Anda di halaman 1dari 98

Syok dan Penatalaksanaanya

Dr. Dwiana Sulistyanti, SpAN.,MKes


DEFINISI SYOK

• Gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak


adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan

• Mengakibatkan kematian sel  Gagal organ 


Kegagalan seluruh tubuh  kematian.
Fisiologi :
 Respirasi
 Jantung
 Ginjal
 Sistem Saraf
 Keseimbangan asam basa
Tahapan Syok :
1. Syok Terkompensasi
• Frek napas meningkat
• Nadi meningkat
• Perfusi perifer menurun :
- Capillary refill > 2 detik
- Tangan dingin pucat
• Penurunan produksi urine
2. Syok Dekompensasi
• Hipotensi
• Penurunan SaO2
• Bradikardia
• Aritmia
• Kesadaran menurun

3. Syok Menetap (Irreversibel)  kematian


• Penyebab syok dapat diklasifikasikan :
1. Syok kardiogenik (kegagalan kerja jantungnya sendiri)
- Penyakit jantung iskemik, seperti infark
- Obat-obat yang mendepresi jantung
- Gangguan irama jantung

2. Syok hipovolemik (berkurangnya volume sirkulasi darah)


– Kehilangan darah (syok hemoragik), misalnya
perdarahan
– Kehilangan plasma, misalnya luka bakar
– Dehidrasi : cairan yang masuk kurang (misalnya puasa
lama), cairan keluar yang banyak (misalnya diare,
muntah-muntah, fistula, obstruksi usus dengan
penumpukan cairan di lumen usus)
3. Syok obstruktif (gangguan kontraksi jantung akibat
diluar jantung)
- Tamponade jantung
- Pneumothorak
- Emboli paru

4. Syok distributif (berkurangnya tahanan pembuluh darah


perifer)
• Syok neurogenik
• Cedera medula spinalis atau batang otak
• Syok anafilaksis  Obat-obatan
• Syok septik
Shock Syndromes
• Hypovolemic Shock
–blood VOLUME problem
• Cardiogenic Shock
– blood PUMP problem
• Distributive Shock
[septic;anaphylactic;neurogenic]
– blood VESSEL problem
PATHOPHYSIOLOGY OF SHOCK
SYNDROME
• Impaired tissue perfusion occurs when an
imbalance develops between cellular oxygen
supply and cellular oxygen demand.

 All Types of shock eventually result in impaired tissue


perfusion & the development of acute circulatory failure
or shock syndrome.
PATHOPHYSIOLOGY OF SHOCK
SYNDROME
Cells switch from aerobic to anaerobic metabolism
lactic acid production

Cell function ceases & swells

membrane becomes more permeable

electrolytes & fluids seep in & out of cell

Na+/K+ pump impaired


mitochondria damage
cell death
Pathophysiology Systemic Level
• Net results of cellular shock:
systemic lactic acidosis
decreased myocardial contractility
decreased vascular tone
decrease blood pressure, preload, and
cardiac output
Tanda dan Gejala Syok
• Sistem Kardiovaskuler :
- Gangguan sirkulasi perifer : pucat,ekstremitas dingin.
Kurangnya pengisian vena perifer lebih bermakna
dibandingkan penurunan tekanan darah
- Nadi cepat dan halus,aritmia
- Tekanan darah rendah. Hal ini kurang menjadi pegangan
karena adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi
kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.
- Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian
yang paling baik
- CVP rendah
• Sistem Respirasi :
- Pernafasan cepat dan dangkal
- infiltrat paru-paru
- edema paru
- ARDS
• Sistem Saraf Pusat :
- Perubahan mental : agitasi ringan, bingung, gelisah,
letargi sampai tidak sadar
• Sistem Saluran cerna :
- mual dan muntah
- perdarahan
- hematemesis, hematochezia
- nyeri abdominal
• Sistem Saluran kencing :
- oliguri (Normal : 0,5 – 1 cc/kgBB/jam)
- Na urin menurun
- Osmolalitas urin meningkat
- Anuria
• Sistem Hepar :
- Bilirubin dan alkali phospatase meningkat
- Liver failure
• Sistem hematologi :
- Anemia
- Koagulopati
- DIC
• Sistem Metabolisme :
- Asidosis
- Hipocalcemia
- Hipomagnesia
Langkah untuk menanggulangi syok :
1. Kenali gejala syok  pemahaman klinis tidak
adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan
2. Mengetahui penyebab syok
Penanggulangan Syok

