Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA AGAMA DUNIA

KONSEP MANUSIA DAN ALAM SEMESTA DALAM AGAMA

DOSEN PENGAMPU
Elfrida Saragih A.Md, S.Th, M.Si

MATA KULIAH
Pendidikan Agama-Agama Dunia

DISUSUN OLEH
Kelompok 2-WR22-1
1. Andrew Chow
2. Cindy Thalia
3. Farhan Mohammed
4. Gabriela Callista Halim
5. Shane Michael Colyn
6. Vincent Louise Untario

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
MEDAN
2022
1. PENDAHULUAN
Setelah memahami tentang bagaimana Konsep Allah serta Sacred Text
yang terdapat dalam agama-agama dunia, selanjutnya perlu ditelusuri lebih lanjut
tentang bagaimana Konsep Manusia dan Konsep Alam Semesta dalam agama-
agama. Kita menyadari bahwa dengan adanya perbedaan Konsep Allah dalam
agama-agama, maka terdapat perbedaan juga dalam berkonsep Manusia dan Alam
Semesta itu sendiri. Makalah ini bertujuan untuk membahas tentang Konsep
Manusia dengan merangkum beberapa inti pandangan atas bagaimana masing-
masing agama berspektif tentang konsep tersebut. Dengan memahami materi ini,
diharapkan agar mahasiwa bisa memperoleh pengetahuan serta wawasan yang
lebih mendalam tentang konsep masing-masing agama.

2. ISI
2.1 Pengertian Manusia dan Alam Semesta
Definisi manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah makhluk yang berakal budi atau mampu menguasai makhluk lain.
Sedangkan Alam Semesta berasal dari kata dasar alam. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), alam merupakan segala yang ada di langit dan di
bumi dan semesta yaitu seluruh alam.

2.2 Agama Hindu


2.2.1 Konsep Manusia dalam agama Hindu
Unsur-unsur pembentukan pada garis besarnya dapat
digolongkan atas 3 bagian yaitu Atma, Citta, Sarira. Perpaduan yang
harmonis antara ketiga unsur inilah menyebabkan kita dapat sebagai
manusia dan menduduki kedudukan tertinggi pada tingkatan
kehidupan. Bila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak ada maka 20
kita tak dapat hidup sebagai manusia secara sempurna. Dalam ajaran
Agama Hindu unsur yang memberi hidup pada mahluk hidup pada
manusia disebut dengan Atma. Atma adalah percikan kecil dari
paramatna yaitu Tuhan yang berada pada tubuh manusia disebut
Jiwatma yang menghidupkan manusia (Parisada Hindu Dharma, 1978 :
25). Oleh karena Atma adalah Tuhan yang berada dalam tubuh mahluk
(manusia), maka itu Atma dengan Tuhan adalah sama (tunggal). Di
dalam kitab Asteria Upanised kedua, 8, ditandaskan : Ia (Atma) adalah
Tuhan diri manusia atau mahluk juga pada matahari atau alam semesta,
di mana pada hakekatnya adalah satu (.Oka Puyatmadja, 1983-1984 :
51).

2.2.2 Konsep Alam Semesta dalam agama Hindu


Konsep penciptaan alam semesta dalam teks Ganapati tattwa
adalah digambarkan bahwa sebelum adanya alam semesta yang ada
hanyalah keadaan kosong yang sangat luas, satusatunya keberadaan
mutlak yang ada adalah Tuhan. Dari kekosongan tersebut Tuhan
berpikir untuk menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan Tuhan
adalah sumber segala yang ada di dunia ini. Dalam kitab Upanisad ini
juga menjelaskan tentang alam semesta yakni pada sloka Chāndogya
Upanisad, VI.2.1, yang berbunyi sebagai berikut: “Pada permulaannya
anakku, hanyalah ada wujud Yang Esa ini, satu tiada duanya. beberapa
orang berkata bahwa pada mulaannya hanyalah yang tidak berwujud
ini, yang satu tiada duanya. dari yang itu tidak berwujud, wujudpun,
diciptakanlah”. (Radhakrishnan, 2008:344). Berdasarkan sloka diatas
semua yang ada di alam semesta ini baik yang berwujud atau yang
tidak berwujud semua bersumber atau berawal dari Tuhan Yang Maha
Esa yang tiada duanya.

