATOLOGI
Darah Lengkap:
Hemoglobin 13.9 g/dl 10.6-12.8
Leukosit H 22.0 10^3/ul 5.5-15.5
Trombosit 375 10^3/ul 217-497
Hematokrit 42 % 40-52
Eritrosit H 5.68 10^6/ul 3.6-5.2
MCV L 73.4 fL
MCH L 24.5 pg
MCHC 33.5 g/dl 26-34

Eosinofil 2.2 % 0-4


Basofil 0.5 % 0-1
Neutrofil 47.8 % 28-78
Limfosit 43.3 % 20-50
Monosit 6.2 %
Hasil pemeriksaan Foto Thorax
Tanggal 21 Januari 2022
Dx. Medis : Batuk sesak suspect broncopneumoni.
Kesan :
- Opasitas lobus superior bilateral dan paracrdaial dextra suspect aspirasi
pneumonia.
- Konfigurasi cor normal.
- Tak tampak penebalan hilus.
- Trachea dan mediastrum ditengah.
- Sistema tulang intact.
VI. PROGRAM TERAPI
Puyer 3x1
Cefixime 2x1
Asam valporat 3,5 ml/12 jam
Ventolin:Pulmicort 3x1
Cefriaxone 250 mg/12 jam
MPS ½ amp/12 jam
Inf. KA EN 3A 10 tpm
O2 1 lpm
VII. DATA FOKUS
Data Etiologi Masalah
DS: Proses infeksi Bersihan jalan
Ibu klien mengatakan klien sesak dan batuk nafas tidak
berdahak. efektif
DO:
Hasil foto thorax (gambaran bronkopnemonia)

DS: Perubahan Risiko jatuh


Ibu klien mengatakan ada kelainan tumbuh fungsi
kembang anaknya, anak K berbeda dengan anak- kognitif
anak pada umumnya, dan anak K memiliki
riwayat epilepsi.
DO:
- Hasil pengkajian menggunakan
DDST/Denver Development Screening Test
hasilnya perkembangan anak tidak sesuai
dengan umurnya.
- Hasil pengkajian resiko jatuh menggunakan
Humty Dumty didapatkan skor 13 yaitu yang
sudah termasuk resiko jatuh tinggi.

VIII. MASALAH KEPERAWATAN


a. Bersihan jalan nafas tidah efektif berhubungan dengan proses infeksi
(D.0001)
b. Risiko jatuh berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif (D.0143)

IX. INTERVENSI KEPERAWATAN


Tanggal/ Diagnosa Tujuan Intervensi
jam
25 Bersihan jalan Bersihan Jalan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Januari nafas tidak Napas Observasi :
2022 efektif b.d (L.01001) - Monitor pola napas
15.00 proses infeksi Setelah - Monitor bunyi napas
WIB (D.0001) dilakukan - Monitor sputum
tindakan Terapeutik :
keperawatan - Pertahankan kepatenan jalan napas.
selama 2 x 24 - Posisikan semi-fowler.
jam diharapkan - Berikan minuman hangat.
masalah - Lakukan fisioterapi dada.
bersihan jalan - Lakukan penghisapan lender kurang
nafas berkurang dari 15 detik.
dengan kriteria : - Berikan oksigen.
1. Dipsnea Edukasi :
menurun. - Ajarkan teknik batuk efektif.
2. Pola napas - Anjurkan lingkungan sehat untuk
membaik. klien (bebas asap rokok).
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukotik. (jika perlu)
25 Risiko jatuh b.d Tingkat Jatuh Edukasi pencegahan jatuh (I.12407)
Januari perubahan (L.14138) Observasi :
2022 fungsi kognitif Setelah - Identifikasi gangguan kognitif dan
15.00 dilakukan fisik yang memungkinkan jatuh.
WIB asuhan - Periksa kesiapan, kemampuan
keperawatan menerima informasi dan persepsi
selama 2 x 24 terhadap resiko jatuh.
jam diharapkan Terapeutik :
risiko jatuh - Siapkan materi, media tentang faktor-
berkurang faktor penyebab, cara identifikasi dan
dengan criteria pencegahan risiko jatuh di Rumah
hasil : Sakit maupun di rumah.
1. Jatuh dari - Jadwalkan waktu untuk pendidikan
tempat tidur kesehatan.
menurun. - Berikan kesempatan bertanya.
2. Jatuh saat Edukasi :
dipindahkan - Ajarkan mengidentifikasi perilaku
menurun. dan faktor yang berkontribusi
terhadap risiko jatuh dan cara
mengurangi semua faktor risiko.
- Ajarkan mengidentifikasi tingkat
kelemahan, cara berjalan dan
keseimbangan.
- Ajarkan memodifikasi area-area yang
membahayakan di rumah.

X. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam Dx. Implementasi Evaluasi TTD
26 Januari 1 1. Memonitor pola napas. S : Ibu klien mengatakan Mita
2022 2. Mempertahankan kepatenan jalan anak K masih sesak dan
12.00 WIB napas. batuk.
3. Mengatur posisi klien (semi- O: Klien tenang tidak
fowler). rewel, klien masih
4. Memberikan oksigen 1 lpm. terpasang O2 1 lpm.
5. Melakukan fisioterapi dada. S : 36,4°C
6. Berkolaborasi pemberian N : 104 x/menit
nebulizer ventolin pulmicort 3x1 RR : 24 x/menit
SPO2 : 95%
A:Masalah
ketidakegektifan bersihan
jalan napas belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
1. Memonitor pola
napas.
2. Mempertahankan
kepatenan jalan
napas.
3. Mengatur posisi
klien (semi-fowler).
4. Memberikan
oksigen 1 lpm.
5. Melakukan
fisioterapi dada.
6. Berkolaborasi
pemberian nebulizer
ventolin pulmicort
3x1
09.00 WIB 2 1. Mengidentifikasi gangguan S : Ibu klien mengatakan Mita
kognitif dan fisik yang terkadang anak K usil
memungkinkan jatuh. gerak-gerak terus.
2. Menyiapkan materi edukasi O: Klien lemes dan
tentang risiko jatuh. terkadang usil.
3. Menjadwalkan waktu untuk A: Masalah Risiko jatuh
edukasi. belum teratasi.
4. Menganjurkan untuk selalu P: Pertahankan intervensi.
memasang pengaman tempat 1. Menganjurkan untuk
tidur klien. selalu memasang
5. Menganjurkan memodifikasi pengaman tempat tidur
area-area yang membahayakan di klien.
rumah. 2.Menganjurkan
memodifikasi area-area
yang membahayakan di
rumah.
3.Menganjurkan orang
tua untuk selalu
mendampingi klien.
27 Januari 1 1. Memonitor pola napas. S : Ibu klien mengatakan Mita
2022 2. Mempertahankan kepatenan jalan klien masih batuk, sesak
12.00 WIB napas. berkurang, dank lien sudah
3. Mengatur posisi klien (semi- boleh pulang oleh dokter.
fowler). O: klien rileks, O2 sudah
4. Memberikan oksigen 1 lpm. tidak terpasang.
5. Melakukan fisioterapi dada. S: 36,6°C
6. Berkolaborasi pemberian nebulizer N: 128 x/menit
ventolin pulmicort 3x1 RR: 22 x/menit
SPO2: 98%
A:Masalah
ketidakefektifan jalan
napas belum teratasi.
P: Pertahankan intervensi.
1. Memonitor pola
napas.
2. Mempertahankan
kepatenan jalan
napas.
3. Mengatur posisi
klien (semi-fowler).
4. Memberikan
minuman hangat.
5. Menganjurkan orang
tua untuk mengikuti
anjuran dari dokter.
11.30 2 1. Mengidentifikasi gangguan S : Ibu klien mengatakan Mita
WIB kognitif dan fisik yang terkadang anak K masih
memungkinkan jatuh. suka usil gerak-gerak
2. Menyiapkan materi edukasi terus.
tentang risiko jatuh. O: Klien lemes dan
3. Menjadwalkan waktu untuk terkadang usil.
edukasi. A: Masalah Risiko jatuh
4. Menganjurkan untuk selalu belum teratasi.
memasang pengaman tempat P: Pertahankan intervensi.
tidur klien. 1. Menganjurkan untuk
5. Menganjurkan memodifikasi selalu memasang
area-area yang membahayakan di pengaman tempat tidur
rumah. klien.
2.Menganjurkan
memodifikasi area-area
yang membahayakan di
rumah.
3.Menganjurkan orang
tua untuk selalu
mendampingi klien.

