Anda di halaman 1dari 10

1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP TINDAKAN


SWAMEDIKASI PADA MASYARAKAT DESA SENGANTEN KECAMATAN
GONDANG KABUPATEN BOJONEGORO

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE LEVELS OF SELF-MEDICATION


ACTION IN SENGANTEN VILLAGE COMMUNITY IN GONDANG
DISTRICT, BOJONEGORO DISTRICT

Tsamrotul Ilmi1, Arlita Wulan Yuniar1, Erni Ismawati1


Email : ilmi@unik-kediri.ac.id

Abstrak

Swamedikasi merupakan upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi


gejala penyakit ringan sebelum mencari pertolongan dari tenaga kesehatan.
Penyakit ringan yang sering diatasi dengan swamedikasi adalah demam,
batuk, pilek dan nyeri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan terhadap tindakan swamedikasi pada masyarakat Desa
Senganten, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro. Masyarakat lebih
memilih tindakan swamedikasi dengan beberapa alasan antara lain penyakit
dianggap masih ringan, hemat biaya, penyakit cepat teratasi dan obat mudah
didapat. Metode penelitian yang dipakai adalah deskriptif dengan instrumen
kuesioner. Pengambilan sampel dengan teknik probality sampling, didapatkan
sampel sebanyak 323 responden. Responden diberikan kuesioner berupa
pretest dan posttest. Sebelum diberikan posttest, responden diberikan
informasi dengan metode ceramah dan media leaflet. Data dianalisis secara
univariat dan bivariat menggunakan program IBM SPSS versi 20. Terdapat
peningkatan signifikan dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan
masyarakat Desa Senganten, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro,
dari hasil pretest menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat masuk dalam
kriteria ''kurang baik'' (30,3%) dan hasil posttest menunjukkan pengetahuan
masyarakat menjadi ''baik'' (93,9%). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
informasi merupakan salah faktor yang mempengaruhi swamedikasi.
Tindakan swamedikasi yang memiliki kriteria ''tepat'' sebesar 71,5%.
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan swamedikasi terhadap
tindakan swamedikasi berdasarkan uji Cross-tabulation Chi-Square.

Kata Kunci : Swamedikasi, Pengetahuan, Kuesioner, Deskriptif.

ABSTRACT

Self-medication is an effort made by the community to overcome the


symptoms of mild disease before getting help from health officers. Mild
diseases that are often treated with self-medication are fever, cough, common
cold and mild pain. The purpose of this research is to find out the relationship
of knowledge levels to self-medication measures in the civil society of
Senganten Village, Gondang District, Bojonegoro. The civil society prefers
self-medication for several reasons including diseases that are considered to
be still minor, cost-effective, diseases are quickly resolved and drugs are easy
to get. The research method used was descriptive with questionnaire as
instrument. Taking sampling is used probality sampling technique,and
sampling are 323 respondents. The respondents are given pretest and
posttest questionnare. Before being given a posttest, respondents were given

1. Program Studi S-1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri


2

information and leaflets media. The data were analyzed univariately and
bivariately using the IBM SPSS version of 20. There was a significant increase
in the results of the pretest and posttest conducted by the civil society of
Senganten Village, Gondang District, Bojonegoro, the results of the pretset
showed that civil society knowledge was included in the criteria of “ not good
enough” (30.3%) and results of the posttest showed that civil society
knowledge was "good" (93.9%). It shows that the giving information is one of
the factors that influence self-medication. Self-medication actions that have
the criteria '' right '' of 71.5%. There is a relationship between the knowledge
of self-medication level and action of self-medication based on the Chi-Square
Cross-tabulation test.

Keywords: Self Medication, Knowledge, Questionnaire, Descriptive.

Pendahuluan Kesehatan Dasar tahun 2013 juga


Kesehatan merupakan hal mencatat sejumlah 103.860
yang sangat penting bagi (35,2%) rumah tangga dari
kehidupan. Seseorang yang 294.959 rumah tangga di
merasa sakit akan melakukan Indonesia menyimpan obat untuk
upaya demi memperoleh swamedikasi (Kemenkes RI, 2014).
kesehatannya kembali. Pilihan Swamedikasi biasanya
untuk mengupayakan kesembuhan dilakukan untuk mengatasi
dari suatu penyakit antara lain keluhan-keluhan dan penyakit
adalah dengan berobat ke dokter ringan yang banyak dialami
atau mengobati diri sendiri masyarakat, seperti demam, nyeri,
(Atmoko & Kurniawati, 2009). pusing, batuk, influenza, sakit
Pengobatan sendiri (self maag, cacingan, diare, penyakit
medication) merupakan upaya kulit, dan lain-lain (Depkes RI,
yang paling banyak dilakukan 2007). Pelaksanaan swamedikasi
masyarakat untuk mengatasi hendaknya sesuai dengan kriteria
keluhan atau gejala penyakit, penggunaan obat yang rasional,
sebelum memutuskan mencari yaitu tepat pasien, tepat indikasi,
pertolongan ke pusat pelayanan tepat obat, tepat dosis, waspada
kesehatan atau petugas kesehatan efek samping obat, tidak ada
(Kemenkes, 2013). Berdasarkan interaksi obat yang bermakna
data dari laporan Kementerian secara klinis, tidak ada duplikasi
Kesehatan Republik Indonesia obat (Hermawati, 2012). Tingkat
tahun 2012, terdapat 44,14% pengetahuan masyarakat tentang
masyarakat Indonesia yang swamedikasi tergolong baik dan
berusaha untuk melakukan penggunaan obat swamedikasi
pengobatan sendiri. Hasil Riset
3

