Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya, baik itu sumber daya alam maupun
sumber daya manusia. Berbeda dengan sumber daya alamnya yang terbatas dan cenderung
semakin berkurang, sumber daya manusia terus meningkat. Setiap tahunnya jumlah penduduk
Indonesia semakin bertambah. Indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan pelayanan
kesehatan ibu yaitu melalui Angka Kematian Ibu (AKI). Pelayanan kesehatan yang diberikan
meliputi: pelayanan kesehatan ibu, imunisasi tetanus, PUS, kelas ibu hamil, program
perencanaan persalinan serta pencegahan komplikasi (P4K), nifas, dan layanan keluarga
berencana. Ada ketertarikan erat antara KB dengan kematian ibu, KB merupakan langkah besar
dalam menurunkan AKI. Dari tahun 1991 hingga 2017, penggunaan kontrasepsi pada tren wanita
menikah meningkat, 50% menjadi 64%. Semakin tinggi prevalensi keluarga berencana, maka
proporsi kematian ibu semakin rendah. (Profil Kesehatan Indonesia 2018).
Pada tahun 2018, jumlah penduduk Indonesia sebesar 265.015.313 jiwa, terdiri atas
133.136.131 jiwa laki-laki dan 131.879.182 perempuan. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)
sebesar 63,27%, hampir sama dengan tahun sebelumnya yaitu 63,22%. PUS yang menggunakan
kontrasepsi sebesar 81,18%, sedangkan yang tidak menggunakan kontrasepsi sebesar 18,82%.
Keluarga berencana aktif tertinggi di Bengkulu yaitu 71,15% dan yang terendah di Papua
25,73%. Kegiatan KB di lima provinsi memiliki cakupan < 50% yaitu Papua, NTT, Maluku,
Papua Barat, dan Kepulauan Riau (Profil Kesehatan Indonesia 2018).
Pada pasal 2 dalam Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Nomor 72/PER/B/2011 tentang Organisasi dan Keluarga Berencana
Nasional menyatakan bahwa “BKKBN” mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang penegndalian penduduk dan penyelenggaran keluarga berencana. Menurut Undang-
Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga, keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Kebijakan yang diambil pemerintah
Indonesia dalam upaya mengatasi masalah jumlah penduduk, yaitu mencanangkan Program
Keluarga Berencana sebagai gerakan nasional. Keluarga Berencana adalah suatu program yang
dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan KB adalah tingkat pengetahuan. Pengetahuan
akseptor sangat berperan penting dalam memilih alat kontrsepsi. Semakin tinggi nilai
pengetahuannya, maka berpengaruh pada keputusan penggunakan kontrasepsi. Tingkat
pengetahuan PUS, akan mempengaruhi penerimaan program KB. Pengetahuan PUS yang benar
tentang KB (termasuk berbagai metode kontrasepsi), akan meningkatkan partisipasi PUS dalam
KB (Jitowiyono. S & Masniah. A.R, 2019). Kontrasepsi tidak selalu cocok untuk semua orang,
karena kondisi fisik yang berbeda. Maka perlu dipahami kelebihan dan kekurangan masing-
masing alat kontrasepsi secara tepat. Setiap PUS pengguna kontrasepsi dapat
mempertimbangkan secara rasional, efisien dan efektif. Penggunaan kontrasepsi dilakukan tanpa
unsur paksaan, hal ini didasarkan pada tujuan penggunaan, status kesehatan, sosial dan ekonomi.
Berdasarkan survei BKKBN 2018, jumlah peserta KB modern yang menggunakan KB
menurut jenis pilihan alat kontrasepsi yaitu suntik (63,71%), pil (17,24%), kondom (1,24%),
MOW (2,76%), MOP (0,5%), IUD (7,35%), dan implant (7,2%). Walaupun alat kontrasepsi
suntik kurang efektif dibanding metode lain dalam mengontrol kehamilan, tetapi sebagian besar
peserta kontrasepsi aktif memilih kontrasepsi suntik (lebih dari 80%) (Profil Kesehatan
Indonesia 2018).
Persentase peserta keluarga berencana modern dengan metode kontrasepsi di Provinsi D.I.
Yogyakarta pada tahun 2019, adalah 500,688 peserta PUS, pemilihan jenis alat kontrasepsi IUD
(7,22%), MOW (2,26%), MOP (0,40%), implan (3,99%), suntik (53,32%), kondom (1,94%), dan
pil (30,88%). Peserta KB modern Provinsi Kalimantan Timur, paling banyak digunakan yaitu
kontrasepsi suntik dengan persentase (53,32%). Ketergantungan pada alat kontrasepsi seperti
suntikan karena kemudahan akses dan cara penggunaannya, alasan lainnya yaitu alat kontrasepsi
suntik lebih praktis dan sederhana, tidak perlu takut lupa (Profil Kesehatan Indonesia 2018).
Noviana Hartika Sari (2016), hasilnya 54 (60,7%) memiliki pengetahuan kategori baik dan
35 (39,3%) memiliki pengetahuan kurang, dan terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi.
Berdasarkan uaraian latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian tentang Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemakaian Alat
Kontrasepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas X.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dirumuskan masalah Apakah ada
Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Di Wilayah Kerja
Puskesmas X
C. Tujuan Penelitian
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui Apakah ada Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemakaian Alat
Kontrasepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas X
b) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap alat kontrasepsi di wilayah kerja
puskesmas X.
2. Untuk mengetahui tingkat pemakaian alat kontarasepsi pada ibu di wilayah kerja
puskesmas X.
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini menambah pengetahuan khususnya mengenai alat kontrasepsi.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat
khususnya pada Ibu tentang pemakaian alat kontrasepsi
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam memberikan
informasi dan pengetahuan ilmiah tentang pemakaian kontrasepsi pada Ibu
4. Bagi Institusi Kesehatan
Penelitian ini dapat meningkatkan peran petugas kesehatan dalam memberikan
penyuluhan kepada Ibu terhadap pemakaian alat kontarasepsi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Materi
Penelitian ini membahas tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap
pemakaian alat kontrasepsi. Karena hubungan tingkat pengetahuan merupakan salah
satu hal yang dapat mempengaruhi ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi.
2. Responden
Responden pada penelitian ini adalah Wanita Usia SUbur , karena tingkat
pengetahuan WUS merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
penggunaan kontrasepsi.
3. Waktu
Penelitian ini dilakukan dari awal pengajuan judul pada bulan …. sampai …. mulai
dari pengajuan judul, studi pendahuluan, ujian hasil sampai hasil laporan penelitian.
4. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas X, karna dari data penelitian terdahulu
menyatakan bahwa sebagian besar WUS di daerah tersebut .
F. Keaslian Penelitian
Table 1. Keaslian Penelitian