• Tindakan Umum  Tujuannya :


1. Memperbaiki perfusi jaringan
2. Memperbaiki oksigenasi tubuh
3. Mempertahankan suhu tubuh
• Berikan pertolongan pertama sesuai prinsip ABC
(airway, breathing, circulation)
• Posisi tubuh
• Cari dan atasi penyebab
• Posisi Tubuh

1. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan


letak luka. Secara umum posisi penderita
dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan
aliran darah ke organ-organ vital.
2. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang
belakang, penderita jangan digerakkan sampai
persiapan transportasi selesai, kecuali untuk
menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau
untuk memberikan pertolongan pertama seperti
pertolongan untuk membebaskan jalan napas.
3. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian
bawah muka, atau penderita tidak sadar, harus
dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring
miring) untuk memudahkan cairan keluar dari
rongga mulut dan untuk menghindari sumbatan
jalan nafas oleh muntah atau darah. Penanganan
yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa
saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari
terjadinya asfiksia.

4. Penderita dengan luka pada kepala dapat


dibaringkan telentang datar atau kepala agak
ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih
rendah dari bagian tubuh lainnya.
5. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan
penderita telentang dengan kaki ditinggikan 30 cm
sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan
tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita
menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi
kesakitan segera turunkan kakinya kembali.

6. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita,


sebaiknya penderita dibaringkan dengan posisi
telentang datar.
Pertahankan Respirasi
1. Bebaskan jalan napas. Lakukan
penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
2. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu
pasang alat bantu jalan nafas
(Guedel/oropharingeal airway).
3. Berikan oksigen 6 liter/menit
4. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat,
berikan oksigen dengan pompa sungkup
(Ambu bag) atau ETT.
• Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu
infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit, isi
vena, produksi urin, dan (CVP).
Bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk
mempertahankan fungsi jantung, atau obat
vasokonstriktor utk mengatasi vasodilatasi perifer
SYOK HIPOVOLEMIK
• Causa : - perdarahan (hemoragik)
- kehilangan cairan tubuh lain
(dehidrasi)
• Tujuan utama  menormalkan kembali volume
intravaskular dan interstitial
• Prinsip : - menghentikan perdarahan
- memperbaiki volume darah sirkulasi
(intravaskular)
KLASIFIKASI SYOK HEMORAGIK
Parameter I II III IV
Blood loss (ml) ≤750 750-1500 1500-2000 >2000

Blood loss(%) <15% 15-30% 30-40% >40%

Pulse rate <100 100-120 120-140 >140

Blood pressure N ↓ ↓ ↓

Respiratory rate 14-20 20-30 30-40 >35

Urine output >30 20-30 5-15 -


(cc/jam)
CNS symptoms N anxious confused letargi
• Estimated Blood Volume :
Dewasa : 70 cc/kgBB
Anak-anak : 80 cc/kgBB
Bayi : 90 cc/kgBB
• Perdarahan masif bisa diartikan kehilangan EBV total
dalam 24 jam, atau kehilangan setengah dari EBV
dalam 3 jam.
• Tranfusi PRC menaikkan Hb 1 g/dL dan hematokrit
3%
Penatalaksanaan :
1. Memperbaiki volume intravaskuler
- Three to one  3 cc kristaloid untuk 1 cc darah
- Kristaloid  RL, NaCl (asidosis hiperkloremik)
(+) : aman, mudah didapat, murah
(-) : cepat pindah dari intravaskular ke ekstravaskular
dan edema jaringan
- Koloid  albumin, HES, dextrans dan gelatin
(+) : bertahan lebih lama didalam intravaskular
(-) : mahal, susah didapat, reaksi imunologis
- Darah : PRC, trombosit, FFP, cryoprecipitate
2. Terapi Obat :
- Zat vasoaktif  inotropik dan vasopressor
Dopamin : 1 – 10 μg/kgBB/menit
Dobutamin : 2 – 10 μg/kgBB/menit
Phenylephrine: 1 – 5 μg/kgBB/menit
Norepinefrin : 1 – 4 μg/kgBB/menit
Epinefrin : 1 – 8 μg/kgBB/menit
- Terapi obat lainnya :
Antibiotik, antasid dan H-2 bloker
Syok Kardiogenik

• Disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa


jantung yang mengakibatkan curah jantung
menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.
• Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan
mengetahui adanya tanda-tanda syok dan
dijumpainya adanya penyakit jantung, seperti
infark miokard yang luas, gangguan irama
jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya
emboli paru, tamponade jantung, kelainan
katub atau sekat jantung.
• Masalah yang ada adalah kurangnya
kemampuan jantung untuk berkontraksi.
• Tujuan utama pengobatan adalah
meningkatkan curah jantung.

Penanggulangan :
• Bila mungkin pasang CVP.
• Dopamin 10--20 µg/kg/menit, meningkatkan
kekuatan, dan kecepatan kontraksi jantung
serta meningkatkan aliran darah ginjal.
Syok Neurogenik
• Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal
berlebihan yang mengakibatkan terjadinya
vasodilatasi menyeluruh di daerah splangnikus
sehingga aliran darah ke otak berkurang.
• Umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan
yang panas, terkejut, takut, atau nyeri hebat.
Penderita merasa pusing dan biasanya jatuh
pingsan. Setelah penderita dibaringkan,
umumnya keadaan berubah menjadi baik
kembali secara spontan.
• Trauma kepala yang terisolasi tidak akan
menyebabkan syok. Adanya syok pada
trauma kepala harus dicari penyebab yang
lain.
• Trauma pada medula spinalis akan
menyebabkan hipotensi akibat hilangnya
tonus simpatis.
• Gambaran klasik dari syok neurogenik adalah
hipotensi tanpa takikardi atau vasokonstriksi
perifer.
Penanggulangan :
• Pasien-pasien yang diketahui/diduga
mengalami syok neurogenik harus diterapi
sebagai hipovolemia.
• Pemasangan kateter untuk mengukur
tekanan vena sentral akan sangat membantu
pada kasus-kasus syok yang meragukan.
Syok Septik

• Syok yang disertai adanya infeksi (sumber


infeksi).
• Pada pasien trauma, syok septik bisa terjadi
bila pasien datang terlambat beberapa jam ke
rumah sakit.
• Syok septik terutama terjadi pada pasien-
pasien dengan luka tembus abdomen dan
kontaminasi rongga peritonium dengan isi
usus.
• Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena
kuman Gram negatif yang menyebabkan
kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram
negatif ini menyebabkan vasodilatasi kapiler
dan terbukanya hubungan pintas arteriovena
perifer.
• Terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.
• Peningkatan kapasitas vaskuler karena
vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya
hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan
permeabilitas kapiler menyebabkan
kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial
yang terlihat sebagai udem.
• Pada syok septik hipoksia sel yang terjadi
tidak disebabkan oleh penurunan perfusi
jaringan melainkan karena ketidakmampuan
sel untuk menggunakan oksigen karena
toksin kuman.
• Gejala syok septik yang mengalami
hipovolemia sukar dibedakan dengan syok
hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi
perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam, tekanan
darah sistolik turun dan menyempitnya
tekanan nadi).
• Pasien-pasien sepsis dengan volume
intravaskuler normal atau hampir normal,
mempunyai gejala takikardia, kulit hangat,
tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan
nadi yang melebar.

