Bhuwana
alit dapat bergerak / hidup disebabkan oleh Tuhan. Tuhan / Sang Hyang Widi yang ada didalam
bhuana alit disebut dengan jivatman. Sebagai umat Hindu kita percaya dengan adanya atman
yang memberi hidup kepada semua makluk. Atman merupakan percikan sinar suci dari Tuhan
atau ada yang menyebutkan juga bahwa atman adalah bagian terkecil dari Brahman. Atman tidak
terhitung jumlahnya, tidak terlahirkan dan juga tidak akan pernah mati. Atman bersifat kekal
abadi. Atman yang ada dalam makluk yang satu sama dengan atman yang ada dalam makluk
lainya. Didalam Hindu kita mengenal ajaran “Tat Tvam Asi” yang berarti engkau adalah aku,
aku adalah engkau, kita semua sejatinya sama. Oleh karena itu sebagai manusia yang mengerti
akan ajaran ini hendaknya mempunyai rasa tenggang rasa terhadap sesama, menyayangi binatang
/ tidak menyakitinya dan juga menjaga serta melestarikan lingkungan.
Dewasa ini banyak terjadi hal – hal yang asusila, seperti seorang ayah tega membunuh
istrinya sendiri, mutilasi, pemerkosaan, dan tindakan – tindakan kriminal lainnya. Apakah
mereka tidak menyadari dengan apa yang dilakukanya? Seharusnya sesama manusia kita saling
menghormati dan menghargai, bukannya saling menyakiti dan sampai membunuh. Oleh karena
itu memahami hakekat dari atman mempunyai arti yang penting. Dengan menyadari bahwa
manusia sesungguhnya adalah Tuhan (jivatman) yang mempunyai akal dan pikiran, dan kita
sejatinya adalah sama, maka jangan sampai melakukan hal – hal asusila yang dilarang oleh
Tuhan.
Pengertian Sradha
Sradha merupakan dasar keyakinan umat Hindu yang selalu menjiwai setiap prilakunya
sehari-hari sebagai cerminan umat beragama. Prilaku yang dijiwai oleh suatu keyakinan yang
sungguh-sungguh, akan memancarkan vibrasi yang menyejukkan di lingkungannya. Oleh sebab
itu, keyakinan merupakan suatu yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia. Orang yang
tanpa keyakinan ibarat perjalan dengan mata terpejam, tanpa tujuan yang pasti. Keyakinan
adalah suatu kemampuan yang terdapat pada diri manusia yang diperoleh dari melalui
kepercayaan.
Pengertian Panca Sradha
Dalam pengertianya Panca Sradha terdiri dari dua kata yaitu Panca artinya lima dan
Sradha artinya keyakinan, jadi Panca Sradha artinya lima keyakinan yang dimiliki oleh umat
Hindu. Kelima keyakinan tersebut adalah percaya dengan adanya Tuhan, percaya dengan adanya
Atman, percaya dengan adanya Karmaphala, percaya dengan adanya Punarbhawa dan percaya
dengan adanya Moksa.
"Craddhaya satyam apnopi, cradham satye prajapatih" yang artinya dengan Sradha orang akan
mencapai tuhan, Beliau menetapkan, dengan sradha menuju satya. (Yajur Weda XIX.30).
Ini adalah hal yang paling utama, jika kamu tidak percaya Tuhan tentu kamu tidak akan bisa
percaya dengan yang lain. Tuhan adalah sumber dari segala sumber kehidupan dan akhir dari
segala yang tercipta. Tuhan itu dijelaskan dalam sloka yang berbunyi "Ekam eva advityam
Brahman" artinya Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua. Atau dalam sloka "Eko narayana na
dwityo'sti kascit" artinya hanya ada satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya. Jadi dengan
melihat dua sloka tadi maka Tuhan itu hanya ada satu dengan beberapa sifatnya yang disebut Tri
Purusa.
Artinya bahwa setiap mahkluk hidup di dunia ini adalah ciptaan Tuhan dan bagian dari Tuhan.
