Mistisisme Nusantara
Animisme
dalam Lontar Aji Ghurnnita
I Putu Ariyasa Darmawan
STAHN Mpu Kuturan Singaraja
19
Animisme dalam Lontar Aji Ghurnnita
I Putu Ariyasa Darmawan
Terjemahannya : simbol aksara suci Sa, Ba, Ta, A, I, dan Na, Ma,
Dia yang bermukim di dalam semua Si, Wa, Ya, yang digabung menjadi Dasa Aksara
makhluk, tetapi tidak ada satu makhluk Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya. Peng-
pun yang mengetahui, semua makhluk gabungan pelog dan selendro disebutkan pada
adalah tubuhnya, yang mengendalikan lembar 3b sebagai berikut: Suara pelok jum-
semua makhluk dari dalam, dialah atman- lahnya lima, dan suara selendro jumlahnya lima,
mu, pengendali dari yang abadi (dalam dikumpulkan menjadi Dasa Suara, dang, ding,
Donder, 2006:207). deng, dung, dong, ndang, nding, ndeng, ndung,
ndong. Sastranya jika dikumpulkan menjadi
Sloka Brhad-Aranyaka Upanisad :III : 7.15 Dasa Aksara Sa, Ba, Ta, A, Ī, Nā, Ma, Śi, Wa, Ya.
memperkuat bahwa gamelan tidak hanya seba- Juga dijaga oleh angsanya, yang berwujud Pan-
gai sebuah benda seni, namun sebuah media ca Brahma dan Panca Aksara, Sang, Bang, Tang,
seni yang memiliki nilai kesucian dan kekuatan Ang, Īng, Panca Gni, Nang, Mang, Sing, Wang,
yang mampu menghubungkan manusia, per- Yang, Panca Tirttha.
sembahan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kelompok dewa yang disebutkan Lontar
Esa. Kekuatan dalam setiap bilah gamelan Aji Ghūrṇnita adalah Dewata Nawa Sanga
tertuang dalam Lontar Aji Ghūrṇnita lembar 1b- sebagai penguasa arah mata angin beserta
2a sebagai berikut: Inilah kebenaran dari pelok Sakti-Nya, Dewa Īswara, Brahmā, Mahādewa,
dan selendro, selendro dan pelok, menurut suara- Wiṣṇu, dan Śiwa, Dewi Mahādewī, Śaraśwati,
nya, rebab dan kecapi, sebagai munculnya ke- Gayatri, Śri Dewi, dan Uma Dewi. Selanjutnya
hidupan yang disebut pengedengin wsi, semua disebutkan ada Sang Sadyo Jata, Sang Bama
itu adalan gambelan dari tarian gambuh, yang Dewa, Sang Tat Purusa, Sang Aghora, dan Sang
menurut pelok Panca Swara adalah: dang (A) Isana, Sang Korsika, Sang Garggha, Sang Maitri,
Iswara, deng (E) Brahma, dong (O) Mahadewa, Sang Kurṣya, dan Sang Pṙětaňjala, serta Dewa
dung (U) Wisnu dan ding (I) Siwa. Kalau dise- Mahesora Rūdra, Śangkara, Śambhū, dan Bud-
suaikan dengan selendro Panca Swaranya juga dha. Dewa dan dewi yang disebutkan di atas
sama, yaitu: ndang (A) Mahadewi, ndeng (E) merupakan hubungannya dengan suara pelog
Saraswati, ndong (O) Gayatri, ndung (U) Sri dan selendro.
