Anda di halaman 1dari 27

Definisi Syok

 Syok atau renjatan dapat diartikan sebagai keadaan


terdapatnya pengurangan yang sangat besar dan tersebar luas
pada kemampuan pengangkutan oksigen serta unsur-unsur gizi
lainnya secara efektif ke berbagai jaringan sehingga timbul
cidera seluler yang mula-mula reversible dan kemudian bila
keadaan syok berlangsung lama menjadi irreversible
 Syok adalah salah satu keadaan darurat medik yang perlu
mendapat pertolongan medis segera. Namun pertolongan
prehospital yang benar dapat membantu meningkatkan
kualitas hidup korban karena dapat mencegah perburukan
kondis
Patogenesis Syok

 Beberapa karakteristik pathogenesis syok sama


tanpa memperhatikan penyebab yang mendasar
 Jalur akhir dari syok adalah kematian sel.
 Begitu sejumlah besar sel dari organ vital telah
mencapai stadium ini, syok menjadi irreversible, dan
kematian terjadi meskipun telah dilakukan koreksi
terhadap penyebab/masalah yang mendasarinya.
Mekanisme pathogenesis yang menyebabkan
kematian sel tidak sepenuhnya dipahami
Patogenesis Syok
a. Tahap awal non-progresif,
Saat mekanisme kompensasi refleks diaktifkan dan perfusi organ vital dipertahankan. Pada tahap ini
berbagai mekanisme neurohumoral bekerja membantu mempertahankan curah jantung dan tekanan darah.
Mekanisme ini meliputi refleks baroreseptor, pelepasan katekolamin dan hormon antidiuretik, pengaktifan jalur
rennin-angiostensinaldosteron, dan rangsangan simpatis umum.

b. Tahap progresif,
Ditandai dengan hipoperfusi jaringan dan mulainya sirkulasi yang memburuk dan gangguan
metabolisme, termasuk asidosis. Tahap ini terjadi karna penyebab yang mendasari timbulnya syok tidak
dikoreksi. Sejalan dengan hipoksia jaringan yang meluas, organ-organ vital terpengaruh dan mulai mengalami
kegagalan organ.

c. Tahap irreversible
Jejas sel dan jaringan sangat berat sehingga walaupun defek hemodinamik diperbaiki , tidak
memungkinkan pasien selamat. Jejas sel yang meluas tergambarkan dari kebocoran enzim lisosomal, yang
memperburuk keadaan syok. Fungsi kontraktil otot jantung memburuk, antara lain oleh karena meningkatnya
pembentukan nitrat oksida. Pada tahap ini di mana kegagalan organ yang terjadi walaupun diberikan
pengobatan yang terbaik, biasanya proses akan terus berlanjut hingga berakhir pada kematian.
Klasifikasi Syok
Klasifikasi Syok
a. Syok Hipovolemik atau oligemic1 Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat
sekunder dari muntah, diare, luka bakar, atau dehidrasi menyebabkan pengisian ventrikel
tidak adekuat, seperti penurunan preload berat, direfleksikan pada penurunan volume, dan
tekanan end diastolic ventrikel kanan dan kiri. Perubahan ini yang menyebabkan syok dengan
menimbulkan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung yang tidak adekuat

b. Syok Kardiogenik1 Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik. Tekanan
arteri sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang di bawah 1,8 L/menit/m2, dan tekanan
pengisian ventrikel kiri meningkat. Pasien sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urin
kurang dari 20 ml/jam, ekstremitas dingin dan sianotik. Penyebab paling sering adalah infark
miokard ventrikel kiri, miokarditis akut dan depresi kontraktilitas miokard.

c. Syok Obstruktif Ekstra Kardiak1 Syok ini merupakan ketidakmampuan ventrikel untuk
mengisi selama diastole, sehingga secara nyata menurunkan volume sekuncup (stroke
volume) dan berakhirnya curah jantung. Penyebab lain bisa karena emboli paru masif.

d. Syok Distributif1 Bentuk syok septik, syok neurogenik, syok anafilaktik yang menyebabkan
penurunan tajam pada resistensi vaskuler perifer.
Derajat Syok
 Syok Ringan Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-vital
seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat
hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan
jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu,
produksi urin normal atau anya sedikit menurun, asidosis metabolic
tidak ada atau ringan.

