Anda di halaman 1dari 20

TRI PURUSA

A. Ajaran Tri Purusha

Perenungan.
“Hrëdistam sarwwa bhutanam, pasyate
jala cakra wat, anadi madhyani dhanam,
siwanggadhya namo mrëtam. Lwir Bhatãra
Úiwa, sira humunggu ring hati ning
sarwwa mãwak, tarpãdi, tar pamadhya, tar
pãnta, langgëng hana nira, kadi jala cakra
rüpanira, sira ta katon de Sang Yogiúwara.
Terjemahan:
‘Keadaan Sang Hyang Úiwa bersemayam
di hati semua makhluk, tanpa awal, tanpa
pertengahan, dan tanpa akhir. Keberadaan
Beliau kekal, berwujud seperti pusaran
air. Demikian Beliau tampak oleh Sang
Yogiúwara, (Buana Kosa 1.4).
Kata Tri Purusha (bahasa Sanskerta) terdiri dari kata “tri’ berarti tiga, dan
“Purusha” berarti Jiwa Agung, Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, Tuhan sebagai Tri Purusha, Brahman. Tri Purusha adalah jiwa agung
tiga alam semesta yakni Bhur Loka (alam bawah), Bhuwah Loka (alam tengah)
dan Swah Loka (alam atas). Tuhan sebagai penguasa alam bawah disebut Úiwa
atau Iswara. Sebagai jiwa alam tengah, Tuhan disebut Sadha Úiwa dan sebagai
jiwa agung alam atas, Tuhan disebut Parama Siwa atau Parameswara.
Pura Besakih merupakan sumber kesucian, tempat pemujaan Tri Purusha. Pura
Besakih banyak mengandung filosofi. Menurut Piagam Besakih, Pura Agung
Besakih adalah Sari Padma Bhuwana atau pusatnya dunia yang dilambangkan
berbentuk bunga padma. Oleh karena itu, Pura Agung Besakih dijadikan
sebagai pusat untuk menyucikan dunia dengan segala isinya. Pura Besakih juga
pusat kegiatan upacara agama bagi umat Hindu. Di Pura Agung Besakih
setiap sepuluh tahun sekali dilangsungkan upacara Panca Bali Krama dansetiap
seratus tahun diselenggarakan upacara Eka Dasa Rudra. Pura AgungBesakih
secara spiritual adalah sumber kesucian dan sumber kerahayuan bagi
umat Hindu.
B. Bagian-Bagian Tri Purusha
Perenungan.
“Tad eva-agnis tad àdityas
tad vàyus tad u candramàh,
tad eva úukram tad brahma
tà àpah sa prapàtih.
Terjemahan:
‘Tuhan Yang Maha Esa yang maha agung memiliki
berbagai nama, Dia dinamakan Agni (Api), Aditya
(Matahari), Vayu (udara), Candramas (Bulan),Sukra
(Cahaya), Brahman (Makhluk teragung), Apah (yang
meliputi semuanya, air), Prajapati (Deva para makhluk)
(Yajurveda XXXII.1).
Umat Hindu mempunyai keyakinan atau kepercayaan
terhadap kekuatan Hyang Widhi. Agama Hindu mempunyai
keyakinan atau kepercayaan akan adanya Hyang Widhi
(Tuhan Yang Mahaesa) yang memiliki kemahakuasaan di luar
batas kemampuan kita. Keyakinan dan kepercayaan itu dalam
ajaran agama Hindu disebut dengan Úraddhà. Dengan
Úraddha orang akan mencapai Tuhan. Banyak fakta yang
menyebabkan timbulnya keyakinan di dalam diri manusia
terhadap adanya Tuhan. Bagi kebanyakan orang keyakinan
itu timbul berdasarkan agama yaitu berdasarkan cerita-cerita
atau ucapanucapan Dari Orang Úuci Yang dapat dipercaya
Seperti Para Mahàrûi (Agamapramana). Ada Juga Orang Yang
Percaya Akan Adanya Tuhan Berdasarkan Suatu Perhitungan
Yang logis (Anumana pramana). Sertaada juga orang
meyakini Adanya Tuhan berdasarkan pengalaman langsung
(Praktyaksa pramana).
Beliaulah yang Maha Pencipta yang merupakan asal
mula dari yang ada, tanpa permulaan, tanpa tengah,
dan tanpa akhir (tan paadi, tan pamadhya, tan
paanta) Demikian pula di dunia ini ada tata tertib
sehingga nampak adanya suatu rencana yang
berdasarkan pemikiran dan tujuan tertentu. Seperti
misalnya mengenai siklus kehidupan semua makhluk
di dunia ini. Peredaran bumi, bulan, planet, bintang
yang tidak terhitung banyaknya sebagai isi cakrawala
ini namun satu dengan yang lainnya tidak saling
bertubrukan dan betapa luasnya ruang angkasa ini.
Dari hal tersebut akan timbul kekaguman dalam hati
kita mengenang kebenaran dan keanehan di alam ini
yang seolah-olah ada kekuatan yang Maha bijaksana
dan cerdas yang menciptakan dan mengatur alam ini
Apakah kiranya yang mengatur alam semesta ini.
Apakah kiranya kekuatan-kekuatan itu? Ada yang
menyebutkan hukum alam, namun ada juga yang
menyebutkan hukum kebijaksanaan Tuhan. Dengan
menyimpulkan berdasarkan gejala-gejala yang terjadi
dari keanehan alam ini manusia dapat percaya dengan
adanya Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa, Tri Puruûa,
Brahman terdiri dari:
1. Parama Úiwa
Tuhan sebagai jiwa agung alam atas, disebut Parama Úiwa
atau Parameswara.
2. SadàÚiwa
Tuhan sebagai jiwa alam tengah, disebut Sadha Úiwa.
3. Úiwàtma
Tuhan sebagai penguasa alam bawah disebut Siwa atau
Iswara.
C. Tri Puruûa Sebagai Manifestasi Sang Hyang Widhi

Perenungan.
‘Brahma devàn anu kûiyati
brahma daivajanir viúah,
brahmedam anyat-akúatram
brahma sat kûatram ucyate.
Terjemahan:
‘Tuhan Yang Maha Esa bersemayam dan berwujud sebagai
para Deva. Tuhan Yang Maha Esa, bersemayam pada media-
media yang suci, Tuhan Yang Maha Esa adalah abadi (tak
terhancurkan) dan Dia adalah pelindung yang
agung’(Atharvaveda X.2.23)
Tri Purusha adalah jiwa agung tiga alam semesta yakni Bhur Loka (alam bawah),
Bhuwah Loka (alam tengah) dan Swah Loka (alam atas). Tri Purusha terdiri dari;
1. Parama Úiwa: Parama Úiwa artinya Tuhan dalam keadaan belum beraktivitas.
Tuhan dapat digambarkan seperti kilat atau petir. Kilat atau petir itu adalah listrik
yang ada di alam dan hanya terlihat pada musim hujan. Listrik ada tetapi belum
aktif. Seperti itulah penggambaran Tuhan dalam keadaan Parama Úiwa.

2. Sadha Úiwa: Sadha Úiwa berarti keadaan Tuhan sudah aktif dan berfungsi
menciptakan alam. Penggambaran Tuhan ( Brahman) sebagai Sadha Úiwa dalam
keadaan aktif sudah mulai berfungsi, sudah menunjukkan ke-Mahakuasaan-Nya
yang diwujudkan dalam wujud Deva. Tuhan dalam wujud Sadha Úiwa juga
memiliki kekuasaan dapat kecil sekecil-kecilnya, besar sebesar-besarnya, bersifat
Maha Tahu, Maha Karya, ada di manamana dan kekal abadi. Karena Tuhan
memiliki ke-Maha Kuasaan, maka Tuhan diberi gelar atau sebutan bermacam-
macam sesuai ke-Maha Kuasaan-Nya, seperti:
a.Brahma,
b. Wisnu,
c.Rudra,
d. MahaDeva,
e. Sang Hyang Widhi,
f. Sang Hyang Sangkan Paran, dan lain-lain.
3 Siwa: Siwa sebagai bagian ketiga dari Tri Purusha
adalah keadaan Tuhan sebagai Siwatma yaitu dapat
menyatu dan menjiwai tubuh makhluk. Penggambaran
Tuhan dalam wujud Siwa digambarkan seperti sebuah
bola lampu. Di mana bola lampu akan menyala bila
sudah dialiri oleh listrik. Listrik yang mengalir akan
menyesuaikan dengan bentuk sebuah lampu. Kalau
dalam makhluk hidup, bila Tuhan dalam Úiwatma
akan menyatu dengan ciptaan-Nya menjadi tubuh
makhluk yang disebut Atma. Atmalah yang menjiwai
manusia, hewan dan tumbuhan. Ketika Tuhan sudah
berada dalam makhluk ciptaan-Nya, maka Tuhan akan
dipengaruhi oleh keadaan makhluk itu dan menjadi
lupa akan asalnya dan akan mengalami suka duka.
D. Bentuk Pemujaan Tri Purusha
Perenungan.
“Bhadram icchanta åûayas
tapo diksàm upanisedur agre,
tato ràstram balam ojaúca jàtam
tadasmai devà upasamnamantu.
Terjemahan:
‘Para rsi (futurelog) yang memikirkan tentang
kemakmuran bangsa mendapatkan dua faktor, yakni
kesetiaan dan pengabdian (dedikasi), Dengan
menjalankan faktor-faktor itu bangsa ini menjadi kuat
dan mulia. Maka dari itu faktor-faktor ini seharusnya
dibina (Atharvaveda XIX.41.1).
padmasana.
Pelinggih Padma Tiga di Pura Besakih merupakan sarana untuk
memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Tri Purusha yaitu jiwa
agung alam semesta. Purusha artinya jiwa atau hidup. Tuhan
sebagai jiwa dari Bhur Loka disebut Siwa, sebagai jiwa Bhuwah
Loka disebut Sadha Úiwa dan sebagai jiwa dari Swah Loka
disebut Swah Loka. Pelinggih Padma Tiga sebagai media
pemujaan Sang Hyang Padma Tiga Pura Besakih saat Pujawali
Tri Purusha yaitu Siwa, Sadasiwa dan Paramasiwa. Hal ini
dinyatakan dalam Piagam Besakih dan juga dalam beberapa
sumber lainnya seperti dalam Pustaka Pura Besakih yang
diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Bali tahun 1988.
Pura Besakih adalah merupakan sumber kesucian, tempat
pemujaan Tri Purusha. Pura Besakih banyak mengandung
filosofi. Menurut Piagam Besakih, Pura Agung Besakih adalah
Sari Padma Bhuwana atau pusatnya dunia yang dilambangkan
berbentuk bunga padma
 Bentuk bangunan suci Padma Tiga yang berada di
Pura Agung Besakih adalah tempat pemujaan Tri
Purusha yakni Siwa, Sada Siwa, dan Parama Siwa
(Tuhan Yang Mahaesa). Piodalan di Padmasana Tiga
dilangsungkan setiap Purnama Kapat. Ini terkait
dengan tradisi ngapat. Sasih Kapat atau Kartika,
merupakan saat-saat bunga bermekaran. Kartika juga
berarti penedengan sari. Padmasana tersebut
dibangun dalam satu altar atau yoni. Palinggih
padmasana merupakan sthana Tuhan Yang Maha Esa.
Padmasana berasal dari kata padma dan asana. Padma
berarti teratai dan asana berarti tempat duduk atau
singgasana. Jadi, padmasana artinya tempat duduk
atau singgasana teratai
. Pulau Bali dibayangkan oleh para Rsi Hindu zaman
dulu sebagai padmasana, tempat duduk Tuhan Siwa,
Tuhan Yang Maha Esa dengan asta saktinya (delapan
kemahakuasaan-Nya) yang membentang ke delapan
penjuru (asta dala) Pulau Bali masing-masing dengan
Deva penguasanya. Deva Iswara berada di arah Timur,
bersemayam di Pura Lempuyang. Brahma di selatan
bersemayam di Pura Andakasa. Deva Mahadeva di
barat (Pura Batukaru), Wisnu di utara (Pura Batur),
Maheswara di arah tenggara (Pura Goa Lawah), Rudra
di barat daya (Pura Uluwatu), Sangkara di barat laut
(Pura Puncak Mangu), Sambhu di timur laut (Pura
Besakih), Siwa bersemayam di tengah, pada altar dari
Pura Besakih dengan Tri Purusa-Nya yaitu Parama
Siwa, Sada Siwa dan Siwa.
KESIMPULAN
Kata Tri Purusha (bahasa Sanskerta) terdiri dari kata “tri’
berarti tiga, dan “Purusha” berarti Jiwa Agung, Tuhan
Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
sebagai Tri Purusha, Brahman. Tri Purusha adalah jiwa
agung
tiga alam semesta yakni Bhur Loka (alam bawah),
Bhuwah Loka (alam tengah) dan Swah Loka (alam atas).
Tuhan sebagai penguasa alam bawah disebut Úiwa
atau Iswara. Sebagai jiwa alam tengah, Tuhan disebut
Sadha Úiwa dan sebagai jiwa agung alam atas, Tuhan
disebut Parama Siwa atau Parameswara.
BAGIAN BAGIAN TRI PURUSA
Tuhan Yang Maha Esa, Tri Puruûa, Brahman terdiri dari:
1. Parama Úiwa
Tuhan sebagai jiwa agung alam atas, disebut Parama
Úiwa atau Parameswara.
2. SadàÚiwa
Tuhan sebagai jiwa alam tengah, disebut Sadha Úiwa.
3. Úiwàtma
Tuhan sebagai penguasa alam bawah disebut Siwa atau
Iswara.
C. Tri Puruûa Sebagai Manifestasi Sang Hyang Widhi

