Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Cerebellum

p-ISSN: 2407-4055  e-ISSN:- x

Studi Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Swamedikasi


Penggunaan Obat Analgesik Pada Mahasiswa Kesehatan

Angelica Bunardi1,*, Shoma Rizkifani1, Nurmainah1


1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat, Indonesia
*Korespondensi: aangelicaabunardi@student.untan.ac.id

Abstrak
Latar Belakang: Obat analgesik dalam swamedikasi digunakan cukup tinggi untuk mengatasi keluhan ringan
seperti nyeri di kalangan masyarakat termasuk mahasiswa. Hubungan yang linear seharusnya terjadi antara
pengetahuan terhadap perilaku seseorang, tetapi masih terdapat mahasiswa kesehatan berpengetahuan kurang
namun memiliki perilaku swamedikasi dengan menggunakan analgesik bebas yang baik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku swamedikasi penggunaan obat analgesik pada mahasiswa
kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan rancangan potong lintang yang bersifat deskriptif. Responden yang terlibat adalah sebanyak
302 orang yang termasuk kriteria inklusi dan ekslusi yang diambil dengan metode quota sampling. Pengambilan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang tervalidasi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (79,801%), dengan usia paling banyak 19 tahun (36,755%),
menggunakan analgesik dari apotek tanpa resep dokter (61,589%) yang digunakan untuk mengatasi nyeri sakit
kepala (82,450%) dan menggunakan analgesik tunggal parasetamol (62,252%). Responden memiliki tingkat
pengetahuan terhadap swamedikasi penggunaan analgesik yang cukup (59,934 %), kurang (22,185%) dan baik
(17,881%) dengan perilaku yang positif (73,841%) dan negatif (26,159%). Kesimpulan: Mayoritas mahasiswa
kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura melakukan swamedikasi adalah perempuan dengan usia
rata-rata 19 tahun. Penggunaan analgesik yang paling banyak didapat yaitu tanpa resep dokter pada obat
parasetamol dalam mengobati nyeri sakit kepala. Tingkat pengetahuan responden terhadap penggunaan analgesik
dalam swamedikasi termasuk dalam kategori cukup dengan perilaku yang positif.
Kata kunci: analgesik, kuesioner, mahasiswa kesehatan, swamedikasi

Study of Knowledge and Behavior Level of Analgesic Use in Self-


Medication among Healthcare Students
Abstract

Background: Analgesic in self-medication is highly used in dealing with minor complaints (e.g pain) among the
community, including students. Normally, a linear correlation happens between knowledge to a person's behavior,
yet some of the healthcare students have a good self-medication behavior but less in their knowledge of self-
medication. This study aims to analyze the level of knowledge and behavior of analgesic use in self-medication
among healthcare students of Medical Faculty in Tanjungpura University. Method: This is an observational
descriptive study with a cross-sectional approach that involved 302 people who were included in inclusion and
exclusion criteria collected by quota sampling technique. The data were collected using a validated questionnaire.
Results: The results indicate the majority of respondents are female (79,801%), mostly in the age of 19 (36,755%),
using a single paracetamol (62,252%), acquired analgesics from pharmacies without a prescription (61,589%) to
treat headache (82,450%). Respondents knowledge about analgesic use in self-medication mostly are in moderate
level (59.934%), followed by less (22.185%), and good (17.881%) level with mostly positive (73.841%) followed
by the negative (26.159%) behavior. Conclusion: The majority of healthcare students in Faculty of Medicine in
Tanjungpura University that performed self-medication are women in the age of 19. The analgesics are obtained
without using prescription (mostly is paracetamol) in treating headache. Respondents are in the moderate level of
knowledge with a positive behavior in using analgesics in self-medication.