Dewi, nding (I) Uma Dewi. Uraian Lontar Aji Ghūrṇnita pada lembar
Uraian Lontar Aji Ghūrṇnita tersebut 1b sampai 2a di atas menunjukkan bahwa se-
menjelaskan makna dasar dari laras pelog dan tiap bilah gamelan dalam laras pelog maupun
selendro, bahwa laras pelog memiliki karakter selendro memiliki dewa dan dewi yang me-
purusa atau laki-laki, sedangkan laras selendro nguasai sesuai dengan pengideran Dewata Na-
memiliki karakter pradana atau perempuan. wa Sanga. Masing-masing suara gamelan me-
Bandem (2013:97-98) menyebutkan masing- nurut Lontar Aji Ghūrṇnita dapat dijabarkan
masing tangga nada ini memiliki sifat yang bahwa suara laras pelog Panca Swara dang be-
berbeda yaitu laras pelog bersifat khidmat dan rada di timur dengan dewanya Dewa Iswara,
laras slendro bersifat riang gembira. Watak suara deng berada di selatan dengan dewanya
nada-nada dalam laras pelog dan slendro sering Dewa Brahma, suara dong berada di barat de-
dikaitkan dengan watak para dewa penunggu- ngan dewanya Dewa Mahadewa, suara dung
nya. Wisnu memiliki sifat sejuk, mengalir se- berada di utara dengan dewanya Dewa Wisnu,
perti air. Iswara memiliki sifat dinamis seperti dan suara ding berada di tengah dengan de-
angin, berubah cepat dan kencang. Brahma me- wanya Dewa Siwa. Laras selendro Panca Swara
miliki sifat keras dan dinamis seperti api yang ndang berada di timur dengan dewinya Dewi
bisa membinasakan. Mahadewa memiliki sifat Mahadewi, suara ndeng berada di selatan de-
tenang dan agung, seperti pertiwi, pemberi ke- ngan dewinya Dewi Saraswati, suara ndong
suburan dalam kehidupan. Siwa memiliki sifat berada di barat dengan dewinya Dewi Gayatri,
keteguhan, menguasai, mengatasi, dan meng- suara suara ndung berada di utara dengan de-
atur segala yang ada seperti langit. winya Dewi Sri Dewi, dan suara nding berada di
Berdasarkan uraian tersebut, laras pelog tengah dengan dewinya Dewi Uma Dewi.
dimainkan di depan laras selendro, namun tetap Setiap suara yang timbul dari bilah game-
sesuai urutan suaranya, seperti urutan bilah lan, tidak hanya mencerminkan dewa dalam
gender pada gamelan, yaitu ding, dong, deng, pengideran Dewata Nawa Sanga, namun juga
dung, dang. Laras pelog dan selendro merupakan memiliki aksara suci sesuai dengan arahnya,
21
Animisme dalam Lontar Aji Ghurnnita
I Putu Ariyasa Darmawan
adanya Panca Brahma, Panca Bhuta, dan Panca merupakan wujud dari Panca Bhuta yang telah
Dewata seperti uraian Lontar Aji Ghūrṇnita disucikan, sementara Panca Brahma merupa-
pada lembar 2b sampai 3b sebagai berikut: Dan kan dewa dari Panca Aksara, dan dewa dari
tentang bunyi dang, sastranya ksang, penung- Panca Brahma dengan Panca Dewata adalah
gunya bernama Sang Sadyo Jata. Ding, ksing, sama, yaitu lima dewa dalam pengideran Dewa-
Sang Bama Dewa. Deng, ndeng, Sang Tat Purusa. ta Nawa Sanga yang menempati arah utara,
Dung, ksung, Sang Aghora. Dong, ksong, Sang timur, selatan, barat, dan tengah.
Isana. Dan adalagi suara ndang sastranya Lembar 3b dan 4a menyebutkan Panca
hrang, penunggunya Sang Korsika, nding, hring, Aksara, Panca Geni, dan Panca Tirttha. Bandem
Sang Garggha, ndeng, hreng, Sang Maitri, (2013:99) menyebutkan Panca Tirttha dan Panca
ndung, hrung, Sang Kurṣya, ndong, hrong, Sang Geni adalah dua kekuatan dalam kehidupan
Pṙětaňjala. Itulah suara pelok, Panca Dewatanya budaya Bali yang tak dapat dipisahkan satu sa-
Īswara, Brahmā, Mahādewa, Wiṣṇu, Śiwa. Suara ma lain sebagai simbol keharmonisan. Dengan
dang, ding, deng, dung, dong, sastranya Sa, Ba, melihat kedudukan para dewa dan atributnya
Ta, A, I. Juga suara selendro dewinya Mahādewī, dalam kosmologi gamelan Bali, jelas ini men-
Śaraśwati, Gayatri, Śri, Uma. Selanjutnya men- cerminkan bahwa gamelan Bali itu bersifat re-
jadi Mahesora, Rūdra, Śangkara, Śambhū, Bud- ligius berdasarkan prinsip yang dinamakan Si-
dha, sastranya Nā, Ma, Si, Wa /3b/ Ya. Suaranya wam (kesucian), Satyam (kebenaran) dan Sun-
ndang, nding, ndeng, ndung, ndong. daram (keindahan).