• Penanggulangan
- Optimalisasi volume intravaskuler
- Pemberian antibiotik, Dopamin, dan
Vasopresor
Syok Anafilaktik

• Jika seseorang sensitif terhadap suatu


antigen dan kemudian terjadi kontak lagi
terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi
hipersensitivitas.
• Antigen yang bersangkutan terikat pada
antibodi dipermukaan sel mast sehingga
terjadi degranulasi, pengeluaran histamin,
dan zat vasoaktif lain.
• Keadaan ini menyebabkan peningkatan
permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh.
• Terjadi hipovolemia relatif karena vasodilatasi
yang mengakibatkan syok, sedangkan
peningkatan permeabilitas kapiler
menyebabkan udem.
• Pada syok anafilaktik, bisa terjadi
bronkospasme yang menurunkan ventilasi.
• Syok anafilaktik sering disebabkan oleh
transfusi darah dan obat-obatan, terutama yang
diberikan intravena seperti antibiotik atau media
kontras.
• Sengatan serangga seperti lebah juga dapat
menyebabkan syok pada orang yang rentan.
• Penanggulangan
1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras.
Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk
meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha
memperbaiki curah jantung dan menaikkan
tekanan darah.
2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung
paru, yaitu:
A. Airway 'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus
dijaga tetap bebas, tidak ada sumbatan sama
sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi
kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke
belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan
melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke
depan, dan buka mulut.
B. Breathing support, segera memberikan bantuan
napas buatan bila tidak ada tanda-tanda bernapas,
baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung.
Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring,
dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan
napas total atau parsial. Penderita yang mengalami
sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong
dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan
napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan
jalan napas total, harus segera ditolong dengan
lebih aktif, melalui intubasi endotrakea,
krikotirotomi, atau trakeotomi.
C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri
besar (a. karotis, atau a. femoralis), segera lakukan
kompresi jantung luar.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap
kebutuhan bantuan hidup dasar yang penatalaksanaannya
sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru.

3. Segera berikan adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 : 1000


untuk penderita dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita
anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang
tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa
penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin
2-4 ug/menit.
4. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana
pemberian adrenalin kurang memberi respons,
dapat ditambahkan aminofilin 5--6 mg/kgBB
intravena dosis awal yang diteruskan 0.4--0.9
mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
5. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya
hidrokortison 100 mg atau deksametason 5--10 mg
intravena sebagai terapi penunjang untuk
mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau
syok yang membandel.
6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan
pemasangan jalur intravena untuk koreksi
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang
ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam
mengatasi syok anafilaktik.
Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan
darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis
laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan
kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan
didasarkan atas keuntungan dan kerugian
mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas
atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila
memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan
jumlah 3-4 kali dari perkiraan kekurangan volume
plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat
diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20-40%
dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan
larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang
sama dengan perkiraan kehilangan volume
plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan
koloid plasma protein atau dextran juga bisa
melepaskan histamin.
7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila
penderita syok anafilaktik dikirim ke rumah sakit,
karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau
terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di
tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin
sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan
transportasi penderita harus dikawal oleh dokter.
Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi
telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.

8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-


cepat dipulangkan, tetapi harus diawasi/diobservasi
dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan
penderita yang telah mendapat terapi adrenalin
lebih dari 2-3 kali suntikan, harus dirawat di rumah
sakit semalam untuk observasi.
Pencegahan Syok Anafilaktik

• Pencegahan syok anafilaktik merupakan langkah


terpenting dalam setiap pemberian obat, tetapi ternyata
tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Ada beberapa hal
yang dapat kita lakukan, antara lain:
1. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang
kuat dan tepat.
2. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan
orang yang mempunyai riwayat alergi terhadap banyak
obat, mempunyai risiko lebih tinggi terhadap
kemungkinan terjadinya syok anafilaktik.
3. Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada
umumnya penderita dapat mentoleransi pemberian
obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti
penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaktik.
Orang dengan tes kulit negatif dan mempunyai
riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan
reaksi sebesar 1-3% dibandingkan dengan
kemungkinan terjadinya reaksi 60%, bila tes kulit
positif.
4. Yang paling utama adalah harus selalu tersedia
obat penawar untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya reaksi anafilaktik atau anafilaktoid serta
adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan.
Mempertahankan Suhu Tubuh

