Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:

Mistisisme Nusantara

Animisme
dalam Lontar Aji Ghurnnita
I Putu Ariyasa Darmawan
STAHN Mpu Kuturan Singaraja

19
Animisme dalam Lontar Aji Ghurnnita
I Putu Ariyasa Darmawan

ABSTRAK dengan menelaah buku-buku, artikel imiah se-


Animisme merupakan sebuah doktrin jenis, dan referensi-referensi yang berkaitan
bahwa semua hal berjiwa atau setidaknya me- dengan rwa bhineda dan animisme. Telaah ter-
miliki prinsip vital yang dekat dengan prinsip hadap penelitian sejenis juga dilakukan untuk
kehidupan, atau keyakinan bahwa segala se- mendapat simpulan yang valid.
suatu hidup. Lontar Aji Ghūrṇnita sebagai sum-
ber ajaran seni karawitan di Bali mengandung C. PEMBAHASAN
dasar penggunaan gamelan dalam upacara dan Animisme merupakan suatu paham bah-
penyucian gamelan. Setiap bilah gamelan me- wa alam ini atau semua benda memiliki roh
miliki dewanya masing-masing sebagai kekuat- atau jiwa (Maulana dalam Donder, 2006:138).
an yang menghidupi suara gamelan agar tidak Bagus (2005: 50-51) menyebutkan beberapa de-
hanya sebagai suara gamelan biasa, hal ini finisi animisme, antara lain: 1) Doktrin bahwa
sebagai wujud implementasi animisme yang semua hal berjiwa atau setidaknya memiliki
mempercayai ada kekuatan dalam setiap benda. prinsip vital yang dekat dengan prinsip ke-
Kelompok dewa yang disebutkan adalah hidupan. Keyakinan bahwa segala sesuatu hi-
Dewata Nawa Sanga sebagai penguasa arah dup; 2) Keyakinan akan realitas jiwa yang ima-
mata angin beserta Sakti-Nya, Dewa Īswara, nen di dalam dan yang meliputi segala sesuatu:
Brahmā, Mahādewa, Wiṣṇu, dan Śiwa, Dewi manusia, hewan, batu karang, sungai, pohon,
Mahādewī, Śaraśwati, Gayatri, Śri Dewi, dan bumi, bulan, binatang, sebagai kekuatan pe-
Uma Dewi. Sang Sadyo Jata, Sang Bama Dewa, nuntun; dan 3) Keyakinan bahwa ada satu jiwa
Sang Tat Purusa, Sang Aghora, dan Sang Isana, yang tak kelihatan, yang tidak dapat diraba,
Sang Korsika, Sang Garggha, Sang Maitri, Sang yang tidak bersifat material, yang merupakan
Kurṣya, dan Sang Pṙětaňjala, serta Dewa Mahe- dasar pokok bagi kehidupan. Jiwa ini berbeda
sora Rūdra, Śangkara, Śambhū, dan Buddha, dari tubuh material yang dihuninya dan ber-
Panca Brahma, Panca Bhuta, Panca Dewata, tindak untuk menyebabkan tubuh berprilaku.
Panca Aksara, Panca Geni, Panca Tirttha, dan Pals (2012:43) menguraikan bahwa ani-
Catur Loka Phala. misme juga menjelaskan kenapa benda-benda
dan pernik-pernik yang disakralkan begitu
A. PENDAHULUAN penting bagi masyarakat primitif. Masyarakat
Segala sesuatu di dunia saling berkaitan ini bukanlah ‘penyembah berhala’, mereka ti-
dan saling melengkapi, ada kalanya tidak bisa dak menyembah tongkat atau bebatuan, tetapi
berfungsi jika salah satunya tidak ada, bahkan menyembah ‘anima’ yang ada di dalamnya, roh
terjadi ketidakseimbangan, seperti unsur posi- yang memberikan kekuatan dan kehidupan
tif dan negatif dalam ilmu listrik, siang malam, kayu tongkat atau substansi bebatuan tersebut.
laki-laki perempuan. Keseimbangan ini diper- Ungkapan tersebut mematahkan pandangan
lukan untuk menjaga keharmonisan dan ke- orang tentang agama Hindu yang keliru terkait
seimbangan alam. Istilah dua hal yang selalu pemujaan benda-benda sakral. Lebih lanjut, E.
berkaitan namun tidak bisa dipisahkan ini di- B. Tylor menyebutkan, ketika ada pertanyaan
sebut dengan rwa bhineda. Banyak sumber dan mengapa hampir dalam setiap kebudayaan de-
sastra yang menguraikan isi pokoknya dengan wa-dewa memiliki pribadi seperti layaknya ma-
konsep rwa bhineda, salah satunya adalah nusia? Jawabannya adalah karena mereka ada-
Lontar Aji Ghūrṇnita. lah roh-roh yang menjiwai manusia. Pernyata-
Lontar Aji Ghūrṇnita sering disebut se- an ini mempertegas sloka Brhad-Aranyaka
bagai sumber dari seni karawitan instrumental Upanisad: III: 7.15, bahwa ada kekuatan atman
di Bali, yang menjadi dasar dari belajar gamelan yang menjiwai semua makhluk termasuk men-
dan proses penyucian gamelan saat Tumpek jiwai setiap bilah gamelan, seperti berikut:
Kruut atau Sabtu Kliwon wuku Krulut. Lontar Yah sarvesu bhūtesu tisthan sarvebhyo
Aji Ghūrṇnita banyak memuat dewa dewi yang bhūtebyo’ntarah, yan sarvāni bhūtāni na
ada dalam setiap bilah gamelan atau saat pe- viduh, yasya sarvāni bhūtani sariram, yah
nyucian gamelan. sarvāni antaro yamayati, easa ta ātmānta-
ryāmy amrtah.
B. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam artikel ini
adalah studi kepustakaan. Artikel ini disusun
20
Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:
Mistisisme Nusantara