 Syok Sedang Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun
(hati, usus, ginjal, dan lainnya). Organ- organ ini tidak dapat
mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti lemak, kulit, dan otot.
Oligouria bisa terjadi dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran
relatif masih baik.

 Syok Berat Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme


kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ
vital. Pada syok lanjut terjadi vasokonstriksi di semua pembuluh darah
lain. Terjadi oligouria dan asidosis berat, ganguan kesadaran dan tanda-
tanda hipoksia jantung
Manifestasi Klinik
Umum Khusus
 Nadi cepat namun lemah/dangkal, ketika  Syok Hipovolemik
sudah parah, nadi menjadi sangat lambat dan Manifestasi klinik dari syok adalah hipotensi,
lemah pucat, berkeringat dingin, sianosis, kencing
 Kulit pucat, dingin, dan lembab berkurang, oligouria, ganggua kesadaran, sesak
 Wajah pucat atau terlihat sianosis/kebiruan nafas.
pada bibir, lidah, dan cuping telinga  Syok Septik/ Syok Bakteremik
 Merasa haus, dingin, mual, dan ingin muntah
 Merasa lemah dan lesu
 Kehilangan kesadaran, kebingungan, atau
merasa pusing
 Mata terlihat sayu dan pupil melebar h. WPK
(Waktu Pengisian Kapiler) >2 det

 Syok Neurogenik
Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat,
bradikardi, sesudah pasien menjadi tidak sadar,
barulah nadi bertambah cepat. Pengumpulan
darah di dalam arteriol, kapiler, dan vena, maka
kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna
kemerahan. d. Syok Kardiogenik1 Pasien tidak
sadar atau hilangnya kesadaran secara tiba- tiba.
Sianosis akibat dari aliran perifer berhenti Akral
dingin
LANGKAH- LANGKAH PERTAMA MENANGANI SYOK
 Langkah pertolongan pertama dalam menangani
syok untuk awam terlatih2,4
a. Bawa korban ke tempat teduh dan aman
b. Minta orang-orang yang tidak berkepentingan
untuk tidak mengerumuni korban
c. Posisi Tubuh Posisi tubuh penderita diletakkan
berdasarkan letak luka. Secara umum posisi
penderita dibaringkan telentang dengan tujuan
meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
LANGKAH- LANGKAH PERTAMA MENANGANI SYOK
d. Pertahankan Respirasi Bebaskan jalan napas.
Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang
alat bantu jalan nafas (guedel/oropharingeal
airway). Berikan oksigen 6 liter/menit Bila
pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen
dengan pompa sungkup (ambu bag) atau ETT. Jika
denyut nadi tidak ada lakukan BLS4 Jika nadi ada
namun tidak bernapas lakukan rescue breathing Jika
napas dan nadi ada pertahankan jalan napas dan
lanjut ke penanganan selanjutnya
LANGKAH- LANGKAH PERTAMA MENANGANI SYOK
e. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau
nadi, tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan Central Venous
Pressure (CVP) untuk tim medis ahli Kontrol perdarahan dan rawat cedera
lain bila ada.
Tinggikan tungkai korban 15-30 cm agar lebih tinggi dari kepala
(jika tidak dicurigai adanya cedera spinal) agar aliran darah dari tungkai
dapat mengalir ke organ vital (jantung dan otak) dengan lancar
Pastikan bahwa kepala korban lebih rendah dari jantung, otak
adalah salah satu organ paling vital yang cepat mengalami kematian sel bila
tidak tersuplai oksigen.
Longgarkan pakaian korban yang terlalu ketat untuk memperlancar
sirkulasi.
Pertahankan suhu tubuh korban dan cegah kehilangan panas dengan
menyelimuti dan memberi tutup kepala.
Pertahankan kadar oksigenasi korban dengan memberikan oksigen
jika memungkinkan.
Pantau dan reassessment kondisi korban
Langkah pertolongan pertama dalam menangani syok untuk paramedis