• Suhu tubuh dipertahankan dengan


memakaikan selimut pada penderita untuk
mencegah kedinginan dan mencegah
kehilangan panas. Jangan sekali-kali
memanaskan tubuh penderita karena akan
sangat berbahaya.
Pemberian Cairan

1. Jangan memberi minum kepada penderita yang akan


dioperasi atau dibius dan yang mendapat trauma
pada perut serta kepala (otak).
2. Jangan memberikan minum kepada penderita yang
tidak sadar, mual-mual, muntah, atau kejang karena
bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
3. Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar
betul dan tidak ada indikasi kontra. Pemberian
minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual
atau muntah.
4. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid
merupakan pilihan pertama dalam melakukan
resusitasi cairan untuk mengembalikan volume
intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel.
Cairan plasma atau pengganti plasma berguna
untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
5. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang
diberikan harus seimbang dengan jumlah cairan
yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis
cairan yang sama dengan cairan yang hilang,
darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan
hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan
elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
Penggantian volume intra vaskuler dengan cairan
kristaloid memerlukan volume 3-4 kali volume
perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan
larutan koloid memerlukan jumlah yang sama
dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah
diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang
dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama
efektifnya dengan darah lengkap.
6. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk
mencegah pemberian cairan yang berlebihan.
7. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus
dicegah pemberian cairan berlebihan yang akan
membebani jantung.
Harus diperhatikan oksigenasi darah dan tindakan
untuk menghilangkan nyeri.
8. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam
pemantauan ketat, mengingat pada syok septik
biasanya terdapat gangguan organ majemuk
(Multiple Organ Disfunction). Diperlukan
pemantauan alat canggih berupa pemasangan
CVP, "Swan Ganz" kateter, dan pemeriksaan
analisa gas darah.
KESIMPULAN
• Berhasil tidaknya penanggulangan syok
tergantung dari kemampuan mengenal
gejala-gejala syok, mengetahui, dan
mengantisipasi penyebab syok serta
efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-
saat/menit-menit pertama penderita
mengalami syok.
RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
(CPR)

Tujuan RJPO :
Mencegah kematian mendadak akibat henti napas
atau jantung

Cara :
1. Cek Kesadaran
2. Call for Help
3. ABCD
• Airway  Bebaskan jalan nafas
• Breathing  Memberikan oksigenasi
dan ventilasi
• Circulation  Pijat jantung luar
– Bagi awam, pijat jantung dimulai jika pasien
tidak responsif dan nafas tidak normal, tanpa
meraba ada denyut carotis atau tidak
– Bagi medik / paramedik, raba carotis dulu
AIRWAY MANAGEMENT
• Diagnosa : Look, Listen, Feel
• Tanpa Alat : - Head tilt
- Chin Lift
- Jaw Trust
• Dengan Alat : - Oropharingeal Airway
- Nasopharingeal Airway
- LMA
- ETT
• Pembedahan : - Krikotirotomi
- Trakeostomi
Membersihkan jalan napas dari
benda asing.
BENDA ASING CAIR
• Baringkan korban terlentang atau miring.
• Bila mungkin kepala lebih rendah.
• Dengan sapuan jari tangan dan menggunakan bahan
yang dapat menyerap cairan, misalnya kain, kasa,
kapas, tissu.
• Memakai pipa :
– Hisap dengan mulut.
– HIsap dengan alat penghisap mekanik / elektrik.
Membersihkan jalan napas dari
benda asing.
BENDA ASING PADAT
• Baringkan korban terlentang.
• Buka mulut korban.
• Terlihat benda asing padat segera ambil dengan sapuan jari
atau menggunakan alat pengait / penjepit.
BILA benda asing tidak terlihat, terletak jauh di dalam
dapat menyebabkan sumbatan tetap pada jalan napas.
Misalnya : korban tersedak.
Tersedak (choking)
 Gejala tercekik.
 Ada kaitan dengan makanan.
 Tidak dapat bernapas, bicara.
Tindakan :
 Back blow.
Dilakukan pada semua usia.
 Abdominal thrust.
Tidak dilakukan pada bayi, dewasa gemuk, ibu hamil.
 Chest thrust.
Dilakukan pada bayi, dewasa gemuk, ibu hamil.
Tindakan Back Blow
Dilakukan pada dewasa sadar.
Teknik :
• Rangkul penderita dari belakang.
• Satu lengan menahan penderita.
• Lengan yang lain melakukan hentakan keras 5 kali
dengan kepalan atau telungkup tangan pada titik
silang garis imaginasi tulang belakang dan garis
antar belikat.
Usahakan benda asing keluar.
Tindakan Abdominal Thrust (Heimlich maneuvre)
dengan korban berdiri.

