Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar sinkop


2.1.1 Definisi sinkop
Pingsan atau sinkop yaitu keadaan tidak sadar pada seseorang.Kehilangan
kesadaran total, di mana kedua pendengaran, penglihatan, perasaan dan bau
berhenti sepenuhnya. Pingsan atau sinkop disebabkan oleh kurangnya aliran
darah ke otak, kekurangan oksigen, keraunan, syok, lapar, haus dan kondisi fisik
lemah lainnya atau gejala penyakit kronis lainnya (Izzaty, Astuti and Cholimah,
2021).

Syncope berasal dari kata yunani syn dan koptein yang berarti memilih.
Jadi arti sinkop (menurut European society of cardiology: ESC), syncope atau
pingsan merupakan suatu gejala yang di tandai dengan hilangnya kesadaran
yang bersifat sementara dan awitan (onset) terjadinya secara tiba-tiba. Kondisi ini
di sesertai dengan hilangnya tonus postural yaitu suatu keadaan yang tidak
mampu mempertahankan posisi tubuh. Pingsan terjadi akibat hipoperpusi
(menurun) darah ke otak yang bersifat sementara. Kondisi ini dapat di sembuh
sendiri tampa major intervension (Manullang, 2019)

2.1.2 Etiologi Sinkop


Menurut Thygerson (2019), sinkop dapat dipicu dari beberapa faktor
seperti berikut :
1. Dehidrasi
2. Berdiri terlalu lama
3. Posisi tubuh naik secara mendadak seperti dari jongkok lalu berdiri
4. Tekanan emosi
5. Kehilangan darah
6. Batuk-batuk
7. Hipoglikemia
8. Sakit perut
9. Gangguan pada jantung
Sinkop disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak. Kondisi ini
terjadi karena sistem saraf yang mengatur detak jantung dan pembuluh
darah terganggu beberapa saat karena dipicu suatu hal. Penyebabnya bisa
hal yang sepele dan juga bisa karena hal yang serius. Dalam artikel hello
sehat ada beberapa kondisi atau penyakit yang menyebabkan anda
mengalami sinkop yaitu (Anwar and Rembang, 2021) :
1. Masalah pada jantung
Kondisi ini disebabkan oleh berbagai hal seperti sistem listrik jantung
yang tidak berfungsi, aliran darah yang tersumbat karena kardiomiopati,
brakikardia, takikardia.
2. Masalah pada sistem saraf
Beberapa kondisi neurologis yang umum menyebabkan sinkop seperti
kejang, stroke, TIA (transient ischemic attack), migrain, hidrosifalus.
3. Masalah pada metabolik atau endokrin
Masalah pada sistem ini bisa menyebabkan sinkop karena dipicu kondisi
seperti hipoglikemia, hipoksia, dan penurunan tekanan darah akibat
rendahnya kadar steroid abnormal.
4. Tekanan darah turun tiba – tiba
Kondisi ini sering juga disebut sebagai sinkop vasovagal, yang
mempengaruhi 80% kasus sinkop. Orang yang mengalami sinkop
vasovagal memiliki kondisi yang disebut dengan hipotensi ortostatik,
yaitu penurunan tekanan darah saat berdiri. Kondisi ini akibat dari
dehidrasi, penggunaan obat, dan diabetes. Tetapi kadang juga biasa
terjadi karena ada stimulus yang merangsang sestem saraf. Stimulus
tersebut berupa :
a. Rasa sakit yang ekstrim.
b. Berdiri di daerah panas dan sesak.
c. Melihat darah.
d. Mandi air hangat.
e. BAK atau BAB yang terus menerus.
f. Stres emosional yang intens.
g. Takut dan gelisah.
h. Kelaparan.
i. Alkohol dan obat – obatan tertentu.
j. Hiperventilasi. Batuk kuat, memutar leher, dan memakai kerah yang
ketat.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Manifestasi sinkop yang paling terkenal yakni (Mayestika
and Hasmira, 2021) :
1. Fase pre sinkop
Pasien mungkin mengalami mual, kecenderungan canggung, keringat dingin
dan kelemahan. Mungkin ada sensasi tidak stabil (wooziness) atau pusing
(dengan ruangan berputar), penglihatan hyperpnea (perluasan pernapasan)
mungkin kabur atau kabur, dan mungkin ada pendengaran yang tertahan
dan sensasi menggigil di tubuh. Tahap pra sinkop atau hampir pingsan,
indikasi 10 serupa akan terjadi, namun pada tahap ini tekanan dan denyut
peredaran darah pasien tidak benar-benar pingsan.
2. Fase sinkop
Tahap sinkop digambarkan dengan hilangnya kesadaran pasien dengan
efek samping klinis, misalnya :
a. Pernafasan pendek, dangkal, santai sporadic.
b. Bradikardi serta hipotensi bertahan.
c. Detak jantung lemah dan perkembangan kejang pada otot lengan, kaki,
dan wajah. Pada tahap ini pasien tidak berdaya terhadap hambatan rute
penerbangan karena obat terlepas karena kehilangan kesadaran.
3. Fase post sinkop
Tahap terakhir adalah tahap pasca sinkop, yang merupakan kerangka waktu