a. Letakkan pasien pada posisi telentang kaki lebih tinggi agar aliran darah otak
maksimal. Gunakan selimut untuk mengurangi pengeluaran panas tubuh.
b. Periksa adanya gangguan respirasi. Dagu ditarik kebelakang supaya posisi
kepala menengadah dan jalan nafas bebas, beri O2, kalau perlu diberi nafas
bantuan.
c. Pasang segera infus cairan kristaloid dengan kanul yang besar (18, 16)
d. Lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap termasuk kepala dan punggung. Bila
tekanan darah dan kesadaran relatif normal pada posis telentang, coba periksa
dengan posisi duduk atau berdiri.
e. Keluarkan darah dari kanul intravena untuk pemeriksaan laboratorium : darah
lengkap, penentuan golongan darah, analisis gas darah elektrolit. Sampel darah
sebaiknya diambil sebelum terapi cairan dilakukan.
f. Pada syok hipovolemik, kanulasi dilakukan pada v. safena magna atau v.
basilika dengan kateter nomor 16 perkutaneus atau vena seksi. Dengan
memakai kateter yang panjang untuk kanulasi v. basilika dapat sekaligus untuk
mengukur Tekanan Vena Sentral (TVS).
g. Pada kecurigaan syok kardiogenik, kanulasi vena perkutan pada salah satu
vena ekstrimitas atas atau vena besar leher dilakukan dengan kateter nomor
18- 20.
Langkah pertolongan pertama dalam menangani syok untuk paramedis

 Peubahan nilai PaCO2, PaO2, HCO3, dan pH pada analisis gas darah dapat
dipakai sebagai indikator beratnya gangguan fungsi kardiorespirasi, derajat
asidosis metabolik, dan hipoperfusi jaringan.
 Beri oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanul nasal atau sungkup muka dan
sesuaikan kebutuhan oksigen PaO2. Pertahankan PaO2 tetap di atas 70 mmHg.
 Beri natrium bikarbonat 1 atau 2 ampul bersama cairan infus elektrolit untuk
mempertahankan nilai pH tetap di atas 7,1, walaupun koreksi asidosis metabolik
yang terbaik pada syok adalah memulihkan sirkulasi dan perfusi jaringan.
 Terapi medikamentosa segera Adrenalin dapat diberikan jika terdapat kolaps
kardivaskuler berat (tensi/nadi hampir tidak teraba) dengan dosis 0,5-1 mg
larutan 1 : 1000 intra muskuler atau 0,1-0,2 mg larutan 1 : 1000 dalam
pengenceran dengan 9 ml NaCl 0,9 % intravena. Adrenalin jangan dicampur
dengan natrium bikarbonat karena adrenalin dapat menyebabkan inaktivasi
larutan basa. Infus cepat dengan Ringer’s laktat (50 ml/menit) terutama pada
syok hipovolemik. Dapat dikombinasi dengan cairan koloid (dextran L).
Vasopresor diberikan pada syok kardiogenik yang tidak menunjukkan perbaikan
dengan terapi cairan. Dopamin dapat diberikan dengan dosis 2,5 Ug/kg/menit
(larutkan dopamin 200 mg dalam 500 ml cairan dekstrosa 5%. Setiap ml larutan
mengandung 400 Ug dopamin). Dosis dopamin secara bertahap dapat
ditingkatkan hingga 10-20 Ug/kg/menit. Pemberian vasopresor pada
hipovolemia sedang sampai berat tidak bermanfaat.
Langkah pertolongan pertama dalam menangani syok untuk paramedis