2.3 Agama Buddha


2.3.1 Konsep Manusia dalam agama Buddha
Dalam ajaran agama Buddha, manusia menempati kedudukan
yang khusus dan tampak memberi corak yang dominan pada hampir
seluruh ajarannya. Kenyataan yang dihadapi manusia dalam hidup
sehari-hari merupakan titik tolak dan dasar dari seluruh ajaran Buddha
(Savaddhana Thera, 1987:10). Hal ini dibicarakan dalam ajaran
yang disebut tilakhama (Tiga corak umum agama Buddha), catur arya
satyani (empat kesunyataan mulia), hukum karma (hukum perbuatan),
dan tumimbal lahir (kelahiran kembali). Manusia, menurut ajaran
Buddha, adalah kumpulan dari energi fisik dan mental yang selalu
dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima
kelompok kegemaran yaitu rupakhanda (jasmani), vedanakhanda
(pencerahan), sannakhandha (pencerapan), shankharakhandha (bentuk-
bentuk pikiran), dan vinnanakhandha (kesadaran) .

2.3.2 Konsep Alam Semesta dalam agama Buddha


Menurut Sang Buddha Gotama, pengenal segenap alam
semesta (Lokavidu), alam semesta disebut sebagai samsara (tanpa
awal). Sang Bhagava guru Sang Sugatha, bersabda,“Tak dapat
ditentukan awal dari alam semesta.
Menurut pandangan agama Buddha, alam semesta ini luas
sekali. Dalam alam semesta terdapat banyak tata surya yang jumlahnya
tidak dapat dihitung. Sang Buddha Gotama secara sangat jelas dan
tepat menggambarkan kelompok-kelompok galaksi, yang oleh para
ilmuwan baru ditemukan. Sistem dunia ini, oleh Sang Buddha disebut
sebagai “Loka Dhatu” dan menambahkan perbedaan dalam ukurannya;
sistem dunia ribuan-lipat, sistem dunia puluhan-ribu lipat, sistem dunia
besar, dan seterusnya. Sang Buddha menyebutkan sistem dunia terdiri
(sesuai dengan yang ditemukan oleh para ilmuwan sekarang), yakni:
Milyaran , Triliyunan matahari dan planet.

2.4 Agama Konghucu / Konfusianisme


2.4.1 Konsep Manusia dalam Konfusianime
Manusia yang pada garis besar dapat dikatakan terdiri atas 2
jenis,yaitu:
1. Rokh ; QI (Semangat) adalah wujud dari berkembangnya SHEN
(Rokh).
2. Badan Kasar : PO (Jasad atau Badan Kasar) adalah wujud dari
berkembangnya GUI (Nyawa).
GUI dan SHEN itulah merupakan tujuan tertinggi dalam agama
Konghucu. Seluruh manusia yang dilahirkan pasti mengalami
kematian, yang mati pasti pulang ke tanah, inilah yang diartikan
dengan GUI (Nyawa). Tulang dan daging akan melapuk di tanah
disebut dengan YIN (Negatif). QI (Semangat) itu tetap berkembang dan
memancar diatas. Sedangkan, cerah gemilang inilah sari pada berates
Zat, perwujudan dari pada SHEN (Rokh).
- Semua yang hidup diantara langit dan bumi ini disebut Firman
(Ming).
- Kematian berlaksa makhluk itu disebut Peleburan.
- Jika manusia mati maka mereka akan berada di alam GUI (Nyawa).

2.4.2 Konsep Alam Semesta dalam Konfusianisme


Ada 8 alam semesta menurut kepercayaan agama Konghucu:
1. ZHEN (Petir) di bagian Timur; melakukan penciptaan.
2. XUN (Angin) di bagian Tenggara; membereskan pekerjaanNya.
3. LI (Api) di bagian Selatan; Saling berjumpa dengan makhluk
ciptaanNya.
4. KUN (Bumi) di bagian Barat Daya; menerima persembahan.
5. DUI (Lembah / Rawa) di bagian Barat; gembira menyampaikan
kalam-bicaraNya.
6. QIAN (Langit) di bagian Barat Laut; berperang terhadap segala
yang jahat.
7. KAN (Air) di bagian Utara; mencipta, berpayah dan melepaskan
lelah.
8. GEN (Gunung) di bagian Timur Laut; menyempurnakan
kalamNya.