Keywords: analgesic, healthcare student, questionnaire, self-medication


Jurnal Cerebellum
p-ISSN: 2407-4055  e-ISSN:- x

Pendahuluan menunjukkan pengetahuan tentang obat yang kurang


khususnya tentang obat analgesik namun memiliki
Swamedikasi atau self-medication menurut World perilaku swamedikasi dengan menggunakan obat
Health Organization (WHO), merupakan pemilihan dan analgesik yang baik.(14)
penggunaan obat tanpa resep dokter oleh seorang Karaktersitik mahasiswa yang berbeda tiap individu
individu untuk mengatasi gangguan atau gejala yang memunculkan variasi tingkat pengetahuan dan perilaku
dialami.(1) Swamedikasi dipilih sebagai alternatif swamedikasi mereka. Sehingga perlu dilakukan studi
pengobatan dalam mengatasi keluhan ringan yang mengenai tingkat pengetahuan dan perilaku
sering dialami masyarakat seperti demam, sakit kepala, swamedikasi menggunakan analgesik terhadap
infeksi saluran pernafasan atas, nyeri badan, sakit perut, mahasiswa kesehatan Universitas Tanjungpura.
diare, dan lain-lain.(2) Persentase masyarakat Indonesia
yang melakukan swamedikasi meningkat dari tahun Metode
2017 hingga 2019.Swamedikasi di kalangan masyarakat
Indonesia khususnya daerah Kalimantan Barat terbukti Bahan
memiliki persentase yang lebih besar (78,98%) Literatur Terkait dan Lembar Pengumpulan Data
dibandingkan rata rata secara nasional (71,46%).(3)
Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh beberapa alasan Alat
yaitu pengalaman sembuh menggunakan obat tersebut Alat tulis, laptop, kuesioner google form, software
sebelumnya, persepsi bahwa penyakitnya ringan, cepat microsoft excel, software microsoft word, dan software
dan praktis serta murah.(4) Statistical Product and Service Solution (SPSS).
Salah satu keluhan yang umumnya diatasi
menggunakan swamedikasi yaitu nyeri. Pengobatan Metode penelitian
nyeri pada umumnya dilakukan dengan menggunakan Desain Penelitian
obat analgesik/ anti nyeri. Nyeri merupakan suatu gejala Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian
yang menunjukkan adanya gangguan-gangguan di analisis observasional yang bersifat deskriptif dengan
tubuh seperti peradangan, infeksi dan kejang otot.(5) rancangan potong lintang. Analisis yang digunakan dalam
Persentase penggunaan obat analgesik dalam penelitian ini adalah analisis univariat dengan tujuan untuk
swamedikasi nyeri mencapai 50%. Keluhan nyeri menjelaskan secara deskriptif karakteristik responden,
terbanyak yang ditemukan pada umumnya berupa sakit tingkat pengetahuan, dan perilaku swamedikasi
kepala, sakit gigi, nyeri sendi, nyeri otot, dismenorhea, penggunaan obat analgesik mahasiwa kesehatan.
serta nyeri luka dan telan.(6,7) Analgesik yang digunakan
oleh masyarakat kebanyakan berasal dari gologan Obat Populasi dan Sampel
Anti Inflamasi Non Steroid (OIANS). Namun sebagian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
besar dari masyarakat tidak mengetahui efek samping mahasiswa kesehatan yang terdiri dari jurusan (Program
obat tersebut yaitu gangguan pada pencernaan.(8) Studi) kedokteran, farmasi, dan keperawatan di Fakultas
Hal yang menjadi faktor utama masyarakat dalam Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak,
melakukan swamedikasi salah satunya adalah Kalimantan Barat. Teknik pengambilan sampel dilakukan
pengetahuan. Pengetahuan seseorang tidak hanya dengan teknik non random sampling (quota sampling).
dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungannya tetapi Perhitungan besaran sampel dihitung dengan
juga dapat dipengaruhi oleh adanya pendidikan yang menggunakan rumus yang digunakan untuk penelitian non
ditempuh. Pengetahuan masyarakat yang kurang random sampling (rumus slovin).(15)
memadahi berpotensi meningkatkan risiko terjadinya
insiden obat.(9) Disisi lain, pengalaman adanya efek
samping obat membuat masyarakat enggan melakukan =
1+ .
swamedikasi.(10) Pengetahuan yang memadahi Keterangan :
senantiasa akan mempengaruhi swamedikasi n= Jumlah sampel
masyarakat untuk berperilaku sehat, yang nantinya akan N= Jumlah populasi
berdampak pada keberhasilan terapi pengobatan.(11) e2= Presisi (ditetapkan tingkat kesalahan 5% dengan
Salah satu kelompok masyarakat yang sering tingkat kepercayaan 95%)
melakukan swamedikasi adalah mahasiswa.(6) Dalam
lingkup mahasiswa, terdapat penelitian yang Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa mahasiswa kesehatan memiliki mahasiswa Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
nilai yang lebih tinggi pada tingkat pengetahuan dan Tanjungpura yang terdiri dari mahasiswa program studi
perilakunya terhadap swamedikasi jika dibandingkan kedokteran, farmasi, dan keperawatan pada semester 1,
dengan mahasiswa non kesehatan. Hal ini dikarenakan III, dan V Tahun Akademik 2020/2021. Subyek penelitian
mereka memiliki pengetahuan dan kemawasan diri yang yang digunakan memiliki populasi total sebanyak 302
lebih tinggi tentang obat.(12,13) Pengetahuan mengenai orang dengan pembagian sesuai dengan perhitungan
obat yang baik diperlukan agar dapat menentukan minimal tiap semester yaitu 103 orang untuk mahasiswa
pengobatan untuk swamedikasi yang sesuai. Namun, Semester 1, 104 orang untuk mahasiswa semester 2 dan 95
pada kenyataannya ditemukan ketidaklinearan hasil orang untuk mahasiswa semester 5 yang memenuhi
penelitian dimana masih ada mahasiswa kesehatan yang kriteria inklusi dan ekslusi.
Jurnal Cerebellum
p-ISSN: 2407-4055  e-ISSN:- x

