Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan
jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara
kosmologis, manusia (yang berupa kesatuan jiwa dan badan jasmaninya) yang
sering disebut mikrokosmos (bhuana alit) yang merupakan perwujudan dari
1
makrokosmos (bhuana agung).
Di dalam ajaran Agama Hindu, manusia juga dikatakan sebagai makhluk tri
pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata, dan
berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan
kemampuan berpikir, berkata, dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik
dan perbuatan buruk yang disebut subha dan asubha karma. Dengan
mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu
menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah
keistimewaan lahir menjadi manusia, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain
selain manusia.
Pasangan dua kata di atas sering kita temukan dalam lagu-lagu kebangsaan
kita. Bangunlah badannya, bangunlah jiwanya. Pada lagu berjudul Padamu
Negeri, terdapat kata-kata kupersembahkan jiwa dan ragaku. Dalam percakapan
sehari-hari kita mengatakan “badanku terasa ngilu dan sakit”. Kalau kita
dikhianati oleh seseorang kita mengatakan “hatiku sakit sekali”. Aku hidup
dalam kelimpahan harta, tapi jiwaku gersang”, demikian mungkin yang
dikatakan seseorang yang secara materi berlebihan namun miskin secara
spiritual.
Badanku, hatiku, jiwaku! Jadi siapa “aku” yang memiliki badan, hati, dan
jiwa?
Manusia terdiri atas badan dan jiwa. Badan tanpa jiwa ibarat mobil yang
lengkap badan dan mesinnya tapi tanpa aki. Mobil ini tidak bisa bergerak,
karena tidak ada panas atau api yang menghidupkan mesinnya. Jiwa tanpa raga
ibarat aki tanpa mobil, panas atau tenaga yang tersimpan dalam aki menjadi
tenaga yang tidur karena tidak ada mesin untuk digerakkan. Jiwa dan raga itu
merupakan satu kesatuan. Tanpa jiwa, raga tidak dapat melakukan aktivitasnya.
2
ibarat kusir yang cakap dengan kuda terlatih baik, akan mencapai tujuan
perjalanan. Tapi mereka yang tidak mengetahui hakikat dan tujuan hidup, ibarat
kusir bodoh dengan kuda liar, tidak akan mencapai tujuan perjalanan, akan
mengembara dari satu kematian kepada kematian yang lain.
Badan datang dari orang tua kita, Percampuran sperma dan ovum dari
Bapak dan Ibu kita membentuk badan dalam rahim Ibu.
Agama lain menyatakan, jiwa atau roh itu ditiupkan oleh Tuhan kepada
janin ketika masih berumur beberapa bulan dalam kandungan Ibu. Ketika itu
Tuhan juga menetapkan nasib atau jalan hidup bayi ini setelah ia lahir. Menurut
ajaran Agama Hindu, jiwa atau atman kita sudah ada sebelumnya dan ia masuk
atau dimasukkan oleh Tuhan (Brahman) ke tubuh bayi pada saat awal pertemuan
sperma dan ovum dengan membawa “karma wasana” atau hasil-hasil perbuatan
dalam hidupnya sebelumnya.
Badan merupakan bagian yang tidak kekal dari manusia. Karena ia berubah.
Dari setetes cairan ia tumbuh menjadi janin, lahir sebagai bayi berkembang
menjadi manusia dewasa. Badan yang tegap ketika remaja berubah menjadi
bungkuk ketika tua. Kulit yang halus dan kencang ketika remaja, berobah
menjadi kisut dan layu ketika tua. Ketika sudah mati badan hancur. Di dalam
ajaran Agama Hindu, badan disebut stula sarira.
Berbeda dengan badan (raga), jiwa atau atman merupakan bagian yang
kekal dari manusia. Ia tak pernah berubah. Ia (atman) tidak mati ketika badan
mati. Atman tidak terluka oleh senjata, tidak terbakar oleh api. Atman ada
selamanya. Di dalam ajaran Agama Hindu, jiwa disebut sukma sarira.
Menurut agama lain, badan manusia hanya terbuat dari satu zat yaitu tanah.