2.5 Agama Islam


2.5.1 Konsep Manusia dalam agama Islam
Manusia dalam Pandangan Islam adalah makhluk yang
diberikan amanah oleh Allah swt dan wajib ditunaikan. Manusia juga
memiliki berbagai macam karakter, yang dengan karakter tersebut,
antara yang satu dengan yang lainnya menjadi kelebihan sekaligus
kekurangannya. Manusia merupakan makhluk Allah yang paling
sempurna dan memiliki berbagai kelebihan dibandingkan makhluk-
makhluk yang lain yang ada di dalam alam raya ini. Hal itu
diungkapkan oleh Allah dalam surat Al-Tin ayat 4.
‫ان فِ ْٓي اَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ۖ ٍْم‬
َ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َس‬
“Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.”(Qs. At- Tin : 4)

Tujuan manusia diciptakan oleh Allah sebagai berikut:


1. Sebagai pengurus (khalifah) bagi planet bumi,
sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah:
‫َأْل‬ ٰٓ ْ
ً‫ض َخلِيفَ ۭة‬
ِ ْ‫ر‬ ‫ٱ‬ ‫ى‬ِ ‫ف‬ ‫ل‬
ٌ ۭ ‫اع‬
ِ ‫ج‬َ ‫ى‬ِّ ‫ن‬‫ِإ‬ ‫ة‬
ِ َ
‫ك‬ ‫ِئ‬َ َ َ‫َوِإ ْذ ق‬
‫ال َرب َُّك لِل َمل‬
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". (QS. Al-Baqarah: 30)

2. Untuk menyembah Allah


sebagaimana dalam firman Allah:

َ ‫ت ْٱل ِج َّن َوٱِإْل‬


ِ ‫نس ِإاَّل لِيَ ْعبُ ُد‬
‫ون‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56)

Mengomentari ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat


itu adalah:

‫ َو َم ْعنَى‬... ‫ اَل اِل حْ تِيَا ِجي ِإلَ ْي ِه ْم‬،‫ِإنَّ َما َخلَ ْقتُهُ ْم آِل ُم َرهُ ْم بِ ِعبَا َدتِي‬
َ ‫ق ْال ِعبَا َد لِيَ ْعبُ ُدوهُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬
‫ فَ َم ْن‬،ُ‫ك لَه‬ َ َ‫ َأنَّهُ تَ َعالَى َخل‬:‫اآْل يَ ِة‬
ِ ‫صاهُ َع َّذبَهُ َأ َش َّد ْال َع َذا‬
‫ب‬ َ ‫• َو ِم ْن َع‬،‫ازاهُ َأتَ َّم ْال َج َزا ِء‬
َ ‫َأطَا َعهُ َج‬
“Sesungguhnya Aku menciptakan mereka hanyalah supaya Aku
memerintah mereka menyembahku, bukan karena Aku butuh terhadap
mereka. ... Makna ayat itu adalah bahwa Allah menciptakan manusia
supaya menyembah Dia saja, tak menyekutukan dengan yang lain.
Siapa yang taat pada Allah, maka Allah akan membalasnya dengan
balasan yang sempurna. Siapa yang bermaksiat pada-Nya, Allah akan
menyiksanya dengan parah.” (Ibnu Katsir, Tafsîr Ibnu Katsîr, VII, 425)

3.Supaya manusia tahu kemahakuasaan Allah,


sebagaimana firman Allah:

‫ض ِم ْثلَه َُّن يَتَنَ َّز ُل اَأْل ْم ُر‬


ِ ْ‫ت َو ِم َن اَأْلر‬ َ َ‫هَّللا ُ الَّ ِذي َخل‬
َ ‫ق َس ْب َع َس َم‬
ٍ ‫اوا‬
ِّ‫بَ ْينَه َُّن لِتَ ْعلَ ُموا َأ َّن هللاَ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر َوَأ َّن هَّللا َ قَ ْد َأ َحاطَ بِ ُكل‬
‫َش ْي ٍء ِع ْل ًما‬
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-
Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS at-Thalaq: 12)

