Anda di halaman 1dari 14

KETEPATAN SWAMEDIKASI BATUK PADA PELAJAR SEKOLAH

MENENGAH ATAS NON KESEHATAN DI KECAMATAN PONTIANAK


SELATAN PERIODE 2018/2019

JURNAL PUBLIKASI

OLEH :
TEMMY WURYANINGRUM SESARINI
NIM. I1021151018

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019

1
2
KETEPATAN SWAMEDIKASI BATUK PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH
ATAS NON KESEHATAN DI KECAMATAN PONTIANAK SELATAN PERIODE
2018/2019
Temmy Wuryaningrum Sesarini1, M. Akib Yuswar2, Ressi Susanti3
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak 78124
Email : zhoumihenrys@gmail.com
ABSTRAK
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah menyembuhkan sebuah penyakit
sendiri yang dilakukan di seluruh dunia, tetapi penggunaan obat yang tidak tepat menjadi
hal yang harus diperhatikan. Batuk merupakan salah satu penyakit ringan yang bisa diatasi
dengan swamedikasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui ketepatan swamedikasi batuk
pada pelajar sekolah menengah atas non kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan yang
meliputi tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat pasien. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan menggunakan rancangan penelitiannya adalah potong
lintang (cross sectional) yang bersifat deskriptif. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara kepada 344 responden. Obat yang paling banyak digunakan untuk swamedikasi
batuk adalah golongan ekspektoran. Persentase ketepatan swamedikasi batuk pada pelajar
sekolah menengah atas non kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan periode 2018/2019
adalah 86,5% tepat obat; 71,75% tepat indikasi; 83,25% tepat pasien; dan 33,25% tepat
dosis. Kesimpulannya adalah tidak semua responden yang melakukan swamedikasi batuk
tepat berdasarkan tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat pasien.
Kata kunci : Batuk, Ketepatan, Swamedikasi, Pelajar, SMA, Remaja

3
COUGH SELF-MEDICATION ACCURACY OF NON HEALTH SENIOR HIGH
SCHOOL STUDENTS IN SOUTH PONTIANAK SUB-DISTRICT 2018/2019

ABSTRACT
Self-medication is to cure their diseases, but the irrational use of the drugs is
a major cause of concern. Cough is one of the mild diseases that can be treated with self-
medication. The purpose of this research is to know the accuracy of self-medication of
cough at Non Health Senior High School’s students in South Pontianak sub-district based
on appropriate medicine, indications, dosage, and patient. The research is an observational
study used cross-sectional with descriptive design. Collecting data technique of this
research used purposive sampling method. Data collection is done through interviews to
344 respondents. The most widely used drugs for self-medication of cough are
expectorants. The percentage self-medication of cough accuracy in non-health senior high
school’s students is 86,5% appropriate medicine; 71,75% appropriate indication; 83,25%
appropriate patient; and 33,25% appropriate dosage. The conclusion is not all respondents
who did self-medication of cough accurate based on the drug, indication, dosage, and
patient.

Keywords : Cough, accuracy, self-medication, students, senior high school, teenager