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Pokok Bahasan : Resiko Jatuh


Sub Pokok Bahasan : Penanganan Resiko Jatuh
Penyaji : Mita Pratiwi
Sasaran : Klien dengan Resiko Jatuh
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Rabu-kamis, 26-27 Januari 2022
Tempat : Bangsal Cempaka 2 RSUD Temanggung

A. LATAR BELAKANG

Balita merupakan bayi dan anak yang berusia kurang dari 5 tahun
(Marimbi, 2010). Pada usia ini balita mulai beradaptasi dengan
lingkungannya sehingga balita mulai mengalami perubahan dalam tingkah
lakunya/perilakunya. Dalam kemampuan motorik dan emosional yang
mencangkup sikap, gerakan dari beberapa anggota gerak badan, pada
tahap ini balita mulai bermain bahkan berlari dalam lingkungannya
(Muhamad Rifki, 2012). Jatuh biasanya diakibatkan karena rasa
penasarannya terhadap sesuatu yang tinggi dan balita belum mengerti
tentang bahayanya jatuh (Kuschithawat, 2007). Pengetahuan disini
sangatlah penting agar ibu memahami tentang jatuh, penyebab,
pencegahannya, perilaku ibu dengan pencegahan jatuh disini sangatlah
penting agar ibu lebih waspada dan mengerti bagaimana cara mencegah
agar balita tidak jatuh (Kusbiantoro.D, 2014).
Pengetahuan Ibu tentang jatuh sangat penting untuk menghindari
jatuh pada balita, dengan pengetahuan ibu yang baik terhadap pencegahan
maka akan meminimalisir terjadinya jatuh pada balita (Kuschithawati, et
al, 2007). Jatuh kemungkinan tidak akan terjadi apabila pengetahuan ibu
dalam perilaku pencegahan jatuh sangat baik. Pengetahuan ibu juga perlu
diikuti dengan pemahaman tentang pencegahan jatuh pada balita.
Sedangkan ibu yang terlalu membebaskan balita akan berdampak pada
keamanan balita. Tindakan yang bisa dilakukan yaitu berupa pengawasan
dari ibu, karena balita belum mengerti tentang bahaya yang apabila terjadi
jatuh (Nursalam, 2008). Selain pengetahuan ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan dan informasi berpengaruh dalam keamanan balita (Sulistiyani,
2011). Jatuh yang terjadi pada balita akan berdampak pada psikologis atau
trauma, balita akan takut dan tidaka akan melakukan aktivitas tersebut, ini
akan menganggu proses tumbuh kembang balita dikemudian hari dan
bahkan menyebabkan kematian. Penyebabnya yaitu balita belum
mengetahui bagaimana melindungi diri dari bahaya (Supartini, 2004 dalam
Widyaningsi, 2010).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang resiko jatuh anak selama 1 x 30
menit orang tua dapat mengetahui tentang resiko jatuh anak dan dapat
membantu menjaga klien.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit orang tua anak
mampu menjelaskan kembali tentang:
a. Pengertian resiko jatuh.
b. Penyebab resiko jatuh.
c. Pencegahan resiko jatuh.
C. SASARAN
Klien dan keluarga klien dengan Resiko Jatuh.
D. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Rabu-kamis, 26-27 Januari 2022
Waktu : 15-30 menit
Tempat : Bangsal Cempaka 2
E. MATERI
Terlampir
F. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1. Pembukaan 5 menit o Salam
perkenalan
o Menjelaskan
kontrak dan
tujuan
pertemuan
2. Pelaksanaan 20 menit  Menjelaskan Leaflet
tentang :
 Pengertian
resiko jatuh.
 Penyebab
resiko jatuh..
 Pencegahan
resiko jatuh.
3. Penutup 5 menit  Menut
up
pembelajaran
dengan salam