Atman merupakan sinar suci atau bagian terkecil dari Brahman. Setiap yang bernafas di dunia ini
memiliki Atman sehingga mereka bisa hidup. Atman adalah sumber hidupnya semua mahkluk
baik manusia, hewan dan tumbuhan. Dalam kitab suci Bhagawadgita (X.20) disebutkan, "Aham
Atma gudaseka, sarwabhutasaya-sthitah, aham adis ca madhyam ca, bhutanam anta eva ca" yang
artinya Oh Arjuna, aku adalah atma, menetap dalam hati setiap makhluk, aku adalah permualaan,
pertengahan dan akhir daripada semua makhluk. Atman memiliki sifat sebagai berikut,
Acchedya artinya tidak terlukai senjata, Adahya artinya tidak terbakar api, Akledya artinya tidak
terkeringkan oleh angin, Acesya artinya tidak terbasahkan oleh air, Nitya artinya abadi,
Sarwagatah artinya berada dimana-mana, Sathanu artinya tidak berpindah-pindah, Acala artinya
tidak bergerak, Awyakta artinya tidak dilahirkan, Achintya artinya tidak terpikirkan, Awikara
artinya tidak berubah dan Sanatana artinya selalu sama.
Artinya percaya dengan hasil perbuatan yang telab kita lakukan ataupun yang akan kita lakukan.
Inilah hukum universal yang dipercaya oleh umat Hindu. Silakan baca tulisan saya dengan judul
untuk penjelasan tentang Karma Phala lebih detail.
Artinya kelahiran kembali atau sering juga disebut dengan Reinkarnasi atau Samsara.
Punarbhawa berkaitan erat dengan Karma Phala dimana karena buah perbuatan yang harus
dibayar atau dinikmati belum habis maka mereka akan terlahir kembali. Jadi hubungan antara
Punarbhawa dan Karmaphala sangat erat seperti linkaran
Artinya tujuan akhir dari hidup adalah mencapai Moksa artinya kebebasan yang abadi
yang tidak terikat oleh Karmaphala dan ikatan duniawi sehingga terhindar dari Punarbhawa.
ATMAN
Pengertian Atman
Atman adalah sinar suci / bagian terkecil dari Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Atman
berasal dari kata AN yang berarti bernafas. Setiap yang bernafas mempunyai atman, sehingga
mereka dapat hidup. Atman adalah hidupnya semua makluk (manusia, hewan, tumbuhan dan
sebagainya). Kitab suci Bhagawad gita menyebutkan sebagai berikut:
“aham atma gudakeda, sarwabhutasyaathi, aham adis camadhyam ca, bhutanam anta eva ca”
artinya:
O, Arjuna, aku adalah atma, menetap dalam hati semua makluk, aku adalah permulaan,
pertengahan, dan akhir daripada semua makluk.
Dari kutipan sloka diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa atman itu merupakan bagian
dari Tuhan (Sang Hyang Widi). Bila Tuhan diibaratkan lautan maka atman itu hanyalah setitik
uap embun dari uap airnya. Bila Tuhan diibaratkan matahari maka atman itu merupakan percikan
terkecil dari sinarnya. Demikianlah Tuhan asal atman sehingga Ia diberi gelar Paramatman yaitu
atma yang tertinggi. Atman berasal dari Tuhan maka pada akhirnya atman kembali kepadanya.
Seperti halnya setitik uap air laut yang kembali kelaut saat hujan turun, (Sudirga,
Ida Bagus.2003;71). Jivatman adalah atman yang telah masuk kedalam tubuh (wadah),
memberikan kekuatan dan hidup. Dan apabila mati atman akan keluar daru tubuh (wadah) dan
disebut Roh.
hindu dengan panca sradha-NYA, yang menjadi keyakinan awal dalam menapaki segala
kehidupan yang berbahagia. Tentu ini adalah sebuah pemahan dan kesadaran yang tinggi, untuk
selalu mempercayai rasa-rasa itu. Brahman sebagai Hyang maha kuasa maha tahu segalanya,
atman yang sebagai percikan brahman hyang agung karma phala sebagai automatic controller
dalam melaksana di dunia. Samsara sebagai kesatuan hasil dari karma-karma dan moksa adalah
tujuan itu seluruhnya, maka ini yang membentuk sradha dari sanatana darma itu selama semesta
ada.