4. Sebagai bukti kelayakan untuk ditempatkan di tempat mana di


akhirat.
Akhirat mempunyai dua tempat yang bertolak belakang, yakni surga
dan neraka. Allah bisa saja langsung menciptakan manusia untuk
seketika ditempatkan di keduanya tanpa alasan apa pun, tetapi Allah
tak melakukannya. Allah memilih membuat manusia hidup di dunia
terlebih dahulu untuk melihat sendiri amal perbuatannya sehingga
layak di tempat mana. Allah berfirman:

‫ين َأ َسا ُءوا بِ َما‬


َ ‫ي الَّ ِذ‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬
َ ‫ض لِيَجْ ِز‬ ِ ‫َوهَّلِل ِ َما فِي ال َّس َما َوا‬
‫ين َأحْ َسنُوا بِ ْال ُح ْسنَى‬
َ ‫ي الَّ ِذ‬
َ ‫َع ِملُوا َويَجْ ِز‬
“Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan bumi, agar Ia
membalas orang-orang yang berbuat buruk sebab apa yang mereka
kerjakan dan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan
kebaikan.” (QS. An-Najm: 31)

2.5.2 Konsep Alam Semesta dalam agama Islam


Alam adalah segala sesuatu selain Allah yang ada di langit dan
di bumi. Alam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya
adalah alam ghoib dan alam syahadah yang dalam bahasa sehari-hari
disebut sebagi alam semesta.
Tujuan penciptaan alam semesta menurut perspektif Islam pada
dasarnya adalah sarana untuk menghantarkan manusia pada
pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan kemahakuasaan
Allah 14 Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-Dukhan ayat
38-39:

‫ض َو َما بَ ْينَهُ َما ٰل ِعبِي َْن‬ ِ ‫َو َما َخلَ ْقنَا السَّمٰ ٰو‬
َ ْ‫ت َوااْل َر‬
38. Dan tidaklah Kami bermain-main menciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada di antara keduanya.

‫ق َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َرهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُم ْو َن‬


ِّ ‫َما َخلَ ْق ٰنهُ َمٓا اِاَّل بِ ْال َح‬
39. Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar),
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Alam semesta diciptakan sebagai bahan dan sumber pelajaran serta
pengamatan bagi manusia untuk menggali rahasia Allah Swt dengan
akal dan pengamatan untuk dapat menyumbangkan suatu kebajikan
dan faedah manusia seluruhnya yang pada akhirnya manusia akan
memahami apa hakikat diciptakannya alam semesta ini. Hal ini tertera
dalam surat Yunus: 4

َ ‫ِإلَ ْي ِه َمرْ ِج ُع ُك ْم َج ِميعًا ۖ َو ْع َد ٱهَّلل ِ َحقًّا ۚ ِإنَّهۥُ يَ ْب َدُؤ ۟ا ْٱل َخ ْل‬


ُ‫ق ثُ َّم ي ُِعي ُد ۥه‬
۟ ‫ين َكفَر‬ َ ‫ْط ۚ َوٱلَّ ِذ‬ِ ‫ت بِ ْٱلقِس‬ َّ ٰ ‫وا ٱل‬ ۟ ُ‫وا َو َع ِمل‬ ۟ ُ‫ين َءامن‬
‫ُوا‬ •ِ ‫صلِ ٰ َح‬ َ َ ‫ى ٱلَّ ِذ‬ َ ‫لِيَجْ ِز‬
۟ ُ‫لَهُ ْم َش َرابٌ ِّم ْن َح ِم ٍيم َو َع َذابٌ َألِي ۢ ٌم بما َكان‬
َ ‫وا يَ ْكفُر‬
‫ُون‬ َِ
Hanya kepada-Nyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji
yang benar daripada Allah,Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk
pada permulaannya Kemudian mengulanginya (menghidupkannya)
kembali (sesudah berbangkit), agar dia memberi pembalasan kepada
orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan
adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas
dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.