G. METODE
Metode yang digunakan adalah:
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
H. MEDIA DAN ALAT
Leaflet
I. SUMBER
Brunner & suddarth (2001) keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapsis
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawawtan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Depkes RI. (2002). Modul Pedoman Kader PHC. Magelang: Bapelkes
Salaman Magelang
Mansjoer, Arief. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. EGC: Jakarta
J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur.
a. Kesiapan materi penyaji.
b. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung.
2. Evaluasi Proses
a. Klien antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak
diketahuinya
b. Klien menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
3. Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan.
b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya.
4. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b. Adanya kesepakatan masyarakat dengan perawat dalam
melaksanakan implementasi keperawatan selanjutnya.
c. Adanya tambahan pengetahuan tentang resiko jatuh.yang diterima
oleh audience dengan melakukan evaluasi melalui tes lisan di akhir
ceramah.
K. DAFTAR PERTANYAAN
1. Jelaskan kembali pengertian resiko jatuh?
2. Jelaskan kembali penyebab resiko jatuh?
3. Apa saja pencegahan resiko jatuh ?
L. MATERI
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh
dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/ tidak
direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa menciderai
dirinya. Berdasarkan pengalaman kasus; beberapa kejadian di rumah sakit
kadang tidak diperhatikan, yaitu pasien jatuh pada saat sedang
mendapatkan pelayanan di rumah sakit; baik itu pasien rawat jalan
maupun pasien rawat inap. World Health Organization (WHO)
mendefinisikan jatuh sebagai "an event which results in a person coming
to rest inadvertently on the ground or floor or some lower level" 
Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh merupakan salah satu
dari 6 (enam) SKP Sasaran Keselamatan Pasien.
Penyebab jatuh
1. Faktor Fisiologis  :
Kondisi insiden jatuh atau terjatuh merupakan suatu hal yang umum yang
terjadi pada lansia, orang sakit, anak anak, atau orang cedera yang sedang
lemah.
2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan yang dpat menyebabkan resiko jatuh; antara lain : lantai
licin; cairan di lantai; tidak terpasang keset anti slip; tidak adanya rel
pengaman dan rel pegangan; dll.
Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang
umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan/ atau faktor fisiologis
dapat berakibat cidera. Insiden jatuh tentu akan merugikan pasien atau
klien terutama secara fisik, disi lain hal ini juga menyakut kualitas pelayan
dari sebuah rumah sakit. Sehingga tenaga kesehatan, staff medis harus
sangat memperhatikan kondisi pasien dengan melaksanakan assesmen
resiko jatuh dengan menggunakan instrument yang tepat.
Maksud dan Tujuan
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab
cedera pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang
dilayani, pelayanan yang diberikan, dan fasilitasnya, fasilitas pelayanan
kesehatan perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan
untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat
dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
Program ini memonitor baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang
tidak sengaja terhadap langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi
jatuh.
Misalnya penggunaan yang tidak benar dari alat penghalang atau
pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan cedera, sirkulasi yang
terganggu, dll. Program tersebut harus diterapkan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Pencegahan & Mengurangi Risiko Pasien Jatuh
Dalam konteks ini rumah sakit melakukan evaluasi risiko pasien
terhadap jatuh dan segera bertindak untuk mengurangi risiko terjatuh dan
mengurangi risiko cidera akibat jatuh. Rumah sakit menetapkan program
mengurangi risiko terjatuh berdasarkan kebijakan dan atau prosedur yang
tepat. Program ini memantau baik konsekuensi yang diinginkan maupun
tidak diinginkan dari tindakan yang diambil untuk mengurangi jatuh.
Aktifitas Umum yang dilaksanakan :
1. Menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan
asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko.
Aktifitas Khusus yang dilaksanakan :
1. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan
menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh”.
2. Melakukan evaluasi risiko pasien terhadap jatuh dan asesmen ulang pada
semua pasien(setiap hari / Bila ada perubahan )
3. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang
berisiko jatuh dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”
4. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara
komprehensif, dan Mengurangi risiko cidera akibat jatuh.
Asesmen risiko jatuh awal akan dilakukan :
1. Perawat akan melakukan Asesmen Risiko Jatuh pada seluruh pasien yang
masuk di IGD, rawat jalan dan rawat inap dengan menggunakan formulir
pengkajian risiko jatuh yang berlaku di Krakatau Medika Hospital, yaitu
untuk pasien dewasa menggunakan formulir dengan asesmen risiko jatuh
yang mengacu kepada Morse Fall Scale, sedangkan untuk pasien anak
menggunakan skala Humpty Dumpty. Untuk rawat jalan menggunakan
formulir get up and go pasien ditandai dengan pita kuning diikat di lengan.
2. Perawat akan melakukan reasesmen risiko jatuh dalam waktu 4 jam dari
pasien masuk di rawat inap dan mencatat hasil asesmen ke dalam rekam
medis pasien.
3. Jika hasil asesmen risiko jatuh ditemukan adanya risiko jatuh dengan skala
sedang sampai berat maka pasien akan diberikan stiker warna kuning pada
gelang identitas yang mengidentifikasikan bahwa pasien dengan risiko
jatuh.
Asesmen ulang risiko jatuh akan dilakukan :
1. Setiap pasien rawat inap akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap
hari atau bila ada perubahan kondisi pasien.
2. Penilaian risiko jatuh dengan menggunakan formulir pengkajian risiko
jatuh; misalnya untuk pasien dewasa menggunakan formulir dengan
asesmen risiko jatuh yang mengacu kepada Morse Fall Scale, sedangkan
untuk pasien anak menggunakan skala Humpty Dumpty dan untuk rawat
jalan menggunakan form get up and go.
3. Untuk mengubah kategori dari risiko sedang dan tinggi ke risiko jatuh
rendah diperlukan skor <5 dalam 2 kali pemeriksaan berturut – turut

Mitigasi Risiko :
Dari hasil Asesmen diperoleh parameter risiko yang telah dilengkapi
dengan skor tingkatan (derajat) risiko; yang selanjutnya dianalisa faktor
mitigasinya berupa langkah langkah intervensi yang harus dilakukan.

Jenis intervesni yang dilakukan sangat beragam tergantung parameter


risikonya; misalnya memperbaiki kondisi lingkungan dan fasilitas rumah
sakit; a.l. memasang karpet anti slip, memamasang atau memperbaiki rel
pegangan, memasang dan memperbaiki pengaman tempat tidur, memasang
dan memperbaiki kursi tunggu, dll. Hal lain yang lebih spesifik;
memperbaiki jarak jangkauan barang atau fasilitas yang biasa digunakan
oleh pasien; a.l. bell panggilan, memastikan roda tempat tidur terkunci,
memastikan pagar pengaman tempat tidur dinaikkan /terkunci.

Hal penting lainnya adalah turut melibatkan pasien dan keluarga dalam
mengurangi risiko jatuh; misalnya dengan melalui edukasi, penjelasan
kondisi lingkungan, menjelaskan jadwal kunjungan nakes, dll.

Anda mungkin juga menyukai