Ataman sendiri adalah percikan terkecildari Hyang semesta itu, brahma itu yang
menghidupi dan membuat mahluk menjadi bertumbuh. Sebagai daya hidup sebagai yang
membuat mahluk itu menjadi mahluk mahluk yang tidak mati, sebagai baterai untuk sebuah
mainan mati. Maka atman adalah yang menjadi daya listrik (prana) untuk menjadi hidup. Apa itu
atman sebenarnya? Iya atman itu adalah sebenar-benarnya (brahman).
Dalam pemahaman akan hakikat atman, maka ada beberapa sifat atman yang ada salah
satunya adalah atman yang tidak terbagi-bagi dan selalu menjadi bagian brahman selalu sama,
kekal, tidak berpindah, tak bergerak dan tak berubah brahman atman aikyam . hal ini perlu di
pahami secara mendalam, agar bahwa kesadaran tentang atman itu sendiri menjaadi semakin
mantap dan khusuk pada sebuah perjalanan hidup.
Fungsi Atman
Dalam hubungannya dengan maya, atman itu seolah – olah “terkurung” atau terbelenggu.
Sehingga atman memiliki tiga fungsi, yaitu:
a) Sebagai sumber hidup citta dan sthula sariranya makluk. Citta adalah alam pikiran,
meliputi pikiran atau akal, perasaan kemauan inderanya dan instuisi. Sedangkan sthula sarira
adalah badan wadah seperti darah, daging, tulang, lender, otot, sumsum, otak, dan sbagainya.
b) Bertanggung jawab atas baik buruk atau amal dosa dari segala karmanya makluk yang
bersangkutan.
c) Menjadi tenaga hidup dari suksma sariranya makluk yang bersangkutan, (Sudirga,
Ida Bagus.2003.73)
Sama halnya yang ada dalam modul srada yang menyebutkan ada tiga fungsi atman yaitu sebagai
sumber hidup, sebagai yang bertanggung jawab atas karmawasana setiap manusia dan sebagai
pemberi tenaga kehidupan.
Ia tidak pernah lahir dan juga tidak pernah mati atau setelah ada tak akan berhenti ada. Ia tak
dilahirkan, kekal, abadi, sejak dahulu ada; dan Dia tidak mati pada saat badan jasmani ini mati.
Senjata tak dapat melukai-Nya, dan api tak dapat membakar-Nya, angin tak dapat mengeringkan-
Nya dan air tak dapat membasahi-Nya.
Sesungguhnya dia tidak dapat dilukai, dibakar dan juga tak dapat dikeringkan dan dibasahi; Dia
kekal, meliputi segalanya, tak berubah, tak bergerak, dan abadi selamanya.
Dia tidak dapat diwujudkan dengan kata – kata, tak dapat dipikirkan dan dinyatakan, tak berubah
– ubah; karena itu dengan mengetahui sebagaimana halnya, engkau tak perlu berduka.
Maka sesuai dengan sifatiNya, Atman disebutkan Sathanu, Acala, Awyakta, Awikara,
Sanatana.tidak berpindah, kekal, tidak bergerak, tidak berubah, selalu sama.Dan dgan sebutan
ini, maka Atman tentunya berbeda dengan suksma, atau roh..dmana ktika samsara maka mereka
akan pindah menuju tubuh baru, atau mencapai surga neraka.Bagaimana pemahaman tentang
Atman yg sathanu acala awikara sanatana?
Pada proses pemahaman ini, maka dapat ditelaah melalui atma widya dan juga bahwa
mahluk hidup itu terdiri dari 3 lapisan sarira..Maka Atman diselubungi oleh dua lapisan, suksma
sarira, stula sarira..Atman sendiri adalah antahkarana ananda sarira, yang berarti badan yg selalu
berbahagia, selalu sebagai brahman di dalam suksma dan stula sarira..Suksma sarira sendiri,
terdiri dari citta,buddhi,manas, ahamkara..Dan stula sarira yg terdiri darinpanca maha butha yg
membentuk dasendriya.
Dalam kehidupan, maka kesadaran manusia itu dipengaruhi oleh lingkungan yg jelasnya
adalah tri guna itu sendiri. Prakrerti sattwik rajas tamas, maka itu akan berpengaruh pada
ahamkara sebagai ego, dharma adharma yg disaring oleh buddhi, kmudia manas yg berhubungan
dngan kehendak prilaku yg dilksanakan oleh dasaindriya. kemudian semua karma, akan
terkumpul dipendam di citta menunggu waktu yg tepat menerima buah karma..