2.6 Agama Kristen


2.6.1 Konsep Manusia dalam agama Kristen
Dalam Kejadian 1:26-27; 2:7 dinyatakan bahwa manusia
merupakan ciptaan Allah, bukan jelmaan sebagian dari diri Allah, atau
anak biologis-Nya.
Manusia adalah hasil karya-Nya. Yang diciptakannya secara
unik, berbeda dengan ciptaan-Nya yang lain. Allah membentuk
manusia dengan tangan-Nya sendiri, dan menghembuskan nafas hidup
ke dalam hidungnya. Manusia dibentuk menurut rencana Allah.
Dalam Kejadian 2:15 juga dikatakan bahwa Tuhan
menempatkan manusia di taman Eden untuk mengusahakan dan
memelihara taman tersebut, dengan kata lain Allah memberi mandat
kepada manusia untuk mengusahakan serta memelihara alam semesta.

2.6.2 Konsep Alam Semesta dalam agama Kristen


Sejak Allah menciptakan dunia. Kehidupan menjadi bagian
setiap ciptaan yang terus dijalani. Matahari menerangi bumi, bintang-
bintang bersinar, manusia bernapas dan membangun keluarga adalah
contoh-contoh interaksi antar ciptaan. Secaram mendasar, dalam
kepercayaan saya Iman kristiani. Realitas kehidupan manusia dipahami
sebagai “Teologi Ciptaan”. Teologi ciptaan menekankan karya Allah
yang memberikan hidup kepada seluruh ciptaan (Mazmur 104). Dalam
hal ini, manusia dilihat sebagai bagian integral dari alam bersama
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan ciptaan lainnya.
Menurut kejadian 1:28 ciptaan terakhir yakni manusia, mendapatkan
mandat untuk bertanggung jawab atas seluruh ciptaan.

2.7 Yudaisme
2.7.1 Konsep Manusia dalam Yudaisme
Yudaisme yang merupakan salah satu dari agama monoteisme,
juga memandang bahwa asal usul manusia diawali dengan terciptanya
Adam dan Hawa. Yang mana dalam prinsipnya, manusia merupakan
ciptaan Allah. Makhluk-makhluk bisa ada di bumi ini karena diadakan
oleh Tuhan itu sendiri. Oleh karena manusia diciptakan, maka hal ini
juga berarti bahwa manusia merupakan makhluk yang terbatas.
Dimana manusia seharusnya bergantung pada yang tidak terbatas.
Manusia pada hakikatnya juga harus berelasi, memiliki fungsi serta
tujuan dalam kehidupannya. Berelasi yang dimaksud adalah bagaimana
manusia berelasi dengan tuhannya, juga bagaimana manusia
memandang manusia lainnya (tanpa terkecuali) adalah rupa Allah.
Dalam yudaisme terdapat keyakinan bahwa akan ada kerajaan
Allah yang bisa dimiliki apabila manusia tersebut telah mematuhi
hukum-hukum yang kuat didalam agama Yahudi. Dalam Yudaisme
juga diteguhkan melalui tradisi “Sunat” sebagai penegasan tentang
perjanjian. Mereka yang akan mencapai surga yang dimaksud juga
harus dibuktikan kepatuhannya akan hukum-hukum Allah secara jelas.

Yohanes 7:22-23
7:22 Jadi: Musa menetapkan supaya kamu bersunat -- sebenarnya
sunat itu tidak berasal dari Musa, tetapi dari nenek moyang kita -- dan
kamu menyunat orang pada hari Sabat!
7:23 Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat, supaya jangan
melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepada-Ku, karena
Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat.

2.7.2 Konsep Alam Semesta dalam Yudaisme


Dalam agama samawi, disebutkan bahwa tuhan menciptakan
alam semesta dalam waktu enam hari. Penciptaan alam semesta
menurut Yahudi terjadi dalam waktu enam hari dan hari ketujuh tuhan
istirahat, hari itu dikenal dengan hari Sabat (sabtu). Sehingga umat
Yahudi dilarang melakukan aktivitas pada hari sabtu. Keistimewaan
hari sabtu ini kemudian mempengaruhi dua agama samawi lainnya,
seperti Kristen dengan hari minggu dan Islam dengan hari jum’at.
Disebutkan juga, bahwa terciptanya alam semesta dan kehidupan di
dalamnya oleh karena firman tuhan. (Bible)

DAFTAR PUSTAKA

Gusti Ramli, 2015, Menciptakan Langit dan Bumi dalam Enam Hari, diakses
darihttps://www.kompasiana.com/garamparis/550085eda33311537251
126a/menciptakan-langit-dan-bumi-dalam-enam-hari?
page=all#section1 pada tanggal 17 September 2022.