Parama Úiwa: Parama Úiwa artinya Tuhan dalam


keadaan belum beraktivitas. Tuhan dapat digambarkan
seperti kilat atau petir.
Sadha Úiwa: Sadha Úiwa berarti keadaan Tuhan sudah
aktif dan berfungsi menciptakan alam. Penggambaran
Tuhan ( Brahman) sebagai Sadha Úiwa dalam
keadaan aktif sudah mulai berfungsi, sudah
menunjukkan ke-Mahakuasaan-Nya
Siwa: Siwa sebagai bagian ketiga dari Tri Purusha
adalah keadaan Tuhan sebagai Siwatma yaitu dapat
menyatu dan menjiwai tubuh makhluk
padmasana.
Pelinggih Padma Tiga di Pura Besakih merupakan
sarana untuk memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Tri
Purusha yaitu jiwa agung alam semesta. Purusha
artinya jiwa atau hidup. Tuhan sebagai jiwa dari Bhur
Loka disebut Siwa, sebagai jiwa Bhuwah Loka disebut
Sadha Úiwa dan sebagai jiwa dari Swah Loka disebut
Swah Loka.
Tuhan Yang Maha Esa dengan asta saktinya (delapan
kemahakuasaan-Nya) yang membentang ke delapan
penjuru (asta dala) Pulau Bali masing-masing dengan
Deva penguasanya. Deva Iswara berada di arah Timur,
bersemayam di Pura Lempuyang. Brahma di selatan
bersemayam di Pura Andakasa. Deva Mahadeva di
barat (Pura Batukaru), Wisnu di utara (Pura Batur),
Maheswara di arah tenggara (Pura Goa Lawah), Rudra
di barat daya (Pura Uluwatu), Sangkara di barat laut
(Pura Puncak Mangu), Sambhu di timur laut (Pura
Besakih), Siwa bersemayam di tengah, pada altar dari
Pura Besakih dengan Tri Purusa-Nya yaitu Parama
Siwa, Sada Siwa dan Siwa.

Anda mungkin juga menyukai