Menurut Agama Hindu, badan manusia terdiri atas lima unsur yang disebut
panca maha buta yaitu: tanah (pertiwi), air (apah), api (teja), angin (bayu) dan ether
(akasa). Pandangan Hindu kemudian dibenarkan oleh hasil penelitian ahli Fisika
ternama Albert Eistein bersama ahli Fisika bangsa India Satyendra Nath Bose.
Dalam bahasa Fisika unsur-unsur at adalah: padat, cair, gas, dan plasma, serta
unsur yang kelima disebut KBE (kondesat Bose-Eistein). *****)
3
Jiwa berasal dari Tuhan. Atman adalah jiwa dari semua makhluk hidup,
termasuk manusia. Brahman adalah jiwa alam semesta. Atman merupakan bagian
kecil dari Brahman. Seperti setitik air hujan yang berasal dari samudera luas.
Menurut Kitab Weda, ada empat tipe kepribadian manusia, yang disebut
catur warna. Keempat tipe kepribadian manusia itu terbentuk oleh interaksi
dinamis triguna karma. Seperti disebutkan dalam Kitab Suci Bhagawad Gita
(BG) IV.13: “Chatur Varnyam maya srishtam guna karma vibhagasah”. Artinya:
Catur warna (empat tipe kepribadian manusia) adalah ciptaan-Ku (Tuhan)
bardasarkan guna karma yang melekat padanya.
Kitab Suci Bagawad Gita (BG) XIV.6 menyebutkan sebagai berikut: pertama,
ciri-ciri Satwam sebagai berikut: (1) nirmalawat = sifat yang tidak tercela; (2)
prakasakam = bercahaya; (3) anamayam = tidak mengenal sedih atau menderita;
(4) sukhasangena = selalu memberi rasa senang; (5) jnanasangena = memberikan
ilmu pengetahuan; (6) anagha = tidak tercela.
Kedua, ciri-ciri Rajas (BG.XIV.7) sebagai berikut: (1) raga = nafsu; (2) atmakam
= sendiri; (3) trsna = nafsu birahi; (4) sanga = terikat; (5) karmasangena = terikat
oleh karma; (6) dahinam = jasad rohani.
4
didominasi oleh satwam maka ilmu pengetahuannya menembus di dalam badan
melalui semua pintu. Apabila badan ini didominasi oleh rajas maka perilaku
yang tampak adalah: (1) lobham = loba atau serakah; (2) prawrttir = aktif dalam
kegiatan kerja duniawi; (3) arambah = giat berusaha; (4) sprha = kemauan kuat.
Sedangkan apabila badan ini didominasi oleh tamas maka akan tampak: (1)
aprakaso = kurang cerah atau tidak bersinar; (2) aprawrtti = malas; (3) pramada =
tidak peduli atau teledor; (4) moha = bingung; (5) nidralasya = suka tidur; (6)
mohanam atmanam = mengalami kesesatan jiwa.
Catur warna dalam Agama Hindu sangat terbuka dan dinamis. Bhagawad
Gita XVIII.41 menyebutkan: “Brahmana ksatrya wisam sudranam ca parantapa,
karmani prawibhaktani swabhwaprabhawir gunah”. Artinya: Brahmana, Ksatrya,
Wesya, dan Sudra perilakunya (kepribadiannya) dibentuk oleh sifat bawaan
(triguna).
Samo = khusuk/tenang,
Saucam = suci.
Ksanti = damai/tenang,
Jnanam = berpengetahuan.
Wijnanam = bijaksana/berpengalaman.
Astikyam = religius.
Sauryam = heroisme/pemberani.
Tejo = lincah.
5
Dhritir = teguh .
Dana = dermawan.
Wanijyam = berdagang.
6
Dengan mengetahui tipe kepribadian seseorang sangat membantu untuk
kemajuan dalam memilih profesi. Dengan demikian Agama Hindu sudah
sangat maju dalam bidang Ilmu Psikologi. Tentu Profesi ini tidak menetap,
tergantung proses belajar dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu yang
berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan
mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya watak dan
perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa
kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara
adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan
sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati
kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran –
pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata
7
dan berbuat yang baik.
Adapun yang dimaksud dengan enam musuh yang bersembunyi dalam diri
setiap manusia adalah : 1. Hawa Nafsu (Kama)
Kama berarti hawa nafsu. Hawa nafsu ini ada pada setiap manusia dan
menjadi musuh dari setiap orang. Nafsu yang tidak terkendalikan akan
membawa manusia kejurang neraka.