penyembuhan di mana pasien melakukan kunjungan ulang kesadaran.Pada
tahap awal pasca sinkop, pasien mungkin mengalami kebingungan, mual,
dan berkeringat. Pada penilaian klinis, denyut mulai meningkat dan
dirasakan dengan jelas dan ketegangan peredaran darah mulai meningkat.
2.1.4 Klasifikasi Sinkop
Pingsan mempunyai beberapa jenis diantaranya (Izzaty, Astuti and
Cholimah, 2021) :
1. Pingsan biasa (simple fainting)
Pingsan jenis ini di derita oleh yang memulai aktivitas tanpa melakukan
makan pagi terlebih dahulu, penderita anemia, orang mengalami kelelahan,
katakutan, kesedihan dan kegembiraan.
2. Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan ini terjadi pada orang sehat yang melakukan aktivitas di tempat
yang sangat panas. Penderita merasakan jantung berdebar, mual, muntah,
sakit kepala dan pingsan. Keringat yang berkucuran petunjuk bahwa orang
tersebut mengalami pingsan jenis ini.
3. Pingsan karena sangat terik
Pingsan jenis ini merupakan keadaan yang lebih parah dari pada heat
exhaustion. Sangat terik terjadi karena di udara panas dengan terik matahari
dalam jangka waktu yang lama, menyebabkan kelenjar keringat menjadi
lemah dan tidak mampu mengeluarkan keringat. Akibat dari itu, panas yang
mengenai tubuh tidak tahan oleh adanya penguapan keringat. Gejala
sengatan panas didahului oleh keringat yang mendadak menghilang. Korban
kemudian merasa udara disekitarnya mendadak menjadi sangat panas.
Selain itu korban merasa lemas, sakit kepala, tidak dapat berjalan tegap,
mengigau dan pingsan.
2.1.5 Patofisiologi Sinkop
Pada individu muda yang sehat dengan aliran darah serebral 50 - 60
ml/100 gr jaringan/menit, 12 - 15% kardiak output pada saat istirahat, dan
kebutuhan oksigen minimum untuk mempertahankan kesadaran sekitar 3,0 - 3,5
ml O2/100 gr jaringan/menit dapat dengan mudah dipenuhi. Sedangkan pada
individu lebih tua, batas aman untuk suplai oksigen lebih rendah (Rachman,
2018).
Penurunan aliran darah secara tiba - tiba dalam jangka waktu 6 - 8 detik
dapat menyebabkan kehilangan kesadaran secara penuh. Evaluasi tilt test
menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik menjadi 60 mmHg atau kurang
dihubungkan dengan sinkop. Lebih jauh lagi, diestimasikan penurunan suplai
oksigen serebral setidaknya sebesar 20% sangat bisa untuk menyebabkan
sinkop.
Tekanan darah sistemik dipastikan oleh kardiak output (CO) dan
resistensi vaskular perifer total, dan penurunan salah satunya dapat
meneyebabkan kehilangan kesadaran, tetapi kombinasi dari keduanya juga
seringkali ditemukan. Meskipun begitu kontribusi relatif dari masing - masing
faktor dapat bervariasi.
Resistensi perifer yang tidak adekuat diakibatkan oleh aktivitas refleks
yang tidak sesuai menyebabkan vasodilatasi dan bradikardia bermanifestasi
sinkop reflek tipe vasodepresor, kardioinhibitor atau campuran. Penyebab lain
dari ketidak adekuatnya resistensi perifer adalah kegagalan fungsional dan
struktural sistem saraf otonom (Autonomic Nervous System) akibat pengaruh
obat, gangguan otonomik (Autonomic Nervous Failure) primer atau sekunder.
Pada ANF, jalur vasomotor simpatis tidak bisa meningkatkan resistensi vaskular
perifer sebagai respon pada posisi tegak atau vertikal. Stres gravitasional dengan
kegagalan vasomotor menyebabkan pooling vena dan akhirnya berakibat
terhadap turunya aliran balik vena dan kardiak output.
Penyebab transien rendahnya kardiak output terdiri dari 3 hal yang
mendasari. Pertama yaitu brakikardia akibat dari gangguan refleks, dikenal
sebagai sinkop refleks tipe kardioinhibitor. Kedua adalah penyebab
kardiovaskular, akibat aritmia dan penyakit struktural termasuk emboli paru atau
hipertensi pulmonal. Terakhir adalah aliran balik vena yang tidak adekuat akibat
deplesi volume atau sering disebut pooling vena.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Dewanto, 2009 dalam, (Mayestika and Hasmira, 2021)
pemerilksaan fisik dan penunjang untuk korban sinkop yakni :
1. Pemeriksaan darah lengkap (complete blood mean) pasien dengan indikasi
sinkop karena hipotensi ortostatik atau pada pasien dengan guaiac positif.
2. Penilaian kardiovaskular total dan intensif dapat memberikan gambaran
tentang penyebab sinkop.
