Anda di halaman 1dari 7

KETEPATAN SWAMEDIKASI MAAG PADA PELAJAR SEKOLAH

MENENGAH ATAS NEGERI NON KESEHATAN DI KECAMATAN


PONTIANAK SELATAN PERIODE 2019
Febrina Lady
SMA Negeri Pontianak Selatan, Kalimantan Barat, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
Email: ladyfebrina1998@gmail.com

Abstrak

Maag merupakan salah satu dari banyak penyakit ringan yang bisa ditangani dengan swamedikasi. Swamedikasi atau
pengobatan sendiri adalah praktik umum yang sering dilakukan diseluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ketepatan swamedikasi maag pada pelajar sekolah menengah atas negeri non kesehatan di Kecamatan
Pontianak Selatan yang meliputi aspek 4T, yaitu tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat diagnosis. Penelitian
ini merupakan penelitian obsevasional dengan menggunakan metode potong lintang (cross sectional) yang bersifat
deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan melakukan wawancara kepada 320 responden siswa sekolah menengah atas negeri non kesehatan di
Kecamatan Pontianak Selatan. Obat yang paling banyak digunakan sebagai swamedikasi maag adalah golongan
antasida. Persentase hasil penelitian ketepatan swamedikasi maag pada siswa sekolah menengah atas non kesehatan
negeri di Kecamatan Pontianak Selatan adalah tepat obat 84,062%, tepat indikasi 84,062%, tepat dosis 94,062%, dan
tepat diagnosis 84,062%. Kesimpulannya adalah sebesar 78,44% responden yang melakukan swamedikasi maag tepat
berdasarkan 4T.

Kata Kunci: Ketepatan, Maag, Swamedikasi, 4T.

SELF-MEDICATION ACCURACY OF ULCER FOR NON-HEALTH


STUDENTS OF THE STATE SENIOR HIGH SCHOOL AT SUB DISTRICT
OF SOUTH PONTIANAK PERIOD 2019
Ulcer is one of the many minor ailments that can be treated self-medication. Self-medication is a common practice
throughout the world. This research aims to determine the Self-madication accuracy of ulcer related the 4T aspects,
such as the right medicine, indication, dose, and diagnosis, for non-health students of the state Senior High School at
sub district of South Pontianak. This research is an observational study with a cross sectional method and it is
descriptive. The sampling technique used purposive sampling method. Data collection was carried out by conducting
interview with 320 respondents of non-health students. The research result was found that, the drugs most widely used
as Self-medication of ulcer are antacids with the Percentage accuracy of ulcer, such as 84,062% for the right medicine,
84,062% for indication, 94,062% for dose, and 84,062% for Diagnosis. Form the research above, it is concluded that
based on the 4T aspects, 78,44% of respondents who get the self-medication of ulcer are the right way of the aspects.

Keywords: Accuracy, Ulcer, Self-medication, 4T.


Pendahuluan berkembang. Sekitar 50% anak di Finlandia
telah melakukan praktek swamedikasi dimana
Maag atau dispepsia merupakan salah satu 17% nya menggunakan OTC. Anak-anak dan
masalah kesehatan yang sering ditemui sehari- remaja adalah masa krusial karena kebanyakan
hari. Maag menggambarkan keluhan atau praktek swamedikasi biasanya dimulai pada
kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari masa remaja, yang merupakan masa belajar di
nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung, sekolah menengah.(7)
cepat kenyang, rasa penuh diperut, sendawa, Aktivitas belajar siswa menengah atas
regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di yang padat karena jam belajar yang dimulai
dada.(1) pukul 7.30-15.10 menyebabkan pelajar sering
Menurut data World Health mengeluh sakit pada bagian perut sesuai tanda-
Organization (WHO), terhadap beberapa tanda gejala penyakit maag seperti mual,
negara di dunia dimulai dengan negara yang muntah, kembung, cepat kenyang dan rasa
kejadian maag paling tinggi yaitu Amerika penuh. Berdasarkan latar belakang masalah di
dengan persentase 47%, India dengan atas, peneliti tertarik untuk mengetahui
persentase 43%, sedangkan di Indonesia ketepatan swamedikasi maag yang dilakukan
40,80%, dan dengan dibeberapa wilayah siswa menengah atas di Kecamatan Pontianak
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi Selatan yang ditinjau dari aspek , tepat obat,
274,398 kasus dari 238.452.952 jiwa tepat indikasi, tepat dosis, tepat diagnosis, tepat
penduduk.(2) Kejadian maag di Indonesia cukup penyakit, tepat cara dan lama pemberian, tepat
tinggi, dari penelitian yang dilakukan oleh interval waktu pemberian, tepat pasien, dan
Kementrian Kesehatan RI angka kejadian maag waspada efek samping agar terapi pengobatan
di beberapa kota, dimana Pontianak menempati yang dilakukan bisa tepat sehingga
urutan kedelapan dengan persentase 31,1%.(3) mendapatkan keberhasilan dalam pengobatan
Maag sendiri merupakan suatu penyakit yang dan mengurangi tingkat kekambuhan penyakit
dapat disembuhkan melalui pengobatan sendiri serta efek samping yang tidak diinginkan.
atau swamedikasi.
Pengobatan sendiri atau swamedikasi Metode Penelitian
didefinisikan sebagai usaha memperoleh dan
mengkonsumsi obat tanpa nasehat dari tenaga Penelitian ini telah lolos kaji etik nomor
kerja kesehatan professional, baik untuk 3959/UN22.9DL/2019 Fakultas Kedokteran
diagnosis, resep dan ataupun pengawasan Universitas Tnajungpura. Penelitian ini
kesehatan. Obat-obat untuk swamedikasi sering merupakan penelitian observasional dengan
disebut obat non resep atau Over The Counter rancangan penelitian cross sectional yang
(OTC) dan dapat dibeli tanpa resep dokter.(4) bersifat deksriptif. Pengambilan data dilakukan
Swamedikasi biasanya dilakukan untuk dengan teknik purposive sampling yaitu teknik
penanggulangan secara cepat dan efektif pengambilan sampel yang menetapkan ciri-ciri
keluhan-keluhan dan penyakit ringan seperti khusus yaitu memenuhi kriteria inklusi yang
demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit bertujuan menjawab permasalahan
maag, kecacingan, diare, penyakit kulit, dan penelitian.(8) Kriteria inklusi dalam penelitian
lain-lain.(5) Hasil Survey Sosial Ekonomi ini adalah Pelajar aktif (kelas X dan kelas XI),
Nasional (SUSENAS) tahun 2014 pelajar sekolah menengah atas yang pernah
menunjukkan bahwa persentase penduduk yang melakukan swamedikasi maag dengan usia 16-
melakukan swamedikasi akibat keluhan 18 tahun, bersedia untuk menjadi responden
kesehatan yang dialami sebesar 61,05%. Hal ini penelitian. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi di adalah Pelajar yang menggunakan obat
Indonesia masih cukup besar.(6) Prevalensi tradisional untuk mengobati maag, pelajar yang
secara internasional obat yang diresepkan untuk lupa nama obat yang pernah digunakan untuk
anak-anak dan remaja dilaporkan bervariasi mengatasi maag, pelajar yang menggunakan
dari 51% - 70%. Penggunaan OTC dalam obat maag dengan resep dokter. Jumlah
swamedikasi meningkat di negara maju dan populasi pada penelitian ini adalah 2.461
dengan jumlah responden dalam penelitian ini untuk menandatangani lembat informed
adalah 320 responden yang terdiri dari 4 consen. Adapun karakteristik responden
sekolah menegah atas negeri yang memenuhi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
kriteria inklusi dan eklusi.
Pengumpulan data dilakukan di Tabel 2. Karakteristik Responden Penelitian
Universitas Tanjungpura. Data berasal dari Karakteristik Siswa Sekolah
hasil wawancara siswa Sekolah Menengah Atas Responden Menengah Atas
Kecamatan Pontianak Selatan. Data yang Negeri Pontianak
diperoleh disalin pada lembar pengumpulan Selatan
data. Data yang dikumpulkan berupa data n=320 responden
karakteristik responden meliputi nama, jenis Jumla %
kelamin, kelas, asal sekolah, umur dan data h
hasil wawancara.
Jenis Laki-laki 123 38,437
Data hasil penelitian akan dianalisis secara
Kelami Perempua 197 %
analisis deskriptif yaitu dengan melihat data
hasil wawancara. Data yang diperoleh untuk n n 61,562
akan disajikan dalam bentuk uraian, tabel, dan %
grafik. Analisis data dilakukan secara deskriptif Usia 16 tahun 265 82,812
yaitu dimulai dengan analisis karaketristik 17 tahun 52 %
responden yang meliputi usia, jenis kelamin, 18 tahun 3 16,25%
dan kelas pada siswa. Selanjutnya analisis 0,937%
ketepatan swamedikasi maag yang meliputi Kelas X 0 0
tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan tepat XI 269 84,062
pasien. Kemudian data penelitian diolah secara XII 51 %
deskriptif, dengan menghitung presentase dari 15,937
setiap kelompok dan disajikan dalam bentuk %
uraian, tabel dan grafik menggunakan software
Microsoft Excel.
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒑𝒂𝒕 Tingginya persentase swamedikasi maag
= perempuan dibandingkan laki-laki disebabkan
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏
karena faktor hormonal perempuan lebih aktif
× 𝟏𝟎𝟎%
daripada laki-laki.(9) Hormon yang dapat
Hasil meningkatkan asam lambung yaitu hormone
gastrin yang bekerja pada kelenjar gastric yang
Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan menyebabkan aliran getah lambung yang
eklusi pada siswa sekolah menengah atas non sangat asam.(10)
kesehatan negeri di Kecamatan Pontianak Selain faktor hormonal, faktor lain
selatan yaitu 320 responden yang memenuhi yang menyebabkan tingginya persentase
kriteria inklusi dan eklusi yang terdiri dari 15 penderita maag pada perempuan adalah tingkat
siswa SMA Negeri 1, 82 siswa SMA Negeri 3, stress. Secara teori, perempuan lebih banyak
120 siswa SMA Negeri 10 dan 103 siswa SMA menggunakan perasaan dan emosi sehingga
Negeri 7 Pontianak Selatan. Jumlah responden rentan mengalami stress psikologis.(11,12) Stres
yang didapat sudah memenuhi dari besaran memiliki efek negatif melalui mekanisme
sampel yang telah dihitung sebelumnya. neuroendokrin terhadap saluran pencernaan
Responden yang telah memenuhi kriteria sehingga beresiko untuk mengalami gastritis.
inklusi dan eklusi akan diwawancara oleh Produksi asam lambung akan meningkat pada
peneliti dengan membacakan lembar keadaan stres, misalnya pada beban kerja berat,
persetujuan setelah penjelasan (PSP) penelitian panik tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang
terlebih dahulu kepada responden. Setelah meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung
responden menyetujui dan bersedia menjadi dan jika hal ini dibiarkan maka dapat
responden penelitian, maka responden diminta menyebabkan terjadinya peradangan mukosa
lambung atau gastritis.(13,14,15) Berdasarkan
hasil wawancara responden yang mengalami
maag selain melakukan terapi farmakologi Pembahasan
(mengkonsumsi obat maag) juga melakukan
terapi non farmakologi seperti makan, tidur, Ketepatan swamedikasi maag yang dilakukan
dan minum air hangat. pada siswa SMA Negeri Pontianak Selatan
Usia siswa dengan usia 16 tahun yaitu 84,062% tepat obat; 0,84,062% tepat
tergolong usia yang rentan mengalami maag indikasi; 94,062% tepat dosis; 84,06% tepat
karena pengaruh aktivitas yang padat seperti diagnosis. Jadi persentase ketepatan
kegiatan ektrakurikuler dan kegiatan sekolah swamedikasi maag pada siswa sekolah
hingga sore hari. Hal ini menyebabkan pola menengah atas negeri non kesehatan di
makan tidak teratur. Pola makan yang tidak kecamatan Pontianak Selatan adalah 74,88%.
teratur menyebabkan asam lambung meningkat Hasil persentase ketepatan swamedikasi maag
sehingga timbul nyeri epigastrium.(16) dapat dilihat pada Gambar 16.

Grafik Persentase Ketepatan Swamedikasi Maag


100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Ketepatan
Tepat Obat Tepat Indikasi Tepat Diagnosis Tepat Dosis Swamedikasi
Maag
Data 1 84.06% 84.06% 84.06% 94.06% 74.88%

Tepat Obat Tepat Indikasi Tepat Diagnosis Tepat Dosis Ketepatan Swamedikasi Maag

Gambar 16. Persentase Ketepatan Swamedikasi Maag

Obat golongan antasida yang paling sering umumnya untuk menetralisir asam lambung,
digunakan memiliki 2 efek samping bertolak tetapi ketika dikonsumsi secara berlebihan,
belekang, yakni dapat menyebabkan konstipasi magnesium hidroksida dapat meningkatkan
(sembelit/susah BAB) dan dapat menyebabkan gerakan usus serta melunakkan fases
diare. Penyebab antasida bisa menyebabkan sehinggan buang air besar jadi lancer hingaa
diare karena golongan antasida dengan isi menyebabkan diare. Sedangkan alumunium
didalamnya yang mengandung magnesium hidroksida dapat menurunkan pergerakkan
hidroksida dan alumunium hidroksida
usus sehinggan menyebabkan lamanya transit Pontianak Selatan, seharusnya dapat membuat
atau berpindahnya fases ke usus besar.(17,18,19) ketepatan dalam melakukan swamedikasi juga
Ketepatan dalam swamedikasi meningkat. Tetapi, masih banyak faktor yang
disebabkan oleh beberapa factor intenal membuat ketepatan swamedikasi maag sangat
maupun eksternal. Faktor internal disebabkan rendah, salah satunya tingkat pengetahuan
oleh kurangnya pengetahuan dan kurangnya siswa. Pada siswa sekolah menengah atas
kemauan untuk mencari informasi mengenai negeri non kesehatan di Pontianak sendiri,
swamedikasi yang dilakukan, seperti membaca yang banyak terkena maag dan pernah
brosur/etiket/kemasan obat. Faktor eksternal melakukan swamedikasi maag adalah siswa
disebabkan dari luar responden yang perempuan dengan persentase 61,562% dan
melakukan swamedikasi seperti kurangnya laki-laki 38,437%. Hal ini dapat disebebkan
penyampaian informasi melalui media dan karena tingganya hormone gastrin pada
tenaga kesehatan yang kurang memberikan perempuan, dimana hormone gastrin ini
informasi tentang swamedikasi.(20) Oleh berkerja dalam meningkatkan asam lambung.
karena itu, informasi obat yang jelas dan dapat Selain itu, faktor lain yang menyebabkan
dipercaya sangat diperlukan agar penentuan tingginya persentase penderita maag adalah
jenis dan jumlah obat diperlukan agar siswa perempuan adalah stress, pada keadaan
rasional.(21) stress asam lambung dapat meningkat.
Kesalahan penggunaan obat dalam Penderita maag terbanyak pada siswa
swamedikasi jika terjadi secara terus-menerus sekolah menengah atas negeri di Pontianak
dalam waktu yang lama, dikhawatirkan dapat Selatan adalah kelas XII yaitu usia 16 tahun.
menimbulkan resiko pada kesehatan.(22) Hal ini disebabkan karena pada usia 16 tahun,
Dampak negative dari penggunaan obat yang kegiatan ekstrakurikuler siswa mulai
tidak rasional sangat banyak dan bervariasi meningkat, sehingga penyebabkan pola makan
tergantung dari jenis ketidakrasionalan yang tidak teratur. Penderita maag sekolah
penggunanya. Dampak nyata yang akan menengah atas negeri di Pontianak Selatan
dirasakan oleh pasien adalah biaya pengobtan juga banyak yang menggunakan antasida.
bertambah karena kemungkinan timbulnya Antasida adalah golongan obat maag yang
efek samping dan efek lain dari tubuh.(21) dijual bebas dipasaran dengan berbagai
Informasi yang jelas dan terpercaya sediaan. Sehingga sangat mudah diperoleh
mengenai obat-obat yang digunakan perlu dipasaran dan sangat mudah untuk dibawa
diketahui agar swamedikasi yang dilakukan kemana-mana.
benar. Apabila swamedikasi tidak dilakukan
dengan benar, maka dapat beresiko munculnya Simpulan
keluhan lain yang tidak diharapkan karena
penggunaan obat yang tidak tepat. Siswa perempuan pada sekolah
Swamedikasi yang tidak tepat diantaranya menengah atas negeri di Pontianak Selatan
ditimbulkan oleh salah mengenali gejala nlebih banyak melakukan swamedikasi maag
penyakit yang muncul, sehingga menyebabkan dari pada siswa laki-laki dan usia yang paling
salah dalam memilih obat, kesalahan dalam banyak menggunakan obat maag adalah usia 16
cara peggunaan obat dan salah dalam tahun. Golongan obat yang banyak digunakan
menentukan dosis juga dapat beresiko bagi sebagai swamedikasi mag adalah golongan
tubuh. Selain itu, juga ada potensi resiko antasida.
melakukan swamedikasi misalnya efek Ketepatan swamediaksi maag pada
samping yang jarang muncul namun parah, siswa menengah atas negeri di Pontianak
interaksi obat yang berbahaya, dosis yang Selatan adalah 74,88% dengan tepat obat
tidak tepat dan pilihan terapi yang salah.(21) 84,062%; tepat indikasi 84,062%; tepat dosis
Ketepatan swamedikasi maag 94,062%; tepat diagnosis 84,062. Oleh karena
disekolah menengah negeri Pontianak selatan itu, Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut
sebesar 75,88%. Tingginya swamedikasi maag mengenai ketepatan swamedikasi maag pada
pada pelajar sekolah menengah atas negeri di
Sekolah Menengah Atas Negeri pada Medication: A population-based study
kecematan lain di Pontianak. in Finland. 2014 .
8. Susuila, Suyanto. Metodologi
Ucapan Terimakasih Penelitian Cross Sectional. Klaten:
Terimakasih kepada adik-adik dari Boss Script; 2018
SMA Negeri 1,3,7 dan 10 yang telah bersedai 9. Prio AZ. Pengaruh teknik relaksasi
menjadi Responden dalam penelitian ini. Serta progresif terhadap respon nyeri pada
terimakasih kepada Dosen yang telah lanjut usia dengan gastritis di wilayah
membimbing jalannya penelitian ini. kerja puskesmas pancoran mas Kota
Depok (Tesis). Jakarta: Universitas
Indonesia; 2009.
Daftar Pustaka
10. Hadi S. Gastroenterologi. Bandung:
PT.Alumni; 2002.
1. Dharmika D. Pendekatan klinis 11. Maulidiyah U. Hubungan antara stres
penyakit gastrointestinal. Dalam: Aru
dan kebiasaan makan dengan
WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus
terjadinya kekambuhan gastritis
SK, Siti S, editor. Buku ajar ilmu
(skripsi). Semarang: Universitas
penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Balai
Airlangga. 2006.
Penerbit FKUI; 2014.
2. Sengkey S. Hubungan pola makan
12. Mansjoer A. Kapita selekta
dengan keadaan gastritis di wilayah
kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta:
kerja puskesmas posumaen kecamatan
Fakultas Kedokteran Universitas
posumaen kabupaten minahasa
Indonesia; 2001.
tenggara. E-Juenal Sariputra. 2015;
2(3): 96.
3. Sulastri S. Gambaran pola makan
13. Noorhana SW. Faktor psikologik yang
mempengaruhi kondisi medis. Jakarta:
penderita gastritis di wilayah kerja
Badan Penerbit FKUI; 2010.
puskesmas Kampar kiri hulu
kecamatan Kampar kiri hulu 14. Pinel JPJ. Biopsikologi. Edisi ke-7.
kabupaten Kampar riau. Gizi Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009.
kesehatan reproduksi dan 15. Mayo Clinic. Stress symptomps:
epidemiologi. 2012; 1(2). effect on your body, feelings and
4. Irfadh M, et al. Self-Medication: a behavior. Mayo Found Med Educ Res
wareness and attitude among. 2017 (diunduh Agustus 2019).
Internatinonal journal of collaboration Tersedia dari:
research on internal medicine and www.mayoclinic.org/healthylifestyle/
public health. 2013; 5(6): 437. stress-management/in-
dept/stresssymptomps/
5. Notosiswoyo, Supriadi M. pengobatan
sendiri sakit kepala, demam batuk dan 16. Abay SM, Amelo W. Assessment of
pilek pada masyarakat di desa ciwilen self medication practices among
kecamatan warungkondang kabupaten medical, pharmacy and health
cianjur jawa barat. Jakarta: Badan sciences students in Gondar
Penelitian dan Pengembangan University Ethiopia. J Young Pharm.
Kesehatan DEPKES RI; 2005. 2010; 2:306–10.
6. Krtajaya H, et al. sel medication, who 17. DEPKES RI. Materi pelatihan
benefits and who is at loss. Indonesia: peningkatan pengetahuan dan
Mark Plus Insight; 2011: 3 keterampilan memilih obat bagi
tenaga kesehatan. Jakarta:
7. Siponen S, et al. Children’s health,
Departemen Kesehatan Republik
Self-Care and the use of Self-
Indonesia; 2008.
18. Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Topik sajian utama: menuju
swamedikasi yang aman [diakses 23
Juli 2019]. Tersedia dari
http://perpustakaan.pom.go.id/Koleks
iLainnya/Buletin%20Info%20
POM/01. pdf.
19. Azalita IA. Asupan Kalsium, Vitamin
C dan Kejadian Konstipasi Pada
Lansia Di Panti Werda Bakti Dharma
Surakarta. Naskah Publikasi.
Surakarta: Universitas Muhamadiyah.
20. Untari EK, Nurbaeti SN, Nansy E.
Kajian perilaku swamedikasi
penderita tukak peptik yang
mengunjungi apotek di kota
Pontianak. Jurnal Farmasi Klinik
Komunitas. 2013; 2(3):112-120.
21. Resnick, B. Constipation. In 20
Common Problems in Geriatric.
Singapore: McGraw-Hill Companies;
2001.
22. DEPKES RI. Pedoman penggunaan
obat bebas dan terbatas. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2006.

Anda mungkin juga menyukai