"maka orang yang dikuasai hawa nafsu murkanya, tidak dapat tidak niscaya
ia melakukan perbuatan jahat, sampai akhirnya dapat membunuh guru dan
sanggup ia 'menunu' hati seorang yang saleh, yaitu akan menyerang dia dengan
kata-kata yang kasar."
Lobha atau tamak memyebabkan orang tidak pernah merasa puas akan
sesuatu. Orang yang loba ingin selalu memiliki sesuatu yang banyak dan lebih
dari pada apa yang telah dimiliki. Bila ia telah memiliki apa yang diinginkannya,
maka ia menambah lagi, bahkan dengan jalan yang jahat sekalipun. Akibatnya
orang yang demikian itu akan selalu gusar dan gelisah karena didorong oleh
kelobaannya. Ia akan tidak pernah merasakan ketenangan sepanjang hidupnya.
Marah (Kroda)
Kebingungan (Moha)
8
Moha artinya kebingungan. Kebingungan dapat menyebabkan pikiran
menjadi gelap, sehingga tidak dapat membedakan perbuatan yang baik dan
yang buruk. Dan biasanya lebih cenderung untuk melaksanakan perbuatan yang
terkutuk seperti : membunuh orang atau membunuh diri sendiri (bunuh diri)
Mabuk (Mada)
Matsarya artinya iri hati. Perasaan iri hati ini timbul karena seseorang tidak
senang melihat orang lain yang lebih dari padanya atau menyamai dirinya. Ia
tidak senang melihat orang lebih bahagia dan lebih beruntung dari padanya.
Orang yang demikiang merasa dirinya dikalahkan, lebih rendah, malang dan
lain sebagainya, sehingga timbullah maksud dan rencana jahatnya, untuk
menecelakakan orang yang dianggap menyaingi dirinya.
Hakekat Manusia
Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari dua unsur, yaitu
jasmani dan rohani. Jasmani adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani
merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman.
Manusia memiliki tiga lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari
Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga
manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu
Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau
Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana
Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang
terdiri tiga unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam
pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara
atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca
Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa,
9
Gandha membentuk berbagai indriya (Panca Buddhindriya dan Panca
Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu
jiwatman sendiri yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal abadi.
Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang
berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu
kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri
Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu
atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda
dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan
mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya
dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki
pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan
mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui
asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola
hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami
setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan
ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun
manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang
lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan
bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk
mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan
atman yang sejati.
10
Dharma merupakan ajaran kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan
hidup manusia. Artha yaitu yang berupa materi sebagai penopang kehidupan.
Kama merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang diri atau
jiwatman dengan Paramaatman. Jadi jelas dalam hidup manusia selalu
memerlukan artha, kama dan moksa. Namun dalam memenuhi artha dan kama
harus berdasarkan dharma, kebajikan dan kebenaran, bukan dengan cara-cara
melanggar hukum, istilah umat lain disebut tidak halal, bahasa ini sepadan
dengan leteh (niat tidak suci). Penyatuan kepada yang hakekat merupakan
tujuan yang harus dicapai manusia dengan berdasarkan etika keagamaan dan
dharma yang telah ditentukan. Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan
salah satu bagian dari pada esensi dunia ini merupakan hal yang harus dicapai
agar pikiran dapat terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan tersebut
dapat terwujud dengan mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka
suci Hindu telah disebutkan bahwa menjelma menjadi manusia merupakan
suatu keberuntungan dan hal yang utama. Dengan manas atau pikiran yang
dimiliki, maka manusia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan samsara
dengan jalan suba karma yaitu berkarma/berbuat yang baik. Kesadaran akan
mampu meluruskan pikiran yang selalu hanya mementingkan kehidupan
duniawi.