3. Kencing (untuk tes kehamilan).
4. Elektrolit (untuk memeriksa apakah tidak ada gangguan kardiovaskular
karena elektrolit, kekurangan hidrasi, atau sinkop karena penggunaan
diuretik).
5. Tanda-tanda vital.
6. Test Guaiac (untuk melihat adanya darah pada tinja).
7. CT Scan atau MRI kepala (mencari indikasi masalah neurologis atau tidak,
seperti iskemia batang otak, subarachnoid drain).
8. EEG (untuk melihat kerja otak besar dan sinkop yang digerakkan oleh
kejang).
9. Penilaian neurologis sebagai indikator kemajuan atau memburuknya
manifestasi. Status mental biasanya biasa.
10. Bukti yang dapat dikenali dari cedera.
11. Beberapa penilaian di samping tempat tidur dapat membantu menentukan
dengan tepat sumber sinkop.
12. Penilaiian EKG 12 sadapan.
13. Lumbal Puncture.
2.1.7 Pencegahan Sinkop
Pencegahan bergantung pada sistem yang dimaksud. Pada kondisi
sinkop vasovagal yang umumnya ditemukan pada remaja dan umumnya akan
terjadi saat mengalami syok berat, kelelahan, sensasi nafsu makan, dan
sebagainya. Tindakan yang mendorong pasien untuk pergi ke keadaan tersebut
telah Pada pasien dengan hipotensi postural, pasien harus diingatkan untuk tidak
bangun tiba-tiba dari tempat tidur. Pasien harus berbaring dengan tempat tidur
dinaikkan 18 hingga 8 hingga 12 inci dengan sandaran kayu dan mengenakan
sabuk perut serbaguna dan stoking fleksibel. Obat-obatan dari golongan efedrin
dapat membantu jika penggunaannya tidak menyebabkan gangguan tidur
(Kartono Mohamad, 2021).
Pada kondisi hipotensi postural yang konstan, pengaturan
mineralkortikoid eksplisit (tablet turunan asam asetat fludrhidrokortison 0,1
hingga 0,2 mg/hari dalam porsi yang dipartisi).
Pengobatan sinkop sinus karotis mencakup pasien yang mengenakan
pakaian bebas yang tersangkut dan mencari cara untuk berputar dengan
memutar seluruh tubuh dan bukan dengan memutar kepala saja. Obat atropin
dan efedrin harus digunakan secara individual pada pasien bradikardia, dan alat
pacu jantung dapat dipasang di ventrikel kanan.
2.1.8 Penanganan Sinkop
2.1.8.1 Definisi Penanganan
Penanganan adalah pemberian pertolongan, pengobatan dan perawatan
yang sifatnya darurat dan harus dilaksanakan dengan cepat, tepat dan serasi
ketika menangani korban kecelakaam atau bencana sebelum dirujuk ke rumah
sakit atau sarana kesehatan lainnya yang memadai (Sitorus and Girsang, 2020).
2.1.8.2 Tingkat Penanganan
1. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama.
2. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktik tingkat kedua.
3. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikan tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut (Manado, 2018).
2.1.8.3 Prinsip Pengananan
Pada setiap kecelakaan atau bencana selalu disertai situasi kekacauan
dan kepanikan di tempat kejadian, melibatkan korban yang jumlahnya mungkin
lebih dari satu dengan berbagai macam gangguan, seperti gangguan
pernapasan, gangguan kesadaraan, perdarahan dan trauma yang lain. Seorang
pelaku pertolongan pertama harus mampu menilai dan menanggulangi hal-hal di
atas sesuai dengan prioritas. Tindakan yang harus dilakukan adalah
menghilangkan kekacauan, menata tempat kejadian, merencanakan tindakan
dan melakukan prioritas korban (National and Pillars, 2020).
2.1.8.4 Langkah-langkah Penanganan
(Agustini, T; Windyastuti, E; Suparmanto, 2020) Dalam menghadapi dan
menangani seseorang yang mendapat cedera yang gawat, tiga hal yang sangan
menentukan berikut ini perlu dipastikan:
1. Pernapasan
Pastikanlah bahwa saluran pernapasan si korban tidak tersumbat oleh
lidahnya, lendir atau benda lainnya
2. Nafas
Pastikan si korban masih bernafas. Hal ini dapat di pastikan dengan jalan
menempatkan sebuah cermin atau mata pisau yang mengkilap di depan
mulut atau hidung si korban. Bila cermin atau mata pisau tersebut berkabut,
berarti si korban masih bernafas. Bila tidak, lakukanlah pernafasan buatan.
3. Peredaran Darah
Pastikan bahwa nadi si korban masih berdenyut. Hal ini dapat Anda pastikan
dengan jalan menggenggam pergelangan tangan si korban dari luar, di
mana jari tengah Anda menekan urat nadi pada pergelangan tangan
tersebut. Atau, tekan-tekanlah ujung telunjuk Anda pada urat nadi di sudut
rahang bawah si korban (nadi karotis). Bila tidak, lakukanlah pembangkitan
