Anda di halaman 1dari 9

PBL KEPERAWATAN KRITIS

SYOK

Disusun oleh:

MITA PRATIWI (P1337420717002)

KELAS : PARIKESIT

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KASUS :
Seorang ibu di ICU perdarahan setelah melahirkan karena atonia uteri. Pemeriksaan
fisik didapatkan HR = 124x/menit, RR = 32x/menit, TD 90/65 mmHg, CRT > 2
detik, produksi urin 10 ml/jam, ekstremitas pucat, gelisah, kesadaran menurun,BB
50kg
SOAL :
1. Berapa estimasi volume darah pasien?
2. Berapa perkiraan kehilangan darah yang dialami pasien?
3. Apa jenis cairan yang diberikan untuk resusitasi?
4. Berapa banyak cairan yang diberikan untuk resusitasi?
5. Jelaskan tentang syok
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Tahapan
d. Jenis
e. Patofisiologi

JAWABAN :
1. EBV = 70 ml x BB (Kg)
= 70 x 50
= 3500
2. EBL = presentase x EBV
= 30% x 3500
=1,05 liter
3. Kristaloid
Cairan ini adalah cairan yang paling sering digunakan sebagai cairan
resusitasi, karena memiliki molekul yang kecil, mudah digunakan, harganya
lebih murah dan cepat menggantikan cairan yang hilang.
Meski begitu, karena lebih mudah diserap oleh tubuh, pemberian kristaloid
dalam jumlah terlalu banyak dapat menyebabkan edema atau bengkak akibat
penimbunan cairan di jaringan tubuh. Cairan kristaloid yang umum digunakan
adalah normal saline (NS) dan ringer laktat (RL).
Koloid
Cairan koloid mengandung zat-zat dengan molekul yang lebih berat, seperti
albumin dan gelatin. Cairan koloid akan bertahan lebih lama di dalam
pembuluh darah.
Koloid dapat digunakan sebagai cairan resusitasi pada pasien yang mengalami
kekurangan cairan parah, seperti syok hipovolemik dan perdarahan berat.
Namun jika penggunaannya tidak tepat, koloid dapat memicu reaksi alergi,
gangguan pembekuan darah, dan kegagalan fungsi ginjal.
4. Pemilihan jenis, jumlah, dan durasi pemberian cairan resusitasi tergantung
pada kondisi pasien dan ketersediaan cairan ini di fasilitas perawatan.

5. Syok
a. Definisi
Syok adalah kondisi di mana tekanan darah turun secara drastis, sehingga
terjadi gangguan aliran darah dalam tubuh. Aliran darah yang terganggu
membuat pasokan nutrisi dan oksigen yang berperan pada sel dan organ
tubuh agar berfungsi secara normal, menjadi terhambat. Syok dapat
memburuk dengan cepat, maka penanganannya harus segera dilakukan.
Jika tidak, syok dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian
b. Klasifikasi

1. Syok obstruktif
Jenis syok ini muncul ketika darah tidak bisa beredar ke bagian-bagian
tubuh tertentu. Syok obstruktif bisa disebabkan oleh sesuatu yang
menghalangi aliran darah, seperti emboli paru.Di samping itu,
penumpukan udara atau cairan dalam rongga dada juga bisa menyebabkan
syok obstruktif. Mulai dari pneumothorax, hemothorax, serta tamponade
jantung.
2. Syok kardiogenik
Jika mengalami kerusakan jantung, aliran darah dalam tubuh Anda akan
berkurang sehingga Anda berpotensi mengalami syok kardiogenik.
Penyebab umum dari jenis syok ini meliputi detak jantung yang tidak
beraturan, kerusakan pada otot jantung, dan detak jantung yang sangat
pelan.

3. Syok distributive

Jenis syok ini terjadi ketika pembuluh darah Anda kehilangan


kemampuannya untuk mengalirkan darah dengan benar. Sebagai
akibatnya,aliran darah dan oksigen ke organ-organ vital mejadi terganggu.
Syok distributif dapatdibagi lagi menjadi 3 tipe di bawah ini:
a. Syok anafilaksis, yaitu komplikasi dari reaksi alergi yang sangat parah
(anafilaksis). Pemicu reaksi ini biasanya datang dari makanan,
sengatan serangga, maupun obat-obatan tertentu.
b. Syok septik yang disebabkan oleh sepsis. Sepsis adalah komplikasi
dari infeksi bakteri yang sangat parah, yang menyebabkan adanya
bakteri yang masuk ke dalam aliran darah danmemicu kerusakan serius
pada organ-organ dalam.
c. Syok neurogenik yang terjadi akibat kerusakan pada sistem saraf
pusat. Penyebab kerusakan ini umumnya adalah cedera pada saraf
tulang belakang.

4. Syok hipovolemik
Jenis syok ini terjadi ketika organ-organ vital kekurangan asupan darah
maupun oksigen. Akibatnya, organ-organ tersebut takkan bisa berfungsi
dengan normal.Syok hipovolemik bisa dipicu oleh perdarahan hebat saat
seseorang mengalami cedera. Namun dehidrasi yang parah juga bisa
menyebabkan syok jenis ini.

c. Tahapan

Syok memiliki tiga tahapan yaitu tahap Kompensasi, Dekompensasi dan


tahap Ireversibel. Ketiga tahap ini menunjukan gejala tersendiri dan
menunjukan kondisi penderita. Pada tahap awal Kompensasi penderita
biasanya terlihat normal karena tubuh masih mampu menjaga fungsi
normalnya, hanya saja kulit penderita biasanya sudah berwarna coklat.

Tahap kedua tubuh mulai kehilangan kemampuan dalam menjaga


fungsinya. Tahap yang disebut dekompensasi ini menunjukan gejala
seperti kulit pucat dan dingin apabila diraba, denyut nadi meningkat dan
merasa sangat haus, tekanan darah menurun diikuti dnegan tingkat
kesadaran penderita.

Dalam kasus ini apabila penanganan pada penderita tidak tepat dan cepat
dapat mengakibatkan darah mengalir sangat lambat, sehingga denyut
jantung dan tekanan darah akan menurun drastis. Biasanya tubuh akan
mengutamakan aliran darah pada bagian otak dan jantung sehingga organ
lain seperti hati dan ginjal mengalami kekurangan darah. Jika dibairkan
maka kerusakan permanen dapat terjadi mesipun sudah diobati dengan
baik. Kondisi ini berada di syok tahap ketiga yaitu ireversibel.

d. Jenis

Jenis syok medis beda dari syok psikologis


Perlu diketahui dulu bahwa syok medis berbeda dari syok emosi atau
psikologis.Syok psikologis umumnya terjadi setelah kejadian yang
mengguncangkan emosi, menakutkan, atau sampai menyebabkan
trauma.Penyebab utama syok medis adalah kekurangan aliran darah di
dalam tubuh sehingga sel-sel serta jaringan tidak dapat menerima oksigen
yang cukup.Syok medis terbagi ke dalam beberapa jenis, yang dapat dipicu
oleh macam-macam penyebab berbeda.Oleh karena itu, gejala klinis tiap
pasien yang mengalami syok tentu akan berbeda tergantung dari jenis syok
dan penyebabnya.

Macam-macam jenis syok dan perbedaan tanda yang muncul


Secara umum berdasarkan gejala, syok dibagi menjadi empat jenis, yaitu
syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok distributif, dan syok
obstruktif.Hampir seluruh klasifikasi jenis syok memunculkan tanda utama
berupa hipotensi atau tekanan darah rendah.Gejala penurunan tekanan
darah ini dapat terjadi secara cepat maupun perlahan, tergantung dari jenis
syok yang dialami.Namun, dapat dipastikan hipotensi merupakan tanda
bahwa syok tidak teratasi atau sudah dalam kondisi fatal.Selain hipotensi,
setiap jenis syok juga memiliki macam-macam tanda dan gejala spesifik
lainnya.Berikut penjelasannya:

Syok hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling sering dijumpai.Ini
merupakan syok terjadi karena kekurangan jumlah cairan atau darah di
dalam tubuh (hipovolemia).Syok hipovolemik dapat terjadi karena
perdarahan (syok hemoragik), maupun proses yang mengakibatkan
hilangnya cairan tubuh dan dehidrasi.Sebagai kompensasi atas cairan
tubuh atau darah yang hilang, tubuh akan berusaha mempertahankan
tekanan darah.Macam-macam tanda serta geala yang ditimbulkan dari
syok hipovolemik adalah:

1) Denyut jantung atau nadi yang cepat


2) Napas yang cepat
3) Dilatasi pupil (perubahan ukuran pupil karena cahaya)
4) Kulit pucat dan dingin
5) Berkeringat
6) Pada fase yang semakin memberat pasien dapat nampak lesu, bingung,
dan tidak sadarkan diri
7) Apabila syok terjadi karena faktor eksternal, penderitanya dapat
mengalami
8) Muntah dan diare disertai darah dapat ditemukan, apabila syok
disebabkan oleh perdarahan dari sistem pencernaan.

Syok distributif
Syok distributif terjadi saat pembuluh darah tidak dapat mempertahankan
kekuatannya sehingga terjadilah vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah).Ketika pembuluh darah melemas dan melebar, tekanan darah
menjadi turun.Dua penyebab utama dari jenis syok distributif adalah reaksi
alergi berat (syok anafilaksis) dan infeksi berat (sepsis).Macam-macam
tanda dan gejala di bawah ini dapat terjadi pada jenis syok distributive.

1) Biduran, kulit memerah, gatal, bengkak pada wajah, dan kesulitan


bernapas (pada syok anafilaktik)
2) Demam, mulut kering, kulit keriput, kering, dan tidak elastis (pada
sepsis)
3) Detak jantung dan denyut nadi yang cepat
4) Pada syok neurogenik (penyebab terjarang syok distributif), tekanan
darah dapat turun pada fase awal, disertai detak jantung yang normal
atau malah meningkat.

Syok kardiogenik
Syok kardiogenik terjadi pada saat jantung tidak dapat memompa darah ke
seluruh tubuh.Berikut ini beberapa tanda khas dari syok jenis kardiogenik:

1) Denyut nadi yang lemah, lambat, dan tidak beraturan.


2) Kesulitan bernapas
3) Dahak berbusa
4) Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki

Syok obstruktif
Syok obstruktif merupakan jenis syok yang jarang terjadi. Syok obstruktif
terjadi karena adanya tekanan di pembuluh darah, misalnya pada tension
pneumothorax.Macam-macam tanda dan gejala yang dapat timbul pada
jenis syok obstruktif ad:alah

1) Hipotensi mendadak
2) Denyut nadi yang cepat
3) Suara napas yang abnormal
4) Gangguan pernapasan, apabila syok disebabkan tension pneumothorax

e. Patofisiologi
Secara patofisiologis syok merupakan gangguan hemodinamik yang
menyebabkan tidak adekuatnya hantaran oksigen dan perfusi jaringan.
Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan tahanan
vaskuler sitemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung. Gangguan faktor-
faktor tersebut disbabkan oleh bermacam-macam proses baik primer pada
sistim kardiovaskuler, neurologis ataupun imunologis. Diantara berbagai
penyebab syok tersebut, penurunan hebat volume plasma intravaskuler
merupakan faktor penyebab utama. Terjadinya penurunan hebat volume
intravaskuler dapat terjadi akibat perdarahan atau dehidrasi berat, sehingga
menyebabkan yang balik ke jantung berkurang dan curah jantungpun
menurun. Penurunan hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen
dan perfusi jaringan tidak optimal dan akhirnya menyebabkan syok. Pada
tahap awal dengan perdarahan kurang dari 10%, gejala klinis dapat belum
terlihat karena adanya mekanisme kompensasi sisitim kardiovaskuler dan
saraf otonom. Baru pada kehilangan darah mulai 15% gejala dan tanda
klinis mulai terlihat berupa peningkatan frekuensi nafas, jantung atau nadi
(takikardi), pengisian nadi yang lemah, penurunan tekanan nadi, kulit
pucat dan dingin, pengisian kapiler yang lambat dan produksi urin
berkurang. Perubahan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi akibat
adanya mekanisme kompensasi tadi, sehingga pemeriksaan klinis yang
seksama harus dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai