Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK HIPOVOLEMIK DI RUANG IGD

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


RSUD RADEN MATAHER KOTA JAMBI

Disusun Oleh:
Lala Delva Santi (G1B223043)
KELOMPOK I

Pembimbing Akademik :
Dr. Ners. Andi Subandi.,M.Kep
Ns. Dini Rudini, S.Kep.,M.Kep
Ns. Yosi Oktarina, S.Kep.,M.Kep

Pembimbing Klinik :
Ns. Ratna, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2024
KONSEP SYOK HIPOVOLEMIK

A. Definisi
Syok adalah ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan perfusi jaringan
organ yang memadai. Syok hipovolemik disebabkan karena kehilangan darah terus-
menerus setelah cedera parah. Syok hipovolemik adalah hilangnya volume dapat
menurunkan preload yang menyebabkan penurunan curah jantung, tekanan darah
serta gangguan perfusi jaringan. Syok hipovolemik terjadi karena volume
intravaskuler berkurang akibat perdarahan, kehilangan cairan akibat diare, luka bakar,
muntah, dan third space loss, sehingga menyebabkan pengiriman oksigen dan nutrisi
ke sel tidak adekuat.
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan oksigenasi
jaringan yang disebabkan kehilangan akut dari darah (syok hemorragic) atau cairan
tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Syok hipovolemik dapat terjadi
karena berkurangna volume intravaskuler yang dapat menyebabkan gangguan
hemodinamik dan tidak adekuatnya hantaran oksigen ke seluruh tubuh dan gangguan
pada perfusi jaringan tubuh.
B. Manisfestasi Klinis
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Padakeadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidaksegera kembali dalam beberapa menit.
1. Takipnea, menyebabkan alkalosis respiratorik, kompensasi untuk asidosis
metabolik ; pernapasan tanpa bantuan
2. Takikardia, denyut perifer rendah atau tidak ada, tekanan nadi sempit, pengisian
ulang kapiler lambat, hipotensi
3. Kulit dingin, pucat, kehitam-hitaman, sianotik, terdapat bercak, diaforetik
terutama pada ekstemitas
4. Perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya somnolen sampai sopor)
5. Oliguria
C. Etiologi
Syok hipoolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya volume
plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragic),
trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non
fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagi sebab seperti luka bakar dan diare berat.
Kasus-kasus syok hepovolemik yang paling sering ditemukan disebkan oleh
perdarahan sehingga syok hipoolemik dikenal juga sebagai syok himoragic.
Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ tubuh atau
fraktur yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada pembuluh darah arteri
D. Patofisiologi
Syok hipovolemik merupakan suatu kondisi ketika terjadi penurunan volume
intravaskular secara signifikan. Hal ini diakibatkan karena perdarahan atau
kehilangan cairan secara berlebihan salah satunya saat kondisi dehidrasi berat. Selain
itu, syok hipovolemik juga dapat terjadi akibat pergeseran cairan yaitu cairan
ekstraseluler yang bergeser dari kompartemen vaskular ke ruang interstisial. Ketika
tubuh kehilangan banyak darah atau cairan, akan mempengaruhi pengembalian darah
melalui vena ke jantung. Pengaruh tersebut berupa terjadi penurunan volume darah
yang dibawa oleh vena menuju jantung. Ketika darah yang dibawa oleh vena
mempunyai kapasitas atau volume yang sedikit, pengisian ventrikel pun akan menjadi
sedikit sehingga, akan terjadi penurunan Stroke Volume (SV) dan mempengaruhi
penurunan Cardiac Output serta penurunan tekanan darah.
Pada kondisi syok hipovolemik, terjadi ketidakadekuatan volume darah yang
bersikulasi ke jaringan sehingga tubuh akan berusaha untuk menyesuaikan segala
perubahan yang terjadi dengan melakukan mekanisme kompensasi. Tanpa adanya
mekanisme kompensasi, maka tubuh akan kehilangan volume vaskuler yang sangat
cepat dan hal ini dapat mengakibatkan syok irreversible. Mekanisme kompensasi
syok terbagi menjadi 2 yaitu untuk mempertahankan fungsi jantung dan
mempertahankan volume darah.
Pada mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung, dipengaruhi
oleh saraf simpatik di mana saraf tersebut memiliki respon yang sangat cepat apabila
terjadi penurunan perfusi. Jantung akan menjadi takikardia akibat respon dari saraf
simpatis. Selain itu, akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah supaya meningkatkan
aliran balik vena ke jantung. Selanjutnya, untuk mekanisme pertahanan volume darah
terjadi di hypothalamus dan liver. Pada hypothalamus, akan teraktivasi stimulasi rasa
haus agar klien mempunyai keinginan untuk memasukkan cairan ke tubuhnya. Hati
akan melakukan mekanisme kompensasi dengan melakukan vasokonstriksi agar
meningkatkan tekanan darah dari vena menuju ke jantung. Selain itu, akan teraktivasi
pula kelenjar ptiuitari untuk menstimulasi pelepasan ADH ke ginjal sehingga terjadi
penurunan urine output.
E. Klasifikasi
1. Kehilangan cairan
Akibat diare, muntah-muntah atau luka bakar, bisa berakibat dehidrasi. Derajat
dehidrasi:

Tanda klinis Ringan Sedang Berat


Defisit 3-5% 6-8% >10%
Hemodinamik Takikardi, Takikardi, nadi Takikardi,
nadi lemah sangat lemah, nadi tak
volume kolaps, teraba, akral
hipotensi ortostatik dingin,
sianosis
Jaringan Lidah Lidah keriput, Atonia, turgor
kering, turgor kurang buruk
turgor turun
Urine pekat Jumlah turun oliguria
SSP mengantuk apatis coma
2. Perdarahan
Syok yang diakibatkan oleh perdarahan dapat dibagai dalam beberapa kelas:

Variabel Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV


Sistolik (mmHg) >110 >100 >90 <90
Nadi (x/mnt) <100 >100 >120 >140
Napas (x/mnt) 16 16-20 21-26 >26
Mental Anxious Agitated Confused Lethargic
Kehilangan darah <750 ml 750-1500 ml 1500-2000 >2000 ml
ml
<15% 15-30% 30-40% >40%

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien dengan syok hipovolemik adalah sebagai berikut:
1. Kultur darah (Ht mungkinmeningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya, dikuti oleh
pengulangan leukositosis (15.000 – 30.000) dengan peningkatan pita (berpindah
ke kiri ) yang mempublikasikan produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.)
2. Kimia Serum seperti elektrolit, BUN dan kreatinin (berbagai ketidak seimbangan
mungkin terjadi dan menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan
fungsi ginjal.)
3. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan ( trombositopenia ) dapat
terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang
mengindentifikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati /
sirkulasi toksin / status syok.
4. DPL dan profil koagulasi
5. AGD (Analisa Gas Darah) dan Oksimetri nadi
6. Pemeriksaan curah jantung
7. Laktat Serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
8. Urinalisis dengan berat jenis, osmoralitas, dan elektrolit urin. Urinalis adanya SDP
/ bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul protein dan SDM.
9. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan disritmia
yang menyerupai infark miokard.
10. Tes fungsi ginjal dan hati
G. Penatalaksanaan
Pengkajian yang menyeluruh terhadap masalah pasien yang muncul dapat
mengungkapkan faktor resiko terjadinya syok hipovolemik. Pasien yang mengalami
kehilangan darah yang signifikan karena perdarahan lambung atau ruptur hati atau
limfa akibat trauma membutuhkan penggantian volume sirkulasi darah secara cepat
untuk mencegah akibat hipovolemia.
1. Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan penggantian cairan
sesuai kondisi pasien.
2. Kaji AGD/Analisa Gas Darah, jika pasien mengalami cardiac atau respiratory
arrest lakukan CPR.
3. Berikan terapi oksigen sesuai order. Monitor saturasi oksigen dan hasil AGD untuk
mengetahui adanya hypoxemia dan mengantisipasi diperlukannya intubasi dan
penggunaan ventilasi mekanik. Atur posisi semi fowler untuk memaksimalkan
ekspansi dada. Jaga pasien tetap tenang dan nyaman untuk meminimalkan
kebutuhan oksigen.
4. Monitor vital sign, status neurologis, dan ritme jantung secara berkesinambungan.
Observasi warna kulit dan cek capillary refill.
5. Monitor parameter hemodinamik, termasuk CVP, PAWP, dan cardiac output, setiap
15 menit, untuk mengevaluasi respon pasien terhadap treatmen yang sudah
diberikan.
6. Monitor intake dan output, pasang dower cateter dan kaji urin output setiap jam.
Jika perdarahan berasal dari gastrointestinal maka cek feses, muntahan, dan gastric
drainase. Jika output kurang dari 30 ml/jam pada pasien dewasa pasang infuse,
tetapi awasi adnya tanda kelebihan cairan seperti peningkatan PAWP. Lapor dokter
jika urin output tidak meningkat.
7. Berikan transfuse sesuai order, monitor Hb secara serial dan HCT.
8. Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti petekie, perdarahan, catat segera
9. Berikan support emosional
10. syok Siapkan pasien untuk dilakukan pembedahan, jika perlu
H. Tatalaksana Pemberian cairan
1. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,mual-mual,
muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasicairan ke dalam paru serta
pasien yang akan dioperasi atau dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta
kepala(otak).
2. Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi
kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau
muntah.
3. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama
dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler,
volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna
untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
4. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sebisa mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa
air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian volume intra
vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3 – 4 kali volume
perdarahan yang hilang, apabila menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah
yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang.
5. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan yang
berlebihan.
I. WOC

Gangguan pertukaran gas

Hipovolemia

Defisit nutrisi Risiko infeksi

Perfusi perifer tidak


efektif

Risiko Perfusi serebral tidak efektif

Gangguan eliminasi urin


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data-data yang dapat ditemukan pada saat pengkajian meliputi :
1) Gelisah, ansietas, tekanan darah menurun
2) Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (hipotensi).
3) Tekanan ventrikel kiri peningkatan tekanan akhir diastolik ventri
kel kiri, peningkatan tekanan atrium kiri, peningkatan tekanan baji arteri
pulmonal (PCWP).
4) Curah jantung 2,2 l/mnt, penurunan fraksi ejeksi, penurunan indeks jantung.
5) Peningkatan tekanan vena sentral 1600 dyne/dtk/cm-5
6) Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kanan adanya distensi vena j
ugularis, peningkatan CVP (tekanan > 15 cm H2O, refleks hepatojugular
meningkat.
7) Takikardia nadi radialis halus, nadi perifer tidak ada atau berkurang.
8) Terdengar bunyi gallop S3, S4 atau murmur.
9) Distress pernafasan takipnea, ortopnea, hipoksia.
10) Perubahan tingkat kesadaran apatis, letargi, semicoma, coma
11) Perubahan kulit pucat, dingin, lembab, sianosis
12) Perubahan suhu tubuh subnormal, meningkat
13) Sangat kehausan.
14) Mual, muntah.
15) Status ginjal haluaran urine di bawah 20 ml/jam, kreatinin serum me
ningkat, nitrogen urea serum meningkat.
16) Perubahan EKG perubahan iskemi, disritmia, fibrilasi ventrikel.
17) Kenyamanan nyeri dada, nyeri abdominal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d perunahan preload/perubahan afterload
2. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan aliran arteri dan/atau vena
3. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif/ peningkatan permeabilitas
kapiler/kekurangan intake cairan
4. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-kapiler
5. Defisi Nutrisi
6. Risiko Perfusi serebral tidak efektif b/d trauma

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Penurunan curah Curah Jantung meningkat Perawatan Jantung (I.02075)
jantung (D.0008) (L.02008) Observasi
Setelah dilakukan intevensi 1. Identifikasi tanda/gejala
keperawatan selama 3x24 jam primer penurunan curah
diharapkan curah jantung jantung (meliputi: dispnea,
meningkat dengan kriteria hasil kelelahan, edema, ortopnea,
: PND, peningkatan CVP).
1. Kekuatan nadi perifer 2. Identifikasi tanda/gejala
meningkat sekunder penurunan curah
2. Ejection fraction (EF) jantung (meliputi: peningkatan
meningkat berat badan, hepatomegaly,
3. Palpitasi menurun distensi vena jugularis,
4. Bradikardia menurun palpitasi, ronkhi basah,
5. Takikardia menurun oliguria, batuk, kulit pucat)
6. Gambaran EKG Aritmia 3. Monitor tekanan darah
menurun (termasuk tekanan darah
7. Lelah menurun ortostatik, jika perlu)
8. Edema menurun 4. Monitor intake dan output
9. Distensi vena jugularis cairan
menurun 5. Monitor berat badan setiap
10. Dispnea menurun hari pada waktu yang sama
11. Oliguria menurun 6. Monitor saturasi oksigen
12. Pucat/sianosis menurun 7. Monitor keluhan nyeri dada
13. Paroximal nocturnal dyspnea (mis: intensitas, lokasi, radiasi,
(PND) menurun durasi, presipitasi yang
14. Ortopnea menurun mengurangi nyeri)
15. Batuk menurun 8. Monitor EKG 12 sadapan
16. Suara jantung S3 menurun 9. Monitor aritmia (kelainan
17. Suara jantung S4 menurun irama dan frekuensi)
18. Tekanan darah membaik 10. Monitor nilai laboratorium
19. Pengisian kapiler membai jantung (mis: elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu
jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
13. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis: beta
blocker, ACE Inhibitor,
calcium channel blocker,
digoksin)
Teraprutik
1. Posisikan pasien semi-fowler
atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesuai (mis: batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi lemak)
3. Gunakan stocking elastis atau
pneumatik intermitten, sesuai
indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
5. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional
dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
2. Perfusi perifer Perfusi perifer meningkat Perawatan Sirkulasi (I.02079)
tidak efektif (L.02011) Obsevasi
(D.0009) Setelah dilakukan intevensi 1. Periksa sirkulasi perifer (mis:
keperawatan selama 3x24 jam nadi perifer, edema, pengisian
diharapkan keadekuatan aliran kapiler, warna, suhu, ankle-
darah pembuluh darah distal brachial index)
untuk menunjang fungsi 2. Identifikasi faktor risiko
jaringan meningkat meningkat gangguan sirkulasi (mis:
dengan kriteria hasil : diabetes, perokok, orang tua,
1. Kekuatan nadi perifer hipertensi, dan kadar
meningkat kolesterol tinggi)
2. Warna kulit pucat menurun 3. Monitor panas, kemerahan,
3. Pengisian kapiler membaik nyeri, atau bengkak pada
4. Akral membaik ekstremitas
5. Turgor kulit membaik Teraputik
1. Hindari pemasangan infus, atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cidera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan
kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit
terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah secara
teratur
6. Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat beta
7. Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat (mis:
melembabkan kulit kering pada
kaki)
8. Anjurkan program rehabilitasi
vaskular
9. Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis:
rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
10. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis: rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).
3. Hipovolemia Status cairan Membaik Manajemen Hipovolemia
(D.0023) (L.03028) (I.03116)
Setelah dilakukan intevensi Observasi
keperawatan selama x24 jam 1. Periksa tanda dan gejala
maka Status cairan Membaik hipovolemia (mis: frekuensi
dengan kriteria hasil : nadi meningkat, nadi teraba
1. Kekuatan nadi meningkat lemah, tekanan darah menurun,
2. Output urin meningkat tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membran
3. Membran mukosa lembab mukosa kering, volume urin
meningkat menurun, hematokrit
4. Ortopnea menurun meningkat, haus, lemah)
5. Dispnea menurun 2. Monitor intake dan output
6. Paroxysmal nocturnal cairan
dyspnea (PND) menurun Terapeutik
7. Edema anasarka menurun 1. Hitung kebutuhan cairan
8. Edema perifer menurun 2. Berikan posisi modified
9. Frekuensi nadi membaik Trendelenburg
10. Tekanan darah membaik 3. Berikan asupan cairan oral
11. Turgor kulit membaik Edukasi
12. Jugular venous pressure 1. Anjurkan memperbanyak
membaik asupan cairan oral
13. Hemoglobin membaik 2. Anjurkan menghindari
14. Hematokrit membaik perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis: NaCL, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis: glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk
darah
4. Gangguan Pertukaran gas meningkat Pemantauan Respirasi (I.01014)
pertukran gas (L.010003) Observasi
(D.0003) Setelah dilakukan intevensi 1. Monitor frekuensi, irama,
keperawatan selama x24 jam kedalaman dan upaya napas
maka oksigenasi dan/atau 2. Monitor pola napas (seperti
eliminasi karbondioksida pada bradypnea, takipnea,
membrane alveolus-kapiler hiperventilasi, kussmaul,
dalam batas normal dengan Cheyne-stokes, biot, ataksik)
kriteria hasil : 3. Monitor kemampuan batuk
1. Dispnea menurun efektif
2. Bunyi napas tambahan 4. Monitor adanya produksi
menurun sputum
3. Takikardia menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan
4. PCO2 membaik napas
5. PO2 membaik 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
6. pH arteri membaik paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai analisa gas darah
10. Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
5. Defisit nutrisi Status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
(D.0019) Setelah dilakukan intevensi Observasi
keperawatan selama x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
maka Status Nutrisi Membaik 2. Identifikasi alergi dan
dengan kriteria hasil : Status intoleransi makanan
Nutrisi Membaik dengan 3. Identifikasi makanan yang
kriteria hasil : disukai
1. Kekuatan otot menelan 4. Identifikasi kebutuhan kalori
meningkat dan jenis nutrient
2. Berat badan IMT membaik 5. Identifikasi perlunya
3. Tebal lipatan kulit trisep penggunaan selang
membaik nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein Berikan
suplemen makanan, jika perlu
6. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi.
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
6. Risiko perfusi Perfusi serebral meningkat Mnajemen peningkatan
serebral tidak Setelah dilakukan intervensi intracranial (I.06194)
efektif (D.0017) keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
perfusi serebral meningkat, 1. Identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil: peningkatan TIK (misalnya:
1. Tingkat kesadaran lesi, gangguan metabolism,
meningkat edema serebral)
2. Sakit kepala menurun 2. Monitor tanda/gejala
3. Gelisah menurun peningkatan TIK (misalnya:
4. Tekanan arteri rata-rata tekanan darah meningkat,
(mean arterial tekanan nadi melebar,
pressure/MAP) membaik bradikardia, pola napas ireguler,
5. Tekanan intra kranial kesadaran menurun)
membaik 3. Monitor MAP (mean arterial
pressure) (LIHAT: Kalkulator
MAP)
4. Monitor CVP (central venous
pressure)
5. Monitor PAWP, jika perlu
6. Monitor PAP, jika perlu
7. Monitor ICP (intra cranial
pressure)
8. Monitor gelombang ICP
9. Monitor status pernapasan
10. Monitor intake dan output
cairan
11. Monitor cairan serebro-spinalis
(mis. Warna, konsistensi)
Terapeutik
1. Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari manuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang Hindari
penggunaan PEEP
5. Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
6. Atur ventilator agar PaCO2
optimal
7. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi
dan antikonvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu
Pemantauan Intrakranial
(I.06198)
Observasi
1. Identifikasi penyebab
peningkatan TIK (mis: lesi
menempati ruang, gangguan
metabolisme, edema serebral,
peningkatan tekanan vena,
obstruksi cairan serebrospinal,
hipertensi intracranial idiopatik)
2. Monitor peningkatan TS
3. Monitor pelebaran tekanan nadi
(selisih TDS dan TDD)
4. Monitor penurunan frekuensi
jantung
5. Monitor ireguleritas irama
napas
6. Monitor penurunan tingkat
kesadaran
7. Monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon pupil
8. Monitor kadar CO2 dan
pertahankan dalam rentang yang
diindikasikan
9. Monitor tekanan perfusi
serebral
10. Monitor jumlah, kecepatan, dan
karakteristik drainase cairan
serebrospinal
11. Monitor efek stimulus
lingkungan terhadap TIK
Terapeutik
1. Ambil sampel drainase cairan
serebrospinal
2. Kalibrasi transduser
3. Pertahankan sterilitas sistem
pemantauan
4. Pertahankan posisi kepala dan
leher netral
5. Bilas sistem pemantauan, jika
perlu
6. Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
7. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Hamarno, R. (2016). Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana. Retrieved


Hammond, B. B., & Zimmermann, P. G. (2017). Sheehy’s Emergency and Disaster
Nursing
Hutabarat, E. (2017). The Effect of Passive Leg Raising towards Hemodynamics on
Patient with Hypovolemic Shock at the Emergency Ward of Dustira Cimahi
Hospital. International Seminar on Global Health, 271–274.
Leksana, E. (2017). Dehidrasi dan Syok. Cdk-228, 42(5), 391–394.
Rahmawati, I., Dilaruri, A., Sulastyawati, & Supono. (2021). The Role of Passive legs
Raising Position in Hypovolemic Shock: A Case Report and Review of the
Literature. Journal Of Nursing Practice, 4(2), 177–184.
Ramdani, B. (2016). Syok Hipovolemik pada Anak.
Horne, M. M., & Swearingen, P. . (2015). Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam
Basa. Jakarta: EGC.
TIm Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st ed. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia; 2016.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st ed. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia; 2016.
TIm Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st ed. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia; 2016.

Anda mungkin juga menyukai