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa yang nilainya kurang dari r tabel.
kesehatan di Universitas Tanjungpura dari program studi
kedokteran, farmasi, dan keperawatan yang masih aktif Tabel 1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Tingkat Pengetahuan
(Semester 1, 3 dan 5) dan bersedia mengisi informed Nomor Nilai Keterangan
consent. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah (1) Pernyataan R hitung R Tabel
mahasiswa kesehatan dari prodi kedokteran,, farmasi, dan 1 0.446 0.294 Valid
keperawatan yang tidak menjawab kuesioner (google 2 0.349 0.294 Valid
form) dengan lengkap (terdapat soal yang terlewat atau 3 0.447 0.294 Valid
tidak terjawab), (2) mahasiswa kesehatan yang membeli 4 0.467 0.294 Valid
5 0.418 0.294 Valid
obat dengan resep dokter di apotek dan (3) mahasiswa
6 0.093 0.294 Tidak Valid
yang menggunakan obat keras dalam pelaksanaan 7 0.450 0.294 Valid
swamedikasinya. 8 0.371 0.294 Valid
9 0.483 0.294 Valid
Pengumpulan dan Analisis Data 10 -0.002 0.294 Tidak Valid
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan 11 0.3782 0.294 Valid
google form pada mahasiswa kesehatan di Fakultas 12 0.215 0.294 Tidak Valid
Kedokteran Universitas Tanjungpura dengan metode 13 0.378 0.294 Valid
pengambilan sampel secara quota sampling terhadap 14 0.401 0.294 Valid
15 0.057 0.294 Tidak Valid
mahasiswa semester 1, 3 dan 5 Tahun Akademik
16 0.320 0.294 Valid
2020/2021 yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eklusi. Validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan Tabel 2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Tingkat Perilaku
sebelum kuesioner dibagikan kepada responden. Pengujian Nomor Nilai Keterangan
dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Pernyataan R hitung R Tabel
Windows Versi 25.0 dengan menggunakan taraf 1 0.475 0.294 Valid
signifikansi 0,05 (=5%). Pengujian validitas dilakukan 2 0.472 0.294 Valid
dengan menggunakan uji Pearson Product Moment 3 0.514 0.294 Valid
dengan cara membandingkan nilai r hitung (pearson 4 0.407 0.294 Valid
correlation) tiap butir pernyataan dengan nilai yang ada 5 0.123 0.294 Tidak Valid
pada r tabel.(16) Pernyataan tersebut dikatakan valid apabila 6 0.405 0.294 Valid
nilai r hitung> r tabel.(17) Pengujian reliabilitas dilakukan 7 0.488 0.294 Valid
8 0.331 0.294 Valid
dengan menggunakan Reliability Analysis Statistic. Hasil
9 0.475 0.294 Valid
data yang telah diuji kemudian dianalisis nilai Cronbach 10 0.315 0.294 Valid
Alpha-nya (α). Kuesioner tersebut dikatakan reliabel 11 0.543 0.294 Valid
apabila nilai α ≥ 0,6. (16) 12 0.408 0.294 Valid
13 0.141 0.294 Tidak Valid
14 0.334 0.294 Valid
Hasil
Uji validitas Uji reliabilitas
Uji validititas kuesioner dilakukan sebanyak 3 kali Kuesioner pengetahuan dan kuesioner perilaku
dikarenakan pernyataan kuesioner pengetahuan dan (sebanyak masing-masing 12 butir pernyataan) yang telah
perilaku yang tidak dapat secara langsung menghasilkan valid kemudian dilakukan uji reliabilitas agar kuesioner
data yang valid pada satu kali pengujian. Uji validitas tersebut secara pasti dapat memberikan jawaban yang
pertama dilakukan terhadap mahasiswa Kesehatan konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura semester 7 dilakukan dengan menggunakan perangkat yang sama
(Angkatan 2017) dengan menggunakan 34 responden. dengan uji validitas, yaitu program SPSS for Windows
Sampel yang digunakan dalam validitas tahap kedua Versi 25.0 dan diuji menggunakan Reliability Analysis
adalah mahasiswa non kesehatan di lingkungan Statistic. Hasil data yang diuji kemudian dianalisis nilai
Universitas Tanjungpura sebanyak 32 responden. Sampel Cronbach Alpha-nya (α). Kuesioner tersebut dikatakan
yang digunakan dalam uji validitas tahap ketiga adalah reliabel apabila nilai α ≥ 0,6. (16). Tabel 3 menerangkan
mahasiswa non kesehatan di lingkungan Universitas bahwa nilai Cronbach’s Alpha kuesioner tingkat
Tanjungpura (selain mahasiswa pada validitas tahap pengetahuan dan perilaku dengan 12 butir pernyataan yang
kedua) sebanyak 45 responden. sudah valid menunjukkan nilai 0,604 dan 0,624 secara
Tabel 1 menunjukkan hasil uji validitas dari kuesioner berurut dimana nilainya lebih besar daripada 0,6.
tingkat pengetahuan. Hasil analisis validitas kuesioner Sehingga, kuesioner tingkat pengetahuan tersebut dapat
pengetahuan, menghasilkan 4 butir pernyataan yang tidak dikatakan reliabel/ andal. Kedua jenis kuesioner yang
valid yaitu pada nomor 6, 10, 12, dan 15. Tabel 2 telah terbukti reliabel tersebut kemudian digunakan untuk
menunjukkan hasil uji validitas dari kuesioner tingkat pengumpulan data responden. Pernyataan yang telah valid
perilaku. Tabel 2 menerangkan bahwa terdapat 2 butir dan reliabel tersebut kemudian digunakan sebagai
pernyataan yang tidak valid, yaitu pada pernyataan nomor komponen kuesioner dalam pengambilan data responden.
5 dan 13. Pernyataan-pernyataan menjadi tidak valid
karena memiliki nilai r pearson product moment (r hitung) Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Terhadap Kuesioner Tingkat
Pengetahuan
Jurnal Cerebellum
p-ISSN: 2407-4055  e-ISSN:- x