Terjemahannya : simbol aksara suci Sa, Ba, Ta, A, I, dan Na, Ma,
Dia yang bermukim di dalam semua Si, Wa, Ya, yang digabung menjadi Dasa Aksara
makhluk, tetapi tidak ada satu makhluk Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya. Peng-
pun yang mengetahui, semua makhluk gabungan pelog dan selendro disebutkan pada
adalah tubuhnya, yang mengendalikan lembar 3b sebagai berikut: Suara pelok jum-
semua makhluk dari dalam, dialah atman- lahnya lima, dan suara selendro jumlahnya lima,
mu, pengendali dari yang abadi (dalam dikumpulkan menjadi Dasa Suara, dang, ding,
Donder, 2006:207). deng, dung, dong, ndang, nding, ndeng, ndung,
ndong. Sastranya jika dikumpulkan menjadi
Sloka Brhad-Aranyaka Upanisad :III : 7.15 Dasa Aksara Sa, Ba, Ta, A, Ī, Nā, Ma, Śi, Wa, Ya.
memperkuat bahwa gamelan tidak hanya seba- Juga dijaga oleh angsanya, yang berwujud Pan-
gai sebuah benda seni, namun sebuah media ca Brahma dan Panca Aksara, Sang, Bang, Tang,
seni yang memiliki nilai kesucian dan kekuatan Ang, Īng, Panca Gni, Nang, Mang, Sing, Wang,
yang mampu menghubungkan manusia, per- Yang, Panca Tirttha.
sembahan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kelompok dewa yang disebutkan Lontar
Esa. Kekuatan dalam setiap bilah gamelan Aji Ghūrṇnita adalah Dewata Nawa Sanga
tertuang dalam Lontar Aji Ghūrṇnita lembar 1b- sebagai penguasa arah mata angin beserta
2a sebagai berikut: Inilah kebenaran dari pelok Sakti-Nya, Dewa Īswara, Brahmā, Mahādewa,
dan selendro, selendro dan pelok, menurut suara- Wiṣṇu, dan Śiwa, Dewi Mahādewī, Śaraśwati,
nya, rebab dan kecapi, sebagai munculnya ke- Gayatri, Śri Dewi, dan Uma Dewi. Selanjutnya
hidupan yang disebut pengedengin wsi, semua disebutkan ada Sang Sadyo Jata, Sang Bama
itu adalan gambelan dari tarian gambuh, yang Dewa, Sang Tat Purusa, Sang Aghora, dan Sang
menurut pelok Panca Swara adalah: dang (A) Isana, Sang Korsika, Sang Garggha, Sang Maitri,
Iswara, deng (E) Brahma, dong (O) Mahadewa, Sang Kurṣya, dan Sang Pṙětaňjala, serta Dewa
dung (U) Wisnu dan ding (I) Siwa. Kalau dise- Mahesora Rūdra, Śangkara, Śambhū, dan Bud-
suaikan dengan selendro Panca Swaranya juga dha. Dewa dan dewi yang disebutkan di atas
sama, yaitu: ndang (A) Mahadewi, ndeng (E) merupakan hubungannya dengan suara pelog
Saraswati, ndong (O) Gayatri, ndung (U) Sri dan selendro.
Dewi, nding (I) Uma Dewi. Uraian Lontar Aji Ghūrṇnita pada lembar
Uraian Lontar Aji Ghūrṇnita tersebut 1b sampai 2a di atas menunjukkan bahwa se-
menjelaskan makna dasar dari laras pelog dan tiap bilah gamelan dalam laras pelog maupun
selendro, bahwa laras pelog memiliki karakter selendro memiliki dewa dan dewi yang me-
purusa atau laki-laki, sedangkan laras selendro nguasai sesuai dengan pengideran Dewata Na-
memiliki karakter pradana atau perempuan. wa Sanga. Masing-masing suara gamelan me-
Bandem (2013:97-98) menyebutkan masing- nurut Lontar Aji Ghūrṇnita dapat dijabarkan
masing tangga nada ini memiliki sifat yang bahwa suara laras pelog Panca Swara dang be-
berbeda yaitu laras pelog bersifat khidmat dan rada di timur dengan dewanya Dewa Iswara,
laras slendro bersifat riang gembira. Watak suara deng berada di selatan dengan dewanya
nada-nada dalam laras pelog dan slendro sering Dewa Brahma, suara dong berada di barat de-
dikaitkan dengan watak para dewa penunggu- ngan dewanya Dewa Mahadewa, suara dung
nya. Wisnu memiliki sifat sejuk, mengalir se- berada di utara dengan dewanya Dewa Wisnu,
perti air. Iswara memiliki sifat dinamis seperti dan suara ding berada di tengah dengan de-
angin, berubah cepat dan kencang. Brahma me- wanya Dewa Siwa. Laras selendro Panca Swara
miliki sifat keras dan dinamis seperti api yang ndang berada di timur dengan dewinya Dewi
bisa membinasakan. Mahadewa memiliki sifat Mahadewi, suara ndeng berada di selatan de-
tenang dan agung, seperti pertiwi, pemberi ke- ngan dewinya Dewi Saraswati, suara ndong
suburan dalam kehidupan. Siwa memiliki sifat berada di barat dengan dewinya Dewi Gayatri,
keteguhan, menguasai, mengatasi, dan meng- suara suara ndung berada di utara dengan de-
atur segala yang ada seperti langit. winya Dewi Sri Dewi, dan suara nding berada di
Berdasarkan uraian tersebut, laras pelog tengah dengan dewinya Dewi Uma Dewi.
dimainkan di depan laras selendro, namun tetap Setiap suara yang timbul dari bilah game-
sesuai urutan suaranya, seperti urutan bilah lan, tidak hanya mencerminkan dewa dalam
gender pada gamelan, yaitu ding, dong, deng, pengideran Dewata Nawa Sanga, namun juga
dung, dang. Laras pelog dan selendro merupakan memiliki aksara suci sesuai dengan arahnya,
21
Animisme dalam Lontar Aji Ghurnnita
I Putu Ariyasa Darmawan

adanya Panca Brahma, Panca Bhuta, dan Panca merupakan wujud dari Panca Bhuta yang telah
Dewata seperti uraian Lontar Aji Ghūrṇnita disucikan, sementara Panca Brahma merupa-
pada lembar 2b sampai 3b sebagai berikut: Dan kan dewa dari Panca Aksara, dan dewa dari
tentang bunyi dang, sastranya ksang, penung- Panca Brahma dengan Panca Dewata adalah
gunya bernama Sang Sadyo Jata. Ding, ksing, sama, yaitu lima dewa dalam pengideran Dewa-
Sang Bama Dewa. Deng, ndeng, Sang Tat Purusa. ta Nawa Sanga yang menempati arah utara,
Dung, ksung, Sang Aghora. Dong, ksong, Sang timur, selatan, barat, dan tengah.
Isana. Dan adalagi suara ndang sastranya Lembar 3b dan 4a menyebutkan Panca
hrang, penunggunya Sang Korsika, nding, hring, Aksara, Panca Geni, dan Panca Tirttha. Bandem
Sang Garggha, ndeng, hreng, Sang Maitri, (2013:99) menyebutkan Panca Tirttha dan Panca
ndung, hrung, Sang Kurṣya, ndong, hrong, Sang Geni adalah dua kekuatan dalam kehidupan
Pṙětaňjala. Itulah suara pelok, Panca Dewatanya budaya Bali yang tak dapat dipisahkan satu sa-
Īswara, Brahmā, Mahādewa, Wiṣṇu, Śiwa. Suara ma lain sebagai simbol keharmonisan. Dengan
dang, ding, deng, dung, dong, sastranya Sa, Ba, melihat kedudukan para dewa dan atributnya
Ta, A, I. Juga suara selendro dewinya Mahādewī, dalam kosmologi gamelan Bali, jelas ini men-
Śaraśwati, Gayatri, Śri, Uma. Selanjutnya men- cerminkan bahwa gamelan Bali itu bersifat re-
jadi Mahesora, Rūdra, Śangkara, Śambhū, Bud- ligius berdasarkan prinsip yang dinamakan Si-
dha, sastranya Nā, Ma, Si, Wa /3b/ Ya. Suaranya wam (kesucian), Satyam (kebenaran) dan Sun-
ndang, nding, ndeng, ndung, ndong. daram (keindahan).
Ragam Istilah Hindu (Tim, 2006:51) men- Kekuatan atau dewa yang menguasai se-
jelaskan bahwa Panca Brahma merupakan lima tiap bilah gamelan berkaitan dengan konsep
huruf lambang dewa-dewa, yaitu: Sa, Sadyojata, Catur Loka Phala dan Dewata Nawa Sanga. Ra-
Dewa Içwara. Ba, Bamadewa, Dewa Brahma. Ta, gam Istilah Hindu (Tim, 2006:39) menyebutkan
Tatpurusa, Dewa Mahadewa. A, Aghora, Dewa Catur Loka Phala merupakan empat dewa pen-
Wisnu. I, Içana, Dewa Çiwa. Tim (2006:52-53), jaga atau penguasa atau pelindung alam atau
menyebutkan Panca Bhuta adalah lima macam dunia, yaitu: Indra, Yama, Baruna, dan Kuwera.
makhluk halus ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Dewa Catur Loka Phala menguasai empat ga-
yang bisa mengganggu ketentraman hidup ma- melan pokok yang dalam Lontar Aji Ghūrṇnita
nusia, tetapi jika mereka diberi korban, mereka disebut dengan Catur Muni-Muni, yaitu Smar
akan membantu serta melindungi kita. Kelima Pagulingan, Smar Patangyan, Smara Paling-
Bhuta itu adalah 1) Sang Kursika berwarna pu- gyan, dan Smar Pandiryan.
tih, kemudian menjadi Bhuta dengan berwujud Titib (2006:85) Di dalam Ṛgveda X. 36. 14
Yaksa bertempat di timur, 2) Sang Garga ber- disebutkan adanya dewa-dewa yang datang da-
warna merah, kemudian menjadi Bhuta Abang ri penjuru yang kemudian dalam perkembang-
berwujud Mong, bertempat di selatan, 3) Sang an berikutnya (pada zaman Purāṇa) dikenal
Metri berwujud kuning, menjadi Bhuta ber- dengan Dewa Aṣṭadikpālaka (penguasa atau
wujud ular, bertempat di barat, 4) Sang Kurusya pelindung 8 penjuru), dan di Bali (Indonesia) di-
berwarna hitam, menjadi Bhuta Hireng, ber- sebutkan Devata Nawa Saṅga (Śiva sebagai pe-
wujud buaya bertempat di utara, dan 5) Sang nguasa tengah), yaitu:
Pretenjala berwarna brumbun (Wiswa warna) 1). Utara : Kuwera
berwujud Bhuta disebut Durga Dewi, bertempat 2). Timur : Indra
di tengah bersama Betari Uma. Tim (2006:54) 3). Barat : Varuṇa
menyebutkan Panca Dewa merupakan lima De- 4). Selatan : Yama
wa, yaitu kelima Bhuta bila sudah mendapat 5). Timur Laut : Isana
pensucian, beliau berubah menjadi Dewa, se- 6). Tenggara : Agni
perti: Sang Kursika menjadi Dewa Iswara, Sang 7). Barat Daya : Surya
Garga menjadi Dewa Brahma, Sang Metri men- 8). Barat Laut : Vayu
jadi Dewa Mahadewa, Sang Kurusya menjadi
Dewa Wisnu, Sang Pretenjala menjadi Dewi Selain Catur Loka Phala dan Dewata Nawa
Uma dan Dewa Çiwa. Sanga, ada kekuatan yang juga disebutkan
Berdasarkan uraian tersebut, antara Pan- dalam Lontar Aji Ghūrṇnita sebagai tujuan pe-
ca Aksara, Panca Brahma, Panca Bhuta, dan mujaan saat upacara penyucian gamelan. Ke-
Panca Dewata memiliki hubungan yang saling kuatan yang disebutkan adalah Sang Hyang
terkait dan tidak bisa dipisahkan. Panca Dewata Agni, Surya, Candra, Lintang dan Sang Hyang
22
Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:
Mistisisme Nusantara