Lalu atman dimana?, maka dalam kondisi apa pun, kesadaran akan atman tetap diam
kekal serta tidak berubah, selalu sama sesuai dgn Brahman itu sendiri.Sebagai badan yg
berbahagia, sebagai brhman atman aikyam, aham brhman asmi, dan sbagai moksartham
jagaditha.Atman hnya sbagai penyaksi saja, atas sukma sarira yg terjebak di stula sarira itu
sendiri.Sampai nanti Atman disadari sbagai kesadaran hakiki atas prjalanan suksma itu
sendiri.Atman tidak pernah terpisah dari Brahman, namun atman hanya diselubungi itu, suksma
sarira dan tri guna prakerti. Ketika bahwa menyadari manusia berada di dalam atman kekal,
maka manusia (dengan kesadaranNya) telah berada di dalam Brahman, di dalam kekekalan
semesta. Dan sebenarnya tidak di luarnya, atau brahman tidak berada di luar manusia. Manusia
yg berada di dalamNya.
Jadi atman tidak terbagi, dan tentu kekal, kemudian pula acintya. tidak terpikirkan…
Karena sabda brhman dan waktu serta jiwa, akan menjadi sumber bahan pemikiran pemahaman
yg dalam.. Sedalam hati rasa sahaja.
Berdasarkan uraian sloka – sloka Bhagawad Gita diatas dapat kita simpulkan sifat – sifat
atman sebagai berikut:
h) acala berarti tidak bergerak, sanatana berarti selalu sama dan kekal,
Sebagaimana halnya sang roh itu ada pada masa kecil, masa muda dan masa tua demikian juga
dengan diperolehnya badan baru, orang bijaksana tak akan tergoyahkan.
“ matra-sparas tu kaunteya
sitosna-sukha-dukha-dah,
agamapayino nityas
tams titiksasva bharata”.( Bhagawadgita II.14 )
artinya :
Sesungguhnya, hubungan dengan benda- benda jasmaniah, wahai Arjuna, menimbulkan panas
dan dingin, senang dan duka, yang datang dan yang pergi, tidak kekal, terimalah hal itu dengan
sabar, wahai arjuna.
“ sarva-bhuta-sthitam yo mam
bhajaty ekatvam asthitah,
sarvatha vartamano ‘pi
sa yogi mayi vartate”.( Bhagawadgita II.31 )
artinya :
Dia yang memuja Aku yang bersemayam pada semua insane, dengan tujuan manunggal, yogi
yang demikian itu dapat tinggal dalam diri-Ku, walau bagaimanapun cara hidupnya.
“ atmaupamyena sarvatra
samam pasyati yo ‘rjuna,
sukham va yadi va duhkham
sa yogi paramo matah”. ( Bhagawadgita VI.32 )
artinya :
Yogi yang dianggap tertinggi adalah yang melihat dimana – mana sama atman itu sebagai atman-
nya sendiri, wahai Arjuna, baik dalam suka maupun duka.
“ ekorasasamutpanna ekanaksatrakanwittah,
na bhawanti samacara yatha badarakantakah.( Slokantara 27-53 )
artinya :
Lahir dari perut ibu yang sama dan diwaktu yang sama, tetapi kelakuannya tidak akan sama.
Manusia yang satu berlainan dengan manusia yang lainnya, sebagai berbedanya duri belatung
yang satu dengan yang lainnya.
“ kadi rupa Sang Hyang Aditya an prakasakan iking sarwa loka mangkana ta sang Hyang atma
an prakasakan iking sira marganyam wenang maprawartti.( Bhisma Parwa )
artinya :
Sebagai rupanya Sang Hyang Aditya menerangi dunia, demikianlah atma menerangi badan.
Dialah yang menyebabkan kita dapat berbuat.
Untuk menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia harus
melakukan Yoga. Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia
mencapai kebahagiaan sempurna. Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman,
yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam. "Karena semua latihan rohani India
(yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan untuk mencapai tujuan praktis
ini...bagaimana caranya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."
Ada empat jalan (yoga) untuk menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa
kepada tujuan yang satu. Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut berdasarkan
pribadi orang tersebut. Menurut analisis Hindu, pada umumnya ada empat tipe pribadi manusia
yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).
Keempat jalan tersebut dimulai dari beberapa petunjuk penting mengenai kesusilaan.
Karena tujuan akhir dari masing-masing jalan adalah untuk menjernihkan permukaan diri kita
agar dapat terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu harus
dibersihkan dari kotoran moral yang besar. Orang yang ingin melakukan yoga harus memulai
kebiasaan serta praktik hidup yang bermoral.
Jalan melalui pengetahuan atau jnana yoga diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai
kecenderungan intelektual yang kuat. Bagi orang seperti itu, Hindu menawarkan serangkaian
semadi dan pembuktian logis yang dimaksudkan untuk meyakinkan si pemikir bahwa ada hal
yang lebih dari dirinya yang berhingga itu.
Jalan untuk memperoleh pengetahuan ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir,
dan pengalihan. Pertama adalah mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang
bijaksana, dan kitab-kitab suci. Tujuannya agar orang yang bersangkutan berkenalan dengan
hipotesis pokok bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang
tidak dapat dipadamkan. Langkah kedua adalah berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa
konsep kosong, diubah menjadi kenyataan penting. Langkah ketiga adalah pengalihan
identifikasi dirinya dengan roh abadi dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh abadi
itu. Ia harus melihat dirinya dari sudut pandang yang berbeda seolah-olah ia adalah pribadi yang
berbeda, karena memang dirinya adalah fana dan hanya atman yang nyata.
Jalan melalui cinta atau bhakti yoga berbeda dengan jnana yoga. Dalam jnana yoga gambaran
tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan berada di dasar diri kitaTuhan
dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya berada di dalam
manusia ataupun di luar manusia. Tugas manusia adalah mengenal persatuan diri dengan Tuhan,
dan Tuhan bukan dipahami sebagai pribadi. Akan tetapi, bagi seseorang yang lebih
mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan berbeda dengan hal-hal tersebut.
Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan adalah diri pribadinya,
bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya. Alasannya,
karena cinta merupakan perasaan yang dicurahkan keluarKedua, tujuan jnana berbeda dengan
bhakti. Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan untuk memuja
Tuhan dengan segenap kemampuan yang ada pada dirinyaApa yang harus dilakukan adalah
mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain karena Dia,
dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun
c. Pemujaan terhadap Tuhan menurut bentuk ideal seseorang. Menurut agama Hindu ada
tingkatan-tingkatan cinta yang semakin mendalam dan timbal balikTahap pertama adalah
sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung. Tahap kedua adalah tahap
persahabatan, dimana Tuhan dipandang sebagai teman bahkan teman sepermainanTahap
ketiga adalah sikap cinta orang tua dimana Tuhan dipandang manusia sebagai anak
Jalan melalui kerja atau karma yoga ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak
aktif. Kerja adalah pokok kehidupan manusia. Dorongan bekerja bukanlah motivasi ekonomis,
melainkan motivasi psikologis. Manusia akan merasa gelisah atau kehilangan semangat saat
tidak bekerjaJalan ini ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Jalan ini
menggunakan kerja sebagai sarana untuk menuju Tuhan
Seorang yang menganut jalan karma yoga akan berusaha melakukan setiap hal yang
dihadapinya seakan-akan hal itu merupakan satu-satunya tugas yang harus dikerjakannyaIa akan
berusaha memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan
menjauhkan segala bentuk ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia untuk
melakukan atau mengingat berbagai hal lainnya dalam waktu yang samaIa akan berusaha sekuat
tenaga, karena jika tidak berarti ia telah menyerah kepada kemalasan yang merupakan sifat
mementingkan diri
Jalan melalui latihan psikologis disebut juga raja yoga karena jenis yoga ini mampu
membawa orang ke taraf yang tinggiSatu-satunya syarat yang diperlukan untuk menempuh raja
yoga ini adalah dimilikinya suatu dugaan kuat bahwa diri manusia sebenarnya jauh lebih
mengagumkan dari yang kita sadari saat ini. Orang yang melakukan raja yoga akan melakukan
percobaan terhadap rohaninya sendiri dengan hipotesis bahwa Atman ada di dalam lapisan-
lapisan diri manusia.