Dilakukan pada penderita dewasa sadar.


Tehnik :
• Rangkul korban yang sedang sempoyongan dengan
kedua lengan dari belakang.
• Lakukan hentakan tarikan 5 kali dengan menarik
kedua lengan penolong yang bertumpu pada kepalan
kedua tangan di titik hentak yang terletak pada
pertengahan jarak pusar dan uluhati korban.
• Usahakan benda asing keluar.
Tindakan Abdominal Thrust (Heimlich maneuvre)
dengan korban berbaring.

• Korban tidurkan terlentang.


• Penolong jongkok.
• Kedua telapak tangan penolong saling bersusun
bertumpu pada pertengahan jarak antara pusar dan
uluhati.
• Berikan hentakan dengan 5 hitungan.
Benda asing di jalan napas bayi
Gejala :
• Gelisah.
• Biru.
• Suara tidak jelas.
• Batuk-batuk kecil.
Tindakan :
• Back blow.
• Chest thrust.
• Bergantian.
Benda asing di jalan napas bayi
Tehnik :
• Jari tangan masuk mulut  buka.
• Empat jari yang lain menahan muka.
• Tengkurapkan hati-hati.
• Bayi tengkurap beralaskan lengan penolong di atas paha dan
kaki penolong diluruskan sehingga kepala bayi lebih rendah.
• Tangan penolong yang lain melakukan hentakan halus 5 kali
pada titik silang garis tulang belakang bayi dengan garis
antara kedua skapula.
B BREATHING MANAGEMENT
(PENGELOLAAN FUNGSI PERNAPASAN)

Tujuan : Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara


memberikan pernapasan buatan untuk
menjamin kebutuhan adanya oksigen dan
pengeluaran gas CO2

Diagnosa : Ditegakkan bila tidak didapatkan adanya


tanda-tanda pernapasan pada pemeriksaan
dengan metode LLF dan telah dilakukan
pengelolaan pada jalan napas tetapi tetap
tidak didapatkan adanya pernapasan.
• Teknik :
Tanpa alat : - dari mulut ke mulut
- dari mulut ke hidung
- dari mulut ke masker
- dari mulut ke stoma

Dengan alat sederhana :


1. Nasal kanula / kateter / prong
2. Sungkup sederhana
3. Sungkup dengan kantong
4. Sungkup venturi
5. Tenda oksigen
Dengan alat canggih : Ventilator
TERAPI OKSIGEN

Tujuan pemberian terapi oksigen :


Menaikkan tekanan partial oksigen (FiO2) udara
pernapasan >>> Alveoli >>> Darah >>> Sel
sehingga tidak terjadi hipoksia tingkat sel
BAGAIMANA TERAPI OKSIGEN ?