11
lingkungan kita anak-anak yang sejak dini menganggap orang yang karena
kelahiran dari keluarga petani, peternak, buruh, nelayan dan pekerja pada
umumnya derajat dianggap rendah, mengembangkan sifat yang arogan, egostis,
tidak peduli dengan lingkungan dan minta selalu dihormati. Dalam kehidupan
modern dewasa ini, seseorang menghargai orang lain dari penampilannya,
sikapnya yang sopan, lemah lembut, tutur katanya manis dan ramah dan
memancarkan budhi pekerti yang luhur. Orang-orang yang demikian
keadaannya, apalagi sangat giat belajar, giat bekerja, rendah hati dan ramah,
serta memiliki keimanan yang tinggi senantiasa akan mendapatkan
perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, karena pada dirinya memancarkan kasih
sayang yang sejati. Ketika seseorang merenung dengan dalam tentang arti dan
tujuan hidupnya, maka bagi mereka yang mendalami ajaran Agama Hindu,
tujuan hidup yang pertama adalah mewujudkan Dharma yakni kebajikan,
kebaikan, kebenaran, kasih sayang, taat kepada hukum dan taat kepada ajaran
agama. Dan tujuan akhir adalah untuk mencapai moksa yaitu bersatunya atma
dengan paramatma.
Dalam Bhagawad Gita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut
Catur Marga Yoga, empat jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan
kebahagiaan lahir bhatin yaitu: (1) Bhakti Marga Yoga, (2) Karma KarmaYoga,
12
(3) Jnana Marga Yoga, dan (4) Raja Marga Yoga. Rahasia kebahagiaan dari
keempat ajaran Yoga merupakan jalan dari hakekat kehidupan manusia agar
dapat bersatu dengan Tuhan. Apapun kesulitan kita hendaknya tetap berpegang
teguh pada ajaran dharma tanpa ada keraguan yang hanya akan membuat kita
kembali jatuh ke dunia material yang penuh dengan kesenangan sementara.
Ikatan keluarga hanya ada pada kehidupan ini, namun jika kita sudah
mengetahui konsepsi sebagai manusia, maka hal itu tidak akan membuat
kesadaran kita goyah.
Setiap manusia telah menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan
alasan untuk berpaling dari jalan yang telah diyakininya. Seseorang tidak bisa
ikut campur tangan atas karma orang lain sehingga kita hendaknya berusaha
melepaskan keterikatan tersebut. Kesenangan duniawi hanya memberikan
kebahagiaan sementara bagi indra-indra manusia. Itu bukanlah kebahagiaan
yang sejati karena yang sejati itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata semata.
Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup
kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk
memperbaiki taraf hidupnya. Dharma, adalah ajaran-ajaran agama yang menjadi
pedoman dalam kita mengarungi samudera kehidupan ini, memilha dan
memilih mana yang boleh dan mana yang patut dihindari dalam kehidupan ini,
karena tuntunan moral maupun tuntunan agama.
13
Artha merupakan kebutuhan pokok manusia, arta dalam hal ini adalah arta
untuk memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan pangan, kebutuhan sandang,
dan kebutuhan pisiologis lainnya. Dan semua aktivitas keagamaan pun tidak
terlepas dari kebutuhan arta ini.
Moksa sebagai tujuan akhir dari hidup manusia Hindu, yaitu menyatunya
atman dengan paramaatman/brahman saat orang itu meningggal dunia. Suka
tnpa wali duka (kebahagiaan yang abadi/kekal)
Ada dua jalan dalam menuju ke arah tujuan tersebut, yaitu: (1) jalan
prajapati, dan (2) jalan yoga. Jalan prajapati terbagi atas tiga jenis jalan, yaitu: (a)
jnana marga, (b) karma marga, dan (c) bhakti marga. Sedangkan jalan yoga hanya
ada satu jalan yaitu: yoga marga. Keempat jalan ini sering juga kita kenal dengan
catur marga, sehingga pembagiannya menjadi: (a) jnana marga, (b) karma marga, (c)
bakti marga, dan (d) yoga marga.
Dalam beberapa tahun terakhir ini kata yoga telah terdengar lebih banyak di
pusat-pusat kebugaran daripada dalam wacana agama. Yoga dalam pengertian
aslinya tidak ada hubungannya dengan olah raga. Yoga berasal bahasa
Sansekerta dari kata “yuj” yang artinya menghubungkan atau menyatukan sang
diri dengan Tuhan. Mencari kehidupan spiritual secara umum diklasifikasikan
kedalam empat jenis psikologis didominasikan sebagai: (1) emosional, (2)
intelektual, (3) aktif, dan (4) meditasi. Yoga akan membentuk keseimbangan dari
keempat kondisi psikologis tersebut. Implementasi yoga menjadi suatu kegiatan
olah tubuh bisa jadi untuk sesuatu yang didominasi jenis psikologis aktif, karena
aktivitas gerak tubuh yang dirancang dengan metode tertentu dapat membuat
hati menjadi tenang, sehingga secara emosional juga menjadi terkendali.