Pantau irama jantung dan buat rekaman EKG


(terutama syok kardiogenik). Syok adalah salah
satu predisposisi aritmia karena sering disertai
gangguan keseimbangan elektrolit, asam dan
basa.
 Pantau diuresis dan pemeriksaan analisis urin.
 Pemeriksaan foto toraks umumnya bergantung
pada penyebab dan tingkat kegawatan syok.
Semua pasien syok harus dirujuk ke rumah sakit,
terutama untuk perawatan intensif
PENATALAKSANAAN SYOK BERDASARKAN JENISNYA
 Penatalaksanaan Syok Anafilaktik
a. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat
lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik
vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan
tekanan darah.
b. Penilaian A-B-C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap
bebas, tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak
sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke
belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi
kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut (jaw thrust)
PENATALAKSANAAN SYOK BERDASARKAN JENISNYA
 Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan
bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke
mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai
edem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan
napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan
jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat- obatan, juga
harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan
sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih
aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau
trakeotomi.
Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar
(a. karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar
PENATALAKSANAAN SYOK BERDASARKAN JENISNYA
 Segera berikan adrenalin 0.3–0.5 mg larutan 1: 1.000 untuk penderita dewasa atau 0.01
mg/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15
menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus
kontinyu adrenalin 2–4 ug/menit.
 Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi
respons, dapat ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgBB intravena dosis awal yang
diteruskan 0.4–0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
 Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5–
10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok
anafilaktik atau syok yang membandel.
 Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk koreksi
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama
dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah
dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan
kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan
kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada
dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari
perkiraan kekurangan volume plasma.
 Dalam keadaan gawat, pada penderita syok anafilaktik jangan dikirim ke rumah sakit,
karena dapat meninggal dalam perjalanan. Bila terpaksa dilakukan, maka penanganan
penderita di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas
yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa
harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
 Kalau syok sudah teratasi, lakukan evaluasi selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan
penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2–3 kali suntikan, harus
dirawat di rumah sakit semalam untuk evaluasi
PENATALAKSANAAN SYOK BERDASARKAN JENISNYA
 Segera berikan adrenalin 0.3–0.5 mg larutan 1: 1.000 untuk penderita dewasa atau 0.01
mg/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15
menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus
kontinyu adrenalin 2–4 ug/menit.
 Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi
respons, dapat ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgBB intravena dosis awal yang
diteruskan 0.4–0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
 Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5–
10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok
anafilaktik atau syok yang membandel.
 Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk koreksi
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama
dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah
dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan
kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan
kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada
dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari
perkiraan kekurangan volume plasma.
 Dalam keadaan gawat, pada penderita syok anafilaktik jangan dikirim ke rumah sakit,
karena dapat meninggal dalam perjalanan. Bila terpaksa dilakukan, maka penanganan
penderita di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas
yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa
harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
 Kalau syok sudah teratasi, lakukan evaluasi selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan
penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2–3 kali suntikan, harus
dirawat di rumah sakit semalam untuk evaluasi
 Segera berikan adrenalin 0.3–0.5 mg larutan 1: 1.000 untuk penderita dewasa atau 0.01
mg/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15
menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus
kontinyu adrenalin 2–4 ug/menit.
 Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi
respons, dapat ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgBB intravena dosis awal yang
diteruskan 0.4–0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
 Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5–
10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok
anafilaktik atau syok yang membandel.
 Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk koreksi
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama
dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah
dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan
kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan
kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada
dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari
perkiraan kekurangan volume plasma.
 Dalam keadaan gawat, pada penderita syok anafilaktik jangan dikirim ke rumah sakit,
karena dapat meninggal dalam perjalanan. Bila terpaksa dilakukan, maka penanganan
penderita di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas
yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa
harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
 Kalau syok sudah teratasi, lakukan evaluasi selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan
penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2–3 kali suntikan, harus
dirawat di rumah sakit semalam untuk evaluasi
Penatalaksanaan Syok Hipovolemik
 a. Mempertahankan Suhu Tubuh Suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut
pada penderita untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan panas. Jangan
sekali-kali memanaskan tubuh penderita karena akan sangat berbahaya.

 b. Pemberian Cairan Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
mual-mual, muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan yang
mendapat trauma pada perut serta kepala (otak). Penderita hanya boleh minum bila
penderita sadar betul dan tidak ada indikasi kontra. Pemberian minum harus dihentikan
bila penderita menjadi mual atau muntah. Cairan intravena seperti larutan isotonik
kristaloid merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk
mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma
atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.

 Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan jumlah
cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang
hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti
dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti
dengan larutan isotonik. Penggantian volume intravaskuler dengan cairan kristaloid
memerlukan volume 3–4 kali volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan
larutan koloid memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang.
Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan
ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap. Pemantauan tekanan vena sentral
penting untuk mencegah pemberian cairan yang berlebihan.
Penatalaksanaan Syok Hipovolemik
 Penatalaksanaan Syok Kardiogenik
Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah
pemberian cairan berlebihan yang akan membebani jantung. Harus
diperhatikan oksigenasi darah dan tindakan untuk menghilangkan
nyeri.
• 7. HAL YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN
JANGAN meninggikan kepala. Jaga posisi kepala lebih rendah dari tungkai
dan jantung
JANGAN memindahkan korban jika dicurigai adanya cedera spinal c.
JANGAN memberikan cairan atau makanan melalui mulut apabila korban
belum benar-benar sadar, untuk menghindari tersedak atau masuknya
cairan ke paru-paru

Anda mungkin juga menyukai