DIDASARKAN ATAS KEBUTUHAN DAN


KECUKUPAN

Harus dipantau : . Klinis & laboratoris
. Oksimetri (SpO2)
. Analisa gas darah
DOSIS TERAPI OKSIGEN
CARA ALIRAN GAS FiO2
Nasal kanula 1 – 2 L / men 24 – 28 %
3-4 32 – 36
5 40
Sungkup sederhana 5-6 40

6-7 50
7-8 60
Sungkup kantong 6 60

7 70
8 80
9 - 10 90 – 99
Sungkup venturi 4-8 24 – 35
Tenda oksigen 8 - 10 40
• Persiapan pemberian terapi oksigen :

1. Menentukan indikasi
2. Membebaskan jalan napas
3. Menentukan kebutuhan FiO2
4. Menentukan alat yang digunakan
5. Menjelaskan kepada px dan keluarga
6. Menyiapkan oksigen dengan humidifier
7. Mengevaluasi hasil tx oksigen
-Look
-Listen
-Feel
CIRCULATION
• Circulation  Pijat jantung luar
– Bagi awam, pijat jantung dimulai jika
pasien tidak responsif dan nafas tidak
normal, tanpa meraba ada denyut carotis
atau tidak
– Bagi medik / paramedik, raba carotis dulu
Pijat jantung luar :
melakukan kompresi pada tulang dada,
maka jantung akan terjepit diantara tulang
dada dan tulang belakang
Langsung letakkan tangan
di-tengah-tengah dada
(centre of chest, tengah sternum)
Segera lakukan pijat jantung
30 x lalu beri nafas 2 x
Tehnik :
1. Posisi penolong setinggi pundak penderita
2. Menentukan titik tumpu
3. Kedua lengan tegak lurus thd titik tumpu
4. Kedua tangan penolong saling bertumpuk
dg jari saling berkait
5. Pundak penolong sejajar tulang dada
6. Tekan tulang dada sedalam 4 – 5 cm.
7. Waktu menekan sama dg waktu melepas
pijat jantung 30 x
napas buatan 2 x

100x per menit


• Perbandingan ratio ventilasi : kompresi
adalah :
1. Pend dewasa 30 : 2
2. bayi s/d anak 15 : 2
3. Neonatus 3 : 1
DRUGS &
DEFIBRILATOR
DRUGS/OBAT-OBATAN
1. Dopamin
a. low dose : 2 – 3 µg/kgbb/menit
meningkatkan renal blood flow
meningkatkan produksi urine
b. intermidiate 4 – 10 µg/kkbb/menit
efek inotropik ( efek)
c. lebih dari 10 µg/kgbb/menit
alpha agonis, vasokonstriksi
Efek samping : aritmia, takikardia
2. Dobutamin
a. -agonist
b. dosis 5 – 20 µg/kgbb/menit
c. inotropik potent
d. Hati hati pada hipovolemi dapat menyebabkan
takikardia dan hipotensi
3. Norepinephrine
alpha adrenegic agonis yg poten
inotropik dan chronotropik
dosis 0,05 µg/kgbb/menit
dikombinasi dengan low dose dopamine untuk renal
dan mesenteric blood flow
4. Epinephrine/Adrenalin
alpha dan beta adregenic agonis
dosis 0,1 µg/kgbb/menit
5. Lidokain
elevasi VF threshold
menurunkan heart rate
Indikasai : PVC
VT tak respon dg defiblilasi
dosis : 1 – 1,5 mg/kgbb
6. Sulfas Atropin
Anticholinergik
Bradikardia, asistole, AV blok
dosis : 0,5 – 1 mg / 3 – 5 menit
7. Adenosine
Memperlambat konduksi AV node
Indikasi :
PSVT
Narrow complek tachycardia
Dosis :
6 mg selama 1-3 detik
12 mg dosis ulangan
DEFIBRILASI
 Adalah suatu proses memberikan sejumlah
energi listrik dari suatu alat “electric shock”
(defibrillator) ke jantung.
 Tujuannya:
membantu mengembalikan irama jantung normal
pada kondisi jantung yang mengalami disritmia
berbahaya atau kematian jantung mendadak
 Alatnya disebut Defibrillator
 Irama jantung yang paling sering terjadi pada
awal kematian jantung mendadak adalah
ventrikel fibrilasi
 Pengobatan yg paling efektif pada ventrikel
fibrilasi hanya defibrilasi
 Suksesnya defibrilasi sangat dipengaruhi
cepatnya tindakan
DEFIBRILATOR
• Secara teknis pemakaian (mode) defibrilator
dibedakan atas:
1. Defibrilasi (kegawatan) = Unsyncronized
jika digunakan untuk terminasi VF & pulseless VT.
2. Kardioversi (elektif) = Syncronized
jika digunakan untuk terminasi VT, SVT, AF, Af.
• Jenis-jenis defibrilator:
- Eksternal: manual & otomatis
- Internal: Implantable Cardioverter Defibrilator
(ICD)
Bentuk Gelombang dan Jumlah Energi
• Energi pada defibrilator diatur sedemikian rupa agar energi
serendah mungkin, tetapi efektivitas dpt tercapai
– Energi terlalu rendah terminasi disritmia gagal, jika terlalu
tinggi akan menyebabkan kerusakan miokard
• Terdapat 2 bentuk gelombang renjatan yang dikeluarkan
tergantung alat defibrilator yang dipakai
– Monofasik: aliran renjatan hanya satu arah
– Bifasik: aliran renjatan dua arah, aliran yang kedua
berlawanan arah
• Energi yang diberikan pada monofasik 200 J, 200-300 J dan 360
J. Pada bifasik energi yang diberikan < 200 J.
Langkah Penggunaan :
 Hidupkan defibrilator
 Pilih dosis energi yang akan diberikan
 Pilih lead I, II atau III sebagai panduan irama EKG di
monitor atau dengan cara menempelkan pedal di dada
 Letakkan pedal yang telah diolesi jeli pada dada
 Pedal sternum dipegang tangan kiri, pedal apek
dipegang tangan kanan. Letakkan pada posisi yang
benar
 Lihat monitor dan interpretasi iramanya
 Beritahu penolong lainnya bahwa defibrilator akan di
charge
 Tekan tombol “charge” pada pedal apeks
 Lihat monitor bahwa pedal telah “fully charge”
 Penolong berkata: I’m clear, you’re clear, everybody
clear, sambil melihat apakah masih ada penolong
lainnya yang kontak dengan penderita
 Tempelkan pedal pada dada penderita dengan tekanan
 25 lb, lalu tekan tombol discharge pada pedal apeks
 Pedal jangan diangkat, lihat monitor apakah kita
masih memerlukan defibrilator, ulangi seperti hal
diatas
Jumlah Energi berdasarkan Jenis
Disritmia*
Jenis aritmia Energi (joule)

VF 200, 300, 360

VT 100, 200, 300, 360

SVT 100, 200, 300, 360

AF 100, 200, 300, 360

Af 50

Defibrilator: monofasik
Perubahan Paradigma RJP
• Fokus Utama : kualitas kompresi dada
• Perbedaan :
1. Bukan lagi ABC, melainkan CAB
Kec pada bayi  masalahnya bukan sirkulasi tapi jalan
nafas (asfiksia)

2. Tidak ada lagi : Look Listen Feel


Kunci utama : bertindak bukan menilai
3. Tidak ada lagi rescue breath
 menyita waktu sehingga terjadi penundaan
kompresi dada

4. Kompresi dada lebih dalam lagi


2005  1 – 5 cm
2010  paling sedikit 5 cm

5. Kompresi dada lebih cepat lagi


2005  kecepatan kompresi sekitar 100x/mnt
2010  kecepatan kompresi minimal 100x/mnt

6. Hands only CPR


Berbuat sesuatu lebih baik daripada tidak berbuat sama sekali.
7. Pengaktivasian sistem respon emergensi
2005  cek kesadaran  aktivasi
2010  lihat nafas  aktivasi

8. Jangan berhenti kompresi dada


- penghentian kompresi berarti menghentikan aliran darah
ke otak  kematian jaringan otak
- sampai alat defibrilator datang

9. Tidak dianjurkan lagi Cricoid Pressure


Aspirasi tetap dapat terjadi walaupun sudah dilakukan
penekanan pada tulang rawan krikoid.
10. Pemberian precordial Thump
2005  tidak direkomendasikan
2010  Direkomendasikan hanya utk pasien
arrest yang disaksikan, yang termonitor,
VT unstable jika defibrilator belum siap.

Anda mungkin juga menyukai