Rita Wahyu, 2011, Tradisi Sunat dalam ajaran Allah, diakses dari
https://www.sarapanpagi.org/sunat-dalam-yahudi-tradisi-atau-ajaran-
allah-vt3641.html pada tanggal 17 September 2022.

Ferdinand Butar Butar, Konsep Manusia, diakses dari


https://uph.ap.panopto.com/Panopto/Pages/Viewer.aspx?id=2d20682c-
a20b-4bb9-a61b-ad6d00a0aa07 pada tanggal 17 September 2022.

TafsirWeb, 2018, Surat Yunus Ayat 4: Arab-Latin dan Artinya, diakses dari
https://tafsirweb.com/3278-surat-yunus-ayat-4.html pada tanggal 17
September 2022.

Budi Abdullah, 2018, Konsep Manusia dalam Islam, diakses dari


https://journal.unismuh.ac.id/index.php/alurwatul/article/download/
6795/4227#:~:text=Manusia%20dalam%20Pandangan%20Islam
%20adalah,lainnya%20menjadi%20kelebihan%20sekaligus
%20kekurangannya pada tanggal 17 September 2022.

Redaksi Tuhan Yesus Org, 5 Pandangan Kristen Tentang Hakikat Manusia –


Wajib Tahu, diakses dari https://tuhanyesus.org/pandangan-kristen-
tentang-hakikat-manusia pada tanggal 18 September 2022.
Jear Nenohai, 2017, Alam Menurut Pandangan Ekoteolog Kristen, diakses dari
https://www.qureta.com/post/alam-menurut-pandangan-kekristenan
pada tanggal 18 September 2022.

User, 2017, Pengertian Manusia, diakses dari


http://scholar.unand.ac.id/29615/2/Bab%201.pdf pada tanggal 20
September 2022.

KBBI, Definisi Alam Semesta menurut KBBI, diakses dari


https://kbbi.web.id/alam pada tanggal 20 September 2022.

Xs. Darmadi Slamet B.Sc. , 2017, Penciptaan Alam Semesta dan Manusia,
diakses dari https://www.spocjournal.com/religi/661-penciptaan-alam-
semesta-dan-manusia.html pada tanggal 18 September 2022.

PTKI Onesearch, 2015, Tuhan dan penciptaan manusia dalam ajaran agama,
diakses dari https://ptki.onesearch.id/Record/IOS3659.45355/TOC
pada tanggal 18 September 2022.

I Putu Sarjana, 2012, Makna Kehidupan Manusia menurut Ajaran Agama


Hindu, diakses dari
http://repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA
%20KEHIDUPAN%20MENURUT%20AJARAN%20AGAMA
%20HINDU.pdf pada tanggal 21 September 2022.

I Komang Budi Astikayasa1 dan Kadek Devi Wismayanti2, 2021, Konsep


Penciptaan Alam Semesta dalam Ganapati Tattwa, diakses dari
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/1708-3437-1-SM.pdf pada tanggal
21 September 2022.

Sugiata Sivali, 2020, Pandangan Agama Buddha Mengenai Alam Semesta,


diakses dari https://binus.ac.id/character-building/2020/05/pandangan-
agama-buddha-mengenai-alam-semesta/#:~:text=Menurut%20Sang
%20Buddha%20Gotama%2C%20pengenal,ditentukan%20awal
%20dari%20alam%20semesta pada tanggal 22 September 2022.

Firmansyah, 2016, Hak Asasi Manusia dalam perspektif Agama Buddha,


diakses dari file:///C:/Users/helen/Downloads/728-Article%20Text-
1542-1-10-20160906%20(1).pdf pada tanggal 22 September 2022.

Anda mungkin juga menyukai