Ragam Istilah Hindu (Tim, 2006:51) men- Kekuatan atau dewa yang menguasai se-
jelaskan bahwa Panca Brahma merupakan lima tiap bilah gamelan berkaitan dengan konsep
huruf lambang dewa-dewa, yaitu: Sa, Sadyojata, Catur Loka Phala dan Dewata Nawa Sanga. Ra-
Dewa Içwara. Ba, Bamadewa, Dewa Brahma. Ta, gam Istilah Hindu (Tim, 2006:39) menyebutkan
Tatpurusa, Dewa Mahadewa. A, Aghora, Dewa Catur Loka Phala merupakan empat dewa pen-
Wisnu. I, Içana, Dewa Çiwa. Tim (2006:52-53), jaga atau penguasa atau pelindung alam atau
menyebutkan Panca Bhuta adalah lima macam dunia, yaitu: Indra, Yama, Baruna, dan Kuwera.
makhluk halus ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Dewa Catur Loka Phala menguasai empat ga-
yang bisa mengganggu ketentraman hidup ma- melan pokok yang dalam Lontar Aji Ghūrṇnita
nusia, tetapi jika mereka diberi korban, mereka disebut dengan Catur Muni-Muni, yaitu Smar
akan membantu serta melindungi kita. Kelima Pagulingan, Smar Patangyan, Smara Paling-
Bhuta itu adalah 1) Sang Kursika berwarna pu- gyan, dan Smar Pandiryan.
tih, kemudian menjadi Bhuta dengan berwujud Titib (2006:85) Di dalam Ṛgveda X. 36. 14
Yaksa bertempat di timur, 2) Sang Garga ber- disebutkan adanya dewa-dewa yang datang da-
warna merah, kemudian menjadi Bhuta Abang ri penjuru yang kemudian dalam perkembang-
berwujud Mong, bertempat di selatan, 3) Sang an berikutnya (pada zaman Purāṇa) dikenal
Metri berwujud kuning, menjadi Bhuta ber- dengan Dewa Aṣṭadikpālaka (penguasa atau
wujud ular, bertempat di barat, 4) Sang Kurusya pelindung 8 penjuru), dan di Bali (Indonesia) di-
berwarna hitam, menjadi Bhuta Hireng, ber- sebutkan Devata Nawa Saṅga (Śiva sebagai pe-
wujud buaya bertempat di utara, dan 5) Sang nguasa tengah), yaitu:
Pretenjala berwarna brumbun (Wiswa warna) 1). Utara : Kuwera
berwujud Bhuta disebut Durga Dewi, bertempat 2). Timur : Indra
di tengah bersama Betari Uma. Tim (2006:54) 3). Barat : Varuṇa
menyebutkan Panca Dewa merupakan lima De- 4). Selatan : Yama
wa, yaitu kelima Bhuta bila sudah mendapat 5). Timur Laut : Isana
pensucian, beliau berubah menjadi Dewa, se- 6). Tenggara : Agni
perti: Sang Kursika menjadi Dewa Iswara, Sang 7). Barat Daya : Surya
Garga menjadi Dewa Brahma, Sang Metri men- 8). Barat Laut : Vayu
jadi Dewa Mahadewa, Sang Kurusya menjadi
Dewa Wisnu, Sang Pretenjala menjadi Dewi Selain Catur Loka Phala dan Dewata Nawa
Uma dan Dewa Çiwa. Sanga, ada kekuatan yang juga disebutkan
Berdasarkan uraian tersebut, antara Pan- dalam Lontar Aji Ghūrṇnita sebagai tujuan pe-
ca Aksara, Panca Brahma, Panca Bhuta, dan mujaan saat upacara penyucian gamelan. Ke-
Panca Dewata memiliki hubungan yang saling kuatan yang disebutkan adalah Sang Hyang
terkait dan tidak bisa dipisahkan. Panca Dewata Agni, Surya, Candra, Lintang dan Sang Hyang
22
Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:
Mistisisme Nusantara
23
Animisme dalam Lontar Aji Ghurnnita
I Putu Ariyasa Darmawan
24