14
Hubungan Manusia dengan Tuhan
Menurut pemahaman Hindu, manusia tidak dapat melakukan pelanggaran
terhadap aturan Brahman (Yang Kuasa) karena kekuasaan Brahman
mengaturnya. Yang mungkin terjadi adalah kekeliruan indra, karena manusia
belum mampu menembus empat lapisan yang menutupi Atman atau Brahman
(Poedjawijatna dalam Takwin, 2008: 57).
15
Manusia diciptakan oleh Hyang Siwa yang digambarkan seperti Omkara
atau pranava, yakni dada, lengan, kepala dan rambut (ongkara, ardhacandra, vindu,
nada), sedang tubuh bagian dalam yakni paru-paru, limpa, jantung, empedu, ati
(ongkara, ardhacandra, vindu, maira). Untuk mencapai kelepasan dapat ditempuh
dengan enam jalan yoga yakni: (1) pratyahara, (2) dhyana, (3) pranayama, (4)
dharana, (5) taka, dan (6) samadhi (Watra, 2008: 107).
Tingkah laku yang mengikuti ahangkara memiliki akibat yang disebut karma
yang disebut juga Kresna dalam Sloka 8.3 Bhagavad Gita sebagai perbuatan
yang berhubungan dengan perkembangan badan-badan jasmaniah para
makhluk hidup. Pada praktiknya karma artinya tindakan-tindakan manusia,
pekerjaan-pekerjaan manusia dan terutama akibat-akibatnya. Karma inilah yang
menghalangi kesatuan manusia dengan Brahman. Untuk mencapai Brahman,
perlu dilakukan penghilangan karma. Kalau dalam satu kehidupan manusia
tidak berhasil menghilangkan karma, maka ia lahir kembali (reinkarnasi).
Dengan demikian, manusia akan menjalani rentetan kelahiran yang disebut
Samsara. Bebaslah manusia dari segala ikatan dunia. Kebebasan ini disebut
imoksa. Dalam kondisi ini tidak ada abdi dan Tuhan, yang ada hanya satu:
Brahman. Inilah ada yang sesungguhnya (sat), yang baka (chit), dan kebahagian
sempurna (ananda). Atau dalam tradisi India disebut saccidananda yang berarti
kesadaran yang sangat mendalam dan eksplosif mengenai Tuhan sebagai Tuhan
di dalam Tuhan.
Tentang pelepasan manusia dari karma, dalam Sloka 8.5 Bhagavad Gita,
Kresna mengatakan: “Siapapun yang meninggalkan badannya pada saat ajalnya
sambil ingat kepada-Ku, segera mencapai sifat-Ku. Kenyataan ini tidak dapat
diragukan.” (Keramas, 2008: 67).
Pencapaian sifat Yang Maha Kuasa atau moksa dapat terlaksana jika seluruh
karma telah hilang. Pada saat itu seluruh diri manusia hanya ingat kepada
Brahman, lepas pada pikiran tentang yang lain. Moksa merupakan pembebasan
dalam kaitannya dengan keabadian. Pencarian keabadian yang dilakukan
manusia secara serius dan bersungguh-sungguh akan berujung pada moksa.
16
(dalam hubungan hidup sesama insan). Yang dirumuskan dalam Tattvam asi.
Pelaksanan kedua bentuk tanggung jawab manusia Hindu di Bali dijabarkan
dalam konsep Tri Hita Karana.
Sumber:
WEB Prajaniti Jawa Barat dengan topik yang lain sebagai kelanjutan dari
Siwaratri dan Teologi. Mulai topik Teologi kita lengkapi dengan nomor judul
agar nampak lebih sistimatis dan gampang diketahui jumlah tulisan yang sudah
dimuat. Pada kesempatan ini saya lanjutkan dengan topik Hakikat Manusia
menurut ajaran Hindu. Selanjutnya mari kita simak bersama.
17