4
PENDAHULUAN tahunnya. Di Indonesia, khususnya di
Kalimantan Barat, prevalensi penyakit yang
Dewasa ini, kesehatan merupakan
disebabkan oleh batuk sebesar 11,1% untuk
suatu hal pokok yang menjadi kebutuhan
penyakit ISPA dan 0,1% untuk Pneumonia.(7)
dalam kehidupan manusia. Semua kehidupan
Batuk sendiri dapat diobati secara
manusia membutuhkan kesehatan untuk
swamedikasi karena obat batuk merupakan
melaksanakan kegiatannya masing-
(1) salah satu obat OTC (Over the Counter).(8)
masing. Swamedikasi atau pengobatan
Swamedikasi yang dilakukan secara
sendiri adalah mengobati sendiri keluhan
tidak tepat disebabkan adanya kesalahan
pada diri sendiri dengan obat-obatan yang
dalam penggunaan obat dan kurangnya
sederhana yang dibeli bebas di apotek atas
kontrol pada pelaksanaannya.(9) Penelitian
inisiatif sendiri tanpa berkonsultasi dengan
yang dilakukan oleh Kurnia menunjukkan
dokter atau tenaga kesehatan terlebih
dari 165 responden dengan kisaran umur 18-
dahulu.(2) Swamedikasi biasanya dilakukan
60 tahun didapat rata-rata tingkat
untuk penanggulangan secara cepat dan
pengetahuan terhadap swamedikasi batuk
efektif keluhan-keluhan dan penyakit ringan
adalah 56,50 dengan ketepatan pemilihan
seperti demam, nyeri, pusing, batuk,
obat batuk pada swamedikasi yang rasional
influenza, sakit maag, kecacingan, diare,
yaitu 47,3% dan yang tidak rasional
penyakit kulit, dan lain-lain.(3) Hasil Survei
52,7%.(10) Menurut penelitian Amelasari dkk,
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada
kesalahan penggunaan obat dalam tindakan
tahun 2009 juga mencatat bahwa 66% orang
swamedikasi dapat memperparah pasien.(11)
sakit di Indonesia melakukan swamedikasi
Penggunaan obat secara tidak tepat dapat
untuk mengatasi penyakitnya.(4) Menurut
menyebabkan timbulnya reaksi obat yang
Siponen, sekitar 50% usia 14-17 tahun di
tidak diinginkan, memperparah penyakit
Finlandia telah melakukan praktek
hingga kematian serta memerlukan biaya
swamedikasi dimana 17% nya menggunakan
pengobatan yang sangat tinggi.(12)
OTC. Anak-anak dan remaja adalah masa
Aktivitas kegiatan belajar mengajar
krusial karena kebanyakan praktek
(KBM) di sekolah menengah atas
swamedikasi biasanya dimulai pada masa
menyebabkan para pelajar mudah terserang
remaja, yang merupakan masa belajar di
penyakit batuk, baik disebabkan oleh alergi
sekolah menengah.(5)
maupun infeksi dari mikroorganisme.
Batuk merupakan suatu gejala dari
Seringnya pelajar sekolah tidak
berbagai penyakit yang menyangkut saluran
memperhatikan apa yang memicu penyakit
nafas dan paru – paru yang masih menjadi
yang dialaminya.(13) Belum adanya penelitian
masalah kesehatan masyarakat hampir pada
terkait swamedikasi batuk, sehingga peneliti
semua negara di dunia, dengan prevalensi
ingin melakukan penelitian swamedikasi
yang cukup tinggi.(6) Menurut Riskesdas,
batuk di kalangan pelajar sekolah menengah
batuk merupakan gejala awal dari beberapa
atas negeri non kesehatan di kecamatan
penyakit pernafasan berbahaya, seperti
Pontianak Selatan yang ditinjau dari aspek
Pneumonia, ISPA, Asma, dan PPOK dimana
tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan
jumlah penderitanya meningkat setiap

5
tepat pasien agar terapi yang dilakukan bisa menggunakan obat tradisional untuk
sesuai dengan tepat sehingga mendapatkan mengobati batuknya, seperti jeruk nipis dan
keberhasilan dalam pengobatan dan kecap, madu dan jahe, serta hanya meminum
mengurangi tingkat kekambuhan penyakit ginseng; pelajar sekolah menengah atas non
serta efek samping yang tidak diinginkan. kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan
yang lupa nama obat yang pernah dikonsumsi
METODOLOGI PENELITIAN
untuk mengatas batuknya; pelajar sekolah
Penelitian ini merupakan penelitian menengah atas non kesehatan di Kecamatan
observasional dengan rancangan penelitian Pontianak Selatan yang menggunakan obat
cross sectional yang bersifat deksriptif. dengan resep dokter; dan pelajar sekolah
Pengumpulan data dilakukan dengan menengah atas non kesehatan kelas 12.
melakukan wawancara pada pelajar sekolah Perhitungan jumlah sampel
menengah atas non kesehatan di Kecamatan menggunakan rumus:
Pontianak Selatan yang pernah melakukan 𝑵
𝒏=
swamedikasi batuk. Aspek yang ditinjau 𝟏 + 𝑵(𝒅𝟐 )
dalam penelitian ini adalah ketepatan atau 𝟐𝟒𝟔𝟏
𝒏=
tidaknya swamedikasi batuk yang meliputi 𝟏 + 𝟐𝟒𝟔𝟏(𝟎. 𝟎𝟓𝟐 )
𝒏 = 𝟑𝟒𝟒, 𝟏𝟗
ketepatan obat, dosis, indikasi dan pasien.
𝒏 ≈ 𝟑𝟒𝟒 + 𝟏𝟎%
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-
𝒏 = 𝟑𝟕𝟖, 𝟒
Mei 2019 dengan populasi pelajar Sekolah
𝒏 ≈ 𝟑𝟖𝟎 + 𝟐𝟎 𝒅𝒂𝒕𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒌𝒖𝒏𝒈
Menengah Atas Non Kesehatan di 𝒏 ≈ 𝟒𝟎𝟎 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
Kecamatan Pontianak Selatan Periode Keterangan :
2018/2019 kelas 10 dan kelas 11. n = Besar Sampel
Pengambilan data dilakukan secara N = Jumlah populasi
purposive sampling, yaitu pengambilan data d = Tingkat Kepercayaan ketepatan
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. yang diinginkan (5% = 0,05)
Kriteria inklusi dalam penelitian ini Berdasarkan perhitungan diatas
adalah pelajar aktif sekolah menengah atas jumlah sampel minimal dalam penelitian ini
non kesehatan di Kecamatan Pontianak adalah 400 responden. Pengambilan sampel
Selatan tahun 2018/2019, yaitu kelas 10 dan dibagi kedalam 4 sekolah menengah atas non
11; pelajar sekolah menengah atas non kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan.
kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan Jadi, jumlah sampel minimal yang digunakan
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan; untuk satu sekolah adalah 100 responden.
pelajar sekolah menengah atas non kesehatan Analisis data dilakukan secara
di Kecamatan Pontianak Selatan yang pernah deskriptif yaitu dimulai dengan analisis
melakukan swamedikasi; dan bersedia karaketristik responden yang meliputi usia,
menjadi responden penelitian. Kriteria jenis kelamin, dan kelas/jurusan pada pelajar
eksklusi dalam penelitian ini adalah pelajar sekolah menengah atas non kesehatan di
sekolah menengah atas non kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan. Selanjutnya
Kecamatan Pontianak Selatan yang analisis ketepatan swamedikasi batuk yang

6
meliputi tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis Responden dipilih berdasarkan teknik
dan tepat pasien. Kemudian data penelitian purposive sampling yaitu teknik
diolah secara deskriptif, dengan menghitung pengambilan sampel yang memenuhi kriteria
presentase dari setiap kelompok dan inklusi dan eksklusi. Responden yang
disajikan dalam bentuk uraian, tabel dan memenuhi kriteria inklusi dan esklusi pada
grafik menggunakan software Microsoft pelajar sekolah menengah atas non kesehatan
Excel.(14) yaitu 502 pelajar. Responden yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan
1. % Tepat Obat (TO)
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏 𝒕𝒆𝒑𝒂𝒕 𝒐𝒃𝒂𝒕 diwawancarai oleh peneliti dengan
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎% membacakan lembar persetujuan setelah
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏
2. % Tepat Indikasi (TI) penjelasan (PSP) penelitian terlebih dahulu
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏 𝒕𝒆𝒑𝒂𝒕 𝒊𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒔𝒊 kepada responden. Setelah responden
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏 menyetujui dan bersedia menjadi responden
3. % Tepat pasien (TP) penelitian, maka responden diminta untuk
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏 𝒕𝒆𝒑𝒂𝒕 𝒑𝒂𝒔𝒊𝒆𝒏 menandatangani lembar informed consent.
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏 Langkah selanjutnya adalah mewawancarai
4. % Tepat Dosis (TD) responden dengan pedoman lembar panduan
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏 𝒕𝒆𝒑𝒂𝒕 𝒅𝒐𝒔𝒊𝒔
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎% wawancara untuk mengetahui ketepatan
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏
swamedikasi batuk. Pertanyaan yang ada
HASIL DAN PEMBAHASAN pada lembar panduan wawancara bersifat
Penelitian ini merupakan penelitian semiterbuka dan peneliti akan mengiring
dengan rancangan penelitian studi potong pasien untuk menjawab sesuai dengan pilihan
lintang (cross-sectional), yang bersifat yang ada.
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
Data Karakteristik Responden
dengan melakukan wawancara kepada
Tabel 1. Data Karakteristik Responden
pelajar sekolah menengah atas non kesehatan
Karakteristik Pelajar SMA Non
di Kecamatan Pontianak Selatan yang pernah
Responden Kesehatan di Kec.
melakukan swamedikasi batuk. Penelitian ini Pontianak Selatan
dilakukan untuk mengetahui ketepatan Jumlah %
swamedikasi batuk pada pelajar sekolah (n = 400)
menengah atas non kesehatan di Kecamatan Jenis Laki-laki 157 39,25
Pontianak Selatan yang meliputi tepat obat, Kelamin Perempua 243 60,75
tepat indikasi, tepat dosis dan tepat pasien. n
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah Usia 15 125 31,25
16 200 50
344 responden yang kemudian ditambahkan
17 62 15,5
10% dan 20 data pendukung adalah 400 data
18 7 1,75
dalam 4 sekolah yang terdiri dari 100 pelajar Jurusan IPA 217 54,25
untuk setiap sekolahnya yang memenuhi IPS 183 45,75
kriteria inklusi dan eksklusi. Responden di 4 sekolah menengah
atas non kesehatan terdiri dari pelajar laki-

7
laki yaitu 157 responden dan pelajar dibandingkan dengan dewasa usia 26-45
perempuan yaitu 243 responden. Hasil tahun, persentasenya sebesar 33,3% tidak
penelitian yang dilakukan di 4 sekolah baik dan 91,1% baik.(20)
menengah atas non kesehatan menunjukkan Kelas atau jurusan responden pada
hasil yang sama bahwa perempuan yang penelitian kali ini adalah kelas 10 (sepuluh)
pernah melakukan swamedikasi batuk dan 11 (sebelas), jurusan MIA atau IPA dan
persentasenya lebih tinggi daripada laki-laki, IIS atau IPS. Hasil penelitian ini
yaitu sebesar 39,25% untuk responden laki- menunjukkan persentase jurusan di keempat
laki dan 60,75% untuk responden perempuan. sekolah menengah atas non kesehatan di
Alasan tingginya persentase pada pelajar kecamatan Pontianak Selatan periode
perempuan karena pelajar perempuan lebih 2018/2019 yaitu 54,25% untuk jurusan MIA
aktif mencari info terkait obat yang akan atau IPA dan 45,75% untuk jurusan IIS atau
dikonsumsinya. Berdasarkan penelitian di IPS.
Italia oleh Calamusa, dkk. (2011), Ketepatan Swamedikasi Batuk
pengetahuan seseorang mengenai informasi Tepat Obat
yang terkait dengan obat OTC yaitu Tepat obat merupakan penggunaan
perempuan lebih memiliki pengetahuan obat yang memiliki efek sesuai dengan
tentang obat dibandingkan laki-laki ditambah spektrum penyakitnya.(22) Obat yang
lagi Perempuan cenderung lebih berhati-hati diperbolehkan dalam swamedikasi adalah
dalam melakukan pengobatan dibandingkan golongan obat bebas dan obat bebas terbatas.
laki-laki dan akan lebih memilih untuk Obat bebas dan obat bebas terbatas relatif
berkonsultasi terlebih dahulu ke tenaga aman digunakan untuk pengobatan sendiri.(23)
kesehatan terkait dengan obat yang akan Obat yang umumnya digunakan dalam
digunakannya.(18,19) swamedikasi batuk adalah golongan
Usia responden pada penelitian ini mukolitik dan ekspektoran.(24) Persentase
yaitu 15-18 tahun. Hasil pada penelitian ini tepat obat swamedikasi batuk pada pelajar
menunjukkan persentase usia pelajar pada sekolah menengah atas non kesehatan di
keempat sekolah menengah atas non Kecamatan Pontianak Selatan dapat dilihat
kesehatan di kecamatan Pontianak Selatan pada tabel 3.
periode 2018/2019 yaitu sebesar 31,25% Tabel 3. Ketepatan Obat Swamedikasi Batuk
untuk responden berusia 15 tahun; 50% untuk Pelajar SMA Non
responden berusia 16 tahun; 15,5% untuk Kesehatan di Kec.
responden berusia 17 tahun; dan 1,75% untuk Parameter Pontianak Selatan
responden berusia 18 tahun. Hasil penelitian Jumlah %
(n = 400)
Robiyanto (2018) menunjukkan remaja
Tepat 346 86,5%
dengan usia 12-25 tahun memiliki
Tidak Tepat 54 13,5%
pengetahuan terkait swamedikasi tidak baik
Ketepatan obat swamedikasi batuk
dibandingkan dengan usia dewasa. Hal ini
pada pelajar di 4 sekolah menengah atas non
ditunjukkan dengan hasil 66,7% tidak baik
dan 8,9% baik untuk usia 12-25 tahun. Jika

8
kesehatan di kecamatan Pontianak Selatan responden sudah memahami bagaimana cara
periode 2018/2019 yaitu 86,5% sudah tepat menyimpan obat yang baik dan benar. Alasan
obat dan 13,5% tidak tepat obat. Alasan responden sudah memahami penyimpanan
ketidaktepatan obat pada 54 respoden di 4 obat yaitu mereka terlebih dahulu membaca
sekolah menengah atas non kesehatan adalah aturan penyimpanan di brosur obat yang
menggunakan obat Paracetamol dan/atau mereka konsumsi untuk swamedikasi batuk,
antibiotik Amoxicillin. Hasil penelitian serta penjelasan dari apoteker atau tenaga
Lestari (2014) terkait penelitian ketepatan medis lainnya saat membeli obat tersebut.
swamedikasi menunjukkan hasil yang hampir Sumber informasi yang di dapat
serupa, yaitu sebesar 95,98% responden responden terkait tempat pembelian obat juga
sudah tepat obat dan 4,02% tidak tepat. mempengaruhi responden dalam mengambil
Alasan ketidaktepatan menurut Lestari keputusan untuk membeli sebuah obat untuk
(2014) yaitu responden menggunakan obat swamedikasi batuk. Persentase tempat
keras yang harus dibeli dengan resep dokter pembelian obat menurut responden pelajar di
untuk swamedikasi penyakitnya.(25) 4 sekolah menengah atas non kesehatan di
Pemilihan obat dalam swamedikasi kecamatan Pontianak Selatan ditunjukkan
juga harus memperhatikan tempat pada tabel 5.
penyimpanan suatu sediaan obat. Persentase Tabel 5. Tempat Pembelian Obat Menurut
tempat penyimpanan obat oleh responden Responden Pelajar Sekolah Menengah Atas Non
Kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan
pelajar sekolah menengah atas non kesehatan
di kecamatan Pontianak Selatan ditunjukkan Pelajar Sekolah
pada tabel 4. Menengah Atas
Tabel 4. Tempat Penyimpanan Obat Menurut Non Kesehatan
Responden Pelajar Sekolah Menengah Atas Non Tempat Pembelian Obat n= 400
Kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan responden
Pelajar Sekolah Jumla
%
Menengah Atas h
Tempat Menyimpan Apotek 243 60,75
Non Kesehatan
Obat Toko Obat Berizin 121 30,25
n= 400 responden
Jumlah % Supermarket 24 6
Lemari 196 49 Warung Kecil 7 1,75
Kotak Obat 183 45,75 Instalasi Farmasi Rumah 5 1,25
Meja Makan 17 4,25 Sakit
Kulkas 4 1 Responden yang menjawab tempat
Persentase tempat penyimpanan obat membeli obat untuk swamedikasi batuknya
menurut responden pelajar di 4 sekolah adalah di Apotek sebesar 60,75%; di toko
menengah atas non kesehatan di kecamatan obat berizin sebesar 30,25%; di supermarket
Pontianak Selatan adalah di lemari biasa 6%; di warung kecil sebesar 1,75%; dan yang
sebesar 49%; di kotak obat sebesar 45,75%; membeli lewat instalasi farmasi sebesar
di meja makan sebesar 4,25%; dan kulkas 1,25%. Artinya, pengetahuan responden
sebesar 1%. Artinya, sebagian besar terkait tempat pembelian obat sudah baik.

9
Responden mengatakan bahwa di apotek, Tabel 6. Golongan dan Merek Obat yang
seorang apoteker memberikan informasi digunakan Responden Pelajar Sekolah
terkait obat yang akan di konsumsinya, salah Menengah Atas Non Kesehatan di Kecamatan
Pontianak Selatan
satunya suhu penyimpanan obat. Responden
umumnya mengetahui obat yang akan Pelajar Sekolah
dikonsumsinya melalui iklan di televisi yang Menengah Atas Non
mereka lihat ataupun saran dari keluarga Gol. Merek Obat Kesehatan
n= 400 responden
maupun kerabat. Hal ini disebabkan karena
iklan di media massa berperan dalam Jumlah %
®
memberikan informasi tentang swamedikasi, Eksp OBH Combi Sirup 157 39,25%
informasi secara umum untuk pengobatan ekto Komix OBH Sirup® 70 17,5%
ran Vicks Formula 44 68 17%
sendiri dapat menolong pemakaian dalam
Expectorant Sirup®
memahami tentang aksi obat, mencegah dan Actifed Expectorant 9 2,25%
merawat risiko yang mungkin Sirup®
(24)
ditimbulkan. Decadryl Sirup® 3 0,75%
Ketepatan dalam memilih obat OBH Nelco Sirup® 1 0,25%
menurut Symptoms in the Pharmacy, obat Muk Epexol Tablet® 5 1,25%
bebas dan bebas terbatas standar oliti Bisolvon Sirup® 4 1%
k
swamedikasi yang digunakan adalah
Anti Siladex Sirup® 32 8%
ekspektoran dan supresan.(25) Persentase obat
tusif Konidin Tablet 23 5,75%
dan golongan obat yang digunakan pada Mixagrip Tablet® 6 1,25%
swamedikasi batuk pelajar sekolah menengah Vicks Formula 44 5 1,5%
atas non kesehatan dapat dilihat pada Tabel 6. Antitusif Sirup®
Actifed Suppresant 3 0,75%
Sirup®
Efek Woods Expectorant 7 1,75%
Gan Sirup®
da Siladex Mucolytic & 2 0,5%
Expectorant®
Paratusin Tablet® 2 0,5%
Decolsin Sirup® 1 0,25%
Dextral Sirup® 1 0,25%
Sanadryl Sirup® 1 0,25%
Hasil penelitian yang dilakukan pada
pelajar sekolah menengah atas non kesehatan
adalah sebesar 77% responden menggunakan
obat golongan ekspektoran; 2,25% responden
mengguakan obat golongan mukolitik;
17,25% responden menggunakan obat
golongan antitusif; dan 3,5% responden
menggunakan obat dengan golongan efek
ganda. Hasil ini sudah sesuai dengan

10
pernyataan Symptoms in Pharmacy. Obat ketidaktepatan indikasi juga dikarenakan
dengan golongan ekspektoran paling banyak responden yang menggunakan obat antitusif,
dipilih oleh responden pelajar di 4 sekolah dengan gejala batuk yang menimbulkan
menengah atas non kesehatan di kecamatan lendir. Responden yang mengkonsumsi obat
Pontianak Selatan sebagai obat untuk dengan efek ganda, sudah dikatakan tepat
menyembuhkan penyakit batuknya. obat dan tepat indikasi, karena jika ditinjau
dari mekanisme kerja kedua golongan obat
Tepat Indikasi
tersebut, responden pada mulanya merasakan
Tepat Indikasi merupakan
efek dari Guaifenesin yaitu merangsang
penggunaan obat yang sesuai dengan
responden batuk terus untuk mengeluarkan
ketepatan diagnosis dan keluhan pasien.
dahaknya, namun oleh Bromhexin
Tepat indikasi dalam swamedikasi suatu
rangsangan batuk tersebut dikurangi
penyakit adalah responden menggunakan
sehingga responden tidak terganggu oleh efek
obat yang sesuai dengan gejala yang
dari Guaifenesin tersebut.(23, 26, 27) Responden
dirasakan. Seseorang penderita suatu
pelajar di 4 sekolah menengah atas non
penyakit menggambarkan keluhan atau
kesehatan di kecamatan Pontianak Selatan
kumpulan gejala (sindrom) yang
(14) sebesar 71,75% sudah tepat indikasi.
dirasakan. Persentase tepat indikasi
Penelitian Suhartini (2013) menyatakan
swamedikasi batuk pada pelajar di 4 sekolah
responden yang tepat indikasi sebesar 100%
menengah atas non kesehatan di Kecamatan
karena responden telah mengetahui indikasi
Pontianak Selatan dapat dilihat pada Tabel 7
dari penyakit yang didertitanya.(28)
berikut.
Tepat Pasien
Tabel 7. Ketepatan Indikasi Swamedikasi Batuk
Tepat pasien adalah penggunaan obat
Pelajar SMA Non
Kesehatan di Kec.
yang tidak ada kontraindikasi dengan
Parameter Pontianak Selatan kondisinya dan riwayat penyakit lain. Tepat
Jumlah % pasien dalam swamedikasi yaitu responden
(n = 400) yang menggunakan obat yang tidak ada
Tepat 287 71,75% kontraindikasi dengan penderita suatu
Tidak Tepat 113 28,25%
penyakit dan riwayat penyakit lain yang
Ketepatan indikasi pelajar di 4 diderita.(14) Persentase tepat pasien
sekolah menengah atas non kesehatan yaitu swamedikasi pada pelajar di 4 sekolah
sebesar 71,75% tepat indikasi dan 28,25% menengah atas non kesehatan di Kecamatan
tidak tepat. Penyebab penyakit batuk yang Pontianak Selatan dapat dilihat pada tabel 8
umumnya dirasakan oleh responden yaitu berikut.
akibat terlalu banyak mengkonsumsi
gorengan dan minuman es. Ketidaktepatan
indikasi dikarenakan gejala yang dirasakan
responden tersebut, yaitu hanya merasa sakit
dibagian tenggorokan saja yang dapat diatasi
dengan meminum air hangat dan madu,
bukan dengan obat batuk; serta

11
Tabel 8. Ketepatan Pasien Swmaedikasi Batuk Tabel 9. Ketepatan Dosis Swamedikasi Batuk
Pelajar SMA Non Pelajar SMA Non
Kesehatan di Kec. Kesehatan di Kec.
Parameter Pontianak Selatan Parameter Pontianak Selatan
Jumlah % Jumlah %
(n = 400) (n = 400)
Tepat 133 33,5% Tepat 333 83,25%
Tidak Tepat 267 66,75% Tidak Tepat 67 16,75%
Responden pelajar di 4 sekolah Ketepatan dosis responden di 4
menengah atas non kesehatan di Kecamatan sekolah menengah atas non kesehatan di
Pontianak Selatan yang melakukan Kecamatan Pontianak Selatan yaitu sebesar
swamedikasi batuk terdapat 83,25% tepat 33,25% tepat dosis dan 66,75% tidak tepat
pasien dan 16,75% tidak tepat pasien. dosis. Alasan ketidaktepatan dosis pada
Penentuan responden yang menggunakan responden 4 sekolah menengah atas non
obat untuk mengatasi penyakit sebagai tepat kesehatan yaitu mengonsumsi 1 sendok
pasien dalam swamedikasi suatu penyakit makan (10-15 mL) obat sirup untuk sehari,
yaitu tidak adanya kontraindikasi dan riwayat dan mengonsumsi hanya 1x sehari.
penyakit lain pada responden yang dapat Umumnya responden merasakan efek
memperparah kondisi responden atau samping obat berupa mengantuk. Penelitian
menimbulkan efek samping ketika Kristina, dkk. (2007) menunjukkan
mengonsumsi obatnya. Hasil yang didapat responden dengan ketepatan dosis adalah
yaitu sebesar 83,25% responden sudah tepat 52,9%. Terjadinya ketidaktepatan dosis
pasien dan tidak merasakan adanya menurut Kristina, dkk. (2007) adalah banyak
kontraindikasi. Hasil yang didapat peneliti responden merasakan efek dari penggunaan
serupa dengan penelitian yang dilakukan obat-obatan OTC serta interaksi antara obat
Kristina, dkk. (2007), yaitu sebesar 89,7% OTC dengan obat lain.(29) Dosis, cara dan
tepat pasien dan responden tidak mengalami lama pemberian obat sangat berpengaruh
kontraindikasi setelah mengonsumsi obat.(29) terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis
Tepat Dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang
Tepat dosis adalah jumlah atau dengan rentang terapi yang sempit, akan
besarnya obat dengan kebutuhan individual sangat beresiko timbulnya efek samping.
telah sesuai dengan frekuensi dan aturan Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan
dosis obat yaitu tidak terlalu kecil dan tidak menjamin tercapainya tujuan terapi yang
terlalu besar. Tepat dosis dalam swamedikasi diharapkan.
suatu penyakit adalah responden KESIMPULAN DAN SARAN
menggunakan obat yang telah sesuai dengan Kesimpulan dari penelitian ini adalah
aturan dosis 1x pakai.(14) Persentase tepat obat yang paling banyak digunakan untuk
dosis swamedikasi batuk pada pelajar di 4 swamedikasi batuk pada pelajar sekolah
sekolah menengah atas non kesehatan di menengah atas non kesehatan di Kecamatan
Kecamatan Pontianak Selatan dapat dilihat Pontianak Selatan adalah golongan
pada tabel 9 berikut. ekspektoran dengan persentase 77%;

12
ketepatan swamedikasi batuk pada pelajar 6. Chung K F, Pavord ID. Prevalence,
sekolah menengah atas non kesehatan di Pathogenesis, and Causes of Chronic
Kecamatan Pontianak Selatan ditinjau dari Cough. Lancet 371 (9621); 2008.
aspek 4T yaitu tepat obat sebesar 86,5%; 7. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar
tepat indikasi sebesar 71,75%; tepat pasien tahun 2013. Jakarta : Kemenkes RI; 2013.
sebesar 83,25%; dan belum tepat dosis 8. Kemenkes RI. Profil Kesehatan
dengan persentase 33,25%; dan setiap aspek Indonesia tahun 2014. Jakarta :
pertanyaan wawancara sudah valid dan Kemenkes RI; 2015.
reliabel. Saran pada penelitian ini adalah 9. Sriana A, et al. Kembali Sehat dengan
perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut Obat. Jakarta: Pustaka Populer Obor;
mengenai ketepatan swamedikasi batuk pada 2004.
mahasiswa kesehatan dan non kesehatan; 10. Asmoro K. Hubungan Tingkat
serta ketepatan swamedikasi batuk pada Pengetahuan dengan Pemilihan Obat
masyarakat di wilayah Kota Pontianak pada Swamedikasi Batuk di Masyarakat
dengan aspek baru, yaitu 8T + 1W. Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta :
DAFTAR PUSTAKA Surakarta; 2014.
11. Amelasari O, Nurul H, Hurun A.
1. Widayati A. Swamedikasi di Kalangan
Pengetahuan Orang Tua tentang Infeksi
Masyarakat Perkotaan di Yogyakarta.
Kecacingan pada Anak Usia Sekolah
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Fakultas
Dasar. Jurnal Pendidikan Kesehatan.
Farmasi; 2012.
4(2): 91-98; 2015.
2. Tjai TH, Raharja K. Obat-obat sederhana
12. Katzung BG, Akporiaye ET, Aminoff
untuk gangguan sehari-hari. Jakarta:
MJ, Basbaum AL, Benowitz NL,
Gramedia; 2010.
Berkowitz BA. Basic and clinical:
3. Notosiswoyo, Supardi M. Pengobatan
Pharmacology. 10th edition. New York:
Sendiri Sakit Kepala, Demam, Batuk dan
The Mc Graw Hill; 2007.
Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen
13. Gunarsa, S.D. Psikologi Perkembangan
Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Anak dan Remaja. Edisi X. PT BPK
Cianjur Jawa Barat. Jakarta: Badan
Gunung Mulia: Jakarta; 2000.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
14. Ayu MV. Ketepatan Swamedikasi
Depkes RI; 2005.
Dispepsia pada Mahasiswa Kesehatan
4. Kartajaya H et al. Self-medication, Who
dan Non kesehatan di Universitas
Benefits and Who is at Loss. Indonesia:
Tanjungpura Maret – April 2017. Skripsi.
Mark Plus Insight; 2011: 3.
Pontianak : Universitas Tanjungpura;
5. Siponen S. Children’s Health, Self-care
2017.
and the Use of Self-medication.
15. Masri, Singarimbun., Sofian Efendi.
University of Eastern Finland :
Metode Penelitian Survey. Jakarta:
Dissertations in Health Sciences;2014.
LP3ES.

13
16. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu 25. Blenkinsopp A, Paxton P, Blenkinsopp J.
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rinneka Symptoms in the Pharmacy [diakses pada
Cipta; 2008. 26 Juni 2019]. Tersedia dari:
17. Hair et al. Multivariate Data Analysis, http://www.sad.org.rs/download/sympto
Seventh Edition. New Jersey: Pearson ms_in_the_pharmacy_1.pdf
Prentice Hall; 2010. 26. Ikawati Z. Farmakoterapi Penyakit
18. Hermawati D. Pengaruh Edukasi Sistem Pernapasan. Yogyakarta : Pustaka
Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Adipura; 2008.
Rasionalitas Penggunaan Obat 27. Kumar, Vinay, et al. Buku Ajar Patologi.
Swamedikasi Pengunjung Di Dua Apotek Jakarta : EGC; 2007
Kecamatan Cimanggis, Depok. Skripsi. 28. Suhartini LAL. Hubungan Tingkat
Jakarta: Universitas Indonesia; 2012. Pengetahuan dengan Ketepatan
19. Calamusa, dkk. Factors that influence Pemilihan Obat Influenza pada
Italian Consumers’ Understanding of Mahasiswa Farmasi. Skripsi. Surakarta :
over-the-counter Medicines and Riska Universitas Muhammadiyah; 2013.
Perception. Patient Education and 29. Kristina SA, et al. Perilaku Pengobatan
Counseling; 2011. Sendiri yang Rasional. Berita Kedokteran
20. Robiyanto, Rosmimi M, Untari EK. Masyarakat. Yogyakarta : Universitas
Analisis Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gadjah Mada. 23(4); 2007.
Masyarakat terhadap Tindakan
Swamedikasi Diare Akut di Kecamatan
Pontianak Timur. Edukasi: Jurnal
Pendidikan. Pontianak : Universitas
Tanjungpura; 2018.
21. Hidayati HD. Tingkat Pengetahuan Dan
Tindakan Swamedikasi Diare Pada
Pelajar SMAN 1 Karanganom Kabupaten
Klaten. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2012.
22. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi
kedokteran.11th ed. Jakarta: ECG; 2008.
23. Boediman, Wirjodiardjo. Anatomi
Sistem Respiratori dalam Buku Ajar
Respirologi Anak. Jakarta : Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2008.
24. Lestari YP. Swamedikasi Penyakit Maag
pada Mahasiswa Bidang Kesehatan di
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Skripsi. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah; 2014.

14

Anda mungkin juga menyukai