tergolong rasional (Alkhairi, A., masyarakat Desa Senganten,


2014). Kecamatan Gondang, Kabupaten
Pengetahuan merupakan Bojonegoro.
salah satu faktor predisposisi yang
sangat penting dalam Metode Penelitian
mempengaruhi terbentuknya Penelitian ini dilaksanakan di
perilaku seseorang. Pengetahuan Desa Senganten, Kecamatan
dapat diperoleh seseorang secara Gondang, Kabupaten Bojonegoro
alami atau diintervensi baik secara pada bulan April-Mei 2019.
langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini merupakan penelitian
(Pratiwi, 2014). Pengetahuan dapat cross sectional dengan
dipengaruhi oleh faktor-faktor pengambilan sampel secara
berikut yaitu 1). Umur, dengan probality sampling. Teknik
bertambahnya umur seseorang pengumpulan data melalui pretest-
akan berpengaruh terhadap postest design menggunakan
bertambahnya pengetahuan, 2). kuesioner dan dilakukan dengan
Pendidikan, seseorang yang tahapan pelaksanaan pre test,
berpendidikan baik akan pemberian informasi dengan
berpengaruh terhadap metode ceramah dan media leaflet,
pengetahuan yang dimilikinya, 3). dan pelaksanaan post test.
Informasi, semakin banyak Kuesioner yang digunakan diuji
informasi yang diperoleh melalui validitas dan reliabilitasnya kepada
berbagai media maka akan dapat 323 responden. Uji validitas yang
meningkatkan pengetahuan digunakan adalah teknik korelasi
seseorang, 5). Sosial Budaya atau Product Moment Pearson.
keyakinan, dimana seseorang yang Pengambilan keputusan validitas
memperoleh kebudayaan atau dalam penelitian ini dilakukan
keyakinan dalam hubungannnya dengan cara membandingkan nilai
dengan orang lain akan korelasi (r hitung) dengan nilai r
mendapatkan pengetahuan yang tabel. Instrumen dikatakan valid
lebih baik, 6). Pengalaman, dimana apabila nilai r hitung > r tabel.
pengalaman merupakan sumber Pengukuran reliabilitas dilakukan
pengetahuan yang baik (Afif, et al. dengan metode one shot (sekali
2015). Penelitian ini bertujuan ukur). Kriteria pengujian adalah
untuk mengetahui hubungan jika nilai Cronbach Alpha hitung
tingkat pengetahuan terhadap >0,50, maka instrumen yang diuji
tindakan swamediksai pada tersebut dapat dinyatakan telah
4

reliabel (Priyatno, 2016). Kuesioner maka Jumlah sampel yang didapat


yang telah valid (r hitung > r tabel sebesar 323 responden yang
menurut korelasi Product Moment merupakan ibu-ibu usia 19-60
Pearson) dan reliabel (Cronbach tahun. Hasil pengolahan data
Alpha hitung >0,50) nilai kemudian dibuat dalam bentuk prosentase,
disebarkan kepada 323 responden kemudian diinterpretasikan dalam
yang menjadi sampel penelitian. skala sebagai berikut :
Jumlah sampel penelitian diperoleh a. Baik, bila responden dapat
melalui perhitungan menurut menjawab sebanyak benar 76 –
rumus Solvin (Sugiyono, 2010): 100 % dari seluruh pertanyaan.
b. Cukup, bila responden dapat
menjawab sebanyak benar 56 -
75 % dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang, bila responden dapat
menjawab benar sebanyak < 56
Keterangan:
% dari seluruh pertanyaan (
n = Jumlah Sampel
Nursalam, 2008).
N = Jumlah Populasi
E = Batas toleransi kesalahan
Hasil dan Pembahasan
(0,052)
Pengelompokkan responden.
Hasil distribusi responden
Jumlah populasi dalam
berdasarkan pengelompokkan
penelitian ini sebanyak 1679
dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah
dengan besar toleransi adalah 5%
ini.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengelompokkan

Kelompok Responden Jumlah Responden Persentase


(Orang)
Usia
- 19-30 Tahun 56 17,3%
- 31-40 Tahun 83 25,7%
- 41-50 Tahun 117 36,2%
- 51-60 Tahun 67 20,7%
Pendidikan
- Tidak sekolah/ Tidak tamat SD 50 15,5%
- Tamat SD/Sederajat 112 34,7%
5

- Tamat SMP / Sederajat 108 33,4%


- Tamat SMA/ Sederajat 50 15,5%
- Diploma 2 0,6%
- Sarjana 2 0,6%
Pekerjaan
- Petani 252 78,0%
- Jasa Pemerintah/ Perangkat Desa 2 0,6%
- Jasa Dagang 44 13,6%
- PNS 2 0,6%
- Swasta 23 7,1%

Berdasarkan tabel 1 dapat penelitian sebelumnya yang


dilihat bahwa dari 323 responden dilakukan pada masyarakat Dusun
paling banyak adalah usia 41-50 Kenaran, Sumberharjo,
tahun sebanyak 117 responden Prambanan, Sleman, Yogyakarta
(36,2 %). Semakin dewasa usia, pada tahun 2017, terdapat 50%
tingkat kemampuan dan responden tamatan SMA. Tingkat
kematangan seseorang akan lebih pendidikan responden paling
baik dalam berpikir dan menerima banyak tamatan SMA karena
informasi, sehingga tingkat penelitian ini terletak dipinggir
pengetahuannya akan berkembang jalan raya Prambanan, Sleman,
sesuai dengan pengalaman yang Yogyakarta yang dilakukan dalam
didapatkan (Notoatmodjo, 2014). penelitian Asnasari (2017). Hasil
Sedangkan untuk tingkat penelitian ini juga menunjukkan
pendidikan responden paling kelompok responden terbanyak
banyak adalah tamatan adalah dengan pekerjaan sebagai
SD/Sederajat sebanyak 112 petani sebanyak 252 responden
responden (34,7%), karena (78,0%).
penelitian ini terletak di desa yang Tingkat pengetahuan
jauh dari kota, sehingga paling responden.
banyak responden hanya Hasil distribusi responden
mempunyai tingkat pendidikan SD. berdasarkan tingkat pengetahuan
Sedikit berbeda dengan hasil dapat dilihat pada Tabel 2.
6

Tabel 2. Tingkat pengetahuan


Pretest Posttest
Skala
Jumlah (orang) Persentase Jumlah (orang) Persentase
Baik 98 30,3% 303 93,9%
Cukup 220 68,2% 20 6,1%
Kurang 5 1,5% 0 0%
Jumlah 323 100% 323 100%

Tingkat pengetahuan tabel 4.8. Hal ini dapat disimpulkan


swamedikasi dapat dilihat pada bahwa peningkatan persentase ini
tabel 4.7 yang menunjukkan membuktikan pemberian informasi
bahwa tingkat pengetahuan saat kepada responden berhasil
pretest didapatkan kategori baik meningkatkan pengetahuan
sebanyak 30,3%, kategori cukup tentang swamedikasi. Peningkatan
sebanyak 68,2%, sedangkan pengetahuan ini diharapkan agar
kategori kurang 1,5% dan tingkat responden dapat melakukan
pengetahuan setelah posttest swamedikasi secara rasional.
didapatkan kategori baik sebanyak Tindakan swamedikasi.
93,9%, kategori cukup sebanyak Hasil distribusi responden
6,1%, sedangkan kategori kurang berdasarkan tindakan swamedikasi
sebanyak 0%, dapat dilihat pada dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tindakan swamedikasi


Kategori Jumlah (Orang) Persentase
Tepat 231 71,5%
Tidak Tepat 92 28,5%

Keterangan : Kriteria tepat jika responden menjawab semua pertanyaan


kuesioner dengan benar.
Berdasarkan tabel 3 perorangan dari peneliti, dapat
mengenai tindakan swamedikasi, meningkatkan ketepatan
responden yang tepat dalam responden dalam melakukan
melakukan swamedikasi sebanyak swamedikasi. Berbeda dengan hasil
71,5%. Setelah mendapatkan penelitian sebelumnya yang
informasi dengan metode ceramah dilakukan pada mahasiswa UIN
dan media leaflet secara Malang yang aktif pada tahun
7

2017, terdapat 27,6% responden Hubungan tingkat


yang tepat melakukan swamedikasi pengetahuan terhadap tindakan
(Putera, 2017), karena pada swamedikasi pada masyarakat
penelitian tersebut hanya diberikan Desa Senganten, Kecamatan
kuesioner tanpa memberikan Gondang, Kabupaten Bojonegoro,
informasi. dianalisis menggunakan uji Cross-
Hubungan tingkat pengetahuan tababulation Chi-Square.
terhadap swamedikasi

Tabel 4. Hasil uji Cross-tababulation Chi-Square


Asymptotyc Significance Α
(2-sided)
Pearson Chi-Square 0,000 0,05

Hubungan tingkat yang berarti bahwa Ha diterima


pengetahuan dengan tindakan dan Ho ditolak pada penelitian ini.
swamedikasi diukur dengan Dengan demikian terdapat
menggunakan uji Cross-tabulation hubungan tingkat pengetahuan
Chi-Square. Berdasarkan hasil terhadap tindakan swamedikasi
analisis statistik menggunakan spss pada masyarakat Desa Senganten,
seperti pada tabel 4.15 dapat Kecamatan Gondang, Kabupaten
ditentukan taraf signifikan atau Bojonegoro.
linieritas dari regresi. Kriterianya
dapat ditentukan berdasarkan uji Simpulan
nilai Signifikan (sig). Jika nilai Sig 1. Tingkat pengetahuan
< 0,05, maka model regresi adalah swamedikasi pada masyarakat
linier, dan berlaku sebaliknya. Desa Senganten, Kecamatan
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh Gondang, Kabupaten
nilai sig = 0,000 yang berarti Bojonegoro ini memiliki kriteria
kurang dari kriteria signifikan “Baik”, karena responden yang
(0,05), dengan demikian model dapat menjawab benar
persamaan regresi berdasarkan pernyataan pada kuesioner
data penelitian adalah signifikan adalah sebesar 93,9% .
artinya, model regresi linier 2. Tindakan swamedikasi pada
memenuhi kriteria linieritas. Dari masyarakat Desa Senganten,
hasil uji analisis hipotesa didapat Kecamatan Gondang, Kabupaten
nilai signifikansi sebesar 0,000 Bojonegoro ini memiliki kriteria
8

“tepat” sebesar 71,5%. Hermawati, D. 2012. Pengaruh


3. Terdapat hubungan antara Edukasi Terhadap Tingkat
tingkat pengetahuan Pengetahuan dan Rasionalitas
swamedikasi terhadap tindakan Penggunaan Obat
swamedikasi pada masyarakat Swamedikasi di Dua Apotek
Desa Senganten, Kecamatan Kecamatan Cimanggis Depok.
Gondang, Kabupaten Skripsi. Fakultas Matematika
Bojonegoro, berdasarkan hasil dan Ilmu Pengetahuan Alam
uji Cross-tabulation Chi-Square. Universitas Indonesia.

Kemenkes RI. 2013. Riset


DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Dasar. Jakarta :
Afif, A dan Wahyuni,AS. 2015. Badan Penelitian dan
Hubungan Tingkat Pengembangan Kesehatan
Pengetahuan Dengan Kementrian Kesehatan.
Ketepatan Penggunaan Obat Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu
Analgetik pada Swamedikasi Kesehatan Masyarakat:
Nyeri di Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar (pp.17,
Kabupaten Demak. Electronic 103-110, 116-117, 127-130).
Theses and Dissertations. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Alkhairi, A. 2014. Tingkat Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu
Pengetahuan dan Rasionalitas Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Pasien Swamedikasi di Apotek Rineka Cipta.
Kimia Farma 106 Kota Pradono, J. Dan Sulistyowati, N.,
Medan. Skripsi. Fakultas 2014. Hubungan antara
Farmasi USU Medan. Tingkat Pendidikan,
Atmoko, W, dan Kurniawati I. Pengetahuan Tentang
2009. Swamedikasi: Sebuah Kesehatan Lingkungan,
Respon Realistik Perilaku Perilaku Hidup sehat dengan
Konsumen di Masa Krisis. Status Kesehatan: Studi
Volum 2, 3, 233-247. Korelasi pada Penduduk Umur
Departemen Kesehatan Republik 10-24 Tahun di Jakarta Pusat.
Indonesia. 2007. Pedoman Buletin Penelitian Sistem
Penggunaan Obat Bebas dan Kesehatan.
Bebas Terbatas. Jakarta: Pratiwi, P.N, Pristianty L, Noorrizka
Departemen Kesehatan RI. G. 2014. Pengaruh
Pengetahuan terhadap Perilau
9

Swamedikasi Obat Anti Yogyakarta: Penerbit Gava


Inflamasi Non-steroid Oral Media.
pada Etnis Thionghoa di Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Surabaya. Jurnal Farmasi Pendidikan Pendekatan
Komunitas Vol 1 No 2 hal 36- Kuantitatif, Kualitatif, dan
40 R&D. Bandung: Alfabeta.
Priyatno, D. 2016. Belajar Alat
Analisis Data dan Cara
Pengolahannya dengan SPSS.
10

Anda mungkin juga menyukai