Cronbach’s N of item Keterangan dokter (61,589%) dalam mengatasi paling banyak yaitu
alfa (α) sakit kepala (82,450%).
Tingkat
pengetahuan 0,604 12 Reliabel Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden dalam Swamedikasi
Obat Analgesik (N=302)
Tingkat Tingkat Frekuensi Persentase
Perilaku 0,624 12 Reliabel
Pengetahuan (N) (%)
Kurang 67 22.185
Karakteristik responden Cukup 181 59,934
Baik 54 17,881
Tabel 4. Data Karakterstik (N=302)
Total 302 100
No Karateristik Jumlah (n) Persentase
(%)
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 302
1 Usia (tahun)
12 3,974
responden, 67 responden (22,185%) memiliki
a. 17
pengetahuan yang kurang, 181 responden (59,934%)
b. 18 81 26,821
memiliki pengetahuan yang cukup, dan 54 responden
c. 19 111 36,755
(17,881%) memiliki pengetahuan yang baik. Hasil
d. 20 87 28,808 penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
e. 21 10 3,311 yang merupakan Mahasiswa Kesehatan Fakultas
f. 22 1 0,331 Kedokteran UNTAN Tahun Akademik 2020/2021
2 Jenis Kelamin memiliki tingkat pengetahuan yang cukup akan
a. Laki-laki 61 20,199 swamedikasi penggunaan obat analgesik.
b. Perempuan 241 79,801
Tabel 6. Tingkat Perilaku Responden dalam Swamedikasi Obat
3 Semester
Analgesik (N=302)
a. Semester 1 103 34,106
Tingkat Frekuensi Persentase
b. Semester 3 104 34,437
perilaku (n) (%)
c. Semester 5 95 31,457
Negatif 79 26,159
4 Obat analgesik yang Positif 223 73,841
sering digunakan
a. Parasetamol 188 62,252 Total 302 100
b. Panadol® 43 14.238
c. Sanmol® 33 10.927 Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa dari 302
d. Tempra® 2 0.662 responden, 79 responden (26,159 %) memiliki perilaku
yang negatif, 273 responden (73,841 %) memiliki
Subtotal 267 88,441
e. Paramex® perilaku yang positif akan swamedikasi penggunaan obat
15 4.967
f. Mixagrip flu®
analgesik.
13 4.305
g. Bodrex® 5 1.656
h. Paratusin® 2 0,662
Pembahasan
i. Alpara® 1 0,331 Penelitian berjudul “Studi Tingkat Pengetahuan
5 Keluhan yang diatasi Terhadap Perilaku Swamedikasi Penggunaan Obat
dengan obat analgesik Analgesik Pada Mahasiswa Kesehatan” ini merupakan
a. Sakit kepala 249 82,450 jenis penelitian observasional dengan rancangan potong
b. Sakit gigi 29 9,603 lintang (cross sectional) yang bersifat deskriptif.
c. Nyeri haid 21 6,954 Penelitian yang bersifat observasional dilakukan dengan
d. Nyeri otot 3 0,993 mengambil data murni yang dihasilkan tanpa adanya
intervensi apapun terhadap variabel penelitian yang
6 Tempat memperoleh obat digambarkan secara deksriptif berdasarkan fenomena
analgesik paling sering
a. Apotek tanpa 186
yang ditemukan. Metode cross sectional digunakan dalam
61,589
resep dokter penelitian ini agar variabel bebas (tingkat pengetahuan)
b. Minimartket 21 6,954 dan variabel terikat (tingkat perilaku) dapat dinilai dalam
c. Supermarket 2 0,662 waktu yang bersamaan sehingga subyek penelitian hanya
d. Toko obat 49 16.225 diobservasi satu kali saja bersamaan dengan pengukuran
e. Warung 44 14.579 terhadap variabel dari subyek penelitian.(16)
Penelitian ini dilakukan pada subyek mahasiswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
responden berjenis kelamin perempuan (79,801%), semester 1, 3, dan 5 Tahun Akademik 2020/2021. Subyek
dengan usia 18-20 tahun dengan persentase terbanyak pada penelitian yang digunakan memiliki populasi total
usia 19 tahun. Analgesik dengan jenis parasetamol tunggal sebanyak 302 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan
digunakan oleh mayoritas responden (88,441%). ekslusi. Pengambilan data sampel dilakukan dengan
Analgesik yang digunakan berasal dari apotek tanpa resep menggunakan prinsip non random sampling (quota
Jurnal Cerebellum
p-ISSN: 2407-4055  e-ISSN:- x

sampling), yaitu dengan sampel penelitian yang tahun dengan mayoritas responden berusia 19 tahun
mempunyai karakteristik ditentukan jumlahnya hingga (36,755%). Hal ini sesuai sejalan dengan penelitian yang
mencapai jumlah sampel yang diinginkan. (18). dilakukan oleh Farizal(19) yang menyatakan bahwa
Penelitian ini dilakukan selama bulan November mayoritas responden yang melakukan swamedikasi
hingga Januari 2021. Penelitian dimulai dengan berada pada rentang usia 17-25 tahun (37%).(20)
menyebarkan kuesioner yang selanjutnya akan diuji 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
validitas dan reliabilitas pernyataannya. Sebanyak 350 Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 61 responden
responden mengisi kuesioner dan yang termasuk ke dalam berjenis kelamin laki-laki (20,199%) dan 241 dari 302
kriteria inklusi adalah sebanyak 302 responden. total responden berjenis kelamin perempuan (79,801%).
Pengobatan dalam swamedikasi dilakukan dengan Responden berjenis kelamin perempuan dihasilkan lebih
menggunakan pengobatan tanpa resep dokter dan banyak melakukan swamedikasi daripada yang berjenis
menggunakan obat keras, sehingga responden dengan kelamin laki-laki. Hasil yang ditemukan ini merupakan
kriteria tersebut diekslusikan (karena termasuk ke dalam hal yang normal dikarenakan mayoritas responden yang
kriteria ekslusi). Sebanyak total 48 responden diekslusikan mengisi kuesioner berjenis kelamin perempuan. Hasil
karena memperoleh obat-obatan dengan resep dokter (36 yang didapat juga sesuai dengan yang hasil penelitian
responden), dan menggunakan obat keras dalam yang dilakukan oleh Trilia (21) yang dimana responden
menangani rasa nyeri yang didapat (12 responden). dengan jenis kelamin perempuan (78%) lebih banyak
melakukan swamedikasi dibandingkan dengan yang
Uji validitas dan Reliabilitas Kuesioner bejenis kelamin laki-laki.(21) Klemenc(22) dalam
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai penelitiannya menemukan bahwa pelajar perempuan lebih
instrumen pengumpulan data. Kuesioner tersebut menjadi banyak melakukan swamedikasi jika dibandingkan
efisien apabila seseorang tahu dengan pasti variabel apa dengan laki-laki, dan menggunakan obat swamedikasi
yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari dengan lebih hati hati. Contohnya perempuan lebih sering
responden.(19) Uji validitas digunakan untuk mengukur meminta pendapat apoteker dalam praktek
kelayakan dari kuesioner tersebut dan reliabilitas swamedikasinya dan tentang efek samping obat. (22)
merupakan parameter penentu apakah suatu kuesioner 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Analgesik
dapat memberikan jawaban yang konsisten dari waktu ke Yang Digunakan
waktu atau tidak. Oleh karena itu, agar suatu kuesioner Berdasarkan jenis analgesik yang digunakan,
dapat digunakan sebagai instrumen untuk mendapatkan analgesik dengan zat aktif tunggal parasetamol digunakan
data valid dan reliabel tentang variabel yang diukur, maka oleh mayoritas responden, yaitu sebesar 88,411% dengan
kuesioner tersebut harus lolos uji validitas dan pembagian merek obatnya yaitu parasetamol generik
reliabilitasnya.(18) Analisis hasil uji dilakukan terhadap 3 (62,252%); Panadol® (14,238%), Sanmol® (10,927%);
tahap uji validitas. Pengujian tahap pertama dan kedua dan Tempra® (0,662%). Penggunaan obat merek lain juga
menghasilkan pernyataan yang tidak valid dan tidak dapat digunakan oleh sebagian responden seperti obat
mewakili setiap indikator yang ada. Sehingga, pernyataan Paramex® (4,967%), Mixagrip Flu® (4,305%), Bodrex®
yang tidak valid pada validitas pertama dan kedua (1,656%), Paratusin® (0,662%), dan Alpara® (0,331%).
kemudian diubah dan terdapat beberapa pernyataan yang Obat seperti Paramex®, Mixagrip Flu®, Bodrex®,
ditambahkan ke dalam beberapa indikator sebelum Paratusin®, dan Alpara® mengandung zat aktif
kemudian disebarkan kembali dan diuji pada uji validitas parasetamol yang memiliki khasiat sebagai analgetika
ketiga. dengan dosis 500 mg untuk setiap mereknya (kecuali
Hasil uji validitas tahap ketiga menunjukkan adanya Paramex®, yaitu 250 mg). Merek obat tersebut
pernyataan valid yang dapat mewakili setiap indikator, digolongkan ke dalam yang lainnya dikarenakan adanya
namun hasilnya tidak lolos pada uji reliabilitas. Dari total kandungan zat aktif parasetamol yang dikombinasikan
16 pernyataan (kuesioner tingkat pengetahuan) dan 14 dengan kandungan dengan khasiat lainnya seperti
pernyataan (kuesioner tingkat perilaku) yang valid dan antihistamin (chlorpheniramine maleate), dekongestan
tidak valid, kemudian diambil hanya pernyataan yang valid (phenylephinephrine), antitusif (noscapine), dan lain-lain.
yang berjumlah 12 pernyataan pada masing-masing Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
kuesionernya untuk diuji sekali lagi validitas dan Halim yang menyatakan bahwa jenis obat yang paling
reliabilitasnya. Hasilnya, 12 pernyataan dari tiap jenis sering digunakan dalam swamedikasi analgesik adalah
kuesioner tersebut, lolos untuk uji validitas dan parasetamol (31,56%) dikarenakan penggunaanya relatif
reliabilitasnya. Pernyataan dapat menjadi tidak valid aman untuk pasien dengan penyakit penyerta seperti
dikarenakan adanya ketidakpahaman responden terkait hipertensi, diabetes melitus dan lain-lain (7)
pernyataan yang diberikan. Pernyataaan yang terlalu 4. Karakteristik Repsonden Berdasarkan Keluhan
panjang dapat juga membuat responden menjadi kurang Paling Sering Yang Diatasi dengan Obat Analgesik
serius dan cenderung untuk mengisi kuesioner secara asal.
Responden melakukan swamedikasi dengan
menggunakan obat analgesik untuk mengobati rasa sakit
Data karakteristik kepala (82,450%), sakit gigi (9,603%), nyeri haid
1. Karakteristik responden berdasarkan usia. (6,954%), dan nyeri otot (0,993%). Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Halim(7) dimana
Berdasarkan usia, responden berasal dari usia 17-22
sakit kepala merupakan keluhan tersering (42,22%) yang
Jurnal Cerebellum
p-ISSN: 2407-4055  e-ISSN:- x

menjadi alasan dilakukannya swamedikasi dengan swamedikasi nyeri yang berada pada kategori cukup,
menggunakan analgesik.(7) Mekanisme nyeri pada sedangkan kategori kurang 30%, dan kategori baik
dasarnya diakibatkan adanya mediator nyeri berupa sebanyak 22%.(14,26)
histamin, bradikinnin, leukotrien dan prostaglandin. Pengetahuan mahasiswa kesehatan yang cukup diduga
Mediator nyeri tersebut merangsang reseptor nyeri dikarenakan kebanyakan responden yang berasal dari
(nosisepti) yang berada pada jaringan di seluruh tubuh semester 1 dan 3 belum mendapatkan ilmu swamedikasi
tak terkecuali sistem saraf pusat (SSP) sehingga yang mendalam pada mata kuliahnya di semester awal.
menimbulkan reaksi radang. Rangsangan tersebut Penelitian yang dilakukan oleh Patel e.al(27) terhadap
disalurkan ke otak melalui neuron dan sinaps yang kelompok mahasiswa kesehatan tahun pertama dan tahun
berada di sumsum tulang belakang, susum-lanjutan, dan kedua di salah satu universitas di Karamsad menemukan
otak tengah. Dari thalamus, impuls kemudian diteruskan bahwa kelompok mahasiswa tahun kedua memiliki
ke pusat nyeri di otak besar, sehingga impuls tersebut pengetahuan tentang swamedikasi yang benar secara
dirasakan sebagai nyeri. (23) signifikan lebih tinggi daripada kelompok mahasiwa
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat kesehatan tahun pertama. Pengetahuan yang semakin
Paling Sering Memperoleh Obat Analgesik tinggi turut mengundang keyakinan diri mahasiswa utnuk
Responden paling sering membeli obat analgesik di melakukan tindakan swamedikasi dengan lebih sering. Hal
apotek tanpa menggunakan resep dokter (61,5895%). Hal ini dikarenakan mereka telah memiliki pengetahuan
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh tentang obat dan penyakit yang turut diajarkan selama di
Suherman dan Febrina(24) yang menunjukkan mayoritas perkuliahan.(27)
respondennya memperoleh obat tanpa resep dokter di Tingkat pengetahuan responden dinilai berdasarkan
apotek karena mereka beranggapan bahwa obat yang respon terhadap pernyataan yang diberikan dari tiap
didapat dari apotek terjamin kualitasnya dan beragamnya indikator tingkat pengetahuan. Pemilihan indikator tingkat
jenis obat yang dapat diperoleh.(22) Apotek adalah sarana pengetahuan swamedikasi ini diadaptasi dari petunjuk
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik pelaksanaan swamedikasi yang aman dan pedoman
kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian sendiri penggunaan obat bebas dan bebas terbatas (5,28)
bertanggungajwab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi (salah satunya adalah obat) yang Tingkat Perilaku Responden dalam Swamedikasi Obat
bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Analgesik
Dalam penyelenggarannya, pelayanan kefarmasian di
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa dari 302
apotek harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat
responden, mayoritas responden memiliki perilaku yang
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman,
positif (73,841%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Pengadaan sediaan
mayoritas responden yang merupakan Mahasiswa
farmasi juga dilakukan melalui jalur resmi yang sesuai
Kesehatan Fakultas Kedokteran Tahun Angkatan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap apotek
2020/2021 Universitas Tanjungpura memiliki tingkat
juga memberikan jaminan kesesuaian sediaan farmasi
perilaku yang positif. Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dipesan baik dari segi jumlah, mutu, spesifikasi dan
yang dilakukan oleh Ananda (29) yang menunjukkan bahwa
harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi
dari 100 responden, terdapat 52% responden yang
fisik setiap proses penerimaan. Pengawasan yang ketat
berperilaku positif. (29)
oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan juga
dilakukan secara berkala terutama terkait pengawasan
sediaan farmasi dalam pengelolaan sediaan.(25) Sehingga, Kesimpulan
hal tersebut yang membuat responden memiliki rasa aman
dan nyaman pada saat membeli obat di apotek dan gemar Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
mengunjunginya. adalah mayoritas responden berjenis kelamin perempuan
dengan usia 18-20 tahun dengan persentase terbanyak pada
Tingkat Pengetahuan Responden dalam Swamedikasi usia 19 tahun. Analgesik dengan jenis parasetamol tunggal
Obat Analgesik digunakan oleh mayoritas responden. Analgesik yang
digunakan berasal dari apotek tanpa resep dokter dalam
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa dari 302
mengatasi paling banyak yaitu sakit kepala. Mahasiswa
responden, mayoritas responden yang merupakan
kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Mahasiswa Kesehatan Fakultas Kedokteran UNTAN
mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang cukup
Tahun Akademik 2020/2021 memiliki tingkat pengetahuan
(59,934 %), diikuti dengan kategori kurang (22,185%)
yang cukup (59,934%) akan swamedikasi penggunaan obat
serta baik (17,881%). Mahasiswa Kesehatan di Fakultas
analgesik. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan
Kedokteran Universitas Tanjungpura memiliki mayoritas
hasil yang diperoleh Kardewi(14) yang menggunakan
perilaku yang positif (73,841%), diikuti dengan perilaku
sampel penelitian mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
negatif ( 26,159%) mengenai swamedikasi penggunaan
Kesehatan Bina Husada, dimana hasil penelitiannya
obat analgesik.
menunjukkan bahwa terdapat 57,3% responden memiliki
pengetahuan yang kurang. Namun, hasil penelitian tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Persulesi,(26)
dimana mayoritas responden (48%) yang berasal dari
masyarakat umum memiliki pengetahuan tentang
Jurnal Cerebellum
p-ISSN: 2407-4055  e-ISSN:- x

Daftar Pustaka Manajemen, Teknik, Pendidikan, dan Eksperimen


[internet]. Yogyakarta: Deepublish; 2020: 75.
1. World Health Organization. The role of the [dicitasi 15 Oktober 2020]. Tersedia dari Google
pharmacist in self-care and self-medication contents. Books:
Netherlands:The Hague; 1998 https://books.google.co.id/books?id=W2vXDwAAQ
2. Pandya RN, Jhaveri KS, Vyas, FI. Patel, VJ. BAJ&pg=PA14&dq=metode+riset+penelitian+kuant
Prevalence, pattern and perceptins of self medication itatif+besaran+sampel&hl=id&sa=X&ved=2ahUKE
in medical student. International Journal of Basic & wjP68aItb7sAhXWTX0KHdfoCXQQ6AEwAHoEC
Clinial Pharmacology. 2013; 2(3): 276. AYQAg#v=onepage&q=cronbach&f=false
3. Badan Pusat Statistik. Profil Statistik Kesehatan 16. Syahdrajat T. Panduan Menulis Tugas Akhir
2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik ; 2019: 57 Kedokteran dan Kesehatan [internet] . Jakarta:
4. Widyawati, A. Swamedikasi di Kalangan Masyarakat Prenadamedia Group; 2015: 126. [dicitasi 10 Oktober
Perkotaan di Kota Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinik 2020]Tersedia dari Google Books:
Indonesia. 2013; 2(4): 150. https://books.google.co.id/books?id=shVNDwAAQ
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. BAJ&pg=PA126&dq=uji+reliabilitas+adalah+keseh
Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas atan&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjhrIrQ173sAhW
Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2007. Wc30KHcqaCnIQ6AEwBHoECAQQAg#v=onepag
6. Harahap,NA., Khairunnisa, dan Tanjuwijaya. Tingkat e&q=uji%20reliabilitas%20adalah%20kesehatan&f
Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di =false
Tiga Apotek Kota Panyabungan. Jurnal Sains 17. Sumantri, HA. Metodologi Penelitian Kesehatan
Farmasi dan Klinis. 2015; 3(2) : 186-192. [internet]. Jakarta: Kencana; 2011: 14-18. [dicitasi 10
7. Halim, SV., Prayitno, ADS., Wibowo, YI. Profil oktober 2929]. Tersedia dari Google Books:
Swamedikasi Analgesik di Masyarakat Surabaya, https://books.google.co.id/books?id=Cpo-
Jawa Timur. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. DwAAQBAJ&dq=etika+penelitian+kedokteran+kli
2018; 16(1): 86 nis+kuesioner&hl=id&ved=2ahUKEwjg8Oe5k8LsA
8. Pratiwi, PN., Pristiany L., Noorrizka GVA., Impian, hXLfH0KHRBdCJwQ6AEwAnoECAUQAg#v=one
AS. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku page&q=anonim&f=false
Swamedikasi Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid Oral 18. Herlina, V. Panduan Praktis Mengolah Data
Pada Etnis Thionghoa di Surabaya. Jurnal Farmasi Kuesioner Menggunakan SPSS [internet] Jakarta: PT.
Komunitas. 2014; 1(2): 36-40 Elex Media; 2019. [dicitasi 10 Oktober 2020].
9. World Health Organization (WHO). Safety Tersedia dari Google
Monitoring of Medical Products: Reporting System Books:https://books.google.co.id/books?id=WTOyD
for the General Public. Geneva: Word Health wAAQBAJ&pg=PA1&dq=kuesioner+adalah&hl=en
Organization; 2012 &sa=X&ved=2ahUKEwiUlYnJ5LjsAhUab30KHbX
10. Rikomah, SE. Farmasi Klinik [internet]. Yogyakarta: KBYEQ6AEwBHoECAYQAg#v=onepage&q=kues
Deepublish; 2018 [dicitasi 9 Oktober 2020]. Tersedia ioner%20adalah&f=false
dari Google Books: 19. Imbalo SP. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan:
https://books.google.co.id/books?id=l7J- Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan [internet].
DwAAQBAJ&pg=PA160&dq=swamedikasi+adalah Jakarta: EGC; 2006: 76. [dicitasi 5 oktober 2020]
&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjgtIvXs6TsAhU9Ibc Tersedia dari Google Books:
AHS0oD50Q6AEwAnoECAYQAg#v=onepage&q= https://books.google.co.id/books?id=bO00Wy--
swamedikasi%20adalah&f=false gOUC&pg=PA77&dq=kekurangan
11. Thadani, S., Salman, MT., Ahmad, A. Knowledge, +kuesioner&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiW16GFo
Atittude and Practice of Self Medication Among 7_sAhVTbSsKHYkiBugQ6AEwAXoECA1QAg#v=
Second Year Undergraduate Medical Students. J. onepage&q=kuesioner&f=false.
Rational Pharmacoether Res. 2013; 1(3): 132. 20. Farizal. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pasien
12. Handayani, DT., Sudarso, dan Kusuma M. Melakukan Swamedikasi Obat Maag Di Apotek
Swamedikasi pada Mahasiswa Kesehatan dan Non Bukit Tinggi. J Akad Farm Imam Bonjol Bukittinggi.
Kesehatan. Jurnal Manajemen dan Pelayanan 2015;63–8.
Farmasi. 2013; 3(3): 199-202. 21. Trilia, Majid, YA, Lestari W. Hubungan Pengetahuan
13. Mehta, SK., dan Sharma, S. Knowledge, Attitude and dan sikap dalam penggunaan obat analgetik bebas
Practice of Self-Medication among Medical Students. untuk pengobatan sendiri pada mahasiswa PSIK
IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR- Angkatan 2015 STIKes Muhammadiya Palembang.
JNHS). 2015; 4(1): 95. Masker Medika. 2017; 5(1): 304
14. Kardewi, E. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan 22. Klemenc-Ketiš Z, Hladnik Ž, Kersnik J. A cross
Perilaku Terhadap Self Medication Penggunaan Obat sectional study of sex differences in self-medication
Analgesik Bebas di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan practices among university students in Slovenia. Coll
Bina Husada. Sriwijaya Journal of Medicine. 2018; Antropol. 2011;35(2):329–34.
1(1): 20. 23. Tjay, TH., Rahardja K. Obat-Obat Penting: Khasiat,
15. Riyanto S, dan Hatmawan AA. Metode Riset Penggunaan, dan Efek Sampingnya [internet] .
Penelitian Kuantitatif Penelitian di Bidang Jakarta: PT. Elex Media Komputindo; 2007 [dicitasi
15 September 2020]: 312-314 Tersedia dari Google
Jurnal Cerebellum
p-ISSN: 2407-4055  e-ISSN:- x

books: pada
https://books.google.co.id/books?id=TN8QxBMHW
6IC&printsec=frontcover#v=onepage&q=nyeri&f=f
alse
24. Suherman H. Pengaruh Faktor Usia, Jenis Kelamin,
Dan Pengetahuan Terhadap Swamedikasi Obat. Viva
Med J Kesehatan, Kebidanan dan Keperawatan.
2019;10(2):94–108.
25. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek [Internet]. Vol. 9. Jakarta; 2016. 118–131
p. Available from:
https://www.infodesign.org.br/infodesign/article/vie
w/355%0Ahttp://www.abergo.org.br/revista/index.ph
p/ae/article/view/731%0Ahttp://ww.abergo.org.br/re
vista/index.php/ae/article/view/269%0Ahttp://www.a
bergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/106
26. Persulesi RB, Tukayo BLA, dan Soegiharti P. Tingkat
Pengetahuan dan Ketepatan Penggunaan Obat
Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri di Kelurahan
Hinekombe Distrik Sentani Kabupaten Jayapura
tahun 2018. Gema Kesehatan. 2018; 10(2): 63.
27. Patel P, Prajapati A, Ganguly B, Gajjar B. Study on
impact of pharmacology teaching on knowledge,
attitude and practice on self-medication among
medical students. Int J Med Sci Public Heal.
2013;2(2):181.
28. BPOM RI. Menuju Swamedikasi yang Aman. Jakarta:
Info Pom; 15(1): 5. dapat diakses di
https://studylibid.com/doc/1001131/topik-sajian-
utama--menuju-swamedikasi-yang-aman
29. Ananda DA, Pristianty L, dan Rachmawati H.
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Swamedikasi Obat Natirum Diklofenak di Apotek.
Pharmacy. 2013; 10(02): 144-145

Anda mungkin juga menyukai