fungsi jantung dengan cara kardio-pulmonar (jantungparu-paru). Bila sedang
melakukan Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR), periksalah apa ada
perdarahan.
a. Bertindaklah dengan cepat bila si korban mengalami perdarahan berat
atau bila si korban telah menelan racun atau bila jantung atau
pernafasannya telah terhenti. Tiap detik adalah berharga.
b. Walaupun setiap orang yang cedera dapat diangkut dengan aman,
hendaknya diingat bahwa sangat penting juga untuk tidak mengangkut
korban yang mengalami cedera pada leher atau tulang punggungnya,
kecuali bila hal tersebut dipandang perlu untuk menghindarkan si korban
dari bahaya selanjutnya.
c. Karena keadaan darurat hidup atau mati yang muncul secara tiba-tiba
adalah jarang ditemukan, biasanya Anda dapat memberikan
pertolongan pertama dengan langkah berikut :
1.)Biarkanlah si korban berbaring dengan tenang. 2)Bila dia muntah-
muntah dan bila tidak ada bahaya bahwa lehernya patah, putarkan
kepalanya ke satu sisi untuk menghindari tersumbatnya saluran
pernafasannya. 3)Usahakan agar badannya tetap hangat dengan jalan
menutupnya dengan selimut atau pakaian lainnya. Tetapi, si korban
jangan sampai kepanasan atau jangan memberikan panas buatan dari
luar. 4)Suruhlah seseorang memanggil ambulans dan dokter, sementara
Anda memberikan pertolongan pertama. Dokter perlu diberitahu tentang
kesadaran korban, pertolongan yang telah diberikan kalau sudah
dilakukan dan minta sarannya mengenai apa yang sebaiknya dilakukan
sementara menunggu kedatangannya atau kedatangan ambulans.
5)Periksalah si korban dengan hati-hati. Potonglah pakaiannya bila perlu
untuk mencegah pertambahan rasa sakit akibat gerakan mendadak.
Jangan tarik pakaian dari luka karena terbakar. 6)Tenangkanlah si
korban dan cobalah menenangkan diri Anda sendiri. Karena ketenangan
Anda dapat menghilangkan rasa takut atau panik dari si korban.
Yakinkanlah si korban, bahwa semunya dapat diatasi. 7)Jangan
paksakan korban yang tidak sadar atau setengah sadar untuk minum air
dapat masuk ke saluran pernafasannya dan menimbulkan pencekikan di
lehernya.
2.2 Konsep Dasar Sikap
2.2.1 Definisi Sikap
Menurut Randi dalam Azwar (2018) dalam, Anwar dan Rembang, 2021
mengungkapkan bahwa sikap merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat
manusia terhadap dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon
terhadap stimulus (objek) yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan
tindakan yang sesuai dengan objeknya.
2.2.2 Tingkat Sikap
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan menurut Soekidjo Notoatmodjo (1996)
dalam (Anwar and Rembang, 2021) yaitu:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
orang tersebut menerima ide itu.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
2.2.3 Struktur Sikap
Menurut Baron dan Branscombe juga Myers dan Gerungan dalam
Wawan & Dewi M, 2011 sikap mengandung tiga komponen yang membentuk
struktur sikap yaitu:
1. Komponen kognitif (komponen perseptual)
Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan,
dan hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap
objek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional)
Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap objek sikap. Rasa senang merupkan hal yang positif, rasa tidak
senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap,
yaitu positif dan negatif.
3. Komponen konatif ( komponen perilaku atau action component )
Komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap
objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan
besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang
terhadap objek sikap.
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Sikap terbentuk karena berbagai faktor, Menurut Azwar (2012)
faktorfaktor yang mempengaruhi sikap yaitu:
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila
pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi
yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
4. Media massa
Pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila
pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.3 Penelitian Relevan
Tabel 2.1 Penelitian Relevan
Peniliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan

Manulla Hubungan Penelitian Hasil penelitian ini Lokasi Menggunakan


ng, Pengetahuan ini terdapat hubungan penelitian varibel yang
2019 Siswa Palang menggunak hubungan dan jumlah hampir yang
Merah an signifikan antara sampel sama.
Remaja penelitian tingkat
Dengan deskriptif pengetahuan
Tindakan kuantitatif. tentang
Pertolongan pertolongan
Pertama pertama pada
Pada Sinkop pingsan
Tahun 2020

Mokoag Hubungan Penelitian Hasil penelitian Memiliki Menggunakan


ow, I. pengetahuan ini menunjukkan 1 metode yang
V.Watu dan sikap menggunak bahwa terdapat karakteristi sama.
ng and siswa dengan an metode hubungan antara k yang
beda yaitu
Sibuan penanganan kuantitatif pengetahuan siswa pekerjaan
a, 2020 pertama pada dan bersifat dengan
siswa sinkop deskriptif penanganan
di kelas ix analitik pertama pada
man 1 siswa sinkop
kotamobagu

Taufiqo Pengaruh Jenis Hasil penelitian ini Memiliki Memiliki satu


h Rizqi pendidikan penelitian menunjukan jumlah variabel yang
Agustin kesehatan ini adalah terdapat pengaruh variabel sama yaitu

i, dkk. dengan penelitian pendidikan yang pengetahuan


2020 metode peer kuantitatif kesehatan dengan berbeda
group pada dengan metode peer group dan metode
siswa palang menggunak pada siswa palang yang
merah remaja an desain merah remaja berbeda
terhadap quasy terhadap tingkat
tingkat experiment kesiapan
kesiapan al pre and penanganan
penanganan post test pertama pada
pertama without syncope
syncope di control
man 1
surakarta
2.6 Kerangka Teori
Pengetahuan Sikap
Tahu
Memahami 3.Aplikasi Menerima
4. Analisis 5.Sintesis Merespon 3.Menghargai
6. Evaluasi 4. Bertanggung Jawa

Penanganan Sinkop
Tingkat Penanganan sinkop
Respon terpimpin
Mekanisme
Adopsi
Langkah-langkah Penanganan sinkop
Pernafasan
Nafas
Pendarahan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai