Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PATOFISIOLOGI TENTANG SYOK HYPOVOLEMIK

Dosen Pengampu :
Ellyda Wijhati., S.ST., M. Keb

Disusun Oleh :

KELOMPOK LB 5
Allysa Rasya Safitri 2210101302 Elviah Khadijah Wagola 2210101308
Rania Ramadanti 2210101303 Jumilda Rusdi 2210101304
Irawati R. Quilo 2210101305 Irna Lalasari 2210101307
Gina shidqiyah 2210101309 Cyntia Bella 2210101310
Astri Puji Rahayu 2210101314 RR Chintana 2210101319

PROGRAM STUDI SARJANA DAN PENDIDIKAN


PROFESI KEBIDANAN FAKULTAS ILMU
KESEHTAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori
a. Definisi Syok Hypovolemik
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume
plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik),
trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non
fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare
berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang paing sering ditemukan disebabkan oleh
perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik.
Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organorgan
tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada
pembuluh arteri utama.
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi
yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan
darah yang cepat (syok hemoragik). Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh
kehilangan volume massive yang disebabkan oleh: perdarahan gastro intestinal,
internal dan eksternal hemoragi, atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi
intravascular atau cairan tubuh lain, intestinal obstruction, peritonitis, acute
pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive perspiration, diare berat atau muntah,
diabetes insipidus, diuresis, atau intake cairan yang tidak adekuat.
b. Klasifikasi Syok
Klasifikasi syok yang dibuat berdasarkan penyebabnya menurut Isselbacher, dkk,
(1999, hal 219) :
1. Syok Hipovolemik atau oligemik
Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat sekunder dari muntah,
diare, luka bakar, atau dehidrasi menyebabkan pengisian ventrikel tidak adekuat,
seperti penurunan preload berat, direfleksikan pada penurunan volume, dan
tekanan end diastolic ventrikel kanan dan kiri. Perubahan ini yang menyebabkan
syok dengan menimbulkan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung yang
tidak adekuat.
2. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik. Tekanan
arteri sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang di bawah 1,8 L/menit/ m2,
dan tekanan pengisian ventrikel kiri meningkat. Pasien sering tampak tidak
berdaya, pengeluaran urin kurang dari 20 ml/ jam, ekstremitas dingin dan
sianotik.
Penyebab paling sering adalah 40% lebih karena miokard infark ventrikel
kiri, yang menyebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri yang berat, dan
kegagalan pompa ventrikel kiri. Penyebab lainnya miokarditis akut dan depresi
kontraktilitas miokard setelah henti jantung dan pembedahan jantung yang lama.
Bentuk lain bisa karena gangguan mekanis ventrikel. Regurgitasi aorta atau
mitral akut, biasanya disebabkan oleh infark miokard akut, dapat menyebabkan
penurunan yang berat pada curah jantung forward (aliran darah keluar melalui
katub aorta ke dalam sirkulasi arteri sistemik) dan karenanya menyebabkan syok
kardiogenik.
3. Syok Obstruktif Ekstra Kardiak
Syok ini merupakan ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi selama
diastole, sehingga secara nyata menurunkan volume sekuncup (Stroke Volume)
dan berakhirnya curah jantung. Penyebab lain bisa karena emboli paru masif.
4. Syok Distributif
Bentuk syok septic, syok neurogenik, syok anafilaktik yang menyebabkan
penurunan tajam pada resistensi vaskuler perifer. Patogenesis syok septic
merupakan gangguan kedua system vaskuler perifer dan jantung.
c. Derajat Syok
Berat dan ringannya syok menurut Tambunan Karmel, dkk, (1990, hal 2).
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-vital seperti kulit, lemak,
otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat hidup lebih lama dengan
perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible).
Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau anya sedikit menurun,
asidosis metabolic tidak ada atau ringan.
2. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal, dan
lainnya). Organ- organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama
seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria bisa terjadi dan asidosis metabolic. Akan
tetapi kesadaran relative masih baik.dingin dan sianotik.
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi
untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi
vasokonstriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oligouria dan asidosis
berat, ganguan kesadaran dan tanda- tanda hipoksia jantung (EKG Abnormal,
curah jantung menurun).
d. Etiologi
1. Kehilangan darah
1) Dapat akibat eksternal seperti melalui luka terbuka.
2) Perdarahan internal dapat menyebabkan syok hipovolemik jika perdarahan
ini di dalam toraks, abdomen, retroperitoneal atau tungkai atas
2. Kehilangan plasma merupakan akibat yang umum dari luka bakar, cedera berat
atau inflamasi peritoneal.
3. Kehilangan cairan dapat disebabkan oleh hilangnya cairan secara berlebihan
melalui jalur gastroentestinal, urinarius atau kehilangan lainnya tanpa adanya
penggantian yang adekuat.
e. Patofisiologi dan Gambaran Klinis
Gejala-gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika kekurangan
darah kurang dari 10% dari total volume darah karena pada saat ini masih dapat
dikompensasi oleh tubuh dengan meningkatkan tahanan pembuluh dan frekuensi dan
kontraktilitas otot jantung. Bila perdarahan terus berlangsung maka tubuh tidak
mampu lagi mengkompensasinya dan menimbulkan gejala-gejala klinis. Secara
umum syok hipovolemik menimbulkan gejala peningkatan frekuensi jantung dan
nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan turgor yang jelek,
ujung-ujung ektremitas yang dingin dan pengisian kapiler yang lambat.1-3
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya syok
hipovolemik tersebut pemeriksaan pengisian dan frekuesnsi nadi, tekanan darah,
pengisian kapiler yang dilakukan pada ujung-uung jari (refiling kapiler), suhu dan
turgor kulit. Berdasarkan persentase volume kehilangan darah, syok hipovolemik
dapat dibedakan menjadi empat tingkatan atau stadium. Stadium syok dibagi
berdasarkan persentase kehilangan darah sama halnya dengan perhitungan skor tenis
lapangan, yaitu 15, 15-30, 30-40, dan >40%. Setiap stadium syok hipovolemik ini
dapat dibedakan dengan pemeriksaan klinis tersebut. 1-3,13
1. Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah hingga
maksimal 15% dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh mengkompensai
dengan dengan vasokontriksi perifer sehingga terjadi penurunan refiling kapiler.
Pada saat ini pasien juga menjadi sedkit cemas atau gelisah, namun tekanan
darah dan tekanan nadi rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masih dalam kedaan
normal.
2. Syok hipovolemik stadium-II afalah jika terjadi perdarahan sekitar 15-30%. Pada
stadium ini vasokontriksi arteri tidak lagi mampu menkompensasi fungsi
kardiosirkulasi, sehingga terjadi takikardi, penurunan tekanan darah terutama
sistolik dan tekanan nadi, refiling kapiler yang melambat, peningkatan frekuensi
nafas dan pasien menjadi lebih cemas.
3. Syok hipovolemik stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak 30-40%. Gejala-
gejala yang muncul pada stadium-II menjadi semakin berat. Frekuensi nadi terus
meningkat hingga diatas 120 kali permenit, peningkatan frekuensi nafas hingga
diatas 30 kali permenit, tekanan nadi dan tekanan darah sistolik sangat menurun,
refiling kapiler yang sangat lambat.
4. Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih dari 40%.
Pada saat ini takikardi lebih dari 140 kali permenit dengan pengisian lemah
sampai tidak teraba, dengan gejala-gejala klinis pada stadium-III terus
memburuk. Kehilangan volume sirkulasi lebih dari 40% menyebabkan terjadinya
hipotensi berat, tekanan nadi semakin kecil dan disertai dengan penurunan
kesadaran atau letargik.
f. Tanda dan gejala
1. Status mental
Perubahan dalam sensorium merupakan tanda khas dari stadium syok. Ansietas,
tidak bisa tenang, takut apati, stupor, atau koma dapat ditemukan. Kelainan –
kelainan ini menunjukan adanya perkusi cerebral yang menurun.
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah
Perubahan awal dari tekanan darah akibat hipovolemia adalah adanya
pengurangan selisih antara tekanan sistolik dan diastolik. Ini merupakan
akibat adanya peningkatan tekanan diastolik yang disebabkan oleh
vasokontriksi atas rangsangan simpatis. Tekanan sistolik dipertahankan pada
batas normal sampai terjadinya kehilangan darah 15-25%. Hipotensi postural
dan hipotensi pada keadaan berbaring akan timbul. Perbedaan postural lebih
besar dari 15 mmHg.
b. Deyut Nadi
Takikardi postural dan bahkan dalam keadaan berbaring adalah karakteristik
untuk syok. Takikardi tidak dapat ditemukan pada pasien yang diobati dengan
beta blocker.
c. Pernapasan
Takipnea adalah karakteristik dan alkalosis respiratorius sering ditemukan
pada tahap awal dari syok.

3. Kulit
a. Kulit dapat terasa dingin, pucat, dan berbintik – bintik. Secara keseluruhan
mudah berubah menjadi pucat.
b. Vena-vena ekstremitas menunjukan tekanan yang rendah ini yang dinamakan
vena perifer yang kolaps. Tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis.

4. Gejala-gejala
Pasien mengeluh mual, lemah atau lelah. Sering ditemukan rasa haus yang
sangat.
g. Diagnosa
Hypovolemic shock diakibatkan umumnya karena kehilangan darahb ataupun
cairan tubuh pada tubuh manusia yang mengakibatkan jantung kekurangan darah
untuk disirkulasi sehingga dapat mengakibatkan kegagalan organ. Kehilangan darah
ini dapat diakibatkan karena trauma akut dan perdarahan, baik secara eksternal
ataupun internal. Gejala-gejala yang dimiliki bergantung pada persentase darah yang
hilang dari seluruh darah yang dimiliki pasien, namun ada beberapa gejala umum
yang dimiliki oleh seluruh penderita hypovolemic shock. Pada umumnya, pasien
yang menderita hypovolemic shock memiliki tekanan darah yang rendah (dibawah
100mmHg) dan suhu tubuh yang rendah pada bagian-bagian tubuh perifer.
Tachycardia (diatas 100 bpm), brachycardia (dibawah 60 bpm), dan tachypnea juga
umumnya terjadi pada pasien-pasien yang menderita hypovolemic shock.
Kandungan haemoglobin yang relatif kurang (<=6g/l) pada darah juga dapat menjadi
pertanda adanya perdarahan dan dapat membantu dalam mendeteksi hypovolemic
shock. Pasien juga umumnya memiliki kegangguan kesadaran dan mengalami
kebingungan/kemarahan yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem saraf akibat
kurangnya darah.
h. Penatalaksanaan
a) Mempertahankan Suhu
Tubuh Suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut pada penderita
untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan panas. Jangan sekali-kali
memanaskan tubuh penderita karena akan sangat berbahaya.
b) Pemberian Cairan
1. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual,
muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
2. Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius
dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
3. Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada
indikasi kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi
mual atau muntah.
4. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan
pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume
intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau
pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
5. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang
dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan
yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada
luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik.
Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan
isotonik. Penggantian volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid
memerlukan volume 3–4 kali volume perdarahan yang hilang, sedang bila
menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah
perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat
yang dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya dengan darah
lengkap.
6. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan
yang berlebihan.
7. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan
berlebihan yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan oksigenasi
darah dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.
8. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk
(Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa
pemasangan CVP, “Swan Ganz” kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah.
i. Prognosis
Pada umumnya, Hypovolemic shock dapat menyebabkan kematian meskipun
sudah diberikan penanganan medis. Faktor usia juga merupakan faktor yang
mempengaruhi Hypovolemic shock, biasanya orang-orang yang sudah lanjut usia
jika mengalami Hypovolemic shock akan sulit ditangani dan disembuhkan.
Hypovolumic shock dapat disembuhkan jika segera diberikan penanganan atau
tindakan meskipun tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan kematian
terhadap orang tersebut. Hypovolemi shock biasanya tergantung dari hal-hal berikut:
1. Banyaknya darah yang hilang
2. Kecepatan penggantian cairan tubuh
3. Kondisi kesehatannya
4. Penyakit atau luka yang menyebabkan perdarahan
KASUS
Seorang pasien Ny.S usia 24 tahun, 6 jam pasca bersalin di PMB merasa mengeluarkan darah
banyak, dan tidak mules. Bidan melakukan pemeriksaan didapat pengeluran darah dari jalan lahir
sekitar 600cc, tidak teraba kontraksi, dan tidak ditemukan robekan jalan lahir. TD 90/60mmHg,
frekuensi nadi 112 kali per menit, suhu 35,8oC dan respirasi 28 kali per menit. Riwayat
persalinan bayi lahir spontan BB 2800gr, placenta lahir lahir spontan lengkap.

PEMBAHASAN
a. Definisi Syok Hypovolemik
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume
plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma
yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan
dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok
hipovolemik yang paing sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok
hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh
berbagai trauma hebat pada organorgan tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka
ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama.
b. Diagnosa
Hypovolemic shock diakibatkan umumnya karena kehilangan darahb ataupun cairan
tubuh pada tubuh manusia yang mengakibatkan jantung kekurangan darah untuk disirkulasi
sehingga dapat mengakibatkan kegagalan organ. Kehilangan darah ini dapat diakibatkan
karena trauma akut dan perdarahan, baik secara eksternal ataupun internal. Gejala-gejala
yang dimiliki bergantung pada persentase darah yang hilang dari seluruh darah yang
dimiliki pasien, namun ada beberapa gejala umum yang dimiliki oleh seluruh penderita
hypovolemic shock. Pada umumnya, pasien yang menderita hypovolemic shock memiliki
tekanan darah yang rendah (dibawah 100mmHg) dan suhu tubuh yang rendah pada bagian-
bagian tubuh perifer. Tachycardia (diatas 100 bpm), brachycardia (dibawah 60 bpm), dan
tachypnea juga umumnya terjadi pada pasien-pasien yang menderita hypovolemic shock.
Kandungan haemoglobin yang relatif kurang (<=6g/l) pada darah juga dapat menjadi
pertanda adanya perdarahan dan dapat membantu dalam mendeteksi hypovolemic shock.
Pasien juga umumnya memiliki kegangguan kesadaran dan mengalami
kebingungan/kemarahan yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem saraf akibat
kurangnya darah.
c. Penatalaksanaan
a) Mempertahankan Suhu
Tubuh Suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut pada penderita untuk
mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan panas. Jangan sekali-kali
memanaskan tubuh penderita karena akan sangat berbahaya.
b) Pemberian Cairan
1. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual,
muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
2. Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan
yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
3. Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi
kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau
muntah.
4. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama
dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler,
volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna
untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
5. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa
air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian volume intra
vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali volume perdarahan
yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah yang
sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi
eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya
dengan darah lengkap.
6. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan yang
berlebihan.
7. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan berlebihan
yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan oksigenasi darah dan tindakan
untuk menghilangkan nyeri.
8. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat pada
syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ
Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP,
“Swan Ganz” kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yang menuju ke organ-organ vital tubuh, sehingga mengakibatkan disfungsi organ dalam
tubuh. Salah satunya adalah syok hipovolemik, syok hipovolemik. Syok hipovolemik
merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok
ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik). Perdarahan akan menurunkan
tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan menurunkan aliran darah balik ke
jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan curah jantung (heart pulse rate). Ketika
heart pulse rate turun, ketahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk meningkatkan
tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan otak melebihi
jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus gastrointestinal. Kebutuhan energi
untuk pelaksanaan metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ
itu tidak mampu menyimpan cadangan energi. Jika hal ini terus berlanjut maka satu
persatu organ tubuh akan mati dan berujung dapat menyebabkan kematian.
B. Saran
Saran sangat dibutuhkan untuk penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi,
atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Putra, I. K. B. A. (2016). Hypovolemic Shock.


Fitria, C. N. (2010). Syok Dan Penanganannya. Gaster, 7(2), 593-604.
Dewi, E., & Rahayu, S. (2017). Kegawatdaruratan syok hipovolemik. Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan, 2(2).
Hardisman, H. (2013). Memahami patofisiologi dan aspek klinis syok hipovolemik: Update dan
penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(3), 178-182.
Kakunsi, Yane D., Killing, Maykel, and Deetje, Supit. Hubungan pengetahuan perawat dengan
penanganan pasien syokhipovolemik di ugd rsud pohuwato. Buletin Sariputra.
2015;5(3):90-96.

Anda mungkin juga menyukai