Akāṣa sebagai tujuan persembahyangan saat DAFTAR PUSTAKA


Tumpek Krulut. Bandem, I Made. 2013. Gamelan Bali Di Atas
Panggung Sejarah. Denpasar : BP Stikom.
D. PENUTUP Donder, I Ketut. 2006. Brahmavidya : Teologi
Lontar Aji Ghūrṇnita sebgai sumber ajar- Kasih Semesta Kritik Terhadap
an seni karawitan di Bali mengandung dasar Epistemologi Teologi, Klaim Kebenaran,
penggunaan gamelan dalam upacara dan pe- Program Misi, Komparasi Teologi, Dan
nyucian gamelan. Setiap bilah gamelan memili- Konversi. Surabaya : paramita.
ki dewanya masing-masing sebagai kekuatan Pals, Daniel L. 2012. Seven Theories Of Religion.
yang menghidupi suara gamelan agar tidak ha- (Inyiak Ridwan Musir dan M. Syukri,
nya sebagai suara gamelan biasa, hal ini sebagai Pentj). Jakarta : IRCiSoD.
wujud implementasi animisme yang memper- Tim Bali Aga. 2006. Ragam Istilah Hindu.
cayai ada kekuatan dalam setiap benda. Denpasar : Bali Aga.
Kelompok dewa yang disebutkan adalah Titib, I Made. 2006. Veda Sabda Suci Pedoman
Dewata Nawa Sanga sebagai penguasa arah ma- Praktis Kehidupan. Surabaya : Paramita
ta angin beserta Sakti-Nya, Dewa Īswara, Brah-
mā, Mahādewa, Wiṣṇu, dan Śiwa, Dewi Mahāde-
wī, Śaraśwati, Gayatri, Śri Dewi, dan Uma Dewi.
Selanjutnya disebutkan ada Sang Sadyo Jata,
Sang Bama Dewa, Sang Tat Purusa, Sang Agho-
ra, dan Sang Isana, Sang Korsika, Sang Garggha,
Sang Maitri, Sang Kurṣya, dan Sang Pṙětaňjala,
serta Dewa Mahesora Rūdra, Śangkara, Śambhū,
dan Buddha, Panca Brahma, Panca Bhuta, Panca
Dewata, Panca Aksara, Panca Geni, Panca Tirt-
tha, dan Catur Loka Phala.
Panca Dewata merupakan wujud dari
Panca Bhuta yang telah disucikan, sementara
Panca Brahma merupakan dewa dari Panca Ak-
sara, dan dewa dari Panca Brahma dengan Pan-
ca Dewata adalah sama, yaitu lima dewa dalam
pengideran Dewata Nawa Sanga yang menem-
pati arah utara, timur, selatan, barat, dan te-
ngah.
Catur Loka Phala merupakan empat dewa
penjaga atau penguasa atau pelindung alam
atau dunia, yaitu: Indra, Yama, Baruna, dan Ku-
wera. Dewa Catur Loka Phala menguasai empat
gamelan pokok yang dalam Lontar Aji Ghūrṇ-
nita disebut dengan Catur Muni-Muni, yaitu
Smar Pagulingan, Smar Patangyan, Smara Pa-
linggyan, dan Smar Pandiryan.

23
Animisme dalam Lontar Aji Ghurnnita
I Putu Ariyasa Darmawan

